Anda di halaman 1dari 13

Lex Privatum, Vol.II/No.

3/Ags-Okt/2014

ASPEK HUKUM DALAM PERJANJIAN KERJA tenaga kerja, peraturan majikan ataupun
BERSAMA (PKB) ANTARA KARYAWAN menyalahi ketentuan hukum. Sedangkan
DENGAN PERUSAHAAN1 perselisihan kepentingan adalah
Oleh: Refly R. Umbas2 perselisihan yang terjadi akibat dari tenaga
kerja syarat-syarat perburuhan atau dengan
ABSTRAK kata lain perselisihan yang timbul
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah berhubung dengan tidak adanya
untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan persesuaian paham mengenai syarat-syarat
PKB antara Serikat Karyawan dengan kerja dan atau keadaan perburuhan.3
Manajemen dan hambatan-hambatan apa Dalam pengaturan ketenagakerjaan yang
saja dalam PKB serta upaya-upaya apa saja baru konsep yang dipakai adalah
yang dilakukan untuk mengatasi hambatan- perselisihan hubungan industrial, yaitu
hambatan pelaksanaan. Metode penelitian perbedaan pendapat yang mengakibatkan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertentangan antara pengusaha atau
menggunakan metode penelitian yuridis gabungan pengusaha dengan pekerja
normatif dan dapat disimpulkan, bahwa: 1. karena adanya perselisihan mengenai hak,
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) perselisihan kepentingan, dan perselisihan
antara Pekerja dengan Manajemen pemutusan hubungan kerja serta
Perusahaan mulai dari PKB yang pertama perselisihan antar serikat pekerja/serikat
kali berlaku sampai dengan PKB yang buruh dalam satu perusahaan4.
terakhir berlaku tidak banyak terdapat Sebagaimana diketahui bahwa peraturan
pelanggaran dari sisi kuantitas masalah. ketenagakerjaan yang dipakai sekarang
Namun demikian pelanggaran terhadap adalah Undang-Undang No 13 Tahun 2003
PKB tersebut juga mengakibatkan kendala tentang Ketenagakerjaan. Dari peraturan
bagi hubungan kerja antara karyawan. 2. tersebut dapat diketahui mengenai asas,
Pelaksanaan, cara membuat suatu tujuan dan sifatnya. Mengenai asas ini
perjanjian bersama, peran dan fungsi dalam dapat dilihat dalam Pasal 3 yaitu bahwa
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) harusnya pembangunan ketenagakerjaan
tetap diperhatikan dalam menentukan diselenggarakan atas asas keterpaduan
kebijakan atau keputusan yang menyangkut melalui koordinasi fungsional lintas sektor
keberadaan Tenaga kerja. Karena dengan pusat dan daerah. Asas ini pada dasarnya
keterlibatan Sekar sejak awal dalam sesuai dengan asas pembangunan nasional,
menentukan kebijakan yang menyangkut khususnya asas demokrasi, asas adil, dan
karyawan melalui peran dan fungsi sekar merata5.
dapat mencegah bagi adanya perselisihan
hubungan industrial. 1.2 PERUMUSAN MASALAH
Kata kunci:Perjanjian, Karyawan, 1. Bagaimanakah pelaksanaan PKB
Perusahaan. antara Serikat Karyawan dengan
Manajemen
PENDAHULUAN 2. Hambatan-hambatan apa saja
1.1 LATAR BELAKANG dalam PKB
Perselisihan hak adalah perselisihan
yang timbul karena satu pihak tidak
memenuhi isi perjanjian kerja, perjanjian 3
ibid hal 205 & 206
4
Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan
1 5
Artikel. Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan
2
Dosen pada Fakultas Hukum Unsrat Indonesia Berdasarkan Undang-Undang

167
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

3. Upaya-upaya apa saja yang mengadakan perjanjian, sehingga pihak-


dilakukan untuk mengatasi pihak mengikatkan diri itu tidak jelas
hambatan-hambatan pelaksanaan untuk apa.
Sedangkan menurut Subekti suatu
PEMBAHASAN perjanjian adalah suatu peristiwa dimana
2.1 PENGERTIAN PERJANJIAN seorang berjanji kepada orang lain atau
Perjanjian atau persetujuan batasannya dimana dua orang itu saling berjanji untuk
diatur dalam Pasal 1313 Kitab Undang melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa
Hukum Perdata (KUHPerdata) yang ini ditimbulkan suatu hubungan antara dua
berbunyi: “suatu persetujuan adalah suatu orang tersebut yang dinamakan perikatan.
perbuatan dengan mana satu orang atau Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan
lebih mengikatkan dirinya terhadapa satu antara dua orang yang membuatnya. Dalam
orang atau lebih”. ini kurang tepat karena bentuknya, perjanjian itu berupa rangkaian
ada beberapa kelemahan yang perlu perkataan yang mengandung janji-janji atau
dikoreksi. Kelemahan-kelemahan tersebut kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. 7
adalah sebagai beriku6: Pengertian perjanjian sebagaimana telah
1. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini dikemukakan di atas, maka rumusan yang
dapat diketahui dari rumusan kata kerja dapat dianggap tepat dari definisi
“mengikatkan diri”, sifatnya hanya perjanjian itu adalah : “perjanjian adalah
datang dari satu pihak saja, tidak dari suatu persetujuan dengan mana satu orang
kedua belah pihak. Seharusnya rumusan atau lebih saling mengikatkan diri untuk
tersebut adalah “saling mengikatkan melaksanan suatu hal dalam lapangan harta
diri”, jadi ada consensus antara dua kekayaan”. Selanjutnya untuk adanya suatu
pihak. perjanjian dapat diwujudkan dalam dua
2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa bentuk yaitu perjanjian yang dilakukan
consensus. Dalam pengertian dengan tertulis dan perjanjian yang
“perbuatan” termasuk juga tindakan dilakukan secara lisan. Untuk kedua bentuk
penyelenggaraan kepentingan perjanjian tersebut sama kekuatannya
(zaakwaarneming), tindakan melawan dalam arti sama kedudukannya untuk dapat
hukum (onrechmatige daad) yang tidak dilaksanakan oleh para pihak. Hanya saja
mengandung suatu consensus. bila perjanjian dibuat dengan tertulis dapat
Seharusnya dipakai istilah “persetujuan”. dengan mudah dipakai sebagai alat bukti
3. Pengertian perjanjian terlalu luas. bila sampai terjadi persengketaan.
Pengertian perjanjian mencakup juga
perjanjian kawin yang diatur dalam 2.2 ASAS-ASAS PERJANJIAN
bidang hukum keluarga. Padahal yang Menurut Paul Scholten, asas-asas hukum
dimaksud adalah hubungan antara adalah pikiran-pikiran dasar yang ada di
debitur dan kreditur mengenai harta dalam dan belakang tiap-tiap sistem
kekayaan. Perjanjian yang diatur dalam hukum, yang telah mendapat bentuk
buku III KUHPerdata sebenarnya hanya sebagai perundang-undangan atau putusan
meliputi perjanjian yang bersifat pengadilan, dan ketentuan-ketentuan dan
kebendaan, bukan bersifat kepribadian. keputusan itu dapat dipandang sebagai
4. Tanpa menyebut tujuan. Dalam rumusan penjabarannya. Dengan demikian, asas-
pasal itu tidak disebutkan tujuan asas hukum selalu merupakan fenomena

6 7
Abdul kadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: Intermasa,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), hal 224 2002), hal 1

168
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

yang penting dan mengambil tempat yang salah satu syarat sahnya perjanjian adalah
sentral dalam hukum positif. 8 adanya kata kesepakatan antara kedua
Asas-asas hukum berfungsi sebagai belah pihak. Asas ini merupakan asas yang
pendukung bangunan hukum, menciptakan menyatakan bahwa perjanjian pada
harmonisasi, keseimbangan dan mencegah umumnya tidak diadakan secara formal,
adanya tumpang tindih diantara semua melainkan cukup dengan adanya
norma hukum yang ada. Asas hukum juga kesepakatan kedua belah pihak.
menjadi titik tolak pembangunan sistem Kesepakatan adalah persesuaian antara
hukum dan menciptakan kepastian hukum kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh
yang diberlakukan dalam masyarakat. kedua belah pihak.
Berdasarkan teori, di dalam suatu
hukum kontrak terdapat 5 (lima) asas yang c. Asas Kepastian Hukum (pacta sunt
dikenal menurut ilmu hukum perdata. servanda)
Kelima asas itu antara lain adalah: asas Asas kepastian hukum atau disebut juga
kebebasan berkontrak (freedom of dengan asas pacta sunt servanda
contract), asas konsensualisme merupakan asas yang berhubungan dengan
(concsensualism), asas kepastian hukum akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda
(pacta sunt servanda), asas itikad baik merupakan asas bahwa hakim atau pihak
(good faith) dan asas kepribadian ketiga harus menghormati substansi
(personality). Berikut ini adalah penjelasan kontrak yang dibuat oleh para pihak,
mengenai asas-asas dimaksud: 9 sebagaimana layaknya sebuah undang-
a. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of undang. Mereka tidak boleh melakukan
contract) intervensi terhadap substansi kontrak yang
Asas kebebasan berkontrak dapat dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt
dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) servanda dapat disimpulkan dalam Pasal
KUHPerdata, yang berbunyi: “Semua 1338 ayat (1) KUHPerdata10.
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undangundang bagi mereka yang d. Asas Itikad Baik (good faith)
membuatnya.” Asas ini merupakan suatu Asas itikad baik tercantum dalam Pasal
asas yang memberikan kebebasan kepada 1338 ayat (3) KUHPerdata yang berbunyi:
para pihak untuk: a) membuat atau tidak “Perjanjian harus dilaksanakan dengan
membuat perjanjian; b) mengadakan itikad baik.” Asas ini merupakan asas
perjanjian dengan siapa pun; c) bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan
menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, debitur harus melaksanakan substansi
dan persyaratannya; d) menentukan bentuk kontrak berdasarkan kepercayaan atau
perjanjiannya apakah tertulis atau lisan. keyakinan yang teguh maupun kemauan
baik dari para pihak. Asas itikad baik terbagi
b. Asas Konsensualisme (concensualism) menjadi dua macam, yakni itikad baik nisbi
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dan itikad baik mutlak. Pada itikad yang
dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata. pertama, seseorang memperhatikan sikap
Pada pasal tersebut ditentukan bahwa dan tingkah laku yang nyata dari subjek.
Pada itikad yang kedua, penilaian terletak
8
Nyoman Serikat Putra Jaya, Politik Hukum
pada akal sehat dan keadilan serta dibuat
(Semarang: Undip, 2007), hal. 23 ukuran yang obyektif untuk menilai
9
S. Imran, Asas-Asas Dalam Berkontrak: Suatu
Tinjauan Historis Yuridis Pada Hukum
Perjanjian (Artikel Hukum Perdata:
10
www.legalitas.org, 2007) ibid

169
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

keadaan (penilaian tidak memihak) Syarat subyektif adalah syarat yang


menurut norma-norma yang objektif. menyangkut pada subyek perjanjian itu
atau dengan perkataan lain, syarat-syarat
e. Asas Kepribadian (personality) yang harus dipenuhi oleh mereka yang
Asas kepribadian merupakan asas yang membuat perjanjian di mana hal ini
menentukan bahwa seseorang yang akan meliputi:
melakukan perjanjian hanya untuk a) Sepakat dari mereka yang
kepentingan perseorangan saja. Hal ini mengikatkan diri
dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal Kesepakatan para pihak merupakan
1340 KUHPerdata. Pasal 1315 KUHPerdata. unsur mutlak untuk terjadinya suatu
menegaskan: “Pada umumnya seseorang kontrak. Kesepakatan ini terjadi dengan
tidak dapat mengadakan perikatan atau berbagai cara, namun yang paling penting
perjanjian selain untuk dirinya sendiri11. ” adanya penawaran dan penerimaan atas
Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk penawaran tersebut. Cara-cara untuk
mengadakan suatu perjanjian, orang terjadinya penawaran dan penerimaan
tersebut harus untuk kepentingan dirinya dapat dilakukan secara tegas maupun
sendiri. Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi: dengan tidak tegas, yang penting dapat
“Perjanjian hanya berlaku antara pihak dipahami atau dimengerti oleh pihak
yang membuatnya.” bahwa telah terjadi penawaran dan
penerimaan.
2.3 SYARAT-SYARAT SAH PERJANJIAN Beberapa cara terjadinya
Meskipun hukum perjanjian menganut kesepakatan/terjadinya penawaran dan
sistem terbuka, orang bebas untuk penerimaan adalah: 13
mengadakan perjanjian, tidak terikat pada a. Dengan cara tertulis;
ketentuan-ketentuan yang telah ada, b. Dengan cara lisan
namun syarat sahnya perjanjian yang c. Dengan simbol-simbol tertentu;
dikehendaki oleh undang-undang haruslah d. Dengan berdiam diri.
dipenuhi agar berlakunya perjanjian tanpa Seorang yang melakukan kesepakatan
cela. Mengenai syarat sahnya suatu secara tertulis biasanya dilakukan baik
perjanjian secara umum diatur dalam Pasal dengan akta dibawah tangan maupun
1320 KUH Perdata, yatiu: dengan akta autentik. Akta di bawah
a. Sepakat mereka yang mengikatkan tangan merupakan akta yang dibuat oleh
dirinya: para pihak tanpa melibatkan pejabat yang
b. Kecakapan untuk membuat suatu berwenang membuat akta seperti Notaris,
perikatan; PPAT, atau pejabat lain yang diberi
c. Suatu hal tertentu, dan wewenang untuk itu.
d. Suatu sebab yang halal Kesepakatan lisan merupakan bentuk
Keempat syarat sahnya perjanjian kesepakatan yang banyak terjadi dalam
tersebut, dapat dikelompokkan menjadi masyarakat, namun kesepakatan secara
dua, yaitu :12 lisan ini kadang tidak disadari sebagai
perjanjian padahal sebenarnya sudah
1. Syarat Subyektif terjadi perjanjian antara pihak yang satu
dengan pihak yang lainnya, misalnya
seorang membeli keperluan sehari-hari di
11
ibid
12 13
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaya, Perikatan Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan
Yang lahir dari Perjanjian, (Jakarta: Raja Kontrak (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
Grafindo Persada, 2002), hal 94 2007), hal. 14

170
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

toko maka tidak perlu ada perjanjian Tahun 2003. Mempersyaratkan para pihak
tertulis, tetapi cukup dilakukan secara lisan yakni pengusaha sebagai pemberi kerja dan
antara para pihak. pekerja sebagai penerima kerja mempunyai
Kesepakatan yang terjadi dengan kemampuan atau kecakapan melakukan
menggunakan simbolsimbol tertentu sering perbuatan hukum.
terjadi pada penjual yang hanya menjual Dalam memori penjelasan Pasal 52
satu macam jualan pokok, contohnya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
adalah jual beli ternak dengan sistem dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
barosok, penjual dan pembeli hanya cukup kemampuan atau kecakapan adalah para
meraba jari tangan. Maka, setelah proses pihak yang mempu atau cakap menurut
tersebut menciptakan kata sepakat. hukum untuk membuat perjanjian
Kesepakatan dapat pula terjadi dengan sedangkan bagi tenaga kerja anak yang
hanya berdiam diri, misalnya dalam hal mandatangani perjanjian adalah orang tua
perjanjian pengangkutan. Jika kita atau walinya. Adapun untuk tenaga kerja
mengetahui jurusan mobil-mobil anak dalam pasal 69 ayat (1) Undang-
penumpang umum, kita biasanya tanpa undang Nomor 13 Tahun 2003 adalah anak
bertanya mau kemana tujuan mobil yang berumur anatara 13 tahun sanpau
tersebut dan berapa biayanya, tetapi kita dengan 15 tahun unutk melakukan
hanya lansung naik dan bila sampai di pekerjaan ringan sepanjang tidak
tujuan kita pun turun dan membayar biaya mengganggu perkembangan dan kesehatan
sebagaimana biasanya sehingga kita tidak fisik, mental, dan sosail.
pernah mengucapkan sepakat kata pun Berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata jo
kepada sopir mobil tersebut, namun pada Pasal 1329 Pasal 1330 KUHPerdata, subyek
dasarnya sudah terjadi perjanjian hukum yang membuat perjanjian harus
pengangkutan. cakap untuk melakukan tindakan hukum
Dengan demikian tolak ukur menurut hukum.
kesepakatan para pihak adalah pernyataan- Mengenai syarat subyektif Pasal 1 angka
pernyataan yang boleh dipegang untuk 6 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
dijadikan dasar sepakat adalah pernyataan menentukan bahwa para pihak dalam
secara objektif yang dapat dipercaya14. perjanjian kerja adalah subyek hukum dan
Atau yang secara sungguh-sungguh tidak membatasi hanya untuk subyek
memang dikehendaki oleh para pihak. hukum menurut hukum perdata tetapi juga
Berdasarkan syarat sahnya perjanjian termaksud subyek hukum public, yakni
tersebut diatas, khususnya syarat badan hukum yang mengemban
kesepakatan yang merupakan penentu kepentingan public yang dikelola atau
terjadinya atau lahirnya perjanjian, berarti ditangani oleh Negara15.
bahwa tidak adanya kesepakatan para
pihak, tidak terjadi kontrak. 2. Syarat Obyektif
Syarat obyektif adalah syarat yang
b) Cakap untuk membuat suatu menyangkut pada objekperjanjian, ini
perjanjian meliputi:
Kecakapan disini mempunyai arti kedua a) Suatu hal tertentu
belah pihak dianggal mampu untuk Dalam suatu kontrak objek perjanjian
melakukan perbuatan hukum seperti pada harus jelas dan ditentukan para pihak,
Pasal 52 ayat (b) Undang-undang Nomor 13
15
Pasal 52 ayat (b) Undang-undang Nomor 13 Tahun
14
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Loc,Cit. hal. 7 2003

171
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

objek perjanjian tersebut dapat berupa 3. Pelaksanaan Perjanjian Dan


barang maupun jasa, namun dapat juga Wanprestasi
berupa tidak berbuat sesuatu. Hal tertentu Memilik macamnya hal yang dijanjikan
dalam kontrak disebut prestasi yang dapat untuk dilaksanakan, perjanjian-perjanjian
berwujud barang, keahlian atau tenaga, itu dibagi dalam tiga macam, yaitu17:
dan tidak berbuat sesuatu. 1) Perjanjian untuk
Dengan demikian maka dalam setiap memberikan/menyerahkan suatu
perjanjian, baik yang melahirkan perikatan barang;
untuk memberikan sesuatu, perikatan 2) Perjanjian untuk berbuat sesuatu;
untuk berbuat sesuatu atau perikatan tidak 3) Perjanjian untuk tidak berbuat
berbuat sesuatu, senantiasa haruslah jelas sesuatu.
yang menjadi obyek perjanjiannya, yang Perjanjian jenis pertama, misalnya jual
selanjutnya akan menjadi obyek dalam beli, tukar-menukar, penghibahan, sewa-
perikatan yang lahir (baik secara bertimbal menyewa, pinjam pakai. Sedangkan untuk
balik atau tidak) diantara para pihak yang perjanjian jenis kedua, misalnya perjanjian
membuat perjanjian tersebut16. untuk membuat suatu lukisan, perjanjian
Pasal 1332 KUHPerdata juga perburuhan, perjanjian untuk membuat
menjelaskan, bahwa obyek dari perjanjian sebuah garasi dan lain sebagainya.
adalah benda yang dapat diperdagangkan, Selanjutnya untuk perjanjian jenis ketiga,
karena benda diluar perdagangan tidak misalnya perjanjian untuk tidak mendirikan
dapat dijadikan obyek perjanjian. tembok, perjanjian untuk tidak mendirikan
suatu perusahaan yang sejenis dengan
b) Suatu sebab yang halal kepunyaan orang lain dan lain sebagainya.
Syarat obyektif lainnya dalam perjanjian Dalam hubungannya dengan
yaitu suatu sebab yang halal yang diatur pelaksanaan perjanjian juga harus
oleh Pasal 1335 KUHPerdata, yang mengetahui dengan cermat apa yang
menerangkan bahwa suatu sebab yang dimaksudkan oleh para pihak dengan
halal adalah: mengucapkan atau menulis perkataan-
1. Bukan tanpa sebab, artinya jika ada perkataan tersebut. Proses tersebut
sebab lain daripada yang dinamakan menafsirkan perjanjian.
dinyatakan; Pedoman utama penafsiran perjanjian ialah
2. Bukan sebab yang palsu, artinya jika kata-kata suatu perjanjian jelas, maka
adanya sebab yang palsu atau tidaklah diperkenankan untuk menyimpang
dipalsukan; dari padanya dengan jalan menafsirkan.
3. Bukan sebab yang terlarang, artinya Pedoman-pedoman lain yang penting daam
apabila berlawanan dengan menafsirkan suatu perjanjian adalah18.
kesusilaan atau ketertiban umum.
Pasal 1335 KUHPerdata tersebut, dapat 3.1 Pengertian Perjanjian Kerja19
ditarik kesimpulan sebab yang halal itu Perjanjian kerja yang dalam bahasa
adalah bahwa perjanjian yang dibuat oleh Belanda disebut Arbeidsoverenkoms,
para pihak tidak bertentangan dengan mempunyai beberapa pengertian. Pasal
kesusilaan, ketertiban umum dan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku. 17
Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: Intermasa,
2002), hal 36
18
ibid hal 44
19
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan
16
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaya, Op.cit, hal Indonesia ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
18 2003, edisi revisi), hal 54-55

172
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

1601 a KUHPerdata memberikan keterampilan / keahliannya, maka


pengertian sebagai berikut: “Perjanjian menurut hukum jika pekerja meninggal
kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak dunia maka perjanjian kerja tersebut
kesatu (siburuh), mengikatkan dirinya putus demi hukum.
untuk dibawah perintah pihak yang lain, si b) Adanya unsur perintah
majikan untuk suatu waktu tertentu Manifestasi dari pekerjaan yang
melakukan pekerjaan dengan menerima diberikan kepada pekerja oleh
upah”. pengusaha adalah pekerja yang
Sedangkan berdasarkan Undang-Undang bersangkutan harus tunduk pada
No 13 Tahun 2003, Pasal 1 angka 14 perintah pengusaha untuk melakukan
memberikan pengertian yakni : “Perjanjian pekerjaan sesuai dengan yang
kerja adalah suatu perjanjian antara diperjanjikan. Disinilah perbedaan
pekerja / buruh dan pengusaha atau hubungan kerja dengan hubungan
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat lainya, misalnya hubungan antara
kerja hak dan kewajiban kedua belah dokter dengan pasien, pengacara
pihak”. dengan klien. Hubungan tersebut
Selain pengertian normatif seperti bukan merupakan hubungan kerja
tersebut diatas, Imam Soepomo karena dokter, pengacara tidak tunduk
berpendapat bahwa perjanjian kerja adalah pada perintah pasien atau klien.
suatu perjanjian dimana pihak kesatu c) Adanya unsur upah
(buruh), mengikatkan diri untuk bekerja Upah memegang peranan penting
dengan menerima upah dari pihak kedua dalam hubungan kerja (perjanjian
yakni majikan, dan majikan mengikatkan kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa
diri untuk memperkerjakan buruh dengan tujuan utama seorang pekerja bekerja
membayar upah. pada pengusaha adalah untuk
memperoleh upah. Sehingga jika tidak
3.2 Unsur-Unsur Perjanjian Kerja20 ada unsur upah, maka suatu hubungan
Berdasarkan pengertian perjanjian kerja tersebut bukan merupakan hubungan
di atas, dapat ditarik beberapa unsur dari kerja. Seperti seorang narapidana yang
perjanjian kerja yakni: diharuskan untuk melakukan pekerjaan
a) Adanya unsur work atau pekerjaan tertentu, seorang mahasiswa
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada perhotelan yang sedang melakukan
pekerjaan yang diperjanjikan (obyek praktik lapangan di hotel.
perjanjian), pekerjaan tersebut
haruslah dilakukan sendiri oleh 3.3 Syarat Sah Perjanjian Kerja
pekerja, hanya dengan seizin majikan Hubungan kerja antara pengusaha
dapat menyuruh orang lain. Hal ini dengan tenaga kerja terjadi setelah adanya
dijelaskan dalam KUHPerdata pasal perjanjian kerja antara pengusaha sebagai
1603a yang berbunyi : “Buruh wajib pemberi kerja dan pekerja. Dalam hal ini
melakukan sendiri pekerjaannya; hanya perjanjian kerja ini harus memuat syarat-
dengan seizin majikan ia dapat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak
menyuruh orang ketiga karena dengan adanya perjanjian ini berarti
menggantikannya”. Sifat pekerjaan kedua belah pihak telah terikat dan dengan
yang dilakukan oleh pekerja itu sangat demikian akan timbul hak dan kewajiban
pribadi karena bersangkutan dengan yang harus dipenuhi oleh kedua belah
pihak. Di mana perjanjian kerja ini harus
20 memenuhi syarat sahnya suatu perjanjian.
ibid hal 55-56

173
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

Sebagai bagian dari perjanjian pada f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak
umumnya, maka perjanjian kerja harus dan kewajiban pengusaha dan pekerja
memenuhi syarat syahnya perjanjian atau buruh;
sebagaimana diatur dalam pasal 1320 g. Mulai dan jangka waktu berlakunya
KUHPerdata. Ketentuan ini juga tertuang perjanjian kerja;
dalam Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja
Nomor 13 Tahun 2003 yang menyebutkan dibuat;
bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar: i. Tanda tangan para pihak dalam
a. Kesepakatan kedua belah pihak; perjanjian kerja.
b. Kemampuan atau kecakapan melakukan
perbuatan hukum; 4.1 Pengertian Perjanjian Kerja Bersama
c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; (PKB)
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh Materi PKB diatur dalam Undang-
bertentangan dengan ketertiban umum, Undang No 13 Tahun 2003 dalam Bab XI
kesusilaan, dan ketentuan peraturan mengenai hubungan industrial yaitu dalam
perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketiga. Kemudian dalam Pasal 133
Keempat syarat tersebut bersifat Undang-Undang No 13 Tahun 2003
komulatif artinya harus dipenuhi semuanya menyebutkan bahwa mengenai
baru dapat dikatakan bahwa perjanjian persyaratan serta tata cara pembuatan,
tersebut sah. Sedangkan menurut ajaran perpanjangan, perubahan, dan pendaftaran
Islam terdapat bebrapa syarat dan kondisi PKB diatur dengan keputusan menteri.
yang harus terpenuhi dan dihormati dalam Perjanjian Kesepakatan Kerja Bersama
suatu akad/perjanjian yaitu21 (KKB) atau istilah yang dipergunakan dalam
Undang-Undang No 13 Tahun 2003 adalah
3.4 Bentuk Dan Jangka Waktu Perjanjian Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dalam
Kerja bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Perjanjian kerja dapat dibuat dalam Collective Labour Aggrement (CLA), atau
bentuk tertulis atau lisan (Pasal 51 ayat (1) dalam bahasa Belanda disebut dengan
Undang-Undang No 13 Tahun 2003). Secara Collective Arbeids Overemkomst (CAO),
normatif bentuk tertulis menjamin perjanjian ini dikenal dalam khasanah
kepastian hak dan kewajiban para pihak, hukum Indonesia berdasarkan ketentuan
sehingga jika terjadi perselisihan akan dalam hukum KUHPerdata. Sedangkan
sangat membantu proses pembuktian. pengertian perjanjian perburuhan menurut
Dalam Pasal 54 Undang-Undang No 13 Lotmar, Tarifvertrage ialah suatu perjanjian
Tahun 2003 menyebutkan bahwa antara seorang majikan atau lebih
perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis dengannsekelompok buruh yang memuat
sekurang-kurangnya memuat keterangan : syarat-syarat upah dan kerjanuntuk
a. Nama, alamat perusahaan, dan jenis perjanjian-perjanjian kerja yang akan
usaha; diadakan kemudian22.
b. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat Berdasarkan Pasal 1 angka 21 Undang-
pekerja /buruh; Undang No 13Tahun 2003 jo Pasal 1 angka
c. Jabatan atau jenis pekerjaan; 2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
d. Tempat pekerjaan; Transmigrasi Nomor KEP-48/MEN/IV/2004,
e. Besarnya upah dan cara pembayaran; PKB yaitu perjanjian yang merupakan hasil
22
F.X. Djumialdji & Wiwoho Soejono, Perjanjian
21
Sayyid Sabiq. 1987. Fiqhi Sunnah. Jilid 11. PT. Al- Perburuhan dan Hubungan Perburuhan
Ma’arif Bandung, hal 178-179 Pancasila (Jakarta : Bina Aksara, 1987), hal 13

174
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

perundingan antara serikat pekerja / serikat a. Orang perorangan, persekutuan, atau


buruh atau beberapa serikat pekerja / badan hukum yang menjalankan
serikat buruh yang tercatat pada instansi suatu perusahaan milik sendiri.
yang bertanggung jawab dibidang b. Orang perseorangan, persekutuan
ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau atau badan hukum yang secara
beberapa pengusaha atau perkumpulan berdiri sendiri menjalankan
pengusaha yang memuat syarat-syarat perusahaan bukan miliknya.
kerja, hak dan kewajiban kedua belah c. Orang perseorangan, persekutuan
pihak23. atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan a dan
4.2 Kewenangan Pembuatan PKB b tersebut diatas, yang berkedudukan
Kewenangan pembuatan PKB adalah diluar wilayah Indonesia.
berkaitan dengan pihak yang dapat dan Selain pengertian pengusaha tersebut
mempunyai wewenang untuk membuat juga terdapat pengertian Pemberi
PKB. Dari pengertian PKB tersebut diatas Kerja yaitu orang perseorangan,
sudah dapat diketahui siapa saja para pihak pengusaha, badan hukum atau
yang dapat melakukan pembuatan PKB. badan-badan lainnya yang
Para pihak tersebut adalah Pekerja dan memperkerjakan tenaga kerja dengan
Pengusaha. membayar upah atau imbalan dalam
 Serikat Pekerja / Serikat Buruh bentuk lain. Pengertian Pemberi Kerja
PKB hanya dapat dirundingkan dan ini dimaksudkan untuk menghindari
disusun oleh serikat pekerja yang orang yang bekerja pada pihak lain
didukung oleh sebagian besar pekerja di yang tidak dapat dikategorikan
perusahaan yang bersangkutan. Dengan sebagai pengusaha khususnya bagi
demikian para pihak atau subjek yang pekerja pada sektor informal. Maka
membuat PKB adalah dari pihak buruh / dapat diambil kesimpulan pengusaha
pekerja diwakili oleh serikat pekerja / bentuknya orang perseorangan,
buruh atau beberapa serikat pekerja / sedangkan beberapa pengusaha
buruh di perusahaan itu dengan bentuknya adalah persekutuan,
pengusaha atau perkumpulan selanjutnya perkumpulan pengusaha
pengusaha. Maksud dengan perwakilan bentuknya adalah badan hukum 25.
tersebut supaya pekerja lebih kuat
posisinya dalam melakukan perundingan 4.3 Tata Cara Pembuatan PKB
dengan majikan karena pengurus serikat 4.3.1 Prosedur Pembuatan PKB
pekerja umumnya dipilih orang yang Untuk mengetahui tata cara pembuatan
mampu memperjuangkan hak dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yaitu
kepentingan anggotanya24. sebagai berikut26:
 Pengusaha 1) Salah satu pihak (serikat pekerja /
Adapun yang dimaksud dengan serikat buruh atau pengusaha)
pengusaha terdapat dalam Pasal 1 ayat mengajukan pembuatan Perjanjian
(5) Undang-Undang No 13 Tahun 2003 jo Kerja Bersama (PKB) secara tertulis,
Pasal 1 ayat (4) Keputusan Menteri disertai konsep Perjanjian Kerja
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : Bersama (PKB).
KEP-48/MEN/IV/2004, adalah:

23 25
Happy Budyana Sari, ibid, hal 33 Happy Budyana Sari, ibid, hal 37
24 26
Lalu Husni, ibid, hal 67 Abdul Khakim, ibid, hal 56-57

175
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

2) Minimal keanggotaan serikat Bersama (PKB) maksimal 30


pekerja / serikat buruh 50 % (tigapuluh) hari.
(limapuluh persen) dari jumlah 12) Sejak ditandatangani oleh wakil
pekerja / buruh yang ada pada saat kedua belah pihak, Perjanjian Kerja
pertama pembuaran Perjanjian Bersama (PKB) sah dan resmi
Kerja Bersama (PKB). berlaku serta mengikat kedua belah
3) Perundingan dimulai paling lambat pihak dan anggotanya.
30 (tiga puluh) hari sejak 13) Setelah disepakati dan
permohonan tertulis. ditandatangani Perjanjian Kerja
4) Pihak-pihak yang berunding adalah Bersama (PKB) tersebut wajib
pengurus SP/SB dan pimpinan didaftarkan kepada Depnaker.
perusahaan yang bersangkutan Kedua belah pihak wajib
dengan membawa surat kuasa menyebarluaskan isi dan makna
masing-masing. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
5) Perundingan dilaksanakan oleh tim kepada semua pihak dalam
perunding dari kedua belah pihak lingkungan kerjanya.
masing-masing 5 (lima) orang. Menurut Undang-Undang No 13 Tahun
6) Batas waktu perundingan bipartit 30 2003 dalam hal disatu perusahaan hanya
(tigapuluh) hari sejak hari pertama terdapat satu serikat pekerja / serikat
dimulainya perundingan. buruh, maka pekerja tersebut berhak
7) Selama proses perundingan masing- mewakili pekerja dalam perundingan
masing pihak; (a) dapat pembuatan PKB dengan pengusaha apabila
berkonsultasi kepada pejabat memiliki jumlah anggota lebih dari 50 %
Depnaker; (b) wajib merahasiakan (limapuluh persen) dari jumlah seluruh
hal-hal yang sifatnya belum final pekerja diperusahaan yang bersangkutan
sebagai keputusan perundingan. (Pasal 19 ayat (1)). Dalam hal disatu
8) Bila sudah 30 (tigapuluh) hari perusahaan hanya terdapat satu serikat
perundingan bipartite tidak pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat
menyelesaikan pembuatan (1) tetapi tidak memiliki anggota lebih dari
Perjanjian Kerja Bersama (PKB), 50% (limapuluh persen) dari jumlah seluruh
salah satu pihak wajib melaporkan pekerja / buruh di perusahaan, maka
kepada Kantor Depnaker untuk serikat pekerja / serikat buruh dapat
diperantarai atau dapat melalui mewakili pekerja dalam melakukan
Lembaga Arbitrase. perundingan dengan pengusaha apabila
9) Batas waktu pemerantaraan atau serikat pekerja yang bersangkutan telah
penyelesaian arbitrase maksimal 30 mendapat dukungan lebih 50% (limapuluh
(tigapuluh) hari. persen) dari jumlah seluruh pekerja / buruh
10) Bila 30 (tigapuluh) hari di perusahaan melalui pemungutan suara
pemerantaraan atau penyelesaian (Pasal 19 ayat (2)). Dalam hal dukungan
arbitrase tidak berhasil, maka sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
pegawai perantara harus tercapai maka serikat pekerja / serikat
melaporkan kepada Menteri Tenaga buruh yang bersangkutan dapat
Kerja. mengajukan kembali permintaan untuk
11) Menteri Tenaga Kerja menempuh merundingkan PKB dengan pengusaha
berbagai upaya untuk menetapkan setelah melampaui jangka waktu 6 (enam)
langkah-langkah penyelesaian bulan terhitung sejak dilakukannya
pembuatan Perjanjian Kerja

176
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

pemungutan suara dengan mengikuti serikat pekerja / serikat buruh dan


prosedur semula27. pengusaha28. Selain perjanjian perburuhan
berakhir karena waktunya sudah habis,
4.3.2 Perubahan, Perpanjangan Serta dapat juga perjanjian perburuhan berakhir
Pembaharuan PKB sewaktu-waktu yaitu adanya kemungkinan
Dalam hal PKB yang sudah berakhir untuk mohon kepada pengadilan agar
masa berlakunya akan diperpanjang atau perjanjian perburuhan itu dinyatakan
diperbaharui dan di perusahaan tersebut berakhir karena alasan-alasan yang
hanya terdapat 1 (satu) serikat pekerja / memaksa yaitu bilamana tidak diperhatikan
serikat buruh, maka perpanjangan atau menimbulkan rasa tidak adil29.
pembuatan pembaharuan PKB tidak
mensyaratkan ketentuan dalam pasal 119 4.5 Peraturan Perusahaan
(Pasal 130 ayat (1)). Dalam hal PKB yang Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga
sudah berakhir masa berlakunya akan Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No.
diperpanjang atau diperbaharui dan di 02/MEN/1976 disebutkan bahwa peraturan
perusahaan tersebut terdapat lebih dari 1 perusahaan adalah suatu peraturan yang
(satu) serikat pekerja / serikat buruh dan dibuat oleh pimpinan perusahaan yang
serikat pekerja / serikat buruh yang dulu memuat ketentuan-ketentuan tentang
berunding tidak lagi memenuhi ketentuan syaratsyarat kerja yang berlaku pada
Pasal 120 ayat (1), maka perpanjangan atau perusahaan yang bersangkutan dan
pembuatan pembaharuan PKB dilakukan memuat tata tertib perusahaan. Sejalan
oleh serikat pekerja / serikat buruh yang dengan pengertian tersebut Undang-
anggotanya lebih 50% (limapuluh persen) Undang Nomor 13 Tahun 2003 juga
dari jumlah seluruh pekerja / buruh di memberikan pengertian Peraturan
perusahaan bersama-sama dengan serikat Perusahaan adalah peraturan yang dibuat
pekerja / serikat buruh yang membuat PKB secara tertulis oleh pengusaha yang
terdahulu dengan membentuk tim memuat syarat-syarat kerja serta tata tertib
perunding secara proporsional (Pasal 130 perusahaan. Dari pengertian tersebut
ayat (2)). Kemudian Pasal 130 ayat (3) jelaslah bahwa peraturan perusahaan
dalam hal PKB yang sudah berakhir masa dibuat secara sepihak oleh pengusaha yang
berlakunya akan diperpanjang atau berisikan tentang syarat kerja, hak dan
diperbaharui dan di perusahaan tersebut kewajiban pekerja dan pengusaha dan tata
terdapat lebih dari 1 (satu) serikat pekerja / tertib perusahaan. Dengan kata lain
serikat buruh dan tidak satupun serikat peraturan perusahaan merupakan petunjuk
pekerja / serikat buruh yang ada memenuhi teknis dari PKB maupun perjanjian kerja
ketentuan Pasal 120 ayat (1), maka yang dibuat oleh pekerja/serikat pekerja
perpanjangan atau pembuatan atau dengan pengusaha. Syaratsyarat yang harus
pembuatan pembaharuan PKB dilakukan dipenuhi dalam pembuatan peraturan
menurut ketentuan Pasal 120 ayat (2) dan perusahaan adalah30:
(3) 1. harus disetujui secara tertulis oleh
4.4 Masa Berlakunya PKB buruh;
Masa berlakunya PKB paling lama 2
(dua) tahun dan hanya dapat diperpanjang 28
Lalu Husni, ibid, hal 69
satu kali untuk paling lama 1 (satu) tahun 29
F.X. Djumialdji & Wiwoho Soejono, ibid, hal 25
30
berdasarkan kesepakatan tertulis antara Zainal Asikin, H. Agusfiar Wahab, Lalu Husni, Zaeni
Asyhadie, Dasar-Dasar Hukum
Perburuhan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994),
27
Lalu Husni, ibid, hal 68 hal 61

177
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

2. selembar lengkap peraturan perusahaan karyawan melalui peran dan fungsi sekar
harus diberikan secara cuma-cuma dapat mencegah bagi adanya perselisihan
kepada buruh, dan harus ditempelkan dalam pekerjaan.
pada tempat yang dapat dibaca oleh
umum (buruh); DAFTAR PUSTAKA
3. selembar lagi yang ditandatangani oleh Jaya, Nyoman Serikat Putra, 2007, Politik
majikan harus diserahkan kepada Hukum, Semarang: Badan Penyediaan
Departemen Tenaga Kerja; Bahan Kuliah Program Magister
4. peraturan perusahaan hanya boleh Kenotariatan Undip
berlaku paling lama dua tahun; Djumialdji, F.X & Wiwoho Soejono, 1987,
5. pada perusahaan yang telah dibuat Perjanjian Perburuhan dan Hubungan
perjanjian perburuhan maka peraturan Perburuhan Pancasila, Bina Aksara,
perusahaannya tidak boleh Jakarta.
bertentangan dengan perjanjian Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaya,
perburuhan tersebut. 2002 Perikatan Yang lahir dari
Perjanjian, PT. Raja Grafindo Persada,
PENUTUP Jakarta.
KESIMPULAN Sari, Happy Budyana, 2006, Peranan Serikat
Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di PT.
(PKB) antara Pekerja dengan Manajemen FUMIRA Semarang Dalam Pembuatan
Perusahaan mulai dari PKB yang pertama Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Skripsi,
kali berlaku sampai dengan PKB yang Undip Semarang.
terakhir berlaku tidak banyak terdapat Miru, Ahmadi, 2007, Hukum Kontrak dan
pelanggaran dari sisi kuantitas masalah. Perancangan Kontrak, PT. RajaGrafindo
Namun demikian pelanggaran terhadap Persada, Jakarta, 2007.
PKB tersebut juga mengakibatkan kendala Asikin, Zainal, dkk, 1994, Dasar-Dasar
bagi hubungan kerja antara karyawan. Hukum Perburuhan, Raja Grafindo
Pelaksanaan, cara membuat suatu Persada, Jakarta.
perjanjian bersama, peran dan fungsi dalam Asyhadie, Zaeni, 1994, Dasar-Dasar Hukum
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) harusnya Perburuhan, Raja Grafindo Persada,
tetap diperhatikan dalam menentukan Jakarta.
kebijakan atau keputusan yang menyangkut Husni, Lalu, 2003, Pengantar Hukum
keberadaan Tenaga kerja. Karena dengan Ketenagakerjaan Indonesia, edisi revisi,
keterlibatan Sekar sejak awal dalam PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
menentukan kebijakan yang menyangkut Khakim, Abdul, 2003, Pengantar Hukum
karyawan melalui peran dan fungsi sekar Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan
dapat mencegah bagi adanya perselisihan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,
hubungan industrial. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Muhammad, Abdulkadir, 1993, Hukum
SARAN Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Pelaksanaan peran dan fungsi Sekar Bandung.
dalam Perjanjian Kerja Bersama harusnya Subekti, 2002, Hukum Perjanjian,
tetap diperhatikan dalam menentukan Intermasa, Jakarta.
kebijakan atau keputusan yang menyangkut S. Imran, 2007, Asas-Asas Dalam
keberadaan karyawan. Karena dengan Berkontrak: Suatu Tinjauan Historis
keterlibatan Sekar sejak awal dalam Yuridis Pada Hukum Perjanjian. Artikel
menentukan kebijakan yang menyangkut Hukum Perdata,www.legalitas.org.

178
Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

MEDIA INTERNET
Budiarti, Indah, 2008, Perjanjian Kerja
Bersama, revised edition,
www.psiapyouthnetwork.org
Arhas, Marwan, Pemutusan Hubungan
Kerja, www.library-usu.ac.id

179

Anda mungkin juga menyukai