Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS INDONESIA UIMA-FIKES-

No.
MAJU (UIMA) : DA-FM-PSS-
Dokumen
FAKULTAS ILMU KESEHATAN 026-00
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER Tanggal  : 22 Maret 2022
GASAL TAHUN AKADEMIK Revisi  : 02
2022/2023 Halaman  : 1

PRODI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


PEMINATAN KESEHATAN DAERAH
MATA KULIAH KETAHANAN KESEHATAN DAERAH

Nama Mahasiswa : dr. Muhammad Rifki El Muammary


NPM : 20220000002

Sabtu, 3 Desember 2022 Waktu: 120 Menit (09.00-11.00 Wib)

JAWABLAH SECARA JELAS DAN BENAR!


1. Bagaimana saudara dapat membuat daerah/organisasi di tempat kerja saudara menyusun
program atau proyek terkait ketahanan sehat untuk Ketahanan Kesehatan Daerah yang dapat
diimplementasikan? Mohon jawaban dapat dibahas dari ketiga aspek utama (pendidikan,
ekonomi dan kesehatan)!
Jawaban :
Dalam membangun ketahanan sistem kesehatan daerah tersebut, Kita harus berfokus pada tiga
hal utama, yakni pertama mobilisasi sumber daya keuangan untuk pencegahan, kesiapsiagaan
dari bidang lain seperti lintas sektor dari bidang pendidikan, pemerintahan, TNI, POLRI dan
Tokoh masyarakat maupun tokoh agama, dan respons cepat terhadap masalah kesehatan yang
terjadi kedepannya.
Kita ambil proyek penanganan stunting. di balik lemahnya ekonomi kita sebelum tahun 2014,
masih banyak ditemukan anak kekurangan gizi di berbagai daerah. Fakta tersebut
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan perbaikan pembangunan sektor fisik berjalan
beriringan dengan perbaikan gizi masyarakat. Oleh sebab itu tak mengherankan jika kini salah
satu prioritas pembangunan kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 adalah perbaikan gizi, termasuk stunting.
stunting disebabkan tiga faktor, yaitu faktor individu yang meliputi asupan makanan, berat
badan lahir, dan keadaan kesehatan; faktor rumah tangga yang meliputi kualitas dan kuantitas
makanan, sumber daya, jumlah dan struktur keluarga, pola asuh, perawatan kesehatan, dan
pelayanan; serta faktor lingkungan yang meliputi infrastruktur sosial ekonomi, layanan
pendidikan dan layanan kesehatan.
Dalam penanganan stunting pemerintah harus menaikan alokasi dana untuk prevalensi
stunting. hal ini diharapkan dapat diikuti dengan optimalisasi peningkatan kesehatan pada
masyarakat, khususnya terkait dengan penurunan angka prevalensi stunting.
Melalui anggaran pemerintah yang cukup besar dan mengingat penurunan angka prevalensi
stunting kini menjadi prioritas pembangunan, diharapkan program penurunan angka prevalensi
stunting dapat terlaksana tepat sasaran. Berbagai program penurunan angka prevalensi
stunting yang telah direncanakan oleh pemerintah pusat harus terintegrasi hingga ke desa
mulai dari pembangunan posyandu, penyediaan makanan sehat, pembangunan sanitasi dan air
bersih hingga balai pengobatan desa dan lainnya. Selain menggunakan alokasi belanja dana
kesehatan, semua itu juga bisa memanfaatkan dana desa.
Terlepas dari alokasi dana desa dan K/L yang disalurkan untuk penanganan stunting,
pemerintah sejatinya perlu mengawasi dan memastikan program tersebut sudah tepat sasaran.
Sebab persoalan stunting tidak bisa diukur dari satu faktor saja untuk dapat mewujudkan
generasi premium Indonesia di masa depan. Semoga.
Sementara itu dari segi pendidikan. Lembaga menjadi sarana penyebaran pengetahuan yang
paling efektif, tak terkecuali dalam pemahaman soal gizi dan pencegahan stunting atau kurang
gizi kronik yang menyebabkan tumbuh kembang anak tak optimal. Indonesia memang harus
bekerja keras untuk menurunkan angka stunting. Saat ini posisi kita masih berada dalam lima
besar negara dengan beban stunting terbesar.
Pemerintah sendiri menargetkan bisa menurunkan angka stunting di bawah 14 persen dalam
dua tahun. Untuk membangun kesadaran dan edukasi masyarakat luas akan nutrisi dan pola
hidup bersih dan sehat, sebagai pelopor kesehatan kita harus menjembatani sector pendidikan
dengan kesehatan dalam edukasi terhadap masyarakat mulai dari anak prasekolah paud/tk, SD,
SMP, SMA dan perguruan tinggi serta pemberian pengetahuan kepada masyarakat luas
lainnya.
dari sisi Kesehatan salah satunya yaitu melalui intervensi yang dilakukan tenaga kesehatan
yang mengacu pada Peraturan Presiden No. 72/2022 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
intervensi yang dapat dilakukan untuk mempercepat perbaikan gizi masyarakat khususnya
dalam percepatan penurunan stunting yang harus dimulai dari hulu dengan pendekatan
intervensi yang dimulai sejak remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, anak usia 0 -
59 bulan. Selain itu intervensi pada hulu tersebut, “Intervensi  juga perlu dilakukan pada
kelompok laki-laki,
Pemberian intervensi gizi spesifik oleh tenaga kesehatan. Adapun bentuknya meliputi
Suplementasi gizi makro dan mikro (TTD, Vitamin A, taburia); pemberian ASI Eksklusif dan
MP-ASI; Fortifikasi; Kampanye gizi seimbang; Pelaksanaan Kelas ibu hamil; pemberian Obat
Cacing; Penanganan kekurangan gizi; dan JKN.
Selain intervensi gizi spesifik, dari sisi Kesehatan juga bekerja sama dengan Lembaga yang
terkait dalam melaksanakan intervensi gizi sensitif. “Untuk intervensi gizi sensitif, kita
membutuhkan bantuan dari Lembaga yang terkait. Untuk ketahanan pangan, kita
membutuhkan peran dinas Pertanian disini. Selain itu peran PUPR  dalam pembangunan
sanitasi dan air bersih, Kementerian Desa dan PDTT dalam pembangunan desa, peran
Kementerian Agama terkait edukasi sebelum pernikahan,” 
Dengan sinergitas ini diharapakan proyek penanganan stunting didaerah dapat berjalan lancar,
dan angka stunting menurun
2. Saat ini ancaman kesehatan global (Global Public Health Threat) merupakan masalah serius
yang dihadapi masyarakat dunia, tentu saja ini merupakan problem kesehatan masyarakat di
Indonesia. Keadaan tersebut dapat kita lihat dari kejadian pandemi covid, keadaan bencana
alam (gempa, banjir, kebakaran hutan dll), adanya ancaman penggunaan obat dan makanan
yang belum terkontrol dengan baik. Semua keadaan ini tentunya menyebabkan krisis
kesehatan di masyarakat. Untuk itu, diperlukan peran pemerintah daerah dalam mengantisipasi
semua potensi krisis kesehatan yang ada. Pertanyaan: Menurut saudara, apa yang perlu
dilakukan dan diperkuat oleh pemerintah daerah khususnya Dinas Kesehatan dalam
menghadapi situasi di atas? Jelaskan juga jawaban saudara dengan solusi jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang?
Jawaban : Krisis kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya korban jiwa, korban luka/sakit, pengungsian, dan/atau adanya potensi bahaya yang
berdampak pada kesehatan masyarakat yang membutuhkan respon cepat di luar kebiasaan
normal dan kapasitas kesehatan tidak memadai.
Berdasarkan pengertian tersebut, menurut hemat kami, penyebaran virus korona dapat
dikategorikan sebagai krisis kesehatan.
Penanggulangan krisis kesehatan bertujuan untuk terselenggaranya penanggulangan krisis
kesehatan yang terkoordinasi, terencana, terpadu, dan menyeluruh guna memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan dampak permasalahan kesehatan.
Penanggulangan krisis kesehatan mencakup kegiatan prakrisis kesehatan, tanggap darurat
krisis kesehatan, dan pascakrisis kesehatan.
Penanggulangan krisis kesehatan dilakukan dengan sistem klaster yang diimplementasikan
melalui pembentukan klaster kesehatan pada tingkat pusat dan tingkat daerah yang bertujuan
untuk meningkatkan koordinasi, kolaborasi, dan integrasi dalam penanggulangan krisis
kesehatan.
Klaster kesehatan terdiri dari sub klaster yang meliputi:
a. sub klaster pelayanan kesehatan, yang bertugas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan terutama pelayanan pertolongan darurat pra fasilitas pelayanan
kesehatan dan rujukan;
b. sub klaster pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan yang bertugas
melakukan pengendalian penyakit dan upaya kesehatan lingkungan;
c. sub klaster kesehatan reproduksi yang bertugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan reproduksi;
d. sub klaster kesehatan jiwa yang bertugas menyelenggarakan upaya penanggulangan
masalah kesehatan jiwa dan psikososial secara optimal;
e. sub klaster pelayanan gizi, yang bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi; dan
f. sub klaster identifikasi korban mati akibat bencana (Disaster Victim
Identification/DVI), yang bertugas menyelenggarakan identifikasi korban meninggal dan
penatalaksanaannya.
Klaster kesehatan terdiri atas klaster kesehatan nasional, klaster kesehatan provinsi, dan
klaster kesehatan kabupaten/kota
Kegiatan Prakrisis Kesehatan
Kegiatan prakrisis kesehatan, yang meliputi upaya pencegahan dan mitigasi, dan
kesiapsiagaan, ditujukan untuk peningkatan sumber daya kesehatan, pengelolaan ancaman
terjadinya krisis kesehatan, dan pengurangan kerentanan

Upaya pencegahan dan mitigasi meliputi kegiatan

a. kajian risiko krisis kesehatan;


b. menyusun, mensosialisasikan dan menerapkan kebijakan atau standar penanggulangan
krisis kesehatan;
c. mengembangkan sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan;
d. menyusun rencana penanggulangan krisis kesehatan; dan
e. melaksanakan peningkatan kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan aman bencana.

 
Upaya kesiapsiagaan meliputi kegiatan

a. simulasi/geladi bidang kesehatan;


b. pemberdayaan masyarakat;
c. mengembangkan sistem peringatan dini;
d. membentuk Emergency Medical Team (“EMT”), tim Rapid Health
Assessment (“RHA”), Public Health Rapid Response Team (“PHRRT”), dan tim
kesehatan lainnya;
e. menyiapkan ketersediaan sarana prasarana kesehatan, dan perbekalan kesehatan yang
memadai untuk upaya tanggap darurat; dan
f. meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, baik dalam hal manajerial maupun teknis.

 
Kegiatan Tanggap Darurat Krisis Kesehatan
Kegiatan tanggap darurat krisis kesehatan ditujukan untuk merespon seluruh kondisi
kedaruratan secara cepat dan tepat guna menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan lebih
lanjut, dan memastikan program kesehatan berjalan dengan terpenuhinya standar minimal
pelayanan kesehatan.

Status keadaan darurat krisis kesehatan dan penanggulangannya terdiri atas:[13]

a. status siaga darurat krisis kesehatan, meliputi kegiatan:

1. melakukan RHA;
2. aktivasi klaster kesehatan dan mobilisasi EMT jika dibutuhkan; dan
3. menyusun dan melaksanakan rencana operasi krisis kesehatan berdasarkan hasil RHA dan
rencana kontigensi;

b. status tanggap darurat krisis kesehatan, meliputi kegiatan:

1. melakukan RHA;
2. aktivasi klaster kesehatan dan mobilisasi EMT dan PHRRT;
3. menyusun dan melaksanakan rencana operasi krisis kesehatan berdasarkan hasil RHA dan
rencana kontigensi (jika ada);
4. memobilisasi sarana prasarana kesehatan, dan perbekalan kesehatan yang memadai;
5. memastikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terdampak berjalan sesuai standar
dengan memperhatikan kepentingan kelompok rentan;
6. mengintensifkan pemantauan perkembangan situasi; dan
7. melaksanakan komunikasi krisis kesehatan; dan

c. status transisi darurat krisis kesehatan, meliputi kegiatan:

1. melakukan RHA; dan


2. memastikan program kesehatan sudah dapat segera berfungsi.

 
Kegiatan Pascakrisis Kesehatan
Kegiatan pascakrisis kesehatan ditujukan untuk mengembalikan kondisi sistem kesehatan, seperti
pada kondisi prakrisis kesehatan dan membangun kembali lebih baik (build back better) dan
aman (safe)
 
Tahap ini dilaksanakan oleh masing-masing penanggung jawab program dan dikoordinasikan
oleh Menteri Kesehatan atau kepala dinas kesehatan sesuai tingkatan bencana
 
Penanggulangan krisis kesehatan pada tahap pascakrisis kesehatan meliputi kegiatan

a. melakukan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan sumber daya kesehatan


pascakrisis kesehatan;
b. menyusun rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi kesehatan;
c. melaksanakan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi kesehatan; dan
d. monitoring dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi kesehatan.

 
Rekonstruksi kesehatan adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan bidang kesehatan pada wilayah pascakrisis kesehatan, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
pelayanan kesehatan, meningkatnya status kesehatan masyarakat, dan bangkitnya peran serta
masyarakat
 
Demikian jawaban kami, semoga bermanfaat

3. Satu hari yang lalu dilaporkan oleh Pemerintah Kabupaten X Provinsi Y, telah terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) Cholera di Kecamatan Mangga yang telah menyebardi 2 (dua)
desa dengan jumlah pasien saat ini mencapai 80 orang dimana sebagian besar anak balita, 12
kasus dilaporkan meninggal dunia. Lokasi KLB secara geografis bertetangga langsung dengan
kabupaten tempat saiudara bertugas walaupun berbeda provinsi. Pertanyaan: Saudara sebagai
pemegang otoritas kesehatan di kabupaten/kota, jelaskan langkah-langkah apa yang diambil
untuk menjaga penyebaran kasus tidak meluas ke kabupaten saudara?
Jawaban :
Seperti pada definisi wabah, maka upaya pencegahan yang dilakukan selama ini adalah upaya
bagaimana mencegah kondisi wabah agar tidak terjadi. Oleh karena itu upaya yang dilakukan
selama ini adalah bagaimana menangani terjadinya KLB (kondisi sebelum wabah terjadi) di
Indonesia. Bahkan dalam pelaksanaanya upaya pencegahan tersebut dilakukan jauh lebih awal
yaitu mencegah agar KLB tidak terjadi, melalui Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar
Biasa (SKD-KLB). Penyelenggaraan SKD- KLB secara jelas telah diatur dalam
PERMENKES No. 949/Menkes/SK/VIII/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistim
Kewaspadaan Dini KLB. Kegiatan SKD KLB secara umum meliputi:
 Persiapan Penyelidikan dan penanggulangan KLB
Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi KLB bekerjasama dengan unit kesehatan terkait
setempat, dapat melakukan wawancara, pemeriksaan medis dan laboratorium terhadap
penderita, pemeriksaan orang-orang yang mendapat serangan penyakit, pemeriksaan sumber-
sumber penyebaran penyakit, pemeriksaan data perawatan penderita di unit- unit pelayanan
kesehatan, pemeriksaan data perorangan, sekolah, asrama, dan tempat-tempat lainnya yang
berhubungan dengan penyebaran penyakit dengan memperhatikan etika pemeriksaan medis
dan etika kemasyarakatan setempat. Rekomendasi dirumuskan dengan memperhatikan asas
segera, efektip dan efisien dalam rangka penanggulangan KLB yang sedang berlangsung
sesuai dengan kemampuan yang ada serta disampaikan kepada tim penanggulangan KLB
dengan memperhatikan kerahasiaan jabatan dan implikasi terhadap kesejahteraan dan
keselamatan masyarakat.
 Memastikan benar adanya KLB
Kepastian adanya suatu KLB berdasarkan pengertian dan kriteria kerja KLB yang secara
formal ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas rekomendasi teknis Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, baik bersumber data kesakitan dan atau data kematian yang ada di
masyarakat, maupun bersumber data kesakitan dan atau kematian yang ada di unit-unit
pelayanan penderita serta hasil pemeriksaan laboratorium. Untuk memastikan adanya KLB,
maka data penderita setidak-tidaknya menunjukkan perkembangan penyakit dari waktu ke
waktu berdasarkan tanggal mulai sakit dan atau tanggal berobat yang dapat digunakan untuk
memperkirakan tanggal mulai sakit, tempat kejadian menurut unit pelayanan penderita
berobat, tempat tinggal penderita, tempat usaha atau karakteristik tempat lain, serta menurut
umur, jenis kelamin dan kelompok-kelompok tertentu
langkah-langkah untuk memastikan adanya KLB adalah sebagai berikut :
1. Melakukan analisis terhadap data kesakitan dan kematian yang ada di Puskesmas
atau Rumah Sakit
2. Mendiskusikan dengan petugas poliklinik tentang adanya peningkatan jumlah
penderita atau diduga penderita penyakit berpotensi KLB diantara yang berobat ke
poliklinik menurut desa atau lokasi tertentu.
3. Menanyakan pada setiap orang yang datang berobat ke Puskesmas atau Rumah
Sakit tentang adanya peningkatan jumlah penderita atau diduga penderita
penyakit berpotensi KLB tertentu atau adanya peningkatan jumlah kematian di desa,
sekolah, asrama atau tempat lain. Peningkatan jumlah penderita dibandingkan
dengan kewajaran jumlah penderita pada keadaan normal berdasarkan data yang
ada di Puskesmas atau menurut pandangan orang-orang yang diwawancarai.
4. Melakukan kunjungan ke lokasi yang diduga terjadi KLB untuk memastikan adanya
KLB. Tatacara memastikan adanya KLB adalah dengan wawancara penduduk
setempat melalui survei masyarakat, dan atau dengan membuka pelayanan
pengobatan umum. Apabila jumlah penderita dan atau kematian cukup banyak dan
meningkat dibandingkan jumlah penderita pada keadaan sebelumnya sesuai dengan
kriteria kerja KLB, maka dapat dipastikan adanya KLB di daerah tersebut.
 Menegakan etiologi KLB
Etiologi suatu KLB dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis penderita
perorangan, gambaran klinis kelompok, gambaran epidemiologi dan hasil pemeriksaan
laboratorium atau alat penunjang pemeriksaan lainnya.
 Identifikasi gambaran epidemiologi KLB
Gambaran epidemiologi KLB menjelaskan distribusi penyebaran penyakit dalam
bentuk tabel, kurva epidemi, grafik dan peta, baik dalam angka absolut maupun dalam
angka serangan (attack rate), dan angka fatalitas kasus (case fatality rate) berdasarkan
golongan umur, jenis kelamin, dan tempat-tempat tertentu yang bermakna secara
epidemiologi. Umur dikelompokkan dalam kelompok umur kurang dari 1 tahun, 1 – 4
tahun, 5 – 9 tahun , 10 – 14 tahun, 15 – 44 tahun dan 45 tahun atau lebih, sesuai
dengan kebutuhan epidemiologi menurut umur. Tempat dikelompokkan berdasarkan
tempat kejadian. Gambaran epidemiologi lain dapat dibuat berdasarkan
pengelompokan tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk mengetahui etiologi KLB,
besar masalah KLB dan menjadi dasar membangun hipotesis sumber dan cara
penyebaran penyakit
 Menegtahui sumber dan cara penyebaran KLB
Cara untuk mengetahui sumber dan cara penyebaran penyakit adalah berdasarkan
metode epidemiologi deskriptip, analitik dan kesesuaian hasil pemeriksaan
laboratorium antara penderita dan sumber penyebaran penyakit yang dicurigai.
 Menetapkan cara penanggulangan KLB
Cara-cara penanggulangan KLB meliputi upaya-upaya pengobatan yang tepat terhadap
semua penderita yang ada di unit-unit pelayanan kesehatan dan di lapangan, upaya-
upaya pencegahan dengan menghilangkan atau memperkecil peran sumber penyebaran
penyakit atau memutuskan rantai penularan pada KLB penyakit menular. Cara- cara
penanggulangan KLB sebagaimana tersebut diatas sesuai dengan masing-masing cara
penanggulangan KLB setiap jenis penyakit, keracunan atau masalah kesehatan
tertentu dan penyakit berpotensi KLB yang belum jelas etiologinya
4. Indonesia harus menggunakan pendekatan “One Health” atau “Satu Kesehatan” dalam
menghadapi potensi ancaman pandemi berikutnya baik yang sifatnya zoonosis atau vector-
borne diseases dengan menggabungkan penegakan hukum dan keamanan secara keseluruhan
dan menjadikannya sebagai tanggung jawab bersama antar sektor keamanan, pertanian,
kesehatan dan lingkungan. Pertanyaan: Saudara sebagai pemegang otoritas kesehatan di
kabupaten/kota, langkah-langkah apa yang saudara lakukan dalam upaya kerjasama dengan
sektor tersebut guna menjaga keberlangsungan ketahanan kesehatan daerah?

Jawaban :
Pertama kita ambil yang menjadi contoh masalah kesehatan terkini telebih dahulu, seperti
merebaknya pandemi Covid-19.
Bagaimana suatu daerah mengatasi permasalahan ini? Kacau dan lambannya
penanganan awal pandemi kemungkinan besar karena tidak adanya kebijakan
publik maupun kebijakan kesehatan dalam satu sistem yang bisa diterapkan secara
global. Proses pengambilan kebijakan pun masih terkesan tanggung dan diserahkan
pada tiap sektor untuk menentukan langka strategis.

Dengan melihat sejarah panjang infeksi virus dan penyebarannya, pola peristiwa
yang berulang seperti kasus penyakit yang disebabkan virus lainnya, maka perlu
adanya sistem untuk menangani masalah kesehatan dan penyebaran virus secara
global secara komprehensif. Suatu daerah harus merancang dan mengenalkan
konsep One Health, yakni pengoptimalan kinerja yang melibatkan multi disiplin
ilmu, seperti dokter, dokter hewan, epidemiolog, ahli gizi, ilmuwan sosial, TNI
POLRI, BIN, Unsur MUSPIDA setempat maupun ahli ekologi serta ahli sains dan
teknologi dan juga masyarakat itu sendiri untuk mewujudkan kesehatan
masyarakat yang lebih holistik. 

Transformasi keilmuan maupun teknologi yang melintasi batas ruang dan waktu
membuat proses perumusan keamanan kesehatan daerah ini penting untuk
mencegah pandemi lebih dini, efisien, dan menghemat anggaran pada masa
mendatang. Ketiga aspek yang menjadi tujuan konsep One Health ini memobilisasi
berbagai lapisan masyarakat untuk turut andil mendorong kesejahteraan, mengatasi
ancaman kesehatan dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan.

Sistem One Health yang terintegrasi ini diharap mampu menanggulangi 60 persen
penyakit yang disebabkan vius. Dan membantu daerah untuk mempersiapkan diri
menghadapi kemungkinan pandemi lainnya pada masa mendatang. Namun, yang
juga perlu diingat selain perumusan kebijakan dan pengkajian kesehatan publik
adalah menyampaikan hal tersebut kepada khalayak secara tepat agar tidak
menyebabkan kerancuan di masyarakat. Dari pandemi COVID-19 kita banyak
belajar untuk memperbaiki sistem kesehatan secara menyeluruh. Dan di masa
mendatang, permasalahan kesehatan tidak lagi menjadi permasalahan medis saja,
melainkan juga permasalahan pada bidang lain. Seperti pengambilan kebijakan
kesehatan, pengaturan anggaran, dan ilmu kesehatan itu sendiri.

Rancangan ketahanan sistem kesehatan secara global yang berfokus pada tiga hal utama,
yakni mobilisasi sumber daya keuangan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons
pandemic merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan menangani pandemi
maupun masalah penyakit lain dikemudian hari.

Mobilisasi sumber keungan sendiri bisa dilakukan dengan cara memformalkan


pembentukan dana persiapan pandemi sehingga jika ada pandemi lagi ke depannya harus
ada cadangan dana yang bagaimana caranya dana tersebut bisa digunakan untuk
mengakses obat-obatan, vaksin, dan alat tes pandemic jadi daerah lebi siap secara
anggaran kedepannya dan tidak bemasalah dengan pendanaan lagi.

Tantangan dalam implementasi one health adalah kolaborasi dan finansial. Kolaborasi
penting supaya lintas departemen dan lembaga lebih memperhatikan one health.
Sehingga diharapkan one health ini menjadi isu prioritas di beberapa tempat yang
memang menunjukkan fluktuasi peningkatan kasus tinggi yang disebabkan oleh
penyebaran virus
penguatan surveilans merupakan hal yang paling penting. Sistem surveilans untuk
penyakit-penyakit yang berasal dari hewan ini menjadi salah satu indikator kuat yang
harus diperbaiki. “Kalau nanti di kabupaten sudah teridentifikasi penyakit berdasarkan
surveilans yang kuat, maka kebijakan one health bisa diimplementasikan juga ke tingkat
desa,

5. Dalam menjaga keberlangsungan sistem ketahanan kesehatan dibutuhkan komitmen pimpinan


daerah, dukungan stakeholder, sumberdaya, SDM dan pemberdayaan masyarakat.
Bagaimana saudara memperkuat dan menjaga proses keberlangsungan sistem ketahanan
kesehatan daerah dengan membangun dan memberdayakan potensi masyarakat yang dapat
digerakkan sewaktu-waktu dan kapan saja? Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan agar
kesadaran ketahanan sehat dapat diimplementasikan!
Jawaban :
Penguatan upaya kesehatan masyarakat merupakan penguatan setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam bentuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan merupakan suatu proses
pembangunan manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat,
perubahan perilaku, dan pengorganisasian masyarakat bidang kesehatan.
Strategi penguatan upaya kesehatan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan meliputi:
Strategi penguatan upaya kesehatan masyarakat:
 analisis, pengendalian, dan penilaian
 pengembangan kebijakan; dan
 pelaksanaan dan dukungan.
Langkah-langkah pokok pelaksanaan strategi penguatan upaya kesehatan masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat, antara lain:
 Dalam peningkatan pembangunan kesehatan yang memberi pengutamaan pada
penguatan kesehatan masyarakat memerlukan perubahan mindset atau paradigma bagi
semua pihak terkait.
 Perlu ditetapkan dan dilaksanakan strategi penguatan upaya kesehatan masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan yang bersifat menyeluruh.
 Penguatan tersebut perlu menggunakan pendekatan proses yang lebih terarah,
menyeluruh, dan saling terkait serta realistis dan didukung sumber daya yang
memadai.
 Alokasi pembiayaan kesehatan diutamakan untuk penguatan kegiatan upaya kesehatan
masyarakat dan mendukung pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.
 Pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan perlu makin diperkuat di tingkat
pusat dan daerah.
 Penguatan upaya kesehatan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat hanya dapat
dilaksanakan bila didukung oleh sistem informasi kesehatan yang tangguh, baik dalam
penyelenggaraan maupun penggunaannya.
 Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat perlu berpedoman terutama pada ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dan dilaksanakan dengan saksama.
 Penguatan upaya kesehatan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan diharapkan bersama dengan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dapat
mendukung percepatan pembangunan kesehatan sehingga dapat meningkatkan
akselerasi, pemerataan, dan mutu pembangunan kesehatan.

Selamat menjawab soal dan bekerjalah sendiri-sendiri. Tetap semangat dan ceria.

Jakarta, 3 Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai