Anda di halaman 1dari 17

PERAN DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM

MENANGANI KASUS KEKERASAN SEKSUAL PADA


PEREMPUAN DAN ANAK DIBAWAH UMUR
BERDASARKAN PERDA KOTA SOLOK NO. 2 TAHUN 2020
TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK
BERDASARKAN PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :

RAHMA NISAA ARIANY


NIM. 12020421113

PROGRAM S1
JURUSAN HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU TAHUN 1444 H/2023 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Perlindungan Anak dimana

dalam BAB I Pasal I menjelaskan tentang ketentuan umum pedoman

perlindungan anak pada ayat 5 menjelaskan “ Perlindungan Anak adalah

segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar

dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai

dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi.” Dan pada ayat 10 juga menjelaskan “Pusat

Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, yang selanjutnya

disebut P2TP2A adalah pusat pelayanan yang terintegrasi dalam upaya

pemberdayaan perempuan di berbagai bidang pembangunan, serta

perlindungan perempuan dan anak dari berbagai jenis diskriminasi dan tindak

kekerasan, termasuk perdagangan orang, yang dibentuk oleh pemerintah atau

berbasis masyarakat, yang meliputi : pusat rujukan, pusat konsultasi usaha,

pusat konsultasi kesehatan reproduksi, pusat konsultasi hukum, pusat krisis

terpadu (PKT), pusat pelayanan terpadu (PPT), pusat pemulihan trauma

(trauma center), pusat penanganan krisis perempuan (women crisis center),

pusat pelatihan, pusat informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (PIPTEK),

rumah aman (shelter), rumah singgah, telepon sahabat anak (TESA) 129, atau

bentuk lainnya.”
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 pada pasal 1 ayat (1)

Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina,

menyerang, dan/atau perbuatan lainnya terhadap tubuh,

hasrat seksual seseorang, dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa,

bertentangan dengan kehendak seseorang, yang menyebabkan seseorang itu

tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas, karena

ketimpangan relasi kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat atau dapat

berakibat penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, kerugian

secara ekonomi, sosial, budaya, dan/atau politik. 1

Terciptanya undang-undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang kekerasan

seksual ini mengatur mengenai Pencegahan segala bentuk Tindak Pidana

Kekerasan Seksual; Penanganan, Pelindungan, dan Pemulihan Hak Korban;

koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; dan kerja sama

internasional agar Pencegahan dan Penanganan Korban kekerasan seksual

dapat terlaksana dengan efektif.2

Maka dari itu pemerintah membentuk suatu lembaga yang bernama

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang berperan dalam pemerintahan

desa untuk meningkatkan perekonomian desa serta meningkatkan

pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

1
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 , Bab 1 pasal 1 ayat (1)
/https://www.dpr.go.id/doksileg/proses2/RJ2-20170201-043128-3029.pdf, h. 1, ( diakses pada 11
Januari 2023 )
2
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022,
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/207944/uu-no-12-tahun-2022#:~:text=UU%20ini
%20mengatur%20mengenai%20Pencegahan,seksual%20dapat%20terlaksana%20dengan
%20efektif, ( diakses pada 11 Januari 2023 )
Berdasarkan undang-undang nomor 6 tahun 2014 Bab I Pasal 1 ayat

(8) Bahwa Tujuan pembangunan desa adalah untuk meningkatkan kualitas

hidup dan kehidupan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. 3

Dalam pasal 78 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menjelaskan tentang

pembangunan desa yang terdapat tiga (3) ayat :

1. Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Desa dan kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan

melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan saran dan prasarana

Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan daya

alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

2. Pembangunan desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan.

3. Pembangunan Desa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)

mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan dan kegotongroyongan guna

mewujudkan pengaruh utama perdamaian dan keadilan sosial.4

Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat

politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum Negara dan bangsa ini

terbentuk, struktur sosial sejenis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya

telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting. 5

Hal ini bisa dilihat dari perkembangan suatu desa dan kesejahteraan

3
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Bab I Pasal 1 ayat (8) /https://www.dpr.go.id/
dokjdih/document/uu/UU_2014_6.pdf, h. 4, (diakses pada 21 Februari 2022)
4
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Bab IX Pasal 78 ayat (3) /https://www.dpr.go.id/
dokjdih/document/uu/UU_2014_6.pdf, h. 5, (diakses pada 21 Februari 2022)
5
H.A.W. Widjaja, Otonomi Desa: Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh
(Jakarta: Raja Grafindo, 2010), h. 4.
penduduknya, pendapatan yang layak sangat diharapkan oleh seluruh

penduduk indonesia khususnya masyarakat desa dan dapat mengembangkan

seluruh potensi desanya agar dapat dimanfaatkan sebab dengan adanya

pendapatan yang baik maka kebutuhan hidup mereka dapat terpenuhi dan

jauh dari garis kemiskinan. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa

yang kurang mampu, mereka memilih untuk membuat usaha mikro yang

dapat dilakukan agar mampu meningkatkan pendapatannya seperti: bertani,

berdagang, perindustrian, pelayanan jasa, dan lain-lain.6

Dengan demikian, untuk melakukan usaha-usaha tersebut banyak di

antara penduduk yang tidak memiliki modal cukup untuk menjalankan usaha-

usaha tersebut dan oleh karena itu penduduk sangat membutuhkan sumber

modal untuk dapat menjalankan usaha atau pekerjaan tersebut. Banyak jenis

kredit yang menawarkan bantuan modal bagi penduduk desa salah satunya

Badan Usaha Milik Desa atau biasa disebut dengan (BUM Desa).

Lahirnya lembaga seperti BUM Desa, diharapkan akan menjadi

lembaga yang akan menampung kegiatan ekonomi masyarakat yang

berkembang menurut ciri khas desa dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa sebagai tempat kehidupan dan penghidupan.

Bahkan lebih dari itu, desa diharapkan akan menjadi pondasi penting bagi

kemajuan bangsa dan negara di masa yang akan datang.

Kepala desa bertugas untuk menyelenggarakan pemerintahan desa,

melaksanakan pembangunan desa, pembinaan masyarakat desa, dan

6
Ibid, h. 5.
pemberdayaan masyarakat desa.7 Suatu daerah akan maju apabila Kepala desa

dan seluruh struktural desa bekerja dengan baik sesuai tanggung jawabnya.

Desa dinilai kemajuannya dari pembangunan-pembangunan yang baik dan

tepat sasaran.

Untuk itu pengelolaan BUM Desa harus sesuai dengan Undang-

undang yang berlaku agar terciptanya desa yang maju. Partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan BUM Desa ini juga sangat penting untuk membantu

mengembangkan upaya yang telah dilakukan BUM Desa Sehingga lebih

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.8 Di dalam Al-Quran terdapat

banyak ayat yang memotivasi manusia untuk bekerja keras, rajin dan tekun di

berbagai bidang sesuai dengan kredibilitas dan kapabilitasnya guna

memakmurkan bumi, dan melakukan pembangunan sebagaimana firman

Allah SWT. di dalam Al-qur’an surah Hud ayat 61 :

ِ ‫ض واسَتعمر ُكم فِيها فَاسَت ْغ ِفروه مُثَّ ُتوب ْٓوا اِلَي ِه ۗاِ َّن ريِّب قَ ِري‬
ٌ ْ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ ْ َ ْ ْ َ َ ْ ْ َ ِ ‫ُه َو اَنْ َشاَ ُك ْم ِّم َن ااْل َْر‬
ٌ ‫ب جُّم ْي‬
‫ب‬
Artinya : “Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu

pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya,

kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat

dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (doa hamba-Nya)".9

M. Quraish Shihab di dalam bukunya yang berjudul Tafsir al-misbah,

menafsirkan ayat di atas dengan “Dia telah menciptakan kamu pertama kali

7
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Bab III Pasal 26 ayat (1) /https://www.dpr.go.id/
dokjdih/document/uu/UU_2014_6.pdf h. 10, (diakses pada 21 Februari 2022).
8
https://media.neliti.com/media/publications/110259-ID-peranan-badan-usaha--milikdesa--
bumdes-da.pdf. (diakses pada 22 Februari 2022).
9
Depag RI, Al-qur’an dan Terjemah, Q.S Hud ayat 61, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Penafsiran Alqur’an, 1971)
dari bumi, yakni tanah dan menjadikan kamu berpotensi memakmurkannya

atau memerintahkan kamu memakmurkannya”. Memang dalam

memakmurkannya atau dalam keberadaan kamu di bumi, kamu disertai

dengan hadirnya setan, kamu dapat melakukan pelanggaran, karena itu

mohonlah ampunan-Nya, dengan menyesali kesalahan-kesalahan kamu yang

terdahulu kemudian bertaubatlah kepada-Nya, dengan meninggalkan

kedurhakaan dan bertekad untuk tidak mengulanginya di masa mendatang,

niscaya kamu memperoleh rahmat-Nya.10

Berdasarkan ayat dan tafsir di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

dan peran manusia dihadirkan di muka muka bumi ini adalah untuk

memakmurkannya (bumi). Tugas dan tanggungjawab ini menjadi kewajiban

bersama umat manusia dengan tanpa memandang jenis kelamin, baik laki-laki

maupun perempuan. Semuanya memikul amanat dalam kapasitasnya sebagai

khalifah/pemakmur di pentas dunia.

Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban setiap insan di dunia untuk

merawat bumi, melestarikannya, memperbaiki sistem yang ada dan

melakukan pembangunan yang tidak merusak bumi. Sebagaimana firman

Allah SWT. di dalam Al-qur’an surah Ar-Ra'd Ayat 11 yang berbunyi sebagai

berikut :

ٍ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ ‫لَ ه معقِّب‬
ٰ ‫ات م ْن َبنْي ِ يَ َديْ ه َوم ْن َخ ْلف ه حَيْ َفظُونَ هُ م ْن َْأم ِر اللَّه ۗ ِإ َّن اللَّهَ اَل يُغَِّيُر َم ا بَِق ْوم َحىَّت‬ ٌ َ َُ ُ
‫يُغَِّيُروا َما بَِأْن ُف ِس ِه ْم ۗ َوِإذَا ََأر َاد اللَّهُ بَِق ْوٍم ُسوءًا فَاَل َمَر َّد لَهُ ۚ َو َما هَلُ ْم ِم ْن ُدونِِه ِم ْن َو ٍال‬
Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas
10
M. Quraish Shihab, Tafsir al-misbah : Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid
VI, (Tangerang Selatan: Lentera Hati, 2017), cet. ke-1, h. 283
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka sendiri dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia”.11

M. Quraish Shihab menafsirkan ayat di atas, bahwa Allah menjadikan

para mu'aqqibat (malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran) itu

melakukan apa yang ditugaskan kepadanya yaitu memelihara manusia,

sebagaimana dijelaskan di atas, karena Allah telah menetapkan bahwa Allah

tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang

ada pada diri mereka, yakni kondisi kejiwaan/sisi dalam mereka seperti

mengubah kesyukuran menjadi kekufuran, ketaatan menjadi kedurhakaan,

iman menjadi penyekutuan Allah, dan ketika itu Allah akan mengubah ni'mat

(nikmat) menjadi niqmat (bencana), hidayah menjadi kesesatan, kebahagiaan

menjadi kesengsaraan dan seterusnya.12

Ayat di atas juga menjelaskan bahwa salah satu pilar pembangunan

adalah pembangunan yang bertumpu pada pembangunan manusia yang

semuanya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Hal ini, mempertegas

bahwa kemalasan merupakan pangkal dari kemiskinan karena bagaimana

nasib suatu kaum ditentukan oleh kaum itu sendiri. Malas, kemiskinan dan

kebodohan akan menjerumuskan manusia kepada kehinaan. Jadi

pembangunan wilayah harus dimulai dari membangun individu-individu yang

menempati wilayah tersebut.

11
Depag RI, Al-qur’an dan Terjemah, Q.S Ra’d ayat 11, (Jakarta : Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-qur’an, 1971)
12
opcit. h. 568
Berdasarkan pasal 1 ayat (6) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola

aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan

masyarakat desa dalam bentuk pembangunan desa.13

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dikelola oleh pemerintah desa

bekerja sama dengan masyarakat. Pengelolaan BUM Desa ini

mengikutsertakan masyarakat yang diinginkan dan mampu bekerja sama

untuk meningkatkan perekonomian masyarakat serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Masing-masing desa yang sudah mendirikan

Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) telah diberikan dana dari pemerintah.

Setiap usaha desa yang dijalankan memiliki keunggulan masing-masing

sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang terdapat di desa-desa tersebut.

Berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten Indragiri Hilir Nomor 6

Tahun 2018 tentang Pedoman Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik

Desa (BUM Desa) bahwa Pendirian BUM Desa dimaksudkan sebagai upaya

menampung seluruh kegiatan bidang-bidang dan/atau pelayanan umum yang

dikelola oleh desa dan/atau kerjasama antar-desa.14

13
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Bab 1 pasal 1 ayat (6)
/https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2014_6.pdf, h.3. (diakses pada 23 Februari 2022)
14
Peraturan daerah Inhil Nomor 6 Tahun 2018 Bab II Pasal 2 /https://
jdih.inhilkab.go.id/upload/perda_Nomor_6_tahun_2018.pdf, h. 3. (diakses 10 Februari 2022)
Oleh sebab itu sudah menjadi tanggung jawab setiap desa, untuk

membuat Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) guna memakmurkan dan

mensejahterakan masyarakat serta untuk memajukan desa itu sendiri.

Desa Kuala Keritang merupakan salah satu desa yang terletak di

sebelah barat Kota Baru yang merupakan ibukota kecamatan Keritang.

Wilayahnya terletak di pinggir sungai Gantal dan wilayah tersebut dibelah

oleh sungai Keritang. Desa Kuala Keritang resmi menjadi Desa Definitif

sekitar tahun 1963 pecahan dari desa induk yaitu desa Keritang.

Mata pencaharian penduduk desa Kuala Keritang tergolong

memanfaatkan potensi-potensi yang ada di desa tersebut. Seperti potensi

besar untuk bercocok tanam karena tanah disana tergolong subur dan masih

belum terjajah oleh pembangunan-pembangunan. Maka mayoritas Pekerjaan

Masyarakat desa Kuala Keritang adalah bertani dan berkebun. Spesifiknya

sebagai petani kelapa, petani sawit, dan petani padi. Sebagian masyarakat

lainnya ada yang memilih untuk menjadi peternak sapi dan kambing, serta

sebagai nelayan ikan di sungai.

Desa Kuala Keritang memiliki sebuah lembaga Badan Usaha Milik

Desa (BUM Desa). Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) ini dikelola oleh

masyarakat sebagai pengelola dengan menggunakan dana dari desa.

Berdasarkan Perda kabupaten Indragiri Hilir Nomor 6 Tahun 2018

pada Bab IV Pasal 9 menjelaskan, bahwa Organisasi Pengelola BUM Desa

itu terpisah dari organisasi pemerintahan desa.15 Penamaan susunan

15
Peraturan daerah Inhil Nomor 6 Tahun 2018 Bab IV Pasal 9 , h. 6.
kepengurusan organisasi dapat menggunakan penyebutan nama setempat

yang dilandasi semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.16 Susunan

kepengurusan organisasi pengelolaan BUM Desa terdiri dari :

a. Penasihat;

b. Pelaksana operasional; dan

c. Pengawas.17

Penasihat dijabat langsung secara ex officio oleh Kepala desa

bersangkutan. Dimana penasihat yang dimaksud berkewajiban sebagai

berikut :

a. Memberikan nasihat kepada Pelaksana Operasional dalam melaksanakan

pengelolaan BUM Desa;

b. Memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap

penting bagi pengelolaan BUM Desa; dan

c. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.18

Penasihat memiliki kewenangan untuk meminta penjelasan dari

Pelaksana Operasional mengenai persoalan yang menyangkut pengelolaan

usaha desa dan melindungi usaha desa terhadap hal-hal yang dapat

menurunkan kinerja BUM Desa.

Berdasarkan Perda kabupaten Indragiri Hilir Nomor 6 Tahun 2018

Bab IV Pasal 12 ayat (2), bahwa Pelaksana Operasional (pengelola) memiliki

kewajiban sebagai berikut :

16
Peraturan daerah Inhil Nomor 6 Tahun 2018 Bab IV Pasal 10 ayat (2), h. 6.
17
Peraturan daerah Inhil Nomor 6 Tahun 2018 Bab IV Pasal 10 ayat (1), h. 6.
18
Peraturan daerah Inhil Nomor 6 Tahun 2018 Bab IV Pasal 11 Ayat (2), h. 6.
a. Melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi lembaga

yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan umum

masyarakat desa;

b. Menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk

meningkatkan Pendapatan Asli Desa; dan

c. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian desa

lainnya.19

Berdasarkan observasi (pengamatan) yang penulis lakukan di desa

Kuala Keritang kecamatan Keritang kabupaten Indragiri Hilir, bahwasanya

penulis masih menemukan gejala-gejala yang terjadi di lapangan sebagai

berikut :

1. Masih kurangnya pemahaman Pengelola BUM Desa terhadap tugas dan

fungsi masing-masing, sehingga kurang memanfaatkan potensi desa yang

dimana mayoritas sebagai Petani untuk dikelola oleh BUM Desa agar

dapat meningkatkan pendapatan asli Desa.

2. Masih kurangnya kerjasama yang dilakukan oleh Pengelola Badan Usaha

Milik Desa di desa Kuala Keritang dengan lembaga-lembaga

perekonomian desa lainnya.

Berangkat dari gejala-gejala yang telah penulis paparkan di atas, maka

penulis tertarik untuk mengkaji (meneliti) lebih dalam lagi terhadap

permasalahan tersebut dalam sebuah kajian penelitian berupa skripsi dengan

judul “Peran Pengelola Badan Usaha Milik Desa Dalam Pemberdayaan


19
Peraturan Daerah Inhil Nomor 6 Tahun 2018 Bab IV Pasal 12 Ayat (2). h. 6.
Ekonomi Masyarakat Di Desa Kuala Keritang Kecamatan Keritang

Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2018 Menurut Perspektif Fiqh

Siyasah”

B. Batasan Masalah

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penelitian

ini maka dalam hal ini perlu adanya pembatasan masalah, adapun masalah

yang akan diteliti adalah Pelaksanaan Peran Pengelola Badan Usaha Milik

Desa Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Desa Kuala Keritang

Kecamatan Keritang Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2018, Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Peran Pengelola Badan Usaha Milik Desa Dalam

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Desa Kuala Keritang Kecamatan

Keritang Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2018 serta tinjauan Fiqh Siyasah

Maliyah terhadap Peran Pengelola Badan Usaha Milik Desa dalam

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di desa Kuala Keritang Kecamatan

Keritang berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2018.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada pembahasan kali ini adalah :

1. Bagaimana Pelaksanaan Peran Pengelola Badan Usaha Milik Desa dalam

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di desa Kuala Keritang Kecamatan

Keritang berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2018?


2. Apa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Pengelola Badan Usaha

Milik Desa Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Desa Kuala

Keritang Kecamatan Keritang Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2018?

3. Bagaimana Analisis Tinjauan Fiqh Siyasah Maliyah terhadap Peran

Pengelola Badan Usaha Milik Desa dalam Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat di desa Kuala Keritang Kecamatan Keritang berdasarkan

Perda Nomor 6 Tahun 2018?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui Peran Pengelola Badan Usaha Milik Desa Dalam

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Desa Kuala Keritang

Kecamatan Keritang Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2018.

2. Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran

Pengelola Badan Usaha Milik Desa Dalam Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Di Desa Kuala Keritang Kecamatan Keritang

Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2018.

3. Untuk Mengetahui Analisis Tinjauan Fiqh Siyasah Maliyah

Terhadap Peran Pengelola Badan Usaha Milik Desa Dalam

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Desa Kuala Keritang

Kecamatan Keritang Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2018.


2. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat Penelitian secara teoritis adalah Untuk

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan topik penelitian ini, yaitu tentang Peran Pengelola

Badan Usaha Milik Desa Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di

Desa Kuala Keritang Kecamatan Keritang Berdasarkan Perda Nomor 6

Tahun 2018.

Adapun manfaat secara praktis sebagai berikut :

1. Sebagai kontribusi saran terhadap Pengelola Badan Usaha Milik

Desa (BUM Desa) agar mengefektifkan tugas dan kewenangannya.

2. Sebagai bahan, data dan modal yang menjadi solusi bagi pembaca

dan lembaga-lembaga lainnya.

3. Sebagai sumbangsih berupa karya tulis ilmiah bagi Fakultas Syariah

dan Hukum.

4. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum di

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh kemudahan dalam penelitian ini penulis

mengklasifikasi penelitian ini dalam beberapa bab dan setiap bab terdiri dari

beberapa sub bagian sesuai dengan buku panduan penulisan skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II : KONSEP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT,


KONSEP BADAN USAHA MILIK DESA SERTA ANALISIS
TINJAUAN FIQH SIYASAH

Pada bab ini mengkaji bagian Pustaka mengenai kerangka

Teoritis, Konsep Pengertian Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat, Badan Usaha Milik Desa, Peraturan Daerah yang

mengatur tentang Bumdes, kajian teoritis terkait Siyasah Maliyah,

serta Penelitian Terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Subjek dan

Objek Penelitian, Informan Penelitian, Sumber Data, Teknik

Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.

BAB IV : PERAN PENGELOLA BADAN USAHA MILIK DESA


DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
DI DESA KUALA KERITANG KECAMATAN
KERITANG BERDASARKAN PERDA NOMOR 6 TAHUN
2018

Hasil dari wawancara dan penelitian dilapangan terkait

Pelaksanaan Peran Pengelola Badan Usaha Milik Desa Dalam

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Desa Kuala Keritang

Kecamatan Keritang Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2018,

faktor-faktor yang mempengaruhi Peran Pengelola Badan Usaha

Milik Desa Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Desa


Kuala Keritang Kecamatan Keritang Berdasarkan Perda Nomor

6 Tahun 2018, Serta Tinjauan Fiqh Siyasah Maliyah Terhadap

Peran Pengelola Badan Usaha Milik Desa Dalam Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat Di Desa Kuala Keritang Kecamatan

Keritang Berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 2018.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bagian akhir yang berisi Kesimpulan dan Saran.

Anda mungkin juga menyukai