Anda di halaman 1dari 15

TUGAS REVIEW JURNAL

Mata Kuliah Biopsikologi dan Neurokognisi

Dosen Pengampu: Eny Purwandari S.Psi,. M.Psi

Disusun Oleh :

Auliia Tazkia Royyana/F100200125

FAKULTAS PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

2021
REVIEW JURNAL NASIONAL

I. JURNAL 1

Judul Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan  Coping Adaptif 


Jurnal Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada 

Volume & Halaman Volume 37, No. 1 & Halaman 13-21


Tahun 2010
Penulis Ridwan Saptoto
Reviewer Chindy Eka Febyastin Wijaya
Tanggal 26 Maret 2021

Pembahasan Pada pembagian pembahasan penulis membagi sub pokok bahasan


menjadi beberpa bagian ;
Hipotesis ; dalam hipotesis penelitian tersebut terdiri dari satu hipotesis
mayor dan empat hipotesis minor. Hipotesis mayor yakni, adanya
hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kemampuan coping
adaptif.. Sedangkan 4 hipotesis minornya terdapat adanya hubungan
positif antara kecerdasan emosi dengan pemilihan untuk menggunakan
PFC pada situasi yang relative dapat dikontrol lalu yang kedua, Ada 
hubungan  negatif  antara  kecerdasan  emosi  dengan  pemilihan 
untuk  menggunakan EFC dan CC pada situasi  yang  relatif  dapat  dik-
ontrol. Ketiga, ada  hubungan  positif  antara  kecerdasan  emosi 
dengan  pemilihan 
untuk  menggunakan  EFC  pada  situasi  yang  relatif  tidak  dapat  dik-
ontrol.
Terakhir ada  hubungan  negatif  antara  kecerdasan  emosi  dengan 
pemilihan  untuk  menggunakan PFC dan CC pada situasi  yang  relatif 
tidak  dapat  dikontrol.
Metode Peserta ; pengambilan  data  untuk  masing‐
masing kelas membutuhkan waktu  sekitar  60  menit.  Jumlah  keselur-
uhan  subjek  penelitian  adalah  72  orang  siswa,  dengan  perincian  35
orang  siswa  berasal  dari kelas 2 B dan 37 orang siswa berasal  dari  ke-
las  2  D. Namun tidak semua skala dapat dianalisis karena ada beberapa
subjek penelitian tidak diisi dengan lengkap . Dari keseluruhan 72 data
hanya 69 buah data yang dapat dianalisis.
Instrumen Penelitian ; dengan menggunakan 2 skala yakni skala
kecerdasan emosi dan skala kemampuan coping adaptif.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian ; sebelum memberi alat ukur peneliti
memperkenalkan diri terlebih dahulu lalu, menyampaikan tujuan
penelitiannya tersebut. Sebelum para siswa mengerjakan peneliti
memberi petunjuk cara mengisi skala emosi berserta contoh singkat cara
mengisinya. Peneliti memberi waktu 5 menit untuk istirahat setelah
selesai mengisi skala tersebut.
Analisis Data Penelitian ; dengan adanya hipotesis dalam penelitian ini
akan diuji dengan menggunakan metode statistik.
Hasil & Diskusi : Hasil analisis korelasi product moment  dari  Pearson 
antara  kecerdasan  emosi 
dengan PFC Bagian I menghasilkan koefisien korelasi (r) sebes-ar 0,302 
dengan taraf  signifikansi  p=0,006  (p<0,01).  Hal  ini  menunj-ukkan 
bahwa  terdapat  hubungan  positif  yang  sangat  signifikan  ant-ara 
kecerdasan emosi dengan pemilihan untuk  menggunakan  PFC  Bag-
ian  I. Dari hasil analisis tersebut bahwa hipotesis minor yang pertama
diterima, sehingga Semakin  tinggi  kecerdasan  emosi  seseorang, 
maka  akan  semakin 
tinggi  pula  pemilihannya  untuk menggunakan PFC pada situasi yang
  relatif dapat dikontrol. 

Selanjutnya,  korelasi  product  moment  dari  Pearson  digunakan 


untuk  menguji  hubungan antara kecerdasan emosi dengan  EFC  dan 
CC  Bagian  I.  Analisis  korelasi  tersebut menghasilkan nilai r sebesar ‐
0,322  dengan taraf signifikansi p=0,004 (p<0,01). 
Hal ini berarti bahwa ada hubungan negatif  yang  sangat  signifikan 
antara  kecerdasan 
emosi dengan pemilihan untuk menggunakan EFC dan CC Bagian I.
dari hasil analisis diatas menunjukan bahwa hipotesis minor yang kedua
diterima.
Semakin tinggi kecerdasan emosi seseorang, maka akan semakin
rendah pemilihannya untuk menggunakan  EFC dan CC pada situasi
 yang relatif dapat  dikontrol. 

Teknik  korelasi  dari  Spearman. Hasil uji korelasi dari Spearman 


menghasilkan  taraf  signifikansi  p=0,337 
(p>0,05). Hal ini menunjukkan 
bahwa tidak  ada  hubungan  yang  signifikan  antara 
kecerdasan emosi seseorang dengan pemilihannya  untuk 
menggunakan  EFC  pada  sit-uasi yang relatif tidak dapat dikontrol.
Sehingga hipotesis mirror yang ketiga tidak dapat diterima.
Peneliti menghitung nilai koefisien  determinasi  (r2)  dalam  hubungan 
antara variabel‐variabel penelitian di atas. Dalam perhitungan
koefisien determinasi hubungan  antara  kecerdasan  emosi  dengan 
PFC  Bagian I menghasilkan nilai 0,091. Hal ini mempengaruhi
kecerdasan emosi terhadap pemilihan seseorang untuk menggunakan
PFC pada situasi yang relative dapat dikontrol adalah sebesar 9,1%
Perhitungan koefisien determinasi hubungan  antara  kecerdasan  emosi 
dengan  EFC 
dan CC Bagian I menghasilkan nilai 0,103. Hal ini berarti kecerdasan e
mosi memberikan sumbangan efektif pengaruh sebesar 
10,3% terhadap pemilihan seseorang untuk  tidak  menggunakan  EFC 
dan  CC  pada  situasi yang relatif dapat dikontrol.
Hubungan  antara  kecerdasan  emosi 
dengan EFC Bagian II diuji dengan menggunakan  uji  statistik 
nonparamatrik

Analisis  korelasi  tersebut menghasilkan nilai r sebesar ‐0,366 


dengan taraf signifikansi p=0,001 (p<0,01). 
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa  terdapat  hubungan  negatif 
yang  sangat  signifikan antara kecerdasan emosi dengan  pemilihan 
untuk  menggunakan  PFC  dan  CC Bagian II. dari hasil analisis diatas
menunjukan bahwa hipotesis minor keempat  diterima. Semakin  tinggi 
kecerdasan  emosi seseorang, maka akan semakin 
rendah  pemilihannya  untuk  menggunakan  PFC dan CC pada situasi 
yang relatif tidak  dapat dikontrol. 

Simpulan Setelah pengambilan data penelitian yang dilaksanakan 12 November


2001 di SMU Negeri 8 Yogyakarta. Peneliti menemukan 2 hipotesis,
hipotesis minor dan mayor. Dalam hipotesis mayor yakni, adanya
hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kemampuan coping
adaptif. Apabila kecerdasan emosi seseorang maka, akan semakin tinggi
pula kemampuan coping adaptifnya dan begitupula dengan sebaliknya.
Selanjutnya, 4 macam hipotesis minor. Dalam hasil penelitian 3 diantara
4 hipotesis yang telah ada diterima dalam penelitian tersebut.

Kekuatan 1. Dalam penelitian dipaparkan secara jelas tentang subjek


Penelitian penelitian, instrument penelitian, prosedur pelaksanaan
penelitian, analisis data penelitian hingga hasil penelitian pun
disampaikan dengan rinci dan urut sesuai dengan prosedur
sehingga pembaca dapat memahami apa yang disampaikan.
2. Penyampaian disampaikan dalam bahasa yang mudah untuk
dipahami.
3. Diperkuat dengan adanya penelitian pada subjek yang sudah
dijelaskan dalam metode penelitian dan data dilampirkan dengan
metode psikometri dalam jurnal tersebut.
Kelemahan 1. Penelitian dilakukan di tahun yang jauh sebelum penelitian ini
Penelitian dibuat yakni 2001 sedangkan tahun terbit jurnal ini 2010.
2. Diperlukan tabel untuk pemaparan data-data yang diteliti agar
mempermudah untuk di baca dan dianalisis kembali.

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL

II. JURNAL 1

Judul Emotion Regulation Enhancement of Cognitive Behavior Therapy for


College Student Problem Drinkers: A Pilot Randomized Controlled
Trial
Jurnal Journal of Health & Human Services Administration

Volume & Halaman Volume 27, Nomor 1, Halaman 47-58


Tahun 2018
Penulis Julian D. Forda, Damion J. Grassoa, Joan Levineb, and Howard
Tennen
Reviewer Aulia Tazkia Royyana
Tanggal 10 Mei 2021

Abstrak Uji klinis acak ini menguji perbaikan regulasi emosi pada Cognitive
Behavior Therapy (CBT) dengan 29 mahasiswa peminum dengan
masalah riwayat trauma kompleks dan gejala stres traumatis yang
signifikan secara klinis. Peserta menerima delapan sesi tatap muka
CBT manual yang didukung internet untuk masalah minum dengan
atau tanpa keterampilan regulasi emosi yang berfokus pada trauma
(Trauma Affect Regulation: Guide for Education and Therapy,
TARGET).
Pengantar Perguruan tinggi dikaitkan dengan peningkatan peminum alkohol dan
peningkatan konsekuensi negatif. Perguruan tinggi sering memisahkan
mahasiswa dari dukungan orang tua dan keluarga yang menjaga dari
pengaruh teman sebaya yang dapat menyebabkan penggunaan alkohol.
Penggunaan alkohol telah ditemukan menjadi sangat kuat di antara
remaja yang bertransisi ke masa dewasa. Kebiasaan minum yang
maladaptif membuat banyak mahasiswa berisiko mengalami
penyalahgunaan dan ketergantungan.
Tujuan Penelitan
Teori  Kenney dkk (2016): Kehadiran di perguruan tinggi
meningkatkan konsekuensi negatif dari penggunaan alkohol
yang terkait dengan depresi
 Carey dkk (2012): Cognitive Behavior Therapy (CBT)
intervensi untuk masalah penggunaan alkohol oleh mahasiswa
telah terbukti efektif dalam mengurangi penggunaan alkohol,
masalah psikososial dan pendidikan, dan meningkatkan
penggunaan strategi perilaku protektif.
 Thatcher dkk (2014): Remaja yang berisiko mengalami
gangguan penggunaan zat telah ditemukan menunjukkan
hiperaktivasi amigdala dan kesulitan pemrosesan emosi yang
konsisten dengan efek yang didokumentasikan dari paparan
trauma interpersonal kompleks.
Hipotesis Hipotesis ; dalam hipotesis penelitian tersebut yang pertama adalah
pengaruh keefektivitasan penggunaan pelatihan emosi dalam praktik
professional dalam pengaturan komunikasi yang bertujuan untuk
mempromosikan penggunaan teknik pelatihan emosi sebgaai strategi
bersama dan konsisten.
Metode Penelitian Metode penelitian ; metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian tersebut ialah metode kuantitatif , yakni membuat kuisioner
kuesioner pelatihan emosi sebelum dan sesudah pelatihan digunakan
untuk menentukan perbedaan.
Versi pertama (V1) dari Kuesioner Pelatihan Emosi
terdiri dari 60 butir pertanyaan pokok dengan 5 butir pilihan jawaban
skala likert. Misalnya,
peserta diminta untuk menilai pada skala dari 1 (sangat tidak setuju)
sampai 5 (sangat setuju).
Versi kedua(V2) dengan 41 item dihasilkan yang mewakili paling
banyak
item yang membedakan dan diberikan di Bagian 2 dari studi
percontohan sebelum dan sesudah pelatihan (satu
tahun akademik).
Subjek Penelitian: Mahasiswa dengan jumlah 29, terdiri dari 15
perempuan dan 14 laki-laki. Semua pernah setidaknya pernah
mengalami dua jenis penyebab stres yang berpotensi traumatis dari
sembilan kemungkinan jenis paparan traumatis.
Prosedur: Penyaringan awal dilakukan oleh the Youth Adult Alcohol
Problem Severity Test. Berikutnya, konfirmasi pada penilaian dasar
oleh the Traumatic Events Screening Instrument for Adults (TESI-A).
Kesepakatan antar penilai oleh pewawancara awal dan tinjauan
independen oleh penilai. Kelayakan juga mensyaratkan gejala stres
traumatis kompleks yang signifikan secara klinis sebagaimana
dikonfirmasi oleh skor> 10 pada Stress Reactions Checklist (SRC)
Observasi:
 Penggunaan dan Penyalahgunaan Alkohol, The Global
Assessment of Individual Need Short Screener alcohol use
sub-scale (GAIN-SS) menilai frekuensi penggunaan alkohol
yang dilaporkan sendiri selama 30 hari terakhir, gangguan
akibat penggunaan alkohol selama 30 hari terakhir, banyaknya
minum dalam seminggu terakhir, dan penyalahgunaan alkohol.
 Regulasi emosi dinilai dengan Skala Regulasi Suasana Hati
Negatif, 30 item ukuran yang andal dan valid menilai harapan
untuk mengelola keadaan suasana hati negatif (Cronbach's α =
0,91 dalam sampel saat ini). Daftar The Stress Reactions
Checklist (SRC) untuk Gangguan Stres Ekstrim dapat
diandalkan (α = 0,79 dalam sampel saat ini) dan ukuran
laporan diri 17 item yang divalidasi dari tingkat keparahan
gejala stres traumatis yang kompleks selama 30 hari terakhir.
Daftar Periksa PTSD dapat diandalkan (α = 0,86 dalam sampel
saat ini) dan ukuran laporan mandiri 17 item yang divalidasi
dari tingkat keparahan gejala DSM-IV PTSD selama 30 hari
terakhir
 Harapan Terapi dan Aliansi Kerja menggunakan Expectancy
of Therapeutic Outcome (ETO) dan The Brief Working
Alliance Inventory (BWAI)
 Terapis dan Intervensi Terapi, Dua pascasarjana psikologi
klinis (satu perempuan, satu laki-laki) menerima 10 jam
pelatihan oleh penulis pertama untuk melakukan kedua terapi
dan secara acak ditugaskan kepada peserta. Setiap terapis
melakukan minimal 5 kasus dengan masing-masing modalitas
terapi (range = 5-9). Kedua terapis menyelesaikan seluruh
kursus situs web CBT online, dengan menjawab semua
pertanyaan substantif dan prosedural di situs web sebelum
kasus studi pertama mereka. Sesi CBT disediakan oleh terapis
dalam delapan sesi rawat jalan 50 menit dua kali seminggu.
Analisis Data: Review mingguan sampel rekaman sesi dilakukan
penulis pertama secara individual dengan masing-masing terapis,
pertama secara independen dan kemudian bersama-sama dengan
masing-masing terapis untuk setiap kasus.
Hasil  Harapan dari Hasil Terapi dan Terapi Alliance Kerja
Harapan peserta dari hasil terapi secara konsisten tinggi pada
kedua baseline dan kesimpulan dari intervensi di kedua CBT,
dengan mayoritas peringkat item baik “6 = antara agak dan
banyak” atau “7 = banyak” pada skala 9 poin untuk tingkat
persetujuan bahwa perlakuan tersebut akan bermanfaat atau
menguntungkan . Persepsi peserta tentang aliansi kerja mereka
dengan konselor juga secara konsisten tinggi dalam kedua
kondisi setelah sesi pertama dan terakhir, dengan sebagian
besar peringkat "3 = setuju" atau "4 = sangat setuju" bahwa
aliansi kolaboratif, dapat dipercaya, dan membantu telah
dibentuk oleh konselor.
Peserta kehadiran
 51% peserta menghadiri delapan sesi; 21% menghadiri tujuh
sesi, dan 7% menghadiri 5 atau 6 sesi.
 Dua peserta CBT (13%) dan dua CBT + TARGET (16%)
menghadiri kurang dari setengah sesi.
 Jumlah sesi yang dihadiri oleh CBT (M [SD] = 6.4 [3.0]) dan
CBT + TARGET (M [SD] = 7.0 [1.5]) peserta setara (t [27] =
0.67 p = .51).
 Semua peserta CBT + TARGET menyelesaikan penilaian post-
test, begitu pula 81% dari peserta CBT.
 Ada banyak hambatan pada 1 bulan tindak lanjut penilaian,
dengan 61% dari peserta CBT + TARGET dan hanya 38% dari
peserta CBT masih hadir.
Pengobatan Hasil
 Skor untuk penilaian setiap hasil terus menerus mengukur ini
(baseline , pasca perawatan, dan tindak lanjut 1 bulan)
dianalisis menggunakan SPSS Versi 23 Analisis model linier
umum dari varians untuk mengontrol perbedaan dasar antara
kelompok, berdasarkan niat untuk mengobati menggunakan
observasi terakhir yang dilakukan. meneruskan. Estimasi
ukuran efek dihitung dengan menggunakan Cohen (1980) d
untuk perubahan dari awal ke pasca perawatan dan tindak lanjut
untuk setiap kondisi. Seminggu terakhir variabel berat minum
dikotomi dianalisis dengan tabulasi silang, dengan risiko relatif
dihitung untuk CBT + TARGET di pos-pengobatan dan tindak
lanjut (vs CBT-hanya sebagai kategori referensi).

Di kedua perawatan, ada bukti penurunan yang signifikan


secara statistik pada hari penggunaan alkohol dalam sebulan
terakhir (F [2,26] = 5,61, p = 0,006; lihat Tabel 2). Hari-hari
gangguan akibat penggunaan alkohol berkurang pada pasca
perawatan dan tindak lanjut hanya untuk kelompok CBT +
TARGET, tetapi tingkat dasarnya sangat rendah (kira-kira satu
dan seperempat hari dalam sebulan terakhir) dan perubahannya
untuk kedua kelompok tidak signifikan secara statistik (F [2,26]
= 0,59, p = 0,56). Tes pengobatan berdasarkan interaksi waktu
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan secara
statistik dalam perubahan antara kondisi pengobatan untuk hari
penggunaan alkohol (F [2,26] = 0,59, p = 0,56) atau hari
gangguan akibat penggunaan alkohol (F [ 2,26] = 0,28, p =
0,75). Temuan ini tidak berubah ketika analisis dilakukan
dengan dasar keparahan kompleks PTSD gejala dimasukkan
sebagai kovariat.

Berat minum dalam seminggu terakhir dilaporkan oleh hampir


semua (88%) CBT dan semua (100%) CBT + TARGET)
peserta pada baseline. Ini berkurang menjadi sekitar 50% dari
peserta dalam kedua kondisi di pos-terapi dan tindak lanjut,
dengan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kondisi pada
variabel ini pada setiap titik waktu belajar (Tabel 2).
Kapasitas regulasi Emosi meningkat (F [ 2,26] = 3,86, p =
0,03), dan gejala PTSD (F [2,26] = 5,07, p = 0,01) dan gejala
PTSD kompleks (F [2, 26] = 5,91, p = 0,007 ) berkurang, pada
post-test dan tindak lanjut di kedua perawatan. Namun, tes
pengobatan dengan interaksi waktu mengungkapkan tidak ada
perbedaan yang signifikan secara statistik terkait dengan
kondisi pengobatan dalam perubahan regulasi emosi, (F [2,26]
= 0,29, p = 0,75), gejala PTSD (F [2,26) ] = 0,15, p = 0,86),
atau gejala PTSD kompleks (F [2,26] = 2,80, p = 0,08) gejala.
Temuan ini tidak berubah ketika analisis dilakukan dengan
dasar keparahan kompleks PTSD gejala dimasukkan sebagai
kovariat.

Karena pengobatan dengan waktu interaksi untuk gejala PTSD


kompleks mendekati signifikansi statistik, perubahan dari awal
untuk menindaklanjuti diperiksa untuk menentukan apakah ada
perbedaan antara pengobatan dalam penurunan berkelanjutan
pada gejala-gejala ini. Pengobatan dengan efek interaksi waktu
ini signifikan secara statistik, menunjukkan bahwa CBT +
TARGET (Ukuran Efek d = 0,90) dikaitkan dengan tingkat
perbaikan berkelanjutan yang lebih besar pada gejala PTSD
yang kompleks dari awal hingga tindak lanjut daripada
kelompok CBT (d = 0,13) (F [1,27] = 5,53, p = 0,02).

Meskipun tidak ada pengobatan secara umum berdasarkan efek


waktu dalam tindakan ANOVA yang diulang, pemeriksaan
eksplorasi perkiraan ukuran efek untuk perubahan dalam setiap
kondisi pengobatan mengungkapkan perbedaan potensial yang
memerlukan studi lebih lanjut (Tabel 2). Ukuran efek sedang (>
0,40) ditemukan pada kedua kondisi pengobatan untuk
perbaikan gejala PTSD pada post-test dan pada follow-up.
Untuk kohort CBT + TARGET saja, efek yang besar (> 0,80)
ditemukan untuk perbaikan pada tindak lanjut gejala PTSD
yang kompleks, serta efek sedang untuk perbaikan pada pasca
terapi. Dalam kohort CBT + TARGET saja, efek sedang juga
ditemukan pada pasca terapi dan tindak lanjut untuk
pengurangan jumlah hari penggunaan alkohol dalam sebulan
terakhir untuk mengurangi rasa bersalah, dan untuk perbaikan
regulasi emosi. (Tabel 2).

Simpulan Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa perubahan dalam praktik


perilaku dan sosialisasi yang konsisten dengan yang lain. Beberapa
yang temuan yang lain adalah penurunan tingkat emosi yang
mengabaikan keyakinan oleh praktisi dan banyak lagi
keyakinan pembinaan emosi dan, dengan implikasi, peningkatan
regulasi diri orang dewasa hal ini yang diperkuat dengan bukti dari
pembinaan emosi yang digunakan untuk program parenting.

Kekuatan Penelitian 1. Dalam penelitian tersebut memaparkan data-datanya secara


visual sehingga dapat dipahami lebih mudah karena adanya
visualisasi data tersebut.
2. Data yang telah disampaikan berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan dengan metode penelitian Psikometri sehingga
penelitian dalam jurnal tersebut bisa dikatakan akurat.
Kelemahan 1. Untuk penulisan badan jurnal masih belum sesuai dengan
Penelitian aturan jurnal internasional yang saya ketahui.
2. Dalam penulisan terlalu banyak mengkutip dari beberapa
tokoh.

III. JURNAL 2
Judul Emotion Coaching: A universal strategy for supporting and promoting
sustainable emotional and behavioural well-being
Jurnal The British Psychological Society

Volume & Halaman Vol. 32 No. 1 & Halaman 31-38


Tahun 2015
Penulis Rose Janet, McGuire-Snieckus.R, Gilbert.L
Reviewer Chindy Eka Febyastin Wijaya
Tanggal 12 April 2021

Abstrak Elemen kunci Pelatihan Emosi yang mencerminkan model bio-psiko-


sosial untuk kesejahteraan dan keberadaan universal
diinformasikan oleh teori dan penelitian dari ilmu saraf, neurobiologi
interpersonal, psikologi perkembangan dan teori keterikatan. Dalam
penelitian jurnal yang ditinjau berdasar bukti internasional yang
berkembang untuk Pelatihan Emosi dan
penerapan multidisiplinnya pada berbagai konteks profesional dan
pribadi.Pelatihan emosi yang diharapkan untuk membantu untuk
menciptakan hubungan yang membina yang menopang pengembangan
keterampilan manajemen stres yang efektif, kembangkan
kapasitas untuk mempromosikan pengaturan diri emosional dan
perilaku dan mendukung perilaku pro-sosial

Pengantar Teori sistem ekologi Bronfenbrenner


(1979) menginformasikan pembahasan berikut tentang
hubungan anak-anak di rumah dan di
sekolah, menekankan keunggulan manusia
hubungan dan interaksi di semua aspek
dari perkembangan anak. untuk menciptakan hubungan yang membina
yang menopang pengembangan keterampilan manajemen stres yang
efektif, kembangkan
kapasitas untuk mempromosikan pengaturan diri emosional dan
perilaku dan mendukung perilaku pro-sosial.
Basis bukti asli untuk Emosi
Coaching berasal dari bahasa longitudinal Amerika
studi penelitian. Anak-anak yang telah
Pelatihan Emosi mencapai lebih banyak bidang akademis.
sering di sekolah, lebih populer, memiliki lebih sedikit
masalah perilaku, memiliki lebih sedikit infeksius
penyakit, lebih stabil secara emosional dan
tangguh, dan di-buffer dari
akibat buruk dari perpisahan keluarga.

Pembahasan Hipotesis : -
Metode Penelitian :
Analisis Data :
Hasil :
Simpulan
Kekuatan Penelitian 1. Dalam penelitian menjelaskan penelitian dengan beberapa
pandangan yakni dari sisi biologis dan sosial yang berkaitan
dengan strategi emosi.
Kelemahan 1. Untuk penulisan badan jurnal masih belum sesuai dengan
Penelitian aturan jurnal internasional yang saya ketahui.
2. Dari jurnal tersebut saya sulit menemukan dugaan sementara
sebelum melakukannya sebuah penelitian tersebut, saya hanya
menemukan hasil dan teori-teori yang ada di dalam jurnla
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai