Anda di halaman 1dari 7

PERLINDUNGAN KONSUMEN AKIBAT KELALAIAN

PELAKU USAHA JASA LAUNDRY


DI DESA SIDETAPA

Program Studi Ilmu Hukum


Fakultas Hukum dan Ilmu Social
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Jalan Udayana No. 11 Singaraja

Putu Dita (1814101154)


ditaaputu@gmail.com

Abstract
This study aims (1) to determine consumer protection for laundry service users
(2) to determine the settlement efforts made by consumers as users of laundry
services for their losses. The type of research used is normative legal research
and empirical legal research in which normative legal research is law by
examining the principles of law. Empirical legal research is writing that aims to
obtain empirical knowledge about the relationship of law to society which is
carried out by approaching the problem under study with the real nature of law
according to what happens in society. The results show that (1) The need for
consumer protection laws is none other than due to the weak position of
consumers compared to the position of producers and to increase the dignity and
awareness of consumers (2) The forms of compensation applied by laundry
service business actors vary. Which is where there is Law Number 8 of 1999
concerning consumer protection.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahuai perlindungan konsumen Atas
pengguna jasa laundry (2) untuk mengetahui upaya penyelesaian yang dilakukan
konsumen sebagai pengguna jasa laundry atas kerugian yang dideritanya. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dan penelitian
hukum empiris yang dimana penelitian hukum normative adalah hukum dengan
cara mengkaji asas-asas hukum peraturan undang-undang. Penelitian hukum
empiris merupakan penulisan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
empiris tentang hubungan hukum terhadap masyarakat yang dilakukan dengan
cara mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata sesuai
dengan terjadi di masyarakat. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Perlunya
Undang-undang perlindungan konsumen tidak lain karena lemahnya posisi
konsumen dibandingkan posisi produsen dan untuk meningkatkan martabat dan
kesadaran konsumen (2) Bentuk ganti rugi yang diterapkan oleh pelaku usaha jasa
laundry bervariasi. Yang dimana ada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang perlindungan konsumen.

Pendahuluan
Perkembangan zaman sejalan dengan jumlah penduduk yang semakin
padat, tuntutan akan tersedianya berbagai fasilitas yang mendukung kehidupan
masyarakat juga semakin mengalami peningkatan. Hal tersebut Handoko (2009:
15) mendorong pihak pemerintah maupun swasta untuk membangun lapangan
kerja sendiri, salah satunya dibidang jual jasa seperti jasa mencuci pakaian,
sepatu, helm dan lain-lain atau sering disebut dengan laundry. Usaha laundry
adalah sebuah usaha dalam bidang jasa. Bentuk jasa yang ditawarkan adalah
mencucikan pakaian atau barang-barang lainnya yang umum digunakan oleh
konsumen. Bisnis laundry yang semakin popular dan mempunyai pangsa pasar
yang cukup luas. Wirausaha laundry ini pun merambah cukup luas ke berbagai
kawasan kalangan masyarakat. Dahulu bisnis laundry ini hanya dilakukan oleh
kalangan terbatas khususnya skala perusahaan kecil, Namun kini bisa dilakuakan
oleh siapa saja. Keuntungan yang ditawarkan dari hasil berbisnis laundry ini
cukup menggiurkan, sehingga semakin banyak orang yang mulai tertarik untuk
berbisnis dibidang ini, karena peluang bisnisnya masih terbuka lebar. Bisnis usaha
laundry pun hadir dalam berbagai inovasi dan diferensiasi layanan jasa.
Bisnis laundry baju merupakan salah satu jenis usaha laundry dalam
industry rumah yang sangat berkembang dan popular saat ini. Apalagi bisnis
laundry baju ini semakin meningkat di masayarakat banyaknya permintaan para
jasa laundry juga. Sejalan dengan perkembangan bisnis laundry baju yang
semakin pesat, persaingan usaha dalam bisnis ini pun semakin tinggi pula.
Semakin banyak pelaku usaha laundry baju yang bermunculan dan menimbulkan
persaingan usaha yang semakin ketat. Untuk bisa terus bertahan di tengah
ketatnya persaingan, para pelaku usaha Hangga Nuarta (2020:21). dalam
menjalankan bisnis jasa laundry baju bersaing dengan berbagai cara mulai
menawarkan harga yang standar dan menjaga kualitas pelayanan dan bahkan
samapai menawarkan jasa antar jemput untuk konsumen. Didalam persaingan
usaha laundry baju yang semakin luas apalagi jasa laundry juga memperhitungkan
mendapatkan keuntungan, terkadang para jasa laundry tidak terlepas dari macam
masalah yang timbul seperti cacat baju koseumen, Selain itu, pakaian yang hilang
juga kerap kali dikeluhkan oleh konsumen yang dimana akibat kelalaian jasa
usaha laundry. Kesalahanqtersebut sering terjadi dikarenakanpbeberapa hal yaitu
dimana pelaku usaha laundry yang melakukanqkelalaian atau kurangnya ketelitian
dari pelaku usaha akibat kelaian pelayanan mereka dan menyebabkan kerugian
bagi para konsumen Rianti (2019:12). Pelaku jasa usaha laundry sering kali
meminta maaf kepada konsumen dan biasanya mengakui kelaliannya. konsumen
yang dirugikan memerlukan perlindungan untuk mendapat ganti kerugian atas
dasar kesalahan pelaku usaha, namun dalam hal ini hukum juga harus mengatur
keadilan antara konsumen dengan pelaku usaha.
Metode
Dalam penulisan ini menggunakan metode gabungan yaitu penelitian
hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Yang dimana penelitian hukum
normatif adalah hukum dengan cara mengkaji asas-asas hukum peraturan undang-
undang. Adapun penelitian hukum empiris merupakan penulisan yang bertujuan
untuk memperoleh pengetahuan empiris tentang hubungan hukum terhadap
masyarakat yang dilakukan dengan cara mendekati masalah yang diteliti dengan
sifat hukum yang nyata yang sesuai dengan yang terjadi di masayarakat.

Pembahasan
Pada dasarnya hubungan antara produsen (perusahaan penghasil barang
dan/atau jasa) dengan konsumen merupakan hubungan yang terus menerus dan
berkesinambungan, hubungan ini terjadi karena keduanya memang saling
menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang cukup tinggi antara
yang satu dengan lainnya.
Perlindungan Konsumen Atas Pengguna Jasa Laundry
Perlunya Undang-undang perlindungan konsumen tidak lain karena
lemahnya posisi konsumen dibandingkan posisi produsen. Produsen sampai hasil
produksi barang dan/atau jasa dilakukan tanpa campur tangan konsumen
sedikitpun. Tujuan perlindungan hukum untuk konsumen secara langsung adalah
untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen. Secara tidak langsung
hukum ini juga akan mendorong produsen untuk melakukan usaha dengan penuh
tanggungjawab. Hubungan antara pemilik laundry ini dikenal sebagai hubungan
antara pelaku usaha dengan konsumen dalam aspek perlindungan hukum terhadap
konsumen terkait dengan perlindungan hukum bagi konsumen dilihat dari
peraturan perundang-undangan adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen terdapat dalam Pasal 4a yang berbunyi “hak
katas kenyamanan, keamanan, keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau
jasa”.
Perjanjian penitipan diatur dalam Bab XI tentang Penitipan Barang yaitu
Pasal 1694-1793 Buku Ketiga Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHP).
Pasal 1694 KUHPerdata yang menyatakan bahwa penitipan barang terjadi apabila
orang menerima barang orang lain dengan janji untuk menyimpannya dan
kemudian mengembalikannya dalam keadaan yang sama. Pasal 1697 menyatakan
bahwa perjanjian penitipan antara pemberi jasa dan konsumen, Pasal 1365 yang
menyatakan bahwa “tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian
kepada orang lain mewajibkan orang karena menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.
Terkait mengenai perlindungan hukum yang diberikan oleh pihak andin
laundry kepada konsumen ialah memberikan hak-hak kepada konsumen seperti
hak untuk memberikan kenyamanan, dan hak untuk memberikan kompensasi,
ganti rugi dan/atau penggantian atas pakaian yang hilang akibat pemanfaatan jasa
laundry tersebut. Ini juga sesuai dengan salah satu hak konsumen yaitu
mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian barang, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana
mestinya. Mengenai perlindungan hukum, bentuk perlindungan konsumen
terhadap pengguna jasa laundry adalah memberikan segala hak konsumen sesuai
dengan peraturan perundang-undangan tersebut.
Upaya Penyelesaian Yang Dilakukan Konsumen Sebagai Pengguna Jasa
Laundry Atas Kerugian Yang Dideritanya
Bentuk ganti rugi yang diterapkan oleh pelaku usaha jasa laundry bervariasi.
Penyelesaian ganti rugi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi empat. Pertama,
berdasarkan perjanjian dalam nota pembayaran secara kaku. Dalam penyelesaian
tersebut, pelaku usaha tidak menyesuaikan dengan kondisi maupun tuntutan
konsumen, hanya berpatokan pada perjanjian dalam nota. Kedua, berdasarkan
perjanjian disertai pertimbangan tertentu. Pertimbangan oleh pelaku usaha dalam
menyelesaikan ganti rugi yang diderita konsumen didasarkan atas hasil
komunikasi dan kesepakatan, di samping adanya perjanjian dalam nota
pembayaran. Ketiga, berdasarkan pertimbangan tanpa adanya perjanjian dalam
nota. Dalam hal ini, pelaku usaha tidak mencantumkan perjanjian dalam nota
pembayaran.
Penyelesaian didasarkan atas penilaian pelaku usaha serta komunikasi dan
kesepakatan bersama konsumen. Keempat, memiliki perjanjian dalam nota namun
tidak menspesifikasi bentuk penyelesaian ganti rugi. Penyelesaian dilakukan
dengan menerapkan kebijakan tersendiri, baik secara kaku maupun disesuaikan
dengan situasi yang dihadapi. Arumi Laundry memiliki kebijakan sendiri yang
diterapkan secara kaku, Apabila hasilwwawancara yang diperoleh dikorelasikan
dengan Pasal-Pasal pada Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, maka dapatwdiketahuiwbahwa pada kenyataannya pelakuwusaha jasa
laundry memang sudah menaati Pasal 19 ayat (1) UUPK terkait
tanggungwjawabwpelakuwusaha. Seluruh pelakuwiusaha telah memberikan ganti
rugi dalam hal konsumen yang menggunakan usaha jasa laundry tersebut
menderita kerugian. Ini juga berarti bahwa pelakuWusaha jasa laundry telah
menjunjung whak konsumen, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 4 huruf h
bahwa konsumen memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi,
dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Selain itu, pelakuwusaha jasa
laundry juga menyatakan bahwa komunikasi yang baik menjadi kunci dalam
penyelesaian ganti rugi sehingga suatu
hakwkonsumenwuntukwdidengarwpendapat danekeluhannya ataswbarang
dan/atau jasawyangwdigunakan, yang tercantum dalam Pasal 4 huruf d, juga
diperhatikan oleh pelaku usaha. Halwiniwmenunjukkan bahwa secara garis besar
UUPK telah diterapkan secara saksama dalam usaha jasa laundry dan mampu
memberikan proteksi yang cukup bagi perlindungan konsumen karena mengatur
penyelesaian ganti rugi atas kerugian konsumen. Lebih lanjut, Pasal 45 ayat (2)
UUPK menyatakan penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui
pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang
bersengketa.
Tidak ada penyelesaian ganti rugi yang dilakukan melalui pengadilan,
melainkan sengketa dilakukan melalui luar pengadilan atau dikenal dengan
sebutan nonlitigasi. Selain itu, terdapat kendala-kendala yang dapat timbul akibat
adanya perbedaan kepentingan antara pihakxyang terlibat,
dalamxhaldiniwpelakuwusaha jasa laundry danwkonsumenwyang dirugikan.
Secara ideal, seharusnya proses penyelesaian ganti rugi tersebut mampu
mengakomodasi kerugian yang dialami oleh konsumen sewajarnya, sesuai dengan
kondisi dan situasi yang terjadi, tanpa harus mendatangkan kerugian yang tidak
seharusnya bagi pelaku usaha. Akan tetapi, dalam kenyataannya, banyak faktor
yang dapatwmenyebabkanwsalahw satuw pihak dirugikan dibanding pihakwyang
lain. Halwini diakibatkan adanya kendala-kendala tersebut. Kendala terbesar yang
dihadapi konsumen dalam menuntut ganti rugi adalah adanya perjanjian yang
tertera dalam nota pembayaran. Pencantuman perjanjian tersebut pada dasarnya
membatasi penggantian kerugian yang sewajarnya diterima oleh konsumen. Selain
itu, banyak konsumen yang menderita kerugian akibat jasa usaha laundry yang
tidak menindaklanjuti hal tersebut dan tidak menuntut tanggung jawab pelaku
usaha yang melakukan kelalaian. Dalam hal ini, konsumen tidak menggunakan
hak-haknya secara optimal sehingga menghambat proses penyelesaian ganti rugi
agar berjalan sebagaimana mestinya. Padahal sudah terdapat Undang-Undang No.
8 Tahun 1999 yang mengatur mengenai perlindungan konsumen.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemaparan diatas hubungan hukum antara usaha jasa
laundry dengan konsumen merupakan hubungan yang terus menerus yang dimana
kedua belah pihak saling membutuhkan dan mempunyai tingkat ketergantungan
yang cukup tinggi antara satu sama lain. Konsumen dan usaha jasa laundry sama-
sama mempunyai hak dan kewajiban. Yang dimana pelaku jasa laundry
memberikan pelayanan terhadap konsumen dan kosumen memberikan jasa uang
kepada usaha jasa laundry. Dan pertanggung jawaban pelaku usaha jasa laundry
terhadap kerugian yang didapat oleh konsumen maka dari itu adanya untuk
memberikan perlindungan kepada konsumen atas kelalaiaan usaha jasa laundry
dan bentuk kerugian yang diberi berupa menggatikan uang laundry pakaian
tersebut. Perlindungan hukum konsumen sangat bermaanfaat bagi masayarakat
terlebih banyaknya usaha jasa laundry maka dari itu masayrakat sangat
memerlukan perlindungan hukum agar menjamin kepastian hukum dan
memberikan kenyamanan, pelayanan yang bagus bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, Haryo Bagus. 2009. Sukses Wirausaha Laundry di Rumah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Umum.
Relies Rianti, Ni Komang Ayu Nira. 2019.Tanggung Jawab Pelaku Usaha
terhadap Konsumen dalam hal Terjadinya Shortweighting Ditinjau dari
Undang-Undang RI No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
Jurnal Magister Hukum Udayana. Vol 6 (4).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Indonesia Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42).

Anda mungkin juga menyukai