Anda di halaman 1dari 165

AGRICULTURE DRONE SPRAYER

(PT AGRO SKY INDONESIA)

PERENCANAAN BISNIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen

Disusun Oleh :
Bayu Pramudya NIM 20180103202
Frisky Valentina H NIM 20180103158
Ryan Gustiawan NIM 20180103204
Sacharissa Aditya NIM 20180103227
Yosua Sitohang NIM 20180103169

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2022

i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Rencana bisnis ini adalah hasil karya kelompok kami sendiri


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah
kami nyatakan dengan benar.

Tanggal : 23 Februari 2022


Nama : Bayu Pramudya
NIM : 20180103202
Tanda Tangan :

Nama : Frisky Valentina Hutagalung


NIM : 20180103158
Tanda Tangan :

Nama: : Ryan Gustiawan


NIM : 20180103204
Tanda Tangan :

Nama : Sacharissa Aditya


NIM : 20180103227
Tanda Tangan :

Nama : Yosua Sitohang


NIM : 20180103169
Tanda Tangan :

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Hasil penyusunan dan penulisan ini diajukan oleh :


Nama Lengkap - NIM : Bayu Pramudya – 20180103202
Frisky Valentina Hutagalung – 20180103158
Ryan Gustiawan – 20180103204
Sacharissa Aditya – 20180103227
Yosua Sitohang – 20180103169
Perguruan Tinggi : Universitas Esa Unggul
Program Studi : Magister Manajemen
Judul : Rencana Bisnis Agriculture Drone Sprayer

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji untuk memperoleh


gelar Magister Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Esa Unggul.

Tim Penguji

Pembimbing : Dr. Tantri Yanuar Rahmat Syah, SE, MSM ( )

Pembimbing : Dr. Semerdanta Pusaka, SE, MM, DBA ( )

Pembimbing : Dr. Ir. Dimas Angga Negoro, MM, IPM ( )

Penguji : Dr. Rina Anindita, SE, MM ( )

Penguji : Muhammad Dhafi Iskandar, SE, MM, DBA ( )

Penguji : Teddy Mustaqim, ST, MM ( )

Ditetapkan : di Jakarta
Ketua Program Studi : Dr. Rina Anindita, SE, MM ( )
Tanggal : 23 Februari 2022

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulisan Proyek
Perencanaan Bisnis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Magister Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Esa Unggul.

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, cukup
sulit bagi kami untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh sebab itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada;

 Bapak Dr. Ir. Arief Kusuma Among Praja, MBA, IPU, selaku Rektor
Universitas Esa Unggul.
 Bapak Dr. Tantri Yanuar Rahmat Syah, SE, MSM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Esa Unggul sekaligus Dosen Pembimbing
yang sangat kaya ilmu, banyak memberikan arahan, dan kritik yang
membangun dalam penyusunan Proyek Perencanaan Bisnis ini.
 Ibu Dr. Rina Anindita, SE, MM, selaku Ketua Program Studi Magister
Manajemen.
 Dr. Ir. Dimas Angga Negoro, MM, IPM, selaku Dosen Pembimbing, yang
selalu sabar dalam memberikan masukan.
 Dr. Semerdanta Pusaka, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing, yang selalu
memberikan referensi untuk menguatkan materi dalam tugas akhir perencanaan
bisnis ini.
 Para Dosen Pengajar, Jajaran Akademik, dan Civitas Akademik Progrm Studi
Magister Manajemen.
 Orang tua dan keluarga kami tercinta yang tidak pernah berhenti berdoa agar
kami bisa segera menyelesaikan tugas akhir ini.
 Seluruh rekan-rekan mahasiswa Magister Manajemen Universitas Esa Unggul
Angkatan 68 yang telah memotivasi kami dan memberikan support selama ini.

Semoga Allah membalas berlipat ganda atas semua kebaikan dari semua pihak
yang telah membantu penyusunan proyek perencanaan bisnis ini. Semoga Proyek
Perencanaan Bisnis ini bisa bermanfaat dan memberikan kontribusi yang baik
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 23 Februari 2022

Tim Penulis

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Sebagai aktivitas akademik Universitas Esa Unggul, kami yang bertanda tangan di
bawah ini :

Nama Mahasiswa NIM Program Studi Fakultas


Bayu Pramudya 20180103202 Magister Manajemen Ekonomi Dan Bisnis
Frisky Valentina H. 20180103158 Magister Manajemen Ekonomi Dan Bisnis
Ryan Gustiawan 20180103204 Magister Manajemen Ekonomi Dan Bisnis
Sacharissa Aditya 20180103227 Magister Manajemen Ekonomi Dan Bisnis
Yosua Sitohang 20180103169 Magister Manajemen Ekonomi Dan Bisnis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyetujui untuk


memberikan kepada Universitas Esa Unggul Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif
atas karya penyusunan dan penulisan kami yang berjudul:

AGRICULTURE DRONE SPRAYER

Beserta perangkat yang ada (apabila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini, Universitas Esa unggul berhak menyimpan, mengalihmediakan,
mengelola dalam bentuk pengkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan selama tetap mencantumkan nama kami sebagai penyusun dan
penulis.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Jakarta
Pada tanggal : 23 Februari 2022
Yang menyatakan,

Bayu Pramudya Frisky Valentina H. Ryan Gustiawan

Sacharissa Aditya Yosua Sitohang

v
EXECUTIVE SUMMARY

Pertanian merupakan salah satu sumber daya perekonomian terbesar di Indonesia.


Perkembangan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia sekarang ini
berkembang sangat baik. Luas areal perkebunan kelapa sawit berdasarkan sumber
data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementarian Pertanian Indonesia seluas
14,8 juta hektar atau kurang lebih 15 juta hektar dengan 50% dari total lahan
tersebut dikelola oleh perkebunan swasta. Akan tetapi, bagi setiap perusahaan
untuk dapat mengelola perkebunan agar mendapatkan hasil maksimal tidaklah
mudah. Sulitnya mendapatkan spareparts sprayer manual (gendong), Keterbatasan
tenaga manusia, area lahan tempat bekerja, ketidakefisienan upah yang diberikan
adalah empat permasalahan utama perusahaan perkebunan kelapa sawit.

Salah satu teknologi yang mampu memberikan solusi untuk produktivitas


pertanian adalah PTA (Pesawat Tanpa Awak) atau populernya disebut sebagai
drone. Drone sprayer menawarkan biaya yang lebih murah, penyemprotan lebih
cepat dan efisien, pengendalian gulma menjadi lebih akurat, merencanakan dan
mengelola penerbangan secara real time, dan hasil lebih cepat dan merata.

Bisnis penyewaan drone pertanian di Indonesia sejauh ini hanya ada beberapa
yang mempunyai core bisnis manufaktur drone untuk aplikasi pertanian dan
industri, yang mencakup penyemprotan zat pertanian, pemetaan dan pemodelan,
serta inspeksi dan pengawasan melalui udara. Dalam langkah ini, PT Agro Sky
Indonesia menempatkan posisi bisnis sebagai pemain utama yang mampu
memasarkan jasa penyemprotan drone dengan harga terjangkau dan fitur layanan
yang lengkap dengan masa uji penyemprotan gratis selama satu kali dan juga
paket bundling penyewaan dengan penjualan pestisida dan pupuk cair.

PT Agro Sky Indonesia mengandalkan teknologi drone sprayer untuk melakukan


penyemprotan lahan sawit maupun pengembangan jasa penyemprotan
menggunakan drone, yang memiliki peluang bagus dimasa yang akan mendatang.
Kami melakukan promosi menggunakan direct marketing melalui GAPKI, kami
juga memiliki hubungan erat dengan Lembaga terkait seperti APDI agar memiliki
SDM yang berpengalaman dibidang pilot drone. Pada tahap awal kegiatan
operasional, PT Agro Sky Indonesia menyediakan 5 unit drone untuk disewakan.

Alternatif strategi yang kami gunakan adalah Market Development atau


pengembangan pasar, yakni strategi pertumbuhan dengan menarik lebih banyak
pelanggan baru untuk produk yang sudah ada. Keuntungan strategi pengembangan
pasar adalah mendapatkan pelanggan baru, meningkatkan penjualan, dan
pertumbuhan perusahaan. Jika diimplementasikan dengan sukses, strategi ini
dapat mengarah pada keunggulan kompetitif bagi PT Agro Sky Indonesia.

Segmentasi pasar yang dilakukan PT Agro Sky Indonesia adalah segmentasi pasar
berdasarkan segmentasi geografis, dimana yang menjadi unit geografis PT Agro
Sky Indonesia adalah wilayah Riau, Sumatra, dan Kalimantan, dimana ketiga

vi
wilayah tersebut terdapat luas lahan sekitar 10 juta Hektar, atau 67% dari total
luas lahan perkebunan sawit di Indonesia. PT Agro Sky Indonesia menargetkan
pengguna jasa penyewaan drone berdasarkan status kepemilikan lahan
perkebunan kelapa sawit yang dimiliki swasta dan luas areal lahan berdasarkan
provinsi di Indonesia. Pemasaran dalam usaha ini adalah Direct Marketing kepada
perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada di berbagai daerah di Indonesia
serta pameran dan acara yang berkaitan erat dengan kegiatan pertanian.

PT Agro Sky Indonesia menggunakan drone yang sudah terkenal dibidangnya


yaitu DJI Agras dengan tipe T-20 dan T-30 yang dapat mengangkut 20 liter
pestisida maupun pupuk cair dalam sekali terbang dengan waktu 15-20 menit.
Output yang dihasilkan dari penyemprotan berupa hasil yang maksimal dan
merata. Pelanggan yang kami targetkan adalah perusahaan kelapa sawit yang
belum menggunakan drone sprayer.

PT Agro Sky Indonesia memiliki tenaga professional berupa pilot drone yang
sudah tersertifikasi dan memiliki izin dari Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI)
dibawah naungan Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara sehingga pilot drone tersebut memiliki kualitas untuk meminimalisir
Human Error dalam melakukan penyemprotan pestisida dan pupuk cair. Motivasi
founder dalam merealisasikan bisnis ini berfokus pada program pemerintah
nasional dalam memenuhi swasembada di bidang pertanian.

Investasi awal dalam merealisasikan perencanaan bisnis ini membutuhkan dana


sebesar Rp 3.000.000.000,- yang dialokasikan untuk pembelian aset tetap,
pembelian pestisida dan pupuk cair, biaya pemasaran dan biaya operasional.
Target Market share PT Agro Sky Indonesia adalah 3% dari luas areal perkebunan
kelapa sawit berdasarkan sumber data Direktorat Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian Indonesia yaitu seluas ±445.750 hektar.

Titik impas kembali atau Break Even Point (BEP) yang diperlukan PT Agro Sky
Indonesia seluas 166.533 hektar. Transaksi potensial ini memiliki IRR sebesar
28%. Penilaian kami berdasarkan WACC sebesar 11,4% dengan 100% komposisi
ekuitas. Diperkirakan payback period PT Agro Sky Indonesia adalah 3 tahun 3
bulan setelah operasi penuh. Selama proyeksi lima tahun beroperasi net worth dari
PT Agro Sky Indonesia meningkat sebesar 481,95% dari modal awal.

Prinsip Manajemen Risiko yang digunakan oleh PT Agro Sky Indonesia


berdasarkan pedoman dari ISO 31000 tahun 2018. Harapannya, dengan
menentukan tujuan dan sasaran manajemen risiko bisnis yang tepat akan
membantu PT Agro Sky Indonesia dalam mengatasi berbagai macam risiko
signifikan yang dapat menghambat visi dan misi perusahaan selama 5 tahun.
Proses Manajemen Risiko yang dilakukan pertama adalah melakukan komunikasi
dan konsultasi, menentukan konteks, jangkauan dan kriteria, memberi bobot nilai
risiko, merancang mitigasi risiko, pemantauan dan pengkajian, dan yang terakhir
perekaman dan pencatatan.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN............................................................ii


HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...............................v
EXECUTIVE SUMMARY....................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah...........................................................................................4
1.2.1 Customer Job To Be Done.......................................................................4
1.2.2 Customer Pain..........................................................................................5
1.2.3 Customer Gain.........................................................................................6
1.3 Solusi Bisnis.......................................................................................................6
1.3.1 Pain Relievers..........................................................................................6
1.3.2 Gain Creators...........................................................................................7
1.3.3 Products & Services.................................................................................8
1.4 Profil Perusahaan...............................................................................................9
1.4.1 Visi dan Misi............................................................................................9
BAB II EXTERNAL FACTOR ANALYSIS........................................................10
2.1 Framework.......................................................................................................10
2.2 Competitive Forces..........................................................................................11
2.2.1 Threat of New Entrants..........................................................................13
2.2.2 Bargaining Power of Buyers..................................................................15
2.2.3 Threat of Substitute Products.................................................................17
2.2.4 Bargaining Power of Suppliers..............................................................18
2.2.5 Rivalry Among Existing Firm...............................................................19
2.2.6 Analisis Porter’s Five Forces.................................................................20
2.3 PEST Analysis.................................................................................................22
2.3.1 Politik.....................................................................................................22
2.3.2 Ekonomi.................................................................................................24
2.3.3 Sosial......................................................................................................26
2.3.4 Teknologi...............................................................................................27
2.4 Opportunity – Threat (EFE).............................................................................29
BAB III INTERNAL FACTOR ANALYSIS........................................................31
3.1 Framework.......................................................................................................31
3.2 Sumber Daya (Resource).................................................................................32
3.2.1 Keuangan – Investasi (R1)....................................................................32
3.2.2 Teknologi (R2)......................................................................................33
3.2.3 Skills atau Know How (R3)..................................................................33
3.3 Kapabilitas (Capabilities).................................................................................34

viii
3.3.1 Pengembangan Bisnis (C1)....................................................................34
3.3.2 Pembelian (C2)......................................................................................35
3.3.3 Manajemen Keuangan (C3)...................................................................35
3.3.4 Pemasaran dan Penjualan (C4)..............................................................36
3.3.5 Hubungan Kelembagaan Terkait (C5)...................................................36
3.3.6 Manajemen Strategis (C6).....................................................................37
3.4 Penilaian Resources dan Capabilities..............................................................37
3.5 Competitive Advantage....................................................................................38
3.6 Strength – Weakness.......................................................................................39
BAB IV STRATEGIC PLAN................................................................................41
4.1 Framework.......................................................................................................41
4.2 Tujuan dan Sasaran..........................................................................................42
4.3 The Input Stage................................................................................................44
4.3.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)..............................................44
4.3.2 Matriks External Factor Evaluation (EFE)............................................46
4.3.3 Competitive Profile Matrix (CPM)........................................................47
4.4 The Matching Stage.........................................................................................49
4.4.1 Matriks Internal-Eksternal.....................................................................49
4.4.2 Matriks SWOT.......................................................................................50
4.5 The Decision Stage..........................................................................................53
4.6 Lean Canvas Model.........................................................................................54
4.6.1 Problem..................................................................................................55
4.6.2 Solutions................................................................................................55
4.6.3 Key Metrics...........................................................................................55
4.6.4 Unfair Advantage...................................................................................56
4.6.5 Unique Value Propositions....................................................................56
4.6.6 Customer Segments...............................................................................56
4.6.7 Channels................................................................................................56
4.6.8 Revenue Streams...................................................................................56
4.6.9 Cost Structures.......................................................................................56
BAB V MARKETING PLAN...............................................................................58
5.1 Framework......................................................................................................58
5.1 59
5.2 Tujuan dan Sasaran Pemasaran........................................................................59
5.2.1 Tujuan Pemasaran..................................................................................59
5.2.2 Sasaran Pemasaran.................................................................................60
5.3 Segmenting, Targeting, dan Positioning..........................................................60
5.3.1 Segmenting............................................................................................61
5.3.2 Targeting................................................................................................62
5.3.3 Positioning.............................................................................................65
5.4 Marketing Mix.................................................................................................66
5.4.1 Networking (Jaringan)...........................................................................66
5.4.2 Interaction (Interaksi)............................................................................66
5.4.3 Common Interest (Kepentingan Bersama)............................................67
5.4.4 Experience (Pengalaman)......................................................................68
5.5 Sales.................................................................................................................68

ix
5.5.1 Menjalankan Aktivitas Penjualan..........................................................69
5.5.2 Menentukan Struktur dan Peran Tenaga Penjual...................................69
5.5.2.1 Meningkatkan Keahlian Tenaga Penjual............................................70
5.5.2.3 Pembentukan Budaya Organisasi........................................................73
5.5.2.4 Membangun pengetahuan tentang pelanggan.....................................74
5.5.2.5 Memotivasi dan Menginspirasi Tenaga Penjual.................................74
5.5.3 Anggaran Penjualan...............................................................................74
5.6 Proyeksi Revenue Stream................................................................................76
5.6.1 Skenario dan Asumsi Revenue Stream..................................................77
5.6.2 Analisis Proyeksi Revenue Stream........................................................77
BAB VI OPERATIONAL PLAN..........................................................................79
6.1 Framework......................................................................................................79
6.2 Tahapan Pendirian Bisnis...............................................................................80
6.3 Tujuan dan Sasaran Operasional.....................................................................84
6.3.1 Tujuan Operasional...............................................................................84
6.3.2 Sasaran Operasional..............................................................................85
6.4 Desain Operasi................................................................................................86
6.4.1 Desain Produk Teknologi......................................................................87
6.4.2 Desain Operasi.......................................................................................88
6.5 Penghantaran Operasi.....................................................................................91
6.5.1 Rantai Pasok Drone Sprayer..................................................................91
6.5.2 Perencanaan Kontrol Ketersediaan........................................................92
6.5.3 Manajemen Kualitas..............................................................................93
6.6 Perencanaan Biaya Operasional......................................................................94
6.6.1 Skenario dan Asumsi Operational Cost................................................94
6.6.2 Proyeksi Operational Cost....................................................................94
BAB VII HUMAN CAPITAL PLAN...................................................................96
7.1 Framework......................................................................................................96
7.2 Tujuan dan Sasaran Human Capital...............................................................96
7.2.1 Tujuan Human Capital..........................................................................96
7.2.2 Sasaran Human Capital.........................................................................97
7.3 Budaya Perusahaan.........................................................................................98
7.3.1 Artefak dari Budaya Perusahaan...........................................................98
7.3.2 Nilai Perusahaan....................................................................................99
7.3.3 Asumsi Perusahaan..............................................................................100
7.4 Struktur Organisasi.......................................................................................101
7.5 Perencanaan Human Capital.........................................................................101
7.5.1 Estimasi Jumlah Karyawan.................................................................102
7.5.2 Skema Rekrutmen...............................................................................102
7.5.3 Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan Karyawan.............................103
7.5.4 Status Karyawan..................................................................................103
7.5.5 Sistem Penilaian Kinerja Karyawan....................................................104
7.5.6 Sistem Absensi Karyawan...................................................................104
7.5.7 Indikator Jam Kerja Karyawan............................................................105
7.5.8 Sistem Kompensasi terhadap Karyawan.............................................105
7.6 Proyeksi Biaya Human Resources................................................................106

x
7.6.1 Skenario dan Asumsi Biaya Human Resources..................................106
7.6.2 Proyeksi Human Resources Cost.........................................................107
BAB VIII FINANCIAL PLAN............................................................................109
8.1 Framework....................................................................................................109
8.2 Tujuan dan Sasaran Keuangan......................................................................110
8.2.1 Tujuan Keuangan.................................................................................110
8.2.2 Sasaran Keuangan...............................................................................110
8.3 Elemen Perencanaan Keuangan....................................................................111
8.3.1 Perencanaan Pendapatan.....................................................................111
8.3.2 Perencanaan Biaya Terkait..................................................................112
8.3.3 Perencanaan Biaya Penyusutan...........................................................112
8.3.4 Perencanaan Investasi..........................................................................113
8.3.5 Perencanaan Kebutuhan Modal...........................................................114
8.3.6 Perencanaan Pembiayaan Usaha.......................................................115
8.4 Proyeksi Keuangan.......................................................................................116
8.4.1 Proyeksi Laba Rugi.............................................................................116
8.4.2 Proyeksi Neraca Keuangan..................................................................117
8.4.3 Proyeksi Laporan Arus Kas.................................................................118
8.5 Analisa Kelayakan Investasi.........................................................................119
8.5.1 Return on Investment (ROI)................................................................119
8.5.2 Net Present Value (NPV)....................................................................120
8.5.3 Payback Period (PBP).........................................................................121
8.5.4 Internal Rate of Return (IRR)..............................................................122
8.6 Analisa Kinerja Keuangan............................................................................123
8.6.1 Rasio Likuiditas...................................................................................123
8.6.2 Rasio Solvabilitas................................................................................124
8.6.3 Rasio Profitabilitas..............................................................................124
BAB IX RISK PLAN...........................................................................................126
9.1 Framework....................................................................................................126
9.2 Tujuan dan Sasaran Manajemen Risiko........................................................127
9.2.1 Tujuan Manajemen Resiko..................................................................127
9.2.2 Sasaran Manajemen Resiko.................................................................127
9.3 Prinsip Manajemen Resiko...........................................................................128
9.4 Kerangka Manajemen Resiko.......................................................................130
9.5 Proses Manajemen Resiko............................................................................132

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Luas Perkebunan Lahan Kelapa Sawit...................................................4

Tabel 2. 1 Rentang Penilaian Data.........................................................................12


Tabel 2. 2 Jumlah Perusahaan Perkebunan Menurut Jenis Tanaman pada tahun
2017-2019..............................................................................................................16
Tabel 2. 3 Analisis Perhitungan Porter’s Five Forces............................................20
Tabel 2. 4 Bobot Nilai Porter’s Five Forces..........................................................21
Tabel 2. 5 Opportunity dan Threat dari Sisi Politik...............................................23
Tabel 2. 6 Opportunity dan Threat dari Sisi Ekonomi...........................................25
Tabel 2. 7 Opportunity dan Threat dari Sisi Sosial................................................27
Tabel 2. 8 Opportunity dan Threat dari Sisi Teknologi.........................................29
Tabel 2. 9 Key External Factors.............................................................................29

Tabel 3. 1 Penilaian Resources dan Capabilities...................................................38


Tabel 3. 2 Analisa VRIO Resources......................................................................39
Tabel 3. 3 Analisia VRIO Capabilities..................................................................39
Tabel 3. 4 Key Internal Factors..............................................................................40

Tabel 4. 1 Tujuan dan Sasaran...............................................................................43


Tabel 4. 2 Matriks IFE...........................................................................................45
Tabel 4. 3 Matriks EFE..........................................................................................46
Tabel 4. 4 Competitive Profile Matrix (CPM).......................................................48
Tabel 4. 5 Matriks SWOT......................................................................................51
Tabel 4. 6 QSPM Agro Sky Indonesia...................................................................53

Tabel 5. 1 Aktivitas Penjualan...............................................................................69


Tabel 5. 2 Mapping Potential Area........................................................................70
Tabel 5. 3 Kriteria Tenaga Penjual........................................................................71
Tabel 5. 4 Perhitungan Real Net Marketing Contribution.....................................76
Tabel 5. 5 Skenario dan Asumsi Revenue Stream.................................................77
Tabel 5. 6 Analisis Proyeksi Revenue Stream........................................................78

Tabel 6. 1 Tujuan Operasional PT Agro Sky Indonesia........................................85


Tabel 6. 2 Skala Sasaran Operasional PT Agro Sky Indonesia.............................86
Tabel 6. 3 Operational Cost...................................................................................94
Tabel 6. 4 Analisis Proyeksi Operational Cost......................................................94

Tabel 7. 1 Tujuan Human Capital.........................................................................97


Tabel 7. 2 Sasaran Human Capital........................................................................98
Tabel 7. 3 Estimasi Jumlah Karyawan.................................................................102
Tabel 7. 4 Skenario dan Asumsi Biaya HR.........................................................106
Tabel 7. 5 Analisis Proyeksi Human Resources Cost..........................................107

xii
Tabel 8. 1 Penyusutan Aktiva PT Agro Sky Indonesia........................................113
Tabel 8. 2 Perencanaan Investasi PT Agro Sky Indonesia..................................114
Tabel 8. 3 Perencanaan Kebutuhan Modal..........................................................115
Tabel 8. 4 Perencanaan Pembiayaan Usaha.........................................................115
Tabel 8. 5 Proyeksi Laba Rugi.............................................................................117
Tabel 8. 6 Proyeksi Neraca Keuangan.................................................................118
Tabel 8. 7 Proyeksi Laporan Arus Kas................................................................119
Tabel 8. 8 Return on Investment..........................................................................120
Tabel 8. 9 Net Present Value...............................................................................121
Tabel 8. 10 Payback Period.................................................................................122
Tabel 8. 11 Rasio Likuiditas................................................................................123
Tabel 8. 12 Rasio Solvabilitas..............................................................................124
Tabel 8. 13 Rasio Profitabilitas..........................................................................125

Tabel 9. 1 Identifikasi Dampak Risiko................................................................135


Tabel 9. 2 Nilai Kemungkinan.............................................................................136
Tabel 9. 3 Nilai Dampak......................................................................................137
Tabel 9. 4 Penilaian Kemungkinan dan Dampak pada Kemungkinan Risiko.....137
Tabel 9. 5 Parameter Evaluasi Risiko..................................................................138
Tabel 9. 6 Matriks Evaluasi Risiko berdasarkan Kemungkinan dan Dampak.....138
Tabel 9. 7 Matriks Evaluasi Risiko berdasarkan Kemungkinan, Dampak dan Level
..............................................................................................................................139
Tabel 9. 8 Penanganan Risiko..............................................................................140
Tabel 9. 9 Biaya Manajemen Risiko....................................................................141

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Pemain Kelapa Sawit Indonesia..........................................................3


Gambar 1. 2 Value Proposition Canvas PT Agro Sky Indonesia............................8

Gambar 2. 1 Analisis Faktor Eksternal..................................................................10


Gambar 2. 2 Porter’s Five Forces..........................................................................11
Gambar 2. 3 Produksi dan Ekspor Minyak Sawit Indonesia.................................24
Gambar 2. 4 Penjualan Drone Komersial dan Drone Pribadi................................28

Gambar 3. 1 Kerangka Kerja Analisa Faktor Internal...........................................32

Gambar 4. 1 Framework Strategic Plan.................................................................42


Gambar 4. 2 Matriks Internal-Eksternal................................................................50
Gambar 4. 3 Lean Canvas Model PT Agro Sky Indonesia....................................57

Gambar 5. 1 Framework Marketing Plan...............................................................58


Gambar 5. 2 Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit..............................................61
Gambar 5. 3 Data Luas Lahan Kelapa Sawit Per Provinsi....................................62
Gambar 5. 4 Positioning PT Agro Sky Indonesia..................................................65
Gambar 5. 5 Sekolah Pilot Drone di Tiongkok......................................................72
Gambar 5. 6 Formula Net Marketing Contribution...............................................75

Gambar 6. 1 Framework Operational Plan...........................................................79


Gambar 6. 2 Tahap Pendirian PT...........................................................................80
Gambar 6. 3 Denah Lokasi PT Agro Sky Indonesia..............................................81
Gambar 6. 4 Foto Kantor PT Agro Sky Indonesia.................................................82
Gambar 6. 5 Logo Perusahaan...............................................................................83
Gambar 6. 6 Sasaran Operasional PT Agro Sky Indonesia...................................86
Gambar 6. 7 Agriculture Drone Sprayer DJI Agras...............................................87
Gambar 6. 8 Alur Proses Perijinan Impor Barang di Inatrade...............................89
Gambar 6. 9 Diagram SIPOC PT Agro Sky Indonesia..........................................90

Gambar 7. 1 Framework Human Capital Plan......................................................96


Gambar 7. 2 Struktur Organisasi..........................................................................101

Gambar 8. 1 Framework Financial Plan.............................................................109

Gambar 9. 1 Framework Manajemen Risiko.......................................................126


Gambar 9. 2 Prinsip Manajemen Risiko..............................................................128
Gambar 9. 3 Kerangka Manajemen Risiko..........................................................130
Gambar 9. 4 Proses Manajemen Risiko...............................................................133

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian merupakan salah satu sumber daya perekonomian terbesar di
Indonesia. Dengan adanya pembangunan pertanian yang baik, perekonomian
Indonesia menjadi lebih stabil. Sistem pertanian di berbagai belahan dunia kini
telah mengalami evolusi sebagai dampak kemajuan teknologi dan meningkatnya
pengetahuan manusia. Indonesia sendiri sebagai salah satu negara agraria juga
mengalami perubahan tersebut, terutama di era revolusi industri 4.0 ini yang mana
dituntut untuk terus meningkatkan produktivitas pertanian.
Dengan adanya revolusi industri 4.0, salah satu teknologi yang mampu
memberikan solusi untuk produktivitas pertanian adalah PTA (Pesawat Tanpa
Awak) atau populernya disebut sebagai drone. Drone berperan sebagai media
penyemprotan pestisida dan pupuk cair dalam suatu mekanisme pertanian. Drone
ini dikenal sebagai drone sprayer dengan kecerdasan buatan.
Drone sprayer telah mengubah sektor pertanian selama 3-5 tahun terakhir
serta telah mengubah aktivitas banyak petani dan pengolahan tanaman dalam
skala yang signifikan. Drone sprayer terbukti lebih unggul dibandingkan dengan
alat semprot gendong manual karena pengerjaan dengan drone sprayer yang 6 kali
lebih cepat dengan dibantu oleh 2 buruh tani dalam satu hari dibanding pengerjaan
manual.
Drone ini diterbangkan untuk melakukan penyemprotan sekitar area
tanaman dengan daya semprot yang sangat kuat dan daya sebarnya luas, sehingga
pembasmian hama menjadi lebih akurat. Drone ini juga menggunakan sistem
perencanaan operasi cerdas 3D sehingga dapat merencanakan serta mengelola
penerbangan secara real-time.
Efektivitas penggunaan drone sprayer yang diperoleh berdasarkan data
Badan Litbang Pertanian itu menunjukkan bahwa hanya dalam waktu 15-30 menit
drone ini mampu menyemprot herbisida di lahan 1 hektar dibandingkan dengan
penyemprotan manual menggunakan sprayer pompa dan sprayer aki/baterai yang

1
2

membutuhkan waktu hingga 105 menit atau 1,45 jam. Selain itu, dalam sekali
terbang drone ini mampu mengudara selama 20 menit dengan mengangkut cairan
pestisida sebanyak 20 liter. Sumber tenaga drone ini berasal dari baterai
berkekuatan 18.000 mAh. Dengan tenaga sebanyak itu, drone ini juga mampu
beroperasi selama 15 menit dengan daya jelajahnya sejauh 10.000 meter persegi.
Efisiensi harga suatu drone sprayer berawal sejak Ganit sebagai pengusaha
ingin memulai proses produksi dan manufaktur mesin drone HOPE buatan
Temanggung pada tahun 2018. Ganit dan tim HOPE juga bisa menyediakan jasa
semprot tanaman dengan drone HOPE berkisar rata-rata Rp 350.000 per hektar.
Harga jasa penyemprotan dengan drone ini belum termasuk biaya pembelian unit
drone, biaya transportasi dan akomodasi untuk di luar daerah Jabodetabek serta
biaya layanan editing video dan 360 derajat virtual reality.
Potensi luar biasa dari penggunaan drone sprayer tidak hanya memasuki
sektor pertanian, tetapi juga sektor perkebunan sawit. Indonesia merupakan salah
satu negara yang terletak di daerah tropis dengan potensi sumber daya alam,
diantaranya kelapa sawit. Pemain kelapa sawit di Indonesia didominasi oleh
perusahaan swasta dengan lahan seluas 7,7 juta hektar (ha) atau 54% dari total
luas lahan sawit di Indonesia. Dari data Direktorat Jenderal Tanaman dan
Perkebunan, Kementerian Pertanian pada 2020, total area kelapa sawit Indonesia
seluas 14,8 juta hektar. Jika dilihat dari kinerja produksi yang dihasilkan, swasta
paling banyak memproduksi kelapa sawit sebesar 26,5 juta ton atau 51% seperti
yang terlihat pada Gambar 1.1.
3

Gambar 1. 1 Pemain Kelapa Sawit Indonesia

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa potensi penggunaan drone sprayer sangat


besar bagi sektor perkebunan kelapa sawit karena drone sprayer berperan penting
meningkatkan keberlanjutan dalam kegiatan operasional, seperti pemantauan
lahan perkebunan sawit. Teknologi drone sprayer dinilai praktis dan ekonomis
bagi sektor tersebut untuk dapat menyemprot cairan pestisida dan pupuk cair serta
mendeteksi dan mencegah kebakaran lahan dan hutan di musim kemarau.
Sejak tahun 2018, aktivitas petani Indonesia dengan menggunakan drone
sudah mulai mengalami kemajuan setelah dilakukan riset dan perekayasaan terkait
teknologi alat dan mesin pertanian oleh Kementan pada waktu bersamaan. Potensi
ini berkembang seiring dengan berjalannya waktu, baik dilihat dari segi pekerjaan,
seperti fotografi dan videografi udara, pemetaan udara, inspeksi, penyemprotan
hama penyakit dan pemantauan aktivitas perkembangan tanaman.
Peningkatan pekerjaan tersebut dapat memicu terjadinya penjualan drone
yang sejenis dan perkembangan jasa penyemprotan drone, semakin bertambah
pula kompetisi di antara perusahaan tersebut yang berusaha untuk meningkatkan
kemampuan untuk dapat bertahan di dalam persaingan yang semakin kompetitif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
mendirikan bisnis PT Agro Sky Indonesia, merupakan bisnis penyewaan drone
sprayer yang fokus pada layanan penyemprotan pestisida, jasa survei dan
pemetaan drone LIDAR dengan mendatangkan pilot drone kepada perusahaan
perkebunan sawit yang ada di seluruh daerah di Indonesia.
4

1.2 Identifikasi Masalah


1.2.1 Customer Job To Be Done
Perkembangan perusahaan kelapa sawit di Indonesia sekarang ini bisa
dibilang berkembang sangat baik.
Tabel 1. 1 Luas Perkebunan Lahan Kelapa Sawit

Luas Perkebunan Kelapa Sawit


Provinsi
(Ribu Hektar)
Sumatera 8.101
Jawa 32
Kalimantan 6.026
Sulawesi 486
Papua 210
Indonesia 14.858
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa luas lahan kelapa
sawit di Indonesia sebesar 14.858.300 atau kurang lebih 15 juta hektar dan 50%
dari total lahan tersebut dikelola oleh perkebunan swasta (data diambil dari
Gambar 1.1). Akan tetapi, bagi setiap perusahaan untuk dapat mengelola
perkebunan agar mendapatkan hasil maksimal tidaklah mudah.
Serangkaian rutinitas perawatan kebun perlu dilakukan secara rutin
sebagai upaya mengendalikan gulma dan hama penyakit pada tanaman dengan
cara pengendalian kimia. Maka dari itu, dibutuhkan alat semprot. Dalam konteks
ini, alat yang dimaksud adalah semprot gendong. Pengendalian Gulma secara
Kimia secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu pengendalian di piringan
dan gawangan.
 Proses awal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan sprayer gendong.
Dalam pemilihan alat semprot gendong perlu diperhatikan beberapa hal seperti
menggunakan yang berbasis elektrik, ringan digendong tetapi bahan tetap tahan
banting, dan yang terpenting tidak ada kebocoran. Sebab, bila terjadi
kebocoran akan mempengaruhi kesehatan penyemprot dan kerugian biaya bagi
perusahaan.
5

 Setiap paginya, para petani semprot akan melakukan pencampuran antara


pestisida pada kendaraan unit semprot yang digunakan dengan larutan air
menggunakan pengaduk dari kayu agar tercampur secara merata yang diawasi
langsung oleh asisten maupun senior asisten kebun. Para petani semprot
diwajibkan untuk menggunakan APD sebelum melakukan pekerjaannya.
 Areal yang disemprot adalah piringan, gawangan, pasar rintis (atau bisa disebut
juga dengan pasar pikul), rintis tengah dan TPH (Tempat Pengumpulan Hasil).
Alat semprot yang hanya dapat menjangkau setengah pasar rintis, dilakukan
dari tengah dahulu. Setelah sampai pada collection road (CR), tangki diisi lagi
dengan larutan dan penyemprotan dilakukan pada blok sebelahnya. Untuk alat
semprot yang dapat menjangkau 1 pasar rintis, penyemprotan dilakukan
langsung dari CR sampai CR berikutnya.
Tujuan dari pengendalian gulma adalah untuk mengurangi kompetisi hara
dan air, meningkatkan efisiensi pemupukan, dan mempermudah control
pelaksanaan panen maupun control pekerjaaan dari satu gawangan ke gawangan
lain.
Kualitas dari hasil penyemprotan, cost yang dikeluarkan, ketepatan waktu
dalam menyelesaikan pekerjaan sangatlah penting bagi perusahaan. Maka dari itu,
untuk mengelola lahan yang sangatlah luas, tidaklah cukup hanya dengan
menggunakan tenaga manusia yang dimana ada banyak keterbatasan yang dapat
dilakukan manusia. Melihat masih banyaknya keterbatasan penyemprotan dengan
menggunakan petani semprot, hal ini menjadikan prospek bisnis penyemprotan
lahan dengan menggunakan drone sangat menjanjikan.
1.2.2 Customer Pain
Penggunaan penyemprotan manual yang biasa menggunakan sprayer
gendong sudah ada sejak lama dan bahkan tidak hanya pada sektor perkebunan
kelapa sawit. Sektor pertanian juga menggunakan teknik penyemprotan yang
sama. Namun, penyemprotan dengan teknik manual ini tentunya memiliki sangat
banyak keterbatasan yang tentunya mempengaruhi performa perusahaan kelapa
sawit.
6

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan pihak PT Sinarmas Plantation,


ada 4 masalah utama yang telah diidentifikasi yaitu :
1. Jika sprayer gendong yang digunakan rusak, akan sulit mendapatkan
sparepartnya karena belum tentu produsen yang membuat sprayer tersebut
masih memproduksi alatnya atau jika ada pastinya harga spareparts lebih mahal
karena keterbatasan jumlah produksi dari pembuat sprayer gendong tersebut.
2. Keterbatasan tenaga manusia, yang dimana dalam 1 hari kerja (7 jam) seorang
petani semprot hanya ditarget menyelesaikan 4 Ha (dalam kondisi normal).
3. Areal lahan mempengaruhi kerja para petani semprot (seperti areal perbukitan)
sehingga akan membutuhkan waktu dan tenaga ekstra bagi para petani
semprot.
4. Upah yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada petani tetap sama walaupun
tidak tercapai target 4 Ha, sehingga terjadi ketidakefisienan terhadap upah yang
dikeluarkan.
1.2.3 Customer Gain
Terkait dengan aktifitas penyemprotan lahan perkebunan, perusahaan
mengharapkan efisiensi waktu penyemprotan, efisiensi biaya operasional, efisiensi
tenaga kerja, dan kualitas hasil penyemprotan.
1.3 Solusi Bisnis
1.3.1 Pain Relievers
Penyemprotan pestisida maupun pupuk cair dengan menggunakan teknik
manual masih sangat memiliki keterbatasan dan perlu adanya inovasi baru.
Berdasarkan customer pain, maka perusahaan menginginkan adanya media
penyemprotan dengan teknologi yang pada akhirnya bisa mampu menekan biaya
operasional, efisiensi waktu penyemprotan, dan kualitas hasil penyemprotan yang
baik.
Maka dari itu, layanan drone sprayer dari PT Agro Sky Indonesia dapat
menjadi solusi yang efektif untuk mengganti tenaga manusia dengan inovasi
teknologi terbaru, biaya lebih murah dan waktu yang jauh lebih efisien. Customer
juga tidak perlu mengkhawatirkan tools yang digunakan karena sudah menjadi
tanggung jawab dari kami sebagai penyedia jasa layanan drone sprayer ini.
7

1.3.2 Gain Creators


Terkait dengan keinginan perusahaan kelapa sawit mengenai
penyemprotan lahan, salah satu solusi yang efektif yakni mengganti media
penyemprotan dari tenaga manusia dengan inovasi teknologi terbaru drone
sprayer, biaya lebih murah dan waktu yang jauh lebih efisien. Customer juga tidak
perlu mengkhawatirkan tools.
1. Efisiensi waktu.
Dengan drone, penyemprotan pestisida atau pupuk di lahan seluas 1 hektar
hanya membutuhkan waktu 15-20 menit, sedangkan penyemprotan
konvensional memakan waktu kurang lebih 3 jam untuk 1 Hektar lahan.
2. Efisiensi biaya.
Drone dapat menyemprot lahan dengan tepat sasaran, berbeda dengan sprayer
konvensional yang kerap kali tercecer dan tidak tepat sasaran sehingga banyak
pestisida atau pupuk yang terbuang. Sehingga pengeluaran biaya untuk
pestisida akan semakin tinggi.
3. Efisiensi tenaga kerja
Drone dapat menurunkan jumlah tenaga kerja karena untuk pengoperasiannya
drone hanya membutuhkan 1 orang operator dan 1 orang pembantu, sedangkan
penyemprotan menggunakan sprayer konvensional membutuhkan tenaga kerja
sampai 16 orang.
4. Kualitas hasil penyemprotan yang digunakan alternatif yang bisa digunakan
adalah dengan menggunakan drone sprayer sebagai media penyemprotan
lahan. Adapun Dengan adanya kebutuhan perusahaan kelapa sawit dalam
bidang penyemprotan pestisida maupun pupuk cair, PT Agro Sky Indonesia
sebagai jasa pelayanan penyemprotan lahan kelapa sawit dengan menawarkan
keuntungan sebagai berikut : (1) memberikan cost yang lebih murah
dibandingkan dengan upah petani semprot, (2) memberikan hasil
penyemprotan 6x lebih cepat dibanding pengerjaan manual dan hasil lebih
maksimal, (3) pengendalian hama dan gulma menjadi lebih akurat karena daya
semprot yang sangat kuat dan daya sebar yang luas, (4) merencanakan dan
8

mengelola penerbangan secara real time serta (5) penyemprotan lebih efektif
dan merata.
1.3.3 Products & Services
Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, Agro Sky Indonesia dapat
menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada terkait dengan
penyemprotan pestisida di lahan kelapa sawit. Agro Sky Indonesia bergerak
dalam bidang penyewaan jasa penyemprotan pestisida dan pupuk cair dengan
menggunakan drone. Agro Sky Indonesia merupakan salah satu jasa dengan
inovasi kreatif yang memberikan kemudahan dan keuntungan bagi perusahaan
perkebunan kelapa sawit. Agro Sky Indonesia menggunakan drone dari yang
sudah terkenal dibidangnya yaitu DJI. DJI Agras T20 dapat mengangkut 20 liter
pestisida maupun pupuk cair dalam sekali terbang dengan kualitas penyemprotan
yang merata.
Penggunaan drone ini juga dapat dapat mengurangi overdosis dan resiko
keracunan pestisida yang dapat terjadi pada petani semprot. Selain itu, Agro Sky
juga menyediakan layanan free trial sehingga customer dapat melihat langsung
secara real waktu dari penyemprotan termasuk pemetaan gratis.
Agro Sky Indonesia berlokasi di Taman Ratu Raya Blok DD2 No. 4,
Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat (11510).
Gambar 1. 2 Value Proposition Canvas PT Agro Sky Indonesia

• Memberikan biaya yang lebih


murah dan waktu
penyemprotan 6x lebih cepat.
• Pengendalian hama dan • Efektifitas hasil penyemprotan
gulma lebih efektif. • Efisiensi biaya
• Merencanakan dan mengelola • Free Trial penyemprotan dan
penerbangan secara real time. mapping area
• Penyemprotan
menjadi lebih • Kualitas hasil
efektif dan merata penyemprotan bagus.
• Cost yang dikeluarkan
lebih rendah.
Menjadikan Drone Sprayer • Spareparts sprayer • Waktu
sebagai media Gendong sulit didapatkan Penyemprotan
penyemprotan yang efektif • Keterbatasan tenaga manusia lebih cepat.
menggantikan tenaga kerja • Hasil penyemprotan semprot
manusia dengan biaya tidak sebanding dengan upah
yang lebih murah dan • Area lahan perbukitan sulit
waktu yang lebih efisien. dijangkau petani
9

1.4 Profil Perusahaan


Menjadikan Drone Sprayer
• Spareparts sprayer
sebagai media
1.4.1 Visi dan Misi yang efektif Gendong sulit didapatkan
penyemprotan
• Keterbatasan tenaga manusia
menggantikan tenaga kerja
Visi PT Agrodengan
manusia Sky biaya
Indonesia adalah menjadi pusat
• Hasil penyewaan
penyemprotan drone
semprot
tidak sebanding dengan upah
yangdan
sprayer terbaik lebihterlengkap
murah dan di Jakarta, Indonesia dengan solusi layanan
• Area lahan perbukitan sulit
waktu yang lebih efisien.
dijangkau petani
penyemprotan pestisida untuk kebutuhan industri perkebunan sawit. Misi PT Agro
Sky Indonesia adalah sebagai berikut:
 Menjalankan usaha kami berdasarkan kompetensi dan kapabilitas pilot drone di
bidang perkebunan sawit dalam mendukung program pembangunan
perkebunan kelapa sawit.
 Meningkatkan kepuasan perusahaan dengan inovasi penyewaan drone sprayer,
jasa survei, inspeksi, pemetaan dan pemantauan drone.
 Mengembangkan keberlanjutan kualitas dan mutu teknologi drone sprayer
untuk produktivitas dan perlindungan tanaman sawit yang lebih aman dan
efisien.
 Meningkatkan kesejahteraan petani dengan modernisasi teknologi drone untuk
perkebunan kelapa sawit.
 Menyediakan sistem manajemen SDM yang kompeten dengan cara
menyemprot pestisida serta melakukan survei dan pemetaan udara dalam
mengoptimalkan field atau perkebunan kelapa sawit.
 Menjalin kerjasama dengan pihak atau perusahaan mitra lainnya dalam
pengembangan agribisnis di bidang perkebunan kelapa sawit.
Selaras dengan visi dan misi PT Agro Sky Indonesia, peluang kami sangat
besar untuk menyewakan drone ini dengan tujuan mencapai dan mengembangkan
pangsa pasar yang luas secara online dan lebih dekat dengan pelanggan.
BAB II
EXTERNAL FACTOR ANALYSIS

2.1 Framework

Threat of New Entrans

Bargaining Power of Buyers


External Factor Analysis

Porter's 5 Forces Threat of Substitute Products

Bargaining Power of Suppliers

Rivalry Among Existing Firm

Politic

Economy
PEST
Social

Technology

Gambar 2. 1 Analisis Faktor Eksternal

Analisa kelayakan bisnis penyewaan drone sprayer di PT Agro Sky


Indonesia dapat dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kondisi terkini yang
sedang terjadi pada bisnis kami dengan menganalisa faktor eksternal. Menurut
Fahmi (2014), analisis faktor ekternal disusun dengan menganalisis PEST
(Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi) untuk lingkungan bisnis kami.
Sedangkan analisis Competitive Forces dikenal sebagai Porter’s Five Forces
dalam penelitian David (2015) merupakan penilaian terhadap faktor yang
mempengaruhi parameter rendah, sedang atau tinggi. Pada tahapan terakhir,
keseluruhan dari kedua analisis tersebut dapat dirangkum dengan menggunakan

10
11

matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE atau External Factor Evaluation) untuk
perkembangan strategi bisnis kami.
Pada Gambar 2.1, kedua analisis tersebut akan memberikan masukan
terhadap dampak bisnis yang diakibatkan dari tekanan eksternal sehingga Peluang
atau Opportunity (O) dan Ancaman atau Threat (T) dapat diketahui pada bisnis PT
Agro Sky Indonesia. Peluang merupakan faktor eksternal dalam lingkungan bisnis
yang cenderung berkontribusi pada kesuksesan bisnis, sedangkan ancaman
merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan dalam lingkungan
bisnis yang cenderung berkontribusi pada rencana darurat dalam menangani
masalah bisnis di tengah persaingan ketat pada saat ini.
2.2 Competitive Forces
Dikenal sebagai Porter’s Five Forces, analisis ini diperkenalkan pertama
kali oleh Michael Porter pada tahun 1990. Dalam teori Porter, organisasi didorong
untuk melihat seberapa jauh hal yang harus dilakukan oleh kompetitor untuk
menemukan faktor lain yang berdampak pada posisi dan kekuatan bisnis. Dalam
penelitian tersebut mengenai profitabilitas dan kompetisi dalam suatu bisnis,
Porter menyatakan kelima kekuatan yang harus dipahami sebelum berinvestasi
dalam industri atau bisnis tersebut. Lima kekuatan kompetitif tersebut terdiri atas
competitor, supplier, customer, substitute dan new entrants.
Gambar 2. 2 Porter’s Five Forces
12

Threat of
New
Entrans

Rivalry
Bargaining Bargaining
Among
Power of Power of
Existing
Suppliers Buyers
Firm

Threat of
Substitute
Products

Dalam melakukan analisis ini, PT Agro Sky Indonesia melakukan


pembobotan untuk kelima kekuatan kompetitif tersebut berdasarkan penelitian
Porter dalam keunggulan bersaing antar perusahaan. Langkah-langkah
pembobotan kuantitatif adalah sebagai berikut:
 Menentukan nilai indeks untuk setiap faktor dari masing-masing kekuatan
bersaing. Penentuan tinggi rendahnya nilai indeks untuk setiap faktor kekuatan
bersaing, sebagai berikut:
 Nilai indeks 1: tingkat pengaruh dari suatu faktor terhadap kekuatan
bersaing cenderung rendah dan tidak berpengaruh yang cukup signifikan
terhadap persaingan di industri.
 Nilai indeks 2: tingkat pengaruh dari suatu faktor terhadap kekuatan
bersaing memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap persaingan di
industri.
 Nilai indeks 3: tingkat pengaruh dari suatu faktor terhadap kekuatan
bersaingan memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap persaingan
di industri.
 Menentukan bobot untuk setiap faktor berdasarkan justifikasi terhadap nilai
yang paling mempengaruhi kekuatan bersaing, jumlah dari hasil pembobotan
13

harus berjumlah 1, dimana nilai 0 merupakan nilai yang paling tidak


mempengaruhi kekuatan bersaing. Justifikasi pembobotan berdasarkan hasil
analisis kelompok.
 Mengalikan bobot setiap faktor dengan indeks, kemudian dijumlahkan dan
disimpulkan nilai tersebut berdasarkan rentang yang telah ditentukan. Rentang
penilaian data dapat digambarkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Rentang Penilaian Data

Parameter Nilai
Rendah 1.00 - 1.66
Sedang 1.67 - 2.33
Tinggi 2.34 - 3.00

Hasil perhitungan kuantitatif dalam analisis Porter jika berada dalam


rentang 1.00-1.66 dapat dikategorikan rendah, dimana perusahaan berada dalam
persaingan yang tidak terlalu kompetitif. Sedangkan, apabila hasil kuantitatif
dalam rentang 1.67 - 2.33 dikategorikan sedang yakni perusahaan berada di dalam
persaingan yang cukup intens. Hasil kuantitatif yang berada pada rentang 2.34 -
3.00 dikategorikan sebagai parameter tinggi yang berarti perusahaan berada dalam
industri yang memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan sangat kompetitif.
2.2.1 Threat of New Entrants
Dalam lingkungan persaingan suatu industri, pendatang baru merupakan
suatu ancaman bagi pelaku usaha. Hal ini dikarenakan kedatangan pendatang baru
dianggap akan dapat mendapatkan posisi dalam pasar dimana semakin banyak
munculnya pendatang baru maka akan semakin banyak juga pembagian pangsa
pasar dalam suatu lingkungan bersaing. Berikut keempat indikator dari ancaman
masuknya pendatang baru dalam bisnis PT Agro Sky Indonesia, diantaranya:
 Skala Ekonomi Perusahaan (Bobot 0.2 Indeks 2)
Skala ekonomi (Economies of Scale) dalam usaha kami tergolong rendah
karena adanya penghematan yang diperoleh oleh perusahaan karena
14

perusahaan membiayai pelatihan dan sertifikasi bagi pilot drone. Selain itu,
untuk mengukur produktivitas suatu kegiatan penyemprotan, skala yang diukur
adalah seberapa banyak user dan tinggi rendahnya intensitas penggunaan jasa
sewa tersebut dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
produksi tenaga kerja, operasional dan pemasaran.
Biaya produksi tenaga kerja yang digunakan untuk menyewa drone itu sendiri,
biaya operasional untuk menyemprot lahan sawit dengan drone serta biaya
promosi untuk menambah user baru untuk menggunakan jasa kami. Dalam
ancaman dari pendatang baru untuk indikator skala ekonomi dikatakan rendah
bagi bisnis kami maka bobot yang diberikan 0.2 dan indeks 2.

 Kemudahan Duplikasi Produk (Bobot 0.3 Indeks 1)


Jasa yang ditawarkan dalam bisnis kami adalah jasa penyemprotan pestisida
dengan drone untuk kebutuhan perusahaan yang memiliki lahan perkebunan.
Model bisnis kami tidak mudah diduplikasi karena dibutuhkan beberapa pilot
drone sendiri yang bersertifikat dengan pengetahuan tentang cara kerja drone
dan modal pendanaan yang besar untuk menjalankan operasional bisnis ini
sendiri. Dengan keunggulan produk, harga jasa, dan pelayanan yang dimiliki
oleh bisnis kami, menjadi suatu hambatan bagi para pendatang baru untuk
dapat meniru bisnis serupa. Untuk indikator kemudahan duplikasi produk dapat
dikatakan rendah maka bobot yang diberikan sebesar 0.3 dengan indeks 1.
 Pendanaan Pemain Baru (Bobot 0.2 Indeks 1)
Dari aspek finansial, investasi modal yang dibutuhkan dalam bisnis ini cukup
besar dan juga menyulitkan pemain baru yang ingin bergabung dalam bisnis
serupa. Akses untuk mendapatkan modal pun sulit, karena jika bukan dari
modal sendiri maka pengusaha harus berhubungan dengan bank untuk
meminjam uang yang dijadikan sebagai modal. Pendanaan perusahaan akan
digunakan untuk membeli drone, pestisida dan pupuk cair dari pemasok,
15

menyewa tempat usaha serta menjalankan kegiatan operasional dan pemasaran


agar usaha kami dapat lebih maju dan berkembang serta menjaga hubungan
jangka panjang dengan pelanggan. Untuk indikator kebutuhan modal tergolong
rendah terhadap masuknya pendatang baru, maka bobot diberikan sebesar 0.2
dengan indeks 1.
 Akses ke Saluran Distribusi (Bobot 0.3 Indeks 2)
Dalam bisnis kami, saluran distribusi yang paling efektif dan cepat menyentuh
pelanggan adalah dengan menggunakan direct marketing melalui presentasi
produk dan jasa serta website perusahaan yang menginformasikan produk dan
jasa drone sprayer untuk memperkenalkan dan mempromosikan bisnis ini.
Untuk saluran distribusi produk dapat dikatakan rendah karena diperlukan
adanya pendekatan organisasi perusahaan kelapa sawit. Sehingga diberikan
bobot sebesar 0.3 dan indeks 2.
2.2.2 Bargaining Power of Buyers
Kekuatan ini menilai daya tawar penawaran dari konsumen, semakin
tinggi daya tawar pembeli dalam menekan harga yang tinggi ataupun menawarkan
pelayanan yang tinggi dalam meningkatkan kualitas, semakin rendah profit atau
laba yang akan didapatkan oleh distributor. Berikut keempat indikator dari daya
tawar pembeli yang dianalisis dalam bisnis PT Agro Sky Indonesia, diantaranya:
 Penetapan Harga Konsumen (Bobot 0.3 Indeks 2)
Dalam bisnis kami, pendapatan suatu perusahaan tergantung pada permintaan
pembeli terhadap jasa kami. Masih adanya keterbatasan bisnis ini, maka
pemilihan penyewaan adalah melihat minat penyewa terhadap jasa dan
kebutuhan tertentu. Konsumen dalam bisnis ini adalah perusahaan dengan
lahan perkebunan kelapa sawit yang pernah menggunakan jasa penyewaan
tersebut. Konsumen tersebut dapat dengan mudah mendapatkan informasi
tentang harga jasa tersebut karena mereka lebih suka melakukan transaksi
secara langsung. Namun, walaupun mereka mengetahui harga jasa pada kedua
jasa sejenis, perusahaan berusaha menghadapi mereka dengan melakukan
negosiasi hingga mendapat kesepakatan harga yang pas untuk kedua belah
pihak. Untuk tingkat konsentrasi pembeli ini tergolong sedang karena jumlah
16

pembelian tidak selalu sama terhadap keputusan pembeli dalam memilih jasa.
Sehingga bobot yang diberikan sebesar 0.3 dan indeks 2.
 Jumlah Konsumen (Bobot 0.4 Indeks 2)
Pada Tabel 2.3.2, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari Publikasi
Desember 2019, mayoritas jumlahnya adalah perusahaan perkebunan tanaman
kelapa sawit berjumlah 2.165 unit yang tersebar ke seluruh daerah di Indonesia
selama tahun 2019. Meningkatnya jumlah perusahaan perkebunan sawit
disebabkan oleh adanya pertumbuhan produktivitas lahan sawit dan juga
peningkatan penjualan hasil panen berbagai variasi tanaman sawit ke beberapa
distributor dikarenakan mereka juga dapat menemukan kebutuhan terhadap
jasa sewa penyemprotan lahan dengan drone.

Tabel 2. 2 Jumlah Perusahaan Perkebunan Menurut Jenis Tanaman pada tahun 2017-2019

Jenis Tanaman Jenis Perusahaan Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman (Unit)
Perkebunan Besar 2019 2018 2017
Tanaman Tahunan
Karet 329 335 320
Kelapa 107 107 107
Kelapa Sawit 2.165 2.165 1.695
Kopi 89 94 92
Kakao 72 81 78
Teh 93 94 94
Cengkeh 52 52 52
Kapuk - - 1
Kina - - 1
Tanaman Musiman
Tebu 86 96 98
Tembakau 4 5 8
Sumber : Diolah dari Hasil Survey Perusahaan Perkebunan, BPS

Dengan data tersebut, ada 6 perusahaan tersebut telah pernah menggunakan


jasa penyewaan drone untuk penyemprotan pestisida karena penggunaan
teknologi drone jauh lebih hemat waktu dan biaya dibandingkan jasa petani
dengan alat sprayer manual elektrik. Diantaranya adalah PT. Golden Agri
Resources (GAR), Wilmar International Group, PTPN IV, Astra Agro Lestari
Tbk, Minamas Plantation Group dan Asian Agri Group. Untuk tingkat jumlah
17

konsumen pada daya tawar pembeli tergolong sedang karena hal itu
berpengaruh terhadap besar bobot yang diberikan sebesar 0.4 dengan indeks 2.
 Switching Cost ke penyewa lain (Bobot 0.3 Indeks 1)
Biaya peralihan ke jasa penyewa sejenis akan menjadi lebih besar jika
perusahaan tersebut sudah terikat pada sistem jasa kami sendiri. Tetapi,
penyediaan jasa sejenis belum dapat menyaingi layanan yang diberikan oleh
perusahaan kami dalam hal kemudahan pelayanan, harga murah dan tingginya
kualitas produk. Jika ada penyewa lain yang menawarkan harga jasa tersebut
yang lebih murah dan memberikan tambahan fasilitas, maka hal itu akan
mempengaruhi keputusan dari pembeli. Pada indikator switching cost dalam
daya tawar pembeli dapat dikategorikan rendah karena perusahaan tersebut
agak sulit untuk berpindah kepada perusahaan jasa lain sehingga bobot yang
diberikan sebesar 0.3 dengan indeks 1.
2.2.3 Threat of Substitute Products
Ancaman dari produk pengganti PT Agro Sky Indonesia akan terjadi
apabila harga yang ditawarkan produk dan jasa pengganti menjadi lebih rendah
serta kemampuan kinerja serta mutu produk dan jasa pengganti bahkan lebih baik
dibandingkan dengan kami. Ketiga indikator dari ancaman produk dan jasa
subtitusi yang dapat dianalisis dalam bisnis kami adalah sebagai berikut:
 Harga dan Kualitas (Bobot 0.3 Indeks 1)
Dalam bisnis kami, ancaman harga dan kualitas produk subtitusi dapat
dikatakan rendah. Produk utama yang dapat menyaingi produk sprayer dan
seed spreader drone impor adalah sprayer manual elektrik yang berfungsi untuk
menyemprot tanaman dengan tangan manusia. Potensi pengembangan produk
sprayer manual elektrik ini cukup kompetitif karena produk tersebut saat ini
masih menjadi pilihan utama konsumen karena harga yang lebih murah namun
sparepart produk sprayer manual elektrik sulit didapatkan. Sehingga bobot
yang diberikan sebesar 0.3 dengan indeks 1.
 Switching Cost untuk beralih ke barang substitusi (Bobot 0.3 Indeks 1)
Harga unit sprayer manual elektrik lebih murah dibandingkan harga unit drone
sprayer. Hal ini menjadi suatu ancaman bagi perusahaan kami, karena yang
18

perusahaan kami tawarkan bukan menjual unit drone sprayer melainkan jasa
penyemprotan dengan menggunakan drone sprayer sehingga perusahaan tidak
perlu investasi untuk memiliki unit drone sprayer tersebut. Dalam hal ini,
indikator switching cost untuk produk subtitusi tergolong rendah, maka bobot
yang diberikan sebesar 0.3 dengan indeks 1.
 Kemudahan (Bobot 0.4 Indeks 1)
Semakin banyak kemudahan yang diberikan kepada perusahaan tersebut, maka
semakin tinggi minat perusahaan perkebunan sawit tersebut terhadap jasa kami.
Untuk mengukur kebutuhan perusahaan sawit, beberapa kemudahan yang
dapat ditawarkan dalam jasa kami adalah survei dan pemetaan lahan,
ketersediaan pestisida dan pupuk cair serta kemudahan pemesanan dan
pembayaran langsung. Karena pentingnya faktor kemudahan yang harus
diberikan kepada perusahaan tergolong rendah maka diberikan bobot 0.4
dengan indeks 1.
2.2.4 Bargaining Power of Suppliers
Pemasok merupakan ancaman serius bagi bisnis kami jika berintegrasi
dengan arah industri kepada pembeli. Kekuatan ini menilai kemampuan tawar-
menawar dari pemasok untuk menjual barang atau bahan baku pada harga yang
tinggi ataupun menjual bahan baku pada harga rendah kepada pembeli. Kedua
indikator utama dari daya tawar pemasok yang dapat dianalisis dalam PT Agro
Sky Indonesia antara lain:
 Konsentrasi Pemasok (Bobot 0.5 Indeks 2)
Pemasok drone yang kami pilih adalah distributor atau produsen drone DJI
Agras T20 yang berasal dari Singapura, karena DJI merupakan produsen drone
terbaik dan terbesar di Tionghoa saat ini sedang mengembangkan produk drone
untuk dapat digunakan sebagai alat mesin pertanian (Alsintan).
Produk drone itu sendiri dapat disewakan langsung untuk jasa penyemprotan
lahan. Namun, produk yang dapat diakses dan dipilih tergantung kualitas
produk drone, lokasi pemasok serta biaya-biaya yang harus dikeluarkan, seperti
biaya jasa pengiriman produk tersebut ke Indonesia. Oleh karena itu,
konsentrasi pemasok dalam daya tawar pemasok dapat dikatakan sedang
19

karena saat ini kami hanya memiliki 1 pemasok tetap. Sehingga bobot yang
diberikan 0.5 dengan indeks 2.
 Penetapan Harga Pemasok (Bobot 0.5 Indeks 2)
Untuk menjalankan operasional bisnis, sangat dibutuhkan peralatan kantor,
seperti hardware berupa laptop, database server, jaringan internet serta
software berupa sistem informasi atau aplikasi pemetaan lahan dengan drone.
Dalam hal ini, dapat diterapkan strategi dalam pemilihan supplier dan produk
tersebut berdasarkan permintaan (demand) dari penyewa, besarnya margin dan
metode pembayaran (term of payment). Untuk harga tawar pemasok tersebut
sesuai dengan harga pasaran produk yang dibutuhkan menjadi lebih rendah,
yang akan berpengaruh terhadap pembelian modal operasional. Untuk
indikator penetapan harga pemasok tergolong sedang dan diberikan bobot 0.5
dan indeks 2.
2.2.5 Rivalry Among Existing Firm
Persaingan antar unit di dalam industri menjadi penentu utama karena
perusahaan harus bersaing secara agresif untuk mendapatkan pangsa pasar yang
sama besar. Persaingan semakin ketat akan terjadi apabila produk dapat dengan
cepat digantikan dan banyak kompetitor dengan kemampuan yang sama. Ketiga
indikator dari persaingan antar bisnis sejenis yang dianalisis dalam PT Agro Sky
Indonesia antara lain:
 Jumlah Pesaing (Bobot 0.3 Indeks 1)
Tingkat persaingan antar bisnis serupa yang cukup ketat karena banyaknya
jumlah pesaing untuk bisnis serupa dari segi perbedaan konsep dan strategi
penetrasi. Ada keempat pesaing kami dalam bisnis serupa yaitu Nusa Agri
yang menyewakan drone sprayer per hektarnya dengan harga Rp 150.000,-
sampai dengan Rp 200.000,- (tanpa bahan baku) dan penambahan sebesar Rp
100.000,- (dengan bahan baku), Frogs Indonesia dengan harga Rp 200.000,-
(belum bisa menyemprot lahan kelapa sawit), Agro Drone dengan harga Rp
250.000,- (tergantung lokasi) dan Aerialys dengan harga Rp 350.000,-. Kami
menawarkan jasa penyemprotan dengan media drone sprayer sebesar Rp
200.000,- per hektar sudah termasuk pestisida dan pupuk cair serta free trial
20

seluas 50 hektar. Meskipun jumlah pesaing bisnis kami mulai tumbuh namun
masih banyak perusahaan kelapa sawit yang belum dijangkau. Oleh karena itu,
indikator jumlah pesaing dalam persaingan antar bisnis ini dapat dikatakan
rendah sehingga diberikan bobot 0.3 dan indeks 1.
 Pertumbuhan Bisnis (Bobot 0.4 Indeks 2)
Bisnis jasa penyewaan drone untuk penyemprotan lahan adalah bisnis yang
sangat menjanjikan di Indonesia. Dengan lahan pertanian yang meningkat
setiap tahun tentunya dapat membuat bisnis ini akan terus tumbuh. Terlebih
dengan target Menteri Pertanian dan BUMN untuk produksi dan ekspor sawit
sebesar 100% sampai dengan tahun 2020, dimana penjualan hasil panen sawit
diprediksi sebanyak 2,5 triliun setiap per tahun. Meningkatnya pertumbuhan
bisnis itu dapat berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan jasa tersebut.
Tingginya permintaan jasa tersebut seiring dengan pesatnya teknologi drone
terbaru saat ini menjadi peluang besar bagi kami untuk memperoleh modal
investasi dan keuntungan yang lebih besar. Untuk kegiatan operasional bisnis
ini, sangat dibutuhkan investasi modal diperkirakan mencapai miliaran rupiah
tergantung jumlah perusahaan atau klien yang menyewa jasa kami. Oleh
karena itu, tingkat permintaan jasa kami dalam persaingan antar bisnis ini
tergolong tinggi maka bobot untuk pertumbuhan bisnis ini mencapai 0.4
dengan indeks 2.
 Hambatan Keluar suatu Bisnis (Bobot 0.3 Indeks 1)
Hambatan keluar (exit barrier) yang tinggi membuat kami tetap bersaing
dengan kompetitor bisnis serupa walaupun tingkat pengembalian perusahaan
tersebut rendah. Untuk membangun usaha saat ini membutuhkan pendanaan
modal yang banyak. Oleh karena itu, rintangan untuk keluar dari bisnis ini
tergolong besar jika perusahaan mengalami pailit. Akan tetapi pendanaan
modal awal bisnis kami berasal dari modal pribadi, sehingga diberikan bobot
0.3 dan indeks 1.
2.2.6 Analisis Porter’s Five Forces
Hasil analisis Porter’s Five Forces dari lima faktor kekuatan bersaing di
atas dapat dipaparkan pada Tabel 2.3.
21

Tabel 2. 3 Analisis Perhitungan Porter’s Five Forces


Variabel Bobot Indeks Nilai
Threats Of New Entrants
Skala Ekonomi Perusahaan 0.2 2 0.4
Kemudahan Duplikasi Produk 0.3 1 0.3
Pendanaan Pemain Baru 0.2 1 0.2
Akses ke Saluran Distribusi 0.3 2 0.6
Total nilai 1.5
Bargaining Power of Buyers
Penetapan Harga Konsumen 0.3 2 0.6
Jumlah Konsumen 0.4 2 0.8
Switching Cost ke penyewa lain 0.3 1 0.3
Total nilai 1.7
Threat of Substitute Products
Harga dan Kualitas 0.3 1 0.3
Switching Cost untuk barang substitusi 0.3 1 0.3
Kemudahan 0.4 1 0.4
Total nilai 1.0
Bargaining Power of Suppliers
Konsentrasi Pemasok 0.5 2 1.0
Penetapan Harga pemasok 0.5 2 1.0
Total nilai 2.0
Rivalry Among Existing Firm
Jumlah Pesaing 0.3 1 0.3
Pertumbuhan Bisnis 0.4 2 0.8
Hambatan Keluar 0.3 1 0.3
Total nilai 1.4
Faktor Bobot Parameter
Threat of New Entrants 1.5 Rendah
Bargaining Power of Buyers 1.7 Sedang
Threat of Subtitute Products 1.0 Rendah
Bargaining Power of Suppliers 2.0 Sedang
Rivalry Among Existing Firms 1.4 Rendah
Rata-rata 1.5 Rendah
Tabel 2. 4 Bobot Nilai Porter’s Five Forces

Berdasarkan hasil pembahasan dari lima kekuatan bersaing yang terdapat


pada Tabel 2.4 terlihat bahwa pembobotan rata-rata lima kekuatan bersaing
bernilai 1.5. Dari pembobotan tersebut dapat disimpulkan bahwa kekuatan
bersaing bisnis ini dikategorikan rendah. Meskipun besarnya peluang muncul
22

pemain baru untuk bisnis serupa, namun saat ini masih banyak perusahaan
perkebunan kelapa sawit yang belum menggunakan drone sprayer sebagai media
penyemprotan. Sehingga merupakan peluang besar dalam industri teknologi
agriculture drone sprayer di Indonesia. Semakin lemah dorongan bersaing,
semakin tinggi laba yang mungkin dapat dicapai perusahaan dalam bisnis sejenis.
Demi kemajuan dan kemakmuran perusahaan, dapat diterapkan strategi bersaing
yang tepat, yaitu strategi bertahan dengan berkonsentrasi pada sumber daya yang
dimiliki dan mengembangkan inovasi produk sendiri. Hal tersebut menandakan
bahwa perusahaan tidak perlu melakukan usaha yang keras untuk dapat meraih
keuntungan dari perusahaan ini. Sehingga perusahaan tersebut menjadi lebih
efisiensi dalam melakukan jasa tersebut dengan cara yang optimal dan paling
murah.

2.3 PEST Analysis


Analisis PEST adalah analisis perencanaan strategis yang digunakan untuk
meringkas dampak lingkungan eksternal dari faktor politik, ekonomi, sosial dan
teknologi akan dapat memengaruhi kinerja dan aktivitas bisnis PT Agro Sky
Indonesia dalam jangka panjang.
2.3.1 Politik
Untuk menjaga kedaulatan dan kestabilan keamanan kawasan udara, kami
harus mengikuti kebijakan pemerintah, seperti regulasi Undang-Undang Indonesia
mengenai pengoperasian dan penggunaan drone, diantaranya :
 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 tahun 2021 tentang penyelenggaraan
bidang pertanian yang merupakan aturan turunan UU Nomor 11 tahun 2021
tentang cipta kerja dimana perusahaan perkebunan sawit hanya bisa menanam
kelapa sawit minimum 6.000 hektar dan maksimal 100.000 hektar untuk satu
perusahaan perkebunan secara nasional. Perubahan ini ditujukan agar lebih
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, meningkatkan sumber
devisa negara, menyediakan lapangan kerja dan kesempatan usaha,
meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing dan
23

pangsa pasar, meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan


baku industri dalam negeri.
 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 47 Tahun 2016 dan UU No.90
Tahun 2015 tentang pengendalian pengoperasian sistem drone di ruang udara
yang dilayani Indonesia. Hal ini juga mengatur ketentuan mengenai kegiatan
penyemprotan pestisida dan atau penaburan benih dengan drone, termasuk
kapasitas muatan dan zona operasi untuk menyemprot lahan dalam radius 500
meter dari batas terluar kawasan udara terlarang. Sanksi dari peraturan tersebut
bila melintasi kawasan terlarang ini dipaksa keluar dari kawasan atau ruang
udara atau drone dijatuhkan pada area aman.
 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 163 yang mengatur batasan-batasan
yang harus diikuti pilot drone seperti larangan terbang di atas kerumunan,
larangan terbang dalam keadaan mabuk, dan larangan terbang di luar
pandangan mata (Beyond Visual Line of Sight/BVLOS). Selain itu regulasi
yang dimaksud dalam peraturan ini adalah sertifikasi maskapai penerbangan
untuk drone beserta tipe, registrasi dan identifikasi serta manajemen lalu lintas
terintegrasi. Pengguna drone harus melampirkan sertifikasi dan surat izin yang
valid jika menggunakan drone dengan berat lebih dari 25 kg (55 lbs).
 Untuk memenuhi kebutuhan perusahaan maupun masyarakat terhadap drone,
maka dapat dilakukan proses impor drone sprayer dari Tiongkok dan
Eropa. Keuntungan dalam proses impor drone adalah mendapatkan
pembebasan terhadap barang yang diperlukan dalam rangka penanganan
pandemi COVID-19 sesuai PMK Nomor 09 dan 66 tahun 2021. Salah satu
jenis barang yang diberikan fasilitas adalah peralatan lain yang diperlukan
instansi pemerintah, yaitu drone sprayer kena pajak sehingga terutang PPN.
Namun, dengan PMK ini, bahwa atas PPN terutang tidak dipungut oleh kami
sendiri. Demikian juga untuk pembebasan tarif Bea Masuk dan PPh Pasal 22
tentang Impor Barang. Namun, permasalahan dalam proses impor adalah
tindakan penipuan, penggelapan dan penyalahgunaan barang palsu dalam
impor ilegal.
24

Jadi, dapat disimpulkan bahwa PT Agro Sky Indonesia memiliki peluang


(Opportunity) dan ancaman (Threat) dari sisi politik pada Tabel 2.5.
Tabel 2. 5 Opportunity dan Threat dari Sisi Politik

Opportunity (O) Threat (T)


 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor  Peraturan Menteri Perhubungan
26 tahun 2021 tentang Nomor 163 yang mengatur batasan-
penyelenggaraan bidang pertanian batasan yang harus diikuti pilot
yang merupakan aturan turunan UU drone seperti larangan terbang di
Nomor 11 tahun 2021 tentang cipta atas kerumunan, larangan terbang
kerja dimana perusahaan dalam keadaan mabuk, dan larangan
perkebunan sawit hanya bisa terbang di luar pandangan mata
menanam kelapa sawit minimum (Beyond Visual Line of
6.000 hektar dan maksimal 100.000 Sight/BVLOS).
hektar untuk satu perusahaan
perkebunan secara nasional.
 Keuntungan dalam proses impor  Harus ada sertifikasi dan surat izin
drone adalah mendapatkan yang valid terkait aturan drone yang
pembebasan terhadap barang yang beratnya lebih 55 lbs.
diperlukan dalam rangka
penanganan pandemi COVID-19
sesuai PMK Nomor 09 dan 66 tahun
2021.

2.3.2 Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat terlihat dari peningkatan
produksi dan ekspor minyak sawit Indonesia selama 5 tahun berdasarkan data
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Pada Gambar 2.3,
produksi minyak sawit lebih dari 35 juta ton di tahun 2020 dengan peningkatan
sebesar 13,6% dari tahun 2019. Hal ini terbukti dari tingginya produktivitas lahan
yang menyebabkan biaya produksi sawit menjadi lebih murah.

Gambar 2. 3 Produksi dan Ekspor Minyak Sawit Indonesia


25

Sumber : www.gapki.id
Untuk meningkatkan produksi sawit, sektor perkebunan kelapa sawit harus
segera menyesuaikan diri dengan situasi dan perkembangan pasar. Tantangan
utama yang harus dihadapi saat ini adalah adanya keterbatasan lahan yang
dipengaruhi oleh perubahan iklim serta ketersediaan air yang berkelanjutan.
Tantangan lain adalah tingkat demand komoditas sawit yang semakin
tinggi seiring dengan ketatnya persaingan perdagangan komoditas berbagai
minyak, seperti minyak kedelai. Buktinya, komoditas minyak sawit yang dihajar
terus-menerus dengan isu regulasi yang memberatkan. Contohnya adalah biaya
tenaga kerja karena perkebunan sawit adalah padat karya naik hampir 10% setiap
tahun karena regulasi pengupahan di Indonesia.
Pertumbuhan ini juga dapat terlihat dari inovasi drone sprayer di era
Revolusi Industri 4.0, produk ini dinilai mampu meningkatkan industri dalam
negeri agar mampu menekan biaya produksi. Satu sisi, kehadiran teknologi drone
sprayer dapat menguntungkan bagi petani dalam penyemprotan lahan sawit yang
26

luas. Tetapi di sisi lain, kemajuan teknologi drone mampu bergeser dari pekerjaan
“Petani dengan alat semprot gendong manual”. Sehingga hal itu dapat memicu
pengangguran massal yang membuat buruh tani terpaksa untuk beralih ke profesi
lain.
Kehadiran drone juga membuat jumlah pengguna drone yang terus
meningkat. Tak terduga, maraknya penjualan oleh toko online yang sering
mengimpor unit drone dari luar negeri lalu secara langsung menjual atau
menyewakan unit drone. Proses impor unit drone sprayer tentunya sangat
bergantung pada nilai tukar mata uang asing. Nilai tukar antara mata uang rupiah
dengan mata uang lain ini dipengaruhi oleh faktor perbedaan suku bunga dan arus
modal. Jika nilai tukar rupiah berfluktuasi terus menerus, maka dapat
menimbulkan krisis ekonomi di Indonesia.
Tabel 2. 6 Opportunity dan Threat dari Sisi Ekonomi

Opportunity (O) Threat (T)


 Pertumbuhan produksi dan ekspor  Persaingan berbagai komoditas
minyak sawit. minyak.
 Kenaikan biaya tenaga kerja setiap  Nilai tukar antara mata uang rupiah
tahun rata-rata 10% terkait regulasi dengan mata uang lain dipengaruhi
pengupahan di Indonesia. oleh faktor perbedaan suku bunga
dan arus modal.
2.3.3 Sosial
Faktor sosial mencakup seluruh faktor yang berkaitan dengan perubahan
gaya hidup serta kebutuhan masyarakat, pekerja dan pelaku bisnis. Berikut adalah
ketiga faktor yang dapat mempengaruhi aspek sosial dalam bisnis ini, diantaranya:
 Keselamatan Sosial
Dalam bisnis kami, drone sprayer dapat digunakan untuk keperluan
penyemprotan lahan pertanian dan perkebunan serta pemetaan dan
pengambilan gambar. Untuk menghindari terjadinya bahaya akibat
penerbangan drone yang tidak sesuai prosedur dapat diterapkan Regulasi
Pesawat Tanpa Awak, tujuannya agar drone sprayer dapat dimanfaatkan untuk
menjaga keselamatan, dan keamanan penerbangan bagi pilot drone. Salah satu
regulasi yang harus dipatuhi adalah tidak menerbangkan drone di Kawasan
27

Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) tanpa izin. Jika melanggar aturan


tersebut, maka akan dikenakan denda Rp 100 juta hingga Rp 5 miliar dan
kurungan penjara dari 1 hingga 5 tahun. Selain itu, harus dilampirkan
sertifikasi dan surat izin atau lisensi pilot drone dan registrasi drone yang valid
jika digunakan untuk pekerjaan menerbangkan drone. Apalagi, keselamatan
pilot drone dalam pekerjaan ini yang harus ditanggung dan dibiayai oleh kami
sendiri. Salah satunya adalah harus bekerjasama dengan Asosiasi Pilot Drone
Indonesia (APDI) dan Kementerian Perhubungan Indonesia dengan membiayai
pelatihan serta sertifikasi dan lisensi bagi pilot drone.
 Kondisi lingkungan kerja
Dengan adanya drone sprayer, kami harus membutuhkan kerjasama
antarlembaga, kementerian dan perusahaan perkebunan sawit untuk
merealisasikan produktivitas minyak kelapa sawit. Selain itu, kami harus
bekerjasama dengan agen supplier pestisida atau pupuk cair untuk menopang
kebutuhan cadangan pestisida atau pupuk cair pada drone sprayer. Dengan
adanya kerjasama, harus dibutuhkan seseorang partner bisnis yang tepat dan
dapat dipercaya untuk membantu kami menjalankan bisnis ini. Namun, hal itu
membutuhkan proses lama untuk membuat perjanjian persetujuan kemitraan
tertulis yang komprehensif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa PT Agro Sky Indonesia memiliki peluang
(Opportunity) dan ancaman (Threat) dari sisi sosial pada Tabel 2.7.
Tabel 2. 7 Opportunity dan Threat dari Sisi Sosial

Opportunity (O) Threat (T)


 Adanya peraturan Regulasi  Dikenakan denda dan kurungan
Pesawat Tanpa Awak untuk penjara terkait aturan penerbangan.
keselamatan penerbangan.
 Memperoleh sertifikasi dan  Membiayai pelatihan pilot drone
lisensi pilot drone yang valid. kepada lembaga tertentu saja.
 Bisa bekerjasama dengan  Sulit memperoleh partner bisnis.
partner bisnis untuk memasok
pestisida dan produksi sawit.
28

2.3.4 Teknologi
Perkembangan modernitas berkaitan dengan keunggulan inovasi,
kesadaran, moral, etika teknologi dan tatanan sosial yang berguna untuk
menciptakan kesejahteraan manusia. Munculnya teknologi drone sprayer dapat
memberikan banyak kemudahan serta cara baru bagi pilot drone. Seiring
bertambahnya jumlah pengguna, otomatis kebutuhan akan drone sprayer akan
semakin meningkat. Hal ini membuat dunia pertanian dan perkebunan harus
bekerja lebih keras. Teknologi drone sprayer berperan penting dalam mewujudkan
pertanian dan perkebunan yang modern yang nantinya akan menjadi sebuah gaya
hidup.
Berdasarkan data Gartner (2017), penjualan drone diperkirakan mencapai
3 juta unit dengan lebih dari USD 6 miliar. Dibandingkan 2016, total
pertumbuhan untuk tahun ini bisa mencapai 39%. Pada Gambar 2.3 itu
menunjukkan bahwa penjualan drone komersial paling banyak sebesar 60 persen
sampai 174.000 unit dibanding dengan drone pribadi pada tahun 2017.

Gambar 2. 4 Penjualan Drone Komersial dan Drone Pribadi


29

Dari aspek penjualan, data Recode menyebut drone yang harganya Rp


7.000.000 – Rp 14.000.000 per unit. Drone dianggap sebagai kendaraan “remote
control” otomatis yang mampu bekerja tanpa tangan manusia. Tetapi di balik itu,
kami perlu mewaspadai beredar ramainya drone sprayer ilegal dan palsu yang
dibuat oleh oknum tak bertanggung jawab.
Selain itu, munculnya DJI Experience Store, salah satu toko distributor
drone resmi di Indonesia yang tidak hanya menyediakan produk DJI dari
pabrikan. Tetapi juga menyediakan layanan customer service untuk kebutuhan
informasi produk DJI. Namun, kami juga perlu memperhatikan pelayanan dealer
resmi drone DJI Indonesia. Faktanya, ada banyak kasus dealer tidak dibekali
pengetahuan tentang produk drone dan cara memperbaiki drone dari pabrikan.
Sehingga hal tersebut dapat mempersulit kami untuk mendapatkan distributor
drone yang tepat.
Perkebunan kelapa sawit saat ini memang masih mengandalkan sistem
kontrol lapangan dengan adanya kehadiran fisik untuk memastikan pekerjaan
dilaksanakan sesuai rencana. Walaupun teknologi drone sudah mulai dilakukan,
penggunaan drone sprayer belum masif dan belum berdampak pada efisiensi dan
efektivitas. Kelebihan drone sprayer menurut Dadang (2019) adalah efisiensi
biaya operasional dan waktu penyemprotan serta rendahnya drift dalam kondisi
tertentu.
Teknologi drone sprayer saat ini dihadapkan oleh kebutuhan informasi
update, seperti penghitungan produktivitas lahan yang perlu dicek secara bulanan
melalui website dan aplikasi serta tantangan basis data yang akurat, presisi dan
bisa dipertanggungjawabkan. Resikonya adalah data luas lahan itu harus spatio
temporal, datanya harus diambil secara berkala. Apalagi, jika menerbangkan
drone untuk menyemprot tanaman dengan jarak terlalu tinggi maka hasilnya tidak
maksimal. Resiko lain adalah semburan pestisida atau pupuk banyak yang
terbuang dan rusak akibat angin yang terlalu kencang.
Berdasarkan penelitian Khoirunisa dan Fitrianingrum (2019), Koperasi
Wawasan Tani di Malaysia dengan 6 pilot mampu mengoperasikan drone sprayer
jenis DJI dan juga mampu menyemprot 0.6 Ha lahan dengan kapasitas 10 liter
30

pestisida. Dalam satu hari, lahan pertanian yang disemprot seluas 5 hektar. Untuk
1 hektar lahan diperlukan waktu sekitar 10 menit untuk penyemprotan drone.
Sehingga waktu yang diperlukan oleh Koperasi Wawasan Tani untuk menyemprot
5 hektar lahan hanya berkisar 50 menit.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa PT Agro Sky Indonesia memiliki peluang
(Opportunity) dan ancaman (Threat) dari sisi teknologi pada Tabel 2.8.
Tabel 2. 8 Opportunity dan Threat dari Sisi Teknologi

Opportunity (O) Threat (T)


 Meningkatnya penjualan drone  Membutuhkan waktu untuk proses
komersial sebagai alat pengendali impor pembelian sparepart baterai
otomatis. drone resmi DJI.
 Drone mampu mendeteksi  Tingginya kebutuhan data eksten
kesuburan tanah dan kebutuhan lahan sawit.
pupuk tanaman.

2.4 Opportunity – Threat (EFE)


Matriks Evaluasi Faktor Eksternal atau External Factor Evaluation (EFE)
merupakan serangkaian faktor strategis eksternal yang terdiri atas peluang dan
ancaman yang dapat berpengaruh terhadap suatu bisnis. Menurut Sedarmayanti
(2014), matriks EFE memungkinkan perencana strategi untuk mengevaluasi
faktor eksternal bisnis yang didata dari hasil analisis PEST yang berkaitan dengan
persoalan bisnis. Berikut adalah matriks EFE dari PT Agro Sky Indonesia yang
dapat digambarkan pada Tabel 2.9.
Tabel 2. 9 Key External Factors

Key External Factors


Opportunity
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 tahun 2021 tentang penyelenggaraan
bidang pertanian yang merupakan aturan turunan UU Nomor 11 tahun 2021
1 tentang cipta kerja dimana perusahaan perkebunan sawit hanya bisa menanam
kelapa sawit minimum 6.000 hektar dan maksimal 100.000 hektar untuk satu
perusahaan perkebunan secara nasional.
Keuntungan dalam proses impor drone adalah mendapatkan pembebasan
2 terhadap barang yang diperlukan dalam rangka penanganan pandemi COVID-
19 sesuai PMK Nomor 09 dan 66 tahun 2021.
3 Pertumbuhan produksi dan ekspor minyak sawit.
31

Adanya peraturan Regulasi Pesawat Tanpa Awak untuk keselamatan


4
penerbangan.
5 Memperoleh sertifikasi dan lisensi pilot drone yang valid.
Bisa bekerjasama dengan partner bisnis untuk memasok pestisida dan produksi
6
sawit.
7 Meningkatnya penjualan drone komersial sebagai alat pengendali otomatis.
8 Drone mampu mendeteksi kesuburan tanah dan kebutuhan pupuk tanaman.
Threat
1 Maraknya impor barang illegal.
Nilai tukar antara mata uang rupiah dengan mata uang lain ini dipengaruhi oleh
2
faktor perbedaan suku bunga dan arus modal.
3 Membiayai pelatihan pilot drone kepada lembaga tertentu saja.
4 Sulit memperoleh partner bisnis.
Membutuhkan waktu untuk proses impor pembelian sparepart berupa baterai
5
resmi drone DJI.
6 Tingginya kebutuhan data eksten lahan sawit.
7 Belum dilakukan pengujian drone dalam bisnis sendiri.
BAB III
INTERNAL FACTOR ANALYSIS

3.1 Framework
Kerangka kerja yang ditinjau dalam analisis faktor internal suatu
perusahaan adalah sumber daya (resources) dan kemampuan (capabilities) yang
ada di PT Agro Sky Indonesia. Resources merupakan aset produktif yang dimiliki
oleh perusahaan bersifat pasif (Grant, 2010). Sumber daya dapat dibagi menjadi
kedua jenis aset, yaitu aset berwujud berwujud (tangible asset) dan aset tak
berwujud (intangible asset) yang berperan sebagai faktor penggerak utama dalam
pelaksanaan seluruh kegiatan suatu instansi. Sedangkan, capabilities merupakan
kapabilitas atau kompetensi yang dapat dikontrol dan digunakan dalam
implementasi strategi perusahaan. Kapabilitas atau kompetensi perusahaan dapat
diketahui dengan cara mengintegrasi antara sumber daya berwujud maupun tidak
berwujud mengenai pelaksanaan kegiatan instansi untuk mencapai tujuan.
Sumber daya dan kemampuan merupakan sumber keunggulan bersaing
disebut kompetensi inti (core competence) untuk menetapkan kekuatan (strength)
untuk kemudian dapat dimanfaatkan se-optimal mungkin untuk mengelola
kelemahan (weakness) sehingga PT Agro Sky Indonesia dapat bertahan dan terus
maju untuk mendapatkan keunggulan kompetitif di tengah persaingan bisnis jasa
penyemprotan drone. Kerangka kerja dari PT Agro Sky Indonesia dapat terlihat
pada Gambar 3.1.

32
33

Gambar 3. 1 Kerangka Kerja Analisa Faktor Internal

Keuangan (Investasi)

Resources Teknologi
Internal Factor Analysis

Skills atau Know How

Manajemen Keuangan

Service Excellent
Capabilities
Professional Human Resources

Competitive Advantage
Hubungan Kelembagaan

3.2 Sumber Daya (Resource)


Sumber daya yang dimiliki oleh PT Agro Sky Indonesia adalah aset tetap
berupa unit drone dan peralatan, perangkat lunak dan tenaga ahli. Kemudian
resource yang diperoleh dalam bisnis kami ini akan dibandingkan dengan sumber
daya yang dimiliki oleh pesaing yang ada, seperti Nusa Agri, Frogs Indonesia,
Agro drone dan Aerialys. Faktor sumber daya yang dapat diidentifikasi pada
bisnis kami adalah faktor keuangan, teknologi, dan tenaga ahli.
3.2.1 Keuangan – Investasi (R1)
Pendirian bisnis jasa penyemprotan pestisida dengan drone dalam bidang
perkebunan kelapa sawit pada saat ini tentu membutuhkan banyak biaya dan harus
mengikuti peraturan pemerintah yang sudah ditetapkan. Operasional drone sprayer
sangat harus diperhatikan dengan baik dan dimanfaatkan sebijak mungkin. Untuk
menyemprot lahan sawit, pengadopsian drone sprayer yang ada tentu
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, terlebih lagi untuk pembelian unit drone
34

dengan kapasitas angkut 20 liter cairan pupuk cair atau pestisida terbilang sangat
mahal.
Untuk memperluas dan mengembangkan bisnis kami, sangat dibutuhkan
modal awal dari manajemen sendiri sebesar Rp 3.000.000.000 dengan waktu
untuk mengembangkan sistem bisnis sendiri. Usaha ini didirikan oleh 5 orang
yang memegang posisi penting dalam bisnis kami. Jadi, modal yang disetorkan
adalah Rp 600.000.000 per orang. Dana tersebut yang akan digunakan untuk
operasional bisnis kami selama 1-2 tahun. Ke depannya, investor akan secara
cepat mendapatkan pengembalian modal atau Return of Investment (ROI) selama
3-4 tahun. Dapat disimpulkan bahwa investasi modal ke PT Agro Sky Indonesia
memiliki relative strength yang tinggi.
3.2.2 Teknologi (R2)
Software drone DJI Agras T20 sudah dilengkapi dengan sistem kecerdasan
buatan (Artificial Intelligence). Dengan paket software tersebut, kami bisa
mengkalkukasi efisiensi penyemprotan pestisida, merekam laporan hasil data
kerja serta memproduksi data ketinggian, kecepatan dan kondisi tanah melalui
peta dengan cepat, baik peta foto, peta garis maupun peta kontur. Dapat dipastikan
bahwa software drone sprayer akan dapat menghasilkan efisiensi dalam kesuburan
lahan sehingga diperoleh pola penerbangan yang efisien dalam menyemprot lahan
dengan pestisida, baik dari segi waktu maupun biaya. Diharapkan dengan adanya
jasa yang ditawarkan ini dapat mempersingkat waktu penyemprotan dan
meningkatkan efisiensi biaya produktivitas lahan sawit. Faktor ini disimpulkan
bahwa teknologi dari PT Agro Sky Indonesia memiliki relative strength yang
sedang.
3.2.3 Skills atau Know How (R3)
PT Agro Sky Indonesia saat ini didirikan oleh 5 orang yang merupakan
jajaran komisaris dan direksi dengan kemampuan dan pengalaman yang mumpuni
dalam mengelola dan mengembangkan sebuah perusahaan. Selain itu, untuk
pemasaran, kami dapat menjalin relasi yang luas dengan beberapa supplier dan
lembaga Kementerian. Visi misi yang terukur dan sistem kerja yang kuat
merupakan kekuatan utama yang seharusnya dapat memberikan efek positif bagi
35

bisnis kami. Dari segi supply, baik peralatan, perlengkapan dan kebutuhan
pestisida juga sudah terpenuhi dengan baik dengan distribusi ke wilayah tersebut.
Dari segi SDM, struktur organisasi yang ramping, perencanaan bisnis yang
matang dan pekerjaan multitasking juga merupakan kekuatan pendukung dari
usaha ini untuk menciptakan bisnis yang berkelanjutan. Faktor kemampuan PT
Agro Sky Indonesia memiliki relative strength yang tinggi untuk mencapai tujuan
bisnis.
3.3 Kapabilitas (Capabilities)
Kapabilitas menurut Amir (2015) adalah kemampuan mengeksploitasi
secara baik sumber daya yang dimiliki dalam diri maupun di dalam organisasi
serta potensi diri untuk menjalankan aktivitas tertentu ataupun serangkaian
aktivitas. Istilah lain dari kapabilitas adalah kompetensi. Kapabilitas dalam bisnis
kami adalah kemampuan sumber daya organisasi yang melakukan tugas atau
aktivitas tertentu secara integratif. Organizational Capability atau kapabilitas
perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk mengalokasikan, meracik,
mengolah, mengelola dan mendayagunakan sumber daya tersebut untuk mencapai
tujuan organisasi. Berikut adalah beberapa aspek kapabilitas (capability),
diantaranya:
3.3.1 Pengembangan Bisnis (C1)
Konsep jasa yang fokus digarap dalam usaha ini adalah perusahaan
perkebunan kelapa sawit yang belum pernah menggunakan jasa penyemprotan
drone untuk meningkatkan efisiensi dalam bidang pertanian. Kesempatan tersebut
yang akan digunakan untuk percepatan perluasan usaha sehingga akan mencapai
posisi perusahaan yang memiliki kekuatan dalam menghadapi persaingan di masa
mendatang. Dengan besarnya pasar yang ada di Indonesia dan terkumpulnya
profit dan margin usaha ini, maka dapat dipastikan untuk ekspansi bisnis kami
secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi finansial maupun kondisi
penjualan bisnis. Dengan demikian, kapabilitas atau kompetensi PT Agro Sky
Indonesia ini terbilang lebih kuat dibandingkan dengan kompetitor lainnya.
36

3.3.2 Pembelian (C2)


Pembelian perlengkapan dan peralatan Agriculture drone sprayer secara
langsung ke distributor atau supplier yang merupakan tangan pertama setelah
diproses dan dikirim dari pabrikan. Beberapa perlengkapan dan peralatan dari
distributor dapat dijual kembali melalui toko online maupun offline. Namun, kami
sendiri ingin membeli produk drone DJI yang bagus dan berkualitas dan berlabel
garansi toko dari supplier luar negeri dibanding supplier dalam negeri. Di samping
itu, pembelian bahan pestisida, herbisida dan pupuk cair secara langsung ke
supplier PT. Nusa Mandiri Utama. Untuk target pembelian ke distributor maupun
supplier tersebut, kami ingin mencari dan mendapatkan mendapatkan harga
bersaing dari pesaing lainnya. PT Agro Sky Indonesia meskipun jumlah
pembelian belum sebanyak pesaing lainnya, seperti Nusa Agri, Frogs Indonesia,
Agro drone dan Aerialys. Dengan adanya peluang terkuat untuk memasuki
segmen pasar penyemprotan dengan teknologi drone, faktor pembelian dalam
aktivitas bisnis kami ini terbilang cukup rendah dibandingkan dengan kompetitor
lainnya.
3.3.3 Manajemen Keuangan (C3)
Dalam pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh PT Agro Sky Indonesia
mengusung konsep arus kas yang lancar dan memiliki modal cukup untuk
ekspansi di cabang lain melalui pembagian margin yang didapat dari jasa tersebut.
Kekuatan modal usaha tentunya akan terbatas dalam manajemen perusahaan
untuk melakukan ekspansi ke skala yang lebih besar lagi. Untuk melakukan
pembagian margin atau keuntungan usaha ini, maka diperlukan pembukaan
rekening bisnis tersendiri agar tidak dapat dipakai sebagai keuntungan lain.
Kemudian pada setiap cabang akan dibuatkan satu rekening yang beguna sebagai
alat atau indikator bagi cabang mana saja yang memiliki potensi yang paling besar
keuntungannya. Sehingga dapat diperoleh profit yang besar sesuai pencapaian
target kerja yang dilakukan oleh tim manajemen yang berpengalaman dalam
perencanaan keuangan bisnis. Dengan demikian, manajemen keuangan PT Agro
Sky Indonesia ini terbilang lebih stabil dibandingkan dengan kompetitor lainnya.
37

3.3.4 Pemasaran dan Penjualan (C4)


PT Agro Sky Indonesia memiliki kekuatan pemasaran yang tinggi
dikarenakan hadir disaat keadaan dalam bidang ketahanan pangan mencuat dan
kondisi lahan dengan proses pengolahannya memakan waktu yang lama. Hadirnya
agriculture drone sprayer sebagai solusi teknologi pertanian untuk meningkatkan
produktivitas lahan supaya hasil yang diterima petani menjadi lebih maksimal dan
efisien. Pemasaran dalam usaha ini adalah personal selling dan direct marketing
kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada di berbagai daerah di
Indonesia serta pameran dan acara yang berkaitan erat dengan kegiatan pertanian.
Selain personal selling dan direct marketing, promosi juga dilakukan melalui
website. PT Agro Sky Indonesia juga menyediakan layanan free trial sehingga
customer dapat melihat langsung secara real waktu dari penyemprotan termasuk
pemetaan gratis. Hal lainnya adalah sistem direct selling yang berfokus pada
harga jual jasa tersebut yang terjangkau sesuai target penjualan selama 1 tahun
pertama. Melalui kegiatan pemasaran dan penjualan secara bertahap, brand PT
Agro Sky Indonesia mulai dikenal dan diakui oleh perusahaan perkebunan kelapa
sawit di Indonesia. Dengan demikian, pemasaran dan penjualan di PT Agro Sky
Indonesia ini terbilang cukup aktif dibandingkan dengan kompetitor lainnya.
3.3.5 Hubungan Kelembagaan Terkait (C5)
Manajemen perusahaan agriculture drone sprayer memiliki hubungan yang
cukup dekat dengan kedua lembaga yang memiliki peran penting dalam
berjalannya usaha ini adalah Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI) sebagai
regulator dalam pelatihan pilot drone, Kementerian Perhubungan sebagai
regulator dalam izin penerbangan drone. Untuk perizinan impor produk drone dari
luar negeri, kami bisa menjalin hubungan dengan Ditjen Bea dan Cukai. Selain
itu, dapat dijalin secara erat dengan lembaga pendukung, seperti Kementrian
Pertanian, Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI).
Hubungan kelembagaan tersebut merupakan sebuah kekuatan bagi manajemen
dalam memudahkan penetrasi pembukaan usaha sesuai target yang ditetapkan dan
juga mengikuti seluruh peraturan yang ada. Dengan demikian, hubungan
38

kelembagaan terkait dengan PT Agro Sky Indonesia ini terbilang lebih kuat
dibandingkan dengan kompetitor lainnya.
3.3.6 Manajemen Strategis (C6)
PT Agro Sky Indonesia dalam operasional usaha yang masih terbilang
baru, tentu masih banyak dihadapkan dalam beberapa permasalahan, seperti
kualitas sumber daya manusia belum merata, tata kelola organisasi yang belum
ideal, pengelolaan anggaran yang belum efisien dan sebagainya. Maka dapat
dibutuhkan perbaikan secara terus menerus untuk membantu perusahaan dalam
bersaing dan mempertahankan eksistensi merek. Perencanaan strategis cenderung
tidak hanya mengikuti keputusan internal dari pimpinan perusahaan, yang
memakan waktu dan tenaga yang cukup besar. Tetapi juga membatasi inisiatif
dari manajemen karena rasionalitas perencanaan yang bebas dari risiko besar.
Meskipun begitu kami telah memiliki strategi unik yang belum dilaksanakan oleh
perusahaan lain, yaitu mengembangkan usaha untuk bidang pertanian, sehingga
peluang yang dihadapkan juga akan semakin besar bagi perusahaan.
3.4 Penilaian Resources dan Capabilities
Faktor-faktor dari resource dan capability dalam mengembangkan usaha
PT Agro Sky Indonesia berdasarkan uraian yang telah disampaikan maka
selanjutnya dapat dilakukan penilaian dengan melakukan perbandingan antar
kompetitor usaha sejenis. Sumber daya dan kemampuan perlu dinilai berdasarkan
dua kriteria utama. Pertama, kepentingan dari sumber daya dan kemampuan
dalam memberikan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Kedua,
perbandingan antara kekuatan dan kelemahan dari usaha kami dengan pesaing
lain. Penilaian menurut Grant (2010) menunjukkan bahwa skala dari 1–10 yang
dinilai berdasarkan data dan fakta yang ada, dimana 1 = sangat rendah dan 10 =
sangat tinggi. Penilaian atas resource dan capability pada PT Agro Sky Indonesia
dapat dijelaskan pada Tabel 3.1.
39

Tabel 3. 1 Penilaian Resources dan Capabilities

Agro
Strategic Sky
Analisis Keterangan
Importance Relative
Strength
Resources
Modal sendiri untuk ekspansi bisnis
Keuangan -
R1 8 8 demi mengefisiensikan biaya diluar
Investasi
usaha.
Teknologi drone sprayer dapat
menghasilkan efisiensi dalam
R2 Teknologi 8 9
menyemprot lahan dari segi waktu
dan biaya.
Skills atau Tenaga Kerja Pilot Drone yang
R3 8 7
Know How berlisensi.
Capabilities
Dengan struktur modal sendiri
Manajemen posisi finansial perusahaan akan
C1 7 6
Keuangan lebih baik karena terhindar dari
beban diluar usaha.
Free Mapping Area, Service After
Service
C2 9 8 Sales, Guarantee of Spraying
Excellent
Results
Professional
Meminimalisir terjadinya Human
C3 Human 8 8
Error (Zero Mistake).
Resources
Mudahnya koordinasi dengan
Hubungan
C4 8 7 stakeholder terkait, seperti APDI
Kelembagaan
dan Kemenhub
3.5 Competitive Advantage
Analisa Resource-Based View (RBV) dengan menggunakan kerangka
VRIO (Value, Rare, Imitability, Organization) dilakukan untuk menilai seluruh
sumber daya (resources) yang dimiliki oleh perusahaan berdasarkan analisa
kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) yang telah dilakukan sebelumnya,
dan selanjutnya menetapkan kerangka VRIO pada setiap potensi dari sumber daya
(resouce) dan kapabilitas (capability) tersebut.
40

Tabel 3. 2 Analisa VRIO Resources

Sumber Daya
Valuable Rare Inimitable Organize Implication
(Resources)
Keuangan-Investasi Ya Tidak Tidak Ya Keunggulan Paritas
Teknologi Ya Ya Tidak Ya Keunggulan Paritas
Skill/Know how Ya Ya Tidak Ya Keunggulan Paritas

Tabel 3. 3 Analisia VRIO Capabilities

Sumber Daya
Valuable Rare Inimitable Organize Implication
(Resources)
Manajemen
Ya Tidak Ya Ya Keunggulan Paritas
Keuangan
Keunggulan
Service Excellent Ya Ya Ya Ya Kompetitif
Berkelanjutan
Professional Human
Ya Ya Tidak Ya Keunggulan Paritas
Resources

Hubungan
Ya Tidak Ya Ya Keunggulan Paritas
Kelembagaan

3.6 Strength – Weakness


Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix digunakan untuk merangkum dan
mengevaluasi factor internal perusahaan untuk menentukan kekuatan dan
kelemahan perusahaan (David & Carolina, 2011). Berikut di bawah ini kekuatan
dan kelemahan PT Agro Sky Indonesia:
41

Tabel 3. 4 Key Internal Factors

Key Internal Factors


Strength
Mengandalkan teknologi drone sprayer yang canggih dan terupdate dalam
1
menyemprot lahan sawit dari segi waktu dan biaya
Pengembangan jasa penyemprotan drone memiliki peluang yang bagus di
2
masa yang akan datang
Penjualan dan promosi menggunakan personal selling dan direct marketing
3 melalui asosiasi guna memaksimalkan efisiensi penjualan langsung kepada
perusahaan perkebunan sawit
Adanya hubungan erat dengan lembaga terkait, seperti APDI, Kemenhub
4
serta Ditjen Bea dan Cukai
5 SDM yang tersertifikasi dan berpengalaman di bidang masing-masing
Weakness
Terbatasnya stok drone hanya ada 5 unit pada masa awal pembukaan usaha
1
ini.
Reputasi masih rendah karena relatif baru dalam teknis Agriculture Drone
2
Sprayer
3 Perlu perbaikan manajemen strategi pemasaran
BAB IV
STRATEGIC PLAN

4.1 Framework
Teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan menjadi tiga
tahap kerangka kerja pengambilan keputusan. Alat yang disajikan dalam kerangka
kerja ini berlaku untuk semua ukuran dan jenis organisasi dalam mengidentifikasi,
mengevaluasi dan memilih strategi. Tahapan dalam menentukan strategi bisnis
adalah sebagai berikut:
 Tahap 1, dari kerangka kerja analitis formulasi strategi terdiri dari Matriks
Evaluasi Faktor Eksternal (EFE), Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE), dan
Matriks Profil Kompetitif (CPM). Tahap 1 disebut tahap input, tahap ini
merangkum informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.
 Tahap 2, yang disebut tahap pencocokan, berfokus pada menghasilkan strategi
alternatif yang layak dengan menyelaraskan faktor-faktor kunci eksternal dan
internal. Teknik Tahap 2 meliputi matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-
Ancaman (SWOT), matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (SPACE),
matriks Boston Consulting Group (BCG), matriks Internal-Eksternal (IE).
Tahap 2 ini yang digunakan adalah Matriks Internal-Eksternal (IE) dan Matriks
SWOT.
 Tahap 3 dikenal sebagai tahap keputusan yang melibatkan teknik tunggal dan
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM). Secara objektif, matriks
QSPM menggunakan informasi input dari Tahap 1 untuk mengevaluasi strategi
alternatif yang layak diidentifikasi pada Tahap 2. Matriks ini juga
mengungkapkan daya tarik relatif dari strategi alternatif dan memberikan dasar
objektif untuk memilih strategi tertentu. QSPM menurut David (2011) adalah
cara yang lebih kuat untuk menentukan daya tarik relatif strategi daripada
metode peringkat individu dan kelompok.

42
43

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa Framework Strategic Plan yang menjadi


strategi utama yang digunakan dalam bisnis jasa penyemprotan drone di PT Agro
Sky Indonesia.
Gambar 4. 1 Framework Strategic Plan

The Input The Matching The Decision


Stage Stage Stage

Internal Factor Internal - Quantitative


Evaluation External (IE) Strategic
(IFE) Matrix Matrix Planning Matrix
(QSPM)

External Factor SWOT


Evaluation
(EFE) Matrix Matrix

Competitive
Profile Matrix
(CPM)

4.2 Tujuan dan Sasaran


Dalam menjalankan strategi pengembangan usaha selama 5 tahun, target
kerja PT Agro Sky Indonesia dibagi menjadi target jangka pendek dan target
jangka panjang. Target jangka pendek diberi nama Consolidation and Exploration
yang harus dicapai selama 2 tahun, sedangkan target jangka menengah selama 3
tahun dilabeli dengan Excellent, Innovation, and Continuous Improvement to be
Agriculture Drone Sprayer Provider. Tujuan dan sasaran ini terkait pengembangan
usaha PT Agro Sky Indonesia dapat digambarkan dalam Tabel 4.1.
44

Tabel 4. 1 Tujuan dan Sasaran

Objectives Short-term (1-2 tahun) Long-term (3-5 tahun)


 Jumlah penjualan lebih  Jumlah penjualan lebih
dari IDR 200-300 juta. dari IDR 1 miliar.
Revenue Goals  3.4% dari net profit untuk  7.0% dari net profit untuk
(Tujuan untuk program pelatihan pilot program pelatihan pilot
mencapai target drone. drone.
penjualan)  Pengembalian modal  Ekspansi bisnis atau
selama 2 tahun sesuai pengembangan usaha.
target ROI.
 Feedback atau  Feedback positif dari
testimonial positif dari klien sebesar 80-85%.
klien sebesar 60-75%.  Brand mulai disebarkan
Customer  Brand mulai diakui dan kepada masyarakat di
Service Goals dikenal. wilayah tertentu.
(Tujuan  Tingkatkan kepuasan  Tingkatkan legislatif
pencapaian pelanggan terhadap cara untuk mendanai lebih
pelayanan) pembayaran dan banyak “program hijau”
efisiensi lahan sawit. dalam meningkatkan
produktivitas lahan
sawit
 Meningkatkan kinerja  Meningkatkan kinerja
karyawan dan pilot drone karyawan dan pilot drone
Employee sebesar 75-80%. sebesar 85-90%.
Appreciation  Memberikan cuti khusus  Memberikan cuti khusus
Goals (unrecorded time- (unrecorded time-
(Tujuan off) selama 1 bulan. off) selama 2 bulan.
Apresiasi  Memberikan imbalan  Menaikkan jabatan
Karyawan) bonus atau insentif yang sebagai apresiasi bagi
tak terduga karyawan dengan prestasi
kerja yang baik.
 10-50 klien perusahaan  100-250 klien perusahaan
Community perkebunan sawit perkebunan sawit.
Outreach  2-4 pilot drone dan 3-5  10-15 pilot drone dan 20
(Jumlah staff untuk kegiatan staff untuk kegiatan
pelanggan yang operasional untuk 1 kantor operasional untuk 5 kantor
harus dicapai) utama di Jakarta untuk 5 cabang lain di
wilayah tertentu.
45

4.3 The Input Stage


Tahap input merupakan tahap pertama yang merangkum informasi input
dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi bagi suatu usaha. Setiap faktor
ditetapkan bobotnya yang berkisar dari 0 yang tidak bernilai penting hingga 1
yang bernilai penting. Bobot yang diberikan pada faktor tertentu menunjukkan
kepentingan relatif faktor tersebut untuk menjadi sukses di industri perusahaan.
Faktor-faktor yang dianggap memiliki pengaruh terbesar pada kinerja organisasi
harus diberi bobot tertinggi. Jumlah semua bobot harus sama dengan 1.
4.3.1 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Faktor-faktor internal yang telah diidentifikasi dan didata dalam proses
analisis faktor internal yang telah dibahas pada bab sebelumnya, termasuk key
strength dan key weakness. Key strength dan key weaknesses yang ditetapkan
berdasarkan peringkat suatu perusahaan. Peringkat 1 hingga 4 untuk setiap faktor
itu mewakili kelemahan utama (peringkat = 1), kelemahan kecil (peringkat = 2),
kekuatan kecil (peringkat = 3) atau kekuatan utama (peringkat = 4).
Terlepas dari seberapa faktor yang dimasukkan dalam evaluasi faktor
internal, skor total tertimbang dapat berkisar dari rendah 1 hingga tinggi 4 yang
dapat dihitung dengan skor rata-rata 2.5. Total skor tertimbang jauh di bawah 2.5
menjadi ciri organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor signifikan di
atas 2.5 menunjukkan posisi perusahaan yang kuat. Matriks Internal Factor
Evaluation (IFE) dari hasil analisis faktor internal PT Agro Sky Indonesia yang
dapat disajikan pada Tabel 4.2.
46

Tabel 4. 2 Matriks IFE

Bobot Rating Score


No Internal Factor Evaluation
(a) (b) (a x b)
Kekuatan (Strength)
1 Mengandalkan teknologi drone sprayer
yang canggih dan terupdate dalam
0,17 4 0.68
menyemprot lahan sawit dari segi waktu
dan biaya
2 Pengembangan jasa penyemprotan drone
memiliki peluang yang bagus di masa yang 0,15 4 0,60
akan datang
3 Penjualan dan promosi menggunakan
personal selling dan direct marketing
melalui asosiasi dan website guna
0,11 3 0,33
memaksimalkan efisiensi penjualan
langsung kepada perusahaan perkebunan
sawit
4 Adanya hubungan erat dengan lembaga
terkait, seperti APDI, Kemenhub serta 0,15 3 0,45
Ditjen Bea dan Cukai
5 SDM yang tersertifikasi dan berpengalaman
0,17 4 0,68
di bidang masing-masing
Kelemahan (Weakness)
1 Terbatasnya stok drone hanya ada 2-3 unit
0,07 1 0,07
pada masa awal pembukaan usaha ini.
2 Terjadinya penolakan dari petani karena ada
0,07 1 0,07
potensi pengangguran pada buruh tani
3 Reputasi masih rendah karena relatif baru
0,11 2 0,22
dalam teknis Agriculture Drone Sprayer
TOTAL 1,00 3,1

Berdasarkan hasil pembobotan matriks IFE di atas pada tabel 4.2 apabila
dibandingkan antara strength dan weakness, untuk bobot kekuatan sebesar 0.75 dan
bobot kelemahannya sebesar 0.25. Dapat disimpulkan PT Agro Sky Indonesia telah
dengan baik memberdayakan kekuatannya dalam rangka menutupi berbagai
kelemahan tersebut. Pada total bobot akhir yang dihasilkan dalam perhitungan
matriks IFE, total score yang mencapai 3.1 sehingga dapat dikatakan bahwa
perusahaan berada pada posisi internal yang kuat.
47

4.3.2 Matriks External Factor Evaluation (EFE)


Faktor-faktor eksternal didata sebagaimana diidentifikasi dalam analisis
faktor ekternal yang telah dibahas pada Bab 2, termasuk opportunity dan threats
yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Penetapan peringkat antara 1
hingga 4 untuk setiap faktor key external untuk menunjukkan seberapa efektif
strategi perusahaan dapat merespons faktor tersebut, di mana 4 = respons lebih
unggul, 3 = respons di atas rata-rata, 2 = respon rata-rata dan 1 = responnya buruk.
Peringkat tersebut didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan.
Terlepas dari dari jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan
dalam matriks EFE, skor tertimbang total tertinggi yang cocok bagi organisasi
sebesar 4.0 dan skor tertimbang total terendah sebesar 1.0. Total skor tertimbang
rata-rata adalah 2.5. Skor tertimbang total 4.0 menunjukkan bahwa organisasi
merespons secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada dan
mengurangi dampak buruk dari ancaman eksternal suatu industri. Skor total 1.0
menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang atau
menghindari ancaman eksternal. Matriks External Factor Evaluation (EFE) dari
hasil analisis faktor internal PT Agro Sky Indonesia yang dapat disajikan pada
Tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Matriks EFE

Bobot Rating Score


No External Factor Evaluation
(a) (b) (a x b)
Peluang (Opportunity)
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 tahun 2021 tentang
penyelenggaraan bidang pertanian yang merupakan aturan
turunan UU Nomor 11 tahun 2021 tentang cipta kerja
1 0,07 2 0,21
dimana perusahaan perkebunan sawit hanya bisa menanam
kelapa sawit minimum 6.000 hektar dan maksimal 100.000
hektar untuk satu perusahaan perkebunan secara nasional.
Keuntungan dalam proses impor drone adalah
mendapatkan pembebasan terhadap barang yang
2 0,05 1 0,20
diperlukan dalam rangka penanganan pandemi COVID-19
sesuai PMK Nomor 09 dan 66 tahun 2021.
3 Pertumbuhan produksi dan ekspor sawit 0,10 1 0,30
Adanya peraturan Regulasi Pesawat Tanpa Awak untuk
4 0,03 2 0,06
keselamatan penerbangan.
5 Memperoleh sertifikasi dan lisensi pilot drone yang valid. 0,06 2 0,12
48

Bisa bekerjasama dengan partner bisnis untuk memasok


6 0,08 2 0,24
pestisida dan produksi sawit.
Meningkatnya penjualan drone komersial sebagai alat
7 0,07 1 0,14
pengendali otomatis
Efisiensi biaya operasional dan waktu penyemprotan
8 0,12 2 0,36
dengan drone.
Ancaman (Threat)
1 Maraknya impor barang illegal 0,07 2 0,12
Nilai tukar antara mata uang rupiah dengan mata uang
2 lain ini dipengaruhi oleh faktor perbedaan suku bunga dan 0,06 3 0,15
arus modal.
Membiayai pelatihan pilot drone kepada lembaga tertentu
3 0,05 3 0,12
saja.
4 Sulit memperoleh partner bisnis. 0,04 2 0,08
Membutuhkan waktu untuk pembelian part berupa battery
5 0,04 2 0,14
resmi drone DJI untuk proses importnya.
6 Tingginya kebutuhan data eksten lahan sawit. 0,07 3 0,27

7 Belum dilakukan pengujian drone dalam bisnis sendiri 0,09 3 0,21


TOTAL 1,00 2,05

Berdasarkan hasil pembobotan matriks EFE pada Tabel 4.3., jumlah score
yang telah dicapai sebesar 2,05 dengan jumlah bobot sebesar 1. Hal ini berarti
secara rata-rata, kami telah merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman
dalam menjalankan usahanya. Dalam kata lain, kondisi usaha layanan
penyemprotan drone di PT Agro Sky Indonesia berada dalam posisi kuat untuk
mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan menghindari dampak
yang mungkin muncul dari ancaman eksternal suatu usaha sejenis.
4.3.3 Competitive Profile Matrix (CPM)
Matriks Profil Persaingan atau Competitive Profile Matrix (CPM) menurut
David (2011) merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis pesaing utama
dari perusahaan serta menilai kekuatan dan kelemahan pesaing dalam
hubungannya dengan posisi strategis dari perusahaan. Matriks ini juga berfungsi
untuk membandingkan apa yang menjadi keunggulan pada setiap perusahaan.
Bobot dan skor total, baik dalam matriks CPM maupun matriks EFE, memiliki
arti yang sama. Namun demikian, faktor keberhasilan penting dalam matriks CPM
mencakup isu-isu internal dan eksternal. Oleh karena itu, keberhasilan CPM
49

dipengaruhi oleh kekuatan dan kelemahan berdasarkan peringkat, dimana 4


= sangat kuat, 3 = kuat, 2 =  lemah dan 1 = sangat lemah.
Dari usaha sejenis, dipilih kedua kompetitor utama sudah terlebih dahulu
berjalan dari PT Agro Sky Indonesia, yaitu Nusa Agri dan Frogs Indonesia.
Berikut adalah Competitive Profile Matrix (CPM) dari PT disajikan yang terlihat
pada Tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Competitive Profile Matrix (CPM)

PT Agro Sky Frogs


Nusa Agri
Critical Success Factor Weight Indonesia Indonesia
Rating Score Rating Score Rating Score
Kelengkapan Fitur Drone 0.20 3 0.60 1 0.40 1 0.20
Jumlah Pelanggan 0.30 2 0.60 3 0.90 1 0.30
Kualitas Pemasok 0.10 3 0.30 1 0.10 2 0.20
Teknologi Software 0.15 3 0.90 1 0.30 1 0.15
Harga Sewa 0.25 3 0.75 2 0.50 2 0.50
Waktu Penyemprotan 0.30 2 0.60 1 0.30 3 0.90
TOTAL 1.00 3.75 2.50 2.25

Berdasarkan hasil matriks CPM di Tabel 4.4, total nilai untuk PT Agro
Sky Indonesia adalah 3.75 yang lebih besar dibandingkan dengan kompetitor lain,
yaitu Nusa Agri sebesar 2.5 dan Frogs Indonesia sebesar 2.25. Hal ini berarti
bahwa bahwa posisi PT Agro Sky Indonesia masih lebih unggul untuk memiliki
teknologi drone DJI bila dibandingkan dengan kedua pesaing utama yang
menggunakan drone merk biasa. Hal tersebut terjadi karena kami juga mampu
membeli teknologi drone yang dilengkapi software dari pemasok luar negeri. Di
samping itu, adanya inovasi jasa penyemprotan drone dengan sistem kerja sendiri
yang ditawarkan dengan harga sewa yang terjangkau kepada perusahaan
perkebunan sawit yang sudah pernah menggunakan drone. Dapat dipastikan
bahwa kami mampu mendapatkan profit yang lebih besar serta melalui branding
dan goodwill, kami bisa sukses sebagai pionir sendiri dalam bisnis jasa
penyemprotan drone di Indonesia.
50

4.4 The Matching Stage


Tahap pencocokan (matching) menurut David (2011) yang berfokus pada
penciptaan strategi alternatif yang masuk akal dengan mengkombinasikan faktor
eksternal dan internal perusahaan yang terdiri dari matriks IE (matriks internal-
eksternal) dan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat).
4.4.1 Matriks Internal-Eksternal
Matriks IE dibagi menjadi dua dimensi utama, yaitu (1) skor bobot total
IFE pada sumbu x dan (2) skor bobot total EFE pada sumbu y. Setiap divisi dari
usaha kami harus menyusun matriks IFE dan matriks EFE. Skor tertimbang total
yang diperoleh dari divisi memungkinkan penyusunan Matriks IE di tingkat
usaha.
Pada sumbu x di matriks IE, skor tertimbang total IFE dari 1 hingga 1,99
itu mewakili posisi internal yang lemah; skor 2 hingga 2,99 dianggap rata-rata;
dan skor 3.0 hingga 4.0 kuat. Pada sumbu y, skor tertimbang total EFE dari 1,0
hingga 1,99 dianggap rendah; skor 2,0 hingga 2,99 sedang; dan skor 3.0 hingga
4.0 tinggi. Lingkaran itu mewakili divisi yang diposisikan dalam matriks IE
berdasarkan koordinat (x,y). Matriks IE memiliki sembilan sel atau kuadran yang
meliputi tiga wilayah utama dengan implikasi strategi yang berbeda adalah
sebagai berikut:
1. Wilayah 1 merupakan divisi atau sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai
tumbuh dan membangun usaha ini. Terdapat pilihan kedua strategi untuk divisi
ini adalah strategi intensif, seperti penetrasi pasar, pengembangan pasar dan
pengembangan produk atau strategi integratif, seperti integrasi ke belakang,
integrasi ke depan dan integrasi horizontal. Wilayah ini adalah wilayah terbaik
untuk divisi ini berdasarkan skor IFE dan EFE yang tinggi. Semakin maju dan
berkembang suatu usaha, semakin kuat dalam mencapai portofolio bisnis yang
diposisikan di Wilayah 1.
2. Wilayah 2 merupakan divisi atau sel III, V atau VII dapat digambarkan sebagai
strategi hold dan maintain. Penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah
dua strategi yang biasa digunakan untuk jenis divisi ini.
51

3. Wilayah 3 merupakan divisi atau sel VI, VIII atau IX dapat digambarkan
sebagai panen atau divestasi usaha ini.
Berikut adalah gambaran matriks IE yang dapat disajikan pada Gambar 4.2.
Gambar 4. 2 Matriks Internal-Eksternal

Sesuai gambar di atas, berdasarkan hasil matriks IFE sebesar 3.1 dan
matriks EFE sebesar 2.05 menunjukan bahwa posisi internal maupun eksternal PT
Agro Sky Indonesia berada dalam sel IV, yaitu Grow and Build. Agar dapat
bertahan dan berkembang menjadi perusahaan besar, dapat diperoleh alternatif
strategi pertumbuhan dan pengembangan produk untuk usaha ini. Dengan adanya
strategi ini, kami ingin terlebih dahulu melakukan penetrasi pasar yang berfokus
pada penjualan dan promosi yang telah dibahas pada bab Tujuan dan Sasaran.
4.4.2 Matriks SWOT
Matriks SWOT menurut David (2011) bertujuan untuk merumsukan dan
menentukan strategi efektif bagi pertumbuhan bisnis berdasarkan kekuatan dan
kelemahan yang ada, untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada di masa
mendatang. Dengan adanya matriks SWOT, biasanya dilakukan identifikasi
sejumlah alternatif strategi dengan mencocokkan tahap input berdasarkan faktor
internal dan eksternal. Dengan adanya empat faktor tersebut, dapat dipersiapkan
strategi kekuatan usaha ini, solusi dari kelemahan usaha ini serta ditemukan
52

beberapa peluang dan cara mengatasi ancaman usaha ini. Analisis matriks SWOT
dari PT Agro Sky Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Matriks SWOT

MATRIKS SWOT STRENGTH WEAKNESS


INTERNAL 1. Mengandalkan teknologi drone 1. Terbatasnya stok drone hanya ada
FACTOR sprayer yang canggih dan ter-update 5 unit pada masa awal pembukaan
dalam menyemprot lahan sawit dari usaha ini. Keterbatasan format
segi waktu dan biaya Kerjasama software drone.
pembagian saham 2. Reputasi masih rendah karena
2. Pengembangan jasa penyemprotan relatif baru dalam teknis
drone memiliki peluang yang bagus Agriculture Drone Sprayer Edukasi
di masa yang akan datang Distribusi tentang drone sprayer kepada
ke perusahaan perkebunan sawit petani
3. Penjualan dan promosi menggunakan 3. Perlu perbaikan manajemen
personal selling dan direct marketing strategi pemasaran Ketatnya
melalui asosiasi dan website guna sertifikasi pilot drone.
memaksimalkan efisiensi penjualan
langsung kepada perusahaan
EXTERNAL perkebunan sawit.
FACTOR 4. Adanya tim solid yang mengelola
operasional bisnis
5. Adanya hubungan erat dengan
lembaga terkait, seperti APDI,
Kemenhub serta Ditjen Bea dan
CukaiSistem keuangan transparan
6. SDM yang tersertifikasi dan
berpengalaman di bidang masing-
masing
OPPORTUNITY SO WO
1. Peraturan Pemerintah (PP) 1. Memberikan penawaran harga 1. Melakukan promosi dan penjualan
Nomor 26 tahun 2021 tentang kompetitif dari drone daripada serta aktif ikut dalam kegiatan yang
penyelenggaraan bidang semprot gendong, waktu yang lebih diselenggarakan oleh GAPKI (W4,
pertanian yang merupakan cepat, dan hasil yang maksimal W8, O3, O7)
aturan turunan UU Nomor 11 (S3, S4, S7, O2, O3) 2. Menjadi mitra supplier drone dan
tahun 2021 tentang cipta kerja 2. Menambah mitra bisnis dan strategi sparepart dngan sistem bagi hasil
dimana perusahaan strata harga (S1, S2, O2) (W1, W2, W3, W7, O4, O4, O8)
perkebunan sawit hanya bisa 3. Menyerap SDM yang ahli dalam 3. Memberikan full training kepada
menanam kelapa sawit bidang teknologi dan pertanian karyawan (W4, W5, W6, O1, O5,
minimum 6.000 hektar dan dengan gaji kompetitif (S6, S8, S9, O6)
maksimal 100.000 hektar O5, O6).
untuk satu perusahaan 4. Menjalin long-term relationship
perkebunan secara dengan lembaga terkait (S10, O1,
nasional.Pajak atas impor O4)
barang
2. Keuntungan dalam proses
impor drone adalah
mendapatkan pembebasan
terhadap barang yang
diperlukan dalam rangka
penanganan pandemi COVID-
53

19 sesuai PMK Nomor 09 dan


66 tahun 2021.Drone mampu
menekan biaya produksi
3. Pertumbuhan produksi dan
ekspor minyak sawit.
4. Kenaikan biaya tenaga kerja
setiap tahun rata-rata 10%
terkait regulasi penguapahan
di Indonesia.Adanya
kerjasama partner bisnis
5. Dikenakan denda dan
kurungan penjara terkait
aturan penerbangan.
6. Memperoleh sertifikasi dan
lisensi pilot drone yang valid.
7. Bisa bekerjasama dengan
partner bisnis untuk memasok
pestisida dan produksi sawit.
8. Meningkatnya penjualan
drone komersial sebagai alat
pengendali otomatis.
9. Drone mampu mendeteksi
kesuburan tanah dan
kebutuhan pupuk tanaman.
THREAT ST WT
1. Peraturan Menteri 1. Mengembangkan SDM yang 1. Menyewa gedung baru sebagai
Perhubungan Nomor 163 kredibel, professional dan tempat penyimpanan unit dan
yang mengatur batasan- memuaskan pelanggan (S6, S8, S9, cadangan drone untuk kegiatan
batasan yang harus diikuti T7) bisnis (W3, T7)
pilot drone seperti larangan 2. Memberikan edukasi akan risiko dan 2. Mengubah direct menjadi online
terbang di atas kerumunan, dampak penggunaan drone dalam marketing yang mampu menarik
larangan terbang dalam jangka panjang terhadap keamanan lead baru (W8, T5)
keadaan mabuk, dan larangan dan lingkungan. (S3, S4, S7, T3, T6) 3. Memberikan komisi besar melalui
terbang di luar pandangan 3. Menambah pemasok yang lebih program partnership untuk
mata (Beyond Visual Line of kompetitif serta berkolaborasi denga mempermudah aktivitas bisnis
Sight/BVLOS). mitra baru untuk membantu (W1, T3, T4)
2. Harus ada sertifikasi dan surat penjualan (S1, S2, S10, T1, T2, T4, 4. Mengembangkan kualitas SDM
izin yang valid terkait aturan T5) yang berintegritas (W5, W6, T1)
drone yang beratnya lebih 55 5. Menyewa atau membeli unit drone
lbs. merk lain yang lebih bagus
3. Persaingan berbagai daripada merk DJI (W2, W7, T2,
komoditas minyak. T6)
4. Nilai tukar antara mata uang
rupiah dengan mata uang lain
ini dipengaruhi oleh faktor
perbedaan suku bunga dan
arus modal.
5. Membiayai pelatihan pilot
drone kepada lembaga
tertentu saja.
6. Sulit memperoleh partner
bisnis.
7. Membutuhkan waktu untuk
pembelian part berupa battery
54

resmi drone DJI untuk proses


importnya.
8. Tingginya kebutuhan data
eksten lahan sawit.
4.5 The Decision Stage
Tahap keputusan (decision stage) merupakan tahap terakhir pada proses
formulasi strategi dengan menggunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix) untuk mendapatkan alternatif strategi bisnis yang terbaik bagi
PT Agro Sky Indonesia. Matriks QSPM menurut David (2011) adalah matriks
yang digunakan untuk mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling
cocok dengan lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Matriks QSPM dapat diketahui dengan menganalisis faktor internal
dan faktor eksternal berdasarkan matriks SWOT dan matriks IE.
Keberhasilan QSPM dipengaruhi oleh hasil analisis SWOT berdasarkan
nilai daya tarik (Attractiveness Scores – AS), dimana 4 = sangat menarik, 3 =
cukup menarik, 2 = agak menarik dan 1 = tidak menarik. Apabila ada pengaruh
daya tarik terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan, maka tidak
diberikan nilai (AS). Dapat diketahui bahwa total nilai daya tarik (TAS) dapat
dihitung dengan mengalihkan bobot dengan nilai daya tarik (AS) dan ditotalkan
dengan jumlah total nilai daya tarik (STAS). Alternatif strategi yang memiliki
nilai total terbesar merupakan strategi yang paling baik. Sebelum memutuskan
untuk memilih strategi terbaik bagi PT Agro Sky Indonesia, berikut adalah
matriks QSPM berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal yang dapat dilihat
pada Tabel 4.6.

Tabel 4. 6 QSPM Agro Sky Indonesia

Strategic Alternative

Market Market Product


Key Factor Weight Penetration Development Development

AS TAS AS TAS AS TAS

Opportunity
1 Adanya aturan pengendalian pengoperasian sistem drone 0,07 3 0,21 3 0,21 2 0,14
2 Adanya pajak terhadap impor barang 0,05 - - - - - -
3 Pertumbuhan produksi dan ekspor sawit 0,10 2 0,20 2 0,20 1 0.10
55

4 Adanya sosialisasi dan edukasi drone sprayer 0,03 2 0,06 1 0,03 2 0,06
5 Memperoleh sertifikasi dan lisensi pilot drone 0,06 1 0,06 3 0,18 2 0,12
Bisa bekerjasama dengan partner bisnis untuk memasok pestisida dan 2
6 0,08 2 0,16 4 0,32 0,16
produksi sawit
7 Meningkatnya penjualan drone komersial sebagai alat pengendali otomatis 0,07 1 0,07 1 0,07 1 0,07
8 Efisiensi biaya operasional dan waktu penyemprotan dengan drone 0,12 3 0,36 4 0,48 2 0,24
Threat
1 Maraknya impor barang ilegal 0,07 - - - - - -
2 Fluktuatif nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing 0,06 - - - - - -
3 Membiayai pelatihan pilot drone kepada lembaga tertentu saja 0,05 2 0,10 3 0,15 2 0,10
4 Sulit memperoleh partner bisnis 0,04 3 0,12 3 0,12 2 0,08
5 Rendahnya pelayanan dealer atau distributor resmi drone DJI 0,04 2 0,08 2 0,08 2 0,08
6 Tingginya kebutuhan data produktivitas lahan sawit 0,07 3 0,21 4 0,28 2 0,14
7 Belum dilakukan pengujian drone dalam bisnis sendiri 0,09 3 0,27 3 0,18 2 0,18
Strength
Mengandalkan teknologi drone sprayer yang canggih dan ter-update
1 0,17 4 0,68 4 0,68 3 0,51
dalam menyemprot lahan sawit dari segi waktu dan biaya
Pengembangan jasa penyemprotan drone memiliki peluang yang bagus di
2 0,15 3 0,45 3 0,45 2 0,3
masa yang akan datang
Penjualan dan promosi menggunakan personal selling dan direct
3 marketing melalui asosiasi dan website guna memaksimalkan efisiensi 0,11 1 0,11 3 0,33 2 0,22
penjualan langsung kepada perusahaan perkebunan sawit
Adanya hubungan erat dengan lembaga terkait, seperti APDI, Kemenhub
4 0,15 1 0,15 3 0,45 2 0,3
serta Ditjen Bea dan Cukai
5 SDM yang tersertifikasi dan berpengalaman di bidang masing-masing 0,17 2 0,34 3 0,51 2 0,34
Weakness
Terbatasnya stok drone hanya ada 5 unit pada masa awal pembukaan
1 0,07 4 0,28 3 0,21 2 0,14
usaha ini, dikarenakan harga drone dari luar negeri yang relatif mahal
Terjadinya penolakan dari petani karena ada potensi pengangguran pada
2 0,07 3 0,21 3 0,21 1 0,07
buruh tani
Reputasi masih rendah karena relatif baru dalam teknis Agriculture Drone
3 0,11 1 0,11 3 0,33 1 0,11
Sprayer
TOTAL 2   4,23   5,47   3,37

Keterangan Tabel:
AS: Attractiveness Scores dan TAS : Total Attractiveness Score
Berdasarkan hasil Tabel 4.6 dapat dilihat keseluruhan total skor yang
diperoleh dari masing-masing strategi adalah 4,23 untuk strategi pertama, 5,47
untuk strategi yang kedua dan 3,37 untuk strategi yang ketiga. Berdasarkan hasil
skor tersebut, artinya strategi kedua, yakni Market Development lebih diutamakan
untuk dilakukan oleh Agricultural Drone Sprayer karena total dari nilai bobotnya
lebih besar dari strategi pertama.
56

4.6 Lean Canvas Model


Lean Canvas Model merupakan template rencana bisnis yang dapat
membantu memecah ide agar lebih mudah dibaca dan dipahami. Metode lean
canvas dikembangkan Ash Maurya yang diadaptasi dari Business Model Canvas
(BMC) karya Alexander Osterwalder. Lean canvas lebih berfokus pada masalah,
solusi, parameter kunci, dan nilai kompetitif. Selain itu juga dapat dimanfaatkan
untuk mengukur risiko dan ketidakpastian bisnis. Pada dasarnya, lean canvas
memang ditujukan untuk pengusaha agar lebih sederhana dan jelas dalam
membuat ide tentang bisnis. Canvas ini membagi model menjadi tujuh komponen
utama yaitu Problem, Solution, Key Matrics, Unfair Advantage, Unique Value
Proposition, Cost Structure dan Revenue Streams.
4.6.1 Problem
Masalah yang telah diidentifikasi yaitu : (1) Jika sprayer gendong yang
digunakan rusak, akan sulit mendapatkan sparepartnya karena belum tentu
produsen yang membuat sprayer tersebut masih memproduksi alatnya atau jika
ada pastinya harga spareparts lebih mahal karena keterbatasan jumlah produksi
dari pembuat sprayer gendtong tersebut, (2) Keterbatasan tenaga manusia, yang
dimana dalam 1 hari kerja ( 7 jam ) seorang petani semprot hanya ditarget
menyelesaikan 4 Ha (dalam kondisi normal), (3) Areal lahan mempengaruhi kerja
para petani semprot (seperti areal perbukitan) sehingga akan membutuhkan waktu
dan tenaga ekstra bagi para petani semprot, (4) Upah yang dikeluarkan oleh
perusahaan kepada petani tetap sama walaupun tidak tercapai target 4 Ha,
sehingga terjadi ketidakefisienan terhadap upah yang dikeluarkan.
4.6.2 Solutions
Solusi yang ditawarkan oleh PT Agro Sky Indonesia adalah (1)
memberikan cost yang lebih murah dibandingkan dengan upah petani semprot. (2)
memberikan hasil penyemprotan 6x lebih cepat dibanding pengerjaan manual dan
hasil lebih maksimal (3) pengendalian hama dan gulma menjadi lebih akurat
karena daya semprot yang sangat kuat dan daya sebar yang luas (4) merencanakan
dan mengelola penerbangan secara real time (5) penyemprotan lebih efektif dan
merata.
57

4.6.3 Key Metrics


Key Metrics dari PT. Agro Sky Indonesia adalah mendapatkan 10 klien
per tahun dan mendapat order dengan luas lahan penyemprotan 88 ribu hektar per
tahun.
4.6.4 Unfair Advantage
Unfair Advantage PT Agro Sky Indonesia adalah menyediakan jasa
penyemprotan pada perkebunan kelapa sawit dengan cara terbaru, yaitu
menggunakan teknologi drone DJI Agras T20 yang dilengkapi dengan sistem
koreksi GPS melalui Real Time Kinematic kapasitas 20 liter untuk menyemprot
lahan sawit perhektar selama 15-20 menit dengan biaya yang lebih rendah
dibandingkan cara manual.
4.6.5 Unique Value Propositions
Unique Value Propositions dari PT Agro Sky Indonesia adalah teknologi
drone sprayer yang canggih dan ter-update dalam menyemprot lahan sawit dari
segi waktu dan biaya.
4.6.6 Customer Segments
Pada bisnis ini, segmen pasar yang menjadi target kami adalah perusahaan
perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang sudah pernah menggunakan jasa
penyemprotan drone.
4.6.7 Channels
Channels yang digunakan oleh PT Agro Sky Indonesia adalah dengan
melakukan Direct Selling terhadap target customer dan atau melalui pameran
acara tertentu.
4.6.8 Revenue Streams
Untuk menentukan sistem penjualan sendiri, kami bisa mendapatkan uang
dari pelanggan dengan beberapa cara, diantaranya penjualan jasa penyemprotan
drone, dan penjualan paket bundling berisi pestisida dan pupuk cair.
4.6.9 Cost Structures
Untuk mempermudah aktivitas bisnis yang didukung oleh channel dan
sumber daya, beberapa biaya yang dapat dikeluarkan dalam bisnis kami,
diantaranya biaya pembelian drone, gaji karyawan, biaya pemasaran, biaya sewa
58

kantor, biaya lisensi surat izin dan sertifikat, biaya peralatan dan perlengkapan
kantor.

Gambar 4. 3 Lean Canvas Model PT Agro Sky Indonesia

Unique Value Customer


Problems Solutions Unfair Advantage
Proportions Segments

 Sulitnya  Menawarkan cost  Teknologi drone  Menyediakan jasa Perusahaan


mendapatkan yang lebih murah. sprayer yang penyemprotan perkebunan kelapa
spareparts sprayer  Penyemprotan yang canggih dan ter- pada perkebunan sawit yang telah
manual ditawarkan lebih update dalam kelapa sawit pernah
(gendong). cepat dan efisien. menyemprot lahan dengan cara menggunakan jasa
 Keterbatasan  Pengendalian gulma sawit dari segi terbaru, yaitu penyemprotan
tenaga manusia. menjadi lebih akurat. waktu dan biaya. menggunakan drone.
 Area Lahan  Merencanakan dan teknologi drone
tempat bekerja. mengelola DJI Agras T20
 Ketidakefisienan penerbangan secara yang dilengkapi
upah yang real time. dengan system
diberikan.  Hasil lebih cepat dan koreksi GPS
merata. melalui Real Time
Kinematic
kapasitas 23 liter
untuk menyemprot
lahan sawit per
hektar selama 15
menit dengan
biaya yang lebih
rendah.
Key Metrics Channels

 Mendapat 10 klien per  Direct Selling


tahun.
 Mendapat order 88
ribu hektar per tahun.
Cost Structure Revenue Streams
 Biaya gaji karyawan.  Penjualan jasa penyemprotan drone.
 Biaya pemasaran.  Penjualan paket bundling berisi pestisida.
 Biaya sewa kantor.  Penjualan sponsorship dari pameran acara tertentu.
 Biaya lisensi surat izin dan sertifikat.
 Biaya peralatan dan perlengkapan kantor.
BAB V
MARKETING PLAN

5.1 Framework
Teknik perumusan rencana pemasaran yang dijabarkan menjadi lima tahap
kegiatan pemasaran dalam mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih strategi
pemasaran usaha. Berikut tahapan rencana pemasaran bisnis kami, diantaranya:
 Tahap 1 adalah melakukan refleksi tujuan dan sasaran pemasaran yang
mengacu pada profil, visi dan misi perusahaan dalam jangka waktu rencana
pemasaran.
 Tahap 2 adalah menetapkan strategi STP (segmenting, targeting dan
positioning) yang harus dilalui untuk pemasaran bisnis penyewaan jasa
penyemprotan drone.
 Tahap 3 adalah menganalisis NICE Marketing berdasarkan model penjualan
business to Business (B2B) yang terjadi pada bisnis tersebut.
 Tahap 4 adalah menganalisis, merumuskan dan menjalankan strategi penjualan
bisnis kami berdasarkan ketiga elemen utama, yaitu aktivitas penjualan, tim
penjualan dan anggaran penjualan.
 Tahap 5 adalah menganalisis asumsi proyeksi arus pendapatan berdasarkan
skenario dan asumsi serta sistem perhitungan proyeksi revenue stream.
Gambar 5.1 menunjukkan bahwa Framework Marketing Plan yang
menjadi strategi utama yang dijalankan dalam kegiatan pemasaran bisnis jasa
penyemprotan drone di PT Agro Sky Indonesia.
Gambar 5. 1 Framework Marketing Plan

Sales
Strategi STP Aktivitas Penjualan Skenario dan
Tujuan Segmenting Tim Penjualan Asumsi
Analisis NICE
Sasaran Targeting Marketing Anggaran Penjualan Proyeksi Arus
Positioning Pendapatan
Tujuan dan
Sasaran Marketing Proyeksi
Pemasaran Mix Revenue
Stream

59
60

Sumber: Tim Penulis, 2021


BAB 5
5.1
5.2 Tujuan dan Sasaran Pemasaran
Dalam menjalankan strategi pemasaran bisnis PT Agro Sky Indonesia
selama 5 tahun, berikut adalah tujuan dan sasaran (Goals & Objectives)
pemasaran bisnis yang akan dijalankan sesuai dengan profil, visi dan misi usaha
kami.
5.2.1 Tujuan Pemasaran
Dalam menjalankan strategi pemasaran bisnis yang ditetapkan oleh
departemen Sales dan Marketing, salah satu strategi yang akan diterapkan
berdasarkan pertimbangan produk dan target pasar adalah matriks Ansoff. Dalam
matriks ini, salah satu bagian dari strategi tersebut yang dipilih dalam bisnis kami
adalah pengembangan pasar, yang ditetapkan berdasarkan ketiga jenis tujuan
pemasaran. Dalam tujuan jangka pendek, tahap pemasaran yang harus dilakukan
adalah pengembangan pasar, dimana kami harus menetapkan strategi
pertumbuhan bisnis dengan menarik lebih banyak pelanggan baru untuk produk
yang sudah ada. Dalam hal ini, kami harus mulai meluncurkan produk drone
sprayer yang terbaru dan memperluas merek bisnis ‘’Agro Sky Indonesia’’ pada
kategori bisnis jasa penyemprotan drone untuk memperoleh pasar baru saat ini.
Dalam tujuan jangka menengah, kami akan melakukan pengembangan
pasar ke perusahaan perkebunan kelapa sawit yang ada di daerah Kalimantan dan
Sumatera dengan mengalokasikan lebih banyak sumber daya dan waktu untuk
memasarkan bisnis penyewaan penyemprotan drone. Selain itu, kami juga akan
memberikan penyuluhan dan gambaran kepada para petani yang bekerja di sektor
perkebunan sawit tentang layanan penyemprotan pestisida dengan teknologi drone
sprayer, yang telah dibahas pada bab Visi dan Misi.
Dalam tujuan jangka panjang, strategi pengembangan pasar dijalankan
dengan melakukan ekspansi geografis ke pasar baru di area yang berbeda dari
pasar lama melalui saluran penjualan, menciptakan jalur distribusi dengan
menarik pelanggannya pesaing melalui website serta menciptakan kebijakan harga
61

yang baru untuk menambah segmen pasar baru, yang akan dibahas pada sub bab
Marketing Mix.
5.2.2 Sasaran Pemasaran
Berdasarkan penetapan tujuan pemasaran tersebut, beberapa sasaran
pemasaran yang dijabarkan pada suatu target waktu tertentu adalah dimensi
kualitas dan mutu peralatan drone sprayer, dimensi pertumbuhan penjualan atas
pasar teknologi drone serta dimensi kompetensi dan kapabilitas pilot drone.
Ketiga dimensi tersebut ditujukan untuk meningkatkan penetrasi dan
pengembangan pasar. Untuk memenangkan persaingan bisnis di industri
pertanian, kami akan melakukan strategi intensif atau inovasi fasilitas lainnya,
seperti jasa survei, inspeksi, pemetaan dan pemantauan lahan sawit.
Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, kami akan mencari dan
mendapatkan teknologi drone yang sudah diimprovisasi oleh perusahaan DJI agar
produk tersebut lebih ramah bagi petani dan pilot drone. Contohnya adalah
teknologi drone dengan dudukan berupa magnet yang sangat mudah untuk
dibongkar pasang.
Untuk menentukan sasaran penjualan maka perlu dipahami efek jaringan
(Network Effect) dari industri pertanian. Maka dari itu, kami ingin membangun
networking dengan pelanggan di acara pameran pertanian tertentu. Untuk
memperluas dan memperkuat networking dengan target pasar, kami akan
melakukan penjualan langsung (Direct Selling) dan menjalin kerjasama dengan
perusahaan swasta, pemerintahan BUMN dan GAPKI. Bentuk kerjasama tersebut
adalah peningkatan kompetensi dan sharing pengetahuan terkait drone sprayer,
pengembangan training centre bagi petani dan pilot drone serta pengembangan
teknologi hardware dan software.
5.3 Segmenting, Targeting, dan Positioning
Untuk membidik target pasar dan memposisikan pemasaran bisnis
dibandingkan pesaing, PT Agro Sky Indonesia harus melaksanakan konsep
langkah strategi segmentasi, target dan posisi pasar yang menjadi ketiga hal yang
memenuhi kriteria dan prinsip pemasaran bisnis PT Agro Sky Indonesia.
62

5.3.1 Segmenting
Pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor kunci perekonomian
Indonesia yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap produk domestik
bruto nasional. Segmentasi pasar yang dilakukan PT Agro Sky Indonesia adalah
segmentasi pasar berdasarkan segmentasi geografis, dimana yang menjadi unit
geografis PT Agro Sky Indonesia yaitu wilayah Riau, Sumatra, dan Kalimantan.
Data Gambar 5.3 dari Direktorat Jenderal Tanaman dan Perkebunan,
Kementerian Pertanian pada tahun 2020 menggambarkan luas lahan kelapa sawit
per provinsi di Indonesia dengan total sekitar 14,8 juta hektar.

Gambar 5. 2 Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit

Sumber: bps.go.id
.
63

5.3.2 Targeting
PT Agro Sky Indonesia ingin menargetkan penggunaan jasa sewa drone
pada perkebunan kelapa sawit dengan prioritas utama status kepemilikan lahan
perkebunan kelapa sawit yang dimiliki swasta dan luas areal lahan berdasarkan
provinsi yang ada di Indonesia.
Gambar 5. 3 Data Luas Lahan Kelapa Sawit Per Provinsi
64

Dari data tersebut, maka PT Agro Sky Indonesia ingin menargetkan


Perusahaan Perkebunan Swasta untuk Kelapa Sawit dengan persentase 23%-50%
sebagai berikut:
1. Astra Agro Lestari
Anak usaha Astra International yang bergerak dalam bisnis singkong dan
karet, kemudian terjun ke dunia sawit tahun 1984 dengan membuka lahannya
di Riau. Data IDN Times per 17 November 2021 menunjukkan bahwa hingga
tahun 2021, total area perkebunan kelapa sawit seluas 287.604 hektar, yang
tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
2. Salim Ivomas Pratama
Perusahaan swasta yang kegiatan usaha sebagai produsen minyak dan lemak
nabati serta produk turunannya yang terintegrasi secara vertikal. Dari website
Kontan menunjukkan bahwa per Juni 2020, Salim Ivomas memiliki lahan
tertanam inti seluas 299.165 ha. Sebanyak 84% atau 250.364 ha diisi oleh
kelapa sawit. Dari jumlah tersebut, 211.730 hektar merupakan lahan yang
menghasilkan, sedangkan 38.634 hektar belum menghasilkan.
3. Austindo Nusantara Jaya
Perusahaan induk yang terlibat dalam produksi dan penjualan minyak sawit
mentah, inti sawit, dan hasil pangan berkelanjutan lainnya serta energi
terbarukan. Dari data Market Bisnis per Juli 2021, area cadangan lahan kelapa
sawit seluas 154.603 hektar dengan luas tertanam inti dan plasma seluas
54.695 hektar.
4. Sinar Mas Agro Resources and Technology
Disingkat SMART yang berhasil merebut sebagai perusahaan sawit terbesar
di Indonesia. Data Press Release dari SMART Tbk per 15 Juni 2021
menunjukkan bahwa luas area tertanam di pabrik SMART per 31 Maret 2021
adalah sebesar 137.600 hektar, terdiri dari 106.300 hektar area inti dan 31.300
hektar area plasma.
5. Eagle High Plantations
Perusahaan yang bergerak di bidang agriculture plantation pada sektor
pertanian. Dari website Berita Satu, Eagle High Plantations menjalankan
65

kegiatan operasional usaha sawit di 3 lokasi, yaitu di Pulau Sumatera,


Kalimantan dan Papua dengan total luas lahan perkebunan yang mencapai
125.000 hektar.
6. Sawit Sumbermas Sarana
Perusahaan minyak kelapa sawit di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah yang
produknya diekspor ke berbagai negara, seperti Cina, India, Pakistan dan
Banglades. Dari website PasarDana per 01 Oktober 2021, saat ini total luas
kebun inti perseroan mencapai 68.880 hektar.
7. PP London Sumatra Indonesia
Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia bergerak di industri
perkebunan kelapa sawit dan karet. Produk utamanya adalah minyak sawit
mentah dan karet serta sejumlah kecil kakao, teh dan biji-bijian. Data dari
Kontan Indonesia per 09 Oktober 2021 menunjukkan total area lahan
tertanam inti seluas 116.694 hektar. Dari jumlah tersebut, lahan seluas 96.378
Ha merupakan lahan kelapa sawit, dimana area seluas 211.730 hektar
merupakan lahan yang menghasilkan, sedangkan area seluas 38.634 hektar
belum menghasilkan.
8. Dharma Satya Nusantara
Perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan kelapa sawit,
industri pengolahan kayu, perkebunan dan hutan tanaman industri melalui
perseroan dan entitas anak pada sektor pertanian. Data dari CNBC Indonesia
per 22 November 2021 menunjukkan bahwa saat ini segmen kelapa sawit
merupakan bisnis utama dengan kontribusi mencapai 70% dari pendapatan
DSNG. Luas perkebunan kelapa sawit yang dimiliki mencapai 112.450
hektar.
9. Sampoerna Agro
PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) adalah perusahaan perkebunan kelapa
sawit dan produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang masih
memiliki cadangan lahan terbesar. Berdasarkan data, total lahan sawit
tertanam perseroan mencapai 134 ribu ha hingga September 2020 atau setara
dengan 79,3% dari total lahan yang dikuasai perseroan. Dari total lahan
66

tertanam tersebut, sebanyak 84.420 ha merupakan kebun inti dan sisanya


kebun rakyat serta pihak lain.
10. Bakrie Sumatera Plantations
Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan karet sampai telah tumbuh
dan diversifikasi menjadi salah satu produsen terkemuka di bidang produksi
karet alam dan CPO di Indonesia. Data dari Kontan Indonesia per 26
Desember 2020 menunjukkan adanya luas lahan penanaman mencapai 67.998
hektare. Dari jumlah tersebut, 88% lahan berisi tanaman berusia matang, 9%
berisi tanaman belum matang serta 3% area replanting.
5.3.3 Positioning
Bisnis penyewaan drone pertanian di Indonesia sejauh ini baru ada 1
pemain kompetitor yaitu PT. Karya Solusi Angkasa (Full Drone Solutions), yang
mempunyai core bisnis manufaktur drone untuk aplikasi pertanian dan industri,
yang mencakup penyemprotan zat pertanian, pemetaan dan pemodelan, serta
inspeksi dan pengawasan melalui udara. Dalam langkah ini, PT Agro Sky
Indonesia menempatkan posisi bisnis sebagai pemain utama yang mampu
memasarkan jasa penyemprotan drone dengan harga terjangkau dan fitur layanan
yang lengkap dengan masa uji penyemprotan gratis selama satu kali dan juga
paket bundling penyewaan dengan penjualan pestisida dan pupuk cair sehingga
pengerjaannya dengan kualitas peralatan drone dapat terjaga dengan baik.
Positioning PT Agro Sky Indonesia terhadap kompetitor tersebut dapat
dilihat dalam Gambar 5.4.
Gambar 5. 4 Positioning PT Agro Sky Indonesia
67

Sumber: Tim Penulis, 2021


5.4 Marketing Mix
PT Agro Sky Indonesia menetapkan pangsa pasar Business to Business
(B2B), yakni perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta. Dengan demikian
strategi pemasaran berdasarkan konsep Marketing Mix akan diimplementasikan
dengan Networking, Interaction, Common Interest, dan Experience (NICE
Marketing). Selanjutnya strategi pemasaran akan membangun hubungan
pemasaran yang berfokus pada Manajemen Hubungan Pelanggan (CRM) sebagai
upaya pemasaran pelanggan yang akan meningkatkan pertumbuhan jangka
panjang perusahaan dan merupakan pendekatan yang menekankan upaya untuk
menarik dan mempertahankan pelanggan melalui peningkatan hubungan
perusahaan dengan pelanggannya.
5.4.1 Networking (Jaringan)
Dalam membangun jaringan bisnis, PT Agro Sky Indonesia fokus pada
perusahaan perkebunan kelapa sawit milik swasta nasional dan asing. Kami fokus
untuk melakukan pendekatan dengan orang yang memiliki wewenang sebagai
decision maker dalam suatu perusahaan. Agar usaha kami dapat menjangkau
pemilik lahan perkebunan maka perusahaan akan melakukan kerjasama dengan
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) yang saat ini keanggotaan
GAPKI mencapai 644 perkebunan. GAPKI juga melaksanakan visi strategis
membangun industri kelapa sawit Indonesia yang berkelanjutan, sehingga dengan
kemitraan dengan GAPKI, selain mendapatkan database perusahaan kelapa sawit,
memperluas jaringan pemasaran, juga diharapkan dapat meningkatkan daya saing
usaha kelapa sawit Indonesia di pasar internasional.
5.4.2 Interaction (Interaksi)
Untuk menentukan keberhasilan pertumbuhan bisnis kami, kami wajib
membangun hubungan timbal balik dengan karyawan setiap divisi dalam kegiatan
internal. Dalam kegiatan eksternal, kami juga berinteraksi dengan klien
perusahaan dengan lahan sawit dalam hal meningkatkan kualitas layanan
pelanggan yang baik. Mengusung konsep interaction yang pertama, kami tidak
68

hanya berusaha mengenalkan jasa tersesebut kepada klien tersebut dengan cara
menerapkan penjualan langsung, yang akan dibahas pada sub-bab Sales. Tetapi,
kami juga berinteraksi dengan konsumen potensial maupun komunitas atau
lembaga tertentu melalui presentasi atau edukasi tentang penggunaan agriculture
drone sprayer dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil panen sawit.
Untuk menjembatani pelanggan tersebut, kami perlu membangun
kerjasama dengan tenaga penjual dalam menemukan basis data apapun yang
sesuai dengan target pasar. Kemudian, tenaga penjual akan membuat panggilan
telepon dan email untuk mengatur pertemuan. Selanjutnya, tenaga penjual akan
melakukan presentasi untuk memperkenalkan bisnis tersebut. Langkah terakhir,
tim penjual akan mengirim tindak lanjut 7 hari setelah presentasi awal sampai
kesepakatan terjadi. Kedua, kami akan membangun citra perusahaan dengan
reputasi baik, terpercaya dan professional melalui situs website dengan merek
sendiri. Setidaknya ada empat keuntungan interaksi situs website adalah banyak
informasi tentang layanan jasa tersebut, membantu pelanggan dalam mengenali
profil perusahaan, menjadi wadah penjualan tidak langsung yang secara mudah
mendapatkan trafik dan menghasilkan uang serta memungkinkan kami untuk
mencari investor atau mitra bisnis baru.
5.4.3 Common Interest (Kepentingan Bersama)
Untuk mencapai kepentingan bersama yang terjalin secara efektif dan
efisien, dari segi harga yang ditawarkan PT Agro Sky Indonesia tentunya akan
memberikan alternatif pembayaran yang lebih mudah berupa kupon promo,
metode dan jadwal pembayaran kepada setiap pelanggan yang ingin mencari jasa
tersebut dengan harga lebih murah dari pesaing lain.
Dari segi efektivitas dan efisiensi dari penggunaan agriculture drone
sprayer, pemilik lahan sawit akan mendapatkan hasil dan dampak yang signifikan
berupa penyemprotan pestisida atau pupuk cair ke daerah lahan sawit seluas 7-10
hektar dengan menggunakan drone menjadi lebih cepat serta pengendalian hama
dan gula menjadi lebih akurat dalam waktu 1 jam. Dari segi keamanan dan
keselamatan pilot drone yang menerbangkan drone, kami tentunya dapat
menerapkan Regulasi Pesawat Tanpa Awak, dimana hal ini terdapat kerjasama
69

yang erat dengan lembaga terkait, seperti APDI, Kemenhub serta Ditjen Bea dan
Cukai.
5.4.4 Experience (Pengalaman)
Agar pelanggan merasa senang dan terus engaged dengan brand kami,
kami dapat menerapkan teknik direct selling dalam kemasan produk drone sprayer
sebagai sarana untuk menciptakan engagement dengan pelanggan secara khusus
ikatan emosional terhadap jasa penyemprotan drone pertanian. Drone sprayer
terbukti lebih unggul dibandingkan dengan alat semprot gendong manual karena
pengerjaan dengan drone sprayer yang 6 kali lebih cepat dengan daya semprot
yang kuat dan daya sebarnya luas, sehingga pembasmian hama menjadi lebih
akurat.
Untuk menciptakan kesadaran emosional dari pelanggan, kami juga
melakukan penelitian mendalam tentang keinginan calon konsumen di masa
depan sehingga produk tersebut akan semakin familiar bagi mereka. Nilai tambah
yang diperoleh dalam bisnis kami adalah teknologi drone DJI Agras T20 sudah
termasuk sistem kecerdasan buatan dan sistem GPS yang dilengkapi dengan
bahan pestisida, pupuk cair, pompa air dan baterai.
Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dalam memesan jasa tersebut,
dapat dibutuhkan pengalaman yang luas dalam menerapkan direct selling,
kegiatan sosialisasi dan edukasi sehingga kami bisa menerima banyak repeat order
atas jasa tersebut. Diharapkan pelanggan akan merekomendasikan jasa tersebut
dari PT Agro Sky Indonesia kepada pelanggan baru dari komunitas tertentu.
Melalui loyalitas pelanggan tersebut, kami terus mempertahankan kinerja
keuangan maupun keberlangsungan bisnis tersebut.
5.5 Sales
Penjualan (sales) merupakan bagian dari PT Agro Sky Indonesia yang
kegiatannya menawarkan serta menjual produk atau jasa kepada pelanggan
sehingga harga jual dapat disesuaikan dengan perencanaan dan target perusahaan
serta juga diterima oleh pelanggan. Untuk memenangkan persaingan bisnis dalam
industri sejenis maka diperlukan strategi penjualan yang bergerak secara dinamis,
efektif dan efisien. Strategi penjualan bisnis PT Agro Sky Indonesia yang
70

dirumuskan, dianalisis dan dijalankan berdasarkan ketiga elemen penjualan, yaitu


aktivitas penjualan, struktur dan peran tenaga penjual dan anggaran penjualan.
5.5.1 Menjalankan Aktivitas Penjualan
Perlu diperhatikan bahwa dalam menjalankan aktivitas penjualan, harus
dibutuhkan pengetahuan dan kesadaran dari tenaga penjual tentang apa yang
konsumen ingin dari jasa kami, diberikan motivasi yang kuat kepada tenaga
penjual untuk selalu meraih kesuksesan dalam menawarkan dan menjual jasa
kami serta juga melakukan kontrol terhadap aktivitas penjualan yang dilakukan
oleh tenaga penjual yang loyal terhadap bisnis kami. Tabel 5.1 menunjukkan
serangkaian aktivitas penjualan dengan membangun dan membentuk tenaga
penjual PT Agro Sky Indonesia untuk mencapai tujuan penjualan yang telah
dibahas pada bab Tujuan dan Sasaran Strategic Plan.
Tabel 5. 1 Aktivitas Penjualan

Short-term Activity Long-term Activity


No.
(1-2 Year) (3-5 Year)
1 Membentuk tim penjual yang Kunjungan rutin dari tim penjual
berasal dari berbagai wilayah ke pelanggan lama dan ke prospek
untuk melakukan kunjungan untuk pelanggan baru, misalnya
prospek pelanggan baru, terutama perusahaan dengan lahan pertanian
perusahaan perkebunan kelapa serta perkebunan kopi dan padi.
sawit.
2 Menawarkan program pelatihan Bergabung dan mengikuti
drone, mengunjungi perusahaan kegiatan acara pameran pertanian
tersebut untuk presentasi profil lainnya untuk memberikan
bisnis serta melakukan penjualan edukasi serta melakukan
langsung penjualan langsung.
3 Meeting bulanan bersama tim Meeting bulanan bersama tim
sales dan tim operasional dan sales dan tim operasional dan
memberikan penghasilan dari memberikan penghasilan dari
komisi penjualan kepada tenaga komisi penjualan kepada tenaga
penjual. penjual.
4 Membuat buku panduan Merevisi dan memperbaharui
penjualan sesuai SOP bisnis buku panduan penjualan sesuai
kami. SOP bisnis kami.
Sumber: Tim Penulis, 2021
71

5.5.2 Menentukan Struktur dan Peran Tenaga Penjual


Struktur tenaga penjual dalam bisnis jasa penyemprotan drone berdasarkan
pembagian jenis konsumen yang dilayani yaitu B2B (Business to Business).
Tenaga penjual (Sales Executive) B2B bertanggung jawab untuk menawarkan dan
menjual jasa kami kepada perusahaan dengan lahan pertanian dan perkebunan
yang potensial agar mereka dapat tertarik untuk menggunakan jasa kami. Tabel
5.2 menunjukkan persaingan bisnis di wilayah atau daerah masing-masing di
Indonesia maka potensi pemasaran PT Agro Sky Indonesia dapat dipetakan
sebagai berikut:
Tabel 5. 2 Mapping Potential Area

Struktur Tenaga Pembagian Wilayah Kekuatan Penjualan


Penjual
Tenaga penjual B2B Kerjasama yang kuat
bertugas untuk Sumatra dan dengan 6-10 klien
mencari dan DKI Jakarta masing-masing daerah
mendapatkan selama 1 Tahun.
potensi pelanggan Kerjasama yang cukup
serta juga besar dengan 1-5 klien
melakukan masing-masing daerah
kunjungan atau
Kalimantan, Sulawesi selama 1 Tahun.
menjalin kerjasama
dengan beberapa dan Jawa
perusahaan dengan
lahan perkebunan
kelapa sawit.
Sumber: Tim Penulis, 2021
Berikut adalah kelima peran tenaga penjual B2B yang sesuai dengan
struktur mapping potential area, diantaranya:
5
5.4
5.4.2
5.5.2.1 Meningkatkan Keahlian Tenaga Penjual
Dalam melakukan perekrutan pegawai termasuk tenaga penjual, PT. Agro
Sky Indonesia akan menetapkan dan menyebarkan lowongan kerja melalui
Linkedin dan Jobstreet. PT Agro Sky Indonesia mensyaratkan kriteria tertentu
72

untuk posisi Sales Executive dan Junior Sales yang akan diterima kemudian
ditempatkan dalam kegiatan probation dan induction training selama dua bulan
untuk menilai kinerja dan keahlian calon pegawai. Jika calon pegawai dapat
dinyatakan lulus sebagai Sales Executive, maka dia akan diangkat sebagai
pegawai kontrak selama 1 tahun. Jika dia lulus sebagai Junior Sales, maka dia
akan dipekerjakan dengan sistem kontrak selama enam bulan. Tabel 5.3
mendeskripsikan beberapa kriteria tenaga penjual, diantaranya:

No. Sales Executive B2B Junior Sales B2B


1 Wanita dan atau Pria dengan usia Wanita dan atau Pria dengan usia
maksimal 30 tahun maksimal 28 tahun
2 Pendidikan Minimal
Pendidikan Minimal D3/S1
SMA/sederajat
3 Fresh Graduate dan atau
Memiliki pengalaman minimal 3
memiliki pengalaman minimal 1
tahun sebagai Sales Supervisor
tahun sebagai Junior Sales
4 Mampu mengoperasikan
Microsoft Office dan alat Mampu mengoperasikan
Manajemen Proyek serta Microsoft Office dan alat
memiliki kemampuan leadership Manajemen Proyek dengan baik
dengan baik
5 Jujur dan sanggup bekerja sesuai Jujur dan sanggup bekerja sesuai
shift serta mampu berkomunikasi shift serta mampu berkomunikasi
dengan baik dengan baik
6 Mampu mengoperasikan
Mampu mengejar target yang
Microsoft Office dengan baik
telah ditetapkan perusahaan serta
Mampu belajar bisnis proses
Menyusun rencana kerja
dengan baik
7 Bersedia ditugaskan di luar kota Bersedia ditugaskan di luar kota
8 Memiliki motor dan SIM A/C Memiliki motor dan SIM A/C
Tabel 5. 3 Kriteria Tenaga Penjual

Sumber: Tim Penulis, 2021


73

5.5
5.5.2
5.5.2.1
5.5.2.2 Melaksanakan Program Training and Development
Di PT Agro Sky Indonesia, semua manajer harus menjadi Role Model
sebagai pemimpin bagi karyawan sebagai bawahannya karena kinerja karyawan
tergantung dari kualitas pemimpin. Dengan memimpin setiap manajer dan
karyawan, akan diterapkan dan dilaksanakan program pelatihan dan
pengembangan (training and coaching) sebagai budaya perusahaan PT. Agro Sky
Indoensia. Untuk mencapai tingkat kesuksesan tim sumber daya manusia yang
lebih tinggi, seorang leader harus menjadi mentor atau pembimbing dalam
mengajar, membimbing dan memotivasi setiap bawahannya.
Kriteria dalam seorang leader adalah bersikap sebagai coach yang akan
membentuk tim karyawan sebagai pribadi yang punya daya juang tinggi, penuh
motivasi, kreatif, professional dan mandiri dalam bekerja.

Aktivitas pelatihan pengembangan yang dilakukan oleh PT Agro Sky


Indonesia untuk semua karyawan, khususnya tenaga penjual adalah coaching dan
mentoring bulanan secara internal dengan atasan langsung. Coaching dan
mentoring digunakan sebagai alat intervensi untuk membantu mereka
mengembangkan bakat, minat dan kinerja karyawan dalam program tersebut.
Selain itu, kami juga mengadakan pelatihan terencana yang berfokus pada
pelaksanaan program, seperti workshop atau seminar internal sales camp atau
program kepimpinan bagi tenaga penjual selama setiap 6 bulan sekali.
Selain coaching dan mentoring, kami juga mengadakan kegiatan
sosialisasi dan pelatihan khusus untuk staf pilot drone, yang telah diterapkan di
sekolah pilot drone di Tiongkok dalam Gambar 5.5.
Gambar 5. 5 Sekolah Pilot Drone di Tiongkok
74

Sumber: Telset, 2016

Dalam kegiatan sosialisasi, para calon pilot belajar regulasi tentang drone
di Indonesia dan mengikuti sesi tanya jawab terkait teori dari drone sprayer dalam
penyemprotan lahan, cara perbaikan drone sprayer dan hal yang tidak dapat
dilakukan untuk meminimalisir potensi kerusakan yang dapat terjadi saat
pengoperasian. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pelatihan yang menggabungkan
pengetahuan dasar tentang sistem, prosedur keselamatan menerbangkan drone
serta mendalami kemampuan dalam simulasi pilot drone, baik saat terbang dengan
drone sprayer maupun mengikuti proses penyemprotan drone.

Pelatihan tersebut bernama “Smart Flight” sebagai salah satu inovasi baru
yang digagas oleh Pramono (2018) dengan paket lengkap yang tersedia bagi pilot
drone yang dapat terus mengembangkan diri, baik pada perkembangan teknologi
dan penyajian dari awal tentang drone, persiapan keamanan dan keselamatan yang
dilengkapi dengan sesi edukasi tentang perawatan pra dan pasca pengoperasian
drone serta sesi training simulator dalam penerbangan dan penyemprotan drone
agar drone dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama.
Smart Flight dipakai dengan harapan para pilot drone dapat
mengaplikasikan pelatihan berisi tentang hal teknis, sistem, safety, peraturan atau
regulasi penggunaan drone sprayer serta art & environment. Perlu diketahui
bahwa drone membutuhkan sistem radio dan spektrum frekuensi untuk
memudahkan terjadinya komunikasi antara drone dan pilot. Untuk melakukan
penerbangan drone, sebagian besar drone membutuhkan sejumlah komunikasi
75

nirkabel dengan pilot di darat dengan tujuan untuk menghindari gangguan tingkat
tinggi karena ketinggian penerbangannya (Vergouw, et al., 2016).
Pelatihan “Smart Flight” dilakukan pada ruang simulator yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan peserta tersebut untuk menghasilkan sertifikasi
pilot drone. Manfaat dari sertifikasi bagi pilot drone menurut (Admin JSP, 2018)
adalah jika 50% dari calon pilot akan dinyatakan lulus dari pelatihan tersebut,
maka dia harus mengantongi sertifikat atau lisensi dari Civil Aviation
Administration dan Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI). Dengan ada
sertifikasi pilot drone, maka posisi seorang pilot drone menjadi kuat baik dalam
menjual jasa dan keahlian menggunakan drone dan juga meningkatkan daya saing
dengan pilot drone lainnya (Admin JSP, 2018).
5.5.2.3 Pembentukan Budaya Organisasi
Nilai utama yang wajib diimplementasi dalam pembentukan budaya
organisasi PT Agro Sky Indonesia adalah Customer First, Mutual Respect,
Integrity, Accountabilty dan Passion. Dalam pendekatan Customer First, kami
harus menempatkan customer sebagai prioritas. Dalam arti Mutual Respect yang
dimaksud adalah empati yang tinggi sangat dibutuhkan untuk mengetahui
kebutuhan pelanggan berasal dari rasa empati. Melalui sikap Integrity dan
Accountability, tenaga penjual selalu bertindak lanjuti kepada
para pelanggan apakah sudah terwujud atau belum serta juga selalu berusaha
untuk memberikan kemudahan kepada para pelanggan. Dalam arti passion yang
dimaksud adalah sebuah rasa ketertarikan, minat, keinginan ataupun gairah untuk
melakukan dan mengerjakan sesuatu. Tujuan pembentukan ini adalah agar tidak
adanya pengucilan antara sesama kerja di tempat kerja.
5.5.2.4 Membangun pengetahuan tentang pelanggan
Untuk meningkatkan consumer product knowledge dan mengubah
keputusan perilaku konsumen terhadap jasa penyemprotan drone di PT Agro Sky
Indonesia perlu bertindak lanjut dengan mengikuti proses promosi yang telah
dibahas pada bab Marketing Mix. Untuk menjaga hubungan dengan konsumen,
kami juga menyediakan retention call center selama 24 jam melalui website,
76

dimana pelanggan dapat mengirimkan pengaduan, kiritik, saran maupun


pertanyaan terkait jasa tersebut.
5.5.2.5 Memotivasi dan Menginspirasi Tenaga Penjual
Untuk memotivasi tenaga penjual, dapat diterapkan sistem pemberian
reward berupa insentif atas komisi penjualan selama setiap 1 bulan sekali.
Reward tersebut akan diberikan kepada Sales Executive sebesar 5 % dari total
omset yang dihasilkan selama setiap bulannya apabila mereka telah mencapai
target penjualan yang telah melebihi penilaian Key Performance Indicator. Selain
insentif, juga dapat diberikan uang bonus bagi semua karyawan dengan kinerja
dan dedikasinya mampu membawa PT Agro Sky Indonesia mencapai tingkat
kemajuan tertentu.
Untuk menginspirasi tenaga penjual dan karyawan loyal kepada PT Agro
Sky Indonesia dengan produktivitas yang baik, ada reward lain yang diterima oleh
tenaga penjual berupa pujian yang tulus, kenaikan gaji bulanan dan hadiah
penghargaan tahunan, merupakan ajang puncak keberhasilan perusahaan secara
tahunan.

5.5.3 Anggaran Penjualan


Berdasarkan aktivitas penjualan yang dilakukan oleh tenaga penjual, harus
diperhitungkan Net Marketing Contribution (NMC) untuk memungkinkan
perusahaan untuk melihat dan mengerti kontribusi pemasaran serta membuat
rencana anggaran perusahaan. Net Marketing Contribution adalah perhitungan
yang menentukan apakah strategi pemasaran usaha saat ini cukup untuk menutup
biaya pemasaran dan biaya penjualan. Sehubungan dengan permintaan dan pangsa
pasar, formula NMC adalah penjualan dikalikan dengan laba kotor serta dikurangi
biaya pemasaran sebagaimana yang terlihat pada Gambar 5.6.
Gambar 5. 6 Formula Net Marketing Contribution

Net Marketing Sales Percent Marketing &


= x –
Contribution Revenue Margin Sales Expenses

NMC = (Sales x Percent Margin) – Marketing & Sales Expenses


= Gross Profit – Marketing & Sales Expenses
77

Penjualan real atas jasa PT Agro Sky Indonesia yang diperoleh dari nilai
rata-rata dari hasil penyewaan drone per hektar dengan kriteria luas lahan
pengerjaan sebesar 1 hektar adalah Rp 200.000,- yang telah dibahas pada bab
Marketing Mix. Cost of Revenue (COR) merupakan pengeluaran perusahaan
sebagai beban penjualan untuk menghasilkan pendapatan yang terlihat pada Tabel
5.4.
Sedangkan, biaya pemasaran (Marketing Expense) sebagai biaya operasi
eksternal yang meliputi komisi penjualan, biaya operasional, seperti akomodasi
dan biaya transportasi atau biaya perjalanan, biaya entertainment, biaya
pemasaran baik dari offline maupun online.

Tabel 5. 4 Perhitungan Real Net Marketing Contribution

Tahun Ke- Tahun Ke- Tahun Ke-


Deskripsi Tahun Ke-I Tahun Ke-IV
II III V
9.691.920.00 17.485.200.0 29.157.000.00 47.747.700.
Sales Revenue 5.395.800.000
0 00 0 000
Sewa Drone per
200.000 210.000 225.000 250.000 275.000
Hektar
Luas Lahan
26.979 46.152 77.712 116.628 173.628
Pengerjaan
 
Cost of Revenue 6.006.000.00 10.497.600.0 16.329.600.00 24.830.520.
3.373.750.000
(COR) 0 00 0 000
Quantity Bahan Baku 26.990 46.200 77.760 116.640 173.640
3.580.500.00 6.220.800.00 14.412.120.
Bahan Baku Pestisida 2.024.250.000 9.622.800.000
0 0 000
Bahan Baku Pupuk 2.425.500.00 4.276.800.00 10.418.400.
1.349.500.000 6.706.800.000
Cair 0 0 000
 
78

1.204.175.0
Marketing Expenses 374.300.000 560.920.000 653.355.000 923.750.000
00
Biaya Komisi 716.400.00
87.000.000 156.000.000 262.800.000 438.000.000
Penjualan (5%) 0
Biaya Entertainment & 487.775.00
287.300.000 404.920.000 390.555.000 485.750.000
Akomodasi 0
Total Net Marketing 3.125.000.00 6.334.245.00 11.903.650.00 21.713.005.
1.647.750.000
Contribution (NMC) 0 0 0 000

Sumber: Tim Penulis, 2021


5.6 Proyeksi Revenue Stream
Revenue Stream adalah aliran pendapatan yang berkaitan dengan dana
yang dimiliki perusahaan untuk dikembangkan dan dikelola berdasarkan skenario
pendapatan beserta asumsi yang terjadi selama 5 tahun. Berikut adalah 3 hal yang
perlu diketahui dalam memenuhi atau mencapai target penjualan berdasarkan
skenario dan asumsi, diantaranya:
1. Sumber penerimaan dan sistem aliran pendapatan yang digunakan di PT Agro
Sky Indonesia adalah penyewaan jasa penyemprotan dengan drone sprayer
untuk lahan kelapa sawit dengan kriteria luas lahan pengerjaan sebesar 10.000
hektar.
2. Sistem pendanaan proyek bisnis tersebut berasal dari pihak manajemen
sendiri, dengan sistem termin pembagian modal sesuai kontrak manajemen
dan atau dari pihak investor atau klien pemberi tender proyek, dengan sistem
termin pembayaran sesuai kontrak.
5
5.5
5.6.1 Skenario dan Asumsi Revenue Stream
Skenario revenue stream selama 5 tahun diasumsikan dengan skenario
kebijakan target luas lahan per hektar yang akan disemprot dan target penjualan
atas penyewaan drone berdasarkan perhitungan NMC yang ada di PT Agro Sky
Indonesia sebagaimana yang terlihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5. 5 Skenario dan Asumsi Revenue Stream

Proyeksi pada Tahun


Asumsi Keterangan
2022-2026
79

Mencapai target luas Target harga jasa sewa Luas lahan per hektar
lahan per hektar yang penyemprotan lahan per pada tahun:
akan disemprot hektar sebesar Rp III : 026.979 hektar
berdasarkan 200.000, walaupun beda III : 046.152 hektar
perhitungan real. luas lahan per hektar per III : 077.712 hektar
tahun IV : 116.628 hektar
VI : 173.628 hektar

Mencapai target Target penjualan Total Penjualan pada


penjualan atas jasa diperoleh pada tahun:
penyewaan drone untuk perhitungan data III : Rp 05.395.800.000
lahan per hektar penjualan aktual III : Rp 09.691.920.000
berdasarkan dibandingkan dengan III : Rp 17.485.200.000
perhitungan real penjualan yang IV : Rp 29.157.000.000
terencana. VI : Rp 47.747.700.000
Sumber: Tim Penulis, 2021
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam perhitungan NMC yang ada, sumber
penerimaan terbesar terhadap jasa penyewaan drone adalah jumlah pendapatan
sebesar Rp 47.747.000.000,- sampai dengan tahun 2026, dimana harga jual yang
ditetapkan sebesar Rp 275.000,- dengan luas lahan sebesar 173.628 hektar.
5.6
5.6.1
5.6.2 Analisis Proyeksi Revenue Stream
Berdasarkan skenario dan asumsi tersebut, Tabel 5.6 menunjukkan target
penjualan atas penyewaan drone yang diperkirakan sebesar Rp 5.395.800.000,-
dengan target pencapaian luas lahan sebesar 26.979 hektar untuk tahun 2022. Hal
ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan target pencapaian penjualan yang
terjadi dari tahun ke tahun.

Harga Per
Tahun Luas (Hektar) Total Revenue (Rp)
Hektar
I 26.979 200.000 5.395.800.000
II 46.152 210.000 9.691.920.000
III 77.712 225.000 17.485.200.000
IV 116.628 250.000 29.157.000.000
V 173.628 275.000 47.747.700.000
80

TOTAL 441.099 109.477.620.000


Tabel 5. 6 Analisis Proyeksi Revenue Stream

Sumber: Tim Penulis, 2021


Analisis tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut pada bab Lampiran 1.
BAB VI
OPERATIONAL PLAN

6.1 Framework
Teknik perumusan rencana strategi operasional yang dijabarkan menjadi
lima tahap kegiatan operasional yang dijalankan pada setiap organisasi. Tahapan
dalam menentukan rencana operasional bisnis yang tepat adalah berikut:
 Tahap 1 adalah menjalankan proses pendirian bisnis.
 Tahap 2 adalah menetapkan tujuan dan sasaran dalam mencapai target
operasional bisnis.
 Tahap 3 adalah menganalisis kegiatan operasional bisnis berdasarkan desain
pengoperasian jasa penyemprotan lahan dengan menggunakan drone sprayer.
 Tahap 4 adalah menetapkan penghantaran operasional bisnis berdasarkan
ketiga elemen utama, yaitu rantai pasokan produk atau jasa, perencanaan
kontrol ketersediaan dan manajemen kualitas produk atau jasa.
 Tahap 5 adalah merumuskan dan menganalisis proyeksi biaya operasional
berdasarkan kegiatan operasional bisnis sendiri.
Gambar 6.1 menunjukkan bahwa Framework Operational Plan yang
menjadi kerangka kerja yang dijalankan dalam kegiatan operasional bisnis jasa
penyemprotan drone PT Agro Sky Indonesia.
Gambar 6. 1 Framework Operational Plan

Tahapan Pendirian Bisnis

Tujuan dan Sasaran Operasional


Operational Plan

Desain Operasi

Proyeksi Biaya Operasional

Sumber: Tim Penulis, 2021


Penghantaran Operasi

81
82

6
6.1
6.2 Tahapan Pendirian Bisnis
Proses persiapan pendirian bisnis PT Agro Sky Indonesia yang sesuai
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas yang terlihat pada Gambar 6.2.


Gambar 6. 2 Tahap Pendirian PT

Sumber: Bisnis UKM


Proses pertama dimulai dari proses persiapan dan pengajuan nama PT
yang telah dibuat sesuai dengan visi dan misi usaha serta juga dilakukan proses
pendaftaran nama PT di tempat notaris melalui Sistem Administrasi Badan
Hukum (Sisminbakum) Kemenkumham.
Proses ini bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dari instansi
Kemenkumham sesuai dengan Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT) dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2011 Tentang Tata
83

Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama Perseroan Terbatas. Selain itu, proses ini
bisa digunakan untuk melakukan pengecekan nama PT Agro Sky Indonesia,
dimana pemakaian PT tidak boleh sama atau mirip sekali dengan nama PT yang
sudah ada. Pilihan nama lain yang disiapkan adalah PT Agro Sky Indonesia, PT.
Tani Drone Solution dan PT.Agro Aero Tech. Adapun persyaratan yang
dibutuhkan formulir asli, fotokopi Kartu Identitas Penduduk (KTP), fotokopi
Kartu Keluarga (KK) dan fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pendiri
PT dengan jumlah pendiri minimal dua orang atau lebih.
Proses kedua dimulai dari pembuatan akta pendirian yang memuat
anggaran dasar (AD) perseroan berkaitan dengan pendirian PT, dilakukan oleh
notaris yang berwenang di seluruh wilayah negara Republik Indonesia untuk
mendapatkan persetujuan dari Menteri Kemenkumham. Data pendukung yang
diperlukan untuk membuat dan melegalisasi akta perusahaan dalam Bahasa
Indonesia adalah kedudukan PT wajib melakukan kegiatan usaha yang ada di
Kantor Pusat. Gambar 6.2 menunjukkan bahwa PT Agro Sky Indonesia
berkedudukan di Jl. Taman Ratu Raya Blok DD2 No.4 Kedoya Utara, Jakarta
Barat, dengan menyewa gedung kantor berbentuk ruko dua setengah lantai seluas
250 meter dengan harga sebesar Rp 120 juta selama 1 tahun. Lokasi tempat
tersebut yang dipilih berdasarkan strategis tempat yang mudah dicapai kendaraan
umum, dekat dengan terminal, stasiun, akses tol dan bandara.
Gambar 6. 3 Denah Lokasi PT Agro Sky Indonesia
84

PT. Agro
Sky

Sumber: Tim Penulis, 2021


Disamping itu, data pendukung lain setelah akta perseroan terbatas (PT)
selesai di tandatangani di hadapan Notaris, Surat Keputusan Menteri Hukum dan
HAM cq Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (SK Menkumham
Ditjen AHU) dengan nama PT Agro Sky Indonesia terdaftar dengan Berita
Registrasi Negara Indonesia (BRNI) yang memuat nama pemegang saham, modal
serta domisili perseroan terbatas yang sebagaimana yang terlihat pada Gambar
6.4.
Gambar 6. 4 Foto Kantor PT Agro Sky Indonesia

Sumber: Tim Penulis, 2021


Selain akta perusahaan dan SK Menkumham, data berikutnya adalah
85

Nomor Pajak Wajib Pajak (NPWP), Nomor Induk Berusaha (NIB) beserta Izin
Usaha Perdagangan (IUP). Namun, sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja), TDP telah dialihfungsikan dengan
NIB yang berfungsi sebagai nomor pengenal seperti Angka Pengenal Importir dan
Pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta BPJS Kesehatan dan
Ketenagakerjaan.
Salah satu bagian dari akta perusahaan adalah nama pendiri PT. Pendiri
perusahaan terdiri dari lima orang yaitu Bayu Pramudya, Frisky Valentina, Ryan
Gustiawan, Sacharissa Aditya dan Yosua Sitohang. Maksud dan tujuan pendirian
bisnis ini adalah menjadi perusahaan penyedia jasa layanan penyemprotan
agrokimia dengan menggunakan drone dalam hal penyediaan fasilitas survei,
inspeksi, pemetaan dan pemantauan lahan sawit serta juga menjadi referensi bagi
inisiatif penciptaan manfaat bersama. Dengan jasa penyemprotan yang ditawarkan,
kami ingin menargetkan pangsa pasar sebesar 3% terhadap kebutuhan layanan
penyemprotan lahan pada tahun pertama.
Kegiatan operasional dimulai dengan membeli dan mengimpor drone DJI
Agras T20 sebagai drone pertanian dengan berat lebih dari 25 kg (55 lbs) dari
Singapura, India dan Tionghoa. Untuk memperoleh dan menggunakan drone
tersebut, kami harus terlebih dahulu mengajukan perizinan secara online dengan
cara registrasi drone dan sertifikat pilot drone melalui Sistem Registrasi Drone
dan Pilot Drone (Sidopi). Setelah dilakukan pemeriksaan surat izin yang valid
melalui sistem tersebut, kami diwajibkan mengikuti kebijakan regulasi Undang-
Undang Indonesia mengenai pengoperasian dan penggunaan drone tersebut yang
telah dibahas pada bab analisis PEST.
Setelah diperoleh dan digunakan drone tersebut, baru dibuat dan
ditetapkan sebuah logo perusahaan sendiri. Logo perusahaan adalah PT Agro Sky
Indonesia dalam bentuk drone yang teselubungi oleh rangkaian jaringan yang
berbentuk pertanian dan pekebunan. Filosofi dalam logo tersebut adalah PT Agro
Sky Indonesia menghadirkan layanan jasa penyemprotan pestisida dan pupuk cair
dengan drone untuk pertanian dan perkebunan yang dapat dipesan dimanapun dan
kapanpun. Gambar 6.5 yang dapat digambarkan sebagai logo perusahaan kami
86

sendiri dengan tulisan ‘’Agriculture Spraying Drone and Aeromap’’.


Gambar 6. 5 Logo Perusahaan

Sumber: Tim Penulis, 2021

Untuk menjalankan kegiatan operasional, modal dasar yang dibutuhkan


sebagai modal untuk menyewa ruko, dokumentasi legalisir hukum, membeli
peralatan drone yang lebih besar dan biaya lain-lain adalah sebesar Rp
12.000.000.000,- (Dua Belas Miliar Rupiah). Modal yang harus disetor adalah
sebesar 25% dari modal dasar yaitu Rp 3.000.000.000,- (Tiga Milyar Rupiah) atau
3.000 lembar saham dengan nilai saham per lembar saham adalah Rp 1.000.000,-
(Satu Juta Rupiah). Komposisi pemegang saham adalah 20% lembar saham untuk
pendiri yang berjumlah lima orang. Maka dari itu, 20% dari 3.000 lembar saham
eksiting adalah 600 lembar untuk masing-masing pendiri PT.
6.3 Tujuan dan Sasaran Operasional
Penentuan tujuan dan sasaran kegiatan operasional bisnis yang tepat akan
membantu PT Agro Sky Indonesia dalam mencapai target pasar sesuai visi dan
misi bisnis ini selama 5 tahun.
6.3.1 Tujuan Operasional
Dalam menjalankan strategi operasional bisnis yang ditetapkan oleh
departemen operasi, tujuan utama dari suatu bisnis adalah mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan serta kemajuan dan pertumbuhan. Tabel 6.1
mendeskripsikan tentang tujuan operasional PT Agro Sky Indonesia yang akan
disusun berdasarkan jangka waktu yang berbeda.
87

Tabel 6. 1 Tujuan Operasional PT Agro Sky Indonesia

Short-term Activity Long-term Activity


No.
(1-2 Year) (3-5 Year)
1 Mengembangkan sumber daya Terus-menerus meningkatkan
ekonomi yang dikelola secara kesejahteraan faktor B2B melalui
efektif dan efisien dengan penyediaan fasilitas survei,
menciptakan pengadaan jasa inspeksi, pemetaan dan
penyemprotan drone guna pemantauan lahan sawit
memenuhi kebutuhan petani bersamaan dengan pengadaan jasa
maupun perusahaan dengan lahan tersebut.
pertanian maupun perkebunan.
2 Memperoleh keuntungan lebih Market Standing yaitu
besar dengan mencapai target penguasaan pasar yang akan
pangsa pasar sebesar 3% dengan menjadi jaminan bagi kami untuk
melakukan aktivitas penjualan memperoleh profit atas penjualan
yang dibahas pada bab Marketing dalam jangka panjang. Sehingga
Plan. bisnis kami bisa semakin besar
dan menguntungkan.
3 Menciptakan inovasi baru atau Mengembangkan dan
nilai tambah bagi pengelola bisnis meningkatkan produktivitas
dan masyarakat dengan manajemen operasional dengan
menghadirkan teknologi drone melanjutkan proses impor drone
sprayer DJI yang telah diimpor dari luar negeri dan juga
dan diregistrasi dengan sertifikasi memaksimalkan ruang dalam
pengakuan hak penggunaan dan gedung penyimpanan alat drone
pengoperasian drone beserta sprayer sehingga nilai tambah
88

pilotnya. tersebut dapat terjaga dengan baik.


Sumber: Tim Penulis, 2021

6.3.2 Sasaran Operasional


Sasaran operasional PT Agro Sky Indonesia mengarah kepada delapan
jenis sasaran, yaitu Reliability, Features, Update, Fasilitas, Additional Service,
Market Share, Kemudahan dan Brand Awareness. Sasaran tersebut dinilai
berdasarkan target yang ingin dicapai pada saat ini dibandingkan dengan jasa lain
pada industri sejenis. Besaran skala dari tiap sasaran juga berbeda tergantung dari
target yang diinginkan. Skala sasaran yang akan dituangkan bentuk jaring laba-
laba sehingga diperoleh gambaran hasil pencapaian sasaran operasi dalam Gambar
6.6

Gambar 6. 6 Sasaran Operasional PT Agro Sky Indonesia

Sumber: Tim Penulis, 2021


Skala sasaran operasional akan dinilai berdasarkan skala rating (rating
scale) dari 8 jenis sasaran operasional yang terlihat pada Tabel 6.2.

8 Jenis Sasaran Skala Sasaran


Keterangan
Operasional Operasional
Reliability 8.2 dari skala Perolehan sertifikat drone beserta pilotnya, logo dan
10 akta perusahaan serta respon cepat terhadap
89

kebutuhan pelanggan.
9.0 dari skala
Features Paket jasa penyemprotan dengan berbagai fasilitas
10
7.0 dari skala Update jasa tersebut dilakukan maksimal setiap enam
Update
10 bulan
6.0 dari skala Drone Sprayer DJI Agras T20 dan pilot drone yang
Fasilitas
10 handal.
Additional 6.0 dari skala Pembelian pestisida dan pupuk cair dalam paket yang
Service 10 sama
6.0 dari skala Market share 3% untuk tahun pertama dan rata-rata
Market Share
10 pertumbuhan 75% untuk tahun berikutnya.
8.0 dari skala Penggunaan drone sprayer lebih efisien dan lebih
Kemudahan
10 cepat
7.0 dari skala
Brand Awareness Peningkatan kesadaran merek 75% dalam dua tahun
10
Tabel 6. 2 Skala Sasaran Operasional PT Agro Sky Indonesia

Sumber: Tim Penulis, 2021


6.4 Desain Operasi
Dalam manajemen operasional, dibutuhkan keputusan yang tepat dalam
menentukan desain produk dan desain operasi yang dihasilkan oleh PT Agro Sky
Indonesia.

6.4.1 Desain Produk Teknologi


DJI Agras T20 memiliki struktur keseluruhan yang disempurnakan dengan
desain modular yang mendukung muatan tertinggi dan lebar semprotan terluas
untuk spesifikasi drone pertanian. Dengan perangkat keras yang kuat, mesin
kecerdasan buatan atau Artifical Intelligence (AI) dan perencanaan operasi
dimensi 3D, Gambar 6.7 menunjukkan produk teknologi Agriculture Drone
Sprayer DJI Agras T20 yang membawa efisiensi operasi penyemprotan ke tingkat
yang lebih baik. DJI T20 memiliki teknologi bagus dikarenakan drone tersebut
memiliki teknologi seperti RTK (Real time kinematic), drone ini juga sudah
dibekali IP67 rating for core moduls, real time visual monitoring system,
omnidirectional digital radar, memiliki GPS untuk return to home dan AI
Agriculture Engine.
Gambar 6. 7 Agriculture Drone Sprayer DJI Agras
90

Sumber: DJI Store

DJI Agras T20 mengintegrasikan sejumlah teknologi DJI paling mutakhir,


termasuk teknologi A3 Flight Controller dan sistem Radar Sensing yang
memberikan keandalan tambahan selama pengoperasian drone. Sistem
penyemprotan dan sensor aliran memastikan operasi yang akurat. Ketika
digunakan dengan sistem operasi pintar DJI, pengguna drone dapat merencanakan
operasi, mengelola penerbangan secara real-time dan memonitor status operasi
pesawat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknologi drone DJI Agras T20 adalah
pesawat berkinerja tinggi yang mampu menawarkan solusi komprehensif untuk
perawatan perkebunan. Berikut spesifikasi drone sprayer DJI Agras T20 :
Berat total belum termasuk baterai : 21,1KG
Kosumsi baterai maksimal : 8300 watt
Jelajah terbang dengan full tank : 15 menit/Ha
Kapasitas tanki : 20 Liter
Kapasitas baterai remote : 4950 Mah dan bertahan hingga 120 menit
Model nosel : SX 11001VS (Standart), SX110015VS
(Optional), XR11002VS (Optional)
Jumlah Nosel : 8 titik
Tingkat Semprot : SX11001VS (3,6L/menit), SR110015VS
(4,8L/menit), SX11001VS (6L/menit)
Ukuran droplet : SX11001VS (130-250 Mikro meter),
SX10015VS (170-265 Mikro meter),
XR11002VS (190-300 Mikro meter)
Lebar Penyemprotan : 4-7 meter (8 nosel, pada ketinggian 1,5M-3M
di atas tanaman)
91

Untuk hasil penyemprotan dapat dilihat dari perbandingan hasil maping area,
sebelum disemprot dan sesudah disemprot, jika ada bagian yang belum kena
tersemprot maka kita akan melakukan penyemrotan ulang pada bagian yang
belum terkena semprot, missing error ( <±2% ).
6.4.2 Desain Operasi
Untuk meningkatkan produktivitas manajemen operasional yang sesuai
dengan tujuan operasional yang telah dibahas di atas, dapat dijabarkan kedua
ruang lingkup desain operasi bisnis PT Agro Sky Indonesia, diantaranya:
1. Alur proses permohonan perijinan impor barang berupa drone sprayer melalui
sistem Inatrade yang terlihat pada Gambar 6.8.

Gambar 6. 8 Alur Proses Perijinan Impor Barang di Inatrade

Sumber: Tim Penulis, 2021


92

Untuk memenuhi dan mengikuti proses permohonan perijinan impor drone,

Supplier Input Process Output Customer

Pemasok atau Menawarkan Mempersiapkan Hasil yang Perusahaan


produsen drone jasa drone sprayer optimal adalah perkebunan
DJI yang berasal penyemprotan Melakukan tanaman kelapa kelapa sawit
dari luar negeri Drone Sprayer maping area yang sawit yang telah yang belum atau
Pemasok DJI Agras T20 ingin disemprot sudah pernah
pestisida dan disemprotkan menggunakan
pupuk cair pestisida jasa
Melakukan penyemprotan
penyemprotan drone
lahan yang sudah
dimaping
sebelumnya

harus ditentukan barang yang menjadi komonditas impor melalui ketentuan


kode HS (Harmonized System) atau pos tarif barang dan juga disiapkan
dokumen persyaratan impor barang sesuai Peraturan Mendag dalam website
Kemendag. Dokumen tersebut merupakan dokumen yang disyaratkan oleh
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia untuk proses pengurusan
pengiriman barang dari luar negeri. Persyaratan dokumen tersebut meliputi,
NPWP, Nomor Induk Berusaha, Izin Usaha, Angka Pengenal Import dan
Nomor Induk Kepabeanan atau SRP jika terdapat ketentuan barang bebas
dikarenakan adanya pembebasan tarif Bea Masuk dan PPh Pasal 22 yang telah
dibahas pada bab analisis PEST.
2. Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer) adalah diagram
sederhana yang memberikan gambaran umum secara high level untuk
memahami elemen-elemen kunci sebuah proses bisnis. Mengikuti analisis
Lean Model Canvas, berikut diagram SIPOC yang terlihat pada Gambar 6.9.

Gambar 6. 9 Diagram SIPOC PT Agro Sky Indonesia

Sumber: Tim Penulis, 2021


Berikut deskripsi dari diagram SIPOC, diantaranya:
a) Supplier
Guna menunjang aktivitas penjualan, PT Agro Sky Indonesia
membutuhkan kedua supplier, yaitu (1) pemasok yang berasal dari luar
negeri yang memproduksi drone DJI Agras T20 sebagai alat mesin
93

pertanian (Alsintan) dan (2) agen supplier pestisida atau pupuk cair untuk
menopang kebutuhan cadangan.
b) Input
Kami menawarkan jasa penyemprotan dengan teknologi drone sprayer
yang canggih dan ter-update dalam menyemprot lahan sawit secara efisien
dari segi waktu yang cepat dan biaya yang lebih murah.
c) Process
Kami melakukan hand carry drone sprayer ke bagasi Pesawat dimana
masing-masing pilot drone akan menambah bagasi sebesar 30kg agar
semua perlengkapan drone dapat dibawa langsung oleh tim menuju titik
penyemprotan, setelah sampainya dibandara tujuan drone dan
perlengkapan akan dibawa menggunakan mobil box dimana mobil box
tersebut kita sewa dilokasi kota dimana kita menyemprot lahan sawit
sampai ketempat titik penyemprotan, drone T20 dapat menyemprot
pestisida/pupuk cair seluas 1Ha/15 menit. Sebelum melakukan
penyemprotan terhadap lahan sawit kami harus menyiapkan drone sprayer
yang ingin digunakan, lalu kami akan melakukan maping area terlebih
dahulu sebelum melakukan penyemprotan pada lahan sawit, setelah
melakukan mapping area kami akan melakukan mengolah bahan yang
ingin disemprotkan diantaranya adalah pestisida dan pupuk cair yang
sudah disepakati oleh pemilik lahan tersebut dan yang terakhir kita
melakukan penyemprotan lahan sawit.
d) Output
Hasil keluaran atau output yang diterima dari kegiatan operasional bisnis
berupa tanaman kelapa sawit yang sudah disemprot dengan lebih cepat dan
lebih merata agar dapat tumbuh dengan baik, pengendalian gulma menjadi
lebih akurat, penerbangan drone sprayer dapat dikelola secara real time
serta juga hasil panen kelapa sawit yang sudah lebih segar tanpa merusak
hasil lahannya. lebih cepat dan merata.
e) Customer
94

Target pelanggan kami adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang


telah pernah menggunakan jasa penyemprotan drone.
6.5 Penghantaran Operasi
Dalam penghantaran operasi bisnis PT Agro Sky Indonesia, dibutuhkan
perencanaan yang tepat dalam menentukan rantai pasokan produk atau jasa,
perencanaan kontrol ketersediaan dan manajemen kualitas produk atau jasa.
6.5.1 Rantai Pasok Drone Sprayer
PT Agro Sky Indonesia akan memulai dan menjalankan kegiatan
operasional di Jakarta, Indonesia dengan membeli dan mengimpor sebanyak 5
unit drone dengan kapasitas cairan pestisida atau pupuk cair sebanyak 15 – 20
liter per sekali terbang. Perlu dibutuhkan jasa maintenance secara berkala untuk
menjaga ketersediaan drone sprayer beserta perlengkapan lainnya, seperti
sparepart dan baterai untuk melakukan uji coba. Sedangkan, untuk menyuplai
kebutuhan pupuk cair dan pestisida, kami sudah memperoleh supplier tersebut
yang telah disebutkan pada sub-bab Desain Operasi. Untuk meningkatkan
mobilitas dalam proses pengiriman drone sprayer dari kantor pusat menuju ke
plant tempat kegiatan penyemprotan, kami segera bertindak dengan cepat
terhadap pesanan (order) yang telat disepakati sesuai dengan jadwal yang
ditentukan.
Untuk meningkatkan penjualan dan permintaan terhadap layanan, serta
memperkuat simbiosis mutualisme antara PT Agro Sky Indonesia dengan pemilik
lahan, dapat dilakukan kegiatan operasional bisnis dengan pelayanan yang
maksimal, seperti:
 Dibutuhkan kerjasama yang kuat dengan perkumpulan tani yang ada di daerah
lumbung – lumbung padi nasional serta komunitas perkebunan kelapa sawit
yang berada di beberapa wilayah tersebut
 Memastikan proses penyemprotan yang relatif singkat hanya sekeitar 10-20
menit untuk 1 hektar lahan.
 Memberikan kemudahan dengan direct booking order melalui call centre.
 Memudahkan pelanggan dalam memantau dan mendapatkan data terkait lahan
di wilayah mana saja yang sudah disemprot.
95

 Menyediakan metode pembayaran melalui transfer antar bank dan kartu kredit.
 Diberikan potongan dalam bentuk diskon khusus bagi pelanggan sering
melakukan order terhadap layanan kami.
 Menyediakan jasa konsultasi gratis bagi pelanggan agar pelanggan dapat
menentukan treatment apa saja yang dibutuhkan atau pupuk cair dan pestisida
mana yang aman dan efektif untuk dapat memberikan hasil yang optimal bagi
tanaman mana yang akan disemprot.
 Memberikan pendapat dan komentar yang paling tepat sasaran sesuai harapan
pelanggan terhadap hasil penyemprotan drone.
 Memberikan dampak positif bagi efektivitas waktu dan efisiensi biaya yang
dikeluarkan oleh pemilik lahan.
Dengan layanan tersebut yang diberikan oleh PT Agro Sky Indonesia
kepada konsumen maka diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dan jumlah
repeat order dari konsumen. Dengan pelayanan yang memuaskan, PT. Agri Sky
Indonesia secara optimis dapat menggaet dan menguasai pasar yang besar ini.
6.5.2 Perencanaan Kontrol Ketersediaan
Ketersediaan drone sprayer serta pupuk cair dan pestisida diperlukan
setiap saat dan tidak pernah lepas dari peran dan tugas seorang manajer
operasional yang mengatur dan mengontrol persediaan stok. Jika permintaan
terhadap layanan kami bisa tidak terduga atau bisa membludak, maka dapat
dikelola manajemen persediaan drone tersebut sebelum musim panen raya
ataupun musim penanaman dan perawatan tanaman sawit. Jika tanaman sawit
sudah melewati masa pertumbuhan, maka akan secara tepat dilakukan
penyemprotan drone pada kondisi cuaca yang baik sehingga dapat diperoleh hasil
yang merata pada setiap bagian tanaman yang telah disemprot.
Untuk meminimalisir terjadinya hal – hal yang tidak diinginkan, proses
perencanaan kontrol ketersediaan stok yang harus dilakukan adalah (1) membeli,
mengimpor dan menyimpan stok drone dengan jumlah 5 unit, 3 set peralatan dan
perlengkapan, seperti sparepart dan baterai drone, (2) menyediakan cadangan
tambahan berupa pupuk cair dan pestisida sebanyak masing – masing 38 dus
dikarenakan adanya pemakaian untuk sekali penyemprotan membutuhkan 1-3 dus
96

pupuk cair, dan (3) proses penyemprotan tidak akan dilakukan pada kondisi cuaca
yang kurang baik, seperti musim hujan.
Untuk tahun berikutnya, perencanaan dan pengendalian persediaan drone
yang bisa dilakukan dari pihak manajemen dari kantor cabang di berbagai wilayah
tertentu. Untuk memastikan dan mencukupi semua peralatan dan perlengkapan
tersebut, dapat dibutuhkan teknik pengendalian persediaan adalah penetapan titik
persediaan minimum dan maksimum, pertimbangan manajemen, analisis nilai,
dan pengendalian budget.
6.5.3 Manajemen Kualitas
Kualitas yang diawasi tidak hanya terbatas pada kualitas produk drone
sprayer, tetapi juga kualitas gudang penyimpanan barang, kualitas karyawan yang
direkrut dan dipekerjakan serta kualitas mutu layanan kami. Untuk meningkatkan
kualitas layanan tersebut, hal yang perlu diperhatikan ialah terus-menerus
menawarkan layanan yang baik dan memberikan hasil penyemprotan dengan
performa terbaik kepada pelanggan serta juga menjaga dan memonitor
ketersediaan stok drone sprayer, stok pupuk cair dan pestisida serta perlengkapan
lainnya agar kebutuhan permintaan dari pelanggan ini dapat dipenuhi.
Untuk membantu PT Agro Sky Indonesia dalam menciptakan loyalitas dan
kenyamanan pelanggan untuk tetap menggunakan layanan jasa penyemprotan
drone, dapat dilakukan kegiatan manajemen kualitas, yaitu kegiatan pemeriksaan
produk drone sprayer dan kegiatan penyimpanan barang drone sendiri.
6.6 Perencanaan Biaya Operasional
Biaya operasional (Operational Cost) berkait dengan pengeluaran modal
untuk yang dikeluarkan dan dibayarkan tiap bulan secara rutin. Asumsi anggaran
biaya operasional bisnis PT Agro Sky Indonesia terbagi menjadi dua kelompok
biaya, yaitu initial cost atau biaya yang dikeluarkan sebelum menjalankan usaha
dan operational cost atau biaya berkelanjutan untuk melaksanakan kegiatan
operasional.
97

6.6.1 Skenario dan Asumsi Operational Cost


Skenario operational cost selama 5 tahun diasumsikan dengan skenario
kebijakan target biaya penjualan dan biaya pemasaran PT Agro Sky Indonesia
sebagaimana yang terlihat pada Tabel 6.3.
Tabel 6. 3 Operational Cost

Asumsi Keterangan Proyeksi pada Tahun I-V


Mencapai target Target biaya Total biaya operasional pada tahun:
pembiayaan operasional dibagi Ke-I : Rp 641.910.000
kegiatan menjadi biaya Ke-II : Rp 653.907.600
operasional bisnis penjualan dan biaya Ke-III : Rp 742.844.600
pemasaran yang Ke-IV : Rp 896.370.150
ditetapkan selama 5 Ke-V : Rp 1.033.496.000
tahun
Sumber: Tim Penulis, 2021
Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan total biaya
operasional yang mengharuskan kami untuk menghemat biaya penjualan dan
biaya pemasaran untuk tahun berikutnya. Sumber biaya operasional terbesar
adalah jumlah biaya sebesar Rp 1.033.496.000 pada tahun 2026, dimana
penjumlahan total biaya operasional sebesar Rp 4.968.528.350.
6.6.2 Proyeksi Operational Cost
Berdasarkan skenario dan asumsi tersebut, Tabel 6.4 menunjukkan target
biaya operasional yang diperkirakan sebesar Rp 4.968.528.350,- selama 5 tahun.

Tabel 6. 4 Analisis Proyeksi Operational Cost

Tahun Ke- Tahun Ke- Tahun Ke-


No. Keterangan Tahun Ke-I Tahun Ke-IV
II III V
Legal &
1 25.000.000 - - - -
Perizinan
120.000.00
2 Sewa Kantor 120.000.000 120.000.000 120.000.000 120.000.000
0
3 Seragam 5.500.000 - 3.500.000 3.750.000 3.850.000

4 Instalasi Listrik 5.000.000 - - -


-
5 Listrik 36.000.000 42.000.000 45.000.000 60.000.000 90.000.000

6 Air 9.604.500 10.638.300 12.672.900 17.549.900 22.837.600


Telepon &
7 8.080.600 9.194.000 10.678.700 12.995.200 15.673.500
Internet
98

8 Web & Hosting 5.000.000 5.000.000 7.500.000 10.000.000 11.000.000


Perlengkapan
9 10.978.000 11.633.500 10.363.900 12.299.100 13.203.700
Kantor
10 Alat Tulis Kantor 3.044.400 3.369.600 3.133.200 4.219.350 4.628.200
Rumah Tangga
11 4.170.000 3.810.000 3.821.000 3.767.500 4.736.200
Kantor
12 Pemeliharaan 10.000.000 12.250.000 12.400.000 15.500.000 18.500.000
165.510.80
13 Transport 92.270.600 111.935.500 113.067.600 126.151.900
0
276.056.00
14 Perjalanan Dinas 122.111.900 135.926.700 166.057.300 225.637.200
0
Penanganan 212.500.00
15 125.150.000 125.150.000 168.650.000 212.500.000
Risiko 0
Operasional
16 60.000.000 63.000.000 66.000.000 72.000.000 75.000.000
Lainnya
1.033.496.
TOTAL 641.910.000 653.907.600 742.844.600 896.370.150
000

Sumber: Tim Penulis, 2021


Analisis tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut pada bab Lampiran 2.
BAB VII
HUMAN CAPITAL PLAN

7.1 Framework
Manajemen sumber daya manusia memiliki beberapa fungsi penting yang
sangat berpengaruh terhadap efektifitas perusahaan. Ada lima tahap kerangka
kerja yang berlaku untuk kegiatan pemberdayaan para karyawan pada setiap
perusahaan sebagai berikut:
Gambar 7. 1 Framework Human Capital Plan
H u m a n C a p ita l P la n

Tujuan, Sasaran dan Strategi Human Capital

Budaya Nilai Perusahaan

Struktur Organisasi

Perencanaan Human Capital

Proyeksi Human Resources Cost

Sumber: Tim Penulis, 2021


7
7.1
7.2 Tujuan dan Sasaran Human Capital
Penentuan tujuan, sasaran dan strategi human capital yang tepat akan
membantu PT Agro Sky Indonesia dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas
para karyawan selama 5 tahun.
7.2.1 Tujuan Human Capital
Dalam menjalankan strategi human capital yang ditetapkan oleh
departemen human resources, tujuan utama dari human capital adalah
mempertahankan kelangsungan aset sumber daya manusia serta pertumbuhan
kapabilitas dan kapasitas para karyawan. Dalam Human Capital, kontribusi
sumber daya manusia sangat penting sebagai aset yang berharga bagi perusahaan
yang tidak mudah digantikan oleh sebuah robot dan teknologi kecerdasan buatan
(artificial intelligence. Tujuan lain adalah untuk menganalisis dan menyajikan

99
100

sistem informasi sumber daya manusia dalam rangka mengembangkan,


mempercepat dan mengaktualisasi terwujudnya strategi human capital yang
efisien dan efektif. Tujuan apresiasi karyawan juga merupakan tujuan human
capital sebagaimana yang telah disebut di Tabel 4.2 Tujuan dan Sasaran Strategi
Bisnis.
Tabel 7.1 menjabarkan beberapa tujuan Human Capital di PT Agro Sky
Indonesia berdasarkan jangka waktu yang berbeda.
Tabel 7. 1 Tujuan Human Capital

Tujuan Jangka Pendek Tujuan Jangka Panjang


No.
(1-2 Tahun) (3-5 Tahun)

1 Memperoleh dan mengembangkan Terus-menerus meningkatkan kesejahteraan


sumber daya manusia yang unggul sumber daya manusia melalui pengembangan
serta juga memiliki keahlian, karir (Career Development) serta
kompetensi dan kinerja yang dinamis pengembangan tujuan apresiasi karyawan
dan terampil dalam bekerja di yang dicapai sebagaimana yang telah dibahas
perusahaan. pada bab 4 pada bagian Tujuan dan Sasaran.
2 Meningkatkan kemampuan sumber Melakukan pelatihan karyawan secara rutin
daya manusia dengan membangun untuk meningkatkan kemampuan, baik Soft
integritas dari tim kerja yang solid dan Skill maupun Hard Skill melalui program
efektif serta melakukan evaluasi Knowledge Management System (KMS) serta
kinerja sumber daya manusia. melakukan evaluasi kinerja sumber daya
manusia.

Sumber: Tim Penulis, 2021


7.2.2 Sasaran Human Capital
Sasaran Human Capital PT Agro Sky Indonesia yang terlihat pada Tabel
7.2 yanng menunjukkan tercapainya tujuan human capital dalam melakukan
aktivitas penjualan dan pemasaran yang telah dibahas pada bab 5 dan 6.
101

Tabel 7. 2 Sasaran Human Capital

Sasaran Jangka Pendek Sasaran Jangka Panjang


No.
(1-2 Tahun) (3-5 Tahun)
1 Merekrut, menyeleksi dan Terus-menerus merekrut, menyeleksi dan
melakukan orientasi terhadap 2-3 melakukan orientasi terhadap karyawan
karyawan baru dengan kriteria baru dengan posisi jabatan yang berbeda.
tenaga penjual yang sudah
disebutkan pada bab Sales.
2 Melakukan pelatihan orientasi dan Melakukan pelatihan dan pengembangan
onboarding selama 6 bulan untuk secara rutin dan atau bergantian untuk
karyawan baru sejak diterbitkan semua pimpinan, manajer dan karyawan
surat perjanjian kerja sesuai dari masing-masing departemen.
dengan bidang pekerjaan
karyawan.
3 Mengadakan coffee morning bagi Melacak peningkatan produktivitas dan
semua karyawan yang mau performa kerja karyawan melalui
mengadakan rapat tiap bulanan. learning curve.
4 Memberikan promosi berupa Mengadakan acara penghargaan
bonus tahunan atau kenaikan pembelajar, seperti learning awards dan
jabatan bagi karyawan yang juga memberikan penghargaan berupa
kompeten dan berhasil mencapai hadiah kepada para karyawan yang
target penjualan. mampu menunjukkan kompetensi dan
kinerja yang paling tinggi selama 1 tahun.
5 Melakukan evaluasi kinerja Melakukan evaluasi kinerja karyawan
karyawan setiap 1 kali dalam setiap 1 kali dalam setahun.
setahun.
Sumber: Tim Penulis, 2021
7.3 Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah karakteristik dan pedoman yang memiliki peran
untuk mendorong dan menigkatkan efektivitas kerja perusahaan. Selain itu,
budaya perusahaan juga berguna sebagai alat untuk menentukan arah perusahaan
dan mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak. Tanpa budaya
organisasi yang kokoh, kinerja para karyawan tidak dapat berjalan secara optimal.
Itulah sebabnya, budaya organisasi menjadi hal yang krusial untuk dimiliki setiap
perusahaan.
102

7.3.1 Artefak dari Budaya Perusahaan


Artefak merupakan bagian dari budaya perusahaan yang paling luar dan
tampak yang dapat diamati oleh para karyawan dan juga oleh pihak luar. Artefak
budaya PT Agro Sky Indonesia ialah sebagai berikut :

a. Bahasa Organisasi
Dalam menjalankan kegiatan setiap harinya perusahaan tidak menentukan
bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sesame karyawan maupun
dengan atasan selama bahasa yang digunakan sopan dan tidak kasar.
Komunikasi yang disampaikan bersifat langsung, umum, bebas dan jujur yang
bertujuan agar karyawan tidak segan untuk mengkomunikasikan kepada atasan
jika terdapat masalah.
b. Seragam Kerja
PT Agro Sky Indonesia mewajibkan karyawan menggunakan pakaian seragam
perusahaan. Namun pada hari Jumat karyawan diperkenankan memakai
pakaian bebas, rapi dan sopan. Selain itu, terdapat tanda pengenal (ID Card)
karyawan yang wajib digunakan oleh karyawan selama berada di lingkungan
kerja.
c. Interaksi
PT Agro Sky Indonesia menerapkan prinsip 6S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan,
Santun dan Semangat) yang wajib dipatuhi oleh setiap karyawan. Hal ini
bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, saling mengenal
satu sama lain dan semangat dalam melakukan kegiatan perusahaan.
d. Simbol dan struktur fisik
PT Agro Sky Indonesia memiliki logo drone sprayer yang menandakan symbol
perusahaan dibidang jasa penyemprotan yang diharapkan bisa berkembang ke
seluruh tanah air Indonesia.
103

PT Agro Sky Indonesia juga merancang bangunan yang memiliki desain


nyaman untuk ditempati sebagai kantor dengan simbol PT Agro Sky Indonesia
melekat di bagian depan bangunan.
7.3.2 Nilai Perusahaan
Nilai-nilai yang dianut oleh PT Agro Sky Indonesia sesuai dengan
perencanaan awal adalah sebagai berikut:
1. Growth opportunity, dimana diharapkan peluang pertumbuhan
produksi dan ekspor kelapa sawit di masa depan.
2. Channel, menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga dan
partner bisnis.
3. Promotion, memaksimalkan efisiensi penjualan langsung melalui
asosiasi dan website.
4. Certified Employee, memiliki sumber daya manusia yang
tersertifikasi dan berpengalaman dibidang masing-masing.
5. Customer Satisfaction, dengan efisiensi biaya operasional dan
waktu penyemprotan yang efekif diharapkan hasil yang maksimal
terhadap produksi pelanggan.
Nilai-nilai perusahaan tersebut disampaikan oleh tim rekrutmen saat
karyawan bergabung/on-board.
7.3.3 Asumsi Perusahaan
PT Agro Sky Indonesia sangat mengutamakan kepuasan pelanggan dalam
pelayanan jasa yang diberikan oleh sebab itu PT Agro Sky Indonesia cepat
tanggap dalam mengatasi keluhan/complain dari pelanggan. Waktu yang
diberikan dalam menanggapai keluhan/complain pelanggan maksimal 1 jam dan
apabila tidak sesuai target maka diberikan pengurangan poin KPI serta dilakukan
evaluasi untuk dilakukan pelatihan dan pengembangan untuk mencapai target
tersebut.
Dalam hubungan kerja PT Agro Sky Indonesia tidak memberikan batasan
komunikasi antara atasan dengan bawahan guna memudahkan pertukaran
informasi serta komunikasi sehingga dapat menciptakan hubungan kekeluargaan
104

yang merangsang inisiatif karyawan untuk aktif dalam menyampaikan ide-ide atau
wawasan yang dimiliki untuk inovasi.
Dengan kecepatan dan ketepatan dalam jasa penyemprotan menggunakan
drone sprayer bisa membantu proses produksi perusahaan dengan hasil produksi
yang lebih baik dan berdampak akan ekonomi.

PT Agro Sky Indonesia memberikan reward kepada karyawan yang


berprestasi dan berintegritas dan perusahaan juga akan memberikan sanksi
pemecatan kepada karyawan yang tidak disiplin dan melakukan tindak kriminal.
Untuk menciptakan kenyamanan dalam bekerja PT Agro Sky Indonesia
menyediakan ruangan kerja dengan desain yang nyaman dan menyenangkan.
7.4 Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT Agro Sky Indonesia ini cukup kompleks,
dikarenakan bisnis ini tergolong sebagai bisnis baru yang membutuhkan investasi
untuk mendukung kegiatan operasional bisnis. Struktur tim manajemen yang
dikendalikan secara penuh oleh seorang Direktur. Untuk tahap awal, kami
mempekerjakan 16 orang untuk menjalankan kegiatan operasional bisnis ini, yaitu
1 Manajer Penjualan dan Pemasaran, 1 Manajer FAT (Finance, Accounting, and
Tax), 1 Manajer HR (Human Resource), 1 Manajer Operasional, 1 Manajer
Pengadaan Barang, 5 Pilot Drone, 1 Staf Sales, 1 Staf Administrasi, 1 Staf
Operasional, 1 Staf Keamanan/supir dan 1 Staf Cleaning Service. Gambar 7.2
menunjukkan struktur organisasi PT Agro Sky Indonesia.

Gambar 7. 2 Struktur Organisasi

Board Of
Director

Puchase & Sales, Marketing


Operational
Supply Chain HR Manager FAT Manager & Retention
Manager
Manager Manager

Staff Staff Cleaning Staff


Staff Staff HR Staff FAT Staff Sales Pilot Drone Staff Operasional
Security/Driver Service Administrasi
105

Sumber: Tim Penulis, 2021


Spesifikasi pekerjaan kepegawaian diberikan kepada setiap staf sesuai
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan struktur organisasi PT Agro Sky
Indonesia dapat dijelaskan lebih detail pada bab Lampiran 3.
7.5 Perencanaan Human Capital
Perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Planning)
merupakan kegiatan menghimpun dan menggunakan informasi untuk menunjang
keputusan investasi sumber daya beberapa aktivitas sumber daya manusia (SDM).
Untuk memastikan kesesuaian antara tenaga kerja dan pekerjaan, baik dari segi
jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan. Perencanaan sumber daya manusia PT
Agro Sky Indonesia yang dapat diukur berdasarkan:
7.5.1 Estimasi Jumlah Karyawan
Estimasi jumlah karyawan yang dipekerjakan untuk memenuhi kebutuhan
human capital di PT Agro Sky Indonesia yang sesuai dengan rencana pencapaian
tujuan dan sasaran human capital di masa mendatang. Tabel 7.3 mendeskripsikan
rencana kebutuhan jumlah karyawan yang akan direkrut.
Tabel 7. 3 Estimasi Jumlah Karyawan

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun


No Jabatan
Ke-I Ke-II Ke-III Ke-IV Ke-V
1 Direktur 1 1 1 1 1
2 Manajer Penjualan & Pemasaran 1 1 1 2 2
3 Manajer FAT 1 1 1 1 1
4 Manajer HR 1 1 1 1 1
5 Manajer Operasional 1 1 1 1 1
6 Manajer Procurement 1 1 1 1 1
7 Pilot Drone 5 5 10 15 25
8 Staf Sales 1 2 3 5 10
9 Staf Administrasi 1 1 1 1 1
10 Staf FAT 0 1 1 2 2
11 Staf HR 0 1 1 1 1
12 Staf Operasional 1 2 5 5 7
13 Staf Security/Driver 1 1 1 1 1
14 Staf Cleaning Service 1 1 1 1 1
Total 16 20 29 38 55
106

Sumber: Tim Penulis, 2021

7.5.2 Skema Rekrutmen


PT Agro Sky Indonesia akan merekrut dan menyeleksi karyawan sesuai
dengan tingkat kebutuhan perusahaan. Proses perekrutan karyawan ini dimulai
dari memasang iklan lowongan di job portal, mereview calon kandidat yang
sesuai dengan deskripsi pekerjaan, melakukan panggilan interview via telepon
atau video call, melakukan tes tertulis dan wawancara kedua sampai dengan tanda
tangan kontrak kerja. Jika kami belum mendapatkan karyawan yang cocok untuk
posisi yang dibutuhkan, maka kami akan melakukan ekspansi bisnis yang
menyebabkan kebutuhan tenaga kerja meningkat atau hanya menambah kebijakan
overtime pada karyawan tersebut. Analisis flowchart cara merekrut karyawan
dapat dijelaskan lebih lanjut pada Lampiran 4.
7.5.3 Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Pelatihan dan pengembangan karyawan menjadi bagian utama dalam
strategi organisasi untuk meningkatkan kinerja, kemampuan, keahlian dan
perilaku karyawan. Sebelum dimulai kegiatan tersebut, kami harus memberikan
deskripsi pekerjaan kepada karyawan dalam struktur organisasi yang telah
ditentukan. Tahap pertama dalam kegiatan tersebut adalah menerapkan sistem
pelatihan orientasi dan onboarding selama 6 bulan untuk karyawan baru jika
mereka sudah menyetujui surat perjanjian kerja sesuai dengan melampirkan tanda
tangan. Tahap kedua adalah melakukan pengembangan karir terhadap karyawan
melalui coaching dan konseling bulanan secara internal terhadap setiap karyawan
yang mengikuti workshop atau seminar internal sales camp atau program
kepimpinan selama setiap 6 bulan sekali. Dalam meningkatkan kualitas mutu
sumber daya manusia di PT Agro Sky Indonesia, digambarkan flowchart kegiatan
pelatihan dan pengembangan karyawan pada Lampiran 5.
7.5.4 Status Karyawan
Status karyawan yang bekerja di PT Agro Sky Indonesia berpedoman
kepada UU No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja Pasal 56 ayat 1 yang berbunyi
tentang perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu maupun waktu tidak tertentu
107

didasarkan atas jangka waktu selesainya suatu pekerjaan tertentu. PT Agro Sky
Indonesia akan menggunakan kedua jenis status karyawan, yaitu karyawan
kontrak dan karyawan tetap. Untuk karyawan kontrak, dapat diterapkan sistem
PKWT kontrak sesuai dengan UU No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan
pelaksanaan teknisnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021.
Karyawan yang menjalani masa kerja waktu tertentu maksimal tiga tahun dapat
diangkat menjadi karyawan tetap atau diputus hubungan kerjanya sesuai dengan
kebutuhan perusahaan berdasarkan perjanjian kerja yang telah disepakati atau
selesainya pekerjaan.
7.5.5 Sistem Penilaian Kinerja Karyawan
Dalam pelaksanaan evaluasi pekerjaan, PT Agro Sky Indonesia
menerapkan Key Performance Indicator (KPI) sebagai tolak ukur kuantitatif yang
digunakan dalam mengukur tingkat pencapaian kinerja terhadap target kinerja
yang ditetapkan pada individu masing-masing. Dalam penerapan KPI,
pelaksanaan evaluasi kerja di PT Agro Sky Indonesia dilakukan 1 kali dalam
setahun, yaitu bulan Januari pada tahun berikutnya yang sesuai dengan yang telah
dibahas pada bab tujuan dan sasaran Human Capital. Berikut upaya penilaian KPI
yang dilakukan oleh manajemen PT Agro Sky Indonesia, diantaranya:
 Menilai dan mengevaluasi apakah pilot drone mampu menyelesaikan jasa
tersebut dengan seberapa lama waktu menyemprot lahan.
 Menilai dan mengevaluasi apakah pilot drone sudah menyesuaikan jumlah
produksi berdasarkan permintaan dan penjadwalan penyemprotan drone.
 Mengevaluasi kinerja, pengetahuan dan sikap para karyawan terhadap
pekerjaan.
 Menganalisis dan mengevaluasi biaya lembur setiap pekerja per shift.
 Menilai seberapa banyak kapasitas produksi drone sprayer yang dihasilkan
untuk menyemprot lahan.
Hasil evaluasi kerja ini dapat mempengaruhi promosi, demosi, mutasi dan
kenaikan upah, format cara dan petunjuk pengisian kolom KPI yang digambarkan
pada Lampiran 6.
108

7.5.6 Sistem Absensi Karyawan


Untuk mengecek kehadiran seorang karyawan di PT Agro Sky Indonesia,
gunakanlah aplikasi absensi online yang terintegrasi dengan software Human
Resources Information System (HRIS) atau sistem informasi sumber daya.
Aplikasi tersebut memudahkan karyawan dapat melakukan absensi clock-in dan
clock-out hhanya dengan menggunakan ponselnya. Dengan adanya aplikasi
tersebut, proses manajemen sumber daya manusia menjadi lebih efisien dan
minim kesalahan dalam sistem administrasi Human Resources.
Di samping itu, dapat juga dilakukan sistem penggajian karyawan yang
ada di dalam software payroll untuk meminimalisir terjadinya kesalahan input gaji
karyawan. Ada banyak data yang disiapkan di dalam software tersebut adalah data
klaim jaminan ketenagakerjaan klaim jaminan sosial, klaim jaminan pensiun,
permohonan cuti karyawan dan form gaji pegawai. Data tersebut sangat
dibutuhkan untuk mengecek dan memvalidasi kembali apakah datanya sudah
sesuai atau belum agar tidak terjadi kesalahan.
7.5.7 Indikator Jam Kerja Karyawan
Setiap perusahaan dari berbagai industri mempunyai mempunyai jam
operasional yang berbeda. PT Agro Sky Indonesia menetapkan jam operasional
kerja selama 8 jam dengan 5 hari kerja selama seminggu dan waktu istirahat kerja
selama 1 jam, terutama pukul 12:00-13:00. Khusus hari Jumat, berlaku jam
istirahat lebih panjang agar setiap karyawan yang beragama Islam dapat
melaksanakan ibadah salat Jumat. Sedangkan, waktu kerja lembur menurut UU
Cipta Kerja yang ditetapkan adalah maksimal 4 jam selama 1 hari dan 18 jam
selama 1 minggu.
7.5.8 Sistem Kompensasi terhadap Karyawan
Kompensasi yang diberikan oleh PT Agro Sky Indonesia kepada karyawan
berupa kompensasi finansial, kompensasi non finansial dan kompensasi
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kompensasi finansial merupakan kompensasi
yang secara langsung diterima oleh setiap karyawan atas kinerja yang diberikan
meliputi:
109

 Gaji karyawan ditetapkan berdasarkan UMR (upah minimum regional) dan


kesepakatan bersama dalam perjanjian kerja antara PT Agro Sky Indonesia dan
karyawan.
 Insentif dalam bentuk bonus akan diberikan satu kali per tahun berdasarkan
hasil evaluasi kinerja karyawan dan kondisi keuangan perusahaan.
 Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan, yang akan dibayarkan paling lambat
tujuh hari sebelum hari raya keagamaan.
Sedangkan, kompensasi non finansial merupakan kompensasi yang secara
tidak langsung diterima oleh setiap karyawan meliputi:
 Tunjangan kesehatan yang dihitung berdasarkan premi BPJS Kesehatan
dihitung sesuai dengan Peraturan Presiden No. 82 tahun 2018 berdasarkan
upah pokok dan tunjangan tetap.
 Tunjangan asuransi tenaga kerja yang dihitung berdasarkan premi BPJS
Ketenagakerjaan dihitung berdasarkan upah pokok dan tunjangan tetap.
 Cuti tahunan adalah cuti yang diberikan kepada pekerja yang tetap menerima
upah penuh selama 12 hari kerja.
 Cuti hamil adalah cuti yang diberikan kepada pekerja wanita yang akan
melahirkan, maka dia bisa memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum
melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan.
 Cuti sakit boleh diberikan kepada pekerja tidak dapat bekerja karena sakit dan
atau kecelakaan kerja jika dia harus melampirkan surat keterangan dokter,
maka dia akan menerima upah bayaran.
 Cuti bersama dikenal sebagai cuti massal yang pelaksanaannya dapat
digabungkan dengan libur resmi nasional dan akan diperhitungkan dengan sisa
hak cuti pekerja.
Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat dilaksanakan sesuai
Undang-Undang (UU) 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yakni Rancangan
Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pemutusan Hubungan Kerja. Kompensasi
PHK dapat berbentuk uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang
penggantian hak bagi pekerja atau buruh PKWT. Kompensasi ini bisa terjadi
110

karena alasan pengurangan karyawan, pemberitahuan masa kontrak kerja habis


dan atau karyawan telah masuk usia pensiun.
7.6 Proyeksi Biaya Human Resources
Biaya sumber daya manusia (Human Resources Cost) yang meliputi
kenaikan UMK (Upah Minimum Kota) yang sudah berjalan dari tahun
sebelumnya dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Biaya sumber
daya manusia yang akan dikeluarkan berdasarkan skenario dan asumsi
perencanaan sumber daya manusia yang terjadi selama 5 tahun.
7.6.1 Skenario dan Asumsi Biaya Human Resources
Skenario biaya sumber daya manusia selama 5 tahun diasumsikan
berdasarkan perkiraan jumlah karyawan sebagaimana yang terlihat pada Tabel
7.4.
Tabel 7. 4 Skenario dan Asumsi Biaya HR

Proyeksi pada Tahun


Asumsi Keterangan
2022-2026
Jumlah karyawan Permintaan dari Jumlah karyawan pada
berdasarkan pelanggan yang naik dan tahun:
pencapaian target produksi yang tinggi III : 16 orang
penjualan yang akan menyesuaikan naik III : 20 orang
meningkat dari tahun turunnya jumlah III : 29 orang
ke tahun. Kenaikan karyawan PT Agro Sky IV : 38 orang
permintaan penjualan Indonesia. VI : 55 orang
akan berpengaruh
terhadap produksi dan
pembelian drone
sprayer.
Sumber: Tim Penulis, 2021
7.6.2 Proyeksi Human Resources Cost
Human Resources Cost terbagi menjadi 3 jenis beban, yaitu beban gaji
karyawan kontrak, beban tunjangan karyawan, seperti Tunjangan Hari Raya
Keagamaan, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan serta beban perencanaan
untuk meningkatkan jumlah dan kinerja karyawan. Perhitungan THR diatur sesuai
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 6 tahun 2016. Total THR dirumuskan
sebagai total masa kerja dikalikan dengan 1 bulan upah atau gaji pokok yang akan
dibagikan dengan 12 bulan. Total iuran BPJS Kesehatan dibayar sebesar 5% dari
111

upah per bulan dan total iuran BPJS Ketenagakerjaan dibayar sebesar 8,54% dari
upah per bulan.

Tabel 7. 5 Analisis Proyeksi Human Resources Cost

Sumber: Tim Penulis, 2021


Berdasarkan skenario dan asumsi tersebut, Tabel 7.5 menunjukkan
adanya peningkatan total biaya sumber daya manusia yang terjadi dari tahun ke
tahun, yang disebabkan oleh peningkatan jumlah karyawan, total gaji pokok untuk
karyawan kontrak, total beban tunjangan karyawan dan total biaya perencanaan
sumber daya manusia. Analisis proyeksi human resources cost PT Agro Sky
Indonesia selama 5 tahun yang dapat dijelaskan lebih lanjut pada Lampiran 7.
BAB VIII
FINANCIAL PLAN

8.1 Framework
Teknik perumusan rencana strategi keuangan yang dijabarkan menjadi
lima tahap kegiatan keuangan bisnis yang dijabarkan berikut:
 Tahap 1 adalah menetapkan tujuan dan sasaran pencapaian keuangan bisnis.
 Tahap 2 adalah menjelaskan elemen perencanaan keuangan bisnis sendiri
berdasarkan perencanaan pendapatan, biaya terkait, biaya penyusutan, biaya
investasi, kebutuhan modal dan pembiayaan usaha terkait.
 Tahap 3 adalah merumuskan dan menganalisis proyeksi keuangan bisnis,
seperti proyeksi laba rugi, proyeksi neraca keuangan dan proyeksi arus kas.
 Tahap 4 adalah menganalisis kelayakan investasi yang diukur berdasarkan
Return on Investment (ROI), Net Present Value (NPV), Payback Period, dan
Internal Rate Return (IRR).
 Tahap 5 adalah merumuskan dan menganalisis kinerja keuangan berdasarkan
analisis rasio keuangan.
Gambar 8.1 menunjukkan bahwa framework financial plan yang menjadi
kerangka kerja dalam kegiatan keuangan bisnis PT Agro Sky Indonesia.
Gambar 8. 1 Framework Financial Plan

Tujuan dan Sasaran Keuangan


F in an c ia l P la n

Elemen Perencanaan Keuangan

Proyeksi Keuangan

Analisa Kelayakan Investasi

Analisis Kinerja Keuangan

Sumber: Tim Penulis, 2021

112
113

8.2 Tujuan dan Sasaran Keuangan


Penentuan tujuan dan sasaran keuangan bisnis yang tepat akan membantu
PT Agro Sky Indonesia dalam meningkatkan kinerja keuangan usaha selama 5
tahun.
8.2.1 Tujuan Keuangan
Sesuai dengan visi tersebut, PT Agro Sky Indonesia akan terlibat dalam
proses penilaian yang dilakukan oleh pelanggan dengan tujuan utama untuk
memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Peran divisi keuangan PT Agro Sky
Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan keuangan adalah berikut:
 Mempersiapkan struktur modal 100% sebesar Rp 3.000.000.000, yang
diperoleh dari pihak manajemen sendiri.
 Meningkatkan efisiensi seluruh perusahaan melalui distribusi keuangan yang
tepat.
 Memaksimalkan keuntungan dalam kondisi ketidakpastian bisnis, tetapi kami
harus bisa mendapatkan keuntungan maksimal bahkan dalam jangka waktu
yang panjang, perlunya kemampuan kinerja keuangan pada jajaran manajer dan
staff dalam mengambil dan menggunakan suatu keputusan keuangan yang
tepat.
 Menjaga arus kas yang sesuai guna membiayai semua kewajiban dan beban
perusahaan.
 Meningkatkan keuntungan dan nilai perusahaan guna memperoleh kepercayaan
dari mitra bisnis.
 Mengurangi resiko operasional dengan melakukan tindakan preventif.
 Pemanfaatan asset yang optimal agar efisiensi perusahaan terus terjaga.
 Menyiapkan modal sendiri untuk membiayai ekspansi usaha sesuai tujuan dan
sasaran dari rencana pemasaran, operasional dan human capital.

8.2.2 Sasaran Keuangan


Untuk mewujudkan tujuan keuangan terkait dengan misi tersebut maka tim
divisi keuangan harus selalu menghasilkan laba bisnis dan mempertahankan
kesinambungan bisnis melalui kedua sasaran, yaitu profitabilitas dan
114

kelangsungan hidup perusahaan. Berikut sasaran keuangan PT Agro Sky


Indonesia, diantaranya:
 Mengatur pendistribusian pengeluaran keuangan sesuai anggaran penerimaan
kas dan anggaran biaya dari masing-masing departemen serta juga mengatur
pelaporan keuangan dengan adanya laporan informasi kondisi keuangan
perusahaan dan analisis rasio laporan keuangan.
 Bekerjasama dengan investor dalam pemenuhan modal untuk kegiatan
operasional bisnis.
 Controlling atau pengendalian keuangan melalui evaluasi dan perbaikan sistem
keuangan perusahaan dengan mengurangi biaya lain yang tidak terlalu penting.
 Pengembalian investasi dan pembayaran utang secara tepat waktu dalam kurun
waktu kurang dar 5 tahun.
 Melakukan pemeriksaan keuangan dari dalam perusahaan atau internal audit
yang sesuai dengan kaidah standar akuntansi agar tidak terjadi penyimpangan.
 Planning atau perencanaan keuangan arus kas serta laba rugi usaha dengan
mengatur dan menyimpan laba ditahan dalam membiayai ekspansi usaha.

8.3 Elemen Perencanaan Keuangan


Elemen perencanaan keuangan bertolak dari ketiga fungsi utama dari
kegiatan perusahaan, yaitu fungsi pemasaran, fungsi operasional dan fungsi
Sumber Daya Manusia (SDM). Ketiga fungsi tersebut tentunya akan
membutuhkan biaya dalam menjalankan bisnisnya. Biaya tersebut dapat dihimpun
dalam setiap fungsi nantinya akan diperhitungkan dalam perencanaan keuangan
perusahaan dan pembukuan perusahaan yang akan digunakan oleh manajemen
kami sendiri untuk menentukan langkah jalannya perusahaan yang akan
mempengaruhi strategi perusahaan. Tabel 8.1 menyebutkan adanya elemen
keuangan perusahaan PT Agro Sky Indonesia.
8.3.1 Perencanaan Pendapatan
Proyeksi pendapatan PT Agro Sky Indonesia berdasarkan estimasi
penjualan yang terjadi selama 5 tahun sebagaimana yang telah dibahas pada Tabel
5.7 analisis proyeksi Revenue Stream.
115

8.3.2 Perencanaan Biaya Terkait


Perencanaan biaya pada dasarnya mencakup rencana kerja seluruh unit PT
Agro Sky Indonesia meliputi perencanaan pemasaran, perencanaan operasional,
perencanaan sumber daya manusia dan perencanaan resiko sesuai Gambar 4.6
Lean Canvas Model pada bagian cost structure. Perencanaan biaya pemasaran
yang telah dijelaskan pada Tabel 5.4 perhitungan net marketing contribution yang
merupakan bagian dari anggaran penjualan, perencanaan biaya operasional yang
dijelaskan pada Tabel 6.4 analisis proyeksi operational cost, perencanaan biaya
sumber daya manusia yang dilampirkan pada Tabel 7.5 analisis proyeksi human
resources dan perencanaan biaya manajemen resiko perusahaan yang dijelaskan
pada Tabel.
8.3.3 Perencanaan Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan PT Agro Sky Indonesia menggunakan metode garis
lurus yang terdiri dari bangunan, peralatan drone sprayer, peralatan kantor dan
sebagainya. Masa penyusutan untuk bangunan selama 20 tahun dengan tarif
penyusutan sebesar 5%, peralatan kantor terbuat dari kayu yang disusut selama 4
tahun dengan tarif penyusutan sebesar 25% serta peralatan drone sprayer dan
peralatan kantor dalam bentuk elektronik. Berikut biaya penyusutan yang
dijabarkan pada Tabel 8.1.
116

Tabel 8. 1 Penyusutan Aktiva PT Agro Sky Indonesia

Sumber: Tim Penulis, 2021


8.3.4 Perencanaan Investasi
Kegiatan investasi diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi
peningkatan keuntungan, terutama dari modal awal yang dibutuhkan untuk
mendukung kegiatan operasional perusahaan. Modal awal yaitu sebagai modal
investasi yang dikeluarkan adalah untuk membuat legalitas dan perizinan,
membeli drone sprayer, battery drone sprayer, peralatan dan perlengkapan kantor
117

serta furnitur kantor. Tabel 8.2 menjabarkan perencanaan investasi PT Agro Sky
Indonesia.

Tahun Ke- Tahun Ke- Tahun Ke- Tahun Ke-


No Keterangan Tahun Ke-V
I II III IV
Drone DJI Agras T- 500.000.00 600.000.00 1.200.000.
1 - 600.000.000
20/T-30* 0 0 000
Battery 18.000/29.000* 250.000.00 100.000.00 200.000.00
2 - 100.000.000
MAH 0 0 0
3 Meja Direksi 10.000.000 - - -
-
4 Kursi Direksi 4.000.000 - - -
-
5 Meja Manager 25.000.000 - - 5.000.000 -
6 Kursi Manager 5.000.000 - - 3.000.000 -
7 Meja Staff 30.000.000 12.000.000 27.000.000 24.000.000 51.000.000
8 Kursi Staff 20.000.000 8.000.000 8.000.000 16.000.000 34.000.000
9 Laptop Direksi 12.000.000 - - - -
10 Laptop Manager 37.500.000 - - 7.500.000 -
11 Laptop Staff 40.000.000 20.000.000 20.000.000 30.000.000 35.000.000
12 Printer 21.000.000 3.500.000 - 7.000.000 10.500.000
13 AC Panasonic 32.000.000 - - - -
14 CCTV 10.000.000 - - - -
15 PABX 5.000.000 - - - -
16 Dispenser 6.000.000 - - - -
500.000.00 1.000.000.
17 Kendaraan - - -
0 000
5.000.000.
18 Gedung Kantor - - - -
000
1.017.500.0 1.265.000.0 7.530.500.
 Total 43.500.000 792.500.000
00 00 000
Tabel 8. 2 Perencanaan Investasi PT Agro Sky Indonesia

Sumber: Tim Penulis, 2021


8.3.5 Perencanaan Kebutuhan Modal
Perencanaan kebutuhan modal meliputi keseluruhan kebutuhan pendanaan
di bulan ke-1 sampai dengan bulan ke-3 pertama yang harus disiapkan sebelum
memulai aktivitas usaha, karena pada tahap awal kami membutuhkan pendanaan
modal untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis serta memperkenalkan
layanan kami kepada pelanggan. Pendanaan modal tersebut dikategorikan sebagai
biaya operasional dengan menggunakan modal awal pihak manajemen sendiri dan
pembelian drone sprayer menggunakan jasa import door to door dari luar negeri
ke Jakarta. Di samping itu, PT Agro Sky Indonesia ingin menambah modal lagi
pada bulan ke-3 di tahun pertama jika kami sudah menerima hasil penjualan yang
118

dapat menunjang kegiatan tersebut. Tabel 8.3 menjabarkan perencanaan


kebutuhan modal PT Agro Sky Indonesia yang didanai selama 3 bulan pertama.

Tabel 8. 3 Perencanaan Kebutuhan Modal

No Keterangan Januari Februari Maret Total


Biaya Pembelian Aset 1.017.500.00 1.017.500.
1 - -
Tetap 0 000
Biaya Pembelian Bahan 230.000.00 553.750.00
2 93.750.000 230.000.000
Baku 0 0
27.300.00
3 Biaya Marketing 23.000.000 26.600.000 76.900.000
0
146.611.20 444.833.60
4 Biaya SDM 151.611.200 146.611.200
0 0
5 Biaya Operasional 92.757.367 48.437.767 48.619.267 89.814.400
1.378.618.56 451.648.9 452.530.46 2.282.798.
 Total
7 67 7 000
Sumber: Tim Penulis, 2021
8.3.6 Perencanaan Pembiayaan Usaha
PT Agro Sky Indonesia ingin merencanakan pembiayaan usaha
berdasarkan kebutuhan investasi dan kebutuhan pendanaan modal awal sehingga
dapat diperoleh modal dasarnya sebesar Rp 3.000.000.000,- (Tiga Miliar Rupiah)
yang terdiri dari penyertaan modal penuh dari 5 orang pendiri sebagaimana yang
telah dibahas pada bab 6.2 tahapan pendirian bisnis. Tabel 8.4 menjabarkan
perencanaan pembiayaan untuk mendirikan bisnis PT Agro Sky Indonesia.
Tabel 8. 4 Perencanaan Pembiayaan Usaha

Struktur Modal
Disetor oleh Lemba Nilai Saham per
% Total (Rp)
pendiri : r Lembar
Bayu Pramudya 600 20 % 1.000.000 600.000.000
Frisky Valentina 600 20 % 1.000.000 600.000.000
Ryan Gustiawan 600 20 % 1.000.000 600.000.000
Sacharissa Aditya 600 20 % 1.000.000 600.000.000
Yosua Sitohang 600 20 % 1.000.000 600.000.000
Jumlah 3.000 100 1.000.000 3.000.000.000
119

%
Sumber: Tim Penulis, 2021

8.4 Proyeksi Keuangan


Proyeksi laporan keuangan merupakan bentuk dari perencanaan keuangan
yang akan memudahkan perusahaan melihat apa yang terjadi beberapa tahun yang
akan datang berdasarkan perkiraan jumlah biaya yang timbul dan perkiraan
pendapatan yang akan dihasilkan untuk periode tertentu. Proyeksi keuangan PT
Agro Sky Indonesia terbagi menjadi ketiga jenis proyeksi, yaitu proyeksi laporan
laba rugi, proyeksi neraca keuangan dan proyeksi laporan arus kas yang akan
terjadi pada tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5.
8.4.1 Proyeksi Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang mengukur keberhasilan
kegiatan operasional perusahaan dalam satu periode tertentu dalam kurun waktu
tertentu. Laporan laba rugi digunakan untuk menentukan kemampuan perolehan
laba, nilai investasi dan nilai wajar kredit. Laporan tersebut juga memberikan
informasi yang membantu investor dan kreditor dalam memperkirakan jumlah
arus kas di masa mendatang. Tabel 8.5 menjabarkan proyeksi laba rugi yang
disesuaikan dengan proyeksi target pendapatan dan biaya terkait selama lima
tahun.
120

Tabel 8. 5 Proyeksi Laba Rugi

8.4.2 Proyeksi Neraca Keuangan


Neraca keuangan merupakan bagian dari laporan keuangan suatu bisnis
yang mencatat informasi tentang asset atau kekayaan, liability atau kewajiban dan
121

equity atau ekuitas atau modal pemegang saham pada akhir periode. Tabel 8.6
memperlihatkan adanya kenaikan jumlah aset yang terjadi selama 5 tahun. Di
dalam tabel perencanaan neraca keuangan ini dihitung rincian kas, piutang,
persediaan barang, tanah dan gedung, akumulasi depresiasi gedung, peralatan dan
akumulasi depresiasi peralatan dibandingkan dengan utang usaha, utang pajak,
utang lainnya serta modal usaha yang dimiliki oleh PT Agro Sky Indonesia.
Tabel 8. 6 Proyeksi Neraca Keuangan

Sumber: Tim Penulis, 2021

8.4.3 Proyeksi Laporan Arus Kas


Dalam laporan arus kas, PT Agro Sky Indonesia menerapkan metode kas
yang sesuai dengan penerapan modal kerja. Laporan arus kas dipengaruhi oleh
asumsi nilai saldo akhir selalu surplus dan meningkat setiap tahun pertama sampai
dengan tahun kelima. Jika nilai saldo akhir tetap surplus, maka hal ini
menandakan aliran kas sangat baik dan adanya perubahan struktur keuangan yang
122

telah diperbaiki. Tabel 8.7 menyebutkan adanya kenaikan nilai saldo arus kas PT
Agro Sky Indonesia yang terjadi selama 5 tahun.

Tabel 8. 7 Proyeksi Laporan Arus Kas

Sumber: Tim Penulis, 2021


8.5 Analisa Kelayakan Investasi
Analisis kelayakan investasi dapat dipahami sebagai tindakan awal yang
dilakukan untuk mengetahui prospek dari proyek investasi yang mendasari
pengambilan keputusan diterima atau ditolaknya investasi tersebut. Sebelum
mengambil keputusan investasi, penting untuk dianalisis kelayakan investasi agar
dapat dihindari aktivitas penanaman modal pada proyek atau kegiatan yang tidak
menguntungkan. Untuk menilai kelayakan investasi bisnis jasa penyemprotan
drone PT Agro Sky Indonesia, setidaknya ada empat metode perhitungan yang
digunakan adalah Return on Investment (ROI), Net Present Value (NPV),
Payback Period (PBP), dan Internal Rate Return (IRR).
123

8.5.1 Return on Investment (ROI)


Return on Investment (ROI) rasio yang menunjukkan hasil dari jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur
dan mengevaluasi efisiensi dari suatu tindakan investasi dengan cara mengukur
secara langsung jumlah pengembalian dari biaya investasi yang telah dikeluarkan.
Rasio ini biasanya diukur dengan persentase. Jika ROI bernilai positf, maka
investasi yang direncanakan bisa memberikan tingkat profit yang baik atau
setidaknya investor secara mudah mengembalikan biaya investasi yang telah
dikeluarkan. Jika ROI bernilai negatif, maka hal ini berarti investasi tersebut akan
menghasilkan kerugian sehingga investor tidak akan meneruskan investasi
tersebut. Tabel 8.8 menghasilkan angka ROI di PT Agro Sky Indonesia pada
tahun ke-I dan tahun ke-II secara negative kemudian pada tahun ke-III sampai
dengan tahun ke-V secara positif. Hal ini berarti kami bisa memperoleh profit
yang baik dan meneruskan investasi untuk tahun berikutnya.
Tabel 8. 8 Return on Investment

Tahun Y1 Y2 Y3 Y4 Y5

Laba (Rugi) Bersih (1.152.994.400) (464.976.800) 1.223.023.200 3.552.494.596 8.300.991.688

Total Aset 2.264.463.600 1.971.371.400 3.640.133.000 8.684.264.830 19.232.860.311

ROI -50,92% -23,59% 33,60% 40,91% 43,16%

Sumber: Tim Penulis, 2021


8.5.2 Net Present Value (NPV)
PT Agro Sky Indonesia melakukan penilaian kelayakan investasi dengan
pendekatan NPV adalah perhitungan dari selisih nilai investasi saat ini dengan
aliran kas bersih yang diharapkan dari proyek tertentu atau investasi di masa
mendatang atau pada periode tertentu. Untuk mengetahui layak atau tidak sebuah
investasi dijalankan dapat ditilik dari hasil perhitungan NPV adalah berikut:
 Jika nilai NPV > 0 dan hal ini berarti bahwa investasi yang akan dijalankan,
diproyeksikan akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, maka proyek
tersebut bisa mulai dijalankan.
124

 Jika nilai NPV = 0 dan hal ini berarti investasi yang akan dijalankan,
diproyeksikan tidak mendatangkan keuntungan maupun kerugian bagi
perusahaan, maka perlu didiskusikan lebih lanjut mengenai keuntungan lain
yang akan didapatkan jika investasi tetap dijalankan.
 Jika nilai NPV < 0 dan hal ini berarti investasi yang akan dijalankan,
diproyeksikan akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan, maka proyek
tersebut dapat dibatalkan atau diganti menjadi proyek lain.
Tabel 8.9 menghasilkan angka NPV di PT Agro Sky Indonesia untuk 5
tahun ke depan yaitu Rp 3.360.026.025,-. Hasil NPV > 0, hal ini berarti investasi
pada bisnis ini layak dijalankan.
Tabel 8. 9 Net Present Value

Tahun Ct r NPV
0 (3.000.000.000)   -
1 642.334.600 0,05 611.747.238
2 (152.964.500) 0,05 (138.743.311)
3 507.572.400 0,05 438.460.123
4 4.368.436.080 0,05 3.593.923.174
5 2.367.041.306 0,05 1.854.638.800
Total   6.360.026.025
C0   3.000.000.000
NPV   3.360.026.025
Sumber: Tim Penulis, 2021
8.5.3 Payback Period (PBP)
Jika ingin membuat dana investasi lebih optimal, maka akan digunakan
metode Payback Period atau Pengembalian Modal Investasi melalui profit dalam
kurun waktu tertentu. Metode ini mengukur kecepatan pengembalian investasi
dengan satuan ukuran yang dihasilkan dalam bentuk waktu. Jika nilai PBP lebih
cepat atau singkat dari yang disyaratkan, artinya investasi tersebut bisa dikatakan
layak untuk dijalankan. Sebaliknya, apabila nilai PBP lebih lambat atau lama
berarti investasi tersebut bisa dikatakan tidak layak untuk dijalankan. Tabel 8.10
menjabarkan hasil perhitungan payback period. Berdasarkan perhitungan yang
dilakukan oleh PT Agro Sky Indonesia, jangka waktu pengembalian investasi
yaitu pada tahun ke-3 bulan ke 3.
125

Tabel 8. 10 Payback Period

Remarks Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5


Net Cash Flow (3.000.000.000) 642.334.600 (152.964.500) 507.572.400 4.368.436.080 2.367.041.306
Cum. Net Cash Flow - (2.357.665.400) (2.510.629.900) (2.003.057.500) 2.365.378.580 4.732.419.886
Index Cash Flow Pos.   0,00 0,00 0,00 0,46 1,00

Positive Cash Flow 3,00

Payback Period 3,27

Sumber: Tim Penulis, 2021


8.5.4 Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah indikator tingkat efisiensi dari sebuah
investasi yang digunakan untuk menghitung tingkat bunga suatu investasi dan
menyamakannya dengan nilai investasi saat ini berdasarkan penghitungan kas
bersih di masa mendatang. Jika angka IRR melebihi dari suku bunga yang
ditetapkan maupun biaya modal yang dikeluarkan, maka rencana investasi
tersebut
dapat dilanjutkan. Jika angka IRR kurang dari biaya modal tersebut, maka
investasi tersebut akan dapat dihindari. Perhitungan IRR menggunakan metode
Weighted Average Cost of Capital (WACC) dengan Komposisi Awal Porsi
Equity 100%.
Cost of Equity (CoE)
R = Rf + b x (Rm – Rf)

R : Cost of Equity
Rf : Risk Free Rate (Kupon ORI / SUN)
126

b : Proksi Risiko Pasar


Rm : Expected Return of The Market

CAPM = 0,05 + (0,64 x (0,15 – 0,05))


= 0,05 + (0,64 x 0,1)
= 0,05 + 0,064
= 0,114 atau 11,4%
IRR = 28%
Nilai IRR lebih tinggi dibandingkan WACC, maka investasi dapat dilanjutkan.
8.6 Analisa Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan merupakan suatau gambaran kondisi keuangan
perusahaan pada periode tertentu, baik menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun aspek penyaluran dana. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan sangat
penting untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan keuangan serta melakukan
perbaikan sistem keuangan demi tercapainya tingkat keberhasilan dari
pelaksanaan kegiatan operasional yang efektif dan efisien. Kinerja keuangan
perusahaan biasanya diukur berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan
rasio profitabilitas.
8.6.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas memberikan gambaran tentang kemampuan perusahaan
dalam menutupi kewajiban jangka pendek. Adapun ketiga jenis rasio likuiditas
yang akan digunakan untuk menilai kinerja keuangan PT Agro Sky Indonesia
adalah current ratio, quick ratio dan cash ratio. Berikut keempat syarat atau
ketentuan jika perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam melunasi
kewajibannya, diantaranya:
 Current ratio dengan angka rasio lancar suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali.
 Quick ratio dengan angka rasio cepat suatu perusahaan lebih dari 1,0 kali.
 Cash ratio dinyatakan dalam satuan decimal. Rasio ini yang bisa diterima
biasanya berkisar antara 0,5 hingga 1,0.
127

Tabel 8.11 mendeskripsikan hasil perhitungan rasio likuiditas PT Agro


Sky Indonesia mampu membayar semua kewajiban lancarnya dengan persentase
terlampir.
Tabel 8. 11 Rasio Likuiditas

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun


No. Keterangan
Ke-I Ke-II Ke-III Ke-IV Ke-V
1 Rasio Lancar (Current Ratio) 3,45 2,21 1,99 2,71 2,23

2 Rasio Cepat (Quick Ratio) 3,44 2,20 1,98 2,70 2,22

3 Rasio Kas (Cash Ratio) 1,54 0,83 0,96 2,12 1,62

Sumber: Tim Penulis, 2021


8.6.2 Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan dibiayai oleh kewajiban utang jangka pendek maupun jangka panjang.
Adapun ketiga jenis rasio solvabilitas yang akan digunakan untuk menilai kinerja
keuangan PT Agro Sky Indonesia adalah debt to asset ratio dan debt to equity
ratio. Salah satu hal yang menarik adalah tidak ada bunga pinjaman dikarenakan
modal pendanaan ekuitas dari pada Founder.
Tabel 8.12 mendeskripsikan hasil perhitungan rasio solvabilitas PT Agro
Sky Indonesia solvable.
Tabel 8. 12 Rasio Solvabilitas

No. Keterangan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

1 Rasio Utang Terhadap Ekuitas (DER) 22,60% 42,64% 39,73% 41,03% 33,02%

2 Rasio Utang Terhadap Aset (DAR) 18,44% 29,90% 28,44% 29,10% 24,82%

Sumber: Tim Penulis, 2021


8.6.3 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan profit atau laba dari pendapatan terkait penjualan, asset dan
ekuitas pada periode tertentu. Jenis rasio profitabilitas yang digunakan untuk
melihat kinerja keuangan PT Agro Sky Indonesia adalah gross profit margin, net
128

profit margin, return on asset dan return on equity. Berikut beberapa kriteria jika
perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam memperoleh laba, diantaranya:
 Nilai Gross Profit Margin yang tinggi jika perusahaan mampu menjalankan
produksi secara efisien.
 Semakin tinggi nilai Net Profit Margin maka semakin baik perusahaan dalam
mengendalikan biaya untuk menghasilkan laba.
 Semakin tinggi ROA menunjukkan perusahaan semakin efektif dalam
menghasilkan laba bersih atas aset perusahaan.
 Semakin tinggi nilai ROE, semakin baik pula kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih setelah dikurangi pajak.
Tabel 8.13 mendeskripsikan hasil perhitungan rasio profitabilitas PT Agro
Sky Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke
tahun walaupun pada tahun ke-I dan tahun ke-II masih mengalami nilai negatif.
Tabel 8. 13 Rasio Profitabilitas

No. Keterangan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

1 Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) 37,50% 38,09% 40,00% 43,98% 48,00%

2 Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) -21,37% -4,80% 6,99% 12,18% 17,39%

3 Rasio Pengembalian Aset (ROA) -50,92% -23,59% 33,60% 40,91% 43,16%

4 Rasio Pengembalian Ekuitas (ROE) -62,43% -33,64% 46,95% 57,69% 57,41%

Sumber: Tim Penulis, 2021


Dapat dilihat bahwa analisa rasio profitabilitas perusahaan cukup baik
dimana profit margin tiap tahunnya semakin bertambah, return on investment juga
sangat tinggi karena investasi yang dimiliki perusahaan tidak besar namun
keuntungan yang di dapatkan tiap tahun semakin bertambah. Dari sisi ROE dapat
dilihat bahwa perusahaan masih perlu untuk mengembangkan perusahaan dengan
melakukan penetrasi pasar yang lebih agresif maupun peluncuran produk baru.
Walaupun demikian keuntungan yang dihasilkan per lembar saham masih terus
meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa PT Agro Sky Indonesia
merupakan perusahaan yang cukup sehat dan mampu meningkatkan keuntungan
selama lima tahun.
129

BAB IX
RISK PLAN

9.1 Framework
Gambar 9.1 menunjukkan bahwa framework risk management plan yang
menjadi kerangka kerja dalam kegiatan manajemen risiko bisnis PT Agro Sky
Indonesia.
Gambar 9. 1 Framework Manajemen Risiko
130

Tujuan dan Sasaran Manajemen 1. Tujuan Manajemen Risiko


Risiko 2. Sasaran Manajemen Risiko

Prinsip Manajemen Risiko


Prinsip
(ISO 31000 Risk Management
Manajemen Risiko
Guidelines)
RISK PLAN

Kerangka Manajemen Risiko


Kerangka
(ISO 31000 Risk Management
Manajemen Risiko
Guidelines)

1. Komunikasi dan Konsultasi


2. Konteks, Jangkauan dan Kriteria
Proses 3. Penilaian Risiko
Manajemen Risiko 4. Penanganan Risiko
5. Pemantauan dan Pengkajian
6. Perekaman dan Pencatatan

Sumber: Tim Penulis, 2021

Teknik perumusan rencana strategi risiko yang dijabarkan menjadi empat


tahap kegiatan keuangan bisnis yang dijabarkan berikut:
 Tahap 1 adalah menetapkan tujuan dan sasaran dalam manajemen risiko bisnis.
 Tahap 2 adalah menjelaskan prinsip manajemen risiko berdasarkan petunjuk
ISO 31000 tentang manajemen risiko.
 Tahap 3 adalah merumuskan kerangka manajemen risiko berdasarkan petunjuk
ISO 31000 tentang manajemen risiko.
131

 Tahap 4 adalah menetapkan dan menjalankan proses manajemen risiko bisnis


sendiri.
9.2 Tujuan dan Sasaran Manajemen Risiko
Penentuan tujuan dan sasaran manajemen risiko bisnis yang tepat akan
membantu PT Agro Sky Indonesia dalam mengatasi berbagai macam risiko
signifikan yang dapat menghambat visi dan misi perusahaan selama 5 tahun.
9.2.1 Tujuan Manajemen Resiko
Dalam penerapan manajemen risiko mengacu pada standar ISO 31000
tahun 2018, berikut keempat tujuan manajemen risiko dari PT Agro Sky Indonesia
adalah:
 Memberikan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas risiko yang
ada dalam proses bisnis dan fungsi-fungsi perusahaan.
 Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif dan hati-hati dalam
menghadapi risiko perusahaan, mengurangi risiko kerugian, menjadikan
pengelolaan risiko sebagai sumber keunggulan bersaing dan keunggulan
kinerja perusahaan sebagai upaya untuk memaksimalkan nilai perusahaan.
 Membangun sosialisasi melalui pemahaman tentang risiko dan pentingnya
pengelolaan risiko.
 Meningkatkan kinerja perusahaan melalui penyediaan informasi tingkat risiko
yang dituangkan dalam peta risiko (risk map) yang berguna bagi manajemen
dalam pengembangan strategi, evaluasi perbaikan proses manajemen risiko
secara terus menerus dan berkesinambungan.
9.2.2 Sasaran Manajemen Resiko
Dalam penerapan manajemen risiko mengacu pada standar ISO 31000
tahun 2018, berikut keenam sasaran manajemen risiko PT Agro Sky Indonesia
adalah:
 Mendukung tercapainya sasaran kinerja dan mutu perusahaan secara
keseluruhan dan unit kerja lain sesuai tanggung jawab masing-masing.
 Berbagai macam risiko signifikan yang dapat mempengaruhi pencapaian
sasaran sehingga kinerja perusahaan dapat dikelola dengan baik.
132

 Meningkatkan tingkat kesehatan keuangan agar PT Agro Sky Indonesia


memperoleh predikat sehat dengan kategori AA.
 Terciptanya struktur organisasi manajemen risiko yang sistematis dan
terintegrasi dalam proses bisnis.
 Terciptanya SDM yang berwawasan serta mampu mengelola risiko bisnis
dengan pola pengembangan yang terencana dan berkesinambungan.
 Tercapainya tingkat kematangan penerapan manajemen risiko dengan skala
risk maturity level sebesar 2,5.
9.3 Prinsip Manajemen Resiko
Manajemen PT Agro Sky Indonesia menentukan prinsip dan komitmen
yang ditempuh dalam proses manajemen resiko. Gambar 9.2 menunjukkan adanya
prinsip manajemen resiko sesuai dengan ISO 31000 tahun 2018.
Gambar 9. 2 Prinsip Manajemen Risiko

Sumber: Tim Penulis, 2021


Penjabaran dari Gambar 9.2 berdasarkan prinsip utama dalam manajemen
risiko yaitu penciptaan dan perlindungan nilai (value creation and protection),
diantaranya:
1. Terintegrasi
Seluruh kegiatan PT Agro Sky Indonesia merupakan bagian yang tidak
terpisahkan untuk terus-menerus melakukan inovasi dan juga continuous
improvement dalam manajemen risiko demi pencapaian tujuan dan sasaran.
2. Terstruktur dan Komprehensif
133

Dalam pelaksanaannya, kami langsung melakukan pendekatan yang terstruktur


dan komprehensif sehingga dapat diberikan hasil yang konsiten, menyeluruh
dan tepat waktu.
3. Dapat Disesuaikan
Kerangka kerja manajemen risiko dan proses bisnis jasa penyemprotan drone
dapat disesuaikan dengan proporsi konteks eksternal dan internal terkait
dengan tujuan dan sasaran manajemen risiko.
4. Inklusif
Melibatkan setiap pemangku kepentingan (stakeholders) internal terkait
penilaian risiko dari dalam bisnis dan pengendalian informasi akurat dan
terbaru ketika mereka mulai mempertimbangkan keputusan. Pemangku
kepentingan internal terdiri dari pimpinan, manajemen, hingga pegawai yang
berhubungan langsung dengan konsumen.
5. Dinamis
Dalam penerapan pengelolaan risiko seiring dengan perubahan konteks serta
kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, kami harus selalu
mengantisipasi, mendeteksi, mengakui dan merespon terhadap perubahan dan
peristiwa dengan cara yang cepat dan tepat waktu.
6. Informasi Terbaik yang Tersedia
Dalam pelaksanaan manajemen risiko, kami harus selalu menerima masukan
dan menggunakan informasi, seperti observasi, perkiraan, survei, penilaian ahli
dan data tersedia dari sumber yang valid.

7. Faktor Manusia dan Budaya


Perilaku manusia dan faktor budaya bisa secara signifikan berpengaruh
terhadap seluruh aspek dalam manajemen risiko PT Agro Sky Indonesia.
Aspek tersebut adalah kapabilitas, presepsi dan tujuan masing-masing
karyawan dan stakeholders.
8. Perbaikan dan Pengembangan Berkelanjutan
134

Kegiatan manajemen risiko secara berkesinambungan ini dapat diperbaiki


melalui metode Plan Do Check Action (PDCA). Metode ini biasanya dipakai
dalam manajemen proyek tertentu untuk meningkatkan efektivitas kerja.
9.4 Kerangka Manajemen Resiko
Keberhasilan manajemen risiko sangat bergantung pada peran direksi dan
dewan komisaris dalam pelaksanaan manajemen risiko. Supaya siap akan segala
risiko, maka organisasi perlu mengembangkan budaya sadar risiko, dimana
kepemimpinan yang kuat menjadi penting. Direksi dan dewan komisaris berperan
sebagai risk leader yang mengintegrasikan manajemen risiko dalam tata kelola
dan kegiatan organisasi serta proses pengambilan keputusan. Maka dari itu,
dukungan pimpinan puncak sangat penting sehingga bisnis ini mudah dijalankan.
Gambar 9.3 mendeskripsikan tentang 5 jenis kepemimpinan dan komitmen.
Gambar 9. 3 Kerangka Manajemen Risiko

Sumber: Tim Penulis, 2021

Penjabaran dari Gambar 9.3 berdasarkan kerangka manajemen risiko yaitu


kepemimpinan dan komitmen (Leadership and Commitment), diantaranya:
1. Integrasi
PT Agro Sky Indonesia harus selalu mengembangkan sistem dan proses
pengelolaan risiko serta juga mengidentifikasi dan menilai potensi dan
masalah. Integrasi manajemen risiko korporat (MRK) dengan aktivitas
manajemen perusahaan perkebunan dengan lahan sawit yang meliputi
135

pelaksanaan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) berbasis risiko


berdasarkan Value Proposition Canvas. Contohnya adalah kami harus
mengintegrasikan antara produk sebagai solusi untuk menjawab kebutuhan
atau permasalahan yang dihadapi pelanggan melalui Value Proposition Canvas
yang telah dilampirkan pada Gambar 1.2.
2. Perancangan Kerangka Kerja
Dalam merancang kerangka manajemen risiko, berikut beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaranya:
a) Pemahaman terhadap kondisi dan sifat organisasi serta konteks internal
maupun eksternal dari perusahaan.
b) Mengartikulasikan bentuk komitmen terkait manajemen risiko.
c) Menetapkan secara jelas peran, wewenang, tanggung jawab dan
akuntabilitas di dalam perusahaan untuk kegiatan manjemen risiko.
d) Alokasi sumber daya yang sesuai.
e) Membangun proses komunikasi dan konsultasi dengan mengadakan online
chatting dengan pihak supplier terkait desain kualitas dan mutu bahan
baku pestisida dan bahan pupuk cair sehingga dapat diminimalisasi risiko
barang yang rusak dan tidak sesuai dengan desain tersebut.
3. Penerapan
Ketepatan bentuk dan penerapan kerangka kerja akan memastikan bahwa
proses manajemen risiko akan menjadi aktivitas di seluruh organisasi, termasuk
dalam pengambilan keputusan serta akan berubah sesuai perubahan konteks
internal dan eksternal yang terjadi. Perusahaan dapat menerapkan kerangka
kerja manajemen risiko yang sudah dibentuk dengan cara:
a) Membangun kesesuaian rencana termasuk waktu dan sumber daya.
b) Mengidentifikasi dimana, kapan dan bagaimana berbagai macam keputusan
yang akan dibuat di perusahaan dan oleh siapa. Contohnya adalah kami
harus membuat keputusan dan rencana dengan pelanggan terlebih dahulu
terkait pekerjaan survei dan inspeksi lahan sawit sebelum memulai untuk
menyemprot dengan drone sprayer dan atau edukasi akan risiko dan
dampak penggunaan drone sprayer terhadap keamanan lingkungan.
136

c) Memodifikasi proses pengambilan keputusan apabila dibutuhkan.


d) Memastikan pengelolaan risiko yang dibuat secara jelas dan praktis.
4. Evaluasi
Dalam evaluasi efektivitas bisnis kami dari kerangka kerja maka kami harus:
a) Mengukur kemajuan penerapan kerangka kerja manajemen risiko secara
berkala dikaitkan dengan tujuan, rencana, indikator yang telah ditetapkan
dan budaya yang diharapkan.
b) Memastikan kesesuaian kerangka kerja dalam mendukung pencapaian
sasaran perusahaan. Contohnya adalah kami harus memastikan apakah
kerangka kerja dalam menyemprot lahan apakah sudah atau belum sesuai
dengan harapan dari tim proyek.
5. Perbaikan Kerangka Kerja
Dalam rangka perbaikan kerangka kerja, berikut kedua hal yang harus
diperhatikan, diantaranya:
a) Adaptasi dengan situasi yang terduga dengan selalu memonitor dan
mengadaptasi kerangka manajemen risiko terhadap perubahan eksternal dan
internal untuk meningkatkan nilai perusahaan.
b) Perbaikan berkesinambungan dengan selalu memperbaiki kesesuaian,
ketepatan dan efektifitas dari kerangka kerja dan pola penerapan dan
integrasi proses manajemen risiko. Misalnya risiko yang dihadapi oleh tim
pilot drone adalah keterlambatan sistem drone sprayer belum berjalan
dengan baik. Maka dari itu, tim pilot drone sebaiknya melakukan perbaikan
sistem drone tersebut.
9.5 Proses Manajemen Resiko
Manajemen risiko melibatkan penerapan secara sistematis dari kebijakan,
prosedur dan praktek ke aktivitas identtifikasi risiko, analisis risiko dan evaluasi
risiko yang ditunjukkan pada Gambar 9.4.
Gambar 9. 4 Proses Manajemen Risiko
137

Sumber: Tim Penulis, 2021

Dalam penerapan ISO 31000:2018 Risk Management Guidelines, proses


manajemen risiko melibatkan beberapa aktivitas:
1. Scope (Ruang Lingkup)
Komponen pertama proses manajemen risiko yaitu penetapan ruang lingkup
risiko. Penetapan ruang ligkup sangat perlu dilakukan karena akan memberikan
batasan level atau tingkat pelaksanaan manajemen risiko pada suatu organisasi.
Manajemen risiko adalah bagian dari tata kelola (governance) dan harus
terintegrasi di dalam proses organisasi. Penerapan manajemen risiko
memerlukan kepemimpinan dan komitmen dari manajemen puncak, serta
keterlibatan aktif dari semua anggota organisasi. Setiap organisasi dapat
menetapkan ruang lingkup manajemen risiko pada level yang berbeda dengan
organisasi lainnya. Ruang lingkup manajemen risiko dapat dibatasi misalnya
pada level strategis, operasional, program, proyek, atau kegiatan lainnya.
Penetapan ruang lingkup manajemen risiko harus jelas dan didukung dengan
pertimbangan yang jelas juga, serta memiliki tujuan yang relevan dan selaras
dengan tujuan organisasi. Hal ini karena tujuan manajemen risiko yaitu untuk
minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan atau peluang.
2. Konteks dan Kriteria
Berikut beberapa tahapan penetapan konteks risiko bisnis kamis, diantaranya:
138

a) Menentukan ruang lingkup dan periode penerapan manajemen risiko.


b) Identifikasi stakeholder untuk memahami pihak-pihak yang berinteraksi
dengan organisasi dalam pencapaian sasaran.
c) Identifikasi peraturan perundang-undangan diperlukan untuk memahami
kewenangan, tanggung jawab, tugas dan fungsi, kewajiban hukum yang
harus dilaksanakan oleh organisasi beserta konsekuensi.
Berikut kedua jenis kriteria risiko bisnis yang ditetapkan, diantaranya:
a) Kriteria kemungkinan terjadinya risiko, dengan ketentuan sebagai berikut:
• Kriteria kemungkinan terjadinya risiko (likelihood) dapat menggunakan
pendekatan statistik (probability) dan frekuensi kejadian per satuan
waktu (hari, minggu, bulan, tahun).
• Penentuan peluang terjadinya risiko bisnis ini menggunakan pendekatan
kejadian per satuan waktu berdasarkan persentase atas kegiatan atau
transaksi yang dilayani dalam 1 tahun.
b) Kriteria dampak, dengan beberapa area dampak sesuai dengan jenis
kejadian risiko yang mungkin terjadi meliputi:
• Fraud terkait jumlah tambahan pengeluaran negara baik dalam bentuk
uang dan setara uang, surat berharga, kewajiban dan barang.
• Penurunan Reputasi disebabkan oleh rusaknya nama baik PT Agro Sky
Indonesia yang menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat
menurun.
• Sanksi pidana, perdata dan administrasi berupa hukuman yang
dijatuhkan atas perkara di pengadilan baik menyangkut pegawai atau
organisasi.
• Kecelakaan Kerja, seperti gangguan fisik dan mental yang dialami
pegawai dalam pelaksanaan tugas kedinasan.
• Gangguan terhadap layanan organisasi berupa simpangan dari standar
layanan yang ditetapkan.
• Penurunan Kinerja yang ditetapkan dalam kontrak karyawan.
1. Penilaian Risiko
Berikut beberapa tahapan penilaian risiko bisnis kami, diantaranya:
139

a) Identifikasi Risiko (Risk Identification) meliputi:

Kode Risiko
Risiko Internal Perusahaan
R001 Kerusakan Drone
R002 Kualitas Pupuk Cair / Pestisida buruk
R003 Konflik Internal
Risiko External Perusahaan
a. Buyer atau Supplier
R004 Konflik dengan Supplier
R005 Kehilangan barang oleh pihak ekspedisi (pembelian barang)
R006 Penjualan Menurun pada bulan atau waktu tertentu
R007 Pesaing Bermunculan
R008 Fluktuasi Harga
b. Regulasi Pemerintah
R009 Perubahan Regulasi
R010 Kenaikan Tarif Pajak
R011 Legal Risk Management
c. Risiko di Lapangan
R012 Cuaca Buruk (angin Kencang / Hujan)
R013 Terkena object yang membahayakan Drone
R014 Listrik mati

a) Identifikasi Dampak Risiko.


Tabel identifikasi risiko yang mungkin terjadi dan dikelompokkan
berdasarkan kategori operasionalnya sebagai berikut :

Tabel 9. 1 Identifikasi Dampak Risiko

Kode Risiko Dampak


Risiko Internal Perusahaan
R001 Kerusakan Drone Menghambat proses pekerjaan
R002 Kualitas Pupuk Cair / Pestisida buruk Kehilangan pelanggan
R003 Konflik Internal Kinerja perusahaan menurun
Risiko External Perusahaan
140

a. Buyer atau Supplier


R004 Konflik dengan Supplier Terancam kehilangan pemasok
R005 Kehilangan barang oleh pihak ekspedisi (pembelian Pengiriman terlambat dan
barang) kemungkinan terjadinya kehilangan
R006 Penjualan Menurun pada bulan atau waktu tertentu Tidak tercapainya target penjualan
R007 Pesaing Bermunculan Mengurangi keuntungan perusahaan
R008 Fluktuasi Harga Potensi kerugian
b. Regulasi Pemerintah
R009 Perubahan Regulasi Perlu penyesuaian Kembali
R010 Kenaikan Tarif Pajak Bayar pajak menjadi lebih besar
R011 Legal Risk Management Reputasi perusahaan menurun
c. Risiko di Lapangan
R012 Cuaca Buruk (angin Kencang / Hujan) Pekerjaan terhambat
R013 Terkena object yang membahayakan Drone Drone Terjatuh / hilang
R014 Listrik mati Tidak dapat melanjutkan pekerjaan
karena baterai habis.

a) Analisis Risiko
Analisis Risiko dilakukan dengan cara memberikan nilai dari setiap risiko
yang muncul. Dari setiap risiko yang muncul akan dilakukan penilaian
(bobot) dari sisi dampak yang diakibatkan dan frekuensi terjadinya.
Adappun table nilai bobot dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. 2 Nilai Kemungkinan

Frekuensi Kejadian Dampak yang Diberikan


Nilai Keterangan Frekuensi Nilai Keterangan
1 Sangat Jarang (Rare) < 2 kali pertahun 1 Sangat Kecil
2 Jarang (Unlikely) 2-4 kali per tahun 2 Kecil
3 Biasa (Possible) 6-12 kali pertahun 3 Biasa
4 Sering (Likely) 1-7 kali pertahun 4 Besar
141

5 Pasti (Certain) 7-12 kali pertahun 5 Sangat Besar

Tabel 9. 3 Nilai Dampak

Nilai Keterangan Frekuensi


1 Insignificant Sangat Kecil
2 Minor Kecil
3 Moderate Biasa
4 Major Besar
5 Cathastropic Sangat Besar

Tabel 9. 4 Penilaian Kemungkinan dan Dampak pada Kemungkinan Risiko

Kode Risiko Kemungkinan Dampak


Risiko Internal Perusahaan
R001 Kerusakan Drone 3 5
R002 Kualitas Pupuk Cair / Pestisida buruk 1 4
R003 Konflik Internal 1 3
Risiko Eksternal Perusahaan
R004 Konflik dengan Supplier 1 4
Kehilangan barang oleh pihak ekspedisi
R005 4 5
(pembelian barang)
R006 Penjualan Menurun pada bulan atau waktu tertentu 2 3
R007 Pesaing Bermunculan 2 3
R008 Fluktuasi Harga 2 3
Regulasi Pemerintah
R009 Perubahan Regulasi 3 3
R010 Kenaikan Tarif Pajak 3 3
R011 Legal Risk Management 3 4
Risiko Di Lapangan
R012 Cuaca Buruk (angin Kencang / Hujan) 5 5
R013 Terkena object yang membahayakan Drone 3 5
R014 Listrik mati 2 5

d) Evaluasi Risiko
Dalam hal mengevaluasi risiko, PT Agro Sky Indonesia telah menerapkan
parameter sebagai berikut :
• Besaran risiko tertinggi mendapat prioritas paling tinggi.
• Apabila terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran risiko
yang sama maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan urutan area
dampak dari yang tertinggi hingga terendah sesuai kriteria dampak.
142

• Apabila masih terdapat lebih dari satu risiko yang meiliki besaran dan
area dampak yang sama maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan
urutan kategori risiko yang tertinggi hingga terendah sesuai Kategori
Risiko.
Apabila masih terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran, area
dampak, dan kategori yang sama maka prioritas risiko ditentukan
berdasarkan judgement pemilik risiko.
Tabel 9. 5 Parameter Evaluasi Risiko

Kemungkinan Dampak Level Risiko


Rare Insignificant
Rare Minor
Rare Moderate
Rendah
Unlikely Insignificant
Unlikely Minor
Possible Moderate
Rare Major
Rare Cathastropic
Unlikely Moderate
Unlikely Major
Unlikely Cathastropic
Possible Minor
Possible Moderate Menengah
Possible Major
Likely Insignificant
Likely Minor
Likely Moderate
Certain Insignificant
Certain Minor
Possible Cathastropic
Likely Major
Likely Cathastropic Tinggi
Certain Moderate
Certain Major
Certain Cathastropic

Pada table 9.6 menampilkan parameter evaluasi dari kemungkinan, dampak


dan level setiap dampak yang dihasilkan oleh PT Agro Sky Indonesia
Ketika kemungkinan risiko terjadi. Berikut ini adalah table matriks evaluasi
risiko :

Tabel 9. 6 Matriks Evaluasi Risiko berdasarkan Kemungkinan dan Dampak


143

Tabel 9. 7 Matriks Evaluasi Risiko berdasarkan Kemungkinan, Dampak dan Level

Kode Risiko Kemungkinan Dampak Level


Risiko Internal Perusahaan
R001 Kerusakan Drone 3 5 Tinggi
R002 Kualitas Pupuk Cair / Pestisida buruk 1 4 Menengah
144

R003 Konflik Internal 1 3 Rendah


Risiko Eksternal Perusahaan
R004 Konflik dengan Supplier 1 4 Menengah
Kehilangan barang oleh pihak ekspedisi
R005 4 5 Tinggi
(pembelian barang)
R006 Penjualan Menurun pada bulan atau waktu tertentu 2 3 Menengah
R007 Pesaing Bermunculan 2 3 Menengah
R008 Fluktuasi Harga 2 3 Menengah
Regulasi Pemerintah
R009 Perubahan Regulasi 3 3 Menengah
R010 Kenaikan Tarif Pajak 3 3 Menengah
R011 Legal Risk Management 3 4 Menengah
Risiko Di Lapangan
R012 Cuaca Buruk (angin Kencang / Hujan) 5 5 Tinggi
R013 Terkena object yang membahayakan Drone 3 5 Tinggi
R014 Listrik mati 2 5 Menengah

4. Penanganan Risiko
PT Agro Sky telah menetapkan Langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk meminimalkan dampak risiko yang telah diidentifikasi pada table
berikut :Berikut beberapa tahapan pemantauan dan pengkajian risiko
bisnis kami, diantaranya:

Tabel 9. 8 Penanganan Risiko

Kode Risiko Mitigasi


Risiko Internal Perusahaan
1. Maintenance Drone secara rutin
R001 Kerusakan Drone 2. Menyiapkan beberapa sparepart
3. Mengasuransikan Drone
145

Kualitas Pupuk Cair /


R002 1. Memperketat Quality Control
Pestisida buruk
1. Membuat perjanjian kerja dan job description yang jelas serta saling menguntungkan antar karyawan
R003 Konflik Internal 2. Mengadakan tim Bonding agar lebih solid.
3. Memastikan setiap pimpinan dapat bersikap adil dan mampu mengatasi konflik yang terjadi
Risiko Eksternal Perusahaan
1. Menaati seluruh peraturan yang ditetapkan oleh Supplier
R004 Konflik dengan Supplier 2. Menjalin kerjasama yang baik dan memberikan parcel pada momen tertentu
3. Memiliki supplier lebih dari
Kehilangan barang oleh 1. Membuat kontrak perjanjian kerja
R005 pihak ekspedisi 2. Menjalin kerjasama dengan beberapa pihak ekspedisi
(pembelian barang) 3. Membuat biaya asuransi pada setiap pengiriman
1. Memberikan diskon pada masa tertentu
Penjualan Menurun pada
R006 2. Menjadi Sponsorship pada event-event tertentu
bulan atau waktu tertentu
3. Meningkatkan Pemasaran produk
1. Tetap menjaga kualitas pelayanan dan kualitas produk
R007 Pesaing Bermunculan 2. Membuat inovasi berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pasar
3. Menjaga kestabilan harga dan meningkatkan promosi
1. Disaat harga sedang murah, membeli stok sparepart ataupun pestisida dan pupuk cair lebih banyak
R008 Fluktuasi Harga
2. Mengontrol jumlah stok yang ada.
Regulasi Pemerintah
1. Membentuk sistem untuk memonitoring dan mengevaluasi dalam mengidentifikasi regulasi
R009 Perubahan Regulasi
pemerintah.
1. Menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas yang ditentukan
R010 Kenaikan Tarif Pajak
2. Mengoptimalkan kredit pajak mengenai pembayaran pajak yang bisa dicicil atau dikreditkan.
1. BOD (Board of Directors) wajib menerapkan legal governance agar tata kelola yang diperlukan
untuk membentuk dan menginterpretasi ketentuan peraturan dan ketentuan internal, termasuk
perjanjian yang dipakai.
2. BOD wajib memastikan adanya legal completeness dalam mengelola risiko hukum upaya korporasi
agar seluruh hal yang di atur UU dan regulasi dapat diimplementasikan dan dipatuhi oleh perusahaan.
R011 Legal Risk Management
3. Melakukan Legal Due Diligence
4. Membuat NDA (Non-Disclosure Agreement dengan BOD
untuk melakukan ethical business)
5. Meningkatkan pemahaman para pihak yang terkait agreement terutama mengenai risiko dalam suatu
transaksi.
Risiko Di Lapangan
1. Memeriksa arah angin dan kekuatan angin sebelum diterbangkan
Cuaca Buruk (Angin
R012 2. Memastikan dan menyesuaikan settingan RTH dan daya baterai terhadap arah angin / kekuatan
Kencang)
angin
1. Melakukan mapping area sekitar jalur yang akan dilalui drone menghindari terkena object yang
R013 Drone terjatuh membahayakan
2. Memeriksa kondisi drone secara keseluruhan terutama rotor sebelum diterbangkan.
1. Menyediakan Baterai Cadangan
R014 Listrik mati 2. Memastikan Client/Konsumen memiliki sumber daya listrik dan sumber daya listrik cadangan
seandainya terjadi pemadaman listrik

Dan Adapun biaya yang dibutuhkan untuk manajemen risiko dalam 5


tahun.
Tabel 9. 9 Biaya Manajemen Risiko

Program
Biaya 1st 4th 5th
Manajemen Frekuensi Keterangan Remarks 2nd Year 3rd Year Total
Per Kali Year Year Year
Risiko
146

Pest Control 1x Per Rp Pelatihan Tim Konsultan Kaya


Training Tahun 4.000.000 tentang Training Center
4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 20.000
pengendalian
hama
Asuransi 1x Per Rp Asuransi atas
Drone Tahun 21.750.000 kerusakan dan Asuransi MGSI
108.750 108.750 152.250 195.750 195.750 761.250
kehilangan
akibat terjatuh
Spareparts 1x Per Rp Pergantian 6 Clock Wise Motion
Tahun 12.400.000 propeller jika dan 6 Counter Clock 12.400 12.400 12.400 12.400 12.400 62.000
ada yang rusak Wise
Total 125.150 125.150 168.650 212.150 212.150 843.250

5. Pemantauan dan Pengkajian


a) Pemantauan berkala dilakukan secara triwulanan yaitu pada bulan
April, Juli, Oktober, dan Januari pada tahun berikutnya. Pemantauan
triwulanan dilakukan untuk memantau pelaksanaan rencana aksi
penanganan risiko, analisis status indikator risiko utama serta tren
perubahan level risiko. Jumlah koordinator risiko yang wajib hadir
pada setiap rapat pemantauan risiko minimal 50% dari seluruh
koordinator risiko.
b) Review mengenai implementasi manajemen risiko dengan tujuan
untuk melihat kesesuaian pelaksanaan dan output seluruh proses
manajemen risiko dengan ketentuan yang berlaku.
1. Perekaman dan Pelaporan
Berikut adalah tahapan perekaman dan pelaporan risiko bisnis kami,
diantaranya:
a) Perekaman dokumen manajemen risiko. Dokumen ini merupakan
pernyataan pemilik Risiko dalam melaksanakan Manajemen Risiko
yang dilampiri dengan formulir konteks manajemen risiko, formulir
profil dan peta risiko, dan formulir penanganan risiko.

b) Pelaporan manajemen risiko terkait pengelolaan Risiko kepada


pemangku kepentingan. Bentuk-bentuk laporan manajemen risiko
meliputi laporan pemantauan triwulanan (formulir laporan pemantauan
triwulanan) dan laporan pemantauan tahunan (formulir laporan
pemantauan tahunan) serta laporan manajemen risiko incidental
147

disusun apabila terdapat kondisi abnormal yang perlu dilaporkan


segera kepada pimpinan untuk memeberikan masukan mengenai
rencana kontinjensi.

DAFTAR PUSTAKA

Admin JSP. (2018). Manfaat Memiliki Sertifikasi Drone. Retrieved May 12, 2019,
from https://jsp.co.id/manfaat-memiliki-sertifikasi-drone
148

Ansoff, H.I. (2007). Strategic Management (Classic Ed). New York: Palgrave
Macmillan
Dadang. (2019). Formulasi Pestisida untuk Drone disampaikan pada Seminar
Nasional Penggunaan Drone dalam Bidang Perlindungan Tanamandalam
Rangka menuju Industri Pertanian 4.0 di Indonesia. 5 Agustus 2019, Bogor
(ID): ISSAAS Indonesia Chapter
David, F.R. (2011). “Strategic Management: Concept and Cases, Global
Edition”. Prentice Hall, New Jersey.
Grant, R.M. (2010). Contemporary Strategy Analysis 7th edition. Wiley
Internasional Organization for Standardization (ISO), 2018, ISO 31000: 2018
Risk Management – Guidelines, Switzerland
Irawaty E, daniel, Achmad M. (2017). Analisis biofisik tanaman padi dengan citra
drone (UAV) menggunakan software Agisoft Photoscan. Jurnal Agritechno.
Jurnal Agritechno. 10(1):109-122
Khoirunisa, H., & Kurniawati, F. (2019). Penggunaan Drone dalam
Mengaplikasikan Pestisida di Daerah Sungai Besar, Malaysia. Jurnal Pusat
Informasi Masyarakat, 1(1), 87–91.
Khotimah, K. (2017). Experiential Marketing to Increase Net Marketing
Contribution Margin (NMCM) through Customer Value. 2(4), 36–42
Maurya, A. (2012). Running Lean, 2nd Edition. United States: O’Reilly Media, Inc
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business Model Generation. United
States: John Wiley & Sons, Inc
Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2016). Value Proposition Design. United States:
John Wiley & Sons, Inc
Pramono, S. (2018). Smart Flight. Modul Pelatihan Drone Pilot. Bogor: Persatuan
Drone Bogor Indonesia
Ridwan. (2005). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung,
Indonesia: Alfabeta
Sedarmayanti. (2014). Manajemen Strategi, Cetakan Kesatu. Refika Aditama,
Bandung
149

Susilo, L. J. dan Kaho, V.R (2011). Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 untuk
Industri Non Perbankan. Jakarta: PPM
Vergouw, B., Nagel, H., Bondt, G., & Custers, B. (2016). Drone Technology:
Types, Payloads, Applications, Frequency Spectrum Issues and Future
Developments. In B. Custers (Ed.), The Future of Drone Use. Opportunities
and Threats from Ethical and Legal Perspectives (Vol. 27). The Hague:
T.M.C. Asser Press. https://doi.org/10.1007/978-94-6265-132-6
‘’Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) Siapkan CAPEX Rp 360 Miliar untuk
Tahun Depan,’’ [Online]. Available:
https://investasi.kontan.co.id/news/bakrie-sumatera-plantations-unsp-siapkan-
capex-rp-360-miliar-untuk-tahun-depan
‘’Cara Menghitung Persentase Pencapaian Target,’’ [Online]. Available:
https://panduanoffice.web.id/cara-menghitung-persentase-pencapaian-target/
‘’Cara Mendirikan Perseroan Terbatas (PT),’’ [Online]. Available:
https://ppid.semarangkota.go.id/cara-mendirikan-perseroan-terbatas-pt/
‘’Daftar 10 Perusahaan Sawit Terbesar di Indonesia Berdasarkan Labanya,’’
[Online]. Available: https://www.idntimes.com/business/economy/ainal-
zahra-1/daftar-10-perusahaan-sawit-terbesar-di-indonesia-berdasarkan-
labanya/10
‘’Eagle High Plantations Targetkan Pendapatan Tumbuh Double Digit,’’ [Online].
Available:https://www.beritasatu.com/ekonomi/812977/eagle-high-
plantations-targetkan-pendapatan-tumbuh-double-digit
‘’ Gartner Says Almost 3 Million Personal and Commercial Drones Will Be
Shipped in 2017,’’ [Online]. Available:
https://www.gartner.com/en/newsroom/press-releases/2017-02-09-gartner-
says-almost-3-million-personal-and-commercial-drones-will-be-shipped-in-
2017
‘’Harga CPO Meroket Pendapatan London Sumatra Indonesia (LSIP) Bakal
Ciamik,’’ [Online]. Available: https://newssetup.kontan.co.id/news/harga-
cpo-meroket-pendapatan-london-sumatra-indonesia-lsip-bakal-ciamik-1
150

“Ijin Pendirian PT (Perseroan Terbatas),” [Online]. Available:


https://bisnisukm.com/ijin-pendirian-pt-perseroan-terbatas.html
‘’Jumlah Perusahaan Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman,’’ [Online].
Available: https://www.bps.go.id/indicator/54/1848/1/jumlah-perusahaan-
perkebunan-besar-menurut-jenis-tanaman.html
Kertajaya, Hermawan. 2010. Perjalanan Pemikiran Konsep Pemasaran. Jakarta:
PT. Gelora Aksara Pratama.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2018. Principles of Marketing. Edisi Global
ke-15. Pearson
‘’Laba SSMS Melonjak 592% pada Semester I Tahun 2021,’’ [Online]. Available:
https://pasardana.id/news/2021/10/1/laba-ssms-melonjak-592-persen-pada-
semester-i-2021/
‘’London Sumatra dan Salim Ivomas Melanjutkan Ekspansi Kebun dan Pabrik,’’
[Online]. Available: https://investasi.kontan.co.id/news/london-sumatra-lsip-
dan-salim-ivomas-simp-melanjutkan-ekspansi-kebun-dan-pabrik
‘’Luas Areal Kelapa Sawit Menurut Provinsi Tahun 2019,’’ [Online]. Available:
https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/luas-areal-kelapa-sawit-menurut-
provinsi-2019-1581067607
‘’Mengubah Masa Depan dengan Cakra Drone Pestisida Otomatis,’’ [Online].
Available: https://binus.ac.id/2019/12/mengubah-masa-depan-dengan-cakra-
drone-pestisida-otomatis/
‘’Penjualan Bersih SMART Tumbuh 15% di kuartal I Tahun 2021,’’ [Online].
Available: https://www.smart-tbk.com/en/penjualan-bersih-smart-tumbuh-15-
di-kuartal-i-2021/
‘’PT. Astra Agro Lestari, Tbk,’’ [Online]. Available:
https://id.wikipedia.org/wiki/Astra_Agro_Lestari
‘’PT. Austindo Nusantara Jaya, Tbk,’’ [Online]. Available:
https://anj-group.com/id/our-profile-1
‘’Refleksi Industri Sawit Tahun 2020,’’ [Online]. Available:
https://gapki.id/news/18768/refleksi-industri-sawit-2020-prospek-2021bonus/
151

‘’Registrasi Drone dan Sertifikasi Pilot Bisa Online lewat Sidopi,’’ [Online].
Available: https://www.suara.com/bisnis/2021/04/14/112829/registrasi-drone-
dan-sertifikasi-pilot-bisa-online-lewat-sidopi
Direct Selling Metode yang Efektif dalam Menarik Minat Konsumen. [Online].
Available: https://www.hashmicro.com/id/blog/direct-selling/
‘’Teknologi Drone Pertanian,’’ [Online]. Available:
https://halorobotics.com/blog/case-studies/teknologi-drone-pertanian/
‘’10 Negara dengan Konsumsi Minyak Sawit Terbesar di Dunia,’’ [Online].
Available: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/16/10-negara-
dengan-konsumsi-minyak-sawit-terbesar-dunia
https://www.idx.co.id/media/9816/idx-stock-index-handbook-v12-_-januari-2021
https://www.dji.com/id/t20/specs
https://www.dji.com/id/t30/specs

Anda mungkin juga menyukai