Anda di halaman 1dari 2

Peran Orang tua Menjadi Salah Satu Penyebab Gangguan Bipolar Pada Remaja

Dilansir bipolarcareindonesia, hasil survei dari National Comorbidity Survey,


mengungkapkan terdapat prevelensi keseluruhan gangguan bipolar sebesar 4,4% pada populasi
di Amerika Serikat. Angka tertinggi pengidap gangguan bipolar terdapat pada kelompok usia
18-29 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa pengidap gangguan bipolar terbesar terjadi pada
usia remaja. Juga diketahui bahwa gangguan bipolar lebih tinggi terjadi pada remaja Wanita
dibandingkan dengan remaja pria. Gangguan bipolar sendiri kuat hubungannya dengan
perubahan drastis pada mood seseorang.
Dapat kita kaitkan dengan fakta bahwa perubahan mood sering terjadi pada kaum
Wanita dibandingkan dengan kaum pria. Secara etimologi Bipolar berasal dari dua kata, yaitu
bi dan polar, bi berarti dua dan polar berarti kutub, maka bipolar dapat diartikan sebagai
gangguan yang terjadi pada dua kutub perasaan yang saling bertolak belakang. Dua kutub yang
dimaksud adalah depresi dan manik. Depresi dapat dilihat Ketika seseorang menarik diri dari
orang lain dan kehilangan minat pada aktivitas rutin yang biasa dilakukannya. Yang mana
perilaku tersebut bertentangan dengan perilaku pada manik.
Manik merupakan keadaan emosional yang berlebihan pada manusia. Ditandai dengan
kegembiraan yang berlebihan, mudah tersinggung, hiperaktivitas, lebih banyak berbicara dari
biasanya, dan pikiran serta perhatian yang mudah terganggu. Prilaku mendasar yang dapat kita
lihat pada penderita gangguan bipolar adalah mereka akan merasa sedih atau gembira tanpa
perlu suatu alasan yang jelas, apabila merasa sedih bahkan pada pemicu yang kecil sedikitpun
mereka akan merasa depresi yang berkepanjangan dan sulit untuk keluar dari perasaan tersebut.
Pergolakan perasaan ini banyak ditemui dan dialami pada remaja. Karena kita berbicara tentang
remaja, maka hal itu tidak akan lepas pada pola asuh yang diberikan oleh orang tua.
Biasanya ada tiga macam pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak, yaitu
: pola asuh demokratis, permisif dan otoritas. Orang tua yang memberikan Pola asuh
demokratis memberikan kebebasan kepada anak dengan penuh tanggung jawab, sedangkan
pada Pola asuh otoriter orang tua menentukan semua kebijakan, langkah dan tugas yang
harus dijalankan. Pola asuh permisif mempunyai ciri orang tua memberikan kebebasan
penuh pada anak untuk berbuat sehingga terkadang anak melakukan tindakan yang
melawan aturan. Dari beberapa pola asuh di atas, Anak yang berada dibawah pengasuhan
lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orang tua bersikap keras, otoriter,
kurang memperhatikan nilai-nilai agama, maka perkembangan pribadinya cenderung
mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam menyesuaikan diri (maladjusted).
Cerminan seperti inilah yang menjadi salah satu penyebab dari Gangguan Bipolar pada remaja.
Beberapa jurnal sudah melakukan penelitian terhadap penyebab gangguan bipolar ini.
Salah satu kasus diantaranya adalah mengenai seorang Wanita berusia 27 tahun
pengidap gangguan bipolar. Menggunakan nama yang disamarkan, Mawar. Dari hasil
observasi dan wawancara diketahui bahwa Mawar tidak mendapatkan kebutuhan afeksi dari
orang terdekat, terutama dari orang tuanya. Meskipun tinggal Bersama, namun Ayahnya lebih
banyak menghabiskan waktu luang dengan berjudi, sedangkan ibu Mawar bekerja. Kebiasaan
ayahnya untuk berjudi membuat mereka memiliki banyak hutang, hal tersebut membuat
kondisi ekonomi keluarga menjadi sulit sehingga memicu pertengkaran kedua orangtuanya.
Sejak kecil Mawar sudah seringkali melihat pertengkaran kedua orang tuanya bahkan ibunya
pernah mengancam untuk bunuh diri didepan dia. Keluarga yang tidak harmonis dan cenderung
patologis berdampak trauma pada dia sewaktu kecil. Kebutuhan afeksi yang tidak ia dapatkan
dalam keluarga menyebabkan Mawar menampilkan sosok ramah dengan konsep diri yang baik
dan penuh prestasi. Namun kurangnya pengalaman berbagi emosi dalam keluarga
menyebabkan Mawar tidak dapat menjalin hubungan emosional yang mendalam. Mawar
cenderung ragu-ragu dan penuh curiga. Setiap permasalahan dan beban pikiran cenderung ia
pendam dan selesaikan sendiri. Namun adanya kontrol diri yang kurang menyebabkan Mawar
kerap kali hilang kendali dalam melampiaskan kemarahan dengan perilaku maladaptif.
Kurangnya kemampuan Mawar untuk membagi masalah serta adanya perasaan terpaksa untuk
memikul tanggung jawab dalam keluarga membuat Mawar mengalami kecemasan dan
perasaan tertekan. Mawar kemudian mulai menunjukkan gejala berupa perubahan suasana hati
atau mood yang fluktuatif.
Dari kasus diatas dapat kita lihat bahwa peran orang tua sangatlah penting bagi
perkembangan emosional anak. Gangguan Bipolar yang diderita remaja sangatlah berkaitan
dengan bagaimana hubungan dengan orangtuanya. Kebutuhan afeksi yang tidak terpenuhi
marupakan salah satu penyebab gangguan bipolar terjadi. Parahnya saat tidak ada satu pun
orang disisi mereka dan pada akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Begitulah pentingnya
peran orang tua sebagai pemantik dan pemadam dalam kehidupan anaknya.

DAFTAR PUSTAKA
Ayun, Q. ( 2017). Pola Asuh Orang Tua Dan Metode Pengasuhan Dalam Membentuk Kepribadian
Anak. Thufula, 103-122.
Bruno Müller-Oerlinghausen, A. B. (2002). Bipolar disorder. The Lancet, 359(9302), 241-247.
doi:https://doi.org/10.1016/S0140-6736(02)07450-0
Davison, G. C., Neale, J. M., & King, A. M. (2010). Psikologi abnormal. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Panggabean, L. M., & Rona, D. (2015). Apakah aku bipolar?: 100 tanya jawab dengan psikiater.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pola Asuh Orang Tua: Faktor, Implikasi terhadap Perkembangan Karakter
Anak. (2021). (n.p.): Nilacakra.
Rani Anggraeni Purba, Y. F. (2017, Agustus). Pengalaman Terdiagnosis Bipolar: Sebuah
Interpretative Phenomenological Analysis. Jurnal Empati, 7, 323- 329.
Renaldo, E. (2017, September). DATA PENYINTAS GANGGUAN BIPOLAR. Retrieved from
Bipolar Care Indonesia: https://www.bipolarcareindonesia.org/2018/11/data-penyintas-
gangguanbipolar.html
Wedanthi, P. H. (2022). Studi Kasus Dinamika Psikologis Penderita Bipolar Disorder. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 6(1), 2578-2582.

Anda mungkin juga menyukai