TINDAKAN PHK
Nama Kelompok:
Dosen Pengampu:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WARMADEWA
2022
DAFTAR ISI
Judul...............................................................................................I
Daftar Isi........................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................4
2.1 Dalam hal apa, perusahaan dilarang melakukan PHK? Dan bagaimana
3.1 Kesimpulan............................................................................11
3.2 Saran.....................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Undang Undang No. 13 tahun 2003 adalah pengakhiran hubungan kerja karena
ketentuan pasal 150 Undang Undang No.13 tahun 2003 meliputi PHK yang terjadi
usaha usaha sosial dan usaha-usaha lainnya yang mempunyai pengurus dan
memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
lain. PHK berarti suatu keadaan dimana si buruh berhenti bekerja dari majikannya.
Hakikat PHK bagi buruh merupakan awal dari penderitaan,maksudnya bagi buruh
Pada umumnya ada empat macam cara teradinya PHK, yaitu PHK demi
hukum, PHK yang datangnya dari pihak buruh, PHK yang datangnya dari pihak
majikan, dan PHK karena putusan pengadilan. Sebenarnya cara terjadinya PHK
cukup ada tiga macam, dengan mengabaikan PHK akibat putusan pengadilan,
karena PHK sebagai akibat putusan pengadilan munculnya sebagai akibat dari
1
industrial. Bentuknya dapat melalui gugat ganti rugi ke Pengadilan Negeri apabila
diduga ada perbuatan yang melanggar hukum dari salah satu pihak atau dapat
1. Dalam hal apa, perusahaan dilarang melakukan PHK? Dan bagaimana bila
menegaskan pada aturan yang elegan dan ekonomis, harus ditolak atau direvisi
jika ia tidak benar dan tidak sesuai dengan keadilan. Dari kalimat kebajikan yang
utama menurutnya, maka keadilan tidak bisa ditawar atau dinego karena keadilan
tersebut adalah nilai yang paten dan tidak bisa ditukar dengan apapun.
Hukum atau aturan yang mempunyai tugas atas jaminan setiap orang yang
ada didalam masyarakat, maka bisa dipastikan bahwa hukum juga mengatur
segala aspek kehidupan manusia, atau lebih mengarah pada tatanan sosial. Tanpa
menghiraukan tujuan dari hukum sendiri, yakni dari aspek keadilan. Dimana
2
untuk mencapai keadilan yang adil. Rumusan tersebut salah satunya adalah
“Ketimpangan sosial dan ekonomi ditata sedemikian hingga mereka (a) memberi
keuntungan terbesar pada kelompok yang paling lemah, dan (b) semua posisi dan
jabatan terbuka bagi semua orang dalam kondisi kesetaraan peluang yang fair”.
memiliki makna bahwa perbedaan sosial dan ekonomis harus diatur agar
memberikan manfaat yang paling besar bagi mereka yang paling kurang
dikatakan mampu memberi pengertian yang jelas dalam pemberian pesangon bagi
dirasa penting yang diberikan kepada pekerja yang telah berhenti. Hal ini adalah
pokok, tunjangan, dan pesangon yang seharusnya dibayarkan selama bekerja atau
berakhirnya masa kerjanya. Hal ini juga merupakan tindakan perlindungan kepada
pekerja dimana sebelumnya memang harus ada kesepakatan antara kedua belah
pihak yang telah disepakati mengenai upah, asuransi, pesangon, perlakuan adil,
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dalam hal apa, perusahaan dilarang melakukan PHK. Dan bagaimana
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah salah satu hal dalam dunia
ketenagakerjaan yang paling dihindari dan tidak diinginkan oleh para pekerja /
buruh yang masih aktif bekerja. PHK merupakan peristiwa yang tidak diharapkan
terjadi, khususnya bagi kalangan pekerja atau buruh karena dengan PHK pekerja
matang karena dapat membawa pengaruh yang cukup besar bagi perusahaan dan
buruh yang diberhentikan itu untuk dapat dipekerjakan kembali dan memberi
melarang pengusaha melakukan PHK karena alasan alasan tertentu seperti yang
telah diuraikan dalam UU No. 13 tahun 2003 pasal 153 ayat 1. RUU Cipta Kerja
yang telah disahkan dalam Rapat Paripuna DPR mengatur tentang sejumlah
4
ketentuan larangan perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
PHK buruh yang memiliki ikatan perwakilan dengan buruh. Pasal 153 UU Ciptaker
menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 bulan secara terus-
melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas
paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi
fisik, atau status perkawinan,10. Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat
kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat
5
Lebih lanjut ayat (2) dari pasal ini menyebut PHK yang dilakukan dengan
alasan tersebut di atas, atau dengan kata lain PHK tetap terjadi, maka PHK batal
demi hukum dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja/ buruh yang
dibenarkan undang-undang, maka PHK tersebut batal demi hukum dan pengusaha
wajib mempekerjakan kembali pekerja yang bersangkutan (Pasal 153 ayat [2] UU
pengusaha maupun pekerja malah diharuskan dengan segala upaya agar jangan
sampai terjadi PHK. Jika segala upaya telah dilakukan tetapi PHK tetap tidak
terhindarkan maka maksud PHK harus dirundingkan antara pengusaha dan pekerja
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan PHK adalah pengakhiran hak dan
6
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 lembaga yang dimaksud adalah Pengadilan
perdata.
upaya Bipartid yang dilakukan antara pekerja dan pengusaha sebagai pihak yang
maka hasil persetujuan itu mempunyai kekuatan hukum. Akan tetapi, apabila
Apabila anjuran dari Dinas Tenaga Kerja tidak diterima oleh salah satu atau
kedua belah pihak maka dapat diajukan ke P4D atau ke P4P. Hal ini dapat
putusan P4D atau P4P sudah dapat diterima oleh kedua belah pihak dan
mempunyai kekuatan hukum yang tetap maka dapat dimintakan fiat eksekusi ke
Pengadilan Negeri, supaya putusan itu dapat dijalankan. Di samping itu, upaya
hukum secara perdata, dapat dilakukan oleh pekerja, apabila putusan pengusaha
dalam menjatuhkan PHK karena efisiensi tidak dapat dibenarkan. Dalam arti belum
dilakukan langkah awal untuk menghindari efisiensi jumlah tenaga kerja. Secara
berdasarkan Pasal 1365 BW, yaitu “Tiap perbuatan melanggar hukum yang
membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
7
Sejak adanya Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
2003 (LN. Tahun 2004, No. 6, TLN. No. 4356), upaya hukum bagi pekerja yang
bipartid diatur dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 7 Undang Undang Nomor 2
Tahun 2004. Apabila tidak tercapai kesepakatan dengan cara bipartid maka pihak-
2. Mediasi
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral.
3. Konsiliasi
8
atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan
melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator. Konsiliasi
4. Arbitrase
adalah arbiter. Para arbiter ini dapat dipilih oleh para pihak yang berselisih dari
industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk
para pihak dan bersifat final. Arbitrase diatur dalam pasal 2 sampai dengan pasal
53 UUPPHI.
peradilan umum, yang dibentuk pada pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung.
Tugas pokok dari pengadilan adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta
9
Pengadilan Hubungan Industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutus :
Apabila isi keputusan tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak maka dapat
berlakunya adalah satu tahun sejak diundangkan. Ketentuan ini diundangkan pada
industrial ini akan menggantikan kedudukan P4D atau P4P sejak tanggal 14 Januari
2005.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pada uraian hasil analisis data dan hasil penelitian di atas,yaitu
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah salah satu hal dalam dunia
ketenagakerjaan yang paling dihindari dan tidak diinginkan oleh para pekerja /
buruh yang masih aktif bekerja. pemberian pesangon (menunjukkan jalan bagi
buruh yang diberhentikan itu untuk dapat dipekerjakan kembali dan memberi
PHK karena alasan alasan tertentu seperti yang telah diuraikan dalam UU No. 13
tahun 2003 pasal 153 ayat 1. RUU Cipta Kerja yang telah disahkan dalam Rapat
perwakilan dengan buruh. Dikutip dari naskah UU Ciptaker, Pasal 153 Ayat 1
Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh buruh-buruh yang dikenakan PHK
11
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 lembaga yang dimaksud adalah Pengadilan
Hubungan Industrial maka dapat dilakukan upaya ipartitetive atau upaya perdata.
pekerja dan pengusaha sebagai pihak yang terikat dalam hubungan kerja. Akan
Apabila anjuran dari Dinas Tenaga Kerja tidak diterima oleh salah satu atau
kedua belah pihak maka dapat diajukan ke P4D atau ke P4P. Hal ini dapat
industrial.
3.2 SARAN
paper ini,maka penulis dapat memberikan saran,yaitu dalam hal ini para
pengusaha harus memperhatikan hak-hak yang diterima oleh buruh yang sesuai
seperti pesangon. Dan apabila buruh tidak mendapatkan haknya dari phk tersebut
dapat melakukan upaya-upaya yang telah disebutkan diatas dan kami memiliki
dilakukan secara sepihak dan tak berkemanusiaan, bisa diviralkan dimana viralnya
12
DAFTAR PUSTAKA
Grafika
https://www.academia.edu/12445092/makalah_PHK
Irmina,Anna.2015.Sumber Daya Manusia Pemberhentian
Pegawai.Malang.(Diakses tanggal 16 November 2022)
http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/files/2016/02/Kel-11-
PEMBERHENTIAN-PEGAWAI.pdf
Cintya,Anak Agung.2016.Upaya Hukum Bagi Pekerja Yang Mengalami
Pemutusan Hubungan Kerja Akibat Tidak Dipenuhi Hak-Haknya Oleh
Perusahaan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomer 2 Tahun 2004
Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.Bali.
(Diakses tanggal 17 November 2022)
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/download/36818/22
304/
13