1. Latar Belakang
a) Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015, tentang Ketahanan Pangan dan Gizi;
3. Peraturan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2015;
4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136 Tahun 2014 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pertanian 2015 – 2019.
b) Gambaran Umum
Perwujudan ketahanan pangan dimulai dari pemenuhan pangan di wilayah terkecil yaitu
pedesaan sebagai basis kegiatan pertanian. Basis pembangunan pedesaan bertujuan untuk
mewujudkan ketahanan pangan dalam suatu wilayah yang mempunyai keterpaduan sarana
dan prasarana dari aspek ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan untuk mencukupi
dan mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga. Desa merupakan salah satu entry point
untuk masuknya berbagai program yang mendukung terwujudnya ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga yang secara kumulatif akan mendukung terwujudnya ketahanan
pangan di tingkat kabupaten/kota, propinsi, dan nasional.
2. Penerima Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan kegiatan ini meliputi :
3.Meningkatnya dukungan lintas sektor untuk pengembangan prasarana sarana perdesaan dan
perekonomian masyarakat.
2 Penetapan Kelompok
Penerima Bantuan
Pemerintah Kawasan
Mandiri Pangan Tahap
Kemandirian;
3 Monitoring dan
Pembinaan
Kelompok KMP
penerima Bantuan
Pemerintah;
4 Evaluasi Capaian
Kelompok KMP
Penerima Bantuan
Pemerintah;
4. Waktu Pencapaian Keluaran
Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan (KMP) Tahap Kemandirian akan dilaksanakan mulai
Bulan Januari sampai Desember 2020. Kegiatan ini dilaksanakan di satu Kecamatan.
5. Penilaian Resiko
Dalam pelaksanaan kegiatan, data atau informasi tentang perkembangan capaian target
pelaksanaan Kawasan Mandiri Pangan (KMP) tahap Kemandirian terdapat 3 (Tiga) titik)
kritis yaitu:
1) Untuk mendorong keberhasilan penerapan dan pelaksanaan kegiatan Kawasan Mandiri
Pangan, diperlukan lingkungan pengendalian. Lingkungan pengendalian kegiatan
Kawasan Mandiri Pangan meliputi; (a) organisasi; (b) kebijakan; (c) sumberdaya
manusia; dan (d) prosedur.
2) Ketersediaan data laporan, pemantauan dilapangan harus menunjukan kondisi yang
benar;
3) Komitmen antar lembaga yang dibentuk dalam KMP, seperti Kelompok Penerima
Manfaat, Koordinator Pendamping, Pendamping Swakarsa, Lembaga Keuangan Kawasan
(LKK), Forum Komunikasi Kawasan (FKK), Tim Teknis/Tim Asistensi KMP.
I NENGAH SUGIHARTA, SP
NIP. 19650905 200302 1 001
PEMERINTAH KABUPATEN POSO
DINAS KETAHANAN PANGAN
Jl. P. Kalimantan No. 32 Telp/Fax. (0452)22393 Poso
2. Latar Belakang
a) Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015, tentang Ketahanan Pangan dan Gizi;
Peraturan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2015;
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136 Tahun 2014 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pertanian 2015 – 2019.
b) Gambaran Umum
Indonesia memiliki penduduk ± 230 Juta jiwa dengan beraneka raga
Budaya, social ekonomi, dn letak geografis menduduki peringkat 107 dari 177 negara untuk
indeks pembangunan manusia (Human Development Index Tahun 2018). Meskipun
Indonesia mengalami pemulihan yang cukup berarti sejak krisis ekonomi tahun 1998, namun
masalah kemiskinan, kerawananan pangan dan gizi masih cukup besar dan beragam antar
Propinsi dan Kabupaten, Indonesiasi sebagai salah satu Negara yang ikut menandatangani
World Food Summit (1996) dan Millenium Development Goals (MPG), yaitu menurunkan
proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya pada Tahun 2015.
7. Penilaian Resiko
1) Pertemuan teknis, jika pertemuan teknis tidak dilaksanakan maka tim pengarah tidak
dapat dibentuk;
2) Pelatihan FSVA, untuk menganalisis data perlu dipelajari metodologi dan cara
menganalisis data;
3) Pengumpulan Data ditingkat Kecamatan, tanpa data maka pembuatan peta FSVA tidak
akan dapat terlaksana.
4) Workshop Validasi hasil awal untuk mereview data atau peta yang dihasilkan.
5) Peta FSVA yang sudah dibuat perlu divalidasi untuk mengetahui keakuratannya.
6) Launching FSVA, tanpa dilaunching tidak akan diketahui apakah peta FSVA sudah
dilaksanakan atau tidak dan apakah peta tersebut dapat memberi manfaat untuk
meningkatkan kesejahteraan kelompok avinitas.
8. Biaya yang diperlukan
Output Peta FSVA, memerlukan biaya yang sumber pendanaan dari Dana Dekonsentrasi
sebesar Rp. 10.545.000 (Sepuluh Juta Lima Ratus Empat Puluh Lima Ribu Rupiah). (RAB
terlampir).
I NENGAH SUGIHARTA, SP
NIP. 19650905 200302 1 001
Jumlah
Rp. 10.545.000
TERM of REFERENCE
KEGIATAN PENGEMBANGAN KETERSEDIAAN DAN
PENANGANAN RAWAN PANGAN
TAHUN 2020
Kementerian Negara/Lembaga : (018) Kementerian Pertanian
Unit Organisasi : (011) Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Poso
1. Latar Belakang
a) Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015, tentang Ketahanan Pangan dan Gizi;
Peraturan Presiden RI Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2015;
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 136 Tahun 2014 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pertanian 2015 – 2019.
b. Gambaran Umum
Sejak Tahun 2010, Badan Ketahanan Pangan telah menyempurnakan suatu alat analisis
pemantauan situasi pangan dan gizi yang dikenal dengan system Kewaspadaan Pangan dan
Gizi (SKPG). SKPG berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian/Ketua Harian Dewan
Ketahanan Pangan Nomor 43 Tahun 2010 tentang Pedoman Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi merupakan serangkaian proses untuk mengantisipasi kejadian rentan pangan dan
gizi melalui pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi
situasi pangan dan gizi. Kegiatan SKPG terdiri atas analisis data situasi pangan dan gizi
bulanan dan tahunan serta penyebaran informasi data bulanan dan tahunan tersebut
menginformasikan tentang 3 (tiga) aspek utama yaitu ketersediaan, akses, dan pemanfaatan
pangan yang menjadi dasar pelaksanaan investigasi untuk menentukan tingkat kedalaman
kejadian kerentanan pangan dan gizi di lapangan serta intervensi dalam rangka mewujudkan
ketahanan pangan masyarakat.
2. Tujuan
1) Menganalisis situasi pangan dan gizi;
2) Mengetahui deteksi dini daerah rentan pangan;
3) Mengantisipasi terjadinya rentan pangan;
4)Memberikan informasi tentang situasi pangan dan gizi kepada masyarakat, OPD, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dan Pihak pengambil Kebijakan.
3. Sasaran
Sasaran Analisis Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi adalah terpetakannya situasi pangan
dan gizi dan terantisipasinya kejadian rentan pangan secara dini di 19 Kecamatan pada
Kabupaten Poso.
6. Penilaian Resiko
1) Pertemuan teknis, jika pertemuan teknis tidak dilaksanakan maka tim pengarah tidak
dapat dibentuk;
2) Pelatihan SKPG, untuk menganalisis data perlu dipelajari metodologi dan cara
menganalisis data;
3) Pengumpulan Data di Instansi terkait, tanpa data maka penyusunan SKPG tidak akan
dapat terlaksana.
4) Penyusunan dan Pelaporan data SKPG berdasarkan data yang dikumpulkan setiap bulan
berjalan.
I NENGAH SUGIHARTA, SP
NIP. 19650905 200302 1 001