DOSEN PENGAMPU
Dr. Daris Tamim, M.Pd.
Disusun Oleh:
SRI WANDAENI
NIM: 201902073
1441 M/2020 H
KATA PENGANTAR
يم
ِِ ِالر ِح
َّ منِ ِْالرح
َّ ِس ِمِهللا
ْ ِب
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta anugerah-Nya
sehingga saya mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Perkembangan Afektif
anak usia dini Yang Terdampak Gadget.”
Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW kepada keluarga, sahabat, dan mereka yang menyeru dengan seruannya
serta berpedoman dengan petunjuk-Nya.
Secara singkat, makalah penelitian ini berisi tentang perkembangan afektif anak usia dini
yang terdampak gadget. Harapan penulis adalah apa yang diteliti dan di tulis dapat di
manfaatkan oleh semua pihak baik sebagai refrensi maupun sebagai acuan dalam
mengetahui perkembangan afektif anak usia dini yang terdampak gadget di lingkungan saya
yaitu yang berlpkasi di Kp Pasirlangu, Pakenjeng Garut.
Selanjutnya, dengan rendah hati saya meminta kritik dan saran dari para pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat saya revisi kembali. Karena saya sangat menyadari,
bahwa laporan yang saya buat ini masih memiliki banyak kekurangan. Saya ucapkan terima
kasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu
saya selama proses penyelesaian ini hingga rampungnya laporan ini.
Demikianlah yang dapat saya haturkan, saya berharap supaya laporan yang telah saya
buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB V PENUTUP.................................................................................................................... 33
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 33
B. Saran ............................................................................................................................. 33
1
oleh interaksi dengan lingkungan baik dari lingkunga keluarga maupun orang lain
disekitarnya. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimaya.
Anak merupakan salah satu amanat dari Allah SWT. anak yang sedang berada dalam
rentang usia 3-6 tahun, merupakan sosok individu yang sedang dalam proses
perkembangan. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar
menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek: gerakan, berpikir, perasaan, dan
interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya.
Perkembangan tersebut tentunya tidak terlepas dari adanya pendidikan rang tua yang
bertanggung jawab atas pendidikan anak adalah dengab memberikan bimbingan dan
latihan terhadap anak melalui pendidikan dengan keteladanan, pembiasaan, nasehat dan
perhatian tentang hal- hal yang bermanfaat untuknya.
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa terdapat 5-25% dari anak-
anak usia prasekolah atau anak usia dini menderita gangguan perkembangan. Berbagai
stimulasi mampu mempengaruhi perkembangan anak, diantaranya yaitu gadget. Di zaman
yang serba canggih seperti ini kehadiran gadget memang sudah menjadi kebutuhan
utaman baik dari anak-anak maupun orang dewasa.
Pada dasarnya dalam rentang kehidupan setiap individu akan melalui tahapan
perkembangan mulai dari masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak-anak, masa remaja
dan masa tua. Masing-masing tahapan perekmbangan ini memiliki ciri atau karakteristik
sendiri, salah satu tahapan yang akan dijalani individu itu yaitu masa kanak-kanak. Masa
kanak berusia dari umur 0-6 tahun,
Goleman (1999; 332) menyatakan “orang tua cenderung lebih efektif dalam
mengembangkan kecerdasan emosional anak yaitu orang tua yang memberikan
kehangatan kepada anak, menjalin komunikasi yang baik dengan anak, menyempatkan
waktu yang cukup banyak untuk bersama anak setiap hari dan tidak memutuskan
komunikasi dengan anak.
Dengan melihat kasus ini terkait perkmabangan emosi pada remaja berdasarkan pola
asuh orang tua. Maka dirasakan penting panangan islam pada hal seperti ini. Begitupun
pentingnya adanya caara untuk mengendalikan emosi agar memiliki kemampuan dalam
pengelolaan emosional yang sesuai.
Pada aspek perkembagan emosi anak, sangat dipengaruh oleh interaksi dengan
lingkungan baik dari lingkunga keluarga maupun orang lain disekitarnya. Emosi yang
berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimaya.
Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh
kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah
dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis dan
sosial.
Maka dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang perkembangan
afektif balita usia dini yang terdampak gadget. Penelitian ini dilakukan di Pakenjeng
sebab ternyata banyak sekali orang tua yang membiarkan balita mengenal gadget.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengidentifikasi dampak penggunaan Gadget terhadap Perkembangan anak usia
dini?
2. Bagaiaman perkembangan pada masa dini?
3. Bagaimana bentuk penggunaan gadget pada anak usia dini?
4. Bagaimana dampak penggunaan gadget terhadap perkembangan afektif anak usia
dini?
5. Bagaiamana cara mengoptimalkan perkembangan afektif pada anak usia dini?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi dampak penggunaan Gadget terhadap Perkembangan.
2. Mengetahui perkembangan pada masa anak usia dini
3. Mengetahui bentuk penggunaan gadget pada anak usia dini
4. mengetahui dampak penggunaan gadget terhadap perkembangan afektif anak usia dini
5. mengetahui cara mengoptimalkan perkembangan afektif pada anak usia dini
D. Manfa’at Penelitian
Mancapai yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut,
1. Secara teotiris
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan, keilmuan
perkembangan peserta didik serta dapat memperkaya keilmuan dalam perkembangan
afektif pada anak usia dini
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menjadi pengalaman serta menambah wawasan mengenai
perkembangan afektif
b. Bagi konselor
Penelitian ini dapat menjadikan dirinya mampu memahami perkembangan afektif
yang terdampak gadget ini.
E. Asumsi Penelitian
1. Kecenderungan afektif pada sikap, nilai dan emosi yang memainkan perasaan penting
dalam prilaku individu.
2. Pengelolaan sikap dan nilai merupakan kemampuan yang paling pundamental dari
kecerdasan.
3. Ketidak mampuan seseorang dalam mengelola sikap atau emosi akan berdampak pada
prilaku yang maladifitif.
4. Dengan kecerdasan sikap dan emosional seseorang dapat meempatkan emosinya pada
porsi yang tepat, memlih dan mengatur suasana hati sehingga dpat memahami
perasaannya dan dapat mmembina hubungan baik degan orang lain.
3
5. Goleman (1999; 332) menyatakan “orang tua cenderung lebih efektif dalam
mengembangkan kecerdasan emosional anak yaitu orang tua yang memberikan
kehangatan kepada anak, menjalin komunikasi yang baik dengan anak,
menyempatkan waktu yang cukup banyak untuk bersama anak setiap hari dan tidak
memutuskan komunikasi dengan anak.
F. Sistematika Penelitian
Untuk memberikan gambaran secara umum tentang isi dan materi yang akan dibahas,
maka bagian ini akan menguraikannya menjelaskan bahwa Bab I merupakan pendahuluan
yang di dalamnya membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, anggapan dasar, pertanyaan
penelitian, kegunaan hasil penelitian, penjelasan istilah, dan sistematika penulisan.
Bab II merupakan landasan teori, gambaran umum mengenai dasar penelitian atau
teori yang melandasi permasalahan dalam penelitian. Bab III membahas prosedur
penelitian yang antara lain berisi metode penelitian, subjek penelitian, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, keabsahan penelitian dan pelaksanaan penelitian.
Bab IV menjelaskan pengolahan data hasil penelitian. Sedangkan Bab V diisi dengan
kesimpulan dan saran.
4
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Penggunaan Gadget
1. Pengertian Gadget
Gadget adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang artinya
perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Dalam bahasa Indonesia,
gadget disebut sebagai “acang”. Salah satu hal yang membedakan gadget dengan
perangkat elektronik lainnya adalah unsur “kebaruan”. Artinya, dari hari ke hari
gadget selalu muncul dengan menyajikan teknologi terbaru yang membuat hidup
manusia menjadi lebih praktis. Contoh-contoh dari gadget di antaranya telepon
pintar (smartphone) seperti iphone dan blackberry, serta netbook (perpaduan
antara komputer portabel seperti notebook dan internet). Selain memperkaya
wawasan, dengan gadget yang menyediakan akses internet, kita bisa memperluas
persahabatan melalui situs jejaring sosial seperti facebook, twitter atau multiply.
Gadget memang bisa memudahkan hidup kita, namun kita perlu membatasi waktu
penggunaannya sehingga tidak mengganggu waktu berharga bersama keluarga
dan sahabat. Selain itu, akseslah situs-situs yang memang bermanfaat dan
membuat kita semakin cerdas.
Gadget memiliki berbagai fitur dan aplikasi menarik, bervariasi, interaktif dan
fleksibel sehingga menambah daya tarik bagi setiap orang, baik dari kalangan
lansia, muda, remaja bahkan anak-anak. Gadget memiliki banyak manfaat dalam
kehidupan manusia jika digunakan dengan baik dan tepat, tetapi gadged juga
memberikan dampak negative bagi manusia khususnya bagi perkembangan anak
jika digunakan tanpa pengawasan dan pengarahan dari orang tua.
Gadget merupakan suatu teknologi terbaru yang memiliki fungsi tertentu yang
berguna bagi manusia untuk mempermudahkan komunikasi, yang menjadi
kebutuhan yang harus ada dalam genggaman guna mempermudahkan komunikasi.
Dampak dari tekhnologi khususnya Gadget terhadap pembentukan kepribadian
anak antara lain anak akan menjadi lebih pemalas, kurangnya rasa percaya diri
pada anak, berkurangnya kemampuan berkomunikasi anak, anak akan lebih
tertutup (introvert), ketergantungan anak untuk terus bermain Gadget, dan dampak
negatif yang paling berbahaya adalah anak dengan bebas dapat mengakses situs-
situs dewasa di internet yang dapat merusak moral anak.
Dalam mengatasi ketergantungan Gadget anak orang tua dapat memberikan
kesibukan kegiatan kepada anakanya, mengganti Gadget dengan alat bermain
tradisisonal, mengajak anak untuk explore alam yang paling penting yaitu orang
tua bisa meluangkan waktunya untuk bermain dan berkomunikasi dengan
anaknya. Sebagai orang tua yang cerdas, orang tua harus memberikan batasan
waktu kepada anaknya untuk bermain Gadget, selalu mendampingi anak saat
bermain Gadget, memberikan pengertian tentang dampak positif dan negatif
5
tekhnologi sehingga anak tau mana yang baik dan yang buruk, dan orang tua harus
memantau kegiatan anak setiap harinya.
Kemajuan teknologi saat ini sangat pesat perkembangan berbagai macam
penemuan teknologi modern dengan tujuan mempermudah ruang gerak dan ruang
lingkup manusia setiap harinya. Sebagai contoh teknologi yang sangat banyak
berkembang pesat pada saat ini adalah telepon. Dimulai dari munculnya telepon
koin, telepon genggam (HP), hingga saat sekarang ini orang-orang lebih akrab
mengenalnya dengan istilah smartphone atau Gadget.
Abad ke 21 merupakan masa dimana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama dibidang alat
komunikasi. Berawal dari surat dan telepon kabel, kini telah berkembang menjadi
handphone, laptop, tablet, ipad, android dan lain sebagainya atau yang lebih
dikenat dengan gadged.
Gadget adalah alat elektronik yang memiliki pembaharuan dari hari ke hari
sehingga membuat hidup manusia lebih praktis.1 Beberapa tahun yang lalu gadget
hanya banyak di pakai oleh para pembisnis dari kalangan menangah ke atas.
Alasan mereka menggunakan gadget adalah untuk memudahkan bisnis mereka.
Namun pada zaman sekarang, gadget tidak hanya dipakai oleh para pembisnis
saja, akan tetapi wajib dimiliki siapa saja mulai dari usia lansia, dewasa, remaja
bahkan anak- anak yang seharusnya belum layak mengguankannya, hal ini di
sebabkan gadged memiliki berbagai fitur dan aplikasi yang menarik, bervariasi,
interaktif, fleksibel sehingga menambah daya tarik.
Anak-anak kini telah menjadi konsumen aktif dimana banyak produk- produk
elektronik dan gadget yang menjadikan anak-anak sebagai target pasar mereka.
Dalam penelitan Syifa Ameliola, dkk (2010) dikutip pada New York Times,
sebuah kasus terjadi dimana seorang anak cendrung pada iPad. Anak tersebt harus
merengek ketika gadget kesayangan itu tidak berada dalam genggaman tangannya.
Anak ini dapat dikatakan telah mengalami ketergantungan terhadap salah satu
terobosan terbaru pada era globalisasi ini. Pada saat makan, saat belajar, saat
bermain, bahkan saat tidur tidak dapat lepas dari gadget tersebut. Orang tua tidak
dapat melakukan banyak hal selain menuruti keinginan anak tersebut. Pada
hakikatnya, anak-anak belum saatnya mengenal gadget, mereka masih
memerlukan interaksi yang lebih luas dengan crayon, buku gambar, teman- teman
bermain, dan lain sebagainya.
Gadget memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia, demikian pula
terhadap anak-anak. Dari segi psikologis, masa kanak-kanak adalah masa
keemasan dimana anak-anak belajar mengetahuiapa yang belum diketahuinya.
Jika masa kanak-kanak sudah mencandu dan terkena dampak negatif oleh gadget,
1
Fitria Mayenti dan Indiana Sunita, Dampak penggunaan gadget terhadap perkembangan anak usia dini di
taruna islam pekanbaru, Jurnal Photon, Pekanbaru, 2018. Hal 209
6
maka perkembangan anakpun akan terhambat, karena pengalaman masa kecil
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya. Selain itu,
tanpa disadari anak sering menerapkan “What You See is What You Get”.
Penerapan ini memiliki makna apa yang dilihat oleh anak adalah sebuah pelajaran,
apa bila tanpa bimbingan yang terarah dan terpadu dari orang tua dan keluarga,
perkembangan anak akan mengarah pada sisi negatif. Oleh karena itu, orang tua
dituntut lebih kreatif dalam mendidik anak, menyediakan sarana bermain, belajar
dan media lainnya yang lebih sehat dan sesuai dengan masa tumbuh kembang
anak mereka, terutama di masa emas anak usia dini, sebab peran orang tua sangat
penting dalam perkembangan teknologi terhadap anak, orang tua harus cermat dan
membimbing anak dalam penggunaan gadged, karena fasilitas yang disediakan
oleh gadget tidak hanya menimbulkan dampak positif tetapi juga dapat
menimbulkan dampak negatif. Sedangkah usai dini merupakan tahap
perkembangan dari kecerdasan motorik, kecerdasan berfikir, kecerdasan
emosional, bahasa serta komunikasi ini menunjukan bahwa anak usia dini adalah
aset masa depan suatu bangsa yang harus diperhatikan dalam setiap tahap masa
perkembangan.
Pada saat ini hampir setiap individu mulai dari anak-anak hingga orang tua
kini memiliki handphone atau smartphone. Tentu saja ini bukan hanya terjadi
tanpa alasan karena daya tarik dan kebutuhan masyarakat saat ini sudah sangat
jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun ke belakang. Hp atau Gadget
merupakan suatu alat komunikasi yang sangat wajib digunakan oleh orang-orang
yang memiliki kepentingan pribadi baik bisnis atau pengerjaan tugas kuliah
maupun kantor. Namun kenyataannya pada saat ini Gadget tidak hanya dipakai di
kalangan remaja saja yang berusia 12-21 tahun dan dewasa atau lanjut usia yang
berusia 22-ke atas, akan tetapi juga dipakai dikalangan usia anak-anak yang ber
usia 7-11 tahun. Bahkan lagi Gadget bukan barang asing untuk anak usia dini
(usia 3-6 tahun) yang belum layak untuk menggunakan Gadget.
Sesuai dengan perkembangnya gadget pada saat ini memiliki banyak fitur
menarik yang seringkali membuat anak-anak cepat akrab dengannya. Akan tetapi
dengan perkembangan gadged pada saat ini akan lebih memudahkan anak dalam
mencari segala informasi dan berita yang dibutuhkan, terutama dalam belajar
sambil bermain ataupun bermain sambil belajar. Akan tetapi penggunaan Gadget
secara berlebihan akan berdampak buruk bagi perilaku anak dalam kesehariannya,
karena akan membentuk anak-anak yang cenderung terus-menerus selalu
menggunakan Gadget akan sangat ketergantung dan menjadi kegiatan yang wajib
dan rutin dilakukan oleh anak dalam aktifitas sehari-hari, dilihat pada saat ini anak
lebih sering bermain Gadget dari pada belajar dan berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya untuk mendapatkan hal-hal baru. Dari sudut pandang lingkungan
masyarakat pada saat ini ada beberapa kasus mengenai dampak dari Gadget ini
sering sekali menimpa anak-anak mulai dari kecanduan internet, game, dan juga
7
konten-konten yang berisi pornografi yang nyaris belum di pahami oleh
pemakainya.
9
gadget. Saking asik nya, menjadi adiktif sekali sehingga bila tidak ada
gadget, anak-anak merasa gelisah.
d. Sarana Berbuat Curang
Dalam menjawab soal ulangan, adanya gadget menjadi sarana berbuat
curang. Dari mencari jawaban melalui Browser, contekan, di catatan,
contekan di galeri poto, atau meminta jawaban dari teman sekelas melalui
pesan teks dan multimedia. Jawaban ujian sekarang sangat mudah
didapatkan oleh anak. Dalam waktu sedetikpun, anak-anak bisa
mendapatkan jawaban hanya menggunakan gadget.
e. Mempengaruhi Kemampuan Menganalisa Masalah
Saat pelajaran matematika, anak yang telah mengenal gadget langsung
sigap untuk mengeluarkan gadgetnya dan menjalankan aplikasi kalkulator.
Ini merupakan hal yang buruk dalam perkembangan nalar dan logika,
karena anak tersebut tidak percaya dengan pikirannya. Kemampuan analisa
tidak dilatih secara mendalam. Dengan gadget, anak cenderung berpikir
secara dangkal. Akhirnya kemampuan analisis menjadi lemah dan tidak
dapat menganalisis suatu masalah.
f. Menurunnya kemampuan Bersosialisasi
Menurutnya kemampuan bersosialisasi merupakan dampak buruk dari
adanya gadget. Anak menjadi acuh dengan lingkungan sekitar dan tidak
paham dengan etika bersosialisasi. sehingga rasa sosialisasi antar sesama
memudar dan jarang ber-tegur sapa. Imbas bila mengkonsumsi gadget
secara berlebihan, mempengaruhi kemampuan psiko-sosial anak. Psiko-
sosial anak menjadi rendah dan akhirnya tidak peduli dengan lingkungan
sekitar lagi.
g. Mempengaruhi Gaya Hidup
Gadget juga bisa mempengaruhi gaya hidup anak menjadi egois dan
berbudaya pamer ke teman sejawat nya. Sifat ini seharusnya tidak dipunyai
oleh anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Gadget juga dapat
mempengaruhi tingkat konsumtif dan konsumerisme anak. Karena anak
terbiasa belum dapat memilih informasi secara benar.
h. Menghambat Perkembangan
Penggunaan gadget akan membuat batasan gerak ana, yang
mengakibatkan perkembangan anak terhambat. Anak yang menggunakan
gadget secara berlebihan akan berdampak buruk pada prestasi akademik
nya. Pengawasan dan penggunaan terhadap gadget harus ekstra. Jika tidak
diawasi orangtua, bukan menambah perkembangan sang anak menjadi
baik, malah prestasi anak menjadi menurun.
i. Malas Melakukan Banyak Hal
Saat menggunakan gadget, anak cenderung tidak melakukan gerak
badan. Sensor motorik yang tidak digunakan, bisa saja mengakibatkan
10
obesitas. Akibatnya, sensor motorik tidak digunakan oleh anak sejak kecil,
bukan hanya keterampilan menulis saja yang menurun, tetapi akan
menimbulkan penyakit akibat tidak melakukan gerak motorik pada badan.
j. Gangguan Tidur
Gangguan tidur bisa dialami anak-anak, jika menggunakan gadget secara
berlebihan. Jika anak mengalami gangguan tidur, maka akan berdampak
pada prestasi belajar mereka. Anak cenderung tidak langsung tidur, bila
gadget masih ada di genggaman. Akhirnya anak bangun siang dan tidak
dapat konsentrasi di sekolah.
k. Penyakit Mental
Penggunaan gadget secara tidak teratur menyebabkan peningkatan laju
kecemasan anak, depresi, autisme, gangguan perhatian, gangguan bipolar,
dan gangguan perilaku pada anak. Jika gadget digunakan secara berlebihan
dapat mengakibatkan stres pada anak. Biasanya anak stres akibat tidak
dapat memenangkan permainan di gadget nya, sehingga sering
mengganggu kondisi mentalnya.
l. Agresif
Konten kekerasan dalam gadget, dapat menstimulus anak untuk
melakukan hal apa yang dilihatnya. Dampak buruk jangka panjang pada
anak yang menggukan gadget, menjadi lebih agresif dari anak biasanya.
2
Erna Wulan Syaodih, Psikologi Perkembangan.
11
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
organ tubuh menjadi lebih kompleks dalam pola yang benar, sebagai hasil dari
proses pematangan sehingga organ tersebut dapat menjalankan fungsinya.
Proses perkembangan terjadi secara terus menerus dan saling berkaitan antara
komponen dengan komponen lain. Jadi, apabila seorang anak tumbuh semakin
besar, secara tidak langsung kepribadian anak tersebut juga semakin matang.
Perkembangan ini ditentukan oleh proses pematangan organ-organ tubuh dan
terjadi pada setiap manusia normal sehingga kita dapat memperhitungkan
sebelumnya. Dengan demikian, kita dapat memperkirakan pada umur berapa
seseorang akan mulai berbicara, pada umur berapa seseorang akan mulai berhenti
bertumbuh.
Afektif adalah penialan pada kemampuan seseorang dilihat dari sikap dan nilai
sosial yang diterapkan dalam kegiatan di sekolah.
Aspek Afektif
Penilaian sikap seseorang tidak akan lepas dari ranah kognitif dan
psikomotorik. Seperti halnya dua ranah lainnya yang memiliki aspek masing-
masing. Aspek penilaian dalam ranah afektif ada lima dengan rincian sebagai
berikut,
▪ Menerima
Kemampuan seseorang dalam menerima sebuah stimulus dengan cara yang
tepat. Kemampuan ini juga berkaitan dengan atensi, penghargaan, dan
kemampuan untuk menerima sesuatu. Respon dari setiap anak akan menjadi
penilaian yang dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya.
▪ Menanggapi
Penilaian yang berada atas penerimaan. Ranah ini akan melihat keikutsertaan
peserta didik dan memiliki ketertarikan dalam materi tertentu. Anak yang
memiliki ketertarikan akan berpartisipasi secara aktif dalam proses
pembelajaran dan memiliki motivasi untuk selalu memberikan respon selama
proses tersebut.
▪ Menilai
Kemampuan untuk menerapkan nilai akan suatu hal. Menilai dalam hal ini
bisa berkaitan pada hal-hal yang dapat diterima atau tidak. Kemampuan untuk
menyatakan pendapat secara langsung ketika dirasa kurang tepat.
Mengekspresikan diri dengan cara tertentu yang pasti dapat melakukan
kegiatan yang bersifat positif dalam proses pembelajaran.
▪ Mengelola
Kemampuan untuk memahami akan perbedaan yang ada di lingkungannya.
Pemahaman anak bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda.
Perbedaan ini kemungkinan akan menimbulkan permasalahan atau konflik
12
sosial, seorang anak diharapkan dapat menyelesaikan konflik tersebut.
kemampuan untuk memadukan dan menyelaraskan antara satu dengan yang
lain juga menjadi unsur penilaian tersendiri.
▪ Menghayati
Seseorang yang telah menerima pembelajaran akan menghayati dalam
kehidupan sehari-hari. Segala tingkah laku yang timbul sebagai bentuk dan
wujud keteraturan baik secara pribadi, sosial, dan ekspresi. Nilai tersebut telah
tercermin dalam tingkah laku yang baik.
Ranah ini setidaknya mencakup hal-hal yang berkaitan dengan diri
seseorang. Hal yang dapat dilihat oleh orang lain yaitu watak yang mencakup
perasaan, sikap, emosi, minat, dan sikap yang ditunjukkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan
salah satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai dari
dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu
usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.
3
Idad Suhada, Psikologi Perkembangan anak Usia dini (raudhatut athfal), hal. 109
13
dalam pasal 4 menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh,
berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Awal masa kanak-kanak berlangsung dari usia 2-6 tahun, oleh orang tua
disebut sebagai usia problematis, Pendidikan anak usia dini telah banyak
berkembang di masyarakat, baik yang ditumbuhkembangkan oleh instansi
pemerintah maupun oleh masyarakat. Misalnya, Bina Keluarga Balita yang
dikembangkan oleh BKKBN, Penitipan Anak oleh Depsos (dulu), TK oleh
Depdiknas, TPA oleh Depag, dan Kelompok Bermain oleh masyarakat.
Secara umum, teknologi adalah berbagai keperluan serta sarana berbentuk
aneka macam peralatan atau sistem yang berfungsi untuk memberikan
kenyamanan serta kemudahan bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari.4
Elsa (2014:8) mengatakan Gadget merupakan sebuah inovasi baru dari
teknologi terbaru dengan kemampuan yang lebih baik dan fitur terbaru yang
memiliki tujuan maupun fungsi lebih praktis dan juga lebih berguna bagi manusia.
Gadget merupakan suatu teknologi terbaru yang memiliki fungsi tertentu yang
berguna bagi manusia untuk mempermudahkan komunikasi, yang menjadi
kebutuhan yang harus ada dalam genggaman guna mempermudahkan
komunikasi.
Perkembangan pada masa bayi (infaney), yaitu usia 0-1 tahun. Krisis yang
timbul adalah kepercayaan vs. ketidakpercayaan, terutama dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Secara deskriptif, pada awal tahun pertama kehidupan,
bayi, sangat tergantung pada dunia luar terutama kepada orang tua (ibu) atau
pengasuhnya dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk kebutuhan fisik,
kehangatan, dan afeksi. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terpenuhi
secara konsisten, dan mendapat respons positif dari orang tua, bayi tidak
hanya akan mengalami perkembangan kelekatan secara aman (secure at-
tachment) dengan orang tuanya, tetapi juga memperoleh pengalaman belajar
tentang kepercayaan (trust) terhadap lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, jika
kebutuhan fisik dan psikologisnya tidak terpenuhi, maka terjadi perkembangan
mistrust terhadap orang-orang dan lingkungan sekitarnya secara kseluruhan.
Perkembangan pada masa prasekolah (toddler), yaitu masa usia 2-6 tahun,
terjadi krisis otonomi (independensi) vs. keragu-raguan atau rasa malu. Secara
deskriptif, bayi belajar berjalan, berbicara, menggunakan toilet, dan
memperoleh keyakinan diri. Juga kontrol diri, kepercayaan diri, dan konsep
diri mulai berkembang pada tahap ini. Jika orang tua memberikan peluang
kepada anak untuk mengembangkan inisiatif dan memahami anak
(menenteramkan hati) ketika anak melakukan kesalahan, maka anak akan
4
Evia darmawani, Dampak gadget pada PAUD, Piknik jurnal PAUD, Palembang, 2019, hal.5
14
berkembang kepercayaan dirinya untuk mengatasi masalahnya dan situasi
masa depannya dalam memperoleh pilihan-pilihan hidup, kontrol diri, dan
independensi. Sebaliknya, jika orang tua overprotective atau menentang
tindakan independensi anak, maka akan berkembang perilaku negatif seperti
perasaan malu atau ragu-ragu tentang kemampuannya sendiri.
Dalam psikologi perkembangan anak usia dini dikatakan sebagai anak yang
berumur 0-6 tahun. Pertunbuhan dan perkembangannya diperhatikan dengan cara
memberi perlakuan yang baik berupa pendidikan usia prasekolah atau pendidikan
sekolah dikelas-kelas awal Sekolah Dasar (SD). Anak usia dini adalah anak yang
berusia antara 3-6 tahun.
Sedangkan hakikat anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia
memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,
sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khususnya yang sesuai
dengan tahapan yang sedang dialalui oleh anak tersebut. Potensi bawaan ini
memerlukan pengemabangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap
lebih-lebih pada anak usia dini.
Di Indonesia pengertian anak usia dini ditunjukkan kepada anak yang berusia
0-6 tahun, berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
Pasal 1 Ayat 14 yang berbunyi “pendidikan yang diperuntukkan bagi anak sejak
lahir sampai usia 6 tahun”. Sedangkan menurut NAEYC (National Association
For The Young Children), yaitu anak yang berusia antara 0 sampai 8 tahun yang
mendapatkan layanan pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak dalam
keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik negeri maupun
swasta, taman kanak-kanak (TK), dan sekolah dasar (SD). Hal ini dapat
disebabkan pendekatan pada kelas awal sekolah dasar kelas I, II dan III hampor
sama dengan usia TK 4-6 tahun.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
adalah anak yang berusia kurang dari 6 tahun. Dimana pada masa itu seorang anak
sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat secara
fisik maupun mental, untuk itu perlu diberikan stimulasi melalui lingkungan
keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan anak (TPA) atau
kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK.
15
diperluas kepada remaja, perkembangan menjadi dewasa, proses penuaan, dan
akhirnya mencakup seluruh masa hidup manusia.5
Perkembangan afektif diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari
berbagai respon lingkungan terhadap anak dalam periode prasekolah, anak
dituntut untuk mau belajar dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang,
baik keluarga, guru, ataupun teman sebaya. Ada empat tingkatan perkembangan
sosial anak yaitu:6
a. Tingkatan pertama, sejak dimulai umur 0;4/6;0 tahun, anak mulai
mengadakan reaksi positif terhadap orang lain, ntara lain ia tertawa karena
mendengar suara orang lain. Anka menyambut pndangan orang lain
dengan pandangan kembali dan lain-lain.
b. Tingkatan kedua, adanya rasa bangga dan senang yang terpancarkan dalam
gerakan dan mimiknya, jika anak tersebut dapat mengulang yang lainnya.
Contohnya, anak yang berebut benda atau mainan, jika enang dia akan
kegirangan dalam gerakan dan mimik. Tingkatan ini biasanya mulai
muncul pada usia anak ± 2 tahun keatas.
c. Tingkatan ketiga, jika anak telah lebih dari umur ± 2tahun, mulai timbul
perasaan simpati (rasa setuju) dan rasa antipati (rasa tidak setuju) kepada
orang lain, baik yang sudah dikenalnya atau belum.
d. Tingkatan keempat, pada masa akhir tahun ke dua, anak setelah menyadari
akan pergaulannya dengan anggota keluarga, anak timbul keinginan untuk
ikut campurvdalam gerak dan lakunya.
16
a. Faktor bawaan dan bimbingan
Manusia dilahirkan dalam keadaan baik. Sumber kebaikan dalam diri
manusia tidak diperoleh dari luar, melainkan dari dalam diri manusia tidak
diperbolehkan dari luar, melainkan dari dalam diri yang secara alami telah
diberikan Tuhan kepada manusia. Perbuatan bermoral berakar pada
kebebasan manusia dalam berbuat dan perbuatan itu terjadi secara
otomatis sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang rasional.
Sedangkan faktor bimbingan atau lingkungan ditentukan oleh
lingkungan. Setiap individu mempunyai tempramen yang berbeda, namun
secara keseluruhan lingkunganlah yang membentuk jiwa. Pada saat jiwa
dalam kondisi lunak yaitu pada usia dini, anak-anak mudah dididik
menurut kemauan pendidinya. Lingkungan membentuk jiwa anak-anak
melalui proses asosiasi (dua gagasan selalu muncul bersama), repetisi
(melakukan sesuatu berkali-kali), imitasi (peniruan), dan reward and
punishment (penghargaan dan hukuman).
b. Kesinambungan dan ketidak sinambungan
Perkembangan terkadang terjadi secara berkesinambungan, tetapi juga
kadang-kadang terjadi tidak berkesinambungan. Anak-anak yang telah
mampu berjalan dan mendapatkan kesempatan belajar berjalan tentu akan
mampu berlari sebagai konsekuensi dari kemampuan berjalan yang telah
dimilikinya. Perkembangan terjadi secara kualitatif terus bertambah dan
berkembang.
c. Pengalaman masa dini dan masa lanjut
Pengalaman pada anak usia dini sangat menentukan perkembangan
pada usia selanjutnya. Anak-anak bersifat fleksibel. Mereka tidak menolak
pendapat pengalaman pada usia dini memiliki pengaruh pada usia
selanjutnya tetapi mereka yakin bahwa pengalaman pada usia dini sama
pentingnya dengan pengalaman pada usia-usia selanjutnya. Didalam ajaran
agama Islam diyakini bahwa anak-anak usia 7 tahun harus diajarkan
shalat dan pada usia 10 tahun dipukul jika meninggalkan shalat. Ini
merupakan contoh yang menunjukkan bahwa anak-anak baru diajarkan
agama setelah mereka menyelesaikan usia 0-6 tahun atau dengan kata lain
setelah mereka memiliki kesiapan belajar agama dengan baik.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Sumber data
Data merupakan hasil pencatatan Penulis, baik berupa fakta maupun angka.
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari data yang diperoleh. “Sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain- lain”
Adapun sumber yang Penulis gunakan dalam menyusun Skripsi ini
dikelompokkan menjadi dua yakni sumber primer dan sumber sekunder.
a. sumber primer
Sumber primer adalah data yang diperoleh dari pelaku peristiwa itu sendiri,
dengan pertanyaan yang bersifat umum yang bertujuan untuk mengungkap data.
Adapun yang dimaksud dari data primer adalah data yang berbentuk verbal atau
kata-kata yang diungkapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan
oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian
(informan) yang berkenanaan dengan variabel yang diteiti.
Berdasarkan kutipan di atas, maka sumber data primer dalam penelitian ini
yaitu orang tua yang memiliki anak usia dini (usia 1-5 tahun) sebanyak 5 (lima)
orang.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder dapat disebut juga dengan sumber tambahan atau sumber
penunjang. Sumber sekunder adalah sumber data yang tidak langsung dalam
memberikan data pada pengumpulan data, misalnya dalam bentuk dokumen atau
lewat orang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder adalah saudara,
tetangga yang berjumlah 5 orang dan refrensi buku-buku tentang perkembangan
sosial anak usia dini (usia 1-6 tahun).
20
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapat data yang
memenuhi standar yang ditetapkan.
Dalam rangka untuk memperoleh data yang alami dan obyektif dilokasi
penelitian, hendaklah seorang penulis menggunakan bermacam- macam metode
pengumpulan data untuk mencapai tujuan penelitian tersebut. Untuk mengumpulkan
data yang diperlukan maka penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan.7Jadi wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan
mengadakan dialog atau tanya jawab dengan orang yang dapat memberikan
keterangan atau informasi.
Jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara
mendalam, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan
cara tanya jawab sambil bertatap muka anatar pewawancara dengan informan
dengan menggunakan pedoman waweancara, di mana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Wawancara dilakukan kepada sumber primer, yaitu orang tua yang
mempunyai anak usia dini (usia 1-6 tahun). Data-data yang diperoleh
diharapkan dari wawancara mendalam tersebut yaitu: perkembangan anak usia
dini yang terdampak gadget, yang disisni diawali dengan pemngaruh
negatifnya pada perkembangan.
2. Observasi
Metode observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui
pengamatan atas gejala, fenomena, dan fakta empiris yang terkait dengan
masalah dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan dampak penggunaan gadget pada perkembangan sosial anak
usia dini.
7
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Groups: Sebagai Instrumen Penggalian Data
Kualitatif, 29.
21
D. Teknik Analisa Data
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data
kualitatif, yaitu analisa yang mendasarkan pada adanya hubungan semantik
antarmasalah penelitian. Analisis kualitatif dilaksanakan dengan tujuan agar peneliti
mendapatkan makna data untuk menjawab masalah penelitian. Oleh karena itu, dalam
analisis kualitatif data-data yang terkumpul perlu disistematisasikan, distrukturkan,
disemantikkan, dan disintesiskan agar memiliki makna yang utuh. Langkah-langkah
analisis yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
dan mencarinya nanti bila diperlukan. Berdasarkan keterangan di atas, maka
dalam penelitian ini peneliti akan mencatat dan merangkum data, kemudian
akan memilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian
akan membuang hal-hal yang tidak penting.
22
BAB IV
HASIL TEMUAN PENELITIAN/PEMBAHASAN
23
C. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan
Gadget merupakan media komunikasi yang sangat praktis baik dikalangan
anak-anak maupun orang dewasa. Penggunaan gadget terhadap anak usia dini
merupakan sesuatu yang mempunyai dampak terhadap penggunanya, baik itu dampak
positif maupun negatif. Dengan demikian penggunaan gadget pada anak usia dini
harus dalam jangka waktu tertentu dan dengan pengawasan yang baik oleh orang tua.
Peran orang tua sangat penting sebagai figur untuk menemani, mengawasi, dan
mengarahkan pemakaian gadget agar bermanfaat bagi tumbuh kembangnya anak usia
dini. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan mewawancarai
5 orang tua yang mempunyai anak usia dini dan kerabat terdekatnya sebanyak 5 orang
Di Pasirlangu Pakenjeng Tentang “Perkembangan afektif anak usia dini yang
terdampak gadget” dengan melakukan wawancara dan observasi adalah sebagai
berikut:
24
b. Pendapat dari Ibu T dan bapa T mengatakan “iya, arahan-arahan serta
pemilihan konten atau aplikasi yang akan di gunakan oleh anak selalu saya
pantau dan memberi nasihat pelan-pelan supaya anak mudah memahami
nasehat yang diberikan oleh orang tua. Aplikasi yang sering gunakan oleh
anak yaitu video dan game”.
c. Pendapat dari Ibu E bahwa “iya, pemberian nasihat dan arahan-arahan selalu
saya berikan sebelum memberikan gadget kepada anak, ini dimaksudnya
supaya menumbuhkan rasa jujur dan tanggungjawab.
d. Keempat, pendapat dari Ibu T mengatakan “iya, arahan-arahan atau nasihat
selalu saya berikan kepada anak apabila anak menggunakan gadget dengan
durasi waktu yang melebihi batas. Tetapi terkadang jika saya terlalu sibuk
maka saya kurang mengontrol pemakaian gadget anak dan cenderung
membiarkan anak. Aplikasi yang sering digunakan yaitu vidio”.
e. Pendapat dari M mengatakan “iya, arahan-arahan selalu diberikan kepada anak
supaya anak bisa memahami dan mengetahui dampat buruknya jika terlalu
lama bermain gadget. Aplikasi yang sering digunakan anak yatu foto, vidio
dan game”.
Berdasarkan hasil wawancara dari 5 orang tua dan 5 anak usia dini
bahwa pemberian arahan-arahan kepada anak memang sangatlah diperlukan
dikarenakan anak usia dini belom mempunyai batas kemampuan bernalar yang
baik serta belom bisa membedakan mana yang baik dan yang tidak baik untuk
digunakan sera rasa penasarannya yang masih sangat tinggi. Disinilah peran
orang tua sebagai pemberi arahan serta memonitoring penggunaan gadget
anak sangatlah diperlukan. Tetapi masih banyak orang tua yang belum
memberikan penyampaian baik buruknya gadget kepada anak. Cenderung
membiarkan anak bermain gadger sesuka hati dan dengan durasi waktku yang
melebihi batas wajar penggunaan gadget untuk anak usia dini. Penggunaan
aplikasi-aplikasi juga sangatlah berpengaruh terhadap pola perilaku anak atau
perkembangan sosial anak. Aplikasi-aplikasi yang sering digunakan yaitu
vidio dan game.
25
3. Dampak Penggunaan gadget Terhadap perkembangan Afektif Anak Usia
Dini
Gadget merupakan benda dengan karakteristik unik, memiliki unit dengan
kinerja tinggi dan berhubungan dengan ukuran serta biaya. Pada mulanya gadget
memang lebih difokuskan kepada sebuah alat komunikasi, namun semenjak
kemajua zaman alat ini dipercanggih dengan berbagai fitur- fitur yag ada didalam
nya sehingga memungkinkan penggunaanya untuk melakukan berbagai kegiatan
dengan satu gadget ini, mulai dari bertelepon, berkirim pesan, email, foto selfie
atau memfoto sebuah objek, jam, dan masih banyak yang lainnya.
Khusus bagi anak, dampak negatifnya yaitu efek kecanduan terhadap konten
atau aplikasi yang terdapat dalam Gadget. Efek kecanduan tersebut
mengakibatkan anak menjadi melupakan tugas utamanya sebagai pelajar. Gadget
adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang mengartikan sebuah alat
elektronik kecil dengan berbagai macam fungsi khusus.
Sedangkan Perkembangan Afektif mencakup emosi atau perasaan yang
dimiliki oleh setiap peserta didik, yang juga perlu mendapatkan perhatian.
Perkembangan afektif ini meliputi beberapa macam yaitu Emosi, nilai, moral dan
persepektif islam Istilah emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau
mencerca (to stir up) yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu.
A. Perkembangan emosi
Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dalamdiri
tentang keadaan mental dan fisik individu yang diwujudkan dalamtingkah laku
yang tampak. Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh
perubahan-perubahan tubuh.
Karakteristik Perkembangan Emosi anak usia dini, Kemampuan
emosional menitikberatkan pada kondisi anak untuk dapat mengenali,
mengekspresikan dan mengelola rentang emosi. Anak yang mampu mengelola
perasaan nantinya akan mampu mengembangkan citra diri yang positif dan jadi
pribadi yang percaya diri. Sejak bayi, seseorang bisa mengenali emosi seperti
bahagia, sedih, takut, dan marah. Lalu saat menjadi anak-anak, emosi ini pun
berkembang menjadi rasa malu, terkejut, bersalah, bangga dan empati. Seiring
dengan pengalamannya, emosi ini juga akan berkembang dan tiap anak berbeda
pula cara penanganannya. Inilah pentingnya peran orang tua untuk
mengarahkan perkembangan emosi anak. Sebagai orang tua, Moms bisa
melakukan beberapa hal untuk membangun kecerdasan emosional anak sejak
dini.
Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku Emosi yang dialami
anak dapat pula dilihat dari gejala perilaku anak seperti: melamun, gelisah,
menangis, sukar berbicara atau dari tingkah laku yang gugup seperti menggigit
kuku atau menghisap jempol. Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak
muncul pada ledakan marahnya Untuk menampilkan rasa tidak senang, anak
26
melakukan tindakan yang berlebihan, misalnya menangis, menjerit-jerit,
melemparkan benda, bergulingguling, atau memukul ibunya. Pada usia ini anak
tidak memperdulikan akibat dari perbuatannya, apakah merugikan orang lain
atau tidak. Pada usia 5-6 tahun, emosi anak mulai matang. Pada usia ini anak
mulai menyadari akibat-akibat dari tampilan emosinya. Anak mulai memahami
perasaan orang lain, misalnya bagaimana perasaan orang lain bila disakiti,
maka anak belajar mengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada anak mudah
berubah dengan cepat dari satu bentuk ekspresi ke bentuk ekspresi emosi yang
lain. Anak dalam keadaan gembira secara tiba-tiba dapat langsung berubah
menjadi marah karena ada sesuatu yang dirasakan tidak menyenangkan,
sebaliknya apabila anak dalam keadaan marah, melalui bujukan dengan sesuatu
yang menyenangkan bisa berubah menjadi riang.8
Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi Pada masa
anak-anak, ledakan lebih banyak disebabkan olen hal-hal yang bersifat materil
kongkret, seperti cinta/kasih sayang, gembira, kemarahan, permusuhan,
ketakutan dan kecemasan.
Perkembangan emosional yang dialami anak prasekolah yaitu anak-
anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap
marah dan iri hati sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut. Sedangkan
pada aspek bahasa, sebagian besar anak-anak akan senang bicara, bercerita,
khususnya dalam kelompoknya. Oleh karena itu sesuai dengan kemampuan
tingkat perkembangannya, sebuah kelompok bermain atau taman kanak-kanak
memiliki sistem belajar yang santai, menyenangkan, bersifat ringan, berfokus
pada pola bermain dan tidak terlalu memberatkan dan memberikan pengajaran.
Salah satu contoh sistem belajar yang santau dan menyenangkan yaitu seperti
program bermain bersama yang dapat diterapkan pada anak tidak terlalu
memberatkan anak dalam memberikan pengajaran.
Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang.
Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik / keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan
gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi
lingkungan biologis, fisik, psikologis dan sosial.
Perkembangan afektif pada anak prasekolah yaitu perkembangan
tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku
didalam masyarakat dimanapun anak berada. Apabila seorang anak mengalami
gangguan pada perkembangan sosialnya, dikhawatirkan anak akan mengalami
kesulitan dalam penyesuaian dirinya, terutama dengan tuntutan-tuntutan
8
Ari kusumaningsih, hesti dan nurhalimah, the relationshif between family affective function and teenagers
emotional intelegence, UMY Yogyakarta, 2011 hal. 1
27
kelompok, kemandirian anak dalam berpikir dan berperilaku, serta yang
terpenting adalah gangguan dalam pembentukan konsep diri dari seorang anak.
Dampak tersebut akan semakin bertambah apabila dari segi faktor
pencetusannya tidak segera diatasi. Salah satu faktor atau stimulus yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak yaitu kebiasaan anak dalam bermain
gadget. Namun penggunaan gadget secara continue akan berdampak buruk
pada anak. yang cenderung terus-menerus menggunakan gadget akan sangat
tergantung dan menjadi kegiatan yang harus dan rutin dilakukan oleh anak
dalam ektifitas sehari-hari, tidak dipungkiri saat ini anak lebih sering bermain
gadget dari pada belajar berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, hal ini
mengkhawatirkan, sebab pada masa anak-anak mereka masih tidak stabil,
memiliki rasa keingin tahuan yang sangat tinggi, dan berpengaruh pada
meningkatnya sifat konsumtif pada anak-anak untuk itu penggunaan gadget
pada anak-anak perlu mendapatkan perhatian khusus bagi orang tua. Beberapa
kasus mengenai dampak negatif dari smartphone ini sering sekali menimpa
anak-anak. Mulai dari kecanduan internet, game, dan juga konten-konten yang
berisi pornografi.
Oleh karena itu pera orang tua terhapat anak-anaknya harus selalu
dilakukan. Jangan sampai orang tua mengadalkan gadget untuk menemani
anak, dan orang tua membiarkan anak lebih mementingkan gadget supaya tida
merepotkan orang tua. Dengan cara mengontrol setiap konten yang ada di
gadget anak-anaknya. Orang tua harus bisa mengajak diskusi dalam arti adanya
tanya jawab mengenaiisi dari semua gadget yang dimiliki anak-anaknya. Ini
artinya waktu bermain adalah waktu yang bermanfaat. Anak bisa belaar lewat
waktu bermain. Selama waktu itu anak bisa meniru tingkah laku orang dewasa,
mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitasnya.
B. Perkembanan Nilai
Dalam kamus bahasa Indonesia, nilai adalah harga, angka kepandaian.
Menurut Spranger, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan
oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi
sosial tertentu. Dalam perspektif Spranger, kepribadian manusia terbentuk dan
berakar pada tatanan nilai-nilai dan kesejahteraan. Nilai-nilai adalah
patokan-patokan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, misalnya adat
kebiasaan dan sopan santun (Sutikna,1988:50) sopan santun, adat kebiasaan,
dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai hidup yang
menjadi pegangan seluruh warga negara indonesia. Jadi, nilai adalah ukuran
baik-buruk, benarsalah, boleh-tidak boleh, indah-tidak indah suatu prilaku atau
pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat.9
9
Zuldafrian. Perkembangan Nilai, moral dan Sikap Remaja.
28
Perkembangan nilai adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan
kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1957: 957).
C. Perkembangan Moral
Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu
dihindari. Dalam perkembangan moral, anak usia dini masih banyak belajar
tentang berbagai hal dalam kehidupannya. Anak belajar mengamati, mengenal,
dan berbuat sesuai kata hati mereka. Anak belajar berbagai peristiwa dalam
hidupnya dan dari berbagai peristiwa tersebut anak akan menerima pengaruh
positif dan negatif serta sifat empati dari diri anak terhadap orang lain juga
berkembang jika anak dapat bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa.
Untuk itulah dibutuhkan bimbingan dan arahan sejak usia dini agar perilaku
baik ini tetap tertanam hingga dewasa.10
Seorang bayi yang baru dilahirkan merupakan makhluk yang
belum/nonmoral. Bayi atau anak-anak yang masih muda sekali tidak mengerti
norma-norma benar atau salah. Tingkah lakunya semata-mata dikuasai oleh
dorongan yang tidak dikuasai dan didasari dengan kecenderungan bahwa apa
yang menyenangkan akan diulang, sedangkan yang menyakitkan atau yang
tidak enak tidak akan diulang dalam tingkah lakunya. Anak pada masa ini
masih sangat muda secara intelek, untuk menyadari dan mengartikan bahwa
sesuatu tingkah laku adalah tidak baik, kecuali bilamana hal itu menimbulkan
perasaan sakit. Pada umur 3 tahun, seandainya disiplin telah ditanamkan
dengan teratur pada si anak. ia akan mengetahui perbuatan apa yang
diperbolehkan dan karena itu benar, dan perbuatan apa yang tidak
diperbolehkan dan karena itu salah. Kalau pada mulanya ia mengambil sesuatu
milik anak lain karena hal itu, menyenangkan dirinya, lama-kelamaan ia akan
mengetahui bahwa sesuatu tidak boleh diambil karena milik orang lain dengan
begitu anak lambat laun belajar menghargai milik orang lain.
D. Perkembangan Sikap
Perkembangan sikap Fishbein (1975) mendefenisikan sikap adalah
predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten
terhadap suatu objek. Sikap merupakan variabel laten yang mendasari,
mengarahkan dan mempengaruhi perilaku. Pengembangan sikap yang
menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang.
Pada masa ini anak dituntut untuk mengenal dan dapat memelihara kepentingan
dan kesejahteraan dirinya. Dapat memelihara kesehatan dan keselamatan diri,
menyayangi diri, senang berolah raga serta berekreasi untuk menjaga kesehatan
dirinya. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anak dituntut
10
Rakihmawati Dan Yusmiatinengsih, Upaya Meningkatkan Perkembangan Moral Anak Usia Dini Melalui
Mendongeng Di Tk Dahrmawanita, Jurnal Ilmiah, 2012, Hal.19
29
untuk mampu bergaul, bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman
sebaya, saling menolong dan membentuk kepribadian social Belajar menguasai
keterampilan-keterampilan intelektual dasar yaitu membaca, menulis dan
berhitung. Untuk melaksanakan tugasnya di sekolah dan perkembangan
belajarnya lebih lanjut, anak pada awal masa ini belajar menguasai kemampuan
membaca, menulis dan berhitung. Pengembangan konsep-konsep yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Agar dapat menyesuaikan diri dan
berperilaku sesuai dengan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut telah
memiliki konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.11
E. Perkembangan Afektif dalam Perspektif Islam
Dalam perspektif Islam, segala macam emosi dan ekspresinya
diciptakan oleh Allah melalui ketentuannya. Emosi diciptakan oleh Allah untuk
membentuk manusia yang lebih sempurna. Dalam Alqurannya dinyatakan;’Dan
bahwasanya Dialah yang menjadikan manusia tertawa dan menangis. Dan
bahwsanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan” (QS An-Najm [53]:
43-44). Alquran dan hadits banyak membahas tentang ekspresi dan emosi
manusia. Berbagai ekspresi dasarmanusi mulai dari ketakutan, kesedihan, dan
lain-lain diungkapkan dengan bahasa yang indah dalam firman Allah. Emosi
yang lain yang lebih kompleks, seperti malu, iri, dengki, penyesalan dan lain-
lain juga terangkaikan dalam berbagai kalimat.
Islam mengajarkan bahwa setiap aktivitas manusia sebagi perwujudan
pengabdian kepada Allah SWT, haruslah dilanadasi dengan pengetahuan yang
benar dan dari sumber yang akurat.
Komposisi ihsan dan afektif dapat dipahami dengan melihat bahwa
pengembangan unsur Ihsan dalam pribadi muslim menggunakan daya imajinasi
yang tertuntun oleh nilai-nilai tauhid. Pribadi muslim dapat merasakan
kehadiran Allah SWT, melalui penghayatan yang diperolehnya dari kerja
intuisi di dalam dirinya. Sehingga, seluruh dorongan dan perasaan yang ada di
dalam dirinya tertuntun oleh adab-adab yang dibolehkan dan di atur di dalam
Alquran.
Gadget merupakan salah satu bentuk nyata dari berkembangnya ipteks pada
zaman sekarang. Dengan berkembangnya iptek, hal ini sangat mempengaruhi pola
kehidupan manusia baik dari segi pola pikir maupun perilaku. Penggunaan gadget
dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya mempengaruhi perilaku orang dewasa, anak-
anak pun tidak luput dari pengaruh penggunaan gadget, salah satunya dalam
kemampuan dalam mengendalikan emosi, sikap, moral atau nilai anak tersebut.
Berdasarkan dampak penggunaan gadget pada perkembangan afektif anak usia
dini tentang apakah perkembangan afektif anak usia dini yang terdampak gadget ini
11
Edi Rohaedi, Mengembangkan Sikap Dan Prilaku Anak Usia Dini Melalui Pendidikan Karakter. Hal 9
30
mempunyai perilaku atau emosi, sikap, atau moral yang berbeda ketika sudah mulai
mengenal gadget?
• Perkembangan Sikap V:
Karena asyik dengan gadget, tak jarang dia jadi tidak menggubris panggilan
saya ataupun orang lain ketika sedang berinteraksi dengan gadgetnya. Meski saya
sudah menemaninya pun, anak saya terus saja melihat video yang lucu-lucu dan
membuat dia tertawa kegirangan. Saat inilah anak mulai kehilangan kontrol dirinya.
• Perkembangan Emosi V:
Meluapkan Amarah, Hal ini ditanyakan langsung kepada Ibu T mengatakan
“iya, anak saya yang usianya masih 1,5 tahun pada umumnya, suka berinteraksi
dengan sikap yang sudah saya ajarkan yang ia bisa ikuti. Tetapi setelah mengenal
atau sering menonton video di gadget ini, anak menjadi berbeda dengan terkadang
emosinya terlihat dari seberapa lama dan banyak video yang dia tonton yang
akhirnya ia menirunya. Jika ia sedang asyik bermain gadget, pas mau di ambil,
maka ia langsung ngamuk. Biasanya jika ditinggal ibu memasak ia akan menangis,
namun dengan adanya gadget ini, anak menjadi cuek dan terpaku pada gadget,
meskipun ada baiknya yaitu tidak mengganggu pekerjaan saya, namun dengan
meniru apa yang ia tonton maka itu berbahaya jika ternyata yang dilihat belum
satnya dan pantas ia lihat.
Memiliki fokus yang kurang baik. Meskipun anak saya terbilang masih kecil,
namun ia adalah anak yang cukup aktif. Ia suka bermain dengan kakaknya yang
sering membawanya jalan-jalan keluar. Namun setelah sekian lama terbiasa dengan
gadget ia hanya terfokus pada gadgetnya bahkan Ketika sedang jalan-jalan dengan
kakaknya.
• Perkembangan Sikap J:
Prilaku anak ini bisa di lihat dari sikap nya yang mulai kecanduan dan susah
untuk dihentikan. Meskipun oleh saya selalu terpantau, namun adakalanya saat dia
diasuh oleh orang lain, mungkin ada yang keliru. Anak mulai sulit dibujuk untuk
untuk main yang lain
• Perkembangan Emosi J:
Mudah menangis, Ketika anak saya yang masih 10 bulan ini menangis karna
suatu hal yang tak tentu, pada saat dia melihat video di gadget seketika ia mulai
focus dan tertawa. Ini menunjukan bahwa emosinya terluapkan dengan tertawa
tersebut. Di sisi lain Ketika da menangis lalu diberikan barang yang lain maka di
tolak, dan akhirnya gadgetpun menjadi pilihan akhir. Memiliki fokus yang kurang
baik
• Perkembangan Sikap N:
Ada beberapa perubahan fisik terjadi pada anak saya yang kecanduan gadget
dengan segala fungsinya. Berat badannya mulai turun drastis dalam waktu beberapa
31
bulan, sakit punggung, sakit kepala, dan sindrom lorong karpal. Hal ini disebabkan
intensitas berhadapan dengan layar gadget atau monitor setiap hari. Akibatnya anak
jarang bergerak dan makan tidak tepat waktu.
• Perkembangan Emosi N:
Mudah sekali marah. Menurut Ibu M “saya memberikan gadget kepada anak
tidak setiap saat ataupun saat dia merengek memintanya. Gadget saya berikan
ketika merasa sudah jarang sekali tidak memberikannya baru saya berikan gadget
tersebut dan dengan durasi yang tidak terlalu lama. Meskipun begitu, waktu demi
waktu setelah lama tetap saja itu berpengaruh pada emosi dan sikap anak. Meskipun
jarang diberi, namun apa yang sudah anak pelajari pada saat diberi kesempatan
bermain gadget, ia sudah bisa hafal dan tau sedikit cara menggunakan nya
meskipun tidak sempurna. Ketika saya mencoba memberikan arahan dengan tidak
lagi berfokus pada apa yang dia dapat dari gadget, ia akan marah. Tentusaja itu
membuat saya takut dan mencoba perlahan mengubahnya.
• Perkembangan Sikap S:
Dimana sedikit saja saya kurang sigap maka dia akan marah-marah. Melempar
mainannya yang lain atau bahkan menangis terus tak henti. Sikapnya pun menjadi
agak kasar. Ia sering memukul temannya atau saya sendiri yang ibunya. Tayangan
yang dia tonton ternyata bukan sedikit. Saat dengan gadget ia akan terus
memainkannya dalam tayangan yang bebas. Sehingga kekeliruan saya ini harus
segera diselesaikan.
• Perkembangan Emosi S:
Pendapat dari Ibu S mengatakan “saya memiliki 3 orang anak yang hampir
umurnya tidak jauh berbeda. Disana saya agak keteteran dalam mengasuhnya.
Kesalahan saya adalah memperkenalkan gadget pada anak. Alih-alih membuat
pekerjaan saya selesai, ternyata itu berdampak buruk bagi anak saya. Akibat terlalu
sering dengan gadget ini, anak saya menjadi anak yang lupa dengan kegiatannya
yang lain seperti anak pada biasanya. Ia menjadi anak yang manja dan mudah
emosi.
• Perkembangan Sikap A:
Ia menjadi anak yang nakal dan cuek pada saya ataupun orang lain jika sedang
bermain gadget. Namun ayahnya adalah orang yang tegas. Disaat anak kami mulai
mengetahui dampak negative dari gadget, kami mulai mencari cara yang lain. Sikap
cuek ini makin lama main gadget maka semakin parah.
• Perkembangan Emosi A:
Pendapat dari Ibu E “mengatakan “saya termasuk salahsatu dari banyak ibu
yang salah dalam mendidik anak. Saya memberikan gadget pada anak agar dia bisa
belajar. Namun saya tidak berfikir Panjang bahwa ternyata gadget tidak semuanya
32
baik. Sayapun kini mulai menyadari dan merasakan bahwa anak saya sudah
kecanduan gadget.
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai “Dampak Pengunaan
Gadget Pada Perkembangan afektif Anak Usia Dini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk penggunaan gadget pada anak usia dini sangat berfariasi dengan bentuk
permainan seperti game, menonton vidio kartun, dan menonton youtube.
2. Penggunaan gadget pada anak usia dini mempunyai pengaruh terhadap perkembangan
Afektif anak usia dini seperti contohnya anak menonton konten yang ada unsur
kekerasannya, jika disalah gunakan sang anak akan mempraktekkan kepada teman-
temannya dan anak akan menjadi sedikit arogan.
3. Berdasarkan penelitian dilapangan bahwa pengaruh perkembangan Afektif anak usia
dini disebabkan oleh kelalaian orangtua itu sendiri. Mereka kurang tegas dalam
mengambil Tindakan.
4. Perkembangan afektif pada anak yang terdampak gadget ini mencakup beberapa hal,
yang diantaranya perkembangan emosi, sikap, nilai dan moral. Anak usia ini tidak
mengetahui mana yang benar dan salah. Mereka akan cenderung melakukan hal apa
saja yang mereka inginkan tanpa orantua ketahui dan inginkan. Dari penelitian yang
sudah dilakukan sudah dapat diambil kesimpulan bahwa anak yang terdampak gadget,
prosesperkembangan afektignya kan terganggu. Salahsatunya pada hal emosi yang
paling banyak. Anak akan terbiasa diberi keleluasaan sehingga pada saat tidak diberi,
ia akan marah atau menangis. Mengenai sikap juga sudah terlihat, nbahwa mereka akan
mulai egois dengan keinginan mereka sendiri. Diakrenakan mereka sudah kecanduan
gadget, amka tidak mustahil mereka akan semakin ketergantungan jika tidak segera di
hentikan atau bahkan di ganti dnegan solusi yang lebih baik.
5. orang tua cenderung lebih efektif dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak
yaitu orang tua yang memberikan kehangatan kepada anak, menjalin komunikasi yang
baik dengan anak, menyempatkan waktu yang cukup banyak untuk bersama anak
setiap hari dan tidak memutuskan komunikasi dengan anak.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari kesimpulan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penulis
memberikan masukan berupa saran, sebagai berikut
1. Bagi Orang Tua
Diharapkan orang tua lebih selektif lagi dalam memberikan mainan kepada
anak, terutama pemberian izin bermain gadget. Perlu ketegasan dan pendampingan
dari orang tua dalam memberikan batasan durasi dan penggunaan gadget oleh anak,
agar nantinya tidak memberikan dampak negatif yang dapat mengganggu proses
tumbuh kembang anak terutama perkembangan sosialnya.
34
Penggunaan gadget sebaiknya tidak diberikan pada anak dibawah usia 6 tahun,
karena saat usia tersebut anak lebih diarahkan kedalam kegiatan yang memiliki
aktivitas dilingkungan agar mudah untuk bersosialisasi.
2. Bagi peneliti
Diharapkan penelitian ini memberikan acuan bagi penelitian selanjutnya.
Terutama bagi peneliti yang akan meneliti seputar dampak penggunaan gadget pada
perkembangan sosial anak usia dini.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan atau pihak sekolah sebaiknya terus memperhatikan dan
mengidentifikasi perkembangan psikososial anak serta perubahan yang terjadi pada
perkembangan psikososial anak ketika anak berada dilingkungan pengawasan guru,
sehingga guru dapat memberikan stimulus dalam bentuk kegiatan sosial pada seluruh
siswa untuk perkembangan psikososial anak usia pra sekolah (3-6 tahun).
35
DAFTAR PUSTAKA
Ari kusumaningsih, hesti dan nurhalimah. 2011. the relationshif between family affective
function and teenagers emotional intelegence, Yogyakarta: UMY Yogyakarta.
Darmwani, Evia. 2019. “Dampak Gadget Anak Usia Dini”. Palembang: Piknik Jurnal PAUD.
Herdiansyah, Haris Wawancara, Observasi, dan Focus Groups: Sebagai Instrumen
Penggalian Data Kualitatif,
https://buleleng.bulelengkab.go.id/artikel/perkembangan-anak-usia-dini-70
https://slideplayer.info/slide/12169684/
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150326151109-255-42099/mengenali-
karakteristik-anak-kecanduan-gadget-dan-solusinya2015.
Muawanah. 2019. Implikasi Psikologi Perkembangan Terhadap Pendidikan Anak Usia Dini,
Tangerang Banten: Jurnal Vijjacania.
Mukaromah, Titik. 2019. “Dampak Penggunaan Gadget Pada Perkembangan Social Anak
Usia Dini Di Dusun Setia Bumi Kecamatan Seputih Banyak”. PAI. Tarbiyah Dan ilmu
Keguruan. IAIN Metro
Rakihmawati Dan Yusmiatinengsih. 2012. “Upaya Meningkatkan Perkembangan Moral
Anak Usia Dini Melalui Mendongeng Di Tk Dahrmawanita” Padang: Jurnal Ilmiah.
Rohaedi, Edi “Mengembangkan Sikap Dan Prilaku Anak Usia Dini Melalui Pendidikan
Karakter.”
file:///C:/Users/MOSCOW/Downloads/77-277-1-PB.pdf
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/ECEIJ/article/view/518
36