Anda di halaman 1dari 2

akarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) bakal memperketat pengawasan terhadap

pengusaha perkebunan yang mendapat hak guna usaha (HGU) dari pemerintah. Aturan yang
berlaku menyatakan pengusaha perkebunan wajib menyediakan 20% untuk petani rakyat atau
mitra UMKM.

Komisioner KPPU Guntur S. Saragih mengatakan, bila nantinya ditemukan perusahaan yang tak
mematuhi aturan tersebut, pihaknya mendesak lembaga pemerintah pemberi izin untuk mencabut
izin usaha tersebut.

"Sanksinya bisa sampai mentutup izin usaha, tentunya lembaga pemberi izin. KPPU
merekomendasikan lembaga pemberi izin usaha menutup usaha, sanksi terberat," katanya dalam
Forum Group Discussion (FGD) terkait tinjauan regulasi dan praktek kemitraan sektor
perkebunan kelapa sawit di Kantor KPPU, Jakarta, Selasa (23/4/2019).

ADVERTISEMENT
Image parallax1

SCROLL TO RESUME CONTENT

Baca juga:
Jatah 20% Lahan Sawit dari Pengusaha ke Petani Belum Jelas

Dia mengatakan rekomendasi dari KPPU itu wajib dilaksanakan oleh pemberi izin maksimal 30
hari setelah keputusan inkrah dalam persidangan.

Pihaknya merasa perlu melakukan pengawasan agar diketahui apakah kewajiban pengusaha itu
benar-benar dijalankan, namun KPPU tidak bisa bekerja sendiri. Pihaknya meminta Kementan
memberikan data-data terkait petani yang mendapatkan 20% alokasi lahan.

"Terkait perkebunan di UU dikatakan perusahaan perkebunan wajib 20% untuk memfasilitasi


perkebunan atau bermitra dengan UMKM. KPPU terkait hal tersebut karena itu wajib ada, KPPU
jalankan fungsi pengawasan kemitraan," tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Seksi Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan
Kementan Prasetyo Jati mengatakan, pemberi izin usaha perkebunan ini bisa bupati, gubernur
dan Kementan. Itu tertuang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 39 Tahun 2014 tentang
Perkebunan.

Baca juga:
Mau Gugat Aturan Sawit Uni Eropa, RI Siapkan Pengacara

Bupati berwenang mengeluarkan izin untuk lingkup perkebunan di kawasan kabupaten.


Sementara bila lahan kebun mencakup beberapa kabupaten, pemberi izin yang berwenang adalah
gubernur. Sedang lintas provinsi adalah Kementan.

"Izin ada yang dikeluarkan bupati. Kalau lintas kabupaten oleh gubernur. Kalau lintas provinsi
kementerian. Ini yang diawasi penilaian usaha perkebunan, nanti akan dilihat apakah perusahaan
perkebunan sudah lakukan kewajibannya," paparnya.

Dalam aturan turunannya, dalam Permentan 98, dia mengatakan, yang berhak mencabut izin
adalah si pemberi izin, baik bupati, gubernur maupun menteri.

"Berkaitan sanksi 20% Permentan 98 masuk dalam kewajiban, kalau nggak dilaksanakan sanksi
dicabut, tapi dicabut oleh pemberi izin," tambahnya.

Baca juga:
Eropa Ngotot Diskriminasi Sawit, RI akan Kaji Ulang Hubungan Dagang

Baca artikel detikfinance, "Pengusaha Sawit Tak Bagi 20% Lahan ke Petani, Ini Sanksinya"
selengkapnya https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4521560/pengusaha-sawit-tak-
bagi-20-lahan-ke-petani-ini-sanksinya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Anda mungkin juga menyukai