Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI AUDIT FORENSIK

MAKALAH “KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN”

DI SUSUN OLEH:
NURMILLAH N ALI (921420061)
KELAS D

SEMESTER VI PRODI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
A. INDIKATOR PEMBELAJARAAN

1.1 Mendefinisikan kecurangan


1.2 Memahami jenis kecurangan
1.3 Memahami sifat dasar kecurangan
1.4 Menguraikan kerangka kerja untuk deteksi kecurangan
1.5 Mengidentifikasi ekposur kecurangan
1.6 Menjelaskan informasi keuangan dapat membantu menemukan kecurangan

B. MATERI PEMBELAJARAN

1.1 Masalah kecurangan laporan keuangan


1.2 Sifat dasar kecurangan laporan keuangan
1.3 Statistika kecurangan laporan keuangan
1.4 Motivasi kecurangan laporan keuangan
1.5 Kerangka kerja untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan
1.6 Manajemen dan dewan direksi
A. MASALAH KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Pasar saham dan obligasi merupakan komponen-komponen Amer penting dari sebuah sistem
ekonomi kapitalis. Efisiensi, paling likuiditas, dan daya tahan dari pasar ini tergantung pada
Serika kemampuan investor, pemberi pinjaman, dan pembuat kebijakan dalam menilai kinerja
keuangan dari bisnis- bisnis yang dapat meningkatkan jumlah modal. Laporan keuangan yang
disiapkan oleh organisasi semacam itu memainkan peranan yang sangat penting dalam menjaga
efisiensi pasar modal. Laporan keuangan menyajikan pengungkapan-pengungkapan yang
memiliki arti penting mengenai bagaimana perusahaan sebelumnya, bagaimana perusahaan saat
ini dan bagaimana arah perusahaan selanjutnya. Sebagian besar laporan keuangan dipersiapkan
dengan penuh integritas dan menyajikan representasi posisi keuangan secara wajar dari entitas
yang menerbitkan laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan disusun berdasarkan Prinsip
Akuntansi Berlaku Umum (PABU) yang menjadi panduan akuntansi untuk berbagai transaksi.
Sayangnya, laporan keuangan yang menggambarkan. posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu organisasi terkadang dengan sengaja salah disajikan. Salah saji dalam laporan keuangan
bisa jadi merupakan akibat dari adanya tindakan manipulasi, pemalsuan, atau melakukan
perubahan dalam catatan akuntansi. Laporan keuangan yang salah saji dapat menjadi
permasalahan serius dalam pasar dan situasi perekonomian. Laporan keuangan semacam itu
dapat juga menimbulkan kerugian besar bagi para investor, kurangnya kepercayaan pada pasar
dan sistem akuntansi yang ada, serta proses peradilan juga rasa malu yang harus ditanggung oleh
individu atau organisasi yang terlibat dalam kecurangan laporan keuangan tersebut.
KECURANGAN LAPORAN BEBERAPA TAHUN TERAKHIR
Selama tahun 2000-2002, ada sejumlah pengungkapan terhadap pelanggaran yang dilakukan
oleh perusahaan di Amerika Serikat termasuk kecurangan laporan keuangan, yang telah
menimbulkan krisis kepercayaan pada pasar modal. Krisis tersebut telah menyebabkan
penurunan nilai pasar seluruh saham perusahaan publik sebesar $15 triliun. Sebelum berfokus
pada kecurangan laporan keuangan, alangkah lebih baik bila meninjau beberapa penyelewengan
yang terjadi selama periode tersebut guna mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai
penyebab adanya krisis serius yang dialami oleh perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat.
Berikut beberapa penyelewengan yang paling terkenal dalam sejarah perusahaan di Amerika
Serikat.
 Salah saji laporan keuangan atau "pengolahan pembukuan-cooking the books":
Contohnya adalah Qwest, Enron, Global Crossing, WorldCom, dan Xerox. Beberapa
kecurangan tersebut melibatkan 20 orang atau lebih yang membantu menyajikan hasil
kinerja keuangan yang fiktif.
 Pemberian pinjaman secara tidak tepat kepada para eksekutif dan corporate
looting: Contohnya adalah John Rigas (Adelphia), Dennis Kozlowski (Tyco), dan Bernie
Ebbers (WorldCom).
 Skandal perdagangan yang melibatkan orang dalam perusahaan: Contoh yang
paling terkenal adalah Martha Stewart and Sam Waksal, keduanya dihukum karena
menggunakan informasi internal dari orang dalam perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari perdagangan saham ImClone.
 Mengistimewakan Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering-IPO),
termasuk di antaranya spinning dan laddering: (spinning merupakan pemberian
kesempatan IPO pada pihak- pihak yang menawarkan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu (quid pro quo), dan praktik laddering adalah pemberian IPO kepada pihak-pihak
yang berjanji untuk membeli tambahan saham ketika harga mengalami kenaikan).
Contohnya adalah Bernie Ebbers (WorldCom) dan Jeff Skilling (Enron).
 Tunjangan pensiun yang berlebihan pada CEO: Delta, PepsiCo, AOL Time Warner,
Ford, GE, dan IBM sangat dikritik karena memberikan berbagai tunjangan dalam jumlah
yang sangat besar dan mahal, seperti kontrak-kontrak konsultasi berbiaya mahal,
penggunaan pesawat-pesawat perusahaan, apartemen untuk para eksekutif, dan pembantu
bagi eksekutif yang sudah memasuki masa pensiun.
 Kompensasi yang berlebihan (baik secara tunai maupun dalam bentuk saham)
kepada para eksekutif: Banyak eksekutif seperti Bernie Ebbers (WorldCom) dan
Richard Grasso (NYSE) menerima kompensasi yang sangat besar baik secara tunai
maupun kompensasi berbasis ekuitas yang ditetapkan secara berlebihan.
Pada tahun 2006, banyak perusahaan telah diinvestigasi oleh SEC karena praktik
penanggalan kembali (backdating) opsi saham. Opsi saham merupakan metode pemberian
kompensasi yang umum kepada para eksekutif yang memungkinkan manajemen puncak
melakukan pembelian saham pada tingkat harga saham yang sudah ditetapkan. Jika jumlah
saham nak pada kisaran harga yang telah ditetapkan tersebut, maka para pemegang opsi
saham dapat menggunakan opsi tersebut untuk mengambil keuntungan dari kenaikan harga
saham. Backdating merupakan praktik yang secara sengaja mengubah tanggal efektif dari
opsi saham dengan tujuan mendapatkan tambahan kompensasi bagi manajemen. Dengan
kesepakatan backdating terhadap opsi, manajemen dari beberapa perusahaan mendapatkan
modal saham pada harga terendah dalam tahun yang bersangkutan. Kemudian, manajemen
dapat menjual saham-saham tersebut pada harga yang lebih tinggi dan mendapatkan Enron
keuntungan dari selisih harga tersebut.
Sekitar 270 perusahan mengakui melakukan praktik backdating pada kontrak opsi mereka.
Backdating pada opsi telah mengakibatkan peningkatan kompensasi bagi eksekutif
perusahaan senilai jutaan dolar dengan mengakumulasikan beban kepada pemegang saham,
hal ini juga mengakibatkan adanya salah saji dalam pembuatan laporan keuangan, yang pada
gilirannya membuat perusahaan yang bersangkutan harus melakukan penyajian ulang
terhadap laporan keuangan yang salah saji tersebut. Perusahaan-perusahaan yang melakukan
praktik backdating pada opsi saham mereka juga dianggap melakukan pelanggaran terhadap
peraturan pajak penghasilan, karena perbedaan antara harga yang diberikan pada tanggal
backdating dilakukan dengan harga pasar pada tanggal opsi itu benar-benar diberikan
seharusnya merupakan bagian dari penghasilan kena pajak bagi para eksekutif.
Pada saat ini pun, krisis subprime lending telah memicu terjadinya "resesi besar" yang
disertai oleh adanya kecurangan laporan keuangan dalam skala besar yang terjadi di Satyam
Computer Services di India. Pada Januari 2009, pimpinan Satyam, Ramalinga Raju,
mengakui adanya pemalsuan aset senilai miliaran dolar dalam pembukuan Satyam.
Walaupun rincian bagaimana terjadinya kecurangan tersebut tidak dipublikasikan, publik
mengetahui adanya penggelembungan saldo kas senilai lebih dari satu miliar dolar! Selain
Satyam, runtuhnya Lehman Brothers Holdings, Inc. yang terjadi pada tahun 2008 juga terkait
dengan adanya manipulasi laporan keuangan akibat dugaan kecurangan laporan keuangan.
Mengapa Permasalahan Ini Terjadi
Masalah-masalah yang telah dibahas sebelumnya memperlihatkan adanya kompromi etis.
Penjelasan yang telah dibahas sebelumnya mengenai alasan seseorang melakukan
kecurangan lainnya juga berlaku pada kecurangan laporan keuangan. Perlu diingat kembali
bahwa terdapat tiga elemen yang muncul secara bersamaan, yang mendorong terjadinya
kecurangan secara keseluruhan: (1) tekanan yang dirasakan, (2) peluang/kesempatan yang
dimiliki, dan (3) kemampuan untuk merasionalisasi kecurangan sebagai sesuatu yang dapat
diterima. Apakah tindakan tidak jujur tersebut, termasuk tindakan kecurangan terhadap
perusahaan, seperti penggelapan yang dilakukan oleh pegawai, sebagaimana yang telah
dibahas sebelumnya, ataukah termasuk tindakan kecurangan yang mengatasnamakan
perusahaan, seperti kecurangan laporan keuangan yang akan dibahas nanti, ketiga elemen
tersebut akan selalu ada. Gambar 2.1. menunjukkan segitiga kecurangan (fraud triangle) yang
telah dibahas pada bagian sebelumnya dalam buku ini.

Setiap pelaku kecurangan selalu dihadapkan dengan berbagai jenis tekanan yang dirasakan.
Contoh-contoh dari tekanan yang dirasakan, yang dapat mendorong terjadinya kecurangan
laporan keuangan antara lain adalah kerugian finansial, kegagalan dalam memenuhi
ekspektasi pendapatan dari Wall Street, atau ketidakmampuan untuk bersaing dengan
perusahaan lain. Kompensasi untuk para eksekutif dalam bentuk opsi saham sering kali lebih
besar dari kompensasi dalam bentuk lainnya, dan bahkan bisa mencapai puluhan juta dolar.
Sistem kompensasi seperti ini yang kemudian menyebabkan para eksekutif memiliki tekanan
yang besar untuk meningkatkan nilai saham mereka karena peningkatan harga saham yang
kecil saja dapat memberikan kompensasi senilai jutaan dolar bagi manajemen.
Pelaku kecurangan juga mesti pintar melihat suatu peluang/kesempatan yang dimiliki atau
mereka tidak akan melakukan kecurangan. Walaupun kuatnya tekanan yang dirasakan, para
eksekutif yang meyakini bahwa mereka akan tertangkap dan dihukum apabila melakukan
kecurangan, jarang sekali yang benar-benar melakukan kecurangan. Dengan kata lain, para
eksekutif yang percaya bahwa mereka memiliki peluang/kesempatan (untuk melakukan
dan/atau menyembunyikan kecurangan) sering kali menyerah pada tekanan yang dirasakan.
Peluang/ kesempatan yang dimiliki untuk melakukan kecurangan manajemen dipicu oleh
faktor-faktor seperti lemahnya. keberadaan dewan direksi atau adanya pengendalian internal
yang tidak memadai dan kemampuan untuk menyembunyikan kecurangan di balik transaksi-
transaksi yang kompleks atau melalui pola-pola transaksi dengan pihak-pihak terkait lainnya.
Beberapa pokok pengendalian dapat mengeliminir peluang/kesempatan yang dimiliki untuk
melakukan kecurangan dalam laporan keuangan seperti adanya audit yang independen serta
adanya dewan direksi dalam posisi yang kuat. Karena manajemen dapat mengesampingkan
hampir semua jenis pengendalian internal, komite audit yang ada dalam dewan direksi dan
auditor independen sering melakukan pengecekan- pengecekan akhir untuk mencegah
terjadinya kecurangan laporan keuangan.
Terakhir, pelaku kecurangan harus memiliki berbagai cara untuk merasionalisasi tindakan
mereka melakukan kecurangan sebagai sesuatu yang dapat diterima. Bagi para eksekutif
perusahaan, rasionalisasi untuk melakukan kecurangan di antaranya berupa pemikiran seperti
"kami harus melakukan proteksi terhadap para pemegang saham.
dan menjaga agar harga saham tetap tinggi," "semua perusahaan melakukan praktik-praktik
akuntansi yang agresif," "ini demi kebaikan perusahaan," atau "masalah ini hanya sementara
dan akan segera diimbangi oleh hasil- hasil yang positif di masa mendatang."
Segitiga kecurangan (fraud triangle) memberikan pandangan mengenai mengapa akhir-akhir
ini banyak terjadi kompromi etis. Kami meyakini bahwa ada sembilan faktor yang muncul
secara bersamaan yang menyebabkan apa yang kami sebut sebagai perfect fraud storm.
Dalam menjelaskan "perfect storm" ini, kami akan menggunakan contoh-contoh dari kasus-
kasus kecurangan yang terjadi belakangan ini.
B. SIFAT DASAR KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Kecurangan laporan keuangan, seperti halnya kecurangan lainnya, mengandung unsur
penipuan dan upaya penyembunyian secara disengaja. Kecurangan laporan keuangan dapat
disembunyikan melalui dokumentasi fiktif, yang termasuk di dalamnya pemalsuan dokumen.
Kecurangan laporan keuangan dapat disembunyikan melalui kolusi antara manajemen,
pegawai, atau pihak ketiga. Sayangnya, seperti kecurangan lainnya, kecurangan laporan
keuangan jarang sekali dapat terlihat. Namun, indikator kecurangan, dan sejumlah indikator
lainnya. yang biasanya dapat diamati. Karena apa yang muncul sebagai indikator dapat
disebabkan oleh faktor lain yang masuk akal, munculnya indikator kecurangan tidak selalu
mengindikasikan adanya kecurangan. Misalnya, dokumen bisa saja hilang, perhitungan buku
besar yang tidak sesuai, atau hubungan analitis yang tidak masuk akal. Namun, kondisi-
kondisi tersebut dapat disebabkan oleh faktor lain selain kecurangan. Dokumen yang sah
mungkin memang benar-benar hilang, perhitungan buku besar bisa saja tidak sesuai karena
kesalahan akuntansi yang tidak disengaja, dan hubungan analitis di luar ekspektasi dapat
disebabkan oleh perubahan yang tidak diketahui dalam faktor-faktor ekonomi yang
mendasarinya. Kehati-hatian harus tetap digunakan, bahkan ketika laporan mengenai dugaan
kecurangan diterima, karena orang yang memberikan informasi atau mengajukan pengaduan
tersebut bisa saja keliru atau mungkin termotivasi untuk membuat dakwaan yang tidak benar.
Indikator kecurangan tidak dapat dengan mudah diklasifikasikan berdasarkan arti pentingnya
atau dikombinasikan menjadi model-model yang dapat memprediksi keberadaan kecurangan
secara efektif. Signifikansi indikator kecurangan sangat bervariasi. Beberapa faktor kadang
tetap akan muncul walaupun kecurangan tidak terjadi; atau sejumlah kecil indikator mungkin
saja muncul ketika kecurangan terjadi. Sering kali, bahkan ketika diduga terjadi kecurangan,
akan sangat sulit untuk membuktikannya. Tanpa adanya pengakuan, dokumen yang benar-
benar terlihat fiktif, atau sejumlah tindakan kecurangan yang sama dan dilakukan berulang-
ulang (sehingga dapat disimpulkan terjadi kecurangan dari polanya), menuduh seseorang
melakukan kecurangan laporan keuangan dapat menjadi sangat sulit. Karena adanya
kesulitan dalam mendeteksi dan membuktikan kecurangan, investigator harus sangat berhati-
hati dalam melakukan pemeriksaan kecurangan, menghitung jumlah kecurangan, atau
melakukan berbagai macam perikatan kerja terkait dengan kecurangan.
C. STATISTIK KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Sangat sulit untuk mengetahui seberapa sering kecurangan laporan keuangan terjadi karena
sebagian kecurangan laporan keuangan tidak terdeteksi. Salah satu cara untuk mengukurnya
adalah dengan melihat Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAERs) yang
dikeluarkan oleh SEC. Satu atau lebih aturan biasanya diterbitkan ketika kecurangan laporan
keuangan terjadi pada sebuah perusahaan yang telah memperdagangkan saham mereka
kepada publik.
Beberapa studi telah melakukan kajian terhadap AAERS. Salah satu pembahasan yang
pertama dan paling komprehensif adalah Report of the National Commision on Fraudulent
Financial Reporting yang dikeluarkan oleh National Commission on Fraudulent Financial
Reporting (Treadway Commission). Laporan Treadway Commission menemukan bahwa
walaupun kecurangan laporan keuangan tidak terlalu sering terjadi, kecurangan tersebut tetap
sangat merugikan. Treadway Commission melakukan studi terhadap kecurangan yang terjadi
selama sepuluh tahun yang berakhir pada tahun 1987. Studi ini mengkaji 119 tindakan
hukum yang dilakukan oleh SEC pada periode tahun 1981 sampai tahun 1986.
Pada tahun 1999, Committee of Sponsoring Organizations (COSO) merilis studi pertama dari
dua studi yang mereka sponsori terkait kecurangan laporan keuangan yang diinvestigasi oleh
SEC, yang terjadi selama tahun 1987-1997.7 Studi ini menemukan bahwa ada sekitar 300
kecurangan laporan keuangan yang menjadi subjek dari peraturan SEC selama periode
tersebut. Ada 204 sampel acak dari kecurangan laporan keuangan tersebut mengungkapkan
hal-hal berikut.
1. Rata-rata kecurangan yang terjadi akhir-akhir ini berlangsung sekitar dua tahun.
2. Pengakuan pendapatan yang tidak sesuai, perhitungan aset yang lebih saji, dan
perhitungan biaya yang kurang saji merupakan metode kecurangan yang sangat
umum digunakan. Metode kecurangan tersebut dan metode kecurangan lainnya akan
dibahas secara lebih terinci pada bab-bab berikutnya.
3. Besarnya rata-rata kecurangan secara kumulatif adalah $25 juta (nilai median $4,1
juta).
4. Sebanyak 72 persen kasus kecurangan laporan keuangan dilakukan oleh CEO.
5. Rata-rata nilai aset dari perusahaan yang melakukan kecurangan adalah $532 juta
(nilai median $16 juta) dan rata-rata pendapatan $232 juta (nilai median $13 juta).
6. Perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan biasanya menanggung
konsekuensi berat. Contohnya, 36 persen perusahaan yang mengajukan pernyataan
kebangkrutan sebagaimana yang dibahas pada Bab 11 dideskripsikan sebagai
"perusahaan yang mati/ditutup" pada AAERS, atau diambil alih pengelolaannya oleh
regulator negara bagian atau regulator federal setelah kecurangan terjadi
7. Kebanyakan perusahaan ini tidak memiliki komite audit atau hanya bertemu satu kali
dalam satu tahun dengan komite audit mereka. Posisi dewan direksi pada perusahaan
mereka sering diisi oleh "orang dalam," bukannya direksi yang independen.
8. Dewan direksi yang didominasi oleh orang dalam dan direksi "abu-abu" (yaitu direksi
dari pihak luar yang memiliki hubungan khusus dengan pihak manajemen atau
perusahaan) dengan kepemilikan ekuitas yang besar dan terlihat memiliki sedikit
pengalaman sebagai direksi pada perusahaan lain. Hubungan keluarga antara direksi
dengan pegawai merupakan sesuatu yang biasa terjadi, seperti halnya individu yang
memiliki kekuasaan besar.
9. Beberapa perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan menderita
kerugian bersih atau mendekati titik impas pada periode sebelum kecurangan terjadi.
10. Hanya lebih dari 25 persen dari perusahaan mengganti auditor mereka selama periode
terjadinya kecurangan tersebut. Perusahaan yang melakukan kecurangan memiliki
KAP dengan berbagai ukuran yang berbeda sebagai auditor eksternal mereka. Auditor
menjadi subjek pembahasan dari AAERS lebih dari 25 persen, yang kemudian secara
eksplisit menyebutkan nama individu. Sebagian besar auditor yang disebutkan
namanya tersebut bukan berasal dari KAP terbesar (yaitu Big Eight atau Big Six).
Temuan ini konsisten dengan studi yang dilakukan oleh Auditing Practices Board (APB)
di Inggris. Studi ini menemukan bahwa mayoritas kecurangan laporan keuangan
dilakukan oleh manajemen perusahaan dan bahwa kecurangan laporan keuangan tersebut
bukanlah berupa pencurian secara langsung dan kemungkinan tidak akan terdeteksi oleh
auditor eksternal. Enam puluh lima persen dari kasus tersebut disertai adanya salah saji
terhadap data keuangan hanya untuk menaikkan harga saham atau menyembunyikan
kerugian." Tidak lama setelah studi COSO tahun 1999, terdapat studi lainnya yang
dilakukan oleh SEC yang didasarkan pada Section 704 Sarbanes-Oxley Act.
Ketentuannya adalah SEC melakukan studi terhadap semua tindakan hukum yang
diajukan selama periode 31 Juli 1997 hingga
30 Juli 2002 yang didasarkan pada pelaporan keuangan yang tidak sesuai, kecurangan,
kegagalan audit, atau pelanggaran terhadap independensi auditor. Selama periode studi
tersebut, SEC mengajukan 515 tindakan hukum atas pelanggaran pengungkapan dan
pelaporan keuangan yang melibatkan 164 entitas yang berbeda. Jumlah tindakan dalam
studi selama lima tahun tersebut adalah sebagai berikut.
D. MOTIVASI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
Motivasi untuk menyajikan laporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan cukup
beragam. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya dalam analisis perfect storm,
terkadang motivasinya adalah untuk memberikan dukungan agar harga saham tetap tinggi
atau untuk dukungan terhadap penawaran obligasi dan saham. Di sisi lain, ada motivasi
untuk meningkatkan harga saham perusahaan atau untuk memaksimalkan bonus bagi
manajemen. Pada beberapa perusahaan yang telah menerbitkan laporan keuangan yang
mengandung unsur kecurangan, eksekutif puncak mereka telah memiliki saham atau opsi
saham perusahaan dalam jumlah yang besar dan perubahan pada harga saham perusahaan
akan memberikan dampak besar terhadap kekayaan bersih yang dimilikinya secara
pribadi. Terkadang, manajer divisi melaporkan hasil kinerja keuangan yang lebih saji dari
divisi yang dipimpinnya untuk memenuhi ekspektasi perusahaan. Sering kali, manajemen
merasakan tingginya tekanan ketika dihadapkan dengan kegagalan atau kecurangan.
beberapa manajer divisi tersebut akhirnya memilih untuk melakukan tindakan
kecurangan. Dalam kasus Phar-Mor, Mickey Monus mengharapkan agar perusahaannya
dapat berkembang pesat, sehingga dia menurunkan harga 300 jenis barang yang "sensitif
terhadap harga Barang-barang tersebut mendapatkan potongan harga yang sedemikian
besar, sehingga barang-barang tersebut akhirnya terjual di bawah harga perolehannya,
yang pada akhirnya menghasilkan kerugian untuk setiap penjualan yang terjadi. Strategi
ini membantu Fhar-Mor mendapatkan pelanggan baru dan membuka banyak toko baru
setiap tahunnya. Namun, strategi tersebut telah mengakibatkan kerugian besar bagi
perusahaan, dan daripada mengakui bahwa perusahaannya telah mengalami kerugian,
Mickey Monus menyembunyikan kerugiannya tersebut dan membuat Phar-Mor terlihat
menguntungkan. Walaupun motivasi untuk melakukan kecurangan laporan keuangan
berbeda, hasilnya selalu sama, yakni adanya konsekuensi yang merugikan bagi
perusahaan, investor, dan pihak- pihak yang terkait.
E.KERANGKA KERJA UNTUK MENDETEKSI KECURANGAN LAPORAN
KEUANGAN
Mengidentifikasi eksposur kecurangan merupakan salah satu tahapan yang paling sulit
dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Mengidentifikasi eksposur dengan
benar berarti Anda harus memahami secara jelas kegiatan operasional dan sifat dasar dari
organisasi yang sedang Anda pelajari, seperti halnya mempelajari sifat dasar dari industri
dan para pesaingnya. Investigator harus memiliki pemahaman yang baik terkait
pengelolaan suatu organisasi dan apa yang memotivasi mereka. Investigator harus
memahami bagaimana perusahaan itu harusnya dikelola dan mengetahui bagaimana
hubungan perusahaan dengan pihak-pihak lain dan pengaruh dari masing-masing pihak
tersebut pada manajemen. Selain itu, auditor dan investigator harus menggunakan
penalaran strategik ketika berupaya mendeteksi kecurangan.
Penalaranstrategik mengacu pada kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan
metode penyembunyian kecurangan yang digunakan oleh pelaku kecurangan. Karena
auditor eksternal diminta untuk bertanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan laporan
keuangan yang bersifat material, penulis mencoba mengambil perspektif terkait
bagaimana seharusnya auditor eskternal menggunakan penalaran strategik. Namun,
proses penalaran ini dapat juga terjadi ketika auditor internal, komite audit, investigator
kecurangan, dan pihak-pihak lain mempertimbangkan berbagai upaya untuk mendeteksi
kecurangan yang dilakukan oleh manajemen.
Menyadari bahwa kewajiban auditor adalah untuk menilai kewajaran sebuah laporan
keuangan, pelaku kecurangan akan berupaya untuk menyembunyikan kecurangan yang
dilakukannya dari auditor. Dengan demikian, pada dasarnya kecurangan merupakan hal
yang strategik, sehingga kecenderungan manajemen untuk melakukan kecurangan
tergantung dari audit yang telah diperhitungkan sebelumnya, dan pendekatan auditor
untuk mendeteksi kecurangan dipengaruhi oleh potensi manajemen untuk melakukan
kecurangan. Sama halnya dengan permainan catur yang mengharuskan seseorang untuk
memperhitungkan potensi pergerakan lawannya pada saat lawannya juga akan melakukan
hal yang sama, seorang auditor yang sedang menyelidiki kecurangan akan sangat efektif
ketika auditor mempertimbangkan.
Ketika menerapkan penalaran strategik, auditor akan mempertimbangkan berbagai
pertanyaan berikut.
1. Skema kecurangan apa yang mungkin akan digunakan oleh manajemen untuk melakukan
kecurangan laporan keuangan? Contohnya, apakah manajemen mungkin akan mencatat
penjualan secara tidak tepat sebelum barang dikirim kepada pelanggan?
2. Jenis pengujian seperti apa yang akan digunakan untuk mendeteksi skema tersebut?
Contohnya, auditor sering kali memeriksa dokumen pengiriman untuk melakukan
validasi pengiriman pada pelanggan.
3. Bagaimana manajemen dapat menyembunyikan skema tersebut dari jenis pengujian yang
akan dilakukan? Contohnya, manajemen mungkin mengirim barang. ke gudang mereka
sendiri yang berlokasi di tempat, lain, sehingga dapat menunjukkan bukti pengiriman
kepada auditor.
4. Bagaimana jenis pengujian tertentu dapat dimodifikasi agar dapat mendeteksi skema
penyembunyian aset? Contohnya, auditor dapat mengumpulkan informasi mengenai
lokasi pengiriman untuk memastikan bahwa lokasi tersebut dimiliki atau disewa oleh
pelanggan atau melakukan wawancara kepada personel pengiriman untuk memastikan
apakah barang yang dijual selalu dikirim kepada pelanggan tersebut.
Kecurangan laporan keuangan jarang dapat terdeteksi hanya dengan menganalisis laporan
keuangan saja. Akan tetapi, kecurangan laporan keuangan biasanya terdeteksi ketika
informasi dalam laporan keuangan dibandingkan dengan situasi riil yang seharusnya
terwakili oleh angka- angka tersebut, dalam konteks manajemen yang sedang beroperasional
dan sedang termotivasi. Kecurangan sering kali terdeteksi dengan berfokus pada perubahan
aset, liabilitas, pendapatan, dan beban yang dilaporkan dari periode ke periode atau dengan
membandingkan kinerja perusahaan dengan rata-rata kinerja industri yang sejenis. Misalnya,
pada kasus kecurangan ZZZZ Best, laporan keuangan pada masing-masing periode terlihat
benar. Hanya ketika terdapat perubahan aset dan pendapatan dari periode ke periode yang
diuji serta ketika aset dan pendapatan yang dilaporkan dalam laporan keuangan dibandingkan
dengan proyek restorasi bangunan yang aktual, ditemukan bahwa laporan keuangan tersebut
tidak benar.
Selain itu, jenis analisis tertentu terhadap laporan keuangan (seperti rasio, analisis vertikal
dan analisis horizontal), penelitian menganjurkan agar auditor, investor, regulator, atau
pemeriksa kecurangan dapat memanfaatkan penggunaan ukuran kinerja nonkeuangan untuk
menilai kemungkinan adanya kecurangan. Hal ini diilustrasikan pada pengadilan mantan
CEO HealthSouth, Richard Scrushy, ketika jaksa menyatakan bahwa Scrushy mengetahui
bahwa ada sesuatu yang tidak benar pada laporan keuangan HealthSouth karena adanya
perbedaan antara kinerja hasil keuangan dan nonkeuangan dari perusahaan. Jaksa
menyebutkan bahwa ada peningkatan

jumlah pendapatan dan aset, sementara jumlah fasilitas HealthSouth mengalami penurunan.
"Dan, tidakkah ini menjadi pertanda bagi Anda?" tanya jaksa Colleen Conry dalam
persidangan. Conry menyebutkan bahwa risiko kecurangan laporan keuangan cukup tinggi di
HealthSouth karena data-data yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan tidak
konsisten dengan ukuran-ukuran nonkeuangan. Penggunaan data keuangan dan data
nonkeuangan untuk mendeteksi kecurangan merupakan salah satu dari empat pertimbangan
utama dalam kerangka kerja untuk mendeteksi kecurangan. Kami menyebut kerangka kerja
ini sebagai "kotak eksposur kecurangan (fraud exposure rectangle)."
F. MANAJEMEN DAN DEWAN DIREKSI
Sebagaimana statistik yang telah disajikan sebelumnya, manajemen puncak hampir selalu
terlibat ketika kecurangan laporan keuangan terjadi. Berbeda halnya dengan penggelapan dan
penyalahgunaan, kecurangan laporan keuangan biasanya dilakukan oleh individu dengan
posisi tertinggi di dalam organisasi, dan sering kali dilakukan atas nama organisasi, bukan
dilakukan terhadap organisasi. Karena manajemen biasanya terlibat, manajemen dan direksi
harus diinvestigasi untuk menentukan keterlibatan dan motivasi mereka dalam melakukan
kecurangan. Dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan, memperoleh pemahaman
mengenai manajemen dan apa yang memotivasi mereka paling tidak sama pentingnya
dengan memahami laporan keuangan tersebut. Khususnya, ada tiga aspek manajemen yang
harus diinvestigasi.
1. LATAR BELAKANG MANAJEMEN
Terkait dengan latar belakang ini, investigator kecurangan harus memahami jenis
organisasi dan aktivitas pihak manajemen dan direksi yang terkait di periode
sebelumnya. Dengan adanya internet saat ini, akan sangat mudah untuk melakukan
pencarian-pencarian sederhana mengenai seseorang.
2. PENGARUH MANAJEMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK
ORGANISASI
Terakhir, kemampuan manajemen untuk memengaruhi keputusan dalam organisasi
merupakan sesuatu yang penting untuk dipahami karena melakukan kecurangan jauh
lebih mudah ketika satu atau dua individu memiliki kekuasaan besar dalam
pengambilan keputusan daripada ketika organisasi memiliki pola kepemimpinan yang
lebih bersifat demokratis.
3. MOTIVASI MANAJEMEN
Banyak kecurangan laporan keuangan yang dilakukan karena manajemen harus
melaporkan pendapatan yang positif atau tinggi untuk menyokong harga saham,
menunjukkan laba positif untuk saham publik dan penawaran surat utang, atau
melaporkan keuntungan sebagai upaya memenuhi regulasi atau persyaratan pinjaman.
HUBUNGAN DENGAN LEMBAGA KEUANGAN
Hubungan kerjasama dalam bidang real estat seperti yang disebutkan sebelumnya,
melibatkan sebuah perusahaan Wisconsin yang melakukan pinjaman yang tidak sah
dari bank yang berlokasi pada negara bagian lain yang tidak memiliki tujuan bisnis.
Bank tersebut digunakan karena CEO dari perusahaan klien memiliki hubungan
dengan presiden direktur bank tersebut, yang kemudian memalsukan konfirmasi audit
yang dikirim oleh bank pada auditor.
HUBUNGAN DENGAN AUDITOR
Hubungan antara perusahaan dengan auditornya penting untuk dianalisis dengan
beberapa alasan. Jika terjadi pergantian auditor, mungkin ada alasan baik yang
mendorong terjadinya pergantian tersebut. KAP tidak akan begitu mudahnya
melepaskan klien dan menghentikan hubungan antara auditor dan auditee yang
sebagian besar disebabkan oleh kegagalan klien untuk melakukan pembayaran,
ketidaksepahaman yang terjadi di antara auditor dengan auditee, dan kecurigaan
auditor mengenai adanya kecurangan atau masalah-masalah lainnya, atau anggapan
auditee bahwa fee audit yang dibebankan terlalu tinggi. Walaupun sebagian dari
alasan ini, seperti fee yang tinggi, mungkin tidak mengindikasikan adanya potensi
erhadap masalah kecurangan, ketidaksepahaman yang erjadi di antara auditor dengan
auditee, ketidakmampuan ntuk membayar fee audit, dan dugaan terhadap berbagai
asalah dapat menjadi alasan yang mendorong terjadinya sus laporan keuangan. Fakta
bahwa auditor Derhentikan atau mengundurkan diri, serta kesulitan Editor di tahun
pertama untuk menemukan adanya urangan laporan keuangan, memberikan banyak
alas an.

HUBUNGAN DENGAN PENGACARA


Hubungan dengan pengacara memiliki risiko yang besar daripada hubungan dengan
auditor. Ketika au diharuskan untuk bersikap independen dan din mengundurkan diri
ketika mereka menduga bahwa keuangan tidaklah tepat, pengacara biasanya mendu
kliennya dan sering kali mengikuti dan mendukung mereka hingga jelas terbukti
bahwa kecurangan benar-b terjadi. Selain itu, pengacara biasanya memiliki infor
mengenai kesulitan hukum klien, masalah regulasi, berbagai hal penting lainnya.
Sama halnya dengan aud pengacara jarang sekali melepaskan hubungan dengan 1
yang menguntungkan kecuali terjadi suatu kesalahan benar-benar serius. Oleh karena
itu, pergantian lemb hukum tanpa sebab yang jelas patut menjadi perhat Sayangnya,
tidak seperti pada pergantian auditory mengharuskan perusahaan publik mengajukan
form kertas kerja 8 kolom (8-K), tidak ada syarat pelapo sejenis untuk pergantian
pengacara.
HUBUNGAN DENGAN INVESTOR
Hubungan dengan investor penting karena kecuranga laporan keuangan sering
terdorong oleh adanya penawara utang atau penawaran ekuitas pada investor. Selain
itu pengetahuan mengenai jumlah dan ragam investor (publik versus privat, besar
versus kecil, institusional versus individual, dan sebagainya) sering kali dapat
memberikan indikasi mengenai tingkatan tekanan dan pengawasan publik terhadap
manajemen perusahaan dan kinerja keuangannya.
SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan kecurangan laporan keuangan?
2. Mengapa laporan keuangan penting bagi keefektifan kegiatan operasional dari pasar
modal?
3. Siapa yang biasanya melakukan kecurangan laporan keuangan?
4. Mengapa CEO menjadi pelaku kecurangan laporan keuangan?
5. Apa saja cara paling umum yang digunakan untuk menyembunyikan kecurangan
laporan keuangan?

Anda mungkin juga menyukai