Anda di halaman 1dari 124

SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI


TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM
MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI
DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM

Oleh :

NI KETUT AYU PRATIWI CATUR WAHYUNI


NIM. P07120214019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV
DENPASAR
2018

i
SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI


TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM
MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI
DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Keperawatan
Jurusan Keperawatan

Oleh :
NI KETUT AYU PRATIWI CATUR WAHYUNI
NIM. P07120214019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV
DENPASAR
2018

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI


TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM
MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI
DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

I Ketut Suardana,S.Kp., M.Kes I DPG Putra Yasa., S.Kp., M.Kep., Sp. MB.
NIP. 196509131989031002 NIP. 197108141994021001

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Denpasar

V. M Endang Sri Purwadmi Rahayu, S.Kep.,M.Pd


NIP. 195812191985032005

iii
SKRIPSI DENGAN JUDUL :

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI


TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM
MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI
DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI

PADA HARI : SELASA

TANGGAL : 5 JUNI 2018

TIM PENGUJI :

1. I Wayan Surasta, S.Kp., M.Fis. (Ketua) (……...


……….)
NIP. 196512311987031015

2. Ners. I Made Sukarja, S.Kep., M.Kep. (Anggota) (……...


……….)
NIP. 196812311992031020

3. I Ketut Suardana, S.Kp., M. Kes. (Anggota) (…….…..…....)


NIP. 196509131989031002

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Denpasar

iv
V. M Endang Sri Purwadmi Rahayu, S.Kep.,M.Pd
NIP. 195812191985032005
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni

NIM : P07120214019

Program Studi : Diploma IV

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2018

Alamat : Jalan Pulau Moyo No XII B

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Tugas akhir dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi


terhadap Kesiapsagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung
Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem adalah benar karya sendiri atau
bukan plagiat hasil karya orang lain.
2. Apabila di kemudian hari terbukti Tugas Akhir ini bukan karya saya sendiri
atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

Denpasar, Juni 2018

Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni

v
NIM. P07120214019

ABSTRACT

The Effect of Animated Video Media on Student Preparedness in Facing


Volcano Eruption at SDN 2 Sidemen Karangasem
.

The volcanic eruption disaster is an event that can be used for the environment
and the livelihood of people and the environment. One of the disaster mitigation
efforts that can be done is to increase preparedness. This research is given to
students by using animated video media containing material or information
related to disaster from pre disaster, emergency response, and post disaster
volcano eruption. The purpose of this research is to determine the effect of
animated video media on student preparedness in facing volcano eruptions. The
type of this research is Quasi-Experimental Design with the design used is One-
Group Pretest-Posttest using technique proportionate stratified random sampling.
The number of samples are 40 people who are students of grade IV, V and VI. The
results showed that the average of student preparedness before the given video
animation media that is 74.17 and the average after given animation is 87.26. The
result of research with paired t-test statistic, obtained ρ-value = 0,001 <alpha
(0,05), that can be concluded that there is effect of video animation media to
student preparedness in facing volcano eruption at SDN 2 Sidemen Karangasem.
Based on research results suggested for teachers to improve the material by
developing other similar educational media.

Keywords: Disaster volcano eruption, Preparedness, Animated video

vi
ABSTRAK

Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa


dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi
di SDN 2 Sidemen Karangasem

Bencana letusan gunung berapi adalah peristiwa yang dapat mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat serta lingkungan. Salah satu
upaya penanggulangan dampak bencana yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan kesiapsiagaan. Penelitian ini diberikan kepada siswa dengan media
video animasi yang berisi materi atau informasi yang berkaitan dengan
kebencanaan dari masa pra bencana, masa tanggap darurat, dan pasca bencana
letusan gunung berapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa dalam
menghadapi bencana letusan gunung berapi. Jenis penelitian ini adalah Quasi-
Experimental Design dengan rancangan yang digunakan yaitu One-Group
Pretest-Posttest menggunakan teknik proportionate stratified random sampling.
Jumlah sampel sebanyak 40 orang yang merupakan siswa kelas IV, V dan VI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kesiapsiagaan siswa sebelum
diberikan media video animasi yaitu 74,17 dan setelah diberikan video animasi
hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata 87,26. Hasil penelitian diuji dengan
uji statistik paired t-test, didapatkan ρ-value = 0,001 < alpha (0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan media video animasi terhadap
kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi di SDN 2
Sidemen Karangasem. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada guru
disekolah untuk meningkatkan pemberian materi kebencanaan dengan
mengembangkan media edukasi lainnya yang serupa.

Kata Kunci : Bencana letusan gunung berapi, Kesiapsiagaan, Video animasi

vii
RINGKASAN PENELITIAN

PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI


TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI
BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN
KARANGASEM TAHUN 2018

NI KETUT AYU PRATIWI CATUR WAHYUNI

Indonesia merupakan negara kepulauan sebagai pertemuan empat lempeng


tektonik utama dunia yaitu Lempeng Eurasia, Indian-Australian, Pasifik dan
Filipina. Pertemuan empat lempeng tersebut menimbulkan interaksi yang
berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik wilayah Indonesia, salah satu
konsekuensi menjadikan daerah di Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang
tinggi terhadap bencana alam. Beberapa diantaranya adalah rawan gempa bumi,
tsunami, serta letusan gunung berapi disepanjang “ring of fire” dari Sumatera-
Jawa-Bali-Nusa Tenggara-Banda-Maluku (BNPB, 2016). Dari sembilan
kabupaten di Provinsi Bali, Kabupaten Karangasem menempati nomor satu dalam
kelas risiko bencana diantara kabupaten lainnya (IRBI, 2014). Salah satu bencana
yang paling berisiko di Kabupaten Karangasem adalah bencana meletusnya
Gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali dengan ketinggian
3.031 mdpl.

Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau


rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Dampak
psikologis pasca bencana biasanya muncul sebagai manifestasi dari pengalaman
mengerikan. Individu dengan gangguan psikologis pasca bencana akan
mengalami ansietas dan selalu teringat trauma melalui memori, mimpi atau reaksi
terhadap isyarat internal tentang peristiwa yang terkait dengan trauma. Gangguan
ini dapat terjadi pada semua usia, termasuk anak-anak dan remaja (Astuti, 2012).

viii
Anak-anak merupakan salah satu kelompok rentan yang paling berisiko
terkena dampak bencana. Kerentanan anak-anak terhadap bencana dipicu oleh
faktor keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko di sekeliling mereka, yang
berakibat tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana (Indriasari,
2014). Upaya kesiapsiagaan dapat meminimalkan dampak buruk dari bahaya
melalui tindakan pencegahan yang efektif dan tepat. Strategi kesiapsiagaan sangat
diperlukan dalam pendidikan kebencanaan selain bisa meningkatkan kapasitas
juga bisa dijadikan pengembangan pendidikan kebencanaan yang berkaitan
dengan PRB (Pengurangan Risiko Bencana) (Milfayetty, & Dirhamsyah, 2014).
Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada kelompok anak salah satunya
dengan media edukasi yang terkait kebencanaan yaitu melalui video animasi
kesiapsiagaan bencana. Karena menurut teori Piaget dengan belajar sambil
bermain anak tidak hanya mendapatkan kesenangan namun anak juga belajar akan
sesuatu.
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-eksperimental design dengan
rancangan yang digunakan yaitu One-group pretest-posttest. Penelitian ini
dilakukan di SDN 2 Sidemen Karangasem yaitu pada bulan Mei tahun 2018.
Sampel yang digunakan sebanyak 40 orang dari jumlah populasi sebanyak 44
orang, sampel tersebut merupakan siswa yang duduk dibangku kelas IV, V dan VI
SDN 2 Sidemen yang diambil dengan menggunakan tekhnik proportionate
stratified random sampling. Metode pengumpulan data dari penelitian ini
menggunakan lembar kuesioner kesiapsiagaan untuk siswa.
Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa nilai rata-rata
kesiapsiagaan siswa sebelum diberikan video animasi yaitu 74,17 yang termasuk
kategori siap namun belum mencapai nilai maksimal (sangat siap). Hasil ini
membuktikan bahwa siswa yang duduk dibangku sekolah dasar sangatlah penting
diberikan materi tentang kebencanaan dan cara melindungi diri dalam menghadapi
bencana guna untuk meningkatkan kesiapsiagaan diri sendiri jika terjadi bencana
saat mereka berada disekolah. Setelah diberikan media video animasi terjadi
peningkatan pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana
dengan hasil rata-rata 87,26 yang termasuk kategori sangat siap. Hasil ini
menunjukkan pemberian edukasi dengan cara memberikan tayangan video

ix
animasi akan membuat anak-anak lebih cepat menerima materi yang diberikan
karena biasanya pemberian edukasi lebih sering diberikan dengan metode
ceramah dan tanya jawab saja yang membuat anak lebih cepat bosan menyimak
materi yang diberikan.
Hasil analisa dengan uji paired t-test diperoleh ρ-value pada kolom Sig. =
0,001 < alpha (0,05) hal ini berarti hipotesa penelitian diterima yang
menunjukkan ada pengaruh penggunaan media video animasi terhadap
kesiapsiagaan anak sekolah dasar dalam menghadapi bencana letusan gunung
berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan ataupun referensi bagi
peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian
edukasi mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dengan
memperhatikan kelemahan penelitian ini untuk lebih meningkatkan kesiapsiagaan
pada kelompok anak seperti memberikan pelatihan dan simulasi bencana di
kalangan sekolah dasar agar anak-anak lebih paham dan mempunyai gambaran
tentang kebencanaan. Hasil penelitian ini juga diharapkan para guru dapat
meningkatkan pemberian materi khususnya mengenai kebencanaan kepada siswa
dengan mengembangkan metode yang lebih menarik, efektif, dan efisien seperti
memberikan media yang serupa dengan media video animasi.

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam

Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen

Karangasem” tepat pada waktunya. Skripsi ini dapat diselesaikan bukanlah

semata-mata usaha penulis sendiri, melainkan berkat dorongan dan bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH., selaku Direktur

Poltekkes Denpasar yang telah memberikan kesempatan menempuh program

pendidikan D IV di Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar.

2. Ibu V. M Endang Sri Purwadmi Rahayu, S.Kep., M.Pd., selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Denpasar, yang telah memberikan kesempatan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak I Dewa Putu Gede Putra Yasa, S.Kp. M.Kep. Sp.MB., selaku Ketua

Program Studi D-IV Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Denpasar sekaligus pembimbing pendamping yang telah memberikan

bimbingan selama pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Denpasar.

4. Bapak I Ketut Suardana, S.Kp., M.Kes., selaku pembimbing utama yang telah

banyak memberikan masukan, pengetahuan dan bimbingan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

xi
5. Mahasiswa angkatan II D-IV Keperawatan Poltekkes Denpasar yang banyak

memberikan masukkan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Orangtua, keluarga, dan semua teman yang selalu memberikan dukungan dan

doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan usulan penelitian ini.

Denpasar, Juni 2018

Penulis

xii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................................v
ABSTRACT..............................................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
RINGKASAN PENELITIAN..............................................................................viii
KATA PENGANTAR............................................................................................xi
DAFTAR ISI........................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL................................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................6

C. Tujuan Penelitian..............................................................................................6

1. Tujuan umum.............................................................................................6

2. Tujuan khusus............................................................................................7

D. Manfaat Penelitian............................................................................................7

1. Manfaat teoritis..........................................................................................7

2. Manfaat praktis..........................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Bencana Letusan Gunung Berapi..............................................9

1. Definisi bencana........................................................................................9

xiii
2. Jenis – jenis bencana..................................................................................9

3. Bencana letusan gunung berapi...............................................................10

4. Dampak bencana letusan gunung berapi.................................................11

5. Manajemen penanggulangan bencana.....................................................12

B. Konsep Dasar Kesiapsiagaan..........................................................................14

1. Definisi kesiapsiagaan.............................................................................14

2. Parameter untuk mengukur kesiapsiagaan...............................................15

3. Stakeholder utama kesiapsiagaan............................................................19

4. Peran siswa dalam kesiapsiagaan bencana..............................................21

5. Parameter kesiapsiagaan bencana pada siswa sekolah............................21

6. Faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan..............................................23

7. Tingkat kesiapsiagaan..............................................................................23

C. Media Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk Reduction)....................24

1. Pengurangan risiko bencana (PRB).........................................................24

2. Karateristik anak usia sekolah dasar........................................................24

3. Media video animasi................................................................................25

4. Kelebihan dan kekurangan video animasi...............................................28

D. Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa


dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi...................................30

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep............................................................................................32

B. Definisi operasional........................................................................................33

C. Hipotesis Penelitian........................................................................................35

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian...............................................................................................36

xiv
B. Alur Penelitian................................................................................................37

C. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................38

1. Tempat penelitian....................................................................................38

2. Waktu penelitian......................................................................................38

D. Populasi dan Sampel.......................................................................................38

1. Populasi penelitian...................................................................................38

2. Sampel.....................................................................................................38

3. Jumlah dan besar sampel.........................................................................39

4. Teknik sampling......................................................................................40

E. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data.............................................................41

1. Jenis data yang dikumpulkan...................................................................41

2. Metode pengumpulan data.......................................................................41

3. Instrumen pengumpulan data...................................................................45

F. Pengolahan Dan Analisis Data.......................................................................47

1. Teknik pengolahan data...........................................................................47

2. Analisis data.............................................................................................49

G. Etika Penelitian...............................................................................................51

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian...............................................................................................53

1. Kondisi lokasi penelitian.........................................................................53

2. Karakterisik responden penelitian...........................................................54

3. Hasil pengamatan terhadap responden penelitian berdasarkan variabel


penelitian..................................................................................................55

4. Pengaruh penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa


dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.................................57

xv
B. Pembahasan Hasil Penelitian..........................................................................58

1. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana sebelum diberikan


media video animasi................................................................................58

2. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana setelah diberikan media


video animasi...........................................................................................61

3. Pengaruh penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa


dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.................................62

C. Kelemahan Penelitian.....................................................................................64

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan.........................................................................................................65

B. Saran...............................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................67
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
xvi
Tabel 1 Tingkat Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana di
Sekolah………………………………………………………. 23

Tabel 2 Definisi Operasional Pengaruh Penggunaan Media Video


Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi
Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen
Karangasem tahun 2018……………………………………... 34

Tabel 3 Distribusi Proporsi Sampel SDN 2 Sidemen Karangasem…... 41

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Penelitian Berdasarkan 54


Umur di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018…………

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis 55


Kelamin di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018………

Tabel 6 Distribusi Skor Pre-Test Kesiapsiagaan Siswa dalam 56


Menghadapi Bencana Sebelum Diberikan Video Animasi di
SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018…………………..

Tabel 7 Distribusi Skor Post-Test Kesiapsiagaan Siswa dalam 56


Menghadapi Bencana Setelah Diberikan Diberikan Video
Animasi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018………

Tabel 8 Hasil Analisa Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi 58


terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem
Tahun 2018…………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Konsep Pengaruh Penggunaan Media Video


Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam
Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2

xvii
Sidemen Karangasem Tahun 2018………………………. 32

Gambar 2. Desain Penelitian Pengaruh Penggunaan Media Video


Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam
Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2
Sidemen Karangasem Tahun 2018………………………. 36

Gambar 3. Bagan Alur Kerangka Kerja Pengaruh Penggunaan


Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa
dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di
SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018………………. 37

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian Pengaruh Penggunaan Media Video


Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi
Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem
Tahun 2018

Lampiran 2 : Rencana Anggaran Biaya Penelitian Pengaruh Penggunaan Media


Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi
Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem
xviii
Tahun 2018

Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Kisi-Kisi Kuisioner Penelitian

Lampiran 6 : Lembar Instrumen Pengumpulan Data

Lampiran 7 : Satuan Acara Penyuluhan Pengaruh Penggunaan Media Video


Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi
Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem
Tahun 2018

Lampiran 8 : Master Tabel Pengumpulan Data

Lampiran 9 : Tabel Nilai Koefisien Korelasi “r” Product Moment dari Pearson
untuk Berbagai df

Lampiran 10 : Hasil Analisa Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Lampiran 11 : Hasil Analisa Uji Normalitas Instrumen Penelitian

Lampiran 12 : Hasil Analisa Data

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan sebagai pertemuan empat lempeng

tektonik utama dunia yaitu Lempeng Eurasia, Indian-Australian, Pasifik dan

Filipina. Pertemuan empat lempeng tersebut menimbulkan interaksi yang

berpengaruh pada kondisi seismo-tektonik wilayah Indonesia, salah satu

konsekuensi menjadikan daerah di Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang

tinggi terhadap bencana alam. Beberapa diantaranya adalah rawan gempa bumi,

tsunami, serta letusan gunung berapi disepanjang “ring of fire” dari Sumatera-

Jawa-Bali-Nusa Tenggara-Banda-Maluku (BNPB, 2016).

Selama kurun waktu antara 2004 hingga 2014 terdapat berbagai bencana

alam yang melanda Indonesia diantaranya, gempa bumi dan tsunami Aceh-Nias

(2004), gempa bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah (2006), gempa bumi Sumatera

Barat dan Bengkulu (2007), gempa bumi Sumatera Barat (2009), gempa bumi dan

tsunami Mentawai (2010), erupsi Gunung Merapi (2010), erupsi Gunung

Sinabung (2013 dan 2014), dan erupsi Gunung Kelud (2014) (Bappenas, 2014).

Bali sendiri dalam Indek Risiko Bencana Indonesia pada tahun 2013

terdapat beberapa ancaman bencana, yaitu banjir, gempa bumi, tsunami,

kebakaran pemukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, letusan gunung api,

abrasi, kebakaran lahan dan hutan, konflik sosial, epidemi dan wabah penyakit.

Dari sembilan kabupaten di Provinsi Bali, Kabupaten Karangasem menempati

nomor satu dalam kelas risiko bencana diantara kabupaten lainnya (IRBI, 2014).
Salah satu bencana yang paling berisiko di Kabupaten Karangasem adalah

bencana meletusnya Gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Pulau

Bali dengan ketinggian 3.031 mdpl. Gunung Agung terletak di Kecamatan

Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia (Pemerintah Kabupaten

Karangasem, 2017).

Letusan Gunung Agung pada tahun 1963 tercatat menurunkan suhu Bumi

sebesar 0,4 derajat Celcius. Hal itu terjadi karena material vulkanik berupa aerosol

sulfat dari gunung itu terbang hingga jarak 14.400 kilometer dan melapisi

atmosfer Bumi. Letusan itu juga disertai abu vulkanik yang ke luar vertikal dari

kawah Gunung Agung setinggi 20 kilometer. Data tersebut merupakan satu dari

sedikit fakta letusan Gunung Agung yang dihimpun Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB). Kepala BNPB Sutopo Purwo Nugroho

mengatakan letusan Gunung Agung saat itu berlangsung dari 2 Februari 1963

hingga 27 Januari 1964. Merujuk data yang dihimpun dari catatan Badan Geologi,

UNESCO (1964), Jurnal Science (1978), dan Bulletin Vulcanology (2012),

letusan itu menewaskan 1.549 orang. Sebanyak 1.700 rumah hancur. Sekitar

225.000 orang kehilangan mata pencaharian, dan 100 orang juga mengungsi

(Jaringan Pemberitaan Pemerintah, 2017).

Tingginya korban jiwa serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh

bencana adalah karena kurangnya kesiapsiagaan dan pemahaman masyarakat

terhadap paradigma pendekatan holistik, yakni menempatkan bencana dalam tata

kerangka manajerial yang dikenali dari bahaya (hazard), kerentanan

(vulnerability), serta kemampuan (capacity) masyarakat (Efendi dan Makhfudli,

2009).

2
Sejak bulan Agustus 2017 Gunung Agung telah menunjukkan peningkatan

aktivitas vulkanik. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)

kemudian menaikkan status ke level IV (Awas) pada tanggal 22 September 2017.

Namun terhitung sejak 29 Oktober 2017 pukul 16.00 WITA, status diturunkan

kembali dari level IV (Awas) menjadi level III (Siaga) (Kompas, 2017). Dampak

dari peningkatan aktivitas vulkaknik Gunung Agung ini mengharuskan

masyarakat di sekitar kawasan rawan bencana harus mengungsi. Berdasarkan

sumber informasi bidang Humas Satgas Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung

Agung total pengungsi pada tanggal 16 Desember 2017 adalah sejumlah 71.668

jiwa yang berada di 239 titik di seluruh kabupaten di Bali (Badan Nasional

Penanggulangan Bencana, 2017).

Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana

dan didalam konsep bencana yang berkembang saat ini, kesiapsiagaan juga

merupakan elemen penting dari kegiatan pencegahan pengurangan risiko bencana

yang bersifat proaktif, sebelum terjadinya suatu bencana (Firmansyah,dkk., 2014).

Peningkatan kesiapsiagaan dalam menghadapi dan mengurangi risiko bencana di

realisasikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 24 Tahun 2007

mengenai penanggulangan bencana yang menjadi langkah awal dalam upaya

penanggulangan bencana di Indonesia. Undang-Undang tersebut diaplikasikan

dengan dibentuknya Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) oleh

pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 dan diikuti dengan

pembentukan Badan Penanggulanan Bencana Daerah di setiap provinsi dan

kabupaten di wilayah Indonesia (BNPB, 2008).

3
Komunitas sekolah merupakan salah satu stakeholder yeng mempunyai

peranan besar dalam menyebarkan pengetahuan, termasuk pengetahuan tentang

kebencanaan mulai dari sebelum, saat, dan setelah terjadi bencana (Indriasari,

2014). Sekolah memiliki peranan penting dalam mengubah pola pikir terhadap

kebencanaan melalui pendidikian pengurangan risiko bencana pada komunitas

sekolah (Indriasari, 2014). Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia

memberikan edaran kepada Gubernur, Bupati dan Wali Kota se-Indonesia perihal

pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah yang tertuang dalam

surat edaran No. 70a/MPN/SE/2010 dalam meningkatkan kesiapsiagaan di

sekolah. Sehubungan dengan siswa sekolah dasar masih dalam proses penggalian

ilmu pengetahuan dan untuk membangun budaya keselamatan dan kesiapsiagaan

anak-anak sekolah dasar, dimana dalam usia tersebut anak sudah mampu

menyerap dan mempraktikan dengan baik informasi yang mereka peroleh, dan

diharapkan mereka mampu memahami dan mencerna informasi mengenai

perlindungan diri terhadap bencana (Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia,

2011).

Salah satu media yang cukup relevan dalam menumbuhkan rasa

kesiapsiagaan adalah dengan video animasi karena dapat memberikan pengalaman

belajar yang lebih bermakna dan memberikan stimulus yang lebih besar

dibandingkan membaca buku teks sehingga menimbulkan kesan impresif bagi

penontonnya (Munir, 2012). Video animasi termasuk jenis media audio visual,

karena terdapat gerakan gambar dan suara (Warsita, 2008). Media animasi

umumnya disukai oleh masyarakat dan khususnya anak-anak. Hal ini

dibuktikan oleh Wiranti (2015) memberikan kesimpulan bahwa tayangan pada

4
televisi yang disukai oleh mayoritas masyarakat adalah animasi kartun.

Tayangan animasi mampu mengalahkan video-video biasa atau bukan video

animasi kartun. Pemilihan video pembelajaran yang berupa media animasi

dapat dijadikan pilihan yang tepat, dengan media animasi maka pemahaman

anak-anak terhadap materi yang disajikan akan lebih mudah, menarik dan

menyenangkan (Indriana, 2011).

Penelitian Muslimin (2017) menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan

media video animasi terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas II

B SD Muhammadiyah Karangtengah Bantul Yogyakarta. Hal tersebut serupa

dengan penelitian Ulirrosyad (2015) menunjukkan bahwa hasil kognitif

masyarakat meningkat setelah menggunakan video pembelajaran kebencanaan

untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir pada masyarakat

Desa Wonosari Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen.

Pemberian media video animasi akan diberikan untuk anak-anak sekolah

dasar di daerah Sidemen, Karangasem. Karakteristik Desa Sidemen yang berada

pada radius ±20 km dari Gunung Agung menjadikan Desa Sidemen sangat

berpotensi terhadap hasil erupsi Gunung Agung baik berupa hujan abu maupun

banjir lahar dingin. SDN 2 Sidemen Karangasem dengan jumlah populasi siswa

seluruhnya 92 orang dengan responden yang digunakan penelitian kelas IV, V dan

VI sebanyak 44 orang. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah SDN 2

Sidemen diperoleh hasil bahwa saat terjadi erupsi Gunung Agung pada tanggal 25

hingga 27 November 2017 sekolah tersebut terkena dampak yaitu hujan abu

sehingga mengganggu kegiatan belajar mengaiar di sekolah tersebut. Selain itu,

disebutkan pula bahwa sekolah tersebut belum pernah mendapat pelatihan atau

5
simulasi kesiapsiagaan bencana, serta lokasi SDN 2 Sidemen yang dekat dengan

aliran sungai semakin meningkatkan potensi terkena banjir lahar dingin. Upaya

pemerintah dalam meningkatkan kesiapsiagaan di tingkat sekolah yaitu

dengan dibagikannya tas siaga dari BNPB yang diberikan ke setiap kecamatan di

Karangasem. Upaya yang dilakukan masih belum bisa memberikan pengaruh

secara menyeluruh. Hasil studi pendahuluan diperoleh bahwa dari 10 siswa yang

ditanyakan, 7 siswa mengatakan masih ragu tentang tindakan kesiapsiagaan yang

tepat bila terjadi bencana letusan gunung berapi.

Berdasarkan alasan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa

dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen

Karangasem”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan suatu masalah

penelitian yaitu: “Apakah ada pengaruh penggunaan media video animasi

terhadap kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi

di SDN 2 Sidemen Karangasem ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa dalam

menghadapi bencana letusan gunung berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem..

6
2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan

gunung berapi sebelum diberikan media video animasi.

b. Mengidentifikasi kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan

gunung berapi setelah diberikan media video animasi.

c. Menganalisa pengaruh pemberian media video animasi terhadap kesiapsiagaan

siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang nantinya akan diperoleh, peneliti berharap hal

tersebut memberikan manfaat. Manfaat dari penelitian yaitu manfaat teoritis dan

manfaat praktis.

1. Manfaat teoritis

a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi ilmiah di bidang

keperawatan dalam pengembangan ilmu kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana letusan gunung berapi pada siswa SD.

b. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar acuan bagi peneliti

selanjutnya dalam melakukan penelitian serupa mengenai pengaruh

penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa dalam

menghadapi bencana letusan gunung berapi dengan berlandaskan pada

kelemahan dari penelitian ini dan dapat mengembangkan dengan media yang

lainnya.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan saran kepada guru pendidik sekolah

dasar agar mempertimbangkan pemberian materi pengurangan risiko bencana

7
dengan media video animasi yang dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran

di sekolah.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan pertimbangan pada perawat gawat

darurat maupun mahasiswa lain untuk dilakukan kegiatan pengabdian

masyarakat yang berfokus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana

pada siswa sekolah dasar.

c. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada orang tua dan

masyarakat dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan pada diri anak sejak

dini.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bencana Letusan Gunung Berapi

1. Definisi bencana

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa

atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor

non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban

jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), bencana mempunyai arti sesuatu yang

menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan.

2. Jenis – jenis bencana

Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, antara

lain:

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal

modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik


sosial antar kelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror (Presiden

Republik Indonesia, 2007).

3. Bencana letusan gunung berapi

Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat

keluarnya magma dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan (Ruwanto,

2008). Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal

dengan istilah "erupsi ". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan

zona kegempaan aktif, sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas

lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga

mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma).

Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang

sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar

dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-

1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur

sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri

sampai sejauh radius 90 km (Priambodo, 2009).

Berdasarkan kejadiannya, bahaya letusan gunung api dibedakan menjadi

dua yaitu bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder), jenis bahaya

tersebut masing-masing mempunyai resiko merusak dan mematikan (Nurjanah

dkk, 2011).

a. Bahaya utama (primer)

Bahaya utama letusan gunung berapi adalah bahaya yang langsung

terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini adalah awan

panas, lontaran batu pijar, hujan abu lebat, dan lelehan lava.

10
b. Bahaya ikutan (sekunder)

Bahaya ikutan letusan gunung berapi adalah bahaya yang terjadi setelah

proses peletusan berlangsung. Apabila suatu gunung api meletus akan terjadi

penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian

atas. Pada saat musim hujan tiba sebagian material tersebut akan terbawa

oleh air hujan dan tercipta lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan.

Biasanya banjir tersebut dikenal dengan banjir lahar dingin.

4. Dampak bencana letusan gunung berapi

Banyak dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya letusan gunung berapi

baik dampak terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan maupun

dampaknya terhadap keseimbangan lingkungan. Menurut Priambodo (2009)

berikut ini beberapa dampak yang diakibatkan karena terjadinya letusan gunung

api:

a. Pencemaran pada udara dengan abu gunung berapi yang mengandung gas

seperti Sulfur dioksida, gas Hidrogen sulfide, Nitrogen dioksida serta beberapa

partikel lain yang dapat meracuni makhluk hidup di sekitarnya.

b. Terganggunya kegiatan pada perekonomian masyarakat sekitar gunung

meletus.

c. Rusaknya infrastruktur dan pemukiman masyarakat sekitar karena material

berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas.

d. Rusaknya lahan pertanian sementara yang dilalui lahar panas dan kebakaran

hutan yang mengakibatkan rusaknya ekosistem.

e. Selain dari gas beracun diatas material yang dikeluarkan oleh gunung berapi

pun dapat menyebabkan sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.

11
f. Hilangnya wisatawan pencinta alam pada tempat-tempat yang dianggap salah

satu destinasi wisata bagi wisatawan pecinta alam.  

5. Manajemen penanggulangan bencana

Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu

untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan

observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,

peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana

(Presiden Republik Indonesia, 2007)

Model penanggulangan bencana dikenal sebagai siklus penanggulangan

bencana yang terdiri dari tiga fase, yaitu fase prabencana, fase saat terjadi

bencana, dan fase pasca bencana.

a. Fase prabencana

Fase prabencana pendekatannya adalah pengurangan risiko bencana dengan

tujuan untuk membangun masyarakat Indonesia yang tangguh dalam menghadapi

ancaman bencana. Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum kejadian

yaitu kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi. Tindakan yang harus dilakukan

individu yaitu :

1) Mengikuti sosialisasi tentang peristiwa letusan gunung berapi pada

masyarakat awam terkait peristiwa alam seperti gempa karena gunung berapi,

dan terjadinya gunung meletus.

2) Mematuhi pengumuman dari instansi berwenang, misalnya dalam penetapan

status gunung berapi.

3) Mengenali tanda-tanda terjadinya bencana gunung berapi, misalnya turunnya

binatang dari puncak gunung atau terciumnya bau belerang.

12
4) Mengetahui tempat yang aman dan jalur evakuasi.

b. Fase saat terjadinya bencana

Fase ini kegiatan yang dilakukan adalah tanggap darurat bencana di mana

sasarannya adalah “save more lifes”. Kegiatan utamanya adalah tanggap darurat

berupa pencarian, penyelamatan, dan evakuasi serta pemenuhan kebutuhan dasar

berupa air minum, makanan dan penampungan/shalter bagi para korban bencana.

Tindakan yang harus dilakukan individu yaitu :

1) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah

aliran lahar.

2) Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas serta

persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.

3) Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang

atau jaket, celana panjang, topi, masker dan lainnya.

4) Jangan memakai lensa kontak.

5) Lakukan evakuasi dan pengungsian pada masyarakat sekitar gunung meletus

ke tempat yang lebih aman. 

6) Mematuhi pedoman dan perintah dari instansi berwenang tentang upaya

penanggulangan bencana. 

c. Fase pasca bencana

Pada fase pasca bencana, aktivitas utama ditargetkan untuk memulihkan

kondisi (rehabilitasi) dan pembangunan kembali (rekonstruksi) tata kehidupan dan

penghidupan masyarakat menjadi lebih baik (build back better). Tindakan yang

harus dilakukan individu yaitu :

13
1) Jauhi tempat aliran sungai, kemungkinan akan terjadi banjir lahar dingin dan

batu-batu besar.

2) Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.

3) Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau

meruntuhkan atap bangunan.

4) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa

merusak mesin.

B. Konsep Dasar Kesiapsiagaan

1. Definisi kesiapsiagaan

Mengacu pada prioritas keempat Sendai Framework Action 2015-2030,

disebutkan bahwa untuk mengurangi risiko bencana diperlukan adanya

peningkatan dalam bidang kesiapsiagaan bencana (United Nations Office for

Disaster Risk Reduction, 2015). Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui

langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU RI No. 24 Tahun 2007). Konsep

kesiapsiagaan yang digunakan lebih ditekankan pada kemampuan untuk

melakukan tindakan persiapan menghadapi kondisi darurat bencana secara cepat

dan tepat (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).

Menurut The Indonesian Development of Education and Permaculture

(IDEP) (2007) menyatakan tujuan kesiapsiagaan yaitu :

a. Mengurangi ancaman

b. Mengurangi kerentanan masyarakat

c. Mengurangi akibat

d. Menjalin kerjasama

14
2. Parameter untuk mengukur kesiapsiagaan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerja sama dengan United

Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun

2006 telah mengembangkan kerangka kerja kajian (Assessment Framework)

kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana. Lima faktor kritis yang

disepakati sebagai parameter untuk mengukur kesiapsiagaan untuk mengantisipasi

bencana dapat dijabarkan sebagai berikut. Untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan

masyarakat, maka lima parameter yang telah disepakati tersebut harus

diterjemahkan menjadi variabel-variabel yang dapat dihitung nilainya. Jumlah

variabel bervariasi antar parameter dan antar stakeholders, sesuai dengan

kebutuhan dan spesifikasi masing-masing :

a. Pengetahuan dan sikap terhadap risiko bencana

Pengetahuan dan sikap merupakan parameter utama dalam kesiapsiagaan

bencana karena pengetahuan tersebut menjadi kunci penentu sikap dan tindakan

dalam mengantisipasi bencana. Bila pengetahuan masyarakat mengenai tanda dan

gejala sebelum terjadinya suatu bencana tidak mencukupi, maka dampak yang

timbul akibat bencana dapat menjadi jauh lebih besar karena masyarakat salah

dalam mengambil tindakan penyelamatan diri saat terjadi bencana. Pengetahuan

dan sikap terdiri dari empat variabel, yaitu:

1) Pemahaman tentang bencana alam

2) Pemahaman tentang kerentanan lingkungan

3) Pemahaman tentang kerentanan bangunan fisik dan fasilitas-fasilitas penting

untuk keadaan darurat bencana

4) Sikap dan kepedulian terhadap resiko bencana

15
b. Kebijakan dan panduan

Kebijakan diperlukan agar job description setiap pihak tidak saling tumpang

tindih sehingga terbentuk tata kelola yang rapi dalam menghadapi bencana. Selain

kebijakan, panduan operasional sesuai dengan job description diperlukan agar

kebijakan dapat berjalan secara optimal. Kebijakan yang signifikan berpengaruh

terhadap kesiapsiagaan meliputi: pendidikan publik, emergency planning, sistim

peringatan bencana dan mobilisasi sumber daya, termasuk pendanaan, organisasi

pengelola, SDM dan fasilitas-fasilitas penting untuk kondisi darurat bencana.

Kebijakan-kebijakan dituangkan dalam berbagai bentuk, tetapi akan lebih

bermakna apabila dicantumkan secara konkrit dalam peraturan-peraturan, seperti:

SK atau Perda yang disertai dengan job description yang jelas. Kebijakan,

peraturan dan panduan dijabarkan kedalam tiga variabel, yaitu :

1) Jenis-jenis kebijakan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam,

seperti: organisasi, pengelola bencana, rencana aksi untuk tanggap darurat,

sistim peringatan bencana, pendidikan masyarakat dan alokasi dana

2) Peraturan-peraturan yang relevan, seperti: perda dan SK

3) Panduan-panduan yang relevan

c. Rencana untuk keadaan darurat bencana

Rencana menjadi bagian yang penting dalam kesiapsiagaan, terutama

berkaitan dengan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan, agar korban bencana

dapat diminimalkan. Upaya ini sangat krusial, terutama pada saat terjadi bencana

dan hari-hari pertama setelah bencana sebelum bantuan dari pemerintah dan dari

pihak luar datang. Mitigasi dan evakuasi yang terstruktur perlu direncanakan agar

tidak terjadi dampak bencana yang parah utamanya karena tidak adanya rute arah

16
menuju zona aman bencana. Rencana untuk keadaan darurat diterjemahkan

menjadi delapan variabel, yaitu:

1) Organisasi pengelola bencana, termasuk kesiapsiagaan bencana

2) Rencana evakuasi, temasuk lokasi dan tempat evakuasi, peta, jalur dan rambu-

rambu evakuasi

3) Posko bencana dan prosedur tetap (protap) pelaksanaan

4) Rencana Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan keamanan

ketika terjadi bencana

5) Rencana pemenuhan kebutuhan dasar, termasuk makanan dan minuman,

pakaian, tempat/tenda pengungsian, air bersih, MCK dan sanitasi lingkungan,

kesehatan dan informasi tentang bencana dan korban

6) Peralatan dan perlengkapan evakuasi

7) Fasilitas-fasilitas penting untuk keadaan darurat (Rumah sakit/posko

kesehatan, Pemadam Kebakaran, PDAM, Telkom, PLN, pelabuhan, bandara)

8) Latihan dan simulasi evakuasi

d. Sistim peringatan bencana

Adanya sistim peringatan dini bencana, menjadikan masyarakat dapat

mengetahui bahwa akan ada suatu bencana yang muncul. Sistim ini meliputi tanda

peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya bencana. Dengan peringatan

bencana ini, masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mengurangi

korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan. Untuk itu diperlukan latihan

dan simulasi, apa yang harus dilakukan apabila mendengar peringatan, kemana

dan bagaimana harus menyelamatkan diri dalam waktu tertentu, sesuai dengan

17
lokasi dimana masyarakat sedang berada saat terjadinya peringatan. Sistim

peringatan bencana dijabarkan kedalam tiga variabel, yaitu:

1) Sistim peringatan bencana secara tradisional yang telah berkembang/berlaku

secara turun temurun dan/atau kesepakatan lokal

2) Sistim peringatan bencana berbasis teknologi yang bersumber dari

pemerintah, termasuk instalasi peralatan, tanda peringatan, diseminasi

informasi peringatan dan mekanismenya

3) Latihan dan simulasi

e. Mobilisasi sumber daya

Sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia (SDM), maupun

pendanaan dan sarana-prasarana penting untuk keadaan darurat, merupakan

potensi yang dapat mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam

kesiapsiagaan bencana alam. Karena itu, mobilisasi sumber daya menjadi faktor

yang krusial. Kemampuan memobilisasi sumber daya tediri dari variabel-variabel

sebagai berikut:

1) Pengaturan kelembagaan dan sistim komando

2) Sumber Daya Manusia, termasuk ketersediaan personil dan relawan,

keterampilan dan keahlian

3) Bimbingan teknis dan penyediaan bahan dan materi kesiapsiagaan bencana

alam

4) Mobilisasi dana

5) Koordinasi dan komunikasi antar stakeholders yang terlibat dalam

kesiapsiagaan bencana

6) Pemantauan dan evaluasi kegiatan kesiapsiagaan bencana

18
Kelima parameter tersebut diimplementasikan kedalam tujuh kelompok

diantaranya individu dan keluarga, pemerintah, komunitas sekolah, kelembagaan

masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Non-

Pemerintah (Ornop), kelompok profesi, dan pihak swasta.

Ketujuh kelompok tersebut, kelembagaan masyarakat LSM dan Ornop,

kelompok profesi dan pihak swasta merupakan stakeholder pendukung yang

mempunyai peran dan kontribusi dalam peningkatan kesiapsiagaan masyarakat.

Sementara individu dan keluarga, dan komunitas sekolah merupakan stakeholder

utama yang menjadi ujung tombak dalam usaha peningkatan kesiapsiagaan

bencana di masyarakat (LIPI-UNESCO/ISDR, 2006).

3. Stakeholder utama kesiapsiagaan

LIPI-UNESCO/ISDR (2006), menyatakan bahwa terdapat tiga stakeholder

utama yang berperan dalam kesiapsiagaan, yaitu :

a. Individu dan rumah tangga

Stakeholder individu dan rumah tangga dikatakan sebagai ujung tombak,

subjek dan objek dari kesiapsiagaan karena berpengaruh secara langsung terhadap

risiko bencana.

b. Pemerintah

Pemerintah memiliki peran yang tidak kalah penting terutama dalam kondisi

sosial ekonomi masyarakat, pendidikan masyarakat yang berkaitan dengan

bencana, penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana publik untuk keadaan darurat.

c. Komunitas sekolah

Komunitas sekolah memiliki potensi yang besar dalam penyebarluasan

pengetahuan tentang bencana, sumber pengetahuan dan petunjuk praktis apa yang

19
harus disiapkan sebelum terjadinya bencana dan apa yang harus dilakukan saat

serta setelah terjadinya bencana.

Komunitas sekolah, sebagai salah satu dari stakeholder utama memiliki

peran yang besar dalam penyebaran pengetahuan tentang kebencanaan sejak

sebelum, saat, hingga setelah terjadinya bencana (Hidayati, dkk., 2010). Sekolah

memiliki peran untuk memberikan pengetahuan untuk mengubah pola pikir

masyarakat terhadap bencana melalui pendidikan pengurangan risiko bencana

pada komunitas sekolah (Astuti S. dan Sudaryono, 2010). Upaya dalam

kesiapsiagaan bencana di sekolah merupakan penerapan dari Kerangka Aksi

Hyogo Framework 2005-2015 dan disempurnakan dalam Kerangka Aksi Sendai

Framework 2015-2030 yaitu peningkatan kesiapsiagaan untuk respon efektif dan

“membangun kembali dengan lebih baik” dalam proses pemulihan, rehabilitasi

dan rekonstruksi. Untuk meningkatkan kesiapsiagaan di sekolah, Kementerian

Pendidikan Nasional Republik Indonesia juga memberikan edaran kepada

gubernur, bupati dan walikota se-Indonesia perihal pengarusutamaan pengurangan

risiko bencana di sekolah yang tertuang dalam surat edaran No.

70a/MPN/SE/2010. Untuk mendukung pelaksanaan Sekolah/Madrasah Aman

Bencana, secara khusus telah diterbitkan Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun

2012 tentang Pembangunan Sekolah dan Madrasah Aman Bencana. Atas dasar

hukum tersebut, dibentuk Sekolah Siaga Bencana (SSB) atau Sekolah/Madrasah

Aman Bencana (SMAB) (Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia,

2010).

20
4. Peran siswa dalam kesiapsiagaan bencana

Siswa sebagai bagian dari komunitas sekolah memiliki peran yang besar

dalam peningkatan kesiapsiagaan di lingkungan sekolah. Kesiapsiagaan pada

siswa perlu diberikan sejak dini untuk membangun budaya keselamatan dan

ketahanan terhadap bencana (Daud dkk., 2014). Siswa mempunyai peran penting

dalam penyebarluasan pengetahuan tentang kebencanaan. Melalui pemberian

pengetahuan kebencanaan kepada siswa, diharapkan kesiapsiagaan siswa terhadap

bencana meningkat dan diharapkan sikap siaga bencana tersebut dapat

disebarluaskan kepada orang terdekat (UNCRD 2009). Penyebarluasan

pengetahuan tersebut dapat berupa pemberian pelatihan kepada siswa yang lebih

muda, contohnya dalam pelatihan Palang Merah Remaja (PMR) diselipkan

pengetahuan kebencanaan.

5. Parameter kesiapsiagaan bencana pada siswa sekolah

Siswa merupakan salah satu bagian penting dalam suatu komunitas sekolah.

LIPI-UNESCO/ISDR (2006) merumuskan parameter kesiapsiagaan pada siswa

sekolah yaitu:

a. Pengetahuan

Pengetahuan siswa terhadap bencana merupakan indikator paling penting

dalam pengukuran kesiapsiagaan bencana (Hidayati, dkk., 2010). Pengukuran

meliputi pengetahuan tentang bencana, kejadian bencana yang diketahui atau

pernah dialami siswa, tanda awal terjadinya bencana, sumber pengetahuan tentang

bencana dan sikap bila terjadi suatu bencana. Indikator penilaian pengetahuan dan

sikap siswa terhadap kesiapsiagaan meliputi pengetahuan umum terhadap

21
kejadian alam dan bencana, penyebab dan lokasi kejadian bencana, kerentanan

fisik, dan sikap terhadap pengurangan resiko bencana.

b. Perencanaan keadaan darurat

Pengukuran meliputi kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan diri

dalam menghadapi bencana, pengetahuan mengenai hal yang perlu diselamatkan

bila terjadi bencana, dan pengetahuan tentang jalur evakuasi serta pertolongan

dalam tanggap darurat bencana, pemenuhan kebutuhan dasar, peralatan dan

perlengkapan yang harus disiapkan, akses terhadap fasilitas-fasilitas penting

seperti rumah sakit, polisi, dan lembaga kebencanaan, dan pelatihan/simulasi.

c. Sistem peringatan bencana

Sistim ini meliputi tanda peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya

bencana. Dengan peringatan bencana ini, masyarakat dapat melakukan tindakan

yang tepat untuk mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan.

Sistem peringatan bencana berupa tersedianya sumber informasi untuk peringatan

bencana baik dari sumber tradisional maupun lokal, dan adanya akses untuk

mendapatkan informasi. Peringatan dini meliputi informasi yang tepat waktu dan

efektif melalui kelembagaan yang jelas sehingga memungkinkan setiap individu

dan rumah tangga yang terancam bahaya dapat mengambil langkah untuk

menghindari atau mengurangi resiko serta mempersiapkan diri untuk melakukan

upaya pencegahan. Pengukuran meliputi pengetahuan tentang sistem peringatan

bencana dan hal utama yang dilakukan setelah mendengar tanda peringatan

bencana.

22
d. Mobilisasi sumber daya

Pengukuran meliputi kegiatan atau pelatihan yang dilakukan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang kebencanaan. Selain itu, penataan

kelembagaan kebencanaan dan tersedianya prosedur untuk keadaan darurat

bencana, komunikasi dan koordinasi antar stakeholder yang relevan dan

bimbingan teknis dan penyediaan materi juga diperlukan.

6. Faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan

Citizen Corps (2016), menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi

kesiapsiagaan terhadap bencana, antara lain :

a. Eksternal motivasi meliputi kebijakan, pendidikan dan latihan, dana.

b. Pengetahuan

c. Sikap

d. Keahlian

7. Tingkat kesiapsiagaan

Tingkatan kesiapsiagaan siswa dalam kajian ini dikategorikan menjadi lima,

sebagai berikut:

Tabel 1
Tingkat Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana di Sekolah

No. Nilai indeks Kategori

1 80 – 100 Sangat siap


2 65 – 79 Siap
3 55 – 64 Hampir siap
4 40 – 54 Kurang siap
5 Kurang dari 40 (0 – 39) Belum siap
Sumber: Hidayati, D, Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Gempa dan
Tsunami, 2006, h. 47

23
C. Media Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk Reduction)

1. Pengurangan risiko bencana (PRB)

Menurut BNPB (2016) “Pengurangan risiko bencana merupakan upaya

meminimalisasi potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana.” Pada anak-

anak sekolah dasar program PRB yang disusun sedemikian rupa bertujuan untuk :

a. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian pada siswa mengenai PRB

b. Meningkatkan pengetahuan teori maupun praktis tentang upaya

mempersiapkan diri dengan memberikan pelatihan tentang PRB.

c. Memberikan pengetahuan dan skill teknis pada anak-anak tentang langkah-

langkah yang harus dilakukan ketika terjadi bencana alam.

d. Mengembangkan sistem edukasi melalui media tertentu tentang PRB pada

komunitas sekolah terhadap ancaman bencana alam.

2. Karateristik anak usia sekolah dasar

Usia anak-anak hingga menuju usia remaja, manusia mengalami

perkembangan kognitif yang begitu penting. Menurut Piaget dalam Sugiman,

dkk., (2016) membagi perkembangan kognitif anak melalui empat tahap yaitu

tahap sensori-motorik yang berlangsung pada umur 0-2 tahun, tahap

praoperasional umur 2-7 tahun, tahap operasional konkret umur 7-11 tahun dan

tahap operasional formal yang berlangsung umur 11-15 tahun.

Berdasarkan tahap-tahap perkembangan kognitif anak di atas, anak usia

sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Rita Eka Izzaty, dkk

(2008:106) mengungkapkan bahwa pada masa operasional konkret anak dapat

melakukan banyak pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang dapat

mereka lakukan pada masa sebelumnya. Masa operasional konkret adalah dimana

24
anak dapat memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit.

Soetjiningsih (2014) mengatakan pada masa ini anak-anak usia akhir sering

bermain konstruktif, menjelajah, mengoleksi sesuatu, berolahraga serta hiburan

seperti membaca komik, mendengarkan radio, menonton film/televisi dan

berkhayal.

Karakteristik anak usia sekolah dasar akan lebih memahami materi yang

disajikan secaramenarik dan menyenangkan misalnya dengan menerapkan

media audiovisual dalam pembelajaran (Kustiawan, 2016). Media gambar dan

video sangat efektif digunakan dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan

teknis tentang cara-cara menghadapi bencana alam pada anak-anak.Berdasarkan

karakteristik diatas maka diharapakan anak-anak dapat mengingat melalui visual

mereka sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap kesiapsiagaan anak sekolah

dasar dalam menghadapi bencana.

3. Media video animasi

Berdasarkan arti harfiah animasi adalah menghidupkan yaitu usaha

untuk menggerakkan sesuatu yang tidak bisa bergerak sendiri. Animasi berasal

dari kata “animation” yang dalam bahasa inggris “to animate” yang berarti

menggerakkan. Animasi merupakan salah satu bagian grafika komputer yang

menyajikan tampilan-tampilan yang sangat atraktif juga merupakan sekumpulan

gambar yang ditampilkan secara berurutan dengan cepat untuk mensimulasi

gerakan yang hidup.

Handi (2002) mendeskripsikan menganimasi berarti menggerakkan objek

agar menjadi hidup. Membuat animasi dapat berupa menggerakkan gambar

kartun, lukisan, boneka atau objek tiga dimensi. Menurut Utami (2011) animasi

25
adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan. Hal ini sangat

membantu dalam menjelaskan prosedur dan urutan kejadian. Munir (2012)

menyatakan bahwa animasi adalah suatu kegiatan menghidupkan atau

menggerakkan benda mati (gambar) menjadi seolah-olah hidup, karena

animasi mampu menjelaskan suatu konsep atau proses yang sulit dijelaskan

dengan media lain sehingga menimbulkan motivasi pengguna (siswa) untuk

ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pendapat dari

beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa animasi merupakan gerakan

gambar maupun teks yang diatur sedemikian rupa agar terlihat menarik dan

terlihat lebih nyata atau hidup, sehingga dengan animasi bisa menjelaskan suatu

konsep yang sulit menjadi mudah dimengerti.

Berbagai inovasi pembelajaran dengan upaya perluasan bahan ajar telah

memposisikan komputer sebagai alat yang memberikan kontribusi yang

positif dalam proses pembelajaran. Menggunakan teknologi komputer peneliti

mencoba memanfaatkan suatu media yang sekiranya efektif dan efisien

digunakan dalam pendidikan siaga bencana siswa sekolah dasar. Penggunaan

media ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi

Tanggap, Tangkas, Tangguh Menghadapi “Gunung Api”. Media ini juga

bertujuan untuk mempermudah pengajar dalam pembelajaran dengan

menampilkan bentuk animasi kepada siswa dengan peralatan komputer dalam

pengoperasiaannya.

Peneliti memilih memanfaatkan media animasi karena media ini dapat

menambah pengetahuan siswa yang tinggal di daerah rawan bencana tentang

bagaimana mengurangi resiko bencana letusan gunung berapi. Media ini

26
memberikan penjelasan dan simulasi dalam bentuk gambar bergerak yang

tampak kongkrit. Media animasi memberi rangsangan kepada siswa untuk

mengikuti kegiatan yang ada di dalam media animasi, sehingga kegiatan

belajar siswa juga semakin menarik. Dengan sistem belajar sambil bermain

melalui media animasi ini siswa diharapkan dapat menerima informasi lebih

jelas, melalui media video animasi yang dikemas dalam bentuk kartun simulasi

di dalamnya.

Perlakuan yang diberikan kepada responden dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan media video animasi. Media video animasi yang digunakan

yaitu video animasi yang disusun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana

(BNPB) tahun 2016 dengan judul Tanggap, Tangkas, Tangguh “Gunung Api”.

Media video animasi pembelajaran ini berisikan materi bencana gunung

berapi dan penanganannya. Berikut ini adalah isi dari tayangan video animasi

berjudul Tanggap, Tangkas, Tangguh “Gunung Api” :

a. Pada saat opening video, dijabarkan materi tentang beberapa kejadian letusan

gunung berapi yang pernah terjadi di Indonesia dan akibat dari erupsi gunung

berapi.

b. Setelah itu akan muncul tayangan kesiapsiagaan bencana erupsi gunung

berapi mulai dari persiapan pra bencana seperti mengikuti perkembangan

aktivitas gunung api yang aktif dan mengamati tanda peringatan, mengenali

jalur evakuasi, membuat rencana evakuasi bersama keluarga, meyimpan

nomor telepon penting, menyiapkan tas yang berisi pakaian; obat

pertolongan pertama; makanan dan minuman serta dokumen-dokumen

penting.

27
c. Tayangan selanjutnya mengenai kesiapsiagaan bencana erupsi gunung berapi

pada saat terjadinya bencana meliputi tindakan-tindakan yang dilakukan pada

saat terjadi erupsi yaitu mengumpulkan anggota keluarga, membawa tas yang

telah disediakan, memakai pakaian panjang, memakai masker, memakai topi,

memakai kacamata, tidak menggunakan kontak lensa, berkumpul di barak

pengungsian yang jauh dari daerah bahaya erupsi yaitu misalnya daerah

yang dilalui awan panas, lahar panas, lahar dingin, dan gas beracun.

Apabila di dalam ruangan atau rumah, menutup semua lubang angin,

memasukkan binatang ternak, dan tidak lupa memasukkan pakan binatang

ternak.

d. Kemudian muncul tayangan yang berisi tips dan evaluasi. Tips dalam

menghadapi bencana erupsi gunung berapi diantaranya menjauhi wilayah

yang terkena hujan abu vulkanik, membersikan abu vulkanik yang ada di atap

bangunan, tidak mengendarai kendaraan karena dapat merusak mesin,

memberikan bantuan kepada korban yang terluka atau hubungi PMI. Setelah

itu akan ada tayangan evaluasi yang isinya bagaimana cara berpakaian ketika

erupsi dan bencana apa saja yang dapat ditimbulkan oleh erupsi gunung

berapi.

e. Setelah itu closing tayangan video animasi.

4. Kelebihan dan kekurangan video animasi

Video animasi memiliki kemampuan untuk memaparkan sesuatu yang rumit

atau komplek untuk dijelaskan dengan gambar dan kata-kata. Menurut Harun dan

Zaidatun dalam Muslimin (2017) animasi mempunyai peranan tersendiri dalam

28
bidang pendidikan khususnya untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan

pembelajaran.

Kelebihan animasi menurut Harun dan Zaidatun dalam Muslimin (2017)

adalah :

a. Animasi mampu menyampaikan suatu konsep yang kompleks secara visual

dan dinamik.

b. Animasi digital mampu menarik perhatian pebelajar dengan mudah.

c. Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding

pengguna media yang lain.

d. Animasi digital juga dapat digunakan untuk membantu menyediakan

pembelajaran secara maya.

e. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi serta merangsang

pemikiran pelajar yang lebih berkesan.

f. Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih

menyenangkan.

g. Persembahan secara visual dan dinamik yang disediakan oleh teknologi

animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep ataupun

demonstrasi.

Kelemahan animasi menurut Harun dan Zaidatun dalam Muslimin (2017)

adalah :

a. Membutuhkan peralatan khusus dan software khusus untuk

mengoperasikannya.

29
b. Materi dan bahan yang ada dalam animasi sulit untuk dirubah jika sewaktu-

waktu terdapat kekeliruan atau informasi yang ada didalamnya sulit untuk

ditambahkan.

c. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa jika digunakan

secara tepat, tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan perhatian dari

subtansi materi yang disampaikan ke hiasan animatif justru tidak penting.

d. Memerlukan kreatifitas dan ketrampilan yang cukup memadai untuk

mendesain animasi yang efektif digunakan sebagai media pembelajaran.

D. Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan

Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi

Pembelajaran kesiapsiagaan bencana kepada anak-anak yang berusia 7-12

tahun tidak sama dengan pembelajaran kepada orang dewasa. Usia anak-anak

tersebut masuk dalam kategori usia siswa sekolah dasar kelas satu sampai enam.

Orang dewasa mungkin akan mudah memahami sebuah materi hanya dengan

membaca, mendengar atau dengan sistem pengajaran yang bersifat konvensional.

Berbeda dengan siswa berusia 7-12 tahun, siswa dalam usia ini mungkin telah

memiliki kecakapan berpikir logis akan tetapi hanya melalui benda-benda yang

bersifat kongkrit. Siswa akan lebih memahami materi yang disajikan secara

menarik dan menyenangkan misalnya dengan menerapkan media audiovisual

dalam pembelajaran berbentuk video animasi yang berjudul Tanggap, Tangkas,

Tangguh Menghadapi “Gunung Api”.

Tujuan dari penggunaan media video animasi ini umumnya adalah

menjadikan anak-anak lebih siap dalam menghadapi bencana. Pada media video

animasi berisi materi atau informasi berkaitan dengan kebencanaan dari masa pra

30
bencana, masa tanggap darurat, dan pasca bencana berupa gambar, foto dan video.

Berdasarkan penelitian Kementerian Pendidikan Nasional dalam Wulandari

(2010) menyatakan belajar dengan mempergunakan indra pendengaran dan

penglihatan akan lebih efektif. Media gambar dan video sangat efektif digunakan

dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis tentang cara-cara

menghadapi bencana alam pada anak-anak. Diharapakan anak-anak dapat

mengingat melalui visual mereka sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap

kesiapsiagaan anak sekolah dasar dalam menghadapi bencana.

31
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka antara konsep-konsep yang ingin diamati

atau diukur melalui penelitian (Setiadi, 2013). Adapun kerangka konsep dari

penelitian ini dapat diterangkan dengan skema pada gambar di bawah ini:
Komponen-komponen edukasi
1. Pengetahuan
2. Pemahaman
Faktor-faktor 3. Aplikasi
bencana 4. Analisis
5. Sintetis
6. Evaluasi

Program
Pengurangan Pemberian
Risiko Bencana Video Animasi

Kesiapsiagaan : Faktor-faktor
1. Pengetahuan yang
2. Perencanaan Keadaan mempengaruhi
Darurat kesiapsiagaan :
3. Sistem Peringatan 1. Eksternal
Bencana motivasi
4. Mobilisasi Sumber 2. Pengetahuan
Daya 3. Sikap
4. Keahlian

Keterangan :
= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti


= Alur pikir
Gambar 1. Kerangka Konsep Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap
E. Variabel Penelitan dan Definisi Operasional
Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di
1. Variabel SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
penelitian
Menurut (Nursalam, 2017), variabel adalah perilaku atau karakteristik yang

memberikan nilai beda terhadap sesuatu. Variabel dari penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas (variable independent)

Variabel bebas (variable independent) adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (variable

dependen) (Sugiyono, 2015). Variabel independen pada penelitian ini adalah

penggunaan media video animasi.

b. Variabel terikat (variable dependent)

Variabel terikat (variable dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (variable independent)

(Sugiyono, 2015). Variabel terikat pada penelitian ini adalah kesiapsiagaan

bencana letusan gunung berapi.

B. Definisi operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi

operasional ini merupakan informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain

yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2013). Selanjutnya Setiadi

(2013) menyatakan definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan

istilah yang sudah digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian. Definisi

operasional variabel dalam penelitian ini disajikan pada tabel dua.

33
Tabel 2
Definisi Operasional Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap
Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi
di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018

Definisi Alat
No Variabel Parameter Skala Skor
Operasional Ukur
1 2 3 4 5 6 7
1 Kesiapsiagaan Hasil pengukuran 1. Pengetahuan Kuisioner Rasio 0-100
Bencana terhadap siswa 2. Perencanaan
sekolah dasar keadaan
tentang darurat
pengetahuan, 3. Sistem
rencana keadaan peringatan
darurat, sistim bencana
peringatan dini, 4. Mobilisasi
dan mobilisasi sumber daya
sumber daya
terkait dengan
kesiapsiagaan
yang diukur
dengan instrumen
kuisioner
sebelum dan
setelah perlakuan
2 Video Animasi Media berbasis
Tanggap, video animasi

Tangkas, selama 10 menit

Tangguh dengan frekuensi


penayangan dua
Menghadapi
kali tentang
“Gunung
kejadian letusan
Api”
gunung berapi
yang pernah
terjadi di
Indonesia dan

34
1 3 4 5 6 7
2
akibat dari erupsi
gunung berapi,
setelah itu akan
muncul tayangan
kesiapsiagaan
bencana erupsi
gunung berapi
mulai dari
persiapan pra
bencana dan
kesiapsiagaan
bencana erupsi
gunung berapi
pada saat
terjadinya
bencana.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari rumusan masalah yang

akan diteliti (Nursalam, 2017). Penelitian ini menggunakan hipotesis alternatif

(Ha). Hipotesis alternatif dapat diartikan sebagai lawan dari hipotesis nol (H0).

Hipotesis alternatif berfungsi untuk menyatakan adanya hubungan, perbedaan,

dan pengaruh dari dua atau lebih variabel yang akan diteliti (Nursalam, 2017).

Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah ada pengaruh penggunaan media

video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan

gunung berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem.

35
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi-

eksperimental designs karena menggunakan seluruh subjek dalam kelompok

belajar (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment), bukan menggunakan

subjek yang diambil secara acak. Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok

kontrol dengan rancangan yang digunakan yaitu One-group pretest-posttest.

Pre test Perlakuan Post test


O1 X O2

Keterangan :
O1 : Pengukuran kesiapsiagaan sebelum diberikan video animasi
X : Intervensi pemberian video animasi
O2 : Pengukuran kesiapsiagaan setelah diberikan video animasi

Gambar 2. Desain Penelitian Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi


terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan
Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
B. Alur Penelitian

Populasi :
Siswa kelas IV, V dan VI di SDN 2 Sidemen, berjumlah 44 orang

Teknik Sampling :
Menggunakan Probability Sampling dengan teknik Proportionate Stratified
Random Sampling

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

Sampel :
Siswa kelas IV, V dan VI yang sesuai dengam kriteria inklusi, berjumlah 40 orang

Pretest

Pemberian Video Animasi

Postest

Nilai Kesiapsiagaan Bencana

Pengolahan Data

Analisa data:
- Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji skewness di dapatkan
hasil pre-test 1,698 dan post-test 1,762 (hasil ≤ 2, data berdistribusi normal)
- Melakukan uji analisa data dengan menggunakan uji paired t-test didapatkan p-
value pada kolom Sig = 0,001 < alpha (0,05)

Penyajian Data

Gambar 3. Bagan Alur Kerangka Kerja Pengaruh Penggunaan Media Video


Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018

37
C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Sidemen Karangasem dengan dasar

pertimbangan sekolah tersebut pernah terdampak erupsi Gunung Agung dan

belum pernah diadakannya pelatihan atau simulasi kesiapsiagaan bencana.

2. Waktu penelitian

Penelitian dimulai sejak pengurusan izin hingga penyelesaian laporan

penelitian yang dimulai bulan April 2018 hingga bulan Mei 2018. Adapun jadwal

penelitian terlampir.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian merupakan subjek yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dari penelitian ini adalah siswa

sekolah dasar yang duduk dibangku kelas IV, V dan VI di SDN 2 Sidemen

Karangasem yang berjumlah 44 siswa. Pemilihan responden tersebut didasarkan

pada aspek kemampuan komunikasi dan pemahaman siswa terhadap suatu

fenomena. Siswa kelas IV hingga kelas VI dengan rentang umur 9 sampai 12

tahun sudah mampu berpikir kritis dan abstrak (Ahmadi dan Sholeh, 2005).

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017). Sampel dalam

penelitian ini diambil dari populasi siswa sekolah dasar yang duduk dibangku

kelas IV, V dan VI di SDN 2 Sidemen Karangasem yang memenuhi kriteria.

Adapun kriteria inklusi dan ekslusi dari sampel yang diambil yaitu :

38
a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Siswa sekolah dasar yang duduk dibangku kelas IV, V dan VI di SDN 2

Sidemen Karangasem pada tahun ajaran 2017/2018

2) Siswa yang hadir dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani

inform consent saat pengambilan data.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

tidak memenuhi kriteria inklusi studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2017).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswa yang tidak hadir saat dilakukan

pertemuan berikutnya.

3. Jumlah dan besar sampel

Menurut Nursalam (2017) jumlah dan besar sampel dapat ditentukan dengan

rumus sebagai berikut:

Keterangan :

n : besar sampel

N : besar populasi

Z : confidence interval (1,96)

P : proporsi objek penelitian dengan nilai tertentu (0,5)

d : tingkat akurasi absolut (0,05)

39
Maka :

Jadi penggunaan sampel minimal pada penelitian ini adalah sebanyak 40

orang. Besar sampel pada penelitian ini mengacu pada siswa sekolah dasar yang

yang memenuhi kriteria inklusi.

4. Teknik sampling

Sampling merupakan suatu proses menyeleksi porsi dari populasi untuk

mendapatkan besar sampel. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2017).

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

dengan probability sampling yaitu proportionate stratified random sampling.

Proportionate stratified random sampling adalah suatu tipe probability sampling

dimana teknik sampling yang digunakan dengan memperhatikan strata atau

tingkatan di dalam populasi (Nursalam, 2017). Pemilihan sampel dilakukan

dengan cara memilih langsung sampel yang memenuhi kriteria inklusi.

Populasi dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu

kelompok siswa kelas IV, kelompok siswa kelas V, dan kelompok siswa kelas VI.

Kemudian dalam setiap kelompok siswa dilakukan pengundian sesuai dengan

proporsi sampel, hasil yang keluar dalam undian akan menjadi sampel.

40
Tabel 3
Distribusi Proporsi Sampel SDN 2 Sidemen Karangasem

Proporsional
Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel
Sampling
IV 14 13

V 17 15

VI 13 12

Jumlah 44 40

E. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil pengukuran,

pengamatan, survei dan lain-lain (Setiadi, 2013). Data primer yang dikumpulkan

dari sampel meliputi data identitas responden dan data kesiapsiagaan siswa

menghadapi bencana yang diteliti dengan menggunakan lembar kuesioner.

2. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan proses pendekatan kepada subyek dan proses

pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2017). Metode pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan

kuisioner dichotomy question dengan 20 item pertanyaan untuk variabel

kesiapsiagaan.

Langkah pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pengurusan surat ijin penelitian kepada bidang pendidikan di Jurusan

Keperawatan Poltekkes Denpasar.

41
b. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari Jurusan

Keperawatan Poltekkes Denpasar yang ditujukan ke Direktorat Poltekkes

Denpasar Bagian Penelitian.

c. Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Direktorat Poltekkes Denpasar surat

diajukan ke Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali.

d. Setelah mendapatkan ijin mengantarkan surat ke Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Pemerintahan Kota Karangasem.

e. Setelah mendapatkan ijin mengantarkan surat tembusan ke Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kota Karangasem.

f. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Kepala Sekolah SDN

2 Sidemen Karangasem.

g. Peneliti melakukan pengumpulan data primer dengan memberikan kuesioner

kepada responden di SDN 2 Sidemen Karangasem.

h. Selanjutnya, peneliti meminta ijin dan bantuan dalam pengumpulan data

kepada wali kelas murid kelas IV, V dan VI di SDN 2 Sidemen Karangasem.

i. Peneliti melakukan pendekatan dengan responden dan memberikan penjelasan

tentang maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Setelah responden

bersedia diteliti, responden diberikan lembar persetujuan menjadi responden

untuk ditandatangani. Calon responden yang tidak setuju tidak akan dipaksa

dan tetap dihormati haknya (informed consent). Pendekatan ini dilakukan

untuk menghindari adanya kemungkinan kesalahpahaman antara responden

dan peneliti saat dilakukan penelitian.

42
j. Responden yang menjadi responden diberikan penjelasan mengenai isi, tujuan

serta cara pengisian kuesioner oleh peneliti. Hal ini dijelaskan sampai

responden mengerti, dan paham tentang kuisioner yang diberikan.

k. Kerahasiaan terhadap responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

menjadi prioritas dengan cara tidak akan disebutkan namanya dalam kuisioner

maupun dalam laporan penelitian dan penamaan hanya menggunakan kode

(anonumity).

l. Setelah responden setuju menjadi sampel dalam penelitian ini, peneliti

melakukan pengukuran kesiapsiagaan bencana sebelum diberikan media video

animasi dengan cara mengisi kuisioner (pre test).

m. Memberikan edukasi tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana

dengan media video animasi kepada murid kelas IV, V dan VI di SDN 2

Sidemen Karangasem dimulai dari menyiapkan media video animasi,

menjelaskan tentang alur tayangan video animasi, kemudian memberikan

edukasi saat tayangan berlangsung.

n. Setelah pemberian edukasi dengan media video animasi selesai ditayangkan,

peneliti kembali melakukan pengukuran kesiapsiagaan bencana dengan cara

mengisi kuisioner (post test) oleh responden.

o. Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasi ke dalam matriks

pengumpulan data yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan kemudian

dilakukan analisis data.

Perlakuan yang diberikan kepada responden dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan media video animasi. Media video animasi yang digunakan

yaitu video animasi yang disusun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana

43
(BNPB) tahun 2016 dengan judul Tanggap, Tangkas, Tangguh “Gunung Api”.

Media video animasi pembelajaran ini berisikan materi bencana gunung

berapi dan penanganannya, dengan alur sebagai berikut: opening, isi materi, dan

closing. Berikut ini adalah prosedur penggunaan media video animasi

pembelajaran dalam penelitian:

f. Menyiapkan peralatan yang digunakan untuk menanyangkan video animasi

Tanggap, Tangkas, Tangguh Menghadapi “Gunung Api” seperti laptop.

g. Melakukan pengundian di kelas IV, V dan VI sesuai dengan proporsi sampel

yang telah ditentukan.

h. Mengumpulkan siswa kelas IV, V dan VI yang mendapat undian dalam satu

ruang kelas.

i. Mengondisikan siswa dan tempat duduk yang nyaman bagi siswa agar

kondusif ketika penayangan video.

j. Setelah semua peralatan disiapkan dan dihidupkan, langkah selanjutnya video

animasi siap ditayangkan.

k. Pada saat opening video, dijabarkan materi tentang beberapa kejadian letusan

gunung berapi yang pernah terjadi di Indonesia dan akibat dari erupsi gunung

berapi. Setelah itu akan muncul tayangan kesiapsiagaan bencana erupsi

gunung berapi mulai dari persiapan pra bencana seperti mengikuti

perkembangan aktivitas gunung api yang aktif dan mengamati tanda

peringatan, mengenali jalur evakuasi, membuat rencana evakuasi bersama

keluarga, meyimpan nomor telepon penting, menyiapkan tas yang berisi

pakaian; obat pertolongan pertama; makanan dan minuman serta dokumen-

dokumen penting. Tayangan selanjutnya mengenai kesiapsiagaan bencana

44
erupsi gunung berapi pada saat terjadinya bencana meliputi tindakan-tindakan

yang dilakukan pada saat terjadi erupsi yaitu mengumpulkan anggota

keluarga, membawa tas yang telah disediakan, memakai pakaian panjang,

memakai masker, memakai topi, memakai kacamata, tidak menggunakan

kontak lensa, berkumpul di barak pengungsian yang jauh dari daerah bahaya

erupsi yaitu misalnya daerah yang dilalui awan panas, lahar panas, lahar

dingin, dan gas beracun. Apabila di dalam ruangan atau rumah, menutup

semua lubang angin, memasukkan binatang ternak, dan tidak lupa

memasukkan pakan binatang ternak.

l. Tayangan selanjutnya berisi tips dan evaluasi. Tips dalam menghadapi

bencana erupsi gunung berapi diantaranya menjauhi wilayah yang terkena

hujan abu vulkanik, membersikan abu vulkanik yang ada di atap bangunan,

tidak mengendarai kendaraan karena dapat merusak mesin, memberikan

bantuan kepada korban yang terluka atau hubungi PMI. Setelah itu akan ada

tayangan evaluasi yang isinya bagaimana cara berpakaian ketika erupsi dan

bencana apa saja yang dapat ditimbulkan oleh erupsi gunung berapi. Setelah

itu closing tayangan video animasi.

3. Instrumen pengumpulan data

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam

sosial yang diteliti (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini digunakan lembar

kuisioner untuk mengukur kesiapsiagaan terhadap bencana pada siswa sekolah

dasar dengan menggunakan parameter berdasarkan kajian LIPI-UNESCO/ISDR

(2006).

45
a. Kuesioner kesiapsiagaan siswa sekolah dasar

Pada penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan kuisioner yaitu

kuisioner dichotomy question dengan 20 item pertanyaan. Daftar kuesioner yang

digunakan diperuntukkan untuk murid pada siswa sekolah dasar. Untuk tingkat

sekolah dasar, siswa kelas IV, V dan V dipilih sebagai responden. Mengisi

kuesioner ini siswa dipandu oleh fasilitator. Untuk siswa tingkat SD fasilitator

membagikan satu per satu kuesioner dan mempersilahkan siswa untuk menjawab

sesuai dengan pertanyaan yang ada dalam kuisioner. Setelah semua pertanyaan

kuesioner diisi semua, siswa dipersilahkan untuk meneliti kembali kuesionernya.

skala yang digunakan pada variabel kesiapsiagaan adalah skala Guttman (benar,

skor 1 dan salah, skor 0) yaitu dengan memberikan jawaban yang tegas terhadap

suatu permasalahan yang ditanya. Dalam skala Guttman skor untuk pertanyaan

positif adalah ya (skor 1) dan tidak (skor 0) dan pertanyaan negatif adalah ya (skor

0) dan tidak (skor 1) (Sugiyono, 2015).

b. Uji validitas dan uji reliabilitas

Penelitian dengan metode observasi harus memperhatikan validitas dan

reliabilitas suatu alat ukur (Nursalam, 2017).

1) Uji validitas

Alat ukur dikatakan memiliki validitas jika mampu mengukur dengan akurat

(Sukawana, 2008). Pengujian validitas angket digunakan teknik korelasi Pearson

Product Moment (Dharma, 2015). Suatu indikator dikatakan valid jika r hasil > r

table pada taraf signifikansi 0,05. Nilai r tabel didapatkan dari nilai df (degree of

freedom) yang dihitung menggunakan rumus n-2, untuk n sebagai jumlah sampel.

Karena jumlah sampel yang akan digunakan dalam uji validitas yaitu 30, sehingga

46
diperoleh df 28, yang kemudian nilai df tersebut digunakan untuk melihat r tabel

dengan kemaknaan 0,05. Untuk r tabel dengan df 28 adalah 0,361 dan r hitung

dilihat dari hasil pengolahan data di komputer (Dharma, 2015). Kuisioner telah

diuji validitasnya dengan nilai Corrected total correlation pada kuisioner

kesiapsiagaan bencana berkisar antara 0,440 – 0,964. Hal tersebut menandakan

bahwa kuisioner tersebut valid karena r hitung > r tabel.

2) Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama (Dharma, 2015).

Angket penelitian ini dihitung dengan teknik analisis varian yang dikembangkan

oleh Cronbach Alpha, dengan ketentuan uji reliabilitas adalah jika r α > r tabel,

instrumen penelitian dinyatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi apabila

nilai koefisien yang diperoleh r hitung ≥0,7 (Nunnally dalam Ghozali, 2011).

Nilai r tabel untuk n=30 pada taraf signifikan atau tingkat kemaknaan 5% (α =

0,05) adalah 0,7 (Dharma, 2015). Kuisioner telah diuji reliabilitasnya dengan

formula Cronbach’s Alpha dengan nilai reliablitas 0,942 sehingga kuisioner

reliabel karena r Alpha > r tabel.

F. Pengolahan Dan Analisis Data

1. Teknik pengolahan data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh

data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan

menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan

47
(Setiadi, 2013). Tedapat beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam

pengolahan data, yaitu :

a. Editing

Editing adalah pemeriksaan data termasuk melengkapi data-data yang belum

lengkap dan memilih data yang diperlukan (Setiadi, 2013). Pada penelitian ini

kegiatan editing dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan pengisian

formulir kuesioner meliputi data demografi responden dan jawaban di masing-

masing pernyataan pada kuesioner kesiapsiagaan bencana, keterbacaan tulisan dan

relevansi jawaban.

b. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan atau mengelompokkan data sesuai

dengan klasifikasinya dengan cara memberikan kode tertentu. Kegunaan dari

coding adalah mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada

saat entry data (Setiadi, 2013). Data yang sudah terkumpul selanjutnya dilakukan

pengkodingan untuk memudahkan dalam pengolahan data dan analisa data. Pada

penelitian ini, coding dilakukan pada nomor urut responden dan jawaban

responden. Jika responden menjawab ya = 1 dan jika menjawab tidak = 0. Pada

variabel kesiapsiagaan bencana coding dilakukan pada parameter tingkat

kesiapsiagaan dengan kode 1 = belum siap, kode 2 = kurang siap, kode 3 = hampir

siap, kode 4 = siap, kode 5 = sangat siap. Coding yang digunakan untuk jenis

kelamin adalah kode 1 = perempuan dan kode 0 = laki-laki.

c. Entry

Setelah semua data terkumpul, serta sudah melewati pengkodean, maka

langkah selanjutnya adalah di-entry. Meng-entry data dilakukan dengan

48
memasukkan data dari lembar pengumpulan data ke paket program komputer

(Setiadi, 2013).

d. Cleaning

Pembersihan data dilakukan dengan melihat variabel apakah data sudah

benar atau belum. Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan

tersebut dimungkinkan terjadi pada saat meng-entry data ke komputer (Setiadi,

2013).

e. Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data yang di-entry

dapat dianalisis. Peneliti memasukan data dari setiap responden yang telah diberi

kode kedalam program komputer untuk diolah (Setiadi, 2013).

2. Analisis data

Analisis data merupakan suatu proses mencari atau analisa dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2015).

a. Analisis univariat

Kesiapsiagaan bencana siswa sekolah dasar dapat diketahui dengan

melakukan analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis yang menjelaskan

karakteristik tiap variabel yang diteliti (Dharma, 2015). Dalam penentuan indeks

49
dari setiap parameter pada kesiapsiagaan bencana tiap siswa digunakan rumus

baku yang dikembangkan oleh LIPI-UNESCO/ISDR (2006):

indeks = total skor riil parameter x 100


skor maksimum parameter

“Skor maksimum parameter diperoleh dari jumlah pertanyaan dalam parameter

yang diindeks (masing-masing pertanyaan bernilai satu). Apabila dalam 1

pertanyaan terdapat sub-sub pertanyaan (a,b,c dan seterusnya), maka setiap sub

pertanyaan tersebut diberi skor 1/jumlah sub pertanyaan. Total skor riil parameter

diperoleh dengan menjumlahkan skor riil seluruh pertanyaan dalam parameter

yang bersangkutan.”

Setelah diperoleh nilai indeks dari setiap parameter, dilanjutkan dengan

menjumlahkan keempat parameter tersebut dengan rumus:

Keterangan:

KA : (Knowledge and Attitude)

EP : (Emergency Preparedness)

WS : (Warning System)

RMC : (Resource Mobilization Capacity)

Setelah mendapat skor kesiapsiagaan setiap siswa, maka dilakukan analisis

statistik deskriptif yang meliputi pengukuran nilai mean, median, modus,

minimum, maksimum, dan standar deviasi.

50
b. Analisis bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui perbedaan kesiapsiagaan anak

sekolah dasar sebelum dan setelah diberikan perlakuan penggunaan video animasi

dengan menggunakan uji paired t-test oleh karena data yang tersedia pada

kelompok sampel (data pre test dan post test) adalah sampel kelompok

berpasangan. Sebelum dilakukan uji paired t-test, terlebih dahulu dilakukan uji

normalitas data. Uji normalitas data merupakan uji yang digunakan untuk

mengetahui apakah data yang diperoleh mengikuti distribusi teorinya. Uji

normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji

skewness. Data yang didapatkan dari penelitian ini berdistribusi normal karena

nilai skewness dibagi dengan standar errornya menghasilkan angka ≤ 2.Sehingga

dilanjutkan dengan menggunakan uji analisis paired t-test (dengan αlpha 0,05

atau tingkat kepercayaan 95%) yang diolah dengan bantuan komputer dan

didapatkan p-value pada kolom Sig (2-tailed) ≤ nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak

atau ada pengaruh dari penelitian yang dilakukan.

G. Etika Penelitian

Pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir 90% subjek yang

dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip

etika penelitian. Hal ini dilaksanakan agar peneliti tidak melanggar hak-hak

(otonomi) manusia yang menjadi subjek penelitian (Nursalam, 2017).

1. Autonomy / menghormati harkat dan martabat manusia

Autonomi berarti responden memiliki kebebasan untuk memilih rencana

kehidupan dan cara bermoral mereka sendiri (Potter & Perry, 2005). Peneliti

memberikan responden kebebasan untuk memilih ingin menjadi responden atau

51
tidak. Peneliti tidak memaksa calon responden yang tidak bersedia menjadi

responden.

2. Confidentiality/kerahasiaan

Kerahasiaan adalah prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien

(Potter & Perry, 2005). Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya (Hidayat, 2007). Kerahasian responden dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara memberikan kode reponden bukan nama asli responden.

3. Justice/keadilan

Justice berarti bahwa dalam melakukan sesuatu pada responden, peneliti

tidak boleh mebeda-bedakan responden berdasarkan suku, agama, ras, status,

sosial ekonomi, politik ataupun atribut lainnya dan harus adil dan merata

(Hidayat, 2007). Peneliti menyamakan setiap perlakuan yang diberikan kepada

setiap responden tanpa memandang suku, agama, ras dan status sosial ekonomi.

4. Beneficience dan non maleficience

Berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk penelitian diharapkan

dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia (Hidayat, 2007). Penelitan

keperawatan mayoritas menggunakan populasi dan sampel manusia oleh karena

itu sangat berisiko terjadi kerugian fisik dan psikis terhadap subjek penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh perawat hendaknya tidak mengandung unsur

bahaya atau merugikan pasien sampai mengancam jiwa pasien (Wasis, 2008).

52
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi lokasi penelitian

Penelitian mengenai pengaruh penggunaan media video animasi terhadap

kesiapsiagaan siswa telah dilakukan pada bulan Mei tahun 2018. Penelitian ini

dilakukan di daerah Sidemen, Karangasem tepatnya di SDN 2 Sidemen

Karangasem. SDN 2 Sidemen Karangasem terletak di Kelurahan Sidemen,

Kecamatan Sidemen dan sudah berdiri sejak tahun 1978. Desa Sidemen adalah

salah satu dari delapan kecamatan yang ada di Kabuaten Karangasem dengan luas

wiayah 31,15 km2. Secara topografi wilayah Kecamatan Sidemen merupakan

daerah pegunungan dengan jarak ±20 km dengan letak Gunung Agung. Menurut

data Pusdalops PB BPBD Provinsi Bali dilihat dari peta rawan bencana

menyatakan Desa Sidemen berada pada zona kuning yang artinya daerah tersebut

berpotensi diterjang hasil letusan gunung api.

SDN 2 Sidemen memiliki luas kurang lebih 1.000 m2 dengan jumlah

ruangan sebanyak delapan ruangan yang terdiri dari enam ruang kelas untuk

belajar, satu ruang perpustakaan yang menjadi satu dengan ruang UKS, satu ruang

Kepala Sekolah yang menjadi satu dengan ruang guru, tiga kamar mandi, serta

satu kantin untuk murid-murid di sekolah tersebut. Jumlah guru di SDN 2

Sidemen sebanyak 10 orang dan penjaga sekolah satu orang. Jumlah murid di

SDN 2 Sidemen sebanyak 95 orang yang terdiri dari jumlah siswa kelas I

sebanyak 15 orang, kelas II sebanyak 24 orang, kelas III 12 orang, kelas IV

sebanyak 13 orang, kelas V 17 orang, dan kelas VI sebanyak 14 orang. SDN 2


Sidemen memiliki lapangan upacara yang cukup luas yang digunakan anak-anak

untuk bermain dan berkumpul. SD ini memiliki bel sekolah sekaligus sebagai

sirine jika terjadi bencana. Adapun batas batas wilayah SDN 2 Sidemen sebagai

berikut :

a. Utara : Rumah warga Desa Sidemen

b. Timur : Jalan Raya Sidemen

c. Selatan : Polsek Sidemen

d. Barat : Rumah warga Desa Sidemen.

2. Karakterisik responden penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa yang duduk di

bangku kelas IV, V dan VI SDN 2 Sidemen dengan menggunakan teknik

proportionate stratified random sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Besar

sampel yang telah diperoleh yaitu sebanyak 40 orang responden. Adapun

karakteristik responden yang telah diteliti adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel empat

yaitu sebagai berikut :

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Penelitian Berdasarkan Umur di SDN 2 Sidemen
Karangasem Tahun 2018

Variabel Frekuensi Mean Minimum- SD 95% CI


(n) Maksimum
Umur 40 11,20 10-13 1,10 10,87 – 11,53

54
Berdasarkan tabel diatas, hasil analisis didapatkan rata-rata umur siswa

adalah 11,20 tahun (95% CI: 10,87 – 11,53), dengan standar deviasi 1,10 tahun.

Umur termuda adalah 10 tahun dan umur tertua adalah 13 tahun. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur

siswa adalah diantara 10,87 sampai 11,53 tahun.

b. Berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di SDN 2 Sidemen dapat

dilihat pada tabel enam yaitu sebagai berikut :

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin di SDN 2
Sidemen Karangasem Tahun 2018

No. Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)


1 Laki-laki 19 47,5
2 Perempuan 21 52,5
Total 40 100,0

Berdasarkan tabel lima, hasil analisis didapatkan dari 40 responden yang

diteliti sebagian besar berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 21 orang

(52,5 %).

3. Hasil pengamatan terhadap responden penelitian berdasarkan variabel

penelitian

Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah kesiapsiagaan siswa dalam

menghadapi bencana sebelum dan setelah pemberian video animasi. Hasil

selengkapnya disajikan sebagai berikut :

55
a. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana sebelum diberikan media

video animasi

Tabel 6
Distribusi Skor Pre-Test Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Sebelum Diberikan Video Animasi di SDN 2 Sidemen Karangasem
Tahun 2018

Variabel N Mean Median Modus Minimum- St. 95%


Maximum Deviasi CI
Kesiapsiagaan 40 74,17 76,40 76.40 42,20- 10,88 70,70–
(pre) 96,00 77,64

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 siswa,

skor rata-rata kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung

berapi sebelum diberikan video animasi yaitu 74,17 (95% CI: 70,70 – 77,64),

dengan standar deviasi 10,88. Skor kesiapsiagaan tertinggi yakni 96,00 dan skor

terendah 42,20. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%

diyakini bahwa skor kesiapsiagaan siswa sebelum diberikan perlakuan adalah

diantara 70,70 sampai 77,64.

b. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana setelah diberikan media

video animasi

.
Tabel 7
Distribusi Skor Post-Test Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Setelah Diberikan Diberikan Video Animasi di SDN 2 Sidemen Karangasem
Tahun 2018

Variabel N Mean Median Modus Minimum- St. 95%


Maximum Deviasi CI
Kesiapsiagaan 40 87,27 90,70 90,70 62,80- 10,92 83,77-
(post) 99,00 90,76

56
Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 siswa,

skor rata-rata kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung

berapi setelah diberikan video animasi yaitu 87,27 (95% CI: 83,77 - 90,76),

dengan standar deviasi 10,92. Skor kesiapsiagaan tertinggi yakni 99,00 dan skor

terendah 62,80. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%

diyakini bahwa skor kesiapsiagaan siswa setelah diberikan perlakuan adalah

diantara 83,77 sampai 90,76.

4. Pengaruh penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa

dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi

Uji normalitas data menggunakan uji skewness dan hasil yang diperoleh

dapat dilihat dengan membagi nilai skewness dengan standar errornya. Nilai

skewness kesiapsiagaan bencana sebelum perlakuan sebesar 0,635 dan standar

error sebesar 0,374 sehingga hasil bagi skewness dengan standar errornya sebesar

1,698. Nilai skewness kesiapsiagaan bencana setelah perlakuan sebesar 0,659 dan

standar error sebesar 0,374 sehingga hasil skewness dengan standar errornya

sebesar 1,762. Hasil bagi nilai skewness dengan standar error kesiapsiagaan

bencana sebelum dan sesudah perlakuan menghasilkan angka ≤ 2 yang berarti

data berdistribusi normal.

Setelah diketahui data berdistribusi normal maka uji hipotesis yang

digunakan adalah statistik parametrik yaitu uji paired t-test. Hasil uji paired t-test

disajikan dalam tabel 8.

57
Tabel 8
Hasil Analisa Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap
Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung
Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018

Selisih
Variabel N Mean SD 95%CI P value
Mean

Kesiapsiagaan
Sebelum 40 74,17 10,87 13,09 16,07-10,11 0,001
Setelah 87,26 10,92

Rata-rata kesiapsiagaan siswa sebelum perlakuan sebesar 74,17 dengan

standar deviasi 10,87. Rata-rata kesiapsiagaan siswa setelah perlakuan sebesar

87,26% dengan standar deviasi 10,92. Selisih mean antara kesiapsiagaan siswa

sebelum perlakuan dan setelah perlakuan sebesar 13,09. Uji statistik didapatkan

nilai p value (Sig. 2-tailed) sebesar 0,001 (p value < 0,05) sehingga dapat

disimpulkan ada pengaruh signifikan penggunaan media video animasi terhadap

kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi di SDN 2

Sidemen Karangasem.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Setelah dilakukan analisa data dan melihat hasilnya, selanjutnya peneliti

membahas hasil penelitian yang sudah diuraikan sebelumnya.

1. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana sebelum diberikan

media video animasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 siswa, skor rata-rata

kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi sebelum

58
diberikan video animasi yaitu 74,17, dengan standar deviasi 10,88. Mengacu pada

LIPI-UNESCO/ISDR (2006) hasil tersebut termasuk dalam kategori siap.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Asna

(2014) dengan judul penelitian “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang

Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi Terhadap Pengetahuan Siswa Di SDN

Patalan Baru Kecamatan Ketis Kabupaten Bantul” didapatkan hasil rata-rata nilai

kesiapsiagaan dari 52 orang siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan yakni

68,00 dan termasuk dalam kategori siap. Penelitian ini dan penelitian terkait

menunjukkan kesamaan nilai rata-rata kesiapsiagaan sebelum diberikan perlakuan

termasuk dalam kategori siap. Persamaan hasil penelitian ini disebabkan oleh

pengalaman dan persuasi verbal yang dimiliki oleh responden. Pengalaman yang

dimaksud adalah pengalaman siswa dalam menghadapi bencana, dan persuasi

verbal disini adalah motivasi yang diberikan oleh guru secara terus menerus. Hasil

penelitian yang berbeda adalah dari Saanun dkk. (2017) dengan judul penelitian

“Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Kesiapsiagaan dalam Menghadapi

Bencana Tanah Longsor pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 6 Manado” yang

memperoleh hasil rata-rata 41,88 sebelum diberikan penyuluhan dan termasuk

dalam kategori kurang siap. Nilai kesiapsiagaan yang lebih rendah disini

disebabkan oleh kurangnya motivasi yang diberikan dan kurangnya pengalaman

kebencanaan yang dimiliki responden.

Hasil di atas membuktikan bahwa kategori kesiapsiagaan siswa masih belum

mencapai kategori maksimal (sangat siap). Hasil tersebut dikarenakan sebagian

siswa masih kebingungan apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana

59
disekolah, bagaimana cara melindungi diri, dan barang-barang apa saja yang harus

dipersiapkan.

Mengacu pada LIPI-UNESCO/ISDR (2006) kesiapsiagaan merupakan salah

satu elemen penting dari kegiatan pengendalian pengurangan risiko bencana yang

bersifat pro-aktif, sebelum terjadi bencana. Konsep kesiapsiagaan yang digunakan

lebih ditekankan pada kemampuan untuk melakukan tindakan persiapan

menghadapi kondisi darurat bencana secara cepat dan tepat. Teori yang

dikemukakan oleh LIPI UNESCO/ISDR (2006) sesuai dengan hasil penelitian

menyatakan bahwa pengetahuan adalah faktor yang sangat penting untuk

kesiapsiagaan suatu komunitas sekolah. Bencana yang sering terjadi dapat

dijadikan suatu pengalaman atau pelajaran yang sangat bernilai akan pentingnya

pengetahuan tentang bencana yang diharus dimiliki oleh setiap individu terutama

yang berada di daerah yang rawan bencana seperti lokasi penelitian ini yaitu di

wilayah Sidemen yang merupakan daerah rawan bencana letusan gunung api.

Pengetahuan bencana yang dimiliki sangat mempengaruhi sikap dan kepedulian

untuk siap siaga dalam mengantisipasi bencana.

Pendapat peneliti bahwa komunitas sekolah memiliki potensi yang besar

dalam menyebarluaskan pengetahuan tentang kebencanaan. Salah satu komunitas

sekolah yang paling mendasar dan merupakan salah satu kelompok rentan

menjadi korban jika terjadi suatu bencana adalah anak sekolah dasar. Anak yang

duduk dibangku sekolah dasar sangatlah penting diberikan materi tentang

kebencanaan dan cara melindungi diri dalam menghadapi bencana guna untuk

meningkatkan kesiapsiagaan diri sendiri jika terjadi bencana saat mereka berada

disekolah. Seperti upaya yang dipaparkan oleh BNPB yaitu penyiapan sarana dan

60
prasarana kesehatan, penyebaran informasi masalah kesehatan akibat bencana,

upaya penyelamatan, cara menolong, rencana bantuan, cara bertahan sebelum

bantuan datang, sehingga anak-anak perlu dilatih sejak dini untuk meningkatkan

kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana pada lingkungan sekolah.

2. Kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana setelah diberikan media

video animasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 siswa, skor rata-rata

kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi setelah

diberikan video animasi yaitu 87,26, dengan standar deviasi 10,92. Mengacu pada

LIPI-UNESCO/ISDR (2006) hasil tersebut termasuk dalam kategori sangat siap.

Hal diatas membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan kesiapsiagaan

siswa setelah diberikan media video animasi. Penelitian ini senada dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi (2015) dalam jurnal penelitiannya yang

berjudul “Pengaruh Penyuluhan Bencana Banjir terhadap Kesiapsiagaan pada

Siswa SD Katolik Soegiyo Pranoto Manado” juga menunjukkan nilai rata-rata

setelah penyuluhan lebih tinggi dari nilai rata-rata sebelum penyuluhan.

Teori Piaget merupakan teori yang terkait dengan penelitian ini yang

menyatakan dimana pada masa anak-anak merupakan fase operasional konkrit

yang tidak terlepas dari media audio visual dan permainan (Indriasari, 2014). Saat

melihat dan mendengar langsung suatu hal anak tidak hanya mendapatkan

kesenangan namun anak juga belajar akan sesuatu.

Pemberian media video animasi ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan

dengan durasi penayangan selama 10 menit. Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Muslimin (2017) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media

61
Video Animasi terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan kelas II B

SD Muhammadiyah Karangtengah Bantul Yogyakarta” dimana memberikan

tayangan video animasi kepada siswa dengan rentang waktu 10-20 menit dapat

membuat anak-anak menjadi tidak bosan untuk menerima ilmu-ilmu baru dari

tayangan yang diberikan. Nilai t pada penelitian tersebut diperoleh -4,716 dengan

t tabel 1,67.

Menurut peneliti hasil dari nilai pretest-posttest pada penelitian ini

menunjukkan skor kesiapsiagaan siswa di SDN 2 Sidemen berada pada kategori

yang sudah baik. Oleh karena itu, pemberian edukasi tentang kebencanaan kepada

siswa secara berkala diyakini akan meninngkatkan pemahaman kesiapsiagaan

pada siswa itu sendiri. Karena pada dasarnya siswa sudah memiliki modal

pengetahuan yang cukup terhadap upaya menghadapi fenomena bencana yang

terjadi. Pemberian edukasi dengan cara memberikan suatu penayangan video

animasi akan membuat anak-anak lebih cepat menerima materi yang diberikan

karena biasanya pemberian edukasi lebih sering diberikan dengan metode

ceramah dan tanya jawab saja yang membuat anak lebih cepat bosan menyimak

materi yang diberikan

3. Pengaruh penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa

dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi

Hasil penelitian yang dilakukan di SDN 2 Sidemen Karangasem

menunjukkan setelah diberikan tayangan video animasi pada siswa, terdapat

perbedaan skor rata-rata yaitu sebesar 13,09. Hasil analisis menggunakan uji

statistik paired t-test didapatkan p value pada Sig 2-tailed yaitu 0,001. Hal ini

menunjukkan p value ≤ α (0,05) dengan demikian hipotesa penelitian diterima

62
yang berarti ada pengaruh penggunaan video animasi terhadap kesiapsiagaan

siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.

Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005) menyatakan siswa kelas IV hingga

kelas VI dengan rentang umur 9 sampai 12 tahun sudah mampu berpikir kritis dan

abstrak serta sudah memiliki kemampuan komunikasi dan pemahaman baik

terhadap suatu fenomena. Penelitian oleh Wulandari (2010) menyatakan belajar

dengan mempergunakan indra pendengaran dan penglihatan akan lebih efektif.

Anak-anak akan lebih mudah menerima pesan-pesan pengetahuan yang

disampaikan melalui penayangan video animasi yang melibatkan indra

penglihatan dan pendengaran. Ini sangat efektif memberikan pengetahuan dan

keterampilan teknis tentang cara-cara menghadapi bencana alam pada anak-anak.

Tayangan video animasi adalah hal yang cukup sering dijumpai pada masa

anak-anak. Sehingga saat diberikan tayangan video animasi ini anak-anak sudah

tidak asing lagi dengan hal tersebut. Tujuan dari penggunaan media video animasi

ini adalah memberikan infomasi kepada siswa tentang macam-macam

pengetahuan berkaitan dengan bencana serta upaya peredaman dan penanganan

bencana. Pada tayangan video animasi ini berisi materi atau informasi berkaitan

dengan kebencanaan dari masa pra bencana, masa tanggap darurat, dan pasca

bencana. Kesiapsiagaan anak dapat dilatih tidak hanya melalui edukasi berupa

materi ceramah tetapi anak diajak untuk berpikir secara konkret menurut teori

Piaget, yang akan membuat anak lebih cepat memahami dan menerima materi

melalui media baik berupa gambar maupun video.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang di paparkan oleh

Muslimin (2017) mengenai video animasi kesiapsiagaan bencana yang sejenis

63
dengan penelitian ini, video animasi ini bukan hanya menyenangkan, tetapi juga

media edukasi yang sangat baik untuk anak. Saat dilaksanakannya proses

pemberian video animasi ini, tujuan dari pemberian tayangan video animasi sudah

tersampaikan dengan cukup baik dan anak-anak sangat koperatif mengikuti

kegiatan ini.

Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ditunjukkan, maka peneliti

berpendapat bahwa pada usia sekolah dasar anak haruslah diberikan

pengembangan materi kebencanaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana dengan cara pemberian metode yang lain dan lebih menarik salah satunya

dengan media video animasi. Selain penggunaan media video animasi tersebut,

masih terdapat media lain yang mungkin bisa dipakai acuan sebagai media untuk

memberikan edukasi tentang kebencanaan yang dapat lebih meningkatkan

kesiapsiagaan pada anak di kalangan sekolah dasar.

C. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah saat proses penelitian terdapat

beberapa hambatan proses komunikasi antara siswa dengan peneliti. Saat

berlangsungnya penayangan video animasi satu, dua orang anak kurang bisa fokus

dan lebih memilih bermain dengan teman-temannya sehingga tidak tersampainya

tujuan dari penayangan video animasi tersebut.

64
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang pengaruh

penggunaan media video animasi terhadap kesiapsiagaan siswa di SDN 2

Sidemen Karangasem tahun 2018 dengan 40 responden dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Nilai rata-rata kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana sebelum

diberikan media video animasi memperoleh skor 74,17.

2. Nilai rata-rata kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana setelah

diberikan media video animasi memperoleh skor 87,26.

3. Ada pengaruh signifikan penggunaan media video animasi terhadap

kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana dengan ρ-value 0,001.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran dari penulis

yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan diantaranya :

1. Bagi Para Guru di SDN 2 Sidemen Karangasem

Meningkatkan pemberian materi khususnya mengenai kebencanaan kepada

siswa dengan mengembangkan metode yang lebih menarik seperti media video

dikolaborasikan dengan perminan dan tas siaga bencana guna mempersiapkan

siswa dalam menghadapi bencana yang bisa datang kapan saja. Serta memberikan

penayangan video kesiapsiagaan bencana secara periodik.


2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan ataupun referensi bagi

peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian serupa mengenai pengaruh

pemberian edukasi terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dengan

memperhatikan kelemahan penelitian ini.

66
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. and Sholeh, M. (2008) Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Astuti, S. and Sudaryono (2010) ‘Peran Sekolah Dalam Pembelajaran Mitigasi


Bencana’, Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, 1(1), pp. 37–40.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2008) ‘Pedoman penyusunan rencana


penanggulangan bencana’, Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana, 1, p. 36.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2016) Potensi dan Ancaman


Bencana di Indonesia. Available at: https://bnpb.go.id/home/potensi
(Accessed: 12 November 2017).

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) (2014) Kementerian


PPN_Bappenas Buku 2014. Available at:
https://www.bappenas.go.id/index.php?cID=4857 (Accessed: 8 November
2017).

Bidang Humas Satgas Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Agung (2017)
Rekapitulasi Jumlah Pengungsi Siaga Darurat Erupsi Gunung Agung.
Denpasar.

Citizen Corps (2016) Citizen Corps Personal Behavior Change Model for
Disaster Preparedness. Washington DC: FEMA.

Daud,dkk. (2014) ‘Penerapan Pelatihan Siaga Bencana Dalam Meningkatkan


Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Komunitas SMA Negeri 5 Banda Aceh’,
Jurnal Ilmu Kebencanaan (JIKA) Pascasarjana Universitas Syiah Kuala,
1(1), p. Nanggroe Aceh Darussalam.

Dharma, K. K. (2015) Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media.

Efendi, F. dan Makhfudli (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:


Salemba Medika.

Firmansyah, I., dkk. (2014) ‘Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku


Kesiapsiagaan dalam Menghadapi Bencana Banjir dan Longsor pada
Remaja Usia 15-18 tahun di SMA Al-Hasan Kemiri Kecamatan Panti
Kabupaten Jember ( The Correlation Between Knowledge and behavior
preparedness in Facing of’, Jurnal ICT, (pengetahuan dan perilaku
kesiapsiagaan), pp. 1–8.

67
Gamar, R. (2017) Status Gunung Agung Diturunkan dari Awas ke Siaga -
Kompas, Kompas. Available at:
https://regional.kompas.com/read/2017/10/29/16314041/status-gunung-
agung-diturunkan-dari-awas-ke-siaga (Accessed: 9 November 2017).

Ghozali, I. (2011) Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Handi, C. (2012) Belajar Sendiri Auto CAD 2002 Tingkat Lanjut. Jakarta: Elex
Media Komputindo.

Hidayat, A. A. (2007) Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:


Salemba Medika.

Hidayati, D., D. (2010) Sekolah Siaga Bencana: Pembelajaran dari Kota


Bengkulu. Jakarta: LIPI Press.

Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) (2014) IRBI: Indeks Risiko Bencana
Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Direktorat Pengurangan Risiko Bencana,
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan.

Indriana, D. (2011) Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva


Press.

Indriasari, F. N. (2014) ‘Pengaruh Pelatihan Siaga Bencana Gempa Bumi


terhadap Kesiapsiagaan Anak Sekolah Dasar dalam Menghadapi Bencana’,
Jurnal ICT, (pelatihan siaga bencana), pp. 1–8.

Jaringan Pemberitaan Pemerintah (2017) Letusan Gunung Agung Tahun 1963,


Jaringan Pemberitaan Pemerintah. Available at:
https://jpp.go.id/peristiwa/lintas-daerah/311758-letusan-gunung-agung-
tahun-1963-turunkan-suhu-bumi-0-4-derajat-celcius (Accessed: 9 November
2017).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2016) Definisi Kata Bencana,. Available
at: http://kbbi.web.id/bencana (Accessed: 9 November 2017).

Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2010) Kementerian


Pendidikan Surat Edaran Kementerian Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 70a/MPN/SE/2010. Available at:
http://mdmc.or.id/index.php/download-file/category/5-pendidikan-siaga-
bencana?download=9:strategi-pengarusutamaan-pengurangan-risiko-
bencana-di-sekolah (Accessed: 17 November 2018).

Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia. (2011) Kerangka Kerja Sekolah


Siaga Bencana. Jakarta: Konsorsium Pendidikan Bencana.

68
Kustiawan, U. (2016) Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini.
Malang: Gunung Samudera.

LIPI-UNESCO/ISDR (2006) Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam


Mengantisipasi Bencana Gempa Bumi & Tsunami. Jakarta: Deputi Ilmu
Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; Jakarta.

Munir (2012) Multimedia Konsep Dan Aplikasi Dalam Pendidikan. Bandung: CV


Alfabeta.

Muslimin, M. I. (2017) ‘Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Video


Animasi terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas II SD’,
E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan, 6(1).

Nurjanah et al. (2011) Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.

Nursalam (2017) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 4. Edited by P.


P. Lestari. Jakarta: Salemba Medika.

Pemerintah Kabupaten Karangasem (2017) Potensi Pembangunan dan Geografis


Daerah Karangasem. Available at:
http://v2.karangasemkab.go.id/index.php/profil/19/Potensi-Pembangunan
(Accessed: 8 November 2017).

Presiden Republik Indonesia (2007) Undang-Undang Penanggulangan Bencana


Nomor 24 Tahun 2007. Available at:
http://bnpb.go.id/ppid/file/UU_24_2007.pdf.

Priambodo, S. A. (2009) Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta:


Kanisius.

Ruwanto, B. (2008) Gunung Meletus. Yogyakarta: Kanisius.

Setiadi (2013) Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Soetjiningsih (2014) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Sugiman, Sumardoyono and Marfuah (2016) Karakteristik Siswa SMP dan


bilangan. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Sugiyono, P. D. (2015) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukawana, I. W. (2008) Pengantar Statistik Untuk Perawat. Denpasar : Jurusan


Keperawatan Poltekkes Denpasar.

69
The Indonesian Development of Education and Permaculture (IDEP) (2007)
Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat Edisi 2.
Bali: Yayasan IDEP.

United Nations Centre for Regional Development (UNCRD) (2009) Reducing


Vulnerability of School Student to Earthquakes. Japan: United Nations
Centre for Regional Development.

United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR) (2015) Sendai
Framework for Disaster Risk Reduction 2015 – 2030. Japan: United Nations
Office for Disaster Risk Reduction.

Utami, D. (2011) ‘Animasi dalam Pembelajaran’, Majalah Ilmiah Pembelajaran,


7(1), pp. 45–50.

Warsita, B. (2008) Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Wasis (2008) Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.

Wiranti, I. W. (2015) ‘Pengaruh Film Animasi terhadap Motivasi Belajar Pada


Anak TK.’

Wulandari (2010) Pengenalan dan Pengembangan Pendidikan Disaster Risk


Reduction Dasar Melalui Aplikasi Program “Inisiatif Si Kancil Al-Baitul
Amien Jember. Available at: http://repository.unej.ac.id/123456789/74316
(Accessed: 15 November 2017).

70
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN VIDEO ANIMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN


SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM
TAHUN 2018

Bulan
No Kegiatan Februari 2018 Maret 2018 April 2018 Mei 2018 Juni 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Revisi Proposal
4 Pengurusan Izin
Penelitian
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Analisis Data
8 Penyusunan Laporan
9 Sidang Hasil Penelitian
10 Revisi Laporan
11 Pengumpulan Skripsi
Keterangan : Warna hitam (proses penelitian)
Lampiran 2

REALISASI ANGGARAN BIAYA PENELITIAN PENGARUH


PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI TERHADAP
KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA
LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM
TAHUN 2018

Alokasi dana yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

No Kegiatan Biaya
1 Tahap Persiapan
a. Pembelian ATK Rp 200.000,00
b. Penggandaan Proposal Rp 300.000,00
c. Biaya Konsumsi Rp 250.000,00

2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengurusan Izin Penelitian Rp 100.000,00
b. Penggandaan Lembar Pengumpulan Data Rp 200.000,00
c. Transportasi dan Akomodasi Rp 250.000,00
d. Pengolahan dan Analisis Data Rp 200.000,00

3 Tahap Akhir
a. Penggandaan Laporan Rp 400.000,00
b. Biaya Konsumsi Rp 250.000,00
c. Biaya Tidak Terduga Rp 250.000,00

Jumlah Rp 2.400.000,00
Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Saudara/i Calon Responden

Di –

SDN 2 Sidemen

Dengan hormat,

Saya mahasiswa D-IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar

semester VIII bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Pengaruh

Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa Dalam

Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen

Karangasem”, sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program studi D-IV

Keperawatan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, saya mohon kesediaan

bapak/ibu/saudara/i untuk menjadi responden yang merupakan sumber informasi

bagi peneliti.

Demikian permohonan ini kami sampaikan dan atas partisipasinya, kami

ucapkan terima kasih.

Karangasem, 2018

Peneliti

Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni


NIM: P07120214019
Lampiran 4

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)
SEBAGAI PESERTA PENELITIAN

Yang terhormat Saudara/i/Adik, Kami meminta kesediannya untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutesertaan dari penelitian ini bersifat

sukarela/tidak memaksa. Mohon untuk dibaca penjelasan dibawah dengan

seksama dan disilahkan bertanya bila ada yang belum dimengerti.

Judul Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap


Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem
Peneliti Utama Ni Ketut Ayu Pratiwi Catur Wahyuni
Institusi Poltekkes Kemenkes Denpasar
Lokasi Penelitian SDN 2 Sidemen Karangasem
Sumber pendanaan Swadana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh video animasi terhadap

kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana. Jumlah peserta sebanyak 40 orang

dengan syaratnya yaitu kriteria inklusi siswa sekolah dasar yang duduk dibangku

kelas IV, V dan VI di SDN 2 Sidemen Karangasem pada tahun ajaran 2017/2018,

siswa yang hadir dan bersedia menjadi responden dengan menandatangani inform

consent saat pengambilan data, serta kriteria eksklusi berupa siswa yang tidak

hadir saat dilakukan pertemuan berikutnya.

Peserta akan diberikan kuisioner (pretest) yang berisi 20 item pertanyaan

mengenai kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.

Setelah selesai menjawab kuisioner peserta akan diberikan tayangan video


animasi berjudul Tanggap, Tangkas, Tangguh “Gunung Api” dengan frekuensi

dua kali selama 10 menit. Setelah selesai menyaksikan video animasi, siswa akan

diberikan kuisioner (posttest) yang berisi 20 item pertanyaan mengenai

kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.

Kepesertaan dalam penelitian ini tidak secara langsung memberikan manfaat

kepada peserta penelitian. Tetapi dapat memberi gambaran informasi yang lebih

banyak tentang kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana letusan gunung berapi.

Dengan penggunaan media video animasi Tanggap, Tangkas, Tangguh

Menghadapi “Gunung Api” yang berisikan gambar-gambar animasi dan

dimodifikasi dengan cerita yang menarik diharapkan peserta menjadi antusias

untuk menyaksikan tayangan tersebut. Bagi peserta akan mendapatkan manfaat

berupa pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana

letusan gunung berapi.

Atas kesedian berpartisipasi dalam penelitian ini maka akan diberikan

imbalan sebagai pengganti waktu yang diluangkan untuk penelitian ini. Peneliti

menjamin kerahasiaan semua data peserta penelitian ini dengan menyimpannya

dengan baik dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Kepesertaan Saudara/i/Adik pada penelitian ini bersifat sukarela.

Saudara/i/Adik dapat menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan pada

penelitian atau menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa ada

sanksi. Jika setuju untuk menjadi peserta peneltian ini, Saudara/i/Adik diminta

untuk menandatangani formulir ‘Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed

Consent) Sebagai *Peserta Penelitian/ *Wali’ setelah Saudara/i/Adik benar-benar


memahami tentang penelitian ini. Saudara/i/Adik akan diberi salinan persetujuan

yang sudah ditanda tangani ini.

Bila selama berlangsungnya penelitian terdapat perkembangan baru yang

dapat mempengaruhi keputusan Saudara/i/Adik untuk kelanjutan kepesertaan

dalam penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada Saudara/i/Adik. Bila

ada pertanyaan yang perlu disampaikan kepada peneliti, silakan hubungi peneliti :

CP : Catur (081547552439) .

Tanda tangan Saudara/i/Adik dibawah ini menunjukkan bahwa

Saudara/i/Adik telah membaca, telah memahami dan telah mendapat kesempatan

untuk bertanya kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui untuk

menjadi *peserta penelitian/Wali.

Peserta/ Subyek Penelitian, Wali,

____________________________ _______________________________

Tanggal : / / Tanggal : / /

Hubungan dengan Peserta/ Subyek Penelitian:

_________________________________________

Peneliti

__________________________________

Tanggal : / /
Tanda tangan saksi diperlukan pada formulir Consent ini hanya bila

Peserta Penelitian memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan, tetapi

tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau buta

Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau

buta

Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada penelitian

ini (misalnya untuk penelitian resiko tinggi dan atau prosedur penelitian

invasive)

Catatan:

Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim

penelitian.

Saksi:

Saya menyatakan bahwa informasi pada formulir penjelasan telah dijelaskan

dengan benar dan dimengerti oleh peserta penelitian atau walinya dan persetujuan

untuk menjadi peserta penelitian diberikan secara sukarela.

___________________________________

Tanggal : / /

(Jika tidak diperlukan tanda tangan saksi, bagian tanda tangan saksi ini

dibiarkan kosong)

* coret yang tidak perlu


Lampiran 5

KISI-KISI PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO ANIMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM
MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG BERAPI DI SDN 2 SIDEMEN KARANGASEM TAHUN 2018
No Variabel Sub Indikator Jumlah No. Item Jenis
Variabel Pernyataan Pertanyaan Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7
1 Kesiapsiagaan Pengetahuan Pengetahuan terhadap bencana alam secara 2 1 Positif
bencana letusan umum 8 Positif
gunung berapi pada Jenis-jenis bencana alam 2 2 Positif
siswa sekolah dasar 4 Negatif
Penyebab terjadinya bencana letusan 3 3 Positif
gunung berapi 5 Positif
9 Negatif
Intensitas bencana letusan gunung berapi 2 6 Negatif
7 Positif
Sikap untuk mengurangi dampak bencana 2 10 Positif
letusan gunung berapi
1 2 3 4 5 6 7
Perencanaan Tindakan penting yang harus dilakukan 3 11 Positif
tanggap untuk selamat dari bencana letusan gunung 13 Negatif
darurat berapi 14 Positif
Barang yang perlu diselamatkan saat 1 12 Negatif
terjadi bencana letusan gunung berapi
Peringatan Pengetahuan terhadap keberadaan sistem 2 15 Positif
bencana peringatan bencana letusan gunung berapi 17 Negatif
Tindakan yang dilakukan apabila 2 16 Positif
mendengar adanya tanda peringatan 18 Negatif
bencana letusan gunung berapi
Mobilisasi Latihan dan simulasi evakuasi 2 19 Negatif
sumber daya 20 Positif
Lampiran 6

FORMAT PENGUMPULAN DATA

Judul penelitian : Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap


Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana Letusan
Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun
2018
Kode responden :
Tanggal pengisian :

Petunjuk Pengisian

1. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda check list (√) pada jawaban

yang sesuai.

2. Semua pertanyaan harus di jawab.

3. Setiap pertanyaan di isi dengan satu jawaban.

4. Bila ada yang kurang mengerti, silahkan bertanya kepada peneliti.

A. Pengkajian Data Demografi

1. Jenis kelamin :

 Laki-laki  Perempuan

2. Umur : Tahun
B. Kuesioner Kesiapsiagaan Bencana Letusan Gunung Berapi Pada Siswa

Sekolah Dasar

Petunjuk pengisian : Berilah tanda chek list/contreng (√) pada kolom “ya”

jika pernyataan menurut anda benar atau kolom “tidak” jika menurut anda salah

pada pernyataan di bawah ini.

No Pernyataan Ya Tidak
1 2 3 4
I. Pengetahuan
1 Apakah bencana alam merupakan kejadian yang
disebabkan oleh alam dan merugikan manusia?
2 Apakah letusan gunung berapi merupakan bencana alam?
3 Apakah terjadi gempa bumi berskala rendah maupun
tinggi sebelum letusan gunung berapi?
4 Apakah kecelakaan lalu lintas merupakan bencana alam?
5 Apakah letusan gunung berapi terjadi karena pergerakan
lempeng bumi?
6 Apakah letusan gunung berapi tidak bisa diprediksi ?
7 Apakah banyak hewan yang mati terkena dampak letusan
gunung berapi?
8 Apakah lahar panas dan banjir lahar dingin merupakan
hasil dari letusan gunung berapi?
9 Apakah badai/puting beliung dapat menimbulkan letusan
gunung berapi?
10 Apakah anda pernah mendapat pelajaran mengenai
bencana letusan gunung berapi di sekolah?
II. Perencanaan tanggap darurat
11 Apakah anda perlu berkumpul bersama keluarga dan
mengikuti jalur evakuasi untuk menuju pos penyelamatan
ketika terjadi letusan gunung berapi?
12 Apakah anda perlu menyelamatkan barang kesayangan
seperti mainan saat terjadi letusan gunung berapi?
1 2 3 4
13 Apakah tetap menempati zona bahaya merupakan tindakan
yang tepat saat terjadi letusan gunung berapi?
14 Apakah memakai pakaian lengan panjang, celana panjang,
masker, kaos tangan, kaca mata, dan topi adalah tindakan
tepat menghindari bahaya abu vulkanik?
III. Peringatan bencana
15 Apakah bel sekolah dapat digunakan sebagai sistem
peringatan bencana?
16 Menurut anda, apakah menjauhi lereng gunung bila
mendengar tanda bahaya letusan gunung berapi
merupakan tindakan yang benar?
17 Menurut anda, apakah bel atau tanda peringatan erupsi
dapat dibatalkan jika ternyata tidak terjadi letusan gunung
berapi?
18 Jika ada pemberitahuan bencana gempa yang disusul
letusan gunung berapi, apakah anda harus teriak dan
menangis?
IV. Mobilisasi sumber daya
19 Menurut anda, apakah mengikuti acara simulasi bencana
adalah kegiatan yang membosankan?

20 Apakah anda pernah mendapatkan materi yang berisi


pengajaran tentang cara menghadapi bencana melalui
VCD/tayangan film?

TERIMA KASIH
Lampiran 7

Satuan Acara Penyuluhan


Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa
dalam Menghadapi Bencana Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen
Karangasem Tahun 2018

Pokok bahasan : Bencana Letusan Gunung Berapi

Tempat : SD Negeri 2 Sidemen Karangasem

Sasaran : Siswa kelas IV, V dan VI

A. Tujuan

1. Tujuan intruksional umum ( TIU )

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang bencana letusan gunung berapi,

diharapkan siswa kelas IV, V dan VI dapat mengetahui dan memahami tentang

bencana letusan gunung berapi serta dapat meningkatkan kesiapsiagaan dalam

menghadapi bencana letusan gunung berapi.

2. Tujuan intruksional khusus ( TIK )

a. Peserta dapat menjelaskan pengertian bencana letusan gunung berapi.

b. Peserta dapat menjelaskan tanda dan gejala bencana letusan gunung berapi.

c. Peserta dapat menjelaskan tindakan kesiapsiagaan dalam menghadapi

bencana letusan gunung berapi.

B. Media

1. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah video animasi Tangkas,

Tanggap, Tangguh Menghadapi “Gunung Api”.


C. Metode

1. Menonton video animasi Tangkas, Tanggap, Tangguh Menghadapi “Gunung

Api”

2. Menjelaskan kembali mengenai materi yang terdapat dalam video animasi


D. Pelaksanaan

No. Acara Waktu Kegiatan Evaluasi


1. Pembukaan 5 menit a. Mengucap salam Menjawab salam,
b. Memperkenalkan mendengarkan
diri
c. Menjelaskan tujuan
penelitian
2. Pengisian 20 menit Mengisi kuisioner pre test Mengisi jawaban
kuisioner kesiapsiagaan dalam setiap item
Pre Test menghadapi bencana pertanyaan di
letusan gunung berapi kuisioner
sebanyak 20 item
pertanyaan
3. Peayangan 10 menit Menonton tayangan video Menonton tayangan
video video animasi
animasi Tangkas, Tanggap,
animasi dengan fokus
Tangguh Menghadapi

“Gunung Api” sebanyak

satu kali selama 10 menit

4. Pengisian 20 menit Mengisi kuisioner post test Mengisi jawaban


kuisioner kesiapsiagaan dalam setiap item
Post Test menghadapi bencana pertanyaan di
letusan gunung berapi kuisioner
sebanyak 20 item
pertanyaan
5. Penutup 5 menit a. Memberi saran- Mendengarkan dan
saran menjawab salam.
b. Menyampaikan
terima kasih.
c. Memberi salam
penutup
E. Evaluasi

1. Evaluasi proses

a. Kegiatan berlangsung tepat waktu

b. Responden yang hadir 100% dari jumlah total responden

c. Responden mengikuti penelitian dengan tertib dan disiplin

2. Evaluasi hasil

Sasaran penyuluhan mampu:

a. Memahami bencana letusan gunung berapi secara umum

b. Memahami tindakan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana letusan

gunung berapi.
Lampiran 8

Master Tabel Pengumpulan Data


Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018

Pretest

Pertanyaan
Pertanyaan Indeks
Kode Pertanyaan Indeks Indeks
Pertanyaan Indeks Pengetahuan Perencanaan
Responden Peringatan bencana Mobilisasi
tanggap darurat
Sumber Daya
1 2 3 4 5
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
001 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
002 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
003 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
004 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
005 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
006 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
007 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0
008 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
009 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
010 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
011 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
012 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0
013 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
014 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
1 2 3 4 5
015 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
016 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0
017 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
018 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
019 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
020 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
021 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
022 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
023 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0
024 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
025 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0
026 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0
027 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
028 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
029 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
030 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
031 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1
032 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
033 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0
034 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0
035 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0
036 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0
037 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
038 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
039 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0
040 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
Master Tabel Pengumpulan Data
Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018
Post test

Pertanyaan
Indeks
Pertanyaan Indeks
Kode Pertanyaan Indeks Mobilisasi
Pertanyaan Indeks Pengetahuan Perencanaan
Responden Peringatan bencana Sumber
tanggap darurat
Daya

1 2 3 4 5
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
001 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
002 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
003 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
004 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
005 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
006 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
007 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
008 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
009 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
010 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
011 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
012 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
013 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
014 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
1 2 3 4 5
015 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
016 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
017 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
018 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
019 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
020 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
021 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
022 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
023 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
024 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
025 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
026 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
027 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
028 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
029 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
030 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
031 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
032 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
033 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
034 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
035 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
036 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
037 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
038 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
039 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
040 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Master Tabel Pengumpulan Data
Pengaruh Penggunaan Media Video Animasi terhadap Kesiapsiagaan Siswa dalam Menghadapi Bencana
Letusan Gunung Berapi di SDN 2 Sidemen Karangasem Tahun 2018

Karakteristik
Kesiapsiagaan Hasil Rekapitulasi Kesiapsiagaan Hasil Rekapitulasi
Responden
Kode Pengeta Rencana Sistim Mobili- Skor Katagori Pengeta Rencana Sistim Mobili- Skor Katagori
Respon huan Tanggap Peringatan sasi huan Tanggap Peringatan sasi
Jenis
den Usia Darurat Dini Sumber Darurat Dini Sumber
Kelamin
Daya Daya
Pre Test Post Test
1 2 3 4 5 6 7 8 9
001 1 11 70 100 50 0 68.1 4 80 75 50 100 78.4 4
002 1 12 90 100 50 50 86.7 5 100 100 100 100 99 5
003 1 10 70 75 50 50 68.1 4 70 100 100 100 74.1 4
004 0 12 80 100 50 50 78.4 4 90 100 75 100 89.7 5
005 0 11 80 75 50 50 76.4 4 100 100 75 100 98 5
006 0 11 90 100 50 50 86.7 5 90 100 100 100 90.7 5
007 0 11 80 100 25 50 77.4 4 100 100 75 100 98 5
008 1 11 60 100 50 50 61.8 3 90 100 100 100 90.7 5
009 0 12 80 100 75 0 77.4 4 100 100 75 100 98 5
010 1 12 80 100 75 100 81.4 4 80 100 75 100 81.4 4
011 1 10 50 100 50 50 53.5 2 70 75 75 100 71.1 4
012 0 10 70 100 75 100 73.1 4 70 100 75 100 73.1 4
013 0 10 60 75 50 50 59.8 3 60 75 75 100 62.8 3
014 1 10 80 75 50 50 76.4 4 100 100 75 100 98 5
015 0 13 80 100 75 100 81.4 4 80 100 75 100 81.4 4
016 0 10 70 75 75 50 69.1 4 80 100 75 100 81.4 5
017 0 11 80 100 75 50 79.4 5 100 100 100 100 99 5
018 0 12 100 75 50 50 93 5 100 75 50 50 93 5
019 1 13 80 100 100 100 82.4 5 80 100 100 100 82.4 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9
020 1 11 70 75 75 50 69.1 4 100 100 100 100 99 5
021 1 13 90 75 50 50 84.7 5 100 100 75 100 98 5
022 1 10 70 75 50 50 68.1 4 70 100 100 100 74.1 4
023 1 12 80 75 75 50 77.4 4 90 100 100 100 90.7 5
024 1 13 90 100 50 50 86.7 5 90 100 100 100 90.7 5
025 1 10 60 75 75 0 58.8 3 70 100 75 100 73.1 4
026 1 12 80 75 50 50 76.4 4 80 100 100 100 82.4 5
027 1 11 80 100 50 0 76.4 4 100 100 75 100 98 5
028 1 11 70 75 75 50 69.1 4 90 100 100 100 90.7 5
029 1 12 80 100 100 0 78.4 4 100 100 100 50 97 5
030 0 11 70 100 25 100 71.1 4 100 100 100 100 99 5
031 0 12 80 100 50 100 80.4 5 90 100 75 100 89.7 5
032 0 13 80 100 50 50 78.4 4 100 100 100 100 99 5
033 1 10 40 75 25 50 42.2 2 60 75 75 100 62.8 3
034 0 10 70 50 50 50 66.1 4 70 100 75 100 73.1 4
035 0 10 60 75 75 50 60.8 3 90 100 100 100 90.7 5
036 0 11 80 75 50 0 74.4 4 90 100 75 100 89.7 5
037 0 11 90 75 50 50 84.7 5 90 75 50 50 84.7 5
038 1 12 80 100 50 50 78.4 4 100 100 100 100 99 5
039 1 10 60 75 25 50 58.8 3 70 100 75 100 73.1 4
040 0 11 100 100 75 50 96 5 100 100 25 100 96 5

Keterangan:
P 01 : Pertanyaan 1
P 20 : Pertanyaan 20
Jenis Kelamin :
Laki-laki =0 Belum siap =1 Hampir siap =3 Sangat siap =5
Perempuan =1 Kurang siap =2 Siap =4
Lampiran 9

TABEL NILAI KOEFISIEN KORELASI “r” PRODUCT MOMENT DARI


PEARSON UNTUK BERBAGAI df

Df Taraf Signif. df Taraf Signif

5% 1% 5% 1%

1 0.997 1.000 24 0.388 0.496

2 0.950 0.990 25 0.381 0.487

3 0.878 0.959 26 0.374 0.478

4 0.811 0.917 27 0.367 0.470

5 0.764 0.874 28 0.361 0.463

6 0.707 0.834 29 0.355 0.456

7 0.666 0.798 30 0.349 0.449

8 0.632 0.765 35 0.325 0.418

9 0.602 0.735 40 0.304 0.393

10 0.576 0.708 45 0.288 0.372

11 0.563 0.684 50 0.278 0.354

12 0.532 0.661 60 0.250 0.325

13 0.514 0.641 70 0.252 0.302

14 0.497 0.628 80 0.217 0.288

15 0.482 0.606 90 0.205 0.267

16 0.468 0.590 100 0.195 0.254

17 0.456 0.575 125 0.174 0.228

18 0.444 0.561 150 0.169 0.208

19 0.433 0.549 200 0.138 0.161

20 0.423 0.537 300 0.118 0.148

21 0.418 0.520 400 0.098 0.128

22 0.404 0.515 500 0.088 0.116

23 0.396 0.505 1000 0.062 0.061


Sumber: Hastono, S. Priyo, 2007, Analisis Data Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Jakarta

Lampiran 10
Hasil Analisa Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 30 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,942 20

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
P1 13,4000 35,145 ,964 ,934
P2 13,4000 35,145 ,964 ,934
P3 13,4333 36,530 ,624 ,939
P4 13,5000 36,190 ,633 ,939
P5 13,5000 36,466 ,582 ,940
P6 13,5333 37,154 ,440 ,943
P7 13,5000 36,466 ,582 ,940
P8 13,5333 36,602 ,539 ,941
P9 13,4667 37,085 ,488 ,942
P10 13,4667 37,706 ,371 ,944
P11 13,5000 35,569 ,750 ,937
P12 13,4667 35,637 ,767 ,937
P13 13,5000 36,948 ,493 ,942
P14 13,5333 35,844 ,677 ,939
P15 13,5667 35,978 ,636 ,939
P16 13,4667 35,775 ,740 ,938
P17 13,6000 36,524 ,529 ,941
P18 13,5333 35,706 ,702 ,938
P19 13,5000 35,845 ,698 ,938
P20 13,4000 35,145 ,964 ,934
Lampiran 11
Hasil Analisa Uji Normalitas Instrumen Penelitian

Descriptives
Statistic Std. Error
Mean 74.1725 1.71878
Lower 70.6959
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper 77.6491
Bound
5% Trimmed Mean 74.5056
Median 76.4000
Pretest Variance 118.168
Std. Deviation 10.87052
Minimum 42.20
Maximum 96.00
Range 53.80
Interquartile Range 13.05
Skewness -.635 .374
Kurtosis .852 .733
Mean 87.2675 1.72715
Lower 83.7740
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper 90.7610
Bound
5% Trimmed Mean 87.9750
Median 90.7000
Posttest Variance 119.322
Std. Deviation 10.92345
Minimum 62.80
Maximum 99.00
Range 36.20
Interquartile Range 18.85
Skewness -.659 .374
Kurtosis -.667 .733
Lampiran 12
Hasil Analisa Data

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Std. Error
Deviation Mean
pretest 74.1725 40 10.87052 1.71878
Pair 1
posttest 87.2675 40 10.92345 1.72715

Paired Samples Test


Paired Differences
Mean Std. Std. 95% Confidence
Sig.
Deviation Error Interval of the t df
(2-tailed)
Mean Difference
Lower Upper
Pair 1
pretest – -13.09500 9.32064 1.47372 -16.07589 -10.11411 -8.886 39 .001
posttest

Anda mungkin juga menyukai