Anda di halaman 1dari 86

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/359228856

PARIWISATA SUPER PRIORITAS DANAU TOBA

Book · March 2022

CITATIONS READS

0 2,006

3 authors, including:

Megasari Gusandra Saragih Mesra Mesra


Universitas Pembangunan Panca Budi Universitas Pembangunan Panca Budi
30 PUBLICATIONS   35 CITATIONS    124 PUBLICATIONS   2,080 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Management View project

ILL IN13 upgrade View project

All content following this page was uploaded by Mesra Mesra on 15 March 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PARIWISATA SUPER PRIORITAS
DANAU TOBA

Megasari Gusandra Saragih


Elfitra Desy Surya i

Mesra B
PARIWISATA SUPER PRIORITAS
DANAU TOBA

Megasari Gusandra Saragih


Elfitra Desy Surya
Mesra B

ii
PARIWISATA SUPER PRIORITAS DANAU TOBA
Penulis :
Megasari Gusandra Saragih
Elfitra Desy Surya
Mesra B

Nomor ISBN : 978-623-96596-9-1

Nomor IKAPI : 028/SUT/2019

Editor :
Slamet Widodo

Penyunting :
Lambok Manurung

Desain sampul dan Tata letak :


Lambok Manurung

Penerbit :
Penerbit Andalan

Redaksi :
CV. Andalan Bintang Ghonim
Jl. Sawit Raya 13 A
Medan 20141
Jl. H. Gemin No. 117, Bekasi
Telp/Fax. 0618368031
Hp. 081265557886
Email : penerbitandalan@gmail.com

Cetakan pertama, 10 Oktober 2021

Hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak, menyalin, merekam sebagian atau seluruh bagian buku ini
dalam bahasa atau bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Penerbit Andalan
Maju Dan Besar Bersama, Patner & Mitra Ilmu Anda

iii
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah


SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan buku ini. Teriring salawat dan salam
untuk baginda rasulullah SAW, semoga kita mendapat safaatnya
di hari akhir kelak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak
yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam penyusunan buku ini sehingga buku ini
dapat tersusun dengan baik dan tepat waktu.
Buku ini disusun bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan wawasan para pembaca mengenai Danau
Toba yang saat ini menjadi salah satu pariwisata super prioritas.
Penetapan kawasan Danau Toba sebagai salah satu destinasi
pariwisata super prioritas adalah hal yang dinilai wajar
mengingat keindahan alam Danau Toba yang terbentang di 7
(tujuh) kabupaten yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli
Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir
merupakan potensi besar sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Bahkan Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu
Maxima Zorreguieta Cerruti telah berkunjung ke Danau Toba.
Kunjungan Raja dan Ratu Belanda ke Danau Toba untuk
berwisata menikmati keindahan dan panorama Danau Toba
serta melihat kebudayaan masyarakat suku Batak.

iv
Karena itu kawasan objek wisata Danau Toba terus
dikembangkan. Pengembangan meliputi pelebaran alur Tano
Ponggol dari 25 meter menjadi 80 meter, pembangunan
Jembatan Tano Ponggol sepanjang 450 meter yang
menghubungkan daratan Sumatera dan Pulau Samosir, dan
penataan kawasan tepi danau. Pelebaran alur ini ditujukan untuk
membuka akses kapal wisata yang lebih besar agar dapat
mengelilingi kawasan Danau Toba.
Penulis menyadari bahwa penulisan buku ini masih belum
dapat memberikan penggambaran yang menyeluruh tentang
objek wisata Danau Toba. Oleh karena itu penulis menerima
masukan dari para pembaca untuk perbaikan buku ini di masa
datang.

Medan, 10 Oktober 2021


Hormat Kami,

Penulis

v
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................... iii


Daftar Isi ................................................................................................... v

BAB 1 Hakikat Pariwisata


A. Definisi Pariwisata ............................................................... 1
B. Tujuan Pariwisata ................................................................ 6
C. Manfaat Pariwisata .............................................................. 8
D. Jenis-Jenis Pariwisata ......................................................... 14
E. Ruang Lingkup Pariwisata ................................................... 21

BAB 2 Objek Wisata


A. Definisi Objek Wisata .......................................................... 25
B. Unsur Pokok Wisata ............................................................ 27
C. Pengembangan Objek Wisata ............................................ 30
D. Objek Wisata Unggulan Di Indonesia. ................................ 38

BAB 3 Danau Toba Menuju Pariwisata Super Prioritas .................. 50


A. Pariwisata Super Prioritas ........................................................ 59
B. Faktor Pendukung Destinasi Wisata Super Prioritas
Nasional .............................................................................. 51
C. Sejarah Terbentuknya Danau Toba ........................................ 62
D. Pulau-pulau di Danau Toba .................................................... 69
D. Danau Toba Wisata Unggulan ................................................ 70

Daftar Pustaka ........................................................................................ 76


Indeks .................................................................................................... 79
Glosari .................................................................................................... 80

vi
Bab 1
Hakikat Pariwisata

A. Definisi Pariwisata
Di Indonesia, istilah pariwisata digunakan dalam suatu
percakapan oleh mendiang Presiden Soekarno yang memiliki
padanan kata dengan tourism atau turisme. Arti kata pariwisata
atau turisme sering kali dekat dengan cara-cara dan makna dari
orang-orang yang menggunakan istilah tersebut. Secara etimologis
pariwisata terdiri dari kata wisata yang berarti perjalanan
(traveling); kata wisatawan yaitu orang atau sekelompok orang
yang melakukan perjalanan (travelers), dan kepariwisataan yaitu
hal, kegiatan atau segala sesuatu yang berhubungan dengan
pariwisata. Sifat kegiatan pariwisata adalah sosial, ekonomi,
kebudayaan yang timbul sebagai efek dari perjalanan wisata.
Aspek yang berhubungan dengan pariwisata adalah
manusia, tempat/ruang, dan waktu. Manusia adalah orang atau
sekelompok orang yang melakukan perjalanan dan yang melayani
atau menyediakan layanan kebutuhan perjalanan wisata. Tempat
atau ruang adalah tempat atau daerah tujuan wisata, lokasi objek
dan daya tarik wisata yang dikunjungi wisatawan. Dan waktu
adalah waktu luang (leisure time) atau hari-hari libur yang tersedia
dan digunakan untuk dan selama perjalanan wisata.
Menurut etimologi kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata
“travel”. Dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan
yang dilakukan berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain atas

1
dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata
dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan
secara individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain
dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan
(Sinaga, 2010:12).
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Pariwisata;
Pelancongan; Turisme adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perjalanan untuk rekreasi. Selanjutnya menurut Undang-undang
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah
"Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung fasilitas serta
layanan yang disediakan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha".
Menurut World Tourism Organization (WTO) Tahun 1995,
pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang
melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar
lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung
dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut
untuk tujuan bersenang-senang, bisnis dan lainnya.
Pariwisata menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990
adalah segala seuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata serta usaha-usaha
yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.
Pengertian tersebut meliputi: semua kegiatan yang berhubungan
dengan perjalanan wisata, sebelum dan selama dalam perjalanan
dan kembali ke tempat asal, pengusahaan daya tarik atau atraksi
wisata (pemandangan alam, taman rekreasi, peninggalan sejarah,
pagelaran seni budaya), Usaha dan sarana wisata berupa: usaha

2
jasa, biro perjalanan, pramu wisata, usaha sarana, akomodasi dan
usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata.
Beberapa ahli mengemukakan pengertian pariwisata, antara
lain: Yoeti (Irawan, 2010:11), menjelaskan bahwa kata pariwisata
berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu: pari yang berarti banyak,
berkali–kali, berputar–putar, keliling, dan wisata yang berarti
perjalanan atau bepergian. Freuler (Irawan, 2010:11), merumuskan
pengertian pariwisata dengan memberikan batasan sebagai
berikut: “...Pariwisata dalam arti modern adalah merupakan
fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan
akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan
menumbuhakan cinta terhadap keindahan alam dan pada
khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai
bangsa dan kelas manusia sebagai hasil dari perkembangan
perniagaan, industri, serta penyempurnaan dari alat–alat
pengangkutan ”.
Menurut Wahab dalam Yoeti (1996:116), Pariwisata dalah
suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang
mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang
dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman
orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari
kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang
dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap. Sedangkan
menurut Krapt dan Hunziker dalam Yoeti (1996:112), Pariwisata
adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan dari
perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan
tempat tinggal sementara, asalkan orang asing itu tidak tinggal

3
menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang
bersifat sementara.
Definisi berbeda disampaikan oleh Schulard dalam Yoeti
(1996:114), Pariwisata adalah sejumlah kegiatan terutama yang
ada kaitannya dengan perekonomian secara langsung
berhubungan dengan masuknya orang-orang asing melalui lalu
lintas di suatu negara tertentu, kota dan daerah. Kemudian
menurut McIntosh dan Gupta dalam Yoeti (1992:8), Pariwisata
adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi
wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan
rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan
serta para pengunjung lainnya.
Lundberg dalam Kusmayadi dan Endar (2000:4), Pariwisata
adalah konsep umum yang sejarahnya kembali ke masa yang
lampau (tahun 1811), atau sebelumnya, dan dan definisinya terus
berubah. Istilah tourism atau keparwisataan mencakup orang-
orang yang melakukan perjalanan pergi dari rumahnya dan
perusahaan-perusahaan yang melayani mereka dengan cara
memperlancar atau mempermudah perjalanan mereka, atau
membuatnya lebih menyenangkan. Seorang wisatawan
didefinisikan sebagai seseorang yang berada jauh dari tempat
tinggalnya (jarak jauh ini berbeda-beda). Sebagai suatu konsep,
pariwisata dapat ditinjau dari berbagai segi yang berbeda.
Pariwisata dapat dilihat sebagai suatu kegiatan perjalanan dengan
maksud untuk bersantai. Pariwisata juga sebagai suatu bisnis yang
berhubungan dengan penyediaan barang dan jasa bagi wisatawan

4
dan menyangkut setiap pengeluaran oleh atau untuk wisatawan
atau pengunjung dalam perjalanannya.
Robinson dalam Pitana dan Putu (2005:40), Pariwisata
berkembang karena adanya gerakan manusia di dalam mencari
sesuatu yang belum diketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru,
mencari perubahan suasana, atau untuk mendapatkan perjalanan
baru. Institut of Tourism in Britain (sekarang Tourism Society in
Britain), dalam Kusmayadi & Sugiarto Endar (2000:4-5), di tahun
1976 mendefinisikan pariwisata sebagai kepergian orang-orang
untuk sementara waktu ke tempat tujuan di luar tempat tinggal dan
tempat bekerja sehari-hari, ini mencakup kepergian untuk berbagai
maksud, termasuk kunjungan sehari-hari atau darmawisata.
Bergeraknya (bepergiannya) orang-orang tersebut dapat dilukiskan
dengan banyak orang yang meninggalkan tempat kediaman atau
rumah untuk sementara waktu ke tempat lain dengan tujuan
sebagai seorang kosumen dan sama sekali tanpa tujuan mencari
nafkah.
Selanjutnya Kusdianto (1996) menyatakan bahwa pariwisata
adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta
yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran
produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang
sedang bepergian. Sedangkan menurut Suwantoro (2004:3),
pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata,
yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara
seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan
untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.

5
Dari semua definisi diatas, ada suatu hal yang sangat menonjol
dari batasan-batasan yang dikemukankan tentang pariwisata ialah :
a. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu
b. Perjalanan itu dilakukan dari suatu ke tempa lain
c. Perjalanan itu harus dikaitkan dengan pertamasyaan atau
reaksi
d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari
nafkah ditempat yang dikunjunginya dan semata-mata
sebagai konsumen di tempat tersebut.

B. Tujuan Pariwisata
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung
menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa
berbagai manfaat terhadap masyarakat setempat dan sekitarnya.
Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi dobrak yang luar
biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami
metamorfose dalam berbagai aspeknya. Pariwisata mempunyai
banyak manfaat bagi masyarakat dan bagi negara sekalipun,
manfaat pariwisata dapat dilihat dari berbagai aspek/segi yaitu
manfaat pariwisata dari segi ekonomi, sosial budaya, lingkungan
hidup, nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan, peluang dan
kesempatan kerja.
Menurut Soekardijo (1997) tujuan pariwisata adalah :
1. Untuk menggunakan waktu senggang, baik dipergunakan
untuk rekreasi (berlibur) keperluan kesehatan, pelajaran dan
pengetahuan, serta untuk menjalankan ibadah maupun
olahraga.

6
2. Untuk keperluan usaha atau bisnis, kunjungan keluarga,
menjalankan tugas-tugas, serta menghadiri konferensi. Jika
seseorang mengadakan perjalanan kurang dari 24 jam,
digolongkan ke dalam pelancong. Para wisatawan ini di
bedakan menjadi wisatawan domestik atau wisatawan
nusantara (wisdom atau wisnus) dan wisatawan mancanegara
atau wisatawan asing (wisman).
Menurut Kasrul (2003), prioritas grup/seseorang untuk
lakukan perjalanan wisata adalah mencari kesenangan atau
keceriaan, berikut ada beberapa tujuan dari adanya pelaksanaan
wisata:
1) Untuk riset atau menambah ilmu pengetahuan (discovery
tourism, culcutal tourism).
2) Mencari kenikmatan dari yang telah didapatkan.
3) Mempunyai tujuan bersenang-senang (wisata refreshing).
4) Maksud keagamaan (wisata religi).
5) Menginginkan bersantai, bergembira ria, santai (terlepas dari
kebiasaan)
6) Penuhi rasa menginginkan tahu atau menaikan pikiran.
7) Wisata dengan maksud ketertarikan spesial (menyelam,
arung jeram, sky, fly dan lain-lain).
8) Menginginkan berpetualang utnuk mencari pengalaman baru.
9) Menginginkan mencari situasi baru atau situasi beda.
Tujuan wisata yang dibenarkan oleh agama, yaitu perjalanan
(yang tidak mengakibatkan dosa) dibenarkan oleh agama. Bahkan
mereka yang melakukannya mendapatkan keringanan-
keringanan dalam bidang kewajiban agama, seperti boleh

7
menunda puasanya, atau menggabung dan mempersingkat rakaat
shalatnya. Tetapi yang terpuji, dari suatu perjalanan, adalah yang
sifatnya seperti apa yang ditegaskan dalam salah satu ayat yang
memerintahkan melakukan perjalanan (Shihab, 1994). Quraish
Shihab, memperkuat argumentasinya mengenai tujuan wisata ini
dengan firman Allah:
Artinya : Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi,
lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Departemen
Agama Republik Indonesia:519).
Disamping itu, dari adanya wisata diharapkan agar manusia
memperoleh manfaat dari apa yang diperoleh dan dipelajari di
tempat-tempat yang telah dikunjungi.

C. Manfaat Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu jenis kegiatan yang
secara langsung maupun tidak langsung menyentuh dan
melibatkan masyarakat, sehingga terdapat timbal-balik antara
masyarakat dengan pariwisata. Bahkan pariwisata dapat dikatakan
mempunyai kekuatan yang cukup besar yang mampu membuat
masyarakat setempat mengalami perubahan dalam berbagai aspek
dalam kehidupan mereka. Dapat kita lihat bahwa saat ini banyak
negara yang bergantung dari industri pariwisata sebagai sumber
pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa
kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri

8
pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh
masyarakat untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai
daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan
barang dan jasa kepada orang non-lokal. Pariwisata mempunyai
banyak manfaat bagi masyarakat yang akan kita uraikan
selanjutnya.
Manfaat Pariwisata menurut Yoeti (1997), yaitu sebagai
berikut:
1. Dari segi ekonomi
Manfaat pariwisata dari segi ekonomi adalah pariwisata
menghasilkan devisa yang besar bagi Negara sehingga
meningkatkan perekonomian negara. Konstribusi pariwisata
menunjukan trend yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1945 penukaran valuta asing senilai 95,105 juta dollar
AS. Angka ini mengalami kenaikan, menjadi 456,105 juta dolar AS
pada tahun 1990, dan pada tahun 1997 (sesaat sebelum krismon)
menjadi 1,380,454 juta dollar AS. Selanjutnya, karena nilai tukar
dollar yang melonjak, penukaran valuta asing hanya mencapai nilai
865,078 juta dollar AS pada tahun 2000.
2. Dari Segi Budaya
Manfaat lain yang muncul dari industri periwisata ini antara
lain dapat terlihat pula dari segi budaya. Dengan pesatnya
perkembangan industri pariwisata maka akan membawa
pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi
pengunjung wisata (turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah
wisata tersebut berada. Dari interaksi inilah para wisatawan dapat
mengenal dan menghargai budaya masyarakat setempat dan juga

9
memahami latar belakang kebudayaan lokal yang dianut oleh
masyarakat tersebut.
Bali merupakan salah satu contoh nyata daerah wisata yang
berkembang amat pesat di Indonesia. Banyaknya turis-turis yang
berkunjung ke Bali, baik turis domestik maupun internasional telah
membawa dampak yang cukup besar bagi perkembangan daerah
itu sendiri. Sedangkan dari segi sosial dan budaya, Bali merupakan
sarana yang tepat bagi pengenalan promosi kebudayaan Indonesia
kepada dunia Internasional.
3. Dari Segi Lingkungan hidup
Pariwisata juga mendatangkan manfaat bagi lingkungan
hidup karena sebuah objek wisata apabila ingin mendapatkan
kunjungan dari wisatawan haruslah terjaga keberhasilannya
sehingga kita menjadi terbiasa untuk menjaga dan merawat
lingkungan kita agar terjaga kebersihannya. Pembangunan
pariwisata tidak mengakibatkan dampak-dampak negatif terhadap
lingkungan dan penurunan kualitas tanah atau lahan pertanian baik
lahan perladangan maupun persawahan. Kelestarian hutannya
masih tetap terjaga dengan baik. Masyarakat secara bersama-
sama dan sepakat untuk melestarikan hutannya dan tanpa harus
ketergantungan terhadap hutan tersebut. Pada dasarnya
masyarakat lokal telah sadar terhadap perlunya pelestarian hutan,
karena kawasan hutan yang dimaksud merupakan daerah resapan
air yang bisa dipergunakan untuk kepentingan hidupnya maupun
mahluk yang lainnya serta keperluan persawahan.

10
4. Dari Segi Nilai Pergaulan dan Ilmu Pengetahuan
Manfaat pariwisata yang kita dapat dari segi nilai pergaulan
adalah kita menjadi lebih banyak mempunyai teman dari berbagai
negara dan kita bisa mengetahui kebiasaan orang dari masing-
masing negara tersebut sehingga kita dapat mempelajari
bagaimana kebiasaan yang baik masing-masing negara. Selain itu
kita juga dapat manfaat ilmu pengetahuan dari pariwisata karena
dengan mempelajari pariwisata kita juga bisa tahu dimana letak
dan keunggulan sebuah objek wisata tersebut bisa maju dan bisa
menerapkan di daerah objek wisata daerah kita yang belum
berkembang dengan baik.
5. Dari Segi Peluang dan Kesempatan Kerja
Pariwisata juga menciptakan kesempatan kerja. Sarana-
sarana pariwisata hotel dan perjalanan adalah usaha yang “padat
karya”. Menurut perbandingan jauh lebih banyak untuk hotel dan
restoran dari pada untuk usaha-usaha lainnya. Untuk setiap tempat
tidur dibutuhkan kira-kira 2 orang tenaga kerja. Di Amerika Serikat
untuk tempat tidur diperlukan 279 tenaga kerja. Sudah tentu angka
itu berbeda-beda menurut negaranya. Di Indonesia untuk seiap
kamar dibutuhkan kira-kira 2 orang tenaga kerja.
Itu semua mengenai tenaga kerja yang langsung
berhubungan dengan pariwisata. Disamping itu, pariwisata juga
menciptakan peluang kerja yang tidak berhubungan langsung
dengan pariwisata. Yang tepenting di bidang kontruksi bangunan
dan jalan. Banyak bangunan yang didirikan untuk hotel, restoran,
dll. Wisatawan-wisatawan juga juga memerlukan makan dan
minum, ini semua secara tidak langsung menciptakan lapangan

11
kerja di bidang pertanian. Jadi, pariwisata mempunyai banyak
manfaat dari segi peluang dan kesempatan kerja
Selanjutnya menurut www.pakguruhonorer.blogspot.com
(2015), manfaat dari pariwisata dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat pariwisata dari segi ekonomi:
a) Mendatangkan devisa Negara melalui pajak seperti
pajak restoran, pajak bandara, pajak karyawan, dan
lain-lain.
b) Membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga siap kerja.
Para tenaga kerja bisa mendapatkan pekerjaan dari
sektor pariwisata seperti menjadi penjaga loket,
membuka tempat makan, tempat perbelanjaan,
pendirian penginapan, dan lain-lain.
c) Menstabilkan perekonomian lokal dan
penganekaragaman pekerjaan. Melalui pariwisata
keadaan perekonomian masyarakat akan meningkat
dan itu tentu akan menstabilkan kondisi perekonomian
lokal mereka.
d) Pembangunan daerah wisata baik di kota maupun di
daerah. Dengan demikian sektor pariwisata amat
sangat berperan dalam menunjang pembangunan
daerah yang akan menarik wisatawan baik domestik
maupun internasional.
2. Manfaat pariwisata dari segi sosial
a) Mendorong pembelajaran bahasa asing dan
ketrampilan baru. Masyarakat daerah pariwisata
akan terdorong mempunyai ketrampilan

12
berbahasa asing agar dapat berinteraksi dengan
pendatang.
b) Akan menimbulkan perasaan bangga pada
masyarakat akan pariwisata daerahnya sehingga
menimbulkan kesadaran untuk sama-sama
menjaga dan dan melestarikan pariwisata
tersebut.
c) Sarana dan prasarana dikembangkan untuk
pariwisata juga dapat menguntungkan penduduk
d) Dana pariwisata terkait telah memberikan
kontribusi terhadap sekolah yang dibangun di
beberapa daerah.
e) Meningkatkan dan memeratakan pendapatan
rakyat. Belanja di DTW akan meningkatkan
pendapatan dan pemerataan pada masyarakat
setempat baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui dampak berganda (multiflier
effect).
3. Manfaat pariwisata dari segi budaya
a) Terjadi interaksi budaya antara budaya lokal
dengan budaya pengunjung yang akan membawa
mereka pada rasa saling menghargai satu sama
lain.
b) Mengenalkan budaya kita kepada masyarakat
luas sehingga budaya tersebut tidak akan cepat
luntur dan hilang karena adanya sosialisasi
kebudayaan.

13
c) Mengerti dan memahami latar belakang
kebudayaan lokal sehingga menambah
pengetahuan akan kebudayaan.
d) Memungkinkan terjadi asimilasi dan akulturasi
budaya.

D. Jenis-Jenis Pariwisata
Seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke suatu
daerah biasanya karena ingin sekedar untuk refreshing dan
sekedar untuk berjalan-jalan. Selain itu, ada juga yang melakukan
perjalanan wisata karena ada urusan bisnis ke suatu daerah. Ada
berbagai jenis pariwisata yang dikelompokkan berdasarkan tujuan
atau motif seseorang atau kelompok yang melakukan perjalanan
wisata.
Host and Guest (1989) dalam Kusumanegara (2009:3)
mengklasifikasikan jenis pariwisata sebagai berikut:
1) Pariwisata Etnik (Etnihc Tourism), yaitu perjalanan untuk
mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup
masyarakat yang menarik.
2) Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk
meresapi atau untuk mengalami gaya hidup yang telah
hilang dari ingatan manusia.
3) Pariwisata Rekreasi (Recreation Tourism), yaitu kegiatan
pariwisata yang berkisar pada olahraga, menghilangkan
ketegangan dan melakukan kontak social dengan suasana
santai.

14
4) Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu
tempat yang relative masih asli atau belum tercemar,
dengan tujuan untuk mepelajari, mengagumi, menikmati
pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta
perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat
tersebut.
5) Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu
kota untuk menikmati pemandangan, tumbuhan dan
binatang liar serta perwujudan budaya yang ada atau
pernah ada di tempat tersebut.
6) Rersort City, yaitu kota atau perkampungan yang
mempunyai tumpuan kehidupan pada persediaan sarana
atau prasarana wisata yaitu penginapan, restoran, olahraga,
hiburan dan persediaan tamasya lainnya.
7) Pariwisata Agro (Agro Tourism yang terdiri dari Rural
Tourism atau Farm Tourism) yaitu merupakan perjalanan
untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian,
perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini
bertujuan mengajak wisatawan memikirikan alam dan
kelestariannya
Selanjutnya menurut Spillane (1987) jenis-jenis pariwisata,
yaitu:
1. Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang
meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari
udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin
tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk

15
melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam,
atau bahkan untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian
di daerah luar kota.
2. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang
menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat,
untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya,
yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.
3. Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untuk
mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat
daerah lain selain itu untuk mengunjungi monumen bersejarah,
peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian,
pusat-pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-
festival seni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism)
Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori:
a. Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya
peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade
Games, World Cup, dan lain-lain.
b. Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata
olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan
mempraktekan sendiri, seperti pendakian gunung, olahraga
naik kuda, dan lain-lain.
5. Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)
Perjalanan usaha ini adalah bentuk professional travel atau
perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau

16
jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan
daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan.
6. Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism)
Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan
peserta yang biasanya tinggal beberapa hari di kota atau
negara penyelenggara.
Selanjutnya jenis-jenis pariwisata menurut Suwantoro (2004)
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Wisata Budaya
Seseorang yang melakukan perjalanan wisata dengan tujuan
untuk mempelajari adat-istiadat, budaya, tata cara kehidupan
masyarakat dan kebiasaan yang terdapat di daearah atau
negara yang di kunjungi. Termasuk dala jenis pariwisata ini
adalah mengikuti misi kesenian ke luar negeri atau untuk
menyaksikan festifal seni dan kegiatan budaya lainnya.
2. Wisata Kesehatan
Disebut juga dengan Wisata Pulih Sembuh. Artinya
seseorang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk
sembuh dari suatu penyakit atau memulihkan kesegaran
jasmani dan rohani. Objek wisata kesehatan adalah tempat
peristirahatan, sumber air panas, sumber air mineral dan
fasilitas-fasilitas lain yang memungkinkan seorang wisatawan
dapat beristirahat sambal berwisata.
3. Wisata Olahraga
Seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk
mengikuti kegiatan olahraga, misalnya Olympiade, Thomas
Cup, dan Sea Games.

17
4. Wisata komersial
Istilah lainya adalah wisata bisnis.Wisatawan yang masuk ke
dalam jenis wisata ini adalah mereka yang melakukan
perjalanan untuk tujuan yang bersifat komersial atau dagang.
Misalnya, mengunjungi pameran dagang, pameran industry,
pekan raya, dan pameran hasil kerajinan.
5. Wisata Industri
Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
mahasiswa untuk berkunjung ke suatu industri yang besar
guna mempelajari atau meneliti industry tersebut. Misalnya :
rombongan pelajar dan mahasiswa yang berkunjung ke IPTN
untuk melihat industry pesawat terbang.
6. Wisata Politik
Seseorang yang berkunjung ke suatu negara untuk tujuan
aktif dalam kegiata politik. Misalnya kunjungan kenegaraan,
menghadiri penobatan Kaisar di Jepang, penobatan Ratu di
Inggris. Juga konferensi politik atau kunjungn kenegaraan
yang dilanjutkan dengan berdamawisata mengunjungi obyek-
obyek wisata dan atraksi wisata.
7. Wisata Konvensi
Seseorang yang melakukan perjalanan dan berkunjung ke
suatu daerah atau negara dengan tujuan untuk mengikuti
konvensi atau konferensi. Misalnya, KTT Non-Blok yang baru-
baru ini diselenggarakan di Jakarta. Wisata Konferensi ini erat
kaitannya dengan kaitan politik. Di samping disediakannya
tempat-tempat untuk konvensi atau konferensi, biasanya juga
ada post conference tour, yakni acara berdarmawisata sesuai

18
konferensi dengan mengunjungi obyek wisata dan atraksi
wisata.
8. Wisata Sosial
Kegiatan wisata sosial ini adalah kegiatan wisata yang
dilesenggarakan dangan tujuan non profit atai tidak mencari
keuntungan. Perjalanan wisata ini diperuntukkan bagi remaja,
atau golongan masyarakat ekonomi lemah maupun pelajar.
Contoh lain : organisasi wanita yang mengajak siswa dari
panti asuhan untuk melakukan perjalanan wisata. Kegiatan ini
termasuk juga wisata sosial.
9. Wisata Pertanian
Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan dengan
mengunjungi pertanian, perkebunan untuk tujuan studi, dan
riset atau studi banding. Contoh: petani dari Jawa Timur baru-
baru ini ada yang dikirim ke Jepang untuk mempelajari
teknologi pertanian di negara tersebut.
10. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari
Wisata Bahari ini sering dikaitkan dengan olahraga air, seperti
berselancar, menyelam, berenang, dan sebagainya. Objek
adalah pantai, laut, danau, sungai, kepulauan, termasuk
taman laut. Karena kegiatannya di air, wisata ini disebut juga
Wisata Tirta.
11. Wisata Cagar Alam
Jenis wisata ini adalah berkunjung ke daerah cagar alam. Di
samping untuk mengunjungi binatang atau tumbuhan yang
langka juga untuk tujuan menghirup udara segar dan
menikmati keindahan alam. Objek wisata jenis ini adalah

19
Kebun Raya Bogor, Taman Nasional Blauran, dan
sebagainya.
12. Wisata Buru
Kegiatan wisata ini dikaitkan dengan hobi berburu. Lokasi
berburu ini tentu saja telah dimaklumkan oleh pemerintah
sebagai daerah perburuan, misalnya jenis binatang yang
merusak seperti banteng dan babi hutan. Tidak jarang pula
dalam wisata buru ini ada lomba berburu.
13. Wisata Pilgrim
Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, kepercayaan
ataupun adat-istiadat dalam masyarakat. Wisata Pilgrim ini
dilakukan baik perseorangan maupun rombongan.
Berkunjung ke tempat-tempat suci, makam-makam orang suci
atau orang-orang yang terkenal, dan pimpinan yang
diagungkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan restu,
berkah, kebahagiaan, dan ketentraman. Di Indonesia tempat-
tempat yang dikategorikan sebagai objek wisata pilgrim,
misalnya makam Bung Karno, makam Wali Songo, makam
Gunung Kawi, dan juga candi-candi.
14. Wisata Bulan Madu
Sesuai dengan namanya, orang yang melakukan perjalanan
dalam jenis wisata ini adalah orang yang sedang berbulan
madu atau pengantin baru. Agen Perjalanan atau Biro
Perjalanan yang menyelenggarakan wisata ini biasanya
menyediakan fasilitas yang istimewa/khusus. Baik dekorasi
tempat penginapannya maupunn sajian makanannya.
Diharapkan wisatawan benar-benar menikmati bulan madu

20
dengan kesan-kesan khusus, indah, dan meninggalkan
kenangan yang istimewa bagi bulan madu mereka.

E. Ruang Lingkup Pariwisata


Ruang lingkup pariwisata menurut wikipedia menyangkut
berbagai sektor ekonomi. Adapun aspek-aspek yang tercakup
dalam industri pariwisata antara lain:
1) Restoran. Di dalam bidang restoran, perhatian antara lain
dapat diarahkan pada kualitas pelayanan, baik dari jenis
makanan maupun teknik pelayanannya. Disamping itu, dari
segi kandungan gizi, kesehatan makanan dan lingkungan
restoran serta penemuan makanan-makanan baru dan
tradisional baik resep, bahan maupun penyajiannya yang bisa
dikembangkan secara nasional, regional bahkan
internasional.
2) Penginapan. Penginapan atau home stay, yang terdiri dari
hotel, motel, resort, kondominium, time sharing, wisma-wisma
dan bed and breakfast, merupakan aspek-aspek yang dapat
diakses dalam pengembangan bidang kepariwisataan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
penginapan ini dapat berupa; strategi pemasaran, pelayanan
saat penginapan, integrasi dan restoran atau biro perjalanan,
dan sebagainya. Penelitian juga dapat diarahkan pada upaya
memperkecil limbah dari industri pariwisata tersebut.
3) Palayanan perjalanan. Meliputi biro perjalanan, paket
perjalanan (tour wholesalers), perusahaan incentive travel
dan reception service.

21
4) Transportasi. Dapat berupa sarana dan prasarana angkutan
wisata seperti mobil/bus, pesawat udara, kereta api, kapal
pesiar, dan sepeda.
5) Pengembangan Daerah Tujuan Wisata. Dapat berupa
penelitian pasar dan pangsa, kelayakan kawasan wisatawan,
arsitektur bangunan, dan engineering, serta lembaga
keuangan.
6) Fasilitas Rekreasi. Meliputi pengembangan dan pemanfaatan
taman-taman Negara, tempat perkemahan (camping ground),
ruang konser, teater, dan lain-lain.
7) Atraksi wisata. Meliputi taman-taman bertema, museum-
museum, hutan lindung, agrowisata, keajaiban alam, kegiatan
seni dan budaya, dan lain sebagainya.
Utama (n.d) Ruang lingkup industi pariwisata menyangkut
berbagai sektor ekonomi. Adapun aspek-aspek yang tercakup
dalam industri pariwisata antara lain:
1) Restoran. Di dalam bidang restoran, perhatian antara lain
dapat diarahkan pada kualitas pelayanan, baik dari jenis
makanan maupun teknik pelayanannya. Disamping itu, dari
segi kandungan gizi, kesehatan makanan dan lingkungan
restoran serta penemuan makanan-makanan baru dan
tradisional baik resep, bahan maupun penyajiannya yang
bias dikembangkan secara nasional, ragional bahkan
internasional.
2) Penginapan. Penginapan atau home stay, yang terdiri dari
hotel, motel, resort, kondominium, time sharing, wisma-
wisma dan bed and breakfast, merupakan aspekaspek yang

22
dapat diakses dalam pengembangan bidang kepariwisataan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
penginapan ini dapat berupa; strategi pemasaran,
pelayanan saat penginapan, integrasi dan restoran atau biro
perjalanan, dan sebagainya. Penelitian juga dapat diarahkan
pada upaya memperkecil limbah dari industry pariwisata
tersebut.
3) Palayanan perjalanan. Meliputi biro perjalanan, paket
perjalanan (tour wholesalers), perusahaan incentive travel
dan reception service.
4) Transportasi. Dapat berupa sarana dan prasarana angkutan
wisata seperti mobil/bus, pesawat udara, kereta api, kapal
pesiar, dan sepeda.
5) Pengembangan Daerah Tujuan Wisata. Dapat berupa
penelitian pasar dan pangsa, kelayakan kawasan
wisatawan, arsitektur bangunan, dan engineering, serta
lembaga keuangan.
6) Fasilitas Rekreasi. Meliputi pengembangan dan
pemanfaatan taman-taman Negara, tempat perkemahan
(camping ground), ruang konser, teater, dan lain-lain.
7) Atraksi Wisata. Meliputi taman-taman bertema, museum-
museum, hutan lindung, agrowisata, keajaiban alam,
kegiatan seni dan budaya, dan lain sebagainya.
Selanjutnya dapat dijelaskan yang menjadi dasar hukum
ruang lingkup usaha pariwisata yaitu sebagai berikut:

23
1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427);
2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun
1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685)
sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4048);
3) Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 Tentang
Penyelenggaraan Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun
1996 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3658);
4) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
sebagai Daerah Otonom (Lemabaran Negara Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848).

24
Bab 2
Objek Wisata
A. Definisi Objek Wisata
Obyek Wisata adalah segala sesuatu di daerah tujuan wisata
yang menjadi daya tarik bagi orang untuk berkunjung. Menurut
Surat Keterangan MENPARPOSTEL Nomor: KM.
98/PW.102/MPPT-87, Obyek Wisata adalah semua tempat atau
keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun
dan dikembangkan sehingga mereka memiliki daya tarik dan
dipraktikkan sebagai tujuan wisata. Wisata merupakaan kegiatan
yang berkaitan dengan perjalanan, sebelum dan selama perjalanan
dan kembali ke tujuan, objek wisata perusahaan atau objek wisata
(pemandangan alam, taman rekreasi, peninggalan sejarah,
pertunjukan seni budaya).
Objek dan daya tarik wisata menurut Undang-undang nomor
10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyatakan bahwa: “segala
sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan
dan daerah tujuan wisatawan daerah yang selanjutnya disebut
destinasi pariwisata”.
Selanjutnya menurut Muljadi (2012:89) sebuah destinasi wisata
harus memiliki daya tarik tersendiri untuk mendatangkan
wisatawan. Dengan adanya objek daya tarik wisata yang kuat
maka menjadi magnet untuk menarik para wisatawan.

25
Pengembangan kepariwisataan haruslah memiliki tiga aspek
penting produk pariwisata, yaitu:
1) Atraksi Merupakan pusat dari industri pariwisata. Maksudnya
atraksi mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya.
Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri- ciri
khas tertentu. Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan adalah :
a) Keindahan alam
b) Iklim dan cuaca.
c) Kebudayaan.
2) Amenitas Merupakan berbagai fasilitas penunjang para
wisatawan untuk berwisata ke suatu daerah tujuan wisata
dengan kenyamanan dan kepuasan tersendiri. Hal tersebut
antara lain lain akomodasi yang nyaman, restoran, bar,
layanan informasi, pramuwisata, sikap masyarakat setempat,
keamanan dan lainlain.
3) Aksesibilitas Berhubungan dengan segala jenis transportasi,
jarak atau kemudahan pencapaian suatu objek wisata. Serta
unsur pendukung lainnya (pelaku industri pariwisata,
masyarakat dan institusi pengembangan) yang membentuk
sistem yang sinergis dalam menciptakan motivasi kunjungan
wisatawan.
Menurut Ridwan (2012:5) mengatakan bahwa pengertian objek
wisata merupakan sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan.

26
Objek mandiri dapat berupa wisata alam seperti gunung,
danau, sungai, pantai, laut, atau bentuk bangunan lainnya seperti
museum, benteng, situs bersejarah, dan banyak lagi. Tempat /
area yang akan dianggap sebagai objek wisata harus memenuhi
persyaratan dasar berikut:
a) Memiliki sesuatu untuk dilihat. Itu berarti sesuatu yang menarik
untuk dilihat.
b) Memiliki sesuatu untuk dibeli. Itu berarti sesuatu yang menarik
dan istimewa untuk dibeli.
c) Ada yang harus dilakukan. Itu berarti sesuatu yang bisa
dilakukan di tempat itu.
Untuk masuk ke dalam obyek wisata, wisatawan harus
membayar biaya masuk atau tiket / tiket yang merupakan biaya
retribusi untuk pengembangan dan peningkatan kualitas objek
wisata. Beberapa objek wisata dikelola oleh Pemerintah dan yang
lainnya dikelola oleh sektor swasta. objek wisata yang dikelola
swasta dapat menjadi objek wisata alam dan buatan yang dibuat
semenarik mungkin untuk menyatukan wisatawan.

B. Unsur Pokok Wisata


Unsur-unsur pokok dalam pelaksanaan wisata tersebut,
adalah sebagai berikut :
1) Politik Pemerintah : Sikap pemerintah terhadap kunjungan
wisatawannya, dalam hal ini ada dua faktor penting yang terkait
dengan politik pemerintah suatu negara yaitu yang langsung
dan tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan industri pariwisata. Yang langsung adalah sikap

27
pemerintah terhadap kunjungan wisatawan luar negeri, dan
yang tidak langsung adanya situasi dan kondisi yang stabil
dalam perkembangan politik, ekonomi, serta keamanan dalam
negara itu sendiri.
2) Perasaan Ingin Tahu : Pada awal hakikatnya paling utama
yang melahirkan pariwisata adalah perasaan manusia yang
terdalam, yang serba ingin mengetahui segala sesuatu selama
hidup di dunia. Manusia ingin tahu segala sesuatu di dalam
dan di luar lingkungannya. Ia ingin tahu tentang
kebudayaannya, cara hidup, adat istiadat, keindahan alam dan
sebagainya.
3) Sifat Ramah Tamah Sifat ramah tamah merupakan salah satu
faktor potensial dalam bidang pariwisata, karena keramah
tamahan masyarakat merupakan suatu daya tarik tersendiri
bagi wisatawan.
4) Atraksi Dalam dunia kepariwisataan, segala sesuatu yang
menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut
”atraksi” atau lazim juga dinamakan objek wisata. Atraksi atau
objek wisata yang ada secara natural maupun yang biasa
berlangsung tiap harinya, serta yang khusus diadakan pada
waktu tertentu di tanah air kita Indonesia sangat banyak
bahkan melimpah.
5) Akomodasi Sebagai unsur yang dibutuhkan, akomodasi
merupakan faktor yang sangat penting. Ia merupakan ”rumah
sementara” bagi wisatawan yang sejauh dan sepanjang
perjalanannya membutuhkan serta mengharapkan
kenyamanan, pelayanan yang baik, keberhasilan, senitasi yang

28
menjamin kesehatan serta hal-hal kebutuhan hidup yang layak.
(Sukarmin, Citra Wisata Religi “Studi Tentang Persepsi
Wisatawan Terhadap Wisata Religi Sunan Ampel Surabaya”.
Wisatawan dapat dibedakan lagi menjadi dua bahagian
menjadi:
1) Wisatawan Internasional (Mancanegara) adalah orang yang
melakukan perjalanan wisata diluar negerinya dan wisatawan
didalam negerinya.
2) Wisatawan Nasional (Domestic) adalah jika di negara kita yaitu
penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan di wilayah
Indonesia diluar tempatnya berdomisili, dalam jangka waktu
sekurang-kurangya 24 jam atau menginap kecuali kegiatan
yang mendatangkan nafkah ditempat yang dikunjungi.
Pasar pariwisata tidak terisolasi dari sekelompok orang yang
melakukan kegiatan wisata atau dikenal oleh wisatawan.
Wisatawan dikenal sebagai pelancong untuk jangka waktu singkat
dan tidak tinggal secara permanen. Selain itu, seorang pelancong
adalah satu atau sekelompok pengunjung sementara yang tinggal
setidaknya 24 jam di suatu tujuan atau lokasi yang dikunjungi
dengan tujuan tujuan mereka dapat diklasifikasikan sebagai
pelayaran dan tujuan lainnya. Produk perjalanan adalah
serangkaian layanan yang tidak hanya ekonomis, tetapi juga sosial,
psikologis dan alami bahkan jika mereka dipengaruhi oleh perilaku
ekonomi.

29
C. Pengembangan Objek Wisata
1. Pengembangan Daya Tarik Wisata
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
menyebutkan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa unsur
daya tarik sebuah objek wisata adalah :
1) Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan.
2) Daya tarik wisata berupa alam, budaya, dan hasil karya
manusia yang berseni tinggi dan dapat dijadikan menjadi suatu
produk.
3) Sasaran utama produk pariwisata adalah wisatawan
Daya tarik sebuah objek wisata harus di kemas dan
dibangun semaksimal mungkin agar dapat menarik minat
wisatawan untuk berkunjung. Membangun suatu objek wisata
harus memiliki kriteria dan dirancang sedemikian rupa. Pada
umumnya daya tarik suatu objek wisata mempunyai 6 (enam)
kriteria, Suwantoro (1997:18) mengatakan :
1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang,
indah, nyaman, dan bersih.
2) Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk mengunjunginya.
3) Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.
4) Adanya sarana atau prasarana penunjang untuk melayani
wisatawan yang sedang melakukan perjalanan.
5) Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan
alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan,, dan
sebagainya.
6) Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena
mempunyai nilai khusus dalam bentuk antraksi kesenian,

30
upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam buah
karya manusia masa lampau.
Daya tarik wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
segala sesuatu objek, baik ciptaan Tuhan Yang Maha Esa maupun
hasil karya manusia yang memilik daya tarik untuk membuat orang
mau berkunjung. Ismayanti (2009:147) memaparkan bahwa daya
tarik wisata merupakan fokus utama penggerak pariwisata di
sebuah destinasi. Dalam arti, daya tarik wisata sebagai penggerak
utama yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu
tempat. Potensi daya tarik wisata memiliki beberapa tujuan
diantaranya.
1) Memperoleh keuntungan baik dari segi ekonomi berupa devisa
negara dan pertumbuhan ekonomi serta dari segi sosial berupa
peningkatan kesejahteraan rakyat dan menghapuskan
kemiskinan,
2) Menghapuskan kemiskinan dengan pembukaan lapangan
pekerjaan dan mengatasi pengangguran,
3) Memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat, sekaligus
mengangkat citra bangsa dan memperkukuh jati diri bangsa,
memupuk rasa cinta tanah air melalui pengusahaan daya tarik
dalam negeri,
4) Melestarikan alam, lingkungan dan sumberdaya, sekaligus
memajukan kebudayaan melalui pemasaran pariwisata,
5) Mempererat persahabatan antar bangsa dengan memahami
nilai agama, adat istiadat dan kehidupan masyarakat.

2) Pengembangan Objek Wisata


Segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi
dan dilihat disebut atraksi” atau lazim pula di katakan obyek wisata.
Atraksi-atraksi ini antara lain panorama keindahan alam yang
menakjubkan seperti gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau,
pantai, matahari terbit, dan matahari terbenam, cuaca, udara dan
lain-lain. Di samping itu juga berupa budaya hasil ciptaan manusia
seperti monumen, candi, bangunan klasik, peningalan purba kala,

31
museum budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama,adat-
istiadat, upacara, pekan raya, peringatan perayaan hari jadi,
pertandingan, atau kegiatan-kegiatan budaya, sosial dan
keolahragaan lainnya yang bersifat khusus, menonjol dan meriah
(Pendit,2002.20).
Dalam membangun suatu objek wisata harus dirancang
sesuai dengan potensi daya tarik yang dimiliki. Suatu
pengembangan daya tarik yang berhasil, harus memiliki kriteria
kelayakan, Suwantoro (1997) mengatakan:
a) Kelayakan Financial. Studi kelayakan ini menyangkut
perhitungan secara komersial dari pengembangan objek wisata
tersebut. Dari awal perkiraan untung rugi harus sudah
diperhitungkan.
b) Kelayakan Sosial Ekonomi Regional. Studi kelayakan ini
dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan
untuk membangun sebuah objek wisata juga akan memiliki
dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan
lapangan pekerjaan atau berusaha, dapat meningkatkan
penerimaan pada sektor yang lain seperti : pajak,
perindustrian, perdagangan, pertanian, dan lain-lain. Dalam hal
ini, pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga
memperhatikan dampaknya secara luas.
c) Layak Teknis. Pembangunan objek wisata harus dapat
dipertanggung-jawabkan secara teknis dengan melihat daya
dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksa diri untuk
membangun objek wisata apabila daya dukung objek wisata
tersebut rendah. Daya tarik objek wisata akan berkurang atau
bahkan hilang bila objek wisata
d) Layak lingkungan. Analisis dampak lingkungan dapat
dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan objek
wisata. Pembangunan suatu objek wisata yang mengakibatkan
rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya.
Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak
lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam
untuk karkebaikan manusia sehingga menjadi keseimbangan,

32
keselarasan, dan keserasian hubungan antara manusia
dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhannya
Pengembangan Obyek wisata alam sangat erat kaitannya
dengan peningkatan produktifitas sumber daya alam dalam
konteks pembangunan ekonomi, sehingga selalu dihadapkan pada
kondisi interaksi berbagai kepentingan yang melibatkan aspek
kawasan hutan, pemerintah daerah, aspek masyarakat, dan pihak
swasta di dalam suatu sistem tata ruang wilayah. Kendala
pengembangan obyek wisata alam berkaitan erat dengan:
a) Instrumen kebijaksanaan dalam pemanfaatan dan
pengembangan fungsi kawasan untuk mendukung potensi
obyek wisata alam;
b) Efektifitas fungsi dan peran obyek wisata alam ditinjau dari
aspek koordinasi instansi terkait;
c) Kapasitas institusi dan kemampuan SDM dalam pengelolaan
obyek wisata alam di kawasan hutan; dan
d) Mekanisme peran serta masyarakat dalam pengembangan
pariwisata alam.

3. Perencanaan Pengembangan Wisata


Menurut Noer (2011) Aspek Perencanaan Pengembangan
obyek wisata alam mencakup sistem perencanaan kawasan,
penataan ruang (tata ruang wilayah), standarisasi, identifikasi
potensi, koordinasi lintas sektoral, pendanaan, dan sistem
informasi obyek wisata alam.
a) Aspek Kelembagaan meliputi pemanfaatan dan peningkatan
kapasitas institusi, sebagai mekanisme yang dapat mengatur
berbagai kepentingan, secara operasional merupakan
organisasi dengan SDM dan peraturan yang sesuai dan
memiliki efisiensi tinggi.
b) Aspek Sarana dan Prasarana yang memiliki dua sisi
kepentingan, yaitu (1) alat memenuhi kebutuhan pariwisata
alam, (2) sebagai pengendalian dalam rangka memelihara

33
keseimbangan lingkungan, pembangunan sarana dan
prasarana dapat meningkatkan daya dukung sehingga upaya
pemanfaatan dapat dilakukan secara optimal.
c) Aspek Pengelolaan, yaitu dengan mengembangkan
profesionalisme dan pola pengelolaan obyek wisata alam yang
siap mendukung kegiatan pariwisata alam dan mampu
memanfaatkan potensi obyek wisata alam secara lestari.
d) Aspek Pengusahaan yang memberi kesempatan dan mengatur
pemanfaatan obyek wisata alam untuk tujuan pariwisata yang
bersifat komersial kepada pihak ketiga dan membuka lapangan
kerja bagi masyarakat setempat.
e) Aspek Pemasaran dengan mempergunakan teknologi tinggi
dan bekerja sama dengan berbagai pihak baik dalam negeri
maupun luar negeri.
f) Aspek Peran Serta Masyarakat melalui kesempatan-
kesempatan usaha sehingga ikut membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
g) Aspek Penelitian dan Pengembangan yang meliputi aspek fisik
lingkungan, dan sosial ekonomi dari obyek wisata alam.
Diharapkan nantinya mampu menyediakan informasi bagi
pengembangan dan pembangunan kawasan, kebijaksanaan
dan arahan pemanfaatan obyek wisata alam.
Dalam rangka mengembangkan obyek wisata perlu segera
dilaksanakan inventarisasi terhadap potensi nasional obyek wisata
alam secara bertahap sesuai prioritas dengan memperhatikan nilai
keunggulan saing dan keunggulan banding, kekhasan obyek,
kebijaksanaan pengembangan serta ketersediaan dana dan
tenaga. Potensi daerah obyek wisata alam yang sudah ditemukan
segera diinformasikan dan dipromosikan kepada calon penanam
modal. Perlu dikembangkan sistem kemitraan dengan pihak
swasta, lembaga swadaya masyarakat yang ada, dalam rangka
mendukung optimalisasi pengembangan obyek wisata alam.
Peranan pemerintah daerah dalam pengembangan obyek wisata

34
alam sangat penting, dengan melaksanakan koordinasi,
perencanaan, pelaksanaan serta monitoring pengembangan obyek
wisata alam.
Dalam konteks pengembangan destinasi pariwisata seperti
di Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas, sudah didukung
dengan pembangunan infrastruktur. Namun pembangunan
infrastruktur perlu didukung dengan pembangunan kepariwisataan,
karena seharusnya destinasi wisata itu mempunyai daya tarik yang
membuat wisatawan mau berkunjung, berlama-lama tinggal di
Indonesia, dan membelanjakan banyak uang. Jadi ada
akselerasi ekonomi. Untuk mewujudkan hal itu perlu kontribusi
sektor lain termasuk Pemerintah Daerah. Dengan demikian ada
sinergi antara rencana kerja Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah untuk pengembangan pariwisata. Namun yang
dikhawatirkan,
Pemerintah Pusat yang punya semangat tinggi dengan
menggelontorkan anggaran yang besar, namun tidak semua
Pemerintah Daerah yang memiliki anggaran yang cukup untuk
sektor pariwisata. Namun dengan anggaran yang ada, Pemerintah
Daerah harus mengupayakan atraksi yang menarik bagi
wisatawan. Misalnya membuat festival budaya. Untuk itu perlu
disiapkan sumber daya manusianya agar dapat berperan dalam
mengembangkan pariwisata. Mari kita belajar dari Banyuwangi.
Daerah ini punya persoalan dengan angka kemiskinan. Namun
Pemerintah Daerah setempat memahami akan potensi wisata yang
dimiliki untuk mengikis kemiskinan tersebut.
Kemudian, dalam mengembangkan pariwisata, salah satu
masalah yang dihadapi daerah tersebut adalah masalah

35
transportasi. Solusi yang dibuat adalah membangun infrastruktur,
salah satunya dengan membangun bandara. Ketika bandara sudah
terbangun, maka konsentrasi selanjutnya adalah memperbanyak
maskapai yang mendaratkan pesawatnya ke kawasan tersebut.
Kemudian memperbanyak festival atau kegiatan seni dan budaya
setiap musim liburan. Daya tarik pariwisata harus “dihidupkan”
dengan berbagai hal, salah satunya wisata kultural. Bila Singapore
mengandalkan wisata belanja dan hiburan, tapi kalau Banyuwanyi
mengandalkan budaya, kultural dan keindangan alam.
Tentunya kondisi di Banyuwangi berbeda dengan daerah
lainnya, karena setiap daerah mempunyai kekhasan masing-
masing. Misalnya Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur. Daerah ini
mempunyai keunggulan berupa alam laut yang indah. Namun tidak
sebatas menikmati keindahan laut dengan melakukan diving,
misalnya, tapi seharusnya wisatawan mendapatkan daya tarik yang
lain. Bila mempunyai daya tarik wisata yang banyak, dengan
promosi yang gencar, maka akan banyak wisatawan yang datang,
tinggal lebih lama, dan membelanjakan uangnya lebih banyak.
Selain daya tarik wisata, tentunya perlu didukung infrastruktur dan
pelayanan yang baik, sehingga wisatawan merasa nyaman untuk
berwisata.
Ketika sarana infrastruktur dibangun, maka pengelolaan
infrastruktur disiapkan kelembagaan yang mengelolanya. Dengan
adanya lembagaan seperti badan otorita, maka mendapatkan hak
konsensi untuk mengelola suatu kawasan. Hal ini seperti yang ada
di Danau Toba yang memiliki Badan Otorita Danau Toba. Dengan
adanya badan otorita ini wisatawan yang ke sana merasa nyaman,

36
karena merasa di “wongke” atau diperhatikan dan dilayani dengan
baik, dengan berbagai hal yang dilakukan badan otorita tersebut.
Namun kelembagaan tidak hanya dalam bentuk badan
otorita, tapi juga melalui komunitas wisata seperti yang ada di Bali.
Komunitas ini yang mengelola tempatnya, budayanya, tradisinya,
aset, dan pelayanannya. Disamping masalah pengelolaan, yang
harus diperhitungkan adalah daya dukung dan daya tampung
suatu daerah atau kawasan. Hal ini persoalan yang penting.
Misalnya suatu kawasan wisata masih sepi dari wisatawan,
padahal daya tampungnya besar. Untuk itu perlu dirumuskan
mengenai daya dukung kawasan tersebut seperti tersedianya
infrastruktur yang memadai agar dapat meningkatkan kunjungan
wisatawan.
Keberhasilan beberapa negara dalam mengelola
pariwisatanya, dapat dicontoh Indonesia. Misalnya Jepang dan
korea yang mengutamakan wisata budaya. Image budaya ini
sangat kuat di dua negara tersebut. Demikian pula Singapore yang
memiliki wisata hiburan di Pulau Santosa. Negara Brasil juga bisa
menjadi contoh bagi Indonesia dalam mengelola kawasan
pariwisata, karena mereka bisa membuat kawasan wisata itu tidak
sekedar mengandalkan alamnya dan atraksi seni dan budaya
semata, tapi juga ada tempat bagi para pengrajin untuk menjual
cinderamata. Jadi prinsipnya one shop shopping.
Di Indonesia masih terpisah, terpisah karena
pengelolaannya lemah. Untuk mewujudkan hal itu harus ada
keterlibatan berbagai sektor seperti Kementerian yang menangani
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mengelola penjual

37
cinderamata dan Kementerian yang menangani seni maupun
budaya. Jadi Kementerian Parawisata itu harus menjadi “panglima”
pengembangan pariwisata di lima destinasi tersebut. Kemudian
Kementerian PUPR tugasnya memperbaiki dan membangun
infrastruktur sektor PUPR. Bila Kementerian PUPR melaksanakan
tugasnya maka harus dipastikan tidak boleh ada jalan yang
berlubang ke tempat destinasi pariwisata, tidak boleh ada yang
banjir, airnya harus bagus, dan pengelolaan sampahnya juga
bagus. Jadi ruang lingkupnya itu infrastruktur untuk wisata.

D. Objek Wisata Unggulan Di Indonesia


Dengan segala keunikan budaya serta keindahan alamnya,
pariwisata di tanah air menarik perhatian dunia. Hal ini tergambar
dari data Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) dari
World Economic Forum (WEF) yang menunjukkan peringkat
Indonesia meningkat pesat. Dari rangking 70 pada tahun 2013,
menjadi ranking 40 pada tahun 2019. Meski peringkat Indonesia
meningkat tajam, bukan berarti pengembangan pariwisata telah
tuntas. Masih banyak tantangan di sektor tersebut yang harus
dikejar mengingat negara tetangga seperti Thailand peringkatnya
lebih baik dari Indonesia yakni peringkat 34. Negara Malaysia
peringkatnya lebih baik, yakni peringkat 26.
Guna meningkatkan kunjungan wisatawan agar dapat
bersaing dengan negara lain, Presiden Joko Widodo saat rapat
terbatas kabinet 15 Juli 2019 lalu di Jakarta mencanangkan
pengembangan Destinasi Pariwisata Super Prioritas di lima wilayah
yakni Danau Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah),

38
Mandalika-Lombok (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa
Tenggara Timur), dan Likupang (Sulawesi Utara). Sebelum
menjadi lima, pada 2017 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menetapkan pengembangan 10 Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) yang disebut “10 Bali Baru”.. Ada 10 KSPN yang
menjadi prioritas Pemerintah, yakni Danau Toba (Sumatera Utara),
Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Borobudur (Jawa
Tengah), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Lombok (Nusa
Tenggara Barat), Tanjung Kelayang (Bangka-Belitung), Labuan
Bajo (Nusa Tenggara Timur), Morotai (Maluku Utara), Manado-
Likupang-Bitung (Sulawesi Utara), dan Raja Ampat (Papua Barat).
Kesepuluh destinasi wisata tersebut yakni Danau Toba (Sumatera
Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Kepulauan Seribu
(DKI Jakarta), Borobudur (Jawa Tengah), MandalikaLombok (Nusa
Tenggara Barat), Bromo- Tengger - Semeru (Jawa Timur),
Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Labuan Bajo (Nusa Tenggara
Timur), Tanjung Lesung (Banten) dan Morotai (Maluku Utara).
Kemudian, dari 10 Destinasi Wisata Prioritas tersebut, pada
2019 dikerucutkan menjadi empat Destinasi Pariwisata Super
Prioritas yakni Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo, dan
Mandalika. Hingga akhirnya pada 15 Juli itu, Jokowi menambah
Likupang, sehingga menjadi lima Destinasi Pariwisata Super
Prioritas yang tengah gencar dikembangkan dengan melibatkan
beberapa instansi diantaranya Kementerian Pariwisata, PUPR,
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
Perhubungan, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

39
1. KSPN Danau Toba
Penetapan kawasan Danau Toba sebagai salah satu
destinasi pariwisata super prioritas adalah hal yang dinilai wajar
mengingat keindahan alam Danau Toba yang terbentang di 7
(tujuh) kabupaten yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli
Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir merupakan
potensi besar sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Bahkan Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima
Zorreguieta Cerruti telah berkunjung ke Danau Toba. Kunjungan
Raja dan Ratu Belanda ke Danau Toba untuk berwisata menikmati
keindahan dan panorama Danau Toba serta melihat kebudayaan
masyarakat suku Batak.
Karena itu kawasan objek wisata Danau Toba terus
dikembangkan. Pengembangan meliputi pelebaran alur Tano
Ponggol dari 25 meter menjadi 80 meter, pembangunan Jembatan
Tano Ponggol sepanjang 450 meter yang menghubungkan daratan
Sumatera dan Pulau Samosir, dan penataan kawasan tepi danau.
Pelebaran alur ini ditujukan untuk membuka akses kapal wisata
yang lebih besar agar dapat mengelilingi kawasan Danau Toba.

40
Gambar 1. Danau Toba

2. KSPN Borobudur
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) membangun sejumlah infrastruktur untuk mendukung
pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
Borobudur menjadi salah satu destinasi wisata prioritas. Hal ini
sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mengubah
wajah kawasan Borobudur agar lebih menarik wisatawan domestik
maupun mancanegara.
Kementerian PUPR melalui Balai Pelaksana Penyediaan
Perumahan Jawa III Daerah Istimewa Yogyakarta Ditjen
Perumahan di Tahun 2020, telah mengalokasikan peningkatan
kualitas rumah untuk pengembangan usaha pondok wisata
(homestay) dan usaha pariwisata lainnya melalui program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) untuk dua jenis rumah, yakni
sebesar Rp 43,35 miliar untuk perbaikan dan pengembangan

41
rumah yang memiliki fungsi usaha dan Rp 12,25 miliar untuk untuk
perbaikan dan pengembangan rumah tanpa fungsi usaha.
Program BSPS di KSPN Borobudur tersebut dialokasikan
untuk Peningkatan Kualitas Rumah dengan fungsi homestay &
usaha pariwisata lainnya sebanyak 377 unit dan peningkatan
kualitas rumah tanpa fungsi usaha di koridor sebanyak 350 unit
yang tersebar di 15 desa/kelurahan.
Hingga di tahun 2020 tercatat progres pembangunan tahap
1 sebanyak 80 Unit berjalan dengan rutin dan mengalami progres
yang signifikan dari tiap minggunya, dengan rata-rata persenan
progres dari masing-masing desa dengan rincian Kelurahan Mendut
sebesar 73,33 %, Desa Wanurejo 80,58 %, Desa Borobudur 90,91 %,
dan Desa Karangrejo 84,24 %. Selanjutnya dari ketiga
desa/kelurahan pada tahap 2 dan 3 percepatan dengan total 36
unit homestay, sudah dimulai pengerjaan penggalian pondasi pada
3 desa/kelurahan yaitu Borobudur, Mendut-Bojong dan
Candirejo.
Konsep pengembangan pondok wisata tersebut berupa
rumah mengelompok (kluster) yang dilengkapi jalan setapak antar
rumah/jalan lingkungan yang menghubungkan satu rumah dengan
yang lain, penerangan jalan setapak/lingkungan, taman, drainase,
jaringan air bersih, tempat pembuangan sampah, dan tempat
duduk di taman.
Selain berbentuk kluster, pengembangan pondok wisata
juga akan dibuat dengan konsep koridor yang dilengkapi parkir
motor, deret warung, dan deret hunian. Konsep koridor tersebut

42
mengadopsi budaya setempat yang salah satunya diterapkan di
Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Dengan penataan dan pengembangan Pondok Wisata Candi
borobudur diharapkan mampu menciptakan penataan ruang publik
yang sesuai dengan karakteristik dan kearifan lokal budaya daerah
melalui berbagai macam strategi. Sektor pariwisata diharapkan
menjadi sektor andalan untuk mendatangkan devisa, membuka
lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi local.

Gambar 2. Candi Borubudur

3. KSPN Mandalika
Destinasti Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Mandalika
Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk menjadi
salah satu destinasi wisata unggulan kelas dunia masih perlu
berbenah. Hal ini sejalan juga dengan rencana pelaksanaan

43
MotoGP di Mandalika pada 2021 nanti sekaligus upaya Indonesia
untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
Dari beberapa kali blusukan Presiden Joko Widodo ke lima
Kawasan Pariwisata Super Prioritas tersebut, 2019 lalu, orang
nomor satu di Indonesia itu meminta agar pada KEK Mandalika
dibangun fasilitas dasar yang layak, dan bisa selesai sesuai
rencana. Selain itu Jokowi juga ingin memastikan Mandalika siap
untuk menggelar MotoGP 2021. Sedangkan untuk Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo ada lima
strategi Pemerintah Pusat untuk menata kawasan ini. Pertama,
memperluas Bandara Internasional Komodo di Labuan Bajo serta
memperpanjang runway yang ada. Kedua, Pengelolaan bandara di
Labuan Bajo akan dilelang. Pengelola bandara adalah yang
memiliki jaringan pariwisata internasional sehingga yang datang ke
Labuan Bajo adalah wisatawan yang bisa meningkatkan devisa.
Ketiga, menata Kawasan Puncak Waringin, akan dirapikan dan
dijadikan pusat handicraft di Labuan Bajo. Keempat, pelabuhan
untuk kontainer dipindahkan ke tempat lain. Pelabuhan Bajo hanya
fokus untuk penumpang phinisi, yacht, dan cruise. Untuk fasilitas
jalan akan dilebarkan. Kelima, menjadikan Labuan Bajo sebagai
segmentasi premium (BPIW Kementerian PUPR, 2020).
Pembangunan jalan Bypass BIL-Mandalika akan
meningkatkan konektivitas dari Bandara BIL ke Kawasan Wisata
Mandalika guna mendukung akses menuju sirkuit MotoGP yang
juga akan dibangun di kawasan Mandalika. Jalan Bypass BIL
dibangun dengan lebar 50 meter, 4 lajur yang dilengkapi trotoar

44
dan median jalan dengan anggaran Rp 641,96 miliar pada tahun
2020 – 2021.
Selain memperbaiki akses jalan, Kementerian PUPR juga
meningkatkan kualitas hunian masyarakat di KSPN Mandalika.
Pada tahun 2020, di Nusa Tenggara Barat telah diprogramkan
peningkatan kualitas rumah sebanyak 5.115 unit pada program
rumah swadaya, atau dikenal dengan bedah rumah.
Dari jumlah tersebut, sebagai alternatif akomodasi untuk
event MotoGP, Kementerian PUPR membangun sekitar 915 unit
pondok wisata (home stay) melalui program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya (BSPS) atau dikenal bedah rumah. Jumlah
hunian wisata tersebut tersebar di Lombok Utara dan Lombok
Tengah dengan pola reguler dan sarhunta (homestay).
Total anggaran untuk pembangunan sarhunta senilai
sebesar Rp 62,23 miliar. Sementara untuk program BSPS reguler
dialokasikan untuk 2.900 unit dengan nilai Rp 50,75 miliar. Khusus
untuk pembangunan di koridor, maksimal bantuan per rumah
adalah Rp. 35 juta, sedangkan untuk rumah singgah atau lokasi
usaha pendukung wisata lainnya maksimal sebesar Rp115 juta.
Lewat Program Sarhunta, rumah-rumah yang kondisinya
tidak layak huni mendapatkan bantuan bedah rumah yang
akan juga ditambah ruangan khusus untuk tempat menginap
para wisatawan yang ingin merasakan bagaimana kehidupan
masyarakat. Desain bangunan yang disesuaikan dengan gaya
arsitektur lokal kian menambah keelokan hunian masyarakat.
Selain itu, lewat Program Sarhunta, masyarakat didorong

45
memfungsikan tempat tinggalnya sebagai workshop, toko, kuliner,
serta usaha atau jasa lainnya.

Gambar 3. Kuta Mandalika

4. KSPN Labuan Bajo


KSPN Super Prioritas Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur
(NTT) mencakup Labuan Bajo dan Pulau Rinca (di kawasan Taman
Nasional Komodo). Dukungan Kementerian PUPR di Labuan Bajo
diantaranya meliputi konektivitas serta sarana dan prasarana
penunjang pariwisata. Untuk konektivitas Kementerian PUPR
melalui Direktorat Jenderal Bina Marga melakukan pekerjaan
peningkatan jalan, trotoar, dan drainase sepanjang 16,8
kilometer yakni, Jalan Soekarno Atas (2,19 km), Jalan Soekarno
Bawah (2,01 km), Jalan Simpang Pede (4,51 km), Jalan Yohannes

46
Sahadun (4,05 km), dan peningkatan jalan kawasan pariwisata
Waecicu (4 km).
Untuk sarana dan prasarana pariwisata dilakukan Direktorat
Jenderal Cipta Karya diantaranya penataan kawasan Puncak
Waringin dimana pembangunannya meliputi pembangunan pusat
suvenir, bangunan area tenun dilengkapi dengan toilet dan
mushola, bangunan pos jaga dan ruang genset, taman dan
amphiteater, area parkir serta jalan setapak. Nantinya, kawasan
Puncak Waringin ini diharapkan akan menjadi sentra suvenir yang
menjadi pusat kegiatan perbelanjaan berbagai produk khas dan
tradisional di Labuan Bajo, sehingga dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat.
Selain itu, tengah dilakukan juga penataan kawasan wisata
Goa Batu Cermin yang meliputi jalur trekking serta fasilitas
lainnya seperti kantor pengelola, loket, kafetaria, area parkir,
auditorium, pusat informasi, toilet, ampiteater (amphitheater)
dan rumah budaya untuk mendukung kegiatan seni dan budaya
lokal. Kemudian, peningkatan sarana dan prasarana wisata alam
juga akan dilakukan di Pulau Rinca, kawasan Taman Nasional
Komodo.
Sementara dukungan di bidang Sumber Daya Air
diantaranya yakni pengaman pantai sepanjang 100 meter dan
pembangunan dermaga seluas 400 m2 dengan panjang 100 meter
dan lebar 4 meter.

47
Gambar 4. Puncak Waringin di KSPN Labuan Bajo

5. Likupang (KSPN Manado – Bitung – Likupang)


Jalan Tol Manado-Bitung ruas Manado-Danowudu
sepanjang 26,35 km telah diresmikan Presiden Joko Widodo
(Jokowi) pada Selasa, 29 September 2020. Ini merupakan ruas tol
pertama yang beroperasi di tanah Sulawesi Utara.
Jokowi mengatakan, kehadiran Tol Manado-Bitung bakal
semakin membuka akses menuju destinasi wisata di Sulawesi
Utara, khususnya ke Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) Prioritas Manado-Likupang.
Selain Tol Manado-Bitung Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyampaikan,
pemerintah juga tengah melaksanakan berbagai pembangunan
infrastruktur pendukung bagi KSPN Manado-Likupang. Seperti
jalan akses Manado-Likupang, penataan kawasan Likupang, dan
48
penataan kawasan Bunaken. Lalu penataan kawasan pantai
Malalayang di Manado, pembangunan 463 homestay untuk
masyarakat di kawasan pariwisata, Jembatan Marinsow,
penambahan kapasitas air minum di Malalayang, kemudian
pembangunan TPA Mamitarang dan pengendalian banjir.
Kementerian PUPR sendiri telah merencanakan
pembenahan KSPN Prioritas Manado-Likupang sejak 2019 lalu.
Seperti penataan Pulau Bunaken yang dianggarkan sebesar Rp
52,7 miliar dari APBN Tahun Anggaran 2020.
Kemudian penataan Pantai Paal di Desa Likupang,
Minahasa Utara, yang menelan anggaran Rp 88,2 miliar. Biaya
tersebut dipakai untuk beberapa pekerjaan seperti entrance dan
landmark, pembangunan area parkir berkapasitas 96 kendaraan,
hingga penataan kawasan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan
pembangunan souvenir shop sebanyak 205 kios.

Gambar 5. Objek wisata di Likupang

49
Bab 3
Danau Toba Menuju Pariwisata Super
Prioritas
A. Pariwisata Super Prioritas
Destinasi Super Prioritas merupakan bagian dari program “10
Bali Baru” yang dicanangkan Pemerintah. Nantinya, destinasi-
destinasi tersebut tak hanya dapat menjadi daya tarik wisatawan
saja, namun juga menumbuhkan ekosistem ekonomi kreatif yang
melibatkan warga setempat.
Kemudian, dari 10 Destinasi Wisata Prioritas tersebut, pada
2019 dikerucutkan menjadi empat Destinasi Pariwisata Super
Prioritas yakni Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo, dan
Mandalika. Dan yang terakhir adalah Likupang, sehingga menjadi
lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas yang tengah gencar
dikembangkan oleh Pemerintah. Lantas, mengapa yang dipilih
hanya 5 Destinasi Super Prioritas? Padahal dari Sabang sampai
Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote, Indonesia memiliki
banyak destinasi pariwisata yang sangat beragam. Setiap destinasi
bahkan juga memiliki keunggulan masing-masing bagi para
wisatawan.
Hal ini dikarenakan pemerintah mempertimbangkan bahwa jika
ingin membangun itu harus fokus. Sehingga dicari 5 (lima)
destinasi wisata yang berpotensi menjadi „Bali Baru‟. Kalau 5 (lima)
destinasi ini sudah selesai dipersiapkan tahun ini, tahun depan
pemerintah berencana akan memperluas. Tapi dengan

50
memastikan terlebih dahulu bahwa 5 (lima) „Bali Baru‟ tersebut
memiliki kualitas wisata kelas dunia.
Ada enam arahan Presiden Jokowi terkait pengembangan
Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas.
a) Pertama, terkait tata ruang, ia meminta dilakukan pengaturan
dan pengendalian tata ruang.
b) Arahan yang kedua terkait akses dan konektivitas di terminal,
bandara, dan runway pesawat. Selain itu juga yang harus
diperhatikan menurutnya adalah konektivitas jalan menuju ke
tujuan wisata, dermaga dan pelabuhan-pelabuhan.
c) Arahan ketiga adalah fasilitas di lokasi wisata, di mana perlu
dilakukan penataan pedagang kaki lima, restoran-restoran
kecil, dan toilet (standar bintang empat).
d) Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi arahan Jokowi
yang keempat. Menurutnya perlu dilakukan training/ pelatihan
untuk meningkatkan kualitas SDM. Arahan Jokowi terkait SDM
ini juga dalam hal budaya kerja, budaya melayani, dan budaya
kebersihan.
e) Pemasaran produk lokal menjadi arahan Presiden yang kelima.
f) Arahan Jokowi yang keenam yakni promosi Lima Destinasi
Pariwisata Super Prioritas tersebut secara besar-besaran
secara integrasi (BPIW Kementerian PUPR, 2020).

B. Faktor Pendukung Destinasi Wisata Super


Prioritas Nasional
Pemerintah saat ini sedang memfokuskan pengembangan
pariwisata super prioritas di lima (5) lokasi wisata, yakni Danau

51
Toba (Sumatera Utara), Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika
(NTB), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan Likupang
(Sulawesi Utara).
Wisata sudah menjadi industri bidang tersendiri yang potensial
untuk dikembangkan oleh negara-negara lain di di dunia
khususnya yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah. Oleh
karena itu, yang perlu diupayakan untuk mewujudkan pertumbuhan
pariwisata dengan baik adalah dengan adanya partisipasi aktif
stakeholder. Peran semua pemangku kepentingan (stakeholder)
pembangunan dan pemerintah daerah berperan dalam rangka
untuk memperbaiki lingkungan usaha yang menjadi lokasi wisata
super periotas ini guna mempengaruhi daya saing nasional dan
daerah. Partisipasi aktif ini juga merupakan modal sosial dalam
pembangunan ekonomi daerah dalam pembangunan industri
wisata. Pemda dalam hal ini dapat berperan didalam menfasilitasi
lintas pelaku pendukung industri wisata.
Pemerintah daerah dapat membentuk tim lintas disiplin
seperti perguruan tinggi, LSM, lembaga pengembang teknologi,
ahli pemasaran, dan masyarakat lokal. Lokasi yang menjadi
destinasi wisata super priortas ini harus menjadi sentra bagi bidang
lainnya dan adanya keterkaitan dengan industri pendukung wisata
sehingga menjadi suatu kluster industri wisata sendiri.
Pembangnan Industri wisata harus menekankan pada prinsip
partnership. Tidak hanya menekankan pembangunan lokasi wisata
tetapi juga harus memperkuat partnership antara industri wisata
yang menjadi lokasi destinasi wisata super prioritas. Pembangunan
lokasi wisata super prioritas ini, harus mendasarkan pada latar

52
belakang budaya dan kondisi alam daerah, salah satu contohnya
adalah partisipasi dan koordinatif aktif pemerintah daerah dan
masyarakatnya. Contoh dalam hal ini adalah keberhasilan
kabupaten Banyuwangi yang menjadi icon pariwisata baru yang
cukup menonjol dibandingkan pembangunan wisata daerah
lainnya.
Keberhasilan pembangunan wisata Banyuwangi ini, kita
melihat karena pemimpinan daerah menjadikannya sebagai suatu
gerakan revitalisasi daerah untuk mencari atau menciptakan apa
yang menjadi merk daerah, lalu meningkatkan isi dan mutunya
sehingga dapat diterima dan diakui nilainya secara nasional dan
internasional. Dengan menjadikan sasaran utama pembangunan
perdesaan, dengan membangkitkan kegiatan ekonomi yang sesuai
dengan skala dan ukuran perdesaan tersebut, di samping untuk
mengurangi rasa ketergantungan masyarakat desa yang terlalu
tinggi terhadap pemerintah daerah dan perlu menciptakan inisiatif
dan semangat revitalisasi dalam masyarakat desa. Oleh karena itu,
pembangunan destinaswi wisata super prioritas menanganinya
harus secara mendalam, antara lain mulai dari pemetaan masalah,
pembangunan infrastruktur, meperkuat jaringan akses pendanaan
sehingga melakukan inovasi untuk mengembangkan produktvitas.
Hanya saja, keberhasilan pembangunan destinaswi wisata sangat
tergantung kepada efektivitas hubungan kerja sama pemerintah
pusat, daerah dan dunia usaha. Tanpa kerja sama dan komitmen
yang tinggi bersama pelaku usaha swasta yang bergerak dalam
pembangunan wisata di Indonesia.

53
Strategi untuk percepatan pengembangan kawasan
pariwisata super prioritas, terutama agar berkelas dunia adalah
perlu adanya dukungan kultur dan semangat berkompetisi.
Indonesia sebagai negara yang terkenal akan kekayaan sumber
daya alamnya sehingga menjadi potensi bidang pariwisata dan
juga berlebihan dalam sumber daya manusia (SDM). Dalam
kondisi interdependensi yang tidak sejajar, kita harus merelakan
tersedotnya kelebihan sumber daya kita untuk memakmurkan
bangsa-bangsa lain di dunia ini. Bahkan untuk laku di pasaran
dunia, produk kita harus menggunakan negara lain sebagai tempat
parkir untuk mendapat sertifikasi laik ekspor ke negara-negara
yang memerlukannya.
Di negara-negara maju, kultur yang dikembangkan orang
tua dalam mendidik anaknya sudah mengarah pada upaya
memandirikannya. Sifat protektif dikembangkan sebatas pada
tindakan yang menuntut keterlibatan orang tua. Anak-anak mereka
tidak pernah dilarang untuk melakukan sesuatu sepanjang bersifat
konstruktif bagi perkembangan anak. Seorang anak tidak pernah
dilarang untuk mengembangkan aktivitas meskipun aktivitas
tersebut mengandung unsur-unsur yang dapat mencelakakan
mereka. Anak diajarkan, bagaimana menghindari bahaya apabila
melakukan sesuatu kegiatan, bukan dengan menghindarkan diri
dari kegiatan tersebut.
Pola hubungan orang tua dan anak dikembangkan secara
demokratis sehingga anak-anak mereka tidak takut untuk bertanya
ataupun membantah perintah orangtuanya apabila menurut logika
masyarakat beradab bantahan tersebut sangat rasional untuk

54
mendidik anak menjadi mandiri. Kondisi kemandirian ini pada
akhirnya akhir menjadi dukungan SDM terhadap sumber daya
saing nasinal dan daerah, termasuk dalam pembangunan industri
pariwisata. Saat ini kondisi ekonomi global sedang berfluktuatif,
apalagi dengan didukung isu Virus Corona yang hampir berdampak
pada semua negara di dunia termasuk Indonesia khususnya dalam
industri pariwisata.
Krisis ekonomi dari sisi positif, banyak hikmah yang dapat
kita ambil dari krisis ekonomi tersebut untuk lebih efektif lagi
memperbaiki kehidupan berbangsa dan negara. Sangat beralasan
bagi pemerintah untuk membangkitkan kesadaran masyarakat
dalam berkompetisi sehingga di masa datang akan memberikan
hormat yang tinggi terhadap daya juang daerah dan negara ini
dalam mengambil manfaat dari era globalisasi. Hal ini dapat
dilakukan dengan mendorong terciptanya kehidupan yang
demokratis di rumah tangga, sekolah-sekolah, perguruan tinggi
(PT) dan birokrasi pemerintah.
Di lingkungan birokrasi pemerintah, kesadaran berkompetisi
ini dilakukan dengan mengembangkan nilai-nilai profesionalisme
dalam bekerja dan memberikan penghargaan kepada mereka yang
mempunyai prestasi, inovasi dan kemampuan sehingga seorang
pejabat tidak harus menunggu masanya untuk menduduki jabatan
karier yang tinggi, dan masyarakat pun tidak kaget lagi bila melihat
seorang birokrat muda menduduki jabatan dengan tingkat eselon
yang tinggi. Pemerintah harus menjadi pelopor bagi masyarakat
dalam membangkitkan kesadaran akan pentingnya berkompetisi
dalam pembangunan industri pariwisara nasional sehingga dapat

55
mendatangkan wisatawan lokal dan daerah guna meningkatkan
ekonomi nasional dan daerah agar menjadi daerah dan atau
negara yang dihormati dalam pergaulan regional dan internasional.
Oleh karena itu, kunci utama dari kawasan wisata untuk dapat
menarik kunjungan wisatawan terutama wisatawan mancanegara
yaitu faktor keamanan dan rasa nasionalisme. Adanya
kepercayaan dari semua pihak khususnya calon wisatawan
mancanegera terhadap tingkat keamanan di lokasi destinasi
wisata.
Kepercayaan terhadap rasa aman bagi negara lain terhadap
suatu daerah dan negara lain ini menjadi suatu hal yang mampu
untuk mengundang datang ke daerah dan negara tersebut.
Memang hal ini diperlukan adanya jaminan juga oleh pemerintah
dan pemerintah daerah setempat. Keinginan memberdayakan
masyarakat di daerah kawasan wisata jangan sampai melahirkan
sifatsifat otoritarian yang menisbikan keberadaan NKRI.
Keunggulan kesukuan menjadi epidemi yang sulit dihindari.
Nasionalisme tidak lagi menjadi komitmen bangsa. Primordialisme
tumbuh dan berkembang untuk meninkatkan kekuatan ekonomi
masyarakat lokal. Pada saat, kita disibukkan dengan tindakan
primordialisme, tanpa disadari spirit nasionalisme tampak makin
rentan ketika dihadapkan kepada kekuatan kapitalisme
internasional. Kekuatan ini di masa datang akan menjadi
neokolonialisme yang secara perlahan dan bertahap mampu
mempengaruhi dan menjerat bangsa Indonesia kedalam alam
ketergantungan yang sangat besar sehingga tidak tertutup

56
kemungkinan mengemudikan urusan-urusan negara dan bangsa
secara keseluruhan.
Dalam dunia yang sudah tanpa batas ini sebagai dari peran
teknologi informasi maka, tidak ada satu bangsa pun yang dapat
menghindarkan diri dari interaksi sosial, budaya maupun ekonomi.
Dengan populasi terbesar kelima di dunia dan kekayaan sumber
daya alam yang melimpah, Indonesia merupakan pasar yang
sangat menggiurkan bagi perusahaan-perusahaan multinasional.
Mereka akan melakukan berbagai upaya untuk memanfaatkannya.
Sementara kondisi ekonomi kita yang serba terbatas menuntut
pemerintah daerah atau pun pusat mencari modal tambahan guna
memacu pertumbuhan ekonominya dimana salah satunya dari
bidang pariwisata. Dalam posisi yang demikian, pasar dipaksa
untuk membuka diri sebagai kompensasi dari kebutuhan modal
sehingga jelas tidak mungkin bagi kita untuk mengisolasi diri lepas
dari komunitas dan permainan antar negara. Kita tentu berharap
akan mendapatkan spread effect dan bukan backwash effect/
Spread effect akan mendorong terjadinya proses transformasi
teknologi dan mobilitas modal yang aktif ke negara lain. Dengan
demikian keterbatasan-keterbatasan yang selama ini menjadi
penghalang tergalinya potensi ekonomi daerah dan atau negara
dapat dieliminasi.
Interaksi kedalam masyarakat internasional akan
mempengaruhi pelaku ekonomi domestik untuk melakukan
transformasi manajemen ke arah yang lebih efisien dan mengurang
budaya yang kurang mendukung nilai-nilai kompetisi. Jangan
sampai, justru menimbulkan backwash effect berupa pelarian

57
modal yang agresif ke luar negeri (dari wisatawan kita yang justru
berkunjung ke destinasi wisata yang ada di luar negeri) karena
faktor keamanan dan adanya garansi yang lebih pasti bagi mereka
untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan
mengendap di dalam negeri.
Selain itu backwash effect juga ditunjukkan oleh akumulasi
ketergantungan teknologi yang miskin lama makin besar terhadap
pemilik teknologi sehingga sangat menyulitkan bagi bangsa ini
untuk melepaskan diri dan membangun industri bidang pariwisata
yang menjadi andalan Indonesia.. Salah satu contoh kecil untuk
menumbuhkan rasa nasionalisme di lokasi-lokasi destinasi wisata
seperti menjual barang (asesoris) dan makanan yang harus
bersifat lokasl. Harus ada kebijakan pemerintah agar makanan
seperti KFC, Dunkin Donnat tidak beredar di area lokasi wisata. Hal
ini untuk menghindari bangsa kita kedalam posisi peripheral atau
pinggiran, tentunya suasana egaliter yang diharapkan tampaknya
harus dikubur dalam-dalam. Keadaan yang demikian harus dikikis
secara bertahap agar kita berani mengatakan tidak kepada
kekuatan kapitalisme internasional untuk sesuatu yang menurut
analisis rasional akan menimbulkan kerugian yang lebih besar
daripada keuntungan. Ketika kita mengatakan tidak, bangsa lain
yang lebih superior akan mengetahui bahwa penolakan ini
memang benarbenar dinyatakan oleh bangsa yang tidak dapat
diremehkan, bangsa yang dapat membedakan antara kepentingan
nasionalisme dan kepentingan ekonomi.
Dalam rangka mendukung target jumlah kunjungan
wisatawan, peran apa saja yang perlu ditingkatkan oleh pemerintah

58
pusat, pemerintah daerah, swasta, perguruan tinggi, tokoh
masyarakat sehingga tidak saling tumpang tindih dalam perannya
mendukung pembangunan sektor wisata ini. Peran pemerintah
(pusat dan daerah) dan pemangku kepentingan pembangunan
lainnya (PT, swasta, masyarakat) berperan dalam rangka untuk
memperbaiki lingkungan usaha industri pariwisata guna
mempengaruhi daya saing nasional dan daerah. Pemerintah
sekarang sedang gencar dan semangat memacu mengembangkan
industri pariwisata.
Persaingan dunia semakin ketat, menuntut daya saing
bidang pariwisata yang semakin tinggi. Masalahnya, negara dan
daerah diperhadapkan pada kompetisi dan tantangan yang sama,
meski kemampuannya berbeda. Mau tidak mau, suatu negara dan
daerah dituntut untuk mempunyai keunggulan kompetitif dan
komperatif dibandingkan negara dan atau daerah lainnya di dunia.
Keberhasilan instrumen kebijakan industri bidang pariwisata ini
tidak terlepas dari berbagai anasir kepentingan „politik‟, apakah
untuk jangka panjang karena pembangunan industri pariwisata
yang dapat mendatangkan jumlah wisatawan baik lokal maupun
mancanegara tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat tetapi
harus dilakukan secara berkelanjutan.
Pembangunan ini, perlu dengan upaya implementasi
perbaikan lingkungan usaha pariwisata dengan melibatkan bagi
pelaku bisnis dalam bidang wiata, yang dilakukan secara ketat dan
terprogram. Pemerintah perlu memiliki komitmen yang kuat untuk
melibatkan tokoh masyarakat sebagai salah satu stekeholders
yang ikut menentukan keberhasilan pembangunan industri

59
pariwisata. Hal ini dikarenakan sebuah program pemerintah sulit
akan berhasil apabila tidak mendapat dukungan dari rakyatnya
khususnya tokoh-tokoh masyarakat, apabila pada daerahdaerah
yang sangat memgang teguh tradisinya seperti di Papua,
Kalimantan, Pulau Nias, Aceh dan sebagainya.
Bagaimanapun baiknya sebuah program pembangunan
pariwisata akan sulit berhasil, apabila program ini jauh dari
keterlibatan masyarakat khususnya tokoh masyarakat, karena
tokoh masyarakat ini yang akan menjadi penggerak masyarakat
untuk mendukung kelancaran pariwisata dan menjaga keamanan
lokasi destinasi wisata sehingga wisatawan yang datang merasa
nyaman dan mendapatkan sesuatu (oleh-oleh, pernak-pernik) yang
disediakan oleh masyarakat lokal. Pembangunan industri bidang
pariwisata ini dalam jangka panjang maka dapat dipastikan
meningkatkan daya saing industri pariwisata Indonesia di dunia.
Dengan syarat terjadi hubungan yang saling mendukung antara
industri inti, industri penunjang, dan industri terkait pembangunan
wisata dikarenakan pembangunan bidang pariwisata bukan hanya
lokasi yang menjadi lokasi destinasi wisata yang telah ditetapkan
pemerintah tetapi juga bidang industri lainnya yang mendukung
lokasi destinasi wisata tersebut.
Sehingga terjadi proses kegiatan yang saling mendukung
pembangunan pariwisata nasional untuk mendorong efisiensi dan
produktivitas masingmasing sektor yang mendukung
pembangunan pariwisata. Bagaimana pun, industri yang
mendukung pariwisata tidak berarti harus berdekatan di lokasi yang
menjadi destinasi wisata yang ditetapkan oleh pemerintah, tetapi

60
yang penting bagaimana industri penunjang mendukung industri
inti yang tujuannya meningkatkan keunggulan kompetitif.
Pemerintah daerah dituntut untuk memoles lingkungan usaha yang
menjadi lokasi destinasi wisata agar dapat mengundang jutaan
wisatawan lokal dan mancanegara melalui dukungan sistem
infrastruktur inovasi yang kuat dan SDM dengan talenta terbaik
sehingga dunia bisnis wisata mampu menghadirkan inovasi dalam
berbisnis lainnya yang mendukung wisata, termasuk pemerintah
memberikan perhatian khusus untuk pengembangnya.
Seluruh kemampuan, pendanaan maupun insentif akan
ditujukan pada pengembangan industri pariwisata ini demi
mendatangkan wisatawan ke daerah-daerah di Indonesia. Kita
berkeyakinan bahwa apabila terjadi sinergi antar stakeholder
(pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi, pelaku
usaha yang didukung masyarakat) dan antar bidang sektoral
pembangunan destinasi wisata, bukan hanya destinasi wisata
super prioritas nasional tetapi juga destinasi wisata nasional
lainnya yang menjadi faktor penguatan daya saing dalam
membangunan destinasi wisata di Indonesia. Oleh karenanya
rencana dan target untuk dapat mendatangkan jutaaan wisatawan
lokal dan internasional bukan mustahil dapat terlaksana dengan
baik dan mudah. Destinasi wisata Indonesia, tidak saja memiliki
kekuatan di internal (tingkat regional dan nasional) tetapi juga
dapat bersaing dengan destinasi wisata yang dimiliki daerah-
daerah di negara lainnya.

61
Uraian ini seperti yang penulis kutip dari Badan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR
tahun 2020.

C. Sejarah Terbentuknya Danau Toba


Danau Toba merupakan danau vulkanik yang menjadi salah
satu Destinasi Super Prioritas (DSP) yang terletak di provinsi
Sumatera Utara. Danau Toba juga menjadi daya tarik dalam
mengembangkan storynomic tourism sebagai strategi promosi
pariwisata di Indonesia. Hal ini tentu tidak bisa dilepaskan dari
berkembangnya cerita legenda setempat yang mengawali
terbentuknya Danau Toba.
Legenda di Danau Toba berdasarkan cerita masyarakat
setempat menjadi modal potensial untuk mendatangkan
wisatawan. Kisah terbentuknya Danau Toba tidak bisa dipisahkan
dari kisah Toba dan ikan emas.
Menurut cerita masyarakat, Danau Toba bermula dari
seorang pemuda bernama Toba seorang yatim piatu. Sehari-
harinya ia bekerja sebagai petani dan mencari ikan di sungai yang
tak jauh dari rumahnya. Pada suatu hari, ketika memancing di
sungai Toba mendapatkan seekor ikan mas berukuran besar.
Namun karena sisik ikan ini terlihat berkilauan dan cantik,
Toba memutuskan untuk membawanya pulang dan
memeliharanya. Ternyata kekaguman Toba terhadap sisik ikan
berwarna emas ini tidak berhenti sampai di sana. Setelah
ditangkap ikan emas itu menjelma menjadi sosok perempuan
berparas cantik.

62
Toba pun jatuh cinta melihat kecantikan dari sang putri.
Bahkan Toba pun memutuskan untuk menikahinya meski sang
putri memberikan persyaratan, yaitu Toba harus berjanji
merahasiakan asal usulnya pada siapa pun. Tahun berganti dan
keduanya menjalin hubungan rumah tangga yang harmonis. Toba
juga tidak membocorkan mengenai identitas istrinya.
Namun pada suatu hari anak mereka, Samosir, diminta
ibunya untuk mengantarkan makanan pada Toba di ladang.
Sayangnya di tengah perjalanan Samosir merasa lapar dan
memakan bekal yang seharusnya untuk Toba.
Selepas memakannya, Samosir melanjutkan perjalanan dan
menyampaikan pada ayahnya bekal yang sudah kosong tersebut.
Murka karena tindakan Samosir, Toba spontan marah besar dan
berteriak bahwa Samosir adalah anak ikan.
Sontak langit pun gelap dan menurunkan hujan sangat
deras berhari-hari. Berkat hujan inilah muncul sebuah danau besar
yang kini kita kenal dengan Danau Toba, dan pulau di tengah
danau tersebut bernama Pulau Samosir.

Terbentuknya Danau Toba berdasarkan sains


Jika ditinjau dari segi geologis, terbentuknya Danau Toba
tak terlepas dari sejarah letusan super dahsyat yang membentuk
danau kaldera ini. Hal ini diungkap oleh Van Bemmelen, geolog
asal Belanda dalam bukunya The Geology of Indonesia (1939)
yang mengungkapkan hipotesisnya mengenai proses terbentuknya
Danau Toba.

63
Menurut Bemmelen, awalnya gunung api purba ini
melakukan aktivitas vulkanik dan terjadi erupsi sangat dahsyat.
Gabungan antara proses vulkanik dan tektonik pada letusan
gunung api purba inilah yang menyebabkan amblesnya bagian
tengah gunung, sehingga membentuk cekungan memanjang ke
arah barat laut hingga tenggara. Letusan tersebut juga
menyebabkan terjungkitnya sebagian tanah dengan posisi miring
ke arah barat daya yang membentuk Pulau Samosir. Pasca letusan
dahsyat itu, Kaldera Toba tertutup bebatuan beku yang kemudian
cair dan membentuk danau.
Berdasarkan penelitian, Gunung Api Purba Toba dahulunya
merupakan gunung api supervolcano, yang dapat memuntahkan
magma minimal 300 km3 saat meletus 74 ribu tahun lalu. Saat
letusan berlangsung setidaknya Gunung Api Purba Toba telah
memuntahkan tidak kurang dari 2.800 km3 material vulkanik.
Parahnya akibat letusan dahsyat tersebut populasi manusia di
bumi menyusut hingga 60% dan diikuti terganggunya mata rantai
makanan. Bahkan letusan gunung api purba ini disebut-sebut
sempat membuat spesies Homo Sapiens nyaris punah. Migrasi
manusia modern juga terhenti, karena letusan membuat Homo
Sapiens terisolasi di suatu tempat di Afrika.
Kini hasil letusan tersebut membentuk sebuah danau indah
yang menjadi daya tarik wisata di Sumatera Utara dengan panjang
100 km dan lebar 30 km. Kedalaman Danau Toba berkisar pada
500 meter dengan ketinggian permukaan sekitar 900 meter.
Danau ini terletak di tengah-tengah provinsi Sumatera Utara
dan dikelilingi tujuh kabupaten yaitu, Kabupaten Samosir,

64
Simalungun, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo dan Toba Samosir,
dan Tapanuli Utara.
Danau tekto-vulkanik ini merupakan danau terbesar di Asia
Tenggara karena memiliki panjang 87 kilometer, lebar 27 kilometer,
lokasi ketinggian 904 meter di atas permukaan laut. Dan
kedalamannya mencapai 505 meter.
Secara geografis, Danau Toba berada pada koordinat
980,300 s/d 990,010 Bujur Timur dan 20,240 s/d 20,480 Lintang
Utara. Danau ini dikategorikan sebagai daerah beriklim tropis
basah dengan tipe iklim C sampai E, suhunya berkisar antara 170-
290 C dan kelembapan udara rata-rata 85,04 persen.
Dari Danau Toba ini, mengalir sebuah sungai besar yaitu
sungai Asahan. Sungai ini mengalir ke dataran rendah sampai ke
daerah perairan selat Malaka di timur pulau Sumatera. Derasnya
aliran sungai ini pada akhirnya dimanfaatkan pemerintah sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Awal Terbentuknya Danau Toba Menurut sejarah, Danau
Toba sebelumnya adalah gunung berapi yang disebut gunung
Toba. Informasi yang dikutip dari sejarahlengkap.com
menyebutkan, gunung ini memiliki kantong magma sangat besar
yang jika meletus akan menghasilkan daya ledak yang sangat
tinggi.
Kantong magma Gunung Toba disuplai oleh banyaknya
lelehan sediman lempeng benua yang saling bergesek secara
hiperaktif, yaitu lempeng Indo-Australia yang mengandung banyak
sedimen, dan lempeng Eurasia yang menjadi tempat duduknya

65
Pulau Sumatera. Letak kedua lempeng itu berada di kedalaman
150 km di bawah bumi.
Gesekan lempeng Indo-Australia dan Eurasia menghasilkan
panas sehingga melelehkan bebatuan. lelehan tersebut kemudian
naik ke atas sebagai magma. Oleh karena seringnya kedua
lempeng ini bergesekan, magma yang dihasilkan cukup banyak
sehingga dapat menciptakan ledakan yang begitu dahsyat.
Dari beberapa literatur, tercatat bahwa Gunung Toba pernah
meletus tiga kali. Pertama, letusan pertama gunung Toba terjadi
sekitar 800 ribu tahun yang lalu dan membentuk kaldera di selatan
Danau Toba, meliputi daerah Porsea dan Prapat.
Kedua, Letusan kedua terjadi sekitar 500 ribu tahun yang
lalu dan menghasilkan kaldera di utara Danau Toba, yaitu daerah
antara Haranggaol dengan Silalahi.
Ketiga, Gunung Toba terakhir meletus pada 74.000 tahun
lalu. Letusan terakhir ini disebut-sebut sebagai letusan paling
dahsyat dalam sejarah Dunia. Meskipun sama sekali tidak tercatat
di dalam buku, namun bukti-bukti ilmiahnya bisa ditemukan di
masa kini.
Para ahli memperkirakan letusan gunung Toba
menghasilkan ledakan supervulkanik dengan skala sekitar 8.0
Volcanic Explosivity Index (VEI). Jika dibuat perbandingan, ledakan
bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki memiliki daya ledak 0,015
megaton TNT, letusan gunung Krakatau berdaya ledak 150
megaton TNT, maka letusan gunung Toba diperkirakan berdaya
ledak 26000 megaton TNT dan mampu menghancurkan area
Sumatera seluas sekitar 20.000 km2.

66
Letusan terakhir Gunung Toba memuntahkan lebih dari
1000 kilometer kubik material letusan. Ketinggian letusannya
mencapai 50 km. Material abunya menyebar ke seluruh atmosfer
bumi hingga menutupi cahaya matahari yang masuk ke bumi
selama beberapa tahun. Akibatnya temperatur bumi saat itu
menjadi turun sampai 3-5 derajat celcius.
Di samping menghasilkan tsunami yang besar, letusan
Gunung Toba juga mengakibatkan kematian massal manusia dan
beberapa spesies mahluk hidup lainnya. Dari beberapa hasil
penelitian yang telah dilakukan, letusan gunung ini diduga
menyusutkan lebih dari 60% populasi manusia saat itu, yaitu
sekitar 60 juta jiwa.
Dugaan ini didasarkan atas dua hal. Pertama, material abu
yang jatuh ke seluruh dunia telah menimbun sebagian habitat
manusia. Kedua, tidak adanya cahaya yang masuk menyebabkan
tidak terjadinya fotosintesis tumbuhan. Hal ini berimbas pada
langkanya bahan makanan sehingga mengakibatkan kelaparan
dahsyat yang berujung pada kematian masal.
Setelah meletus, gunung ini membentuk kaldera yang
kemudian terisi air dan akhirnya menjadi danau terbesar di Asia
Tenggara. Danau inilah yang dikenal dengan nama Danau Toba.
Meskipun para ahli masih bebeda pendapat soal ini, Tim
multidisiplin peneliti internasional yang dipimpin Dr Michael
Petraglia mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford,
Amerika Serikat telah menemukan sebuah situs arkeologi baru
yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara
India.

67
Situs itu mengungkap bagaimana orang bertahan hidup,
sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba
74.000 tahun yang lalu, dan bukti kehidupan di bawah abu Gunung
Toba. Meskipun sumber letusan dalam 3.000 mil, dari distribusi
abu.
Selama tujuh tahun, para ahli dari proyek Universitas Oxford
meneliti ekosistem di India, untuk mencari bukti kehidupan
kehidupan dan peralatan yang mereka tinggalkan di padang pasir
tandus. Daerah dengan luas ribuan hektare ini hanya sabana
(padang rumput). Sementara tulang hewan yang tersebar. Tim
menyimpulkan, daerah yang cukup besar ternyata ditutupi debu
dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan
hampir di seluruh dunia. Berasal dari letusan Supervolcano kuno,
yaitu Gunung Toba. Mengarah dugaan ke Mount Toba, karena
ditemukan bukti bentuk abu vulkanik dari molekul yang sama pada
2100 poin.
Sejak kaldera kawah yang sekarang adalah danau Toba di
Indonesia, 3.000 mil, dari sumber letusan. Bahkan, cukup
mengejutkan, ternyata penyebaran debu yang akan direkam ke
Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya
letusan gunung berapi super Toba saat itu.

68
D. Pulau-pulau di Danau Toba
Ada yang menarik, di tengah Danau Toba, terdapat lima
pulau yang membuat pemandangan alamnya semakin indah.
Pulau-pulau tersebut muncul akibat tekanan ke atas oleh magma
yang belum keluar. Lima pulau tersebut adalah Pulau Samosir
yang kini dimekarkan menjadi sebuah kabupaten. Pulau Samosir
adalah pulau tengah danau terbesar ke lima di Dunia.
Konon, pulau ini dulunya menyatu dengan pulau Sumatera
dan berbentuk seperti sebuah tanjung di Danau Toba. Kemudain
pada masa penjajahan Belanda dibangunlah kanal sungai
sehingga memutuskan dataran Samosir dengan dataran Sumatera.
Akhirnya Samosir menjadi pulau sendiri.
Pulau Samosir ini sudah berabad-abad dihuni oleh manusia
dari suku batak. Di Pulau Samosir dan tepi danau Toba inilah
mereka mengembangkan budayanya serta mengembangkan
keturunan mereka menjadi lima kelompok kesukuan Batak, yakni
Pakpak-Dairi, Angkola-Mandailing, Simalungun, Karo, dan Toba.
Selain itu, ada Pulau Tao yang panjanganya hanya sekitar 1
kilometer dan berada di sebelah Timur Pulau Samosir. Di pulau ini
dulunya terdapat sebuah hotel dan restoran, namun karena pulau
ini jarang dikunjungi wisatawan, akhirnya hotel ini ditutup. Dari
pulau ini, wisatawan dapat melihat pemandangan Bukit Barisan
serta keutuhan Pulau Samosir.
Kemudian, Pulau Sibandang yang merupakan pulau
terbesar kedua di Danau Toba dan terletak di Kecamatan Muara,
Kabupaten Tapanuli Utara. Pulau Sibanding dikenal juga dengan

69
pulau mangga karena menjadi salah satu pusat penghasil buah
mangga yang memiliki rasa manis.
Pulau Sibandang ini dihuni oleh empat marga yaitu marga
Simare-mare, Siregar, Oppusunggu dan Rajagukguk. Selain
mangga, sumber penghasilan masyarakat ini berasal dari
tangkapan laut yang berupa ikan mujair, ikan pora-pora dan ikan
lainnya.
Ada juga Pulau Tulas. Secara administratif, Pulau Tulas
berada di Kecamatan Sianjur Mulamula Kabupaten Samosir. Pulau
ini disebut-sebut masih perawan karena belum tersentuh oleh
manusia. Keseluruhan pulau ini diselimuti oleh hamparan warna
hijau karena hanya ditumbuhi semak belukar dan beberapa jenis
hewan.
Terakhir adalah Pulau Toping, pulau yang berada di ujung
Danau Toba, tepatnya di desa Silalahi Kabupaten Dairi. Menurut
informasi yang beredar, kedalaman Danau Toba hanya bisa diukur
di kawasan Silalahi ini. Sama seperti Pulau Sibandang, Pulau
Toping yang berukuran kecil ini dikelilingi bebatuan kecil yang
tersusun rapi secara alami, sehingga menambah indah pesona
alamnya.

E. Danau Toba Wisata Unggulan


Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata
penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang, Berastagi dan
Nias, menarik wisatawan domestik maupun
mancanegara. Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan

70
sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan
letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru.
Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological
University memperkirakan laut. Kejadian ini menyebabkan
kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti
kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga
menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah
populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia.
Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es,
walaupun para ahli masih memperdebatkannya. Setelah letusan
tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan
menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke
atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya
Pulau Samosir.
Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup,
sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba
pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan
di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan
berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya. Selama tujuh tahun, para
ahli dari Oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di
India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup
yang mereka tinggalkan di padang yang gundul.
Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya
sabana (padang rumput). Sementara tulang-belulang hewan
berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini
ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.

71
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir
di seluruh dunia.
Ini berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu
Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena
ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100
titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi Danau Toba di Indonesia,
hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup
mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam
hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa
dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.
Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup,
sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba
pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan
di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan
berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya. Selama tujuh tahun, para
ahli dari Oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di
India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup
yang mereka tinggalkan di padang yang gundul.
Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya
sabana (padang rumput). Sementara tulang-belulang hewan
berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini
ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir
di seluruh dunia.
Ini berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu
Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena
ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100

72
titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi Danau Toba di Indonesia,
hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup
mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam
hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa
dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.

1. Kawasan Wisata Danau Toba Parapat


a. Memiliki iklim yang sejuk dengan suhu sekitar 200C
b. Memiliki hutan pinus yang asri dan tanaman nanas sebagai
flora khas dan kera sebagai fauna khas wisata Danau Toba
Parapat
c. Memiliki udara yang bersih bebas polusi dan bau tak sedap
dan air danau yang jernih (tidak tercemar)
d. Memiliki angkutan khusus berupa minibus dan sepeda gunung
untuk mendukung wisata minat khusus
e. Masyarakat sekitar memiliki lkemauan untuk menjaga udara
yang bersih bebas polusi dan bau tak sedap dan air danau
yang jernih (tidak tercemar)
f. Masyarakat sekitar danau memiliki kesadaran untuk menjaga
air danau agar tetap jernih dan tidak tercemar polusi air dengan
cara meningkatkan disiplin kebersihan.
g. Adanya kegiatan sadar wisata dan sapta pesona pada
masyarakat lokal yang dapat mengubah mindset tntang
pentingnya keramahtamahan pada pengunjung
h. Adanya kegiatan lokakarya wisata yang terjadwal

73
i. Integrasi atau keterpaduan jalur wisata mulai pintu gerbang
wisata dengan lokasi objek wisata dan moda angkutan khusus
pariwisata Danau Toba Parapat
j. Tersedia jalur pejalan kaki sebagai fasilitas persinggahan di
sepanjang koridor jalur penghubug antar objek wisata Danau
Toba Parapat
k. adanya promosi secara nasional dan internasional dengan
mengikuti event kebudayaan seperti Sumt Expo, Pariwisata
Sumatera Expo
l. Memiliki sistem database mengenai kepariwisataan yang berisi
letak objek, jadwal kegiatan/event (Buaton & Purwodio, 2015).

2. Wisata Utama Danau Toba


a. Memiliki air danau yang jernih dan tidak tercemar polusi air
b. Memiliki pemandangan yang indah dengan bentang alam
danau Danau Toba sebagai icon utama pariwisata Parapat
dengan kondisi air yang tenang dan pegunungan hijau
sebagai daya tarik khas (unggulan).
c. Adanya fasilitas rekreasi dan olahraga air tradisional seperti
Kayak dan Solu Bolon yang nyaman (Buaton & Purwodio,
2015).

3. Kawasan Wisata Danau Toba Parapat - Samosir


a. Memiliki even atau kegiatan pariwisata nasional seperti
Pesta Danau Toba yang memperkenalkan kekayaan dan
keunikan potensi alam danau dan budaya masyarakat lokal

74
seperti acara adat, rumah adat, tarian dan musik tradisional
masyarakat local dan adanya paket wisata
b. Adanya kelembagaan yang mengatur kegiatan wisata
seperti lebaga sanggar tari tradisional, kelompok musik
tradisional Pargondang
c. Keberadaan dermaga Ajibata dan Tigaraja sebagai
penghubung antara Parapat dan Tigaraja
d. Adanya Pesta terjadwal seperti Pesta Danau Toba, Pesta
Tor-Tor Batak dan Pesta rondang Bintang yang melibatkan
Parapat dan Samosir (Buaton & Purwodio, 2015).

75
Daftar Pustaka
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian
PUPR. 2020. Sinergitas Pengembangan Lima Destinasi
Pariwisata Super Prioritas. Sinergi. Edisi 44 | Januari -
Februari 2020.

Buaton, Kleofine Widya Sonata & Purwadio, Heru. 2015. Kriteria


Pengembangan Kawasan Wisata Danau Toba Parapat,
Sumatera Utara. Jurnal Teknik ITS Vol. 4, No. 1, (2015)
ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print).

Febrianty (2011), “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit


Delay Perusahaan Sektor Perdagangan yang Terdaftar di
BEI Periode 2007-2009”, Jurnal Ekonomi dan Informasi
Akuntansi (JENIUS), Vol. 1, No. 3, September 2011: 294-
320.

http://fauzihistory.blogspot.co.id/2009/03/sejarah-pariwisata-
zaman-orde-lama-1945.html. Diakses 15 Juni 2016.

http://pakguruhonorer.blogspot.com/2015/08/manfaat-
pariwisata.html. Diakses pada 23 November 2018.

https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_pariwisata. diakses pada 23


November 2018.

Irawan, Koko. 2010. Potensi Objek Wisata Air Terjun Serdang


Sebagai Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Labuhan Batu
Utara. Kertas Karya. Program Pendidikan Non Gelar
Pariwisata. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Ismayanti, 2010, Pengantar Pariwisata, Jakarta: PT Grasindo.

Kasrul, M. 2003. Penyelenggaraan Operasi Perjalanan Wisata,


Jakarta : PT. Grasindo,

76
Kusdianto. 1996. Perencanaan Pengembangan Destinasi
Pariwisata. Jakarta: Universitas Indonesia.

Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam


Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Kusumanegara, I. M. 2009. Persepsi Wisatawan Nusantara


Terhadap Kondisi Kepariwisataan Bali. Jurnal Hospitality
Management Volume 3 No. 1.

Muljadi, A.J., 2012, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta : PT


Raja Grafindo Persada.

Nirwandar, 2016. Pembangunan otonomi daerah, DR. Sapta


Nirwandar.pdf Diakses 23 Juni 2016.

Noorduyn, J. 2006. Three Old Sundanese poems. KITLV Press.

Pitana, I Gde & Gayatri Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata.


Yogyakarta: CV Andi Offset.

Ridwan,Mohamad. 2012, Perencanaan dan Pengembangan


Pariwisata. PT SOFMEDIA: Medan.

Shihab, Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan


Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat), Bandung :
Mizan.

Sihite, Richard, 2000, Tourism Industry (Kepariwisataan),


Surabaya: Penerbit SIC.

Sinaga, Supriono. 2010. Potensi dan Pengembangan Objek Wisata


Di Kabupaten Tapanuli Tengah. Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara.

77
Soekardijo, R.G.1997. Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata
Sebagai “Systemic Lingkage). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Spillane, ,James. J. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan


Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius.

Suwantoro, Gamal. 2004, Dasar-Dasar Pariwisata, Yogyakarta:


Andi.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. No 10. 2009.


Kepariwisataan. Presiden Republik Indonesia.

Yoeti, Oka A.1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa, Bandung.

Yoeti, Oka. 2000. Konsep Pengembangan Ekowisata. Ilmu Wisata,


Special Edition 17 Februari 2000.

Yoeti, Oka. A 2008. Perencanaan dan Pengambangan Parawisata.


Jakarta: Pradnya Paramita.

Yoeti, Oka. A.1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata.


Bandung: Angkasa.

Biografi Singkat

78
79

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai