DI SUSUN OLEH:
NURMILLAH N ALI (921420061)
KELAS D
B. MATERI PEMBELAJARAN
Setiap pelaku kecurangan selalu dihadapkan dengan berbagai jenis tekanan yang dirasakan.
Contoh-contoh dari tekanan yang dirasakan, yang dapat mendorong terjadinya kecurangan
laporan keuangan antara lain adalah kerugian finansial, kegagalan dalam memenuhi
ekspektasi pendapatan dari Wall Street, atau ketidakmampuan untuk bersaing dengan
perusahaan lain. Kompensasi untuk para eksekutif dalam bentuk opsi saham sering kali lebih
besar dari kompensasi dalam bentuk lainnya, dan bahkan bisa mencapai puluhan juta dolar.
Sistem kompensasi seperti ini yang kemudian menyebabkan para eksekutif memiliki tekanan
yang besar untuk meningkatkan nilai saham mereka karena peningkatan harga saham yang
kecil saja dapat memberikan kompensasi senilai jutaan dolar bagi manajemen.
Pelaku kecurangan juga mesti pintar melihat suatu peluang/kesempatan yang dimiliki atau
mereka tidak akan melakukan kecurangan. Walaupun kuatnya tekanan yang dirasakan, para
eksekutif yang meyakini bahwa mereka akan tertangkap dan dihukum apabila melakukan
kecurangan, jarang sekali yang benar-benar melakukan kecurangan. Dengan kata lain, para
eksekutif yang percaya bahwa mereka memiliki peluang/kesempatan (untuk melakukan
dan/atau menyembunyikan kecurangan) sering kali menyerah pada tekanan yang dirasakan.
Peluang/ kesempatan yang dimiliki untuk melakukan kecurangan manajemen dipicu oleh
faktor-faktor seperti lemahnya. keberadaan dewan direksi atau adanya pengendalian internal
yang tidak memadai dan kemampuan untuk menyembunyikan kecurangan di balik transaksi-
transaksi yang kompleks atau melalui pola-pola transaksi dengan pihak-pihak terkait lainnya.
Beberapa pokok pengendalian dapat mengeliminir peluang/kesempatan yang dimiliki untuk
melakukan kecurangan dalam laporan keuangan seperti adanya audit yang independen serta
adanya dewan direksi dalam posisi yang kuat. Karena manajemen dapat mengesampingkan
hampir semua jenis pengendalian internal, komite audit yang ada dalam dewan direksi dan
auditor independen sering melakukan pengecekan- pengecekan akhir untuk mencegah
terjadinya kecurangan laporan keuangan.
Terakhir, pelaku kecurangan harus memiliki berbagai cara untuk merasionalisasi tindakan
mereka melakukan kecurangan sebagai sesuatu yang dapat diterima. Bagi para eksekutif
perusahaan, rasionalisasi untuk melakukan kecurangan di antaranya berupa pemikiran seperti
"kami harus melakukan proteksi terhadap para pemegang saham.
dan menjaga agar harga saham tetap tinggi," "semua perusahaan melakukan praktik-praktik
akuntansi yang agresif," "ini demi kebaikan perusahaan," atau "masalah ini hanya sementara
dan akan segera diimbangi oleh hasil- hasil yang positif di masa mendatang."
Segitiga kecurangan (fraud triangle) memberikan pandangan mengenai mengapa akhir-akhir
ini banyak terjadi kompromi etis. Kami meyakini bahwa ada sembilan faktor yang muncul
secara bersamaan yang menyebabkan apa yang kami sebut sebagai perfect fraud storm.
Dalam menjelaskan "perfect storm" ini, kami akan menggunakan contoh-contoh dari kasus-
kasus kecurangan yang terjadi belakangan ini.
B. SIFAT DASAR KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Kecurangan laporan keuangan, seperti halnya kecurangan lainnya, mengandung unsur
penipuan dan upaya penyembunyian secara disengaja. Kecurangan laporan keuangan dapat
disembunyikan melalui dokumentasi fiktif, yang termasuk di dalamnya pemalsuan dokumen.
Kecurangan laporan keuangan dapat disembunyikan melalui kolusi antara manajemen,
pegawai, atau pihak ketiga. Sayangnya, seperti kecurangan lainnya, kecurangan laporan
keuangan jarang sekali dapat terlihat. Namun, indikator kecurangan, dan sejumlah indikator
lainnya. yang biasanya dapat diamati. Karena apa yang muncul sebagai indikator dapat
disebabkan oleh faktor lain yang masuk akal, munculnya indikator kecurangan tidak selalu
mengindikasikan adanya kecurangan. Misalnya, dokumen bisa saja hilang, perhitungan buku
besar yang tidak sesuai, atau hubungan analitis yang tidak masuk akal. Namun, kondisi-
kondisi tersebut dapat disebabkan oleh faktor lain selain kecurangan. Dokumen yang sah
mungkin memang benar-benar hilang, perhitungan buku besar bisa saja tidak sesuai karena
kesalahan akuntansi yang tidak disengaja, dan hubungan analitis di luar ekspektasi dapat
disebabkan oleh perubahan yang tidak diketahui dalam faktor-faktor ekonomi yang
mendasarinya. Kehati-hatian harus tetap digunakan, bahkan ketika laporan mengenai dugaan
kecurangan diterima, karena orang yang memberikan informasi atau mengajukan pengaduan
tersebut bisa saja keliru atau mungkin termotivasi untuk membuat dakwaan yang tidak benar.
Indikator kecurangan tidak dapat dengan mudah diklasifikasikan berdasarkan arti pentingnya
atau dikombinasikan menjadi model-model yang dapat memprediksi keberadaan kecurangan
secara efektif. Signifikansi indikator kecurangan sangat bervariasi. Beberapa faktor kadang
tetap akan muncul walaupun kecurangan tidak terjadi; atau sejumlah kecil indikator mungkin
saja muncul ketika kecurangan terjadi. Sering kali, bahkan ketika diduga terjadi kecurangan,
akan sangat sulit untuk membuktikannya. Tanpa adanya pengakuan, dokumen yang benar-
benar terlihat fiktif, atau sejumlah tindakan kecurangan yang sama dan dilakukan berulang-
ulang (sehingga dapat disimpulkan terjadi kecurangan dari polanya), menuduh seseorang
melakukan kecurangan laporan keuangan dapat menjadi sangat sulit. Karena adanya
kesulitan dalam mendeteksi dan membuktikan kecurangan, investigator harus sangat berhati-
hati dalam melakukan pemeriksaan kecurangan, menghitung jumlah kecurangan, atau
melakukan berbagai macam perikatan kerja terkait dengan kecurangan.
C. STATISTIK KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Sangat sulit untuk mengetahui seberapa sering kecurangan laporan keuangan terjadi karena
sebagian kecurangan laporan keuangan tidak terdeteksi. Salah satu cara untuk mengukurnya
adalah dengan melihat Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAERs) yang
dikeluarkan oleh SEC. Satu atau lebih aturan biasanya diterbitkan ketika kecurangan laporan
keuangan terjadi pada sebuah perusahaan yang telah memperdagangkan saham mereka
kepada publik.
Beberapa studi telah melakukan kajian terhadap AAERS. Salah satu pembahasan yang
pertama dan paling komprehensif adalah Report of the National Commision on Fraudulent
Financial Reporting yang dikeluarkan oleh National Commission on Fraudulent Financial
Reporting (Treadway Commission). Laporan Treadway Commission menemukan bahwa
walaupun kecurangan laporan keuangan tidak terlalu sering terjadi, kecurangan tersebut tetap
sangat merugikan. Treadway Commission melakukan studi terhadap kecurangan yang terjadi
selama sepuluh tahun yang berakhir pada tahun 1987. Studi ini mengkaji 119 tindakan
hukum yang dilakukan oleh SEC pada periode tahun 1981 sampai tahun 1986.
Pada tahun 1999, Committee of Sponsoring Organizations (COSO) merilis studi pertama dari
dua studi yang mereka sponsori terkait kecurangan laporan keuangan yang diinvestigasi oleh
SEC, yang terjadi selama tahun 1987-1997.7 Studi ini menemukan bahwa ada sekitar 300
kecurangan laporan keuangan yang menjadi subjek dari peraturan SEC selama periode
tersebut. Ada 204 sampel acak dari kecurangan laporan keuangan tersebut mengungkapkan
hal-hal berikut.
1. Rata-rata kecurangan yang terjadi akhir-akhir ini berlangsung sekitar dua tahun.
2. Pengakuan pendapatan yang tidak sesuai, perhitungan aset yang lebih saji, dan
perhitungan biaya yang kurang saji merupakan metode kecurangan yang sangat
umum digunakan. Metode kecurangan tersebut dan metode kecurangan lainnya akan
dibahas secara lebih terinci pada bab-bab berikutnya.
3. Besarnya rata-rata kecurangan secara kumulatif adalah $25 juta (nilai median $4,1
juta).
4. Sebanyak 72 persen kasus kecurangan laporan keuangan dilakukan oleh CEO.
5. Rata-rata nilai aset dari perusahaan yang melakukan kecurangan adalah $532 juta
(nilai median $16 juta) dan rata-rata pendapatan $232 juta (nilai median $13 juta).
6. Perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan biasanya menanggung
konsekuensi berat. Contohnya, 36 persen perusahaan yang mengajukan pernyataan
kebangkrutan sebagaimana yang dibahas pada Bab 11 dideskripsikan sebagai
"perusahaan yang mati/ditutup" pada AAERS, atau diambil alih pengelolaannya oleh
regulator negara bagian atau regulator federal setelah kecurangan terjadi
7. Kebanyakan perusahaan ini tidak memiliki komite audit atau hanya bertemu satu kali
dalam satu tahun dengan komite audit mereka. Posisi dewan direksi pada perusahaan
mereka sering diisi oleh "orang dalam," bukannya direksi yang independen.
8. Dewan direksi yang didominasi oleh orang dalam dan direksi "abu-abu" (yaitu direksi
dari pihak luar yang memiliki hubungan khusus dengan pihak manajemen atau
perusahaan) dengan kepemilikan ekuitas yang besar dan terlihat memiliki sedikit
pengalaman sebagai direksi pada perusahaan lain. Hubungan keluarga antara direksi
dengan pegawai merupakan sesuatu yang biasa terjadi, seperti halnya individu yang
memiliki kekuasaan besar.
9. Beberapa perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan menderita
kerugian bersih atau mendekati titik impas pada periode sebelum kecurangan terjadi.
10. Hanya lebih dari 25 persen dari perusahaan mengganti auditor mereka selama periode
terjadinya kecurangan tersebut. Perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki
KAP dengan berbagai ukuran yang berbeda sebagai auditor eksternal mereka. Auditor
menjadi subjek pembahasan dari AAERS lebih dari 25 persen, yang kemudian secara
eksplisit menyebutkan nama individu. Sebagian besar auditor yang disebutkan
namanya tersebut bukan berasal dari KAP terbesar (yaitu Big Eight atau Big Six).
Temuan ini konsisten dengan studi yang dilakukan oleh Auditing Practices Board (APB)
di Inggris. Studi ini menemukan bahwa mayoritas kecurangan laporan keuangan
dilakukan oleh manajemen perusahaan dan bahwa kecurangan laporan keuangan tersebut
bukanlah berupa pencurian secara langsung dan kemungkinan tidak akan terdeteksi oleh
auditor eksternal. Enam puluh lima persen dari kasus tersebut disertai adanya salah saji
terhadap data keuangan hanya untuk menaikkan harga saham atau menyembunyikan
kerugian." Tidak lama setelah studi COSO tahun 1999, terdapat studi lainnya yang
dilakukan oleh SEC yang didasarkan pada Section 704 Sarbanes-Oxley Act.
Ketentuannya adalah SEC melakukan studi terhadap semua tindakan hukum yang
diajukan selama periode 31 Juli 1997 hingga
30 Juli 2002 yang didasarkan pada pelaporan keuangan yang tidak sesuai, kecurangan,
kegagalan audit, atau pelanggaran terhadap independensi auditor. Selama periode studi
tersebut, SEC mengajukan 515 tindakan hukum atas pelanggaran pengungkapan dan
pelaporan keuangan yang melibatkan 164 entitas yang berbeda. Jumlah tindakan dalam
studi selama lima tahun tersebut adalah sebagai berikut.
D. MOTIVASI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Motivasi untuk menyajikan laporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan cukup
beragam. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya dalam analisis perfect storm,
terkadang motivasinya adalah untuk memberikan dukungan agar harga saham tetap tinggi
atau untuk dukungan terhadap penawaran obligasi dan saham. Di sisi lain, ada motivasi
untuk meningkatkan harga saham perusahaan atau untuk memaksimalkan bonus bagi
manajemen. Pada beberapa perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan yang
mengandung unsur kecurangan, eksekutif puncak mereka telah memiliki saham atau opsi
saham perusahaan dalam jumlah yang besar dan perubahan pada harga saham perusahaan
akan memberikan dampak besar terhadap kekayaan bersih yang dimilikinya secara
pribadi. Terkadang, manajer divisi melaporkan hasil kinerja keuangan yang lebih saji dari
divisi yang dipimpinnya untuk memenuhi ekspektasi perusahaan. Sering kali, manajemen
merasakan tingginya tekanan ketika dihadapkan dengan kegagalan atau kecurangan.
beberapa manajer divisi tersebut akhirnya memilih untuk melakukan tindakan
kecurangan. Dalam kasus Phar-Mor, Mickey Monus mengharapkan agar perusahaannya
dapat berkembang pesat, sehingga dia menurunkan harga 300 jenis barang yang "sensitif
terhadap harga Barang-barang tersebut mendapatkan potongan harga yang sedemikian
besar, sehingga barang-barang tersebut akhirnya terjual di bawah harga perolehannya,
yang pada akhirnya menghasilkan kerugian untuk setiap penjualan yang terjadi. Strategi
ini membantu Fhar-Mor mendapatkan pelanggan baru dan membuka banyak toko baru
setiap tahunnya. Namun, strategi tersebut telah mengakibatkan kerugian besar bagi
perusahaan, dan daripada mengakui bahwa perusahaannya telah mengalami kerugian,
Mickey Monus menyembunyikan kerugiannya tersebut dan membuat Phar-Mor terlihat
menguntungkan. Walaupun motivasi untuk melakukan kecurangan laporan keuangan
berbeda, hasilnya selalu sama, yakni adanya konsekuensi yang merugikan bagi
perusahaan, investor, dan pihak- pihak yang terkait.
E.KERANGKA KERJA UNTUK MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN
KEUANGAN
Mengidentifikasi eksposur kecurangan merupakan salah satu tahapan yang paling sulit
dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Mengidentifikasi eksposur dengan
benar berarti Anda harus memahami secara jelas kegiatan operasional dan sifat dasar dari
organisasi yang sedang Anda pelajari, seperti halnya mempelajari sifat dasar dari industri
dan para pesaingnya. Investigator harus memiliki pemahaman yang baik terkait
pengelolaan suatu organisasi dan apa yang memotivasi mereka. Investigator harus
memahami bagaimana perusahaan itu harusnya dikelola dan mengetahui bagaimana
hubungan perusahaan dengan pihak-pihak lain dan pengaruh dari masing-masing pihak
tersebut pada manajemen. Selain itu, auditor dan investigator harus menggunakan
penalaran strategik ketika berupaya mendeteksi kecurangan.
Penalaranstrategik mengacu pada kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan
metode penyembunyian kecurangan yang digunakan oleh pelaku kecurangan. Karena
auditor eksternal diminta untuk bertanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan laporan
keuangan yang bersifat material, penulis mencoba mengambil perspektif terkait
bagaimana seharusnya auditor eskternal menggunakan penalaran strategik. Namun,
proses penalaran ini dapat juga terjadi ketika auditor internal, komite audit, investigator
kecurangan, dan pihak-pihak lain mempertimbangkan berbagai upaya untuk mendeteksi
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.
Menyadari bahwa kewajiban auditor adalah untuk menilai kewajaran sebuah laporan
keuangan, pelaku kecurangan akan berupaya untuk menyembunyikan kecurangan yang
dilakukannya dari auditor. Dengan demikian, pada dasarnya kecurangan merupakan hal
yang strategik, sehingga kecenderungan manajemen untuk melakukan kecurangan
tergantung dari audit yang telah diperhitungkan sebelumnya, dan pendekatan auditor
untuk mendeteksi kecurangan dipengaruhi oleh potensi manajemen untuk melakukan
kecurangan. Sama halnya dengan permainan catur yang mengharuskan seseorang untuk
memperhitungkan potensi pergerakan lawannya pada saat lawannya juga akan melakukan
hal yang sama, seorang auditor yang sedang menyelidiki kecurangan akan sangat efektif
ketika auditor mempertimbangkan.
Ketika menerapkan penalaran strategik, auditor akan mempertimbangkan berbagai
pertanyaan berikut.
1. Skema kecurangan apa yang mungkin akan digunakan oleh manajemen untuk melakukan
kecurangan laporan keuangan? Contohnya, apakah manajemen mungkin akan mencatat
penjualan secara tidak tepat sebelum barang dikirim kepada pelanggan?
2. Jenis pengujian seperti apa yang akan digunakan untuk mendeteksi skema tersebut?
Contohnya, auditor sering kali memeriksa dokumen pengiriman untuk melakukan
validasi pengiriman pada pelanggan.
3. Bagaimana manajemen dapat menyembunyikan skema tersebut dari jenis pengujian yang
akan dilakukan? Contohnya, manajemen mungkin mengirim barang. ke gudang mereka
sendiri yang berlokasi di tempat, lain, sehingga dapat menunjukkan bukti pengiriman
kepada auditor.
4. Bagaimana jenis pengujian tertentu dapat dimodifikasi agar dapat mendeteksi skema
penyembunyian aset? Contohnya, auditor dapat mengumpulkan informasi mengenai
lokasi pengiriman untuk memastikan bahwa lokasi tersebut dimiliki atau disewa oleh
pelanggan atau melakukan wawancara kepada personel pengiriman untuk memastikan
apakah barang yang dijual selalu dikirim kepada pelanggan tersebut.
Kecurangan laporan keuangan jarang dapat terdeteksi hanya dengan menganalisis laporan
keuangan saja. Akan tetapi, kecurangan laporan keuangan biasanya terdeteksi ketika
informasi dalam laporan keuangan dibandingkan dengan situasi riil yang seharusnya
terwakili oleh angka- angka tersebut, dalam konteks manajemen yang sedang beroperasional
dan sedang termotivasi. Kecurangan sering kali terdeteksi dengan berfokus pada perubahan
aset, liabilitas, pendapatan, dan beban yang dilaporkan dari periode ke periode atau dengan
membandingkan kinerja perusahaan dengan rata-rata kinerja industri yang sejenis. Misalnya,
pada kasus kecurangan ZZZZ Best, laporan keuangan pada masing-masing periode terlihat
benar. Hanya ketika terdapat perubahan aset dan pendapatan dari periode ke periode yang
diuji serta ketika aset dan pendapatan yang dilaporkan dalam laporan keuangan dibandingkan
dengan proyek restorasi bangunan yang aktual, ditemukan bahwa laporan keuangan tersebut
tidak benar.
Selain itu, jenis analisis tertentu terhadap laporan keuangan (seperti rasio, analisis vertikal
dan analisis horizontal), penelitian menganjurkan agar auditor, investor, regulator, atau
pemeriksa kecurangan dapat memanfaatkan penggunaan ukuran kinerja nonkeuangan untuk
menilai kemungkinan adanya kecurangan. Hal ini diilustrasikan pada pengadilan mantan
CEO HealthSouth, Richard Scrushy, ketika jaksa menyatakan bahwa Scrushy mengetahui
bahwa ada sesuatu yang tidak benar pada laporan keuangan HealthSouth karena adanya
perbedaan antara kinerja hasil keuangan dan nonkeuangan dari perusahaan. Jaksa
menyebutkan bahwa ada peningkatan
jumlah pendapatan dan aset, sementara jumlah fasilitas HealthSouth mengalami penurunan.
"Dan, tidakkah ini menjadi pertanda bagi Anda?" tanya jaksa Colleen Conry dalam
persidangan. Conry menyebutkan bahwa risiko kecurangan laporan keuangan cukup tinggi di
HealthSouth karena data-data yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan tidak
konsisten dengan ukuran-ukuran nonkeuangan. Penggunaan data keuangan dan data
nonkeuangan untuk mendeteksi kecurangan merupakan salah satu dari empat pertimbangan
utama dalam kerangka kerja untuk mendeteksi kecurangan. Kami menyebut kerangka kerja
ini sebagai "kotak eksposur kecurangan (fraud exposure rectangle)."
F. MANAJEMEN DAN DEWAN DIREKSI
Sebagaimana statistik yang telah disajikan sebelumnya, manajemen puncak hampir selalu
terlibat ketika kecurangan laporan keuangan terjadi. Berbeda halnya dengan penggelapan dan
penyalahgunaan, kecurangan laporan keuangan biasanya dilakukan oleh individu dengan
posisi tertinggi di dalam organisasi, dan sering kali dilakukan atas nama organisasi, bukan
dilakukan terhadap organisasi. Karena manajemen biasanya terlibat, manajemen dan direksi
harus diinvestigasi untuk menentukan keterlibatan dan motivasi mereka dalam melakukan
kecurangan. Dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan, memperoleh pemahaman
mengenai manajemen dan apa yang memotivasi mereka paling tidak sama pentingnya
dengan memahami laporan keuangan tersebut. Khususnya, ada tiga aspek manajemen yang
harus diinvestigasi.
1. LATAR BELAKANG MANAJEMEN
Terkait dengan latar belakang ini, investigator kecurangan harus memahami jenis
organisasi dan aktivitas pihak manajemen dan direksi yang terkait di periode
sebelumnya. Dengan adanya internet saat ini, akan sangat mudah untuk melakukan
pencarian-pencarian sederhana mengenai seseorang.
2. PENGARUH MANAJEMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK
ORGANISASI
Terakhir, kemampuan manajemen untuk memengaruhi keputusan dalam organisasi
merupakan sesuatu yang penting untuk dipahami karena melakukan kecurangan jauh
lebih mudah ketika satu atau dua individu memiliki kekuasaan besar dalam
pengambilan keputusan daripada ketika organisasi memiliki pola kepemimpinan yang
lebih bersifat demokratis.
3. MOTIVASI MANAJEMEN
Banyak kecurangan laporan keuangan yang dilakukan karena manajemen harus
melaporkan pendapatan yang positif atau tinggi untuk menyokong harga saham,
menunjukkan laba positif untuk saham publik dan penawaran surat utang, atau
melaporkan keuntungan sebagai upaya memenuhi regulasi atau persyaratan pinjaman.
HUBUNGAN DENGAN LEMBAGA KEUANGAN
Hubungan kerjasama dalam bidang real estat seperti yang disebutkan sebelumnya,
melibatkan sebuah perusahaan Wisconsin yang melakukan pinjaman yang tidak sah
dari bank yang berlokasi pada negara bagian lain yang tidak memiliki tujuan bisnis.
Bank tersebut digunakan karena CEO dari perusahaan klien memiliki hubungan
dengan presiden direktur bank tersebut, yang kemudian memalsukan konfirmasi audit
yang dikirim oleh bank pada auditor.
HUBUNGAN DENGAN AUDITOR
Hubungan antara perusahaan dengan auditornya penting untuk dianalisis dengan
beberapa alasan. Jika terjadi pergantian auditor, mungkin ada alasan baik yang
mendorong terjadinya pergantian tersebut. KAP tidak akan begitu mudahnya
melepaskan klien dan menghentikan hubungan antara auditor dan auditee yang
sebagian besar disebabkan oleh kegagalan klien untuk melakukan pembayaran,
ketidaksepahaman yang terjadi di antara auditor dengan auditee, dan kecurigaan
auditor mengenai adanya kecurangan atau masalah-masalah lainnya, atau anggapan
auditee bahwa fee audit yang dibebankan terlalu tinggi. Walaupun sebagian dari
alasan ini, seperti fee yang tinggi, mungkin tidak mengindikasikan adanya potensi
erhadap masalah kecurangan, ketidaksepahaman yang erjadi di antara auditor dengan
auditee, ketidakmampuan ntuk membayar fee audit, dan dugaan terhadap berbagai
asalah dapat menjadi alasan yang mendorong terjadinya sus laporan keuangan. Fakta
bahwa auditor Derhentikan atau mengundurkan diri, serta kesulitan Editor di tahun
pertama untuk menemukan adanya urangan laporan keuangan, memberikan banyak
alas an.