Lohman Brothers
Tahun 1997, Parmalat masuk ke pasar finansial dunia dengan melakukan beberapa
akuisisi dengan utang termasuk diantaranya Western Hemisphere. Kondisi Parmalat mulai
menurun dari tahun 2001 dan pada tahun 2003, Parmalat terlibat kasus manipulasi yang
berujung pada bangkrutnya perusahaan Parmalat. Kasus ini menghebohkan Italia, di mana
hampir semua oarng mengenal nama Parmalat. Kasus penerbitan laporan keuangan palsu
senilai US$ 18 miliar ini telah menyesatkan otoritas pasar saham Italia. Terdapat 16
tersangaka yang berkaitan dalam kasus in, yaitu termasuk Chief Financial Officer
perusahaan Parmalat, Saudara serta dua anak Calisto Tanzi, akuntan yanng ada dalam
Parmalat, dan direktur-direktur Parmalat. Selain itu, kasus ini juga melibatkan dua auditor
besar yang mengaudit parmalat, Deloitte & Touche dan Grant Thornton
Dari kasus ini banyak terjadi perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis paling paling
mengemuka disini adalah adalah adanya manipulasi laporan keuangan untuk
menunjukkan seolah-olah kinerja perusahaan baik. Andersen telah menciderai
kepercayaan dari pihak stock holder untuk memberikan suatu informasi yang adil
mengenai pertanggungjawaban dari pihak agen dalam mengemban amanah.
Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan
dengan nilai-nilai keadilan dalam Islam dan dalam bisnis membahayakan. Faktor
penyebab kecurangan tersebut diantaranya dilatarbelakangi oleh sikap tidak etis, tidak
jujur, karakter moral yang rendah, dominasi kepercayaan, dan lemahnya pengendalian.
Hal tersebut akan dapat dihindari melalui meningkatkan moral, akhlak, etika, perilaku,
dan lain sebagainya, karena tindakan yang bermoral akan memberikan implikasi terhadap
kepercayaan publik.
Untuk itulah kode etik profesi harus dibuat untuk menopang praktik yang sehat
bebas dari kecurangan. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang
baik dan tidak baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota
profesi baik dalam berhubungan dengan kolega, klien, publik dan karyawan sendiri.
Xerox Corp sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam
melaksanakan tugasnya. Hal ini terjadi akibat keegoisan satu pihak terhadap pihak lain
atas penipuan laporan keuangan secara sengaja, hasil dari praktik bisnis yang tidak etis
tersebut adalah harga saham Xerox Corp yang anjlok dan turunnya tingkat kepercayaan
para investor meskipun pasa akhirnya Xerox Corp berhasil memperbaiki kembali
perusahaan mereka dan melunasi hutang sebesar US $7 miliar.
Sekalipun kecurangan sering kali sulit dideteksi tetapi dengan mengetahui motif-
motif pelaku, tanda-tanda dan di mana dan bagaimana terjadinya akan membantu
khususnya auditor internal di dalam pendeteksian ataupun pencegahannya. Oleh
karenanya auditor internal seharusnya mendorong pihak manajemen untuk
mengembangkan program pencegahan.