Rumah Sakit PDF

Bahan Kuliah 9:
Rumah Sakit
Agus Suwandono
Sekolah Pasca Sarjana DIKK UNDIP 2021
Diambil dari kuliah Alm Prof Asrul Azwar dan bahan-

bahan kepustakaan RS lainnya
Pelayanan Puskesmas
kesehatan Kendali mutu
masyarakat
Sub sistem
Pelayanan
kesehatan
Pelayanan Rumah Sakit
medis UUPK
Kebijakan Sistem
kesehatan kesehatan
Sub sistem Kendali biaya

Biaya
Biaya Askes
kesehatan
kesehatan SJSN
2
Pendahuluan
• Untuk mewujudkan keadaan sehat, perlu
diselenggarakan antara lain pelayanan
kesehatan (Blum, 1974)
• Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
yang diselenggarakan secara sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan yang ditujukan
kepada perorangan, keluarga, kelompok
serta masyarakat (Levey & Loomba, 1973)
3
Sumber: Blum H, 1974, Levey & Loomba, 1973; Azrul Azwar, 2012
Pelayanan kesehatan
• Pelayanan kesehatan banyak
macamnya. Secara sederhana
dibedakan atas dua macam
(Hodgetts & Cascio, 1983)
– Pelayanan kesehatan masyarakat

– Pelayanan pelayanan medis
4
Sumber: Hodgetts &Cascio, 1983; Azrul Azwar, 2012
Pelayanan medis
• Pelayanan medis adalah bagian dari pelayanan
kesehatan yang lebih memusatkan perhatiannya
pada upaya penyembuhan penyakit serta
pemulihan kesehatan
• Dahulu pelayanan medis terutama ditujukan hanya
terhadap perseorangan, tetapi pada saat ini
dengan perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran telah ditujukan pula terhadap keluarga
dan komunitas
– Pelayanan medis yang ditujukan terhadap keluarga
disebut pelayanan kedokteran keluarga (family medicine)
– Pelayanan medis yang ditujukan terhadap komunitas
disebut pelayanan kedokteran komunitas (community
medicine)
5
Sumber: Azrul Azwar, 2012
Sarana pelayanan medis
• Sarana kesehatan yang bertanggungjawab

menyelenggarakan pelayanan medis banyak
macamnya
– Rawat jalan : praktek dokter, klinik, polikilinik,
Puskemas
– Rawat inap : Puskemas dengan tempat tidur,
RS Bersalin, Rumah Sakit Umum, Rumah
Sakit Khusus
• Sarana kesehatan strata kedua dan ketiga
yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pelayanan medis disebut Rumah Sakit
6
Sumber: Rifaskes 2011, Azrul Azwar, 2012.
Sarana pelayanan medis di
Indonesia
PELAYANAN PELAYANAN KESEHATAN
KESEHATAN
STRATA MASYARAKAT MEDIS
(PEMERINTAH)
PEMERINTAH SWASTA
PERTAMA Puskesmas BPS, DPS
KEDUA Dinkes Kab/ RS Kab/Kota DSpPS, RS

Kota Swasta
KETIGA Dinkes Prop/ RS Prop/ DSp(K), RS
Depkes Pusat Swasta
7
Sumber: Rifaskes 2011, Azrul Azwar, 2012.
Rumah Sakit
• Rumah sakit adalah sarana kesehatan, yang
melalui tenaga kesehatan yang terorganisir
serta penyediaan pelbagai sarana medis dan
non medis yang permanen, menyelenggarakan
pelayanan medis dan keperawatan secara
berkesinambungan, termasuk pelayanan
diagnosis dan pengobatan pasien (AHA, 1974)
• Rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat (UU No 44 Tahun 2009
tentang Rumah sakit)
8
Sumber: AHA, 1974, UU 66.2009, Rifaskes 2011, Azrul Azwar, 2012.
Rumah Sakit
• Rumah sakit adalah semua sarana kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik yang
dilaksanakan selama dua puluh empat jam
melalui upaya kesehatan perorangan (Depkes,
2008)
• Dalam bahasa Inggeris disebut hospital, berasal
dari kata hostel (Perancis) yang berarti tempat
utk pengungsi yang sakit atau hospium/hospes
(Latin) atau hostel yang berarti tempat utk
menerima tamu. Bhs Belanda → Ziekenhuis
9
Sumber: Depkes ,2008, UU 66.2009, Azrul Azwar, 2012.
Sejarah perkembangan (1)
• Telah dikenal sejak jaman Mesir dan Yunani kuno.
Perawatan orang sakit terkait kegiatan keagamaan
yang dilaksanakan di tempat pemujaan. Asculapius
adalah dewa bangsa Yunani untuk penyembuhan.
Di Persia kuno RS sekaligus sbg tempat pendidkan
• Di Sri Lanka sekitar 6 abad SM, Roma sekitar 291
SM dan India sekitar 230 SM juga memiliki tempat
untuk merawat orang sakit
• Perkembangan agama Kristen memacu
pertumbuhan rumah sakit. The First Council of
Nicea tahun 325 mendesak gereja menyediakan
pelayanan kesehatan utk orang miskin
10
Sumber: AHA, 1974, Azrul Azwar, 2012.
Sejarah perkembangan (2)
• Perkembangan agama Islam makin memacu
perkembangan RS. RS umum cuma-cuma pertama
kali dibangun semasa Kalifah Harun Ar-Rasyid di
Baghdad. Di Tunisia th 830 dan di Mesir th 872
• Pada abad pertengahan banyak RS didirikan di
Eropah, Amerika, Afrika dan Asia (negara koloni).
Mula-mula terkait agama lalu agama&sosial (charity)
• Pada saat ini RS Pemerintah didirikan sebagai
bagian dari layanan umum, tetapi bagi yang
membenarkan, keikutsertaan swasta mendirikan RS
Swasta yang pengeloaannya bervariasi dari sosial,
semi komersial sampai sepenuhnya komersial
11
Sumber: AHA, 1974, Azrul Azwar, 2012.
Kânûn-u Sagir
(Little Canon)
Prof. Dr. Kadircan KESKiNBORA, Ph.D.
Bahçeşehir Univ. Schoolof Medicine

Istanbul - Turkey
Kânûn-u Sagir (Little Canon)
‘‘The book is consist of ten articles.’’
• Some of the interesting subtitles:

• Creation of body,
• The sections of science of medicine,
• Pulse (detailed, classified),
• Urine,
• Basic knowledges about the other organs of the body,
• The power of the food and beverage,
• Hygiene,
• Training the children,
• Moderation of the pregnants and breastfeeding mothers
Tugas Rumah Sakit
• Rumah sakit mempunyai
tugas memberikan
pelayanan kesehatan
perorangan secara
paripurna (UU No 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit)
18
Fungsi Rumah Sakit (1)
1. Menyelenggarakan pelayanan
pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit
2. Memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan melalui pelayanan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis
19
Sumber: UU 44.2009, Rifaskes 2011, Azrul Azwar, 2012.
Fungsi Rumah Sakit (2)
3. Menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka meningkatkan kemampuan dalam
memberikan pelayanan kesehatan
4. Menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan
20
Sumber: AHA, 1974, UU 44.2009, Rifaskes 2011, Azrul Azwar, 2012.
Tujuan Rumah Sakit
• Umum
– Meningkatnya derajat kesehatan
perseorangan dan masyarakat
• Khusus
1. Tersedianya pelayanan rawat jalan dan
rawat inap strata kedua dan ketiga
2. Terselenggaranya pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan
3. Terselengganya penelitian kesehatan
21
Kewajiban Rumah Sakit
1. Menjalankan “Good Coorperate
Governance”: penerapan fungsi-fungsi
manajemen umum RS yang baik dalam
pengelolaan RS melalui hospital by laws
2. Menjalankan “Good Clinical Governance” :
penerapan fungsi-fungsi manajemen klinis
RS yang baik sesuai standar pelayanan
medis dan standar operating prosedur
yang telah ditetapkan
22
Kegiatan Rumah Sakit
1. Menyelenggarakan pelayanan medis strata
kedua dan ketiga, baik secara rawat jalan
maupun rawat inap
2. Secara sendiri atau bekerjasama dengan
pelbagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan
lainnya menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan pelbagai katagori tenaga kesehatan
3. Secara sendiri atau bekerjasama dengan
pelbagai lembaga penelitian kesehatan lainnya
menyelenggarakan penelitian kesehatan
23
Jenis Rumah Sakit
1. Menurut jenis pelayanan : RS umum, RS
khusus
2. Menurut pengelolaan : RS publik, RS privat
3. Menurut keikutsertaan dalam pendidikan; RS
pendidikan, RS bukan pendidikan
4. Menurut pemilik : RS pemerintah, RS swasta
5. Menurut geografi: RS pusat, RS propinsi, RS
kabupaten
24
Klasifikasi Rumah Sakit (1)
• Rumah Sakit Umum
– Kelas A : 4 spesialis dasar, 5 spesialis
penunjang, 12 spesialis lain, 13 subspesialis
– Kelas B : 4 spesialis dasar, 4 spesialis
penunjang, 8 spesialis lain, 2 subspesialis
– Kelas C : 4 spesialis dasar, 4 spesialis
penunjang medis
– Kelas D : 2 spesialis dasar
25
Klasifikasi Rumah Sakit (2)
• Rumah Sakit Khusus
– Kelas A : spesialis dan subspesialis
lengkap
– Kelas B : spesialis dan subspesialis
terbatas
– Kelas C : spesialis dan subspesialis
minimal
26
Persyaratan Rumah Sakit (1)
1. Lokasi : kesehatan lingkungan, tata
ruang, studi kebutuhan dan kelayakan
2. Bangunan : syarat administratif, syarat
teknis serta memiliki sekurang-kurangnya
21 macam ruangan
3. Prasarana : memiliki sekurang-kurangnya
10 macam instalasi termasuk sistem
informasi dan komunikasi serta ambulan
27
Persyaratan Rumah Sakit (2)
4. Sumber daya manusia : medis,
penunjang medis, perawat, farmasi,
manajemen, non kesehatan
5. Kefarmasian : sedian farmasi dan alat
6. Peralatan : peralatan medis dan
peralatan non medis
28
Organisasi Rumah Sakit
1. Dewan Penyantun (Board of Trustees) terdiri
dari pemilik rumah sakit dan/atau
perseorangan yang ditunjuk dan bertanggung
jawab menetapkan kebijakan rumah sakit
2. Direksi Rumah Sakit (Boar of Directors) adalah
mereka yang diangkat dan bertanggungjawab
mengelola aspek non medis dari pelayanan
rumah sakit
3. Staf medis (Medical Staff) adalah tenaga
kesehatan yang bertanggungjawab mengelola
aspek medis dari pelayanan rumah sakit
29
Staf Rumah Sakit
1. Staf medis: bertanggungjawab menyelenggarakan
pelayanan medis di rumah sakit
– Tenaga medis : dr/drg, spesialis, sub-spesialis
– Tenaga paramedis : perawat, bidan, laboran,
nutrisionis, refraksionis, teknisi kesehatan,
rekam medis
2. Staf non medis: bertanggungjawab menyelengga-
rakan pelayanan non medis di rumah sakit
– Managerial : tenaga administrasi, keuangan,
kepengawaian, logistik, hukum, humas
– Non managerial (supporting) : tenaga dapur,
cuci pakaian, sanitarian, disposal, workshop,
general services, tempat ibadah, rumah duka
30
Tenaga Medis Rumah Sakit
1. Dokter tetap: bekerja sebagai pegawai rumah sakit
purna waktu dan mendapat imbalan berupa gaji
dari rumah sakit
2. Dokter tidak tetap: bekerja sebagai pegawai rumah
sakit paruh waktu dan mendapat imbalan berupa
honor dari rumah sakit
3. Dokter tamu: bekerja bukan sebagai pegawai
rumah sakit, melainkan hanya sebagai dokter tamu
dan mendapat imbalan dari jasa pelayanan yang
diselenggarakannya di rumah sakit
4. Dokter pegawai negeri: baik yang dipekerjakan (gaji
tetap dari pemerintah), maupun yang
diperbantukan (gaji dari rumah sakit) di RS Swasta.
Saat ini jumlahnya sudah berkurang
31
Pelayanan Medis Rumah Sakit
1. Menurut jenis keahlian: pelayanan medis
umum, pelayanan medis spesialistik
2. Menurut jenis perawatan : pelayanan rawat
jalan, pelayanan rawat inap
3. Menurut peranan dalam penyembuhan :
pelayanan medis, pelayanan penunjang medis
4. Menurut jenis tindakan: pelayanan medis
invasif, pelayanan medis non invasif
5. Menurut tingkat pencegahan: promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif
32
Unit Pelayanan Non Medis Rumah
Sakit
No Managerial No Non managerial
(supporting)
1 Tata Usaha 1 Kitchen
2 Keuangan 2 Laundry
3 Kepegawaian 3 Limbah
4 Logistik 4 Workshop
5 Legal/Hukum 5 General services
6 Security 6 Tempat ibadah
7 Humas/PR 7 Rumah duka 33
Manajemen Rumah Sakit (1)
1. Manajemen pelayanan medis
– Pelayanan medis: mencakup semua pelayanan
dan semua unit pelayanan
– Pelayanan penunjang medis: mencakup semua
pelayanan dan semua unit pelayanan
2. Manajemen pelayanan non medis
– Managerial : tatausaha, keuangan,
kepegawaian, logistik, legal/hukum, humas/PR,
keamanan
– Non managerial (supporting) : kitchen, laundry,
limbah, workshop, general services, tempat
ibadah, rumah duka
34
Manajemen Rumah Sakit (2)
• Manajemen Rumah Sakit bersifat luas

dan komplek
– Padat modal
– Padat teknologi
– Padat karya
• Sekalipun telah menggunakan pelbagai
kemajuan teknologi dalam bentuk
pelbagai peralatan canggih, namun
peranan manusia tetap penting
35
Manajemen Pelayanan Medis Rumah
Sakit
• Harus dilaksanakan sesuai dengan etika, standar dan
ketentuan rumah sakit
– Etika dan standar medis ditetapkan oleh Komite
Medis RS
– Etika dan standar keperawatan ditetapkan oleh
Komite Keperawatan RS
– Ketentuan rumah sakit ditetapkan oleh Direksi RS
– Tercantum dalam status Rumah Sakit (hospital by
laws) yang disahkan oleh Dewan Penyantun RS
• Perlu dilaksanakan program kendali mutu dan kendali
biaya
36
HASIL RISET FASILITAS KESEHATAN 2011
KOMPONEN RSU PEMERINTAH

JUMLAH RSU PEMERINTAH BERDASARKAN KELAS
350
300
250
323
200
150 201
100 145
50
16
0
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
JUMLAH RSU PEMERINTAH BERDASAR PEMILIK RS
500
450
446
400
350
300
250
200
150 136
100
14 44 44
50
1
0
Kemkes Pemprov Pemkab/ TNI/ Polri BUMN Lain-lain
Kota
0
20
30
40
50
60
70
80
10
75
JAWA TIMUR
JAWA TENGAH
SUMATERA UTARA
JAWA BARAT
SULAWESI SELATAN
SUMATERA SELATAN
ACEH
RIAU
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
DKI JAKARTA
KALIMANTAN BARAT
PAPUA
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
SULAWASI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
LAMPUNG
MALUKU
JAMBI
BENGKULU
BALI
MALUKU UTARA
KEP. RIAU
DI YOGYAKARTA
PAPUA BARAT
JUMLAH RSU PEMERINTAH MENURUT PROVINSI
BANTEN
NUSA TENGGARA BARAT
KEP. BANGKA BELITUNG
GORONTALO
3
SULAWESI BARAT
DISTRIBUSI RSU PEMERINTAH BERDASARKAN STATUS
AKREDITASI RS
400
336
350
300
250
209
200
150
72 68
100
50
0
Tidak Terakreditasi Terakreditasi 5 Jenis 12 Jenis Pelayanan Terakreditasi 16 Jenis
Pelayanan Pelayanan
DISTRIBUSI RSU PEMERINTAH TIDAK TERAKREDITASI
BERDASARKAN KELAS RS
90
76.6
80
70
60 52.9
50
40
30
20
7.6
10
0
0
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
SDM DI RSU PEMERINTAH
KEBERADAAN DOKTER UMUM, DOKTER GIGI,
PERAWAT, DAN BIDAN DI RSU PEMERINTAH
102
99.9 100
100 99
98
96
94
92 91.5
90
88
86
Dokter Umum Dokter gigi Bidan Perawat
20
40
60
80
20
40
60
80
0
0
100
120
100
120
100
100
ANAK
95
B
99
76
C
81
64
MEMILIKI SPESIALIS
D
48
75
• 75 % RSU PEMERINTAH
20
40
60
80
0
100
120
DKI JAKARTA
DI YOGYAKARTA
BALI
KEP. RIAU
JAWA TENGAH
BANTEN
NUSA TENGGARA BARAT
JAWA BARAT
JAMBI
ACEH
SUMATERA SELATAN
SULAWESI SELATAN
LAMPUNG
RIAU
JAWA TIMUR
KALIMANTAN TIMUR
SUMATERA BARAT
SUMATERA UTARA
DI RSU PEMERINTAH (%)
PAPUA
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
KETERSEDIAAN SPESIALIS ANAK
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI TENGAH
NUSA TENGGARA TIMUR
PAPUA BARAT
BENGKULU
MALUKU UTARA
MALUKU
INDONESIA
75.5
20
40
60
20
40
80
80
60
0
0
120
100
120
100
A
100
100
95
B
99
84
KANDUNGAN
C
91
KEBIDANAN DAN
73
MEMILIKI SPESIALIS
D
56
82
20
40
60
80
0
100
120
DKI JAKARTA
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI BARAT
SULAWESI SELATAN
LAMPUNG
JAMBI
JAWA TENGAH
SUMATERA BARAT
KEP. RIAU
DI YOGYAKARTA
KALIMANTAN SELATAN
JAWA BARAT
BANTEN
ACEH
JAWA TIMUR
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA UTARA
GORONTALO
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN BARAT
BENGKULU
PAPUA
RIAU
SUMATERA SELATAN
KETERSEDIAAN SPESIALIS KEBIDANAN
SULAWESI UTARA
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
MALUKU
DAN KANDUNGAN DI RSU PEMERINTAH (%)
INDONESIA
82.9
20
40
60
80
20
40
60
80
0
0
100
120
100
120
100
100
BEDAH
98
B
99
• 79,6 % RSU
78
PEMERINTAH
C
88
76
MEMILIKI SPESIALIS
D
51
77
20
40
60
80
0
100
120
DKI JAKARTA
BALI
SULAWESI BARAT
JAWA TENGAH
LAMPUNG
JAMBI
JAWA BARAT
KEP. RIAU
DI YOGYAKARTA
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGAH
SUMATERA BARAT
JAWA TIMUR
GORONTALO
KALIMANTAN SELATAN
BANTEN
ACEH
SUMATERA UTARA
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI UTARA
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN BARAT
RIAU
SULAWESI TENGGARA
PAPUA BARAT
KETERSEDIAAN SPESIALIS BEDAH
MALUKU
KALIMANTAN TENGAH
PAPUA
NUSA TENGGARA TIMUR
MALUKU UTARA
BENGKULU
INDONESIA
79.6
20
40
60
80
0
100
20
40
60
80
0
100
A
86
94
89
ANESTESI
B
90
• 48,8 % RSU
PEMERINTAH
40
C
43
62
MEMILIKI SPESIALIS
D
24
49
0.0
100.0
120.0
20.0
40.0
60.0
80.0
DKI JAKARTA
BALI
BANTEN
JAWA TENGAH
JAWA BARAT
JAWA TIMUR
JAMBI
KALIMANTAN TIMUR
KEP. RIAU
SULAWESI TENGAH
DI YOGYAKARTA
GORONTALO
ACEH
SUMATERA BARAT
NTB
PAPUA
SULAWESI SELATAN
LAMPUNG
SUMATERA UTARA
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI BARAT
SULAWESI UTARA
RIAU
KALIMANTAN SELATAN
NTT
MALUKU
SUMATERA SELATAN
KETERSEDIAAN SPESIALIS ANESTESI
KALIMANTAN TENGAH
MALUKU UTARA
BENGKULU
PAPUA BARAT
INDONESIA
48.8
20
40
60
80
20
40
80
60
0
0
100
100
120
120
A
100
100
80
B
84
34
C
31
37
MEMILIKI SPESIALIS
D
KULIT DAN KELAMIN
15
40
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
100
DKI JAKARTA
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
BALI
SULAWESI SELATAN
JAWA BARAT
JAWA TIMUR
GORONTALO
PAPUA BARAT
BANTEN
NTB
SUMATERA UTARA
SUMATERA SELATAN
SULAWESI UTARA
JAMBI
LAMPUNG
ACEH
KEP. RIAU
KALIMANTAN TIMUR
RIAU
SULAWESI TENGAH
NTT
KALIMANTAN BARAT
MALUKU UTARA
PAPUA
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TENGAH
SUMATERA BARAT
KELAMIN DI RSU PEMERINTAH (%)
BENGKULU
MALUKU
SULAWESI TENGGARA
KETERSEDIAAN SPESIALIS KULIT DAN

SULAWESI BARAT
39
INDONESIA
20
40
60
80
0
100
120
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
A
100
85.7
B
56.8
51
C
3
D
MEMILIKI SPESIALIS
REHABILITASI MEDIK
13.5 15.4 17.8

20
30
40
50
60
70
80
90
0
10
DKI JAKARTA
DI YOGYAKARTA
BANTEN
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
SULAWESI UTARA
RIAU
BALI
KALIMANTAN TIMUR
LAMPUNG
KALIMANTAN TENGAH
SUMATERA SELATAN
NTB
KALIMANTAN BARAT
PAPUA
PAPUA BARAT
KEP. RIAU
ACEH
MALUKU
NTT
SULAWESI SELATAN
KALIMANTAN SELATAN
SUMATERA BARAT
SUMATERA UTARA
JAMBI
MEDIK DI RSU PEMERINTAH (%)
BENGKULU
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU UTARA
KETERSEDIAAN SPESIALIS REHABILITASI
18
INDONESIA
20
40
60
80
0
100
120
20
40
60
80
0
100
120
THT
100
A
100
86
B
51
44
9
52
3
D
MEMILIKI SPESIALIS
62
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
100
BALI
KALIMANTAN TIMUR
JAWA TIMUR
JAWA BARAT
DI YOGYAKARTA
BENGKULU
SUMATERA UTARA
PAPUA BARAT
NTB
GORONTALO
RIAU
KETERSEDIAAN SPESIALIS
SULAWESI SELATAN
LAMPUNG
DKI JAKARTA
SUMATERA BARAT
KEP. RIAU
KALIMANTAN BARAT
MALUKU
SULAWESI TENGGARA
ACEH
SULAWESI TENGAH
JAMBI
TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN (THT)
BANTEN
KALIMANTAN SELATAN
MALUKU UTARA
NTT
JAWA TENGAH
SULAWESI BARAT
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
PAPUA
51
INDONESIA
10
15
20
25
30
10
20
30
40
0
5
0
A
29
37.5
16
B
10.3
3
C
2.8
4
D
1.5
SUBSPESIALIS PARU
9
MEMILIKI SPESIALIS/
10
12
14
16
18
20
0
2
4
6
8
KEP. RIAU
ACEH
DKI JAKARTA
BALI
BANTEN
DI YOGYAKARTA
SUMATERA BARAT
JAWA TIMUR
JAMBI
LAMPUNG
MALUKU
KALIMANTAN BARAT
PAPUA
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
SUMATERA UTARA
RIAU
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
NTB
NTT
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
5
KETERSEDIAAN SPESIALIS/SUB SPESIALIS PARU
INDONESIA
0.0
100.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
DI YOGYAKARTA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
KALIMANTAN TIMUR
DKI JAKARTA
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
BALI
ACEH
JAWA TENGAH
JAWA BARAT
NUSA TENGGARA BARAT
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI TENGAH
LAMPUNG
JAWA TIMUR
PEMERINTAH (%)
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN TENGAH
SUMATERA SELATAN
BANTEN
JAMBI
KALIMANTAN SELATAN
KEP. RIAU
SUMATERA UTARA
RIAU
BENGKULU
SULAWESI UTARA
NUSA TENGGARA TIMUR
PAPUA
KETERSEDIAAN FISIOTERAPIS DI RSU
MALUKUUTARA
PAPUA BARAT
MALUKU
INDONESIA
81.8
PERSENTASE KEPEMILIKAN RSU PEMERINTAH MENURUT
KETERSEDIAAN DOKTER PELAYANAN MEDIK SPESIALISTIK DASAR
120
100
100 95 98 95 95
82 78 84 84 82
77 75
80 76 74 76 73
64 SpPD
60
SpB
SpA
40
SpOG
20
0
Kementerian PemProv PemKab/Kot TNI/POLRI BUMN
Kesehatan
SARANA DAN PRASARANA RUMAH SAKIT
KETERSEDIAAN TELEPON BERDASARKAN KELAS
RSU PEMERINTAH
120
100 100 97.2
100 93.6
82.6
80
60
Telepon
40
20
0
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D TOTAL
JUMLAH TEMPAT TIDUR RSU PEMERINTAH BERDASARKAN
KELAS
Jumlah TT
45000
39622 37650
40000
35000
30000
25000
20000 12859
15000
10908
10000
5000
0
JUMLAH TEMPAT TIDUR BERDASARKAN KEPEMILIKAN
RSU PEMERINTAH
Jumlah TT
70000
60000 58322
50000
40000
30000
20000 15871 12521

10122
10000 4203
0
KemKes PemProv PemKab/Kot TNI/POLRI Lain-Lain
(BUMN, dll)
PELAYANAN RUMAH SAKIT
KEBERADAAN KLINIK DI RSU PEMERINTAHnik
120
100 96.9
80
60
40
20
4.7
0
Tb
KETERSEDIAAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TB
120
100
100
85.4
74.1
80
53.3
60
40
20
0
PEMERIKSAAN SKORING TB ANAK
120
100
100
80
67.8
60
45.9 34.2
40
20
0
KEBERADAAN UGD DI RSU PEMERINTAH
RSU (%) 100

90.7
120 90 84.2 85.8
99.6
80 76.7
100
70
80 60
50 44.4
60 40
30
40
20
20 10
0
0 Ambulan Alkom Alkom Diklat Tiap Kecukupan
tanpa Internal Eksternal Tahun airbersih
UGD mundur
KEBERADAAN RUANGAN UGD RSU PEMERINTAH
100
RSU (%)
90 87.4
120
99.6
80 76.2
100 72.7
70 65
61.7
80 60
50
60
40
40
30
20 20
10
0
UGD 0
Triage Resusitasi Tindakan Observasi Tunggu
KARAKTER IGD RSU PEMERINTAH
100
90.7
90 84.2 85.8
80 76.7
71.1
70 63
60
50 44.4
40
30
20
10
0
Ambulan Alkom Alkom Kecukupan SPO Gadar SPO Gadar Diklat Tiap
Tanpa Internal Eksternal Air Bersih Anak Dewasa Tahun
Mundur
RUANGAN TERPISAH DI UNIT GAWAT DARURAT
100
90 87.4 88.1
84.1
80 76.2
72.7
70 65
61.7
60
50
40
30
20
10
0
Triage Resusitasi Tindakan Obs Tunggu Toilet Toilet
Petugas Pengunjung
PELAYANAN BEDAH
100
90
80
70
60
50
100 98.6 97.5
89.2
40
68.2
30
20
10
0
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D INDONESIA
KAMAR OPERASI
105
100 100 99.4

100
94.9
95
90
85 83.6
80
75
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D INDONESIA
KOMPONEN KAMAR OPERASI
90 84 84.3
79.7 77.5
80 75.6
66.6 68.8 68.1
70
60
50
40 37.2 37.9
30
20
10
0
Kamar Kamar Ruang Alat Ruang Ruang Ruang Alat Zona Pintu Loker Kontak Luar
Induksi Pemulihan Ganti Istirahat Bekas Pakai Pemisah Jenazah
PERAWATAN INTENSIF
70
60 57.7 56.9
50
40
30
20.1
20 14.9
12.8
9.3
10
0
Perawatan Intensivist ICU PICU NICU CICU/ICCU
Intensif
LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
100 93.7 105
90 100
100 99.3
80
70 95.4
95
60
50 90
86.5
40
85
30
20
80
10
0 75
Lab PK Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
100 93.7 120
90
100 97.2 93.8
80
70
80
60
58.4
50 60
40
40 37.6
30
20
20
10
0 0
Lab PK Kepala Listrik 24 Air bersih Program
SpPK Jam mengalir Diklat
0.0
100.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
JAMBI
BENGKULU
JAWA BARAT
DI YOGYAKARTA
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
PAPUA BARAT
JAWA TIMUR
JAWA TENGAH
SUMATERA SELATAN
ACEH
RIAU
SUMATERA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
INDONESIA
93.7
LAMPUNG
KEP. RIAU
KALIMANTAN SELATAN
DKI JAKARTA
PAPUA
MALUKU
MALUKU UTARA
PERSENTASE RSU PEMERINTAH YANG MEMILIKI
SUMATERA UTARA
BANTEN
PELAYANAN LABORATORIUM MENURUT PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI UTARA
0.0
100.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
90.0
80.0
ACEH
SUMATERABARAT
SUMATERA SELATAN
LAMPUNG
DKI JAKARTA
DI YOGYAKARTA
BANTEN
BALI
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI TENGAH
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
PAPUABARAT
PAPUA
JAWATIMUR
JAWATENGAH
JAWABARAT
SUMATERAUTARA
INDONESIA
97.2
SULAWESI SELATAN
RIAU
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI TENGGARA
BENGKULU
PERSENTASE LAB PK RSU PEMERINTAH YANG
JAMBI
SULAWESI UTARA
MEMILIKI LISTRIK 24 JAM, MENURUT PROVINSI
KEP. RIAU
MALUKUUTARA
NUSA TENGGARA BARAT
KALIMANTAN TENGAH
0.0
20.0
30.0
40.0
60.0
70.0
80.0
10.0
50.0
90.0
DKI JAKARTA
BALI
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA BARAT
PROVINSI
JAWA TIMUR
SUMATERA BARAT
LAMPUNG
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN BARAT
INDONESIA
27.3
SULAWESI SELATAN
SUMATERA UTARA
KALIMANTAN TIMUR
ACEH
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI UTARA
GORONTALO
BANTEN
SULAWESI TENGAH
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
KEP. RIAU
PAPUA BARAT
MALUKU
BENGKULU
PERSENTASE RSU PEMERINTAH YANG PERNAH
SULAWESI TENGGARA
RIAU
JAMBI
NUSA TENGGARA BARAT
MELAKUKAN AKREDITASI LABORATORIUM MENURUT
SULAWESI BARAT
MALUKU UTARA
PAPUA
PERSENTASE RSU PEMERINTAH MENURUT JENIS AKREDITASI
LABORATORIUM MENURUT PROVINSI
90.0
79.6
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
17.4
20.0
10.0
2.4
0.6
0.0
KARS ISO 15189 ISO 17025 Lainnya
PERSENTASE RSU PEMERINTAH YANG MELAKUKAN
PEMERIKSAAN ANTI HIV, MENURUT KELAS RSU
100.0
90.0
80.0
70.0
60.0 100.0
50.0
87.3
40.0
69.1
30.0
20.0 46.2
10.0
0.0
Kelas A Kelas B Kelas C Kleas D
0.0
100.0
10.0
20.0
30.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
40.0
DKI JAKARTA
MALUKU
BALI
KALIMANTAN TIMUR
BANTEN
KALIMANTAN BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
KEP. RIAU
JAWA TIMUR
JAWA TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
LAMPUNG
RIAU
SUMATERA SELATAN
INDONESIA
67.7
GORONTALO
PAPUA BARAT
PAPUA
JAWA BARAT
SULAWESI SELATAN
SUMATERA UTARA
NUSA TENGGARA BARAT
ACEH
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
JAMBI
DI YOGYAKARTA
PEMERIKSAAN ANTI HIV, MENURUT PROVINSI
SULAWESI UTARA
MALUKU UTARA
SUMATERA BARAT
BENGKULU
SULAWESI BARAT
PEMERIKSAAN ANTI HIV, MENURUT JENIS PEMERIKSAAN
120.0
97.9
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
6.8 8.2 2.1
0.0
Rapid Test Elisa Manual Elisa Otomatis PCR
Jenis Pemeriksaan
PME RUTIN
70.0 60.8 59.4
60.0
50.0
40.0 25.9 29.2 29.8
30.0
20.0
10.0
0.0
HEMATOLOGI KIMIA KLINIK IMUNOSEROLOGI PARASITOLOGI URINALISA
PME RUTIN
PERSENTASE RSU PEMERINTAH YANG MELAKUKAN PMI
RUTIN
50.0
45.0
40.0
35.0
46.7 49.1
30.0
25.0
20.0
24.1
15.0 18.3 21.4
10.0 13.9 12.4 15.8
5.0
0.0
MALARIA
HEMOSTASIS
HEMATOLOGI
NAPZA
KIMIA KLINIK
URINALISA
IMUNOSEROLOGI
MIKROBIOLOGI
PMI LENGKAP
PELAYANAN RADIOLOGI
100 93.6
54
90 52.3
52
80
70 50
60 48
50 46.6
46
40
44.1
30 44
20
42
10
0 40
Radiologi Dipimpin SpR Peralatan Obat Basic
Basic Life Life Support
Support
PELAYANAN FARMASI
120 90
83
99.7 80
100
70
80 60 57.5
50
60
40
33.1
40 30
22.8
20 20
10
0
0
Farmasi R. Produksi Lemari khusus Sistem Memiliki
narkotika Informasi Formularium
terkunci kesalahan
PERSENTASE RSU PEMERINTAH MENURUT JENIS OBAT
YANG DIRESEPKAN PADA 2011
40
36.3 35.21
35
31.1
29.58
30 27.42
25.8
25
20
15 Pasien Dewasa
10 Pasien Anak
6.8 7.78
5
0
Generik Esensial Branded Essential
Branded
Jenis Obat
INSTALASI GIZI RSU PEMERINTAH
100 92.6
70
62.9
90
60 55.5
80
50
70
39.6
60 40
50 30
40
20
30
20 10
10 0
0 Petugas dilatih Mampu Survei Kepuasan
Instalasi Gizi Tata Laksana membuat Gizi
Gibur formula khusus
anak Gibur
PELAYANAN REHABILITASI MEDIK RSU PEMERINTAH
80 100
72.2 91.9
70 90
80
60
70 66.1
50 60
40 50
30 40
30 27.9
20 21.7 19.7
20 12.4
10 10
0 0
Dipimpin Ortotik Pemeriksaan Fisioterapi Terapi Terapi Wicara
Rehab. Medik SpRM Prostetik Okupasi
PELAYANAN REKAM MEDIS RSU PEMERINTAH
120
90
95.8 82.7
100 78.9
80
71.3 72.1
70 68.1
80
60
52.8
60 50 45 46.9
40
40
30
20 20
10
0
Rekam Medis 0
Kepala Pengolah BPPRM Master Back Up RM Audit RM Audit RM
RMIK Data RMIK Database Data Terpisah Kualitatif kuantitatif
Pasien
PELAYANAN PENYEDIAAN DARAH RSU PEMERINTAH
60
100
50 48.4 86
90 85.5
80
40 70.1
70 67.7
64.7
30 60
50
20
40
10 30
20
0
10
Unit
Penyediaan 0
Dipimpin Dokter Pelayanan 24 Jam R. Penyimpanan Lab. Skrining R. Donor Darah
Darah Darah Darah
PELAYANAN CSSD (1)
100
93.6
25 90
23.2
80 75 74.4
20
70 65.4
60
15
50
10 40
30
5
20
10
0
CSSD 0
Dekontaminasi Pengemasan Processing Sterilisasi
PELAYANAN CSSD (2)
90
25 80 78.2
23.2
73.3
70 67.9
20 60
60
15 50
40
10 30
20
5
10
0
0 Loket Penerimaan Loket Pengabilan Gudang Gudang
dan Sortir Penerimaan Penyimpanan
CSSD Barang Baru Bahan Steril
RUANGAN PELAYANAN BINATU (1)
100 70
63.1 64.9
86.7 62.6
90
60 56.8
80 53.3
51.3
70 50
60
40
50
40 30
30
20 20
10
10
0
Binatu 0
sendiri Linen Kotor Linen Bersih Peniris Perlengkapan Perlengkapan
kebersihan cuci
Setrika
RUANGAN PELAYANAN BINATU (2)
100 70 65.6
86.7
90
60
80
70 50
41.8
60 39.8
40
50 33.2
40 30
30
20
20
10 10
0
0
Binatu Linen Infeksius Mesin cuci Infeksius Alat Cuci Cukup Pre Treatment
Terpisah Terpisah
sendiri
PELAYANAN PEMULASARAAN JENAZAH
80 100 92.7
66.8
70 90
80
60 68.7
70
50
60
40 50 47.1
30 40 36
20 30
20
10
10
0
Pemulasaraan 0
jenazah Lemari pendingin Saluran tertutup Air untuk R. Otopsi Khusus
jenazah limbah memandikan
jenazah
ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN RSU PEMERINTAH
120
100 97.8
95.4
90.5 91.1 89.8 87.7
78.7 78.4 80
80
62.6
60
48.2
40
29.1
20
0 SPO 10 SPO 10 Petunjuk Implementasi Struktur Pertemuan Hospital by Unit Laporan Profil 2010 Papan LAKIP
penyakit rajal penyakit ranap lokasi sistem jaga organisasi RS berkala laws penanganan keuangan informasi
mutu keluhan
KESELAMATAN PASIEN
60
50.7
50
40
30
20 18.2
13.6
10 8.8
0
Unit Penanganan Data Kejadian Tidak Data Kejadian Nyaris Data Kejadian
Medikolegal dan Diharapkan Cedera Sentinel
Etikolegal
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RS – K3RS
100
90 86.3
80
70
60
50.9 48.6
50
40.3 38.9 41.1
40
32.2 24.8
30 25.2 23.5
20
10
0
Ketentuan SPO Sistem alarm Peta tempat APAR di Pedoman K3RS Ketentuan Pengecekan Pengecekan Evaluasi mutu
tertulis penggunaan kebakaran beresiko ruangan penanganan profesional profesional non program K3RS
pengadaan APD kontaminasi struktur struktur
barang dan jasa bahan beracun bangunan bangunan
berbahaya
PENGELOLAAN LIMBAH RSU PEMERINTAH
80 73. 100
7 90 85.9
70 81
80
60 66.7
70
50 60
40 50
38.9
30 40
30
20
20
10 10
0 0
Unit Pengelola IPAL Insinerator Safety box Needle
Limbah destroyer
PROMOSI KESEHATAN DI RUMAH SAKIT SAKIT
80
73.6
70
60
52
50
44
40
38.8
31.8
30 27.5
20 17.6
15.4
12.5
10.6
10
0
Kebijakan Anggaran Penyuluhan Spanduk Pembinaan Tidak ada alat 1-3 alat 4-6 alat 7-9 alat 10-12 alat
tertulis promkes kelompok puskesmas promkes promkes promkes promkes promkes
promkes
Kegiatan PKRS Kategori Peralatan Pomkes
KEGIATAN JAMKESMAS
90
80 77.7 78.1
70
60 56.7
51.1 52.7
50
40
30
20
10
0
Unit Pengelola Verifikator Penanganan Laporan Verifikator
Jamkesmas Jamkesmas Keluhan pengguna Jamkesda
Masyarakat rujukan
Miskin jamkesmas
PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI
KOMPREHENSIF
KOMPONEN PONEK DI RSU PEMERINTAH
KRITERIA UMUM RS PONEK (1) *)
• Ada dokter jaga terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik
secara umum maupun emergensi obstetrik – neonatal.
• Dokter telah mengikuti pelatihan tim PONEK
• Bidan telah mengikuti pelatihan tim PONEK
• Perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK
• Mempunyai standard operating prosedur penerimaan dan penanganan
pasien kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal.
• Mempunyai respon time di UGD selama 10 menit
• Mempunyai respon time di kamar bersalin kurang dari 30 menit
• Mempunyai respon time pelayanan darah kurang dari 1 jam.
• Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi,
bila ada kasus emergensi obstetrik atau umum.
*) Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

(PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit,
KRITERIA UMUM RS PONEK (2) *)
• Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu

kurang dari 30 menit
• Memiliki tim yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas
sewaktu-waktu, meskipun on call
• Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain
dokter kebidanan, dokter anak, dokter/petugas anestesi, dokter penyakit
dalam, dokter spesialis lain, dokter umum, bidan dan perawat.
• Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam
• Laboratorium 24 jam
• Radiologi 24 jam
• Recovery room 24 jam
• Obat dan alat penunjang yang selalu siap sedia.
*) Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

(PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit,
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
BALI
BANTEN
NTB
DKI JAKARTA
NTT
GORONTALO
JAMBI
SUMATERA BARAT
JAWA TIMUR
DI YOGYAKARTA
KEP. RIAU
SULAWESI SELATAN
JAWA TENGAH
SUMATERA SELATAN
LAMPUNG
SULAWESI TENGAH
JAWA BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
RIAU
SUMATERA UTARA
17 KRITERIA UMUM PONEK (%)
ACEH
BENGKULU
waktu tanggap (kamar bersalin, pelayanan darah, UGD) KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI BARAT
PROPORSI RSU PEMERINTAH MEMENUHI
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
Catatan : RSU yang tidak memiliki data waktu tanggap dianggap tidak memenuhi
PAPUA
7.6
INDONESIA
9 KRITERIA UMUM PONEK
• Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk melakukan operasi,
bila ada kasus emergensi obstetrik atau umum.
• Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu
kurang dari 30 menit
• Memiliki tim yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas
sewaktu-waktu, meskipun on call
• Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK
• Radiologi 24 jam
100.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
BALI
DI YOGYAKARTA
JAMBI
DKI JAKARTA
NUSA TENGGARA TIMUR
JAWATENGAH
JAWATIMUR
BANTEN
NUSA TENGGARA BARAT
JAWABARAT
RIAU
SUMATERA SELATAN
SUMATERABARAT
KALIMANTAN BARAT
LAMPUNG
KALIMANTAN TIMUR
GORONTALO
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SUMATERAUTARA
PAPUA
9 KRITERIA UMUM PONEK (%)
KEP. RIAU
ACEH
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
KALIMANTAN SELATAN
BENGKULU
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKUUTARA
PAPUABARAT
INDONESIA
21.0
9 KRITERIA UMUM + 2 KRITERIA KHUSUS PONEK
KRITERIA UMUM
• Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam)
• Kamar bersalin mampu menyiapkan operasi dalam waktu < 30 menit
• Memiliki tim yang siap melakukan operasi atau melaksanakan tugas sewaktu-
waktu, meskipun on call
• Dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK
• Radiologi selama 24 jam
KRITERIA KHUSUS
▪ Tim PONEK esensial
▪ Protokol Pelaksanaan dan Uraian Tugas
5
0
10
15
20
25
30
40
45
50
35
BALI
DI YOGYAKARTA
JAMBI
NTB
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
NTT
SUMATERA SELATAN
SUMATERA BARAT
BANTEN
RIAU
JAWA BARAT
DKI JAKARTA
GORONTALO
LAMPUNG
KALIMANTAN TIMUR
11 KRITERIA PONEK (%)
KEP. RIAU
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGAH
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
SUMATERA UTARA
KALIMANTAN BARAT
PAPUA
ACEH
BENGKULU
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
16
INDONESIA
0
10
20
30
40
60
70
80
90
50
JAMBI
BALI
LAMPUNG
JAWA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
SUMATERA BARAT
BANTEN
SULAWESI BARAT
DKI JAKARTA
JAWATIMUR
PAPUA
DI YOGYAKARTA
TERLATIH PONEK (%)
SULAWESI TENGAH
JAWA TENGAH
SULAWESI SELATAN
NUSA TENGGARA BARAT
ACEH
RIAU
SUMATERA SELATAN
KEP. RIAU
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
MALUKU UTARA
BENGKULU
SUMATERA UTARA
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN DOKTER

SULAWESI UTARA
MALUKU
PAPUA BARAT
INDONESIA
52.7
0
10
20
40
50
60
70
80
90
30
JAMBI
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
SUMATERA BARAT
LAMPUNG
JAWA BARAT
BALI
BANTEN
SULAWESI TENGAH
JAWATIMUR
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
TERLATIH PONEK (%)
SULAWESI SELATAN
DKI JAKARTA
NUSA TENGGARA BARAT
KALIMANTAN BARAT
ACEH
KALIMANTAN SELATAN
PAPUA
RIAU
KEP. RIAU
SUMATERA SELATAN
SULAWESI UTARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU UTARA
KALIMANTAN TIMUR
MALUKU
SULAWESI TENGGARA
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN PERAWAT
SUMATERA UTARA
BENGKULU
PAPUA BARAT
INDONESIA
53.3
20
40
60
80
0
100
120
BALI
DI YOGYAKARTA
NUSA TENGGARA BARAT
DKI JAKARTA
JAWATIMUR
JAMBI
JAWA BARAT
BANTEN
SULAWESI BARAT
SULAWESI TENGAH
JAWA TENGAH
NUSA TENGGARA TIMUR
LAMPUNG
KALIMANTAN TIMUR
TERLATIH PONEK (%)
GORONTALO
SULAWESI SELATAN
PAPUA
SULAWESI UTARA
SUMATERA UTARA
SUMATERA SELATAN
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
ACEH
KALIMANTAN SELATAN
BENGKULU
RIAU
SULAWESI TENGGARA
MALUKU
PAPUA BARAT
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN BIDAN
KEP. RIAU
MALUKU UTARA
INDONESIA
50.4
10
20
30
40
50
70
80
90
60
0
BALI
GORONTALO
LAMPUNG
DKI JAKARTA
BANTEN
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
JAWATENGAH
JAWATIMUR
JAWABARAT
SUMATERA SELATAN
PAPUA
SUMATERA BARAT
SUMATERA UTARA
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGAH
JAMBI
DI YOGYAKARTA
KALIMANTAN BARAT
RIAU
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
ACEH
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI UTARA
BENGKULU
MALUKU
KALIMANTAN TENGAH
KEP. RIAU
PENDELEGASIAN WEWENANG TERTENTU (%)

SULAWESI BARAT
MALUKU UTARA
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN PROSEDUR
PAPUA BARAT
INDONESIA
35.3
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN KESIAPAN KAMAR
BERSALIN MAMPU OPERASI DALAM WAKTU < 30 MENIT (%)
120
100
80
59.1
60
40
20
0
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN KEBERADAAN
TIM SIAP OPERASI MESKIPUN ON CALL (%)
100
90
80 72.3
70
60
50
40
30
20
10
0
100
0
10
20
40
50
60
70
80
90
30
BALI
KALIMANTAN TENGAH
NUSA TENGGARA BARAT
LAMPUNG
JAMBI
KALIMANTAN BARAT
GORONTALO
SULAWESI BARAT
JAWATENGAH
NUSA TENGGARA TIMUR
ACEH
DKI JAKARTA
JAWABARAT
DI YOGYAKARTA
JAWATIMUR
BANTEN
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGAH
PELAYANAN DARAH 24 JAM (%)
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
SUMATERA UTARA
MALUKU UTARA
KALIMANTAN SELATAN
PAPUA BARAT
RIAU
SULAWESI UTARA
KEP. RIAU
BENGKULU
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN KESIAPAN
MALUKU
PAPUA
SULAWESI TENGGARA
INDONESIA
54.2
PELAYANAN LABORATORIUM 24 JAM (%)
120
100
80
63.9
60
40
20
0
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN
KESIAPAN PELAYANAN RADIOLOGI 24 JAM (%)
120
100
80
57.8
60
40
20
0
100
0
10
20
40
50
60
70
90
30
80
BALI
JAWA TIMUR
DI YOGYAKARTA
JAMBI
DKI JAKARTA
JAWA TENGAH
NUSA TENGGARA BARAT
GORONTALO
SUMATERA BARAT
LAMPUNG
KALIMANTAN TENGAH
ACEH
BANTEN
KEP. RIAU
JAWA BARAT
SULAWESI TENGAH
NUSA TENGGARA TIMUR
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
RIAU
SUMATERA UTARA
RUANG PEMULIHAN 24 JAM (%)
SULAWESI SELATAN
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI TENGGARA
PAPUA
SULAWESI UTARA
BENGKULU
MALUKU
PAPUA BARAT
MALUKU UTARA
SULAWESI BARAT
52.4
INDONESIA
100
120
0
20
40
60
80
BALI
LAMPUNG
DI YOGYAKARTA
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
ACEH
KALIMANTAN TENGAH
JAWA TIMUR
SULAWESI TENGAH
JAWA TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
JAMBI
DKI JAKARTA
PAPUA
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
SUMATERA BARAT
JAWA BARAT
SULAWESI SELATAN
SULAWESI UTARA
BANTEN
KEP. RIAU
SULAWESI TENGGARA
RIAU
SUMATERA UTARA
KALIMANTAN BARAT
GORONTALO
FARMASI DAN ALAT PENUNJANG 24 JAM (%)

MALUKU
SULAWESI BARAT
MALUKU UTARA
BENGKULU
PAPUA BARAT
INDONESIA
66.1
0
20
30
40
50
60
70
80
10
NUSA TENGGARA BARAT
DI YOGYAKARTA
BANTEN
JAWA BARAT
BALI
DKI JAKARTA
JAMBI
JAWA TIMUR
ACEH
JAWA TENGAH
SUMATERA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
SUMATERA SELATAN
SULAWESI SELATAN
PAPUA
KALIMANTAN TENGAH
RIAU
SUMATERA UTARA
LAMPUNG
KALIMANTAN TIMUR
PROTOKOL PELAYANAN PONEK (%)
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI TENGAH
KEP. RIAU
KALIMANTAN BARAT
GORONTALO
SULAWESI UTARA
MALUKU UTARA
BENGKULU
MALUKU
SULAWESI TENGGARA
SULAWESI BARAT
PAPUA BARAT
34
INDONESIA
100
0
10
20
40
50
60
70
80
90
30
NUSA TENGGARA TIMUR
JAMBI
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
SULAWESI TENGAH
JAWA BARAT
JAWA TIMUR
LAMPUNG
KALIMANTAN TENGAH
SUMATERA BARAT
BANTEN
ACEH
RIAU
TIM PONEK ESENSIAL (%)

SUMATERA SELATAN
DKI JAKARTA
SULAWESI SELATAN
GORONTALO
PAPUA
SUMATERA UTARA
SULAWESI UTARA
MALUKU UTARA
MALUKU
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI TENGGARA
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TIMUR
PAPUA BARAT
KEP. RIAU
BENGKULU
SULAWESI BARAT
INDONESIA
43.2
PP NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU
IBU EKSKLUSIF (PASAL 32)
→ 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI
• Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada semua
staf pelayanan kesehatan.
• Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan menyusui
• Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manajemen
menyusui
• Membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (enam puluh) menit pertama
persalinan.
• Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun Ibu
dipisah dari bayinya.
• Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis.
• Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24 (dua puluh
empat) jam.
• Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi
• Tidak memberi dot kepada bayi
• Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk ibu kepada
kelompok tersebut setelah keluar dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
DALAM RIFASKES
→ 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI
• Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada

semua staf pelayanan kesehatan.
• Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebijakan
menyusui
• Catatan Ibu Hamil berdiskusi mengenai ASI dan manajemen laktasi
• Membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (enam puluh) menit pertama
persalinan.
• Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun
Ibu dipisah dari bayinya.
• Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis.
• Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24 (dua
puluh empat) jam.
• Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi
• Bayi sesegera mungkin kontak dengan ibu setelah melahirkan
• Klinik Laktasi
0
5
10
15
20
25
30
35
NTB
SUMATERA BARAT
SUMATERA SELATAN
BALI
RIAU
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
NTT
BANTEN
JAWA TIMUR
DKI JAKARTA
DI YOGYAKARTA
KALIMANTAN TIMUR
SUMATERA UTARA
JAWA BARAT
JAMBI
LAMPUNG
MALUKU
JAWA TENGAH
10 KOMPONEN RS SAYANG BAYI
SULAWESI SELATAN
ACEH
BENGKULU
KEP. RIAU
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA
8
INDONESIA
100
120
0
20
40
60
80
NUSA TENGGARA BARAT
DKI JAKARTA
NUSA TENGGARA TIMUR
BANTEN
JAWA TENGAH
KALIMANTAN TIMUR
JAMBI
BALI
JAWA BARAT
JAWA TIMUR
SULAWESI TENGAH
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN SELATAN
LAMPUNG
SUMATERA UTARA
SULAWESI SELATAN
DI YOGYAKARTA
RIAU
SUMATERA BARAT
SULAWESI TENGGARA
PAPUA
SULAWESI UTARA
MALUKU
GORONTALO
KALIMANTAN TENGAH
BENGKULU
KALIMANTAN BARAT
KEP. RIAU
ACEH
PAPUA BARAT
SULAWESI BARAT
KEBIJAKAN TERTULIS MENGENAI ASI EKSKLUSIF (%)
MALUKU UTARA
55
INDONESIA
100
120
0
20
40
60
80
NUSA TENGGARA BARAT
DI YOGYAKARTA
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
BANTEN
SUMATERA SELATAN
BALI
KALIMANTAN TIMUR
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
LAMPUNG
KALIMANTAN TENGAH
SUMATERA BARAT
KEP. RIAU
SULAWESI TENGAH
MALUKU
RIAU
DALAM PELATIHAN ASI EKSKLUSIF (%)
SUMATERA UTARA
SULAWESI SELATAN
PAPUA
JAMBI
GORONTALO
ACEH
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
PAPUA BARAT
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGGARA
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN KEIKUTSERTAAAN
MALUKU UTARA
BENGKULU
SULAWESI BARAT
INDONESIA
52.3
0
20
30
40
50
60
70
80
90
10
NUSA TENGGARA BARAT
DKI JAKARTA
BALI
BANTEN
KALIMANTAN TIMUR
JAWA TENGAH
SUMATERA BARAT
LAMPUNG
JAWA TIMUR
PAPUA BARAT
JAMBI
SUMATERA SELATAN
SUMATERA UTARA
SULAWESI BARAT
JAWA BARAT
KALIMANTAN TENGAH
DI YOGYAKARTA
NUSA TENGGARA TIMUR
MALUKU
KALIMANTAN SELATAN
RIAU
GORONTALO
PAPUA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI UTARA
ACEH
SULAWESI SELATAN
IBU HAMIL BERDISKUSI MENGENAI ASI EKSKLUSIF (%)
BENGKULU
SULAWESI TENGGARA
KALIMANTAN BARAT
KEP. RIAU
MALUKU UTARA
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN KEBERADAAN CATATAN
INDONESIA
32.6
100
120
0
20
40
60
80
DI YOGYAKARTA
BANTEN
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI TENGAH
JAWA TENGAH
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
JAWA BARAT
JAWA TIMUR
SULAWESI TENGGARA
MALUKU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BALI
KALIMANTAN TIMUR
DKI JAKARTA
RIAU
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI UTARA
PAPUA
SULAWESI SELATAN
SESEGERA MUNGKIN KONTAK DENGAN IBU (%)
ACEH
SUMATERA UTARA
LAMPUNG
PAPUA BARAT
BENGKULU
SULAWESI BARAT
KEP. RIAU
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN IMPLEMENTASI BAYI
GORONTALO
MALUKU UTARA
INDONESIA
85.7
100
120
0
40
60
80
20
DI YOGYAKARTA
BANTEN
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI TENGAH
NUSA TENGGARA TIMUR
JAWA BARAT
MALUKU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
JAWA TENGAH
KALIMANTAN TIMUR
DKI JAKARTA
JAWA TIMUR
KALIMANTAN TENGAH
RIAU
SULAWESI TENGGARA
SUMATERA BARAT
BENGKULU
BALI
PAPUA
SULAWESI SELATAN
KALIMANTAN SELATAN
SUMATERA UTARA
KALIMANTAN BARAT
ACEH
PAPUA BARAT
SULAWESI UTARA
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN IMPLEMENTASI
GORONTALO
SULAWESI BARAT
LAMPUNG
KEP. RIAU
MALUKU UTARA
INDONESIA
BIMBINGAN UNTUK IBU MENGENAI INISIASI MENYUSU DINI (%)
83.8
100
120
0
20
40
60
80
DI YOGYAKARTA
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI TENGGARA
MALUKU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BALI
JAWA BARAT
SUMATERA BARAT
JAWA TIMUR
DKI JAKARTA
NUSA TENGGARA TIMUR
RIAU
SULAWESI TENGAH
JAWA TENGAH
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN BARAT
PAPUA
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI UTARA
BANTEN
BENGKULU
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI SELATAN
LAMPUNG
SUMATERA UTARA
PAPUA BARAT
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN IMPLEMENTASI
GORONTALO
SULAWESI BARAT
BIMBINGAN UNTUK IBU MENGENAI CARA MENYUSUI (%)
ACEH
KEP. RIAU
MALUKU UTARA
INDONESIA
82.3
0
20
30
40
50
60
70
80
90
10
JAMBI
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI BARAT
SULAWESI UTARA
KALIMANTAN TENGAH
SUMATERA UTARA
JAWA TIMUR
SULAWESI TENGGARA
BANTEN
MALUKU
SUMATERA BARAT
PAPUA BARAT
BALI
SULAWESI SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
RIAU
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI TENGAH
PAPUA
MAKANAN LAIN SELAIN ASI (%)
JAWA TENGAH
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
DI YOGYAKARTA
KEP. RIAU
JAWA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
LAMPUNG
GORONTALO
ACEH
DKI JAKARTA
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN PEMBERIAN
KALIMANTAN SELATAN
MALUKU UTARA
INDONESIA
36.5
100
120
0
20
40
60
80
DI YOGYAKARTA
BALI
MALUKU
JAWA TENGAH
NUSA TENGGARA TIMUR
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
JAMBI
JAWA BARAT
SUMATERA BARAT
JAWA TIMUR
NUSA TENGGARA BARAT
SUMATERA SELATAN
SULAWESI UTARA
KALIMANTAN TIMUR
DKI JAKARTA
PAPUA
RIAU
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI SELATAN
ACEH
LAMPUNG
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN

PAPUA BARAT
SUMATERA UTARA
BANTEN
GORONTALO
SULAWESI BARAT
KEP. RIAU
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RAWAT GABUNG (%)
BENGKULU
MALUKU UTARA
INDONESIA
82.8
100
120
0
20
40
60
80
DI YOGYAKARTA
BANTEN
BALI
JAWA TIMUR
JAWA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
MALUKU
SUMATERA SELATAN
SUMATERA BARAT
JAWA TENGAH
DKI JAKARTA
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI UTARA
RIAU
MENYUSUI ON DEMAND (%)
KALIMANTAN TIMUR
JAMBI
PAPUA
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN BARAT
BENGKULU
ACEH
SUMATERA UTARA
LAMPUNG
PAPUA BARAT
SULAWESI SELATAN
PROPORSI RSU PEMERINTAH DENGAN ANJURAN
GORONTALO
SULAWESI BARAT
KEP. RIAU
MALUKU UTARA
INDONESIA
84.8
KESIMPULAN (1)
•
• RSU Pemerintah dengan kelas yang lebih tinggi memiliki SDM,
Kesehatan, jenis pelayanan, kesesuaian standar, dan peralatan yang
lebih baik.
• Masih terdapat RSU Pemerintah yang belum menjalankan
pelayanan yang diharuskan (UGD, dsb)
• Masih banyak RSU yang belum mencapai kesesuaian antara standar
yang ditetapkan di dalam masing-masing Kelas RS dengan kondisi
yang dimiliki, baik dalam hal ketenagaan dan peralatan yang
dibutuhkan untuk setiap pelayanan RS.
• Terdapat kesenjangan (disparitas) antara kondisi ketenagaan
kesehatan, pelayanan, dan peralatan RSU Pemerintah antara Pulau
Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat dengan daerah
lainnya.
KESIMPULAN (2)
•
• Kemampuan sebagian RSU Pemerintah dalam menghadapi kasus-
kasus emergensi kebidanan dan kandungan, serta neonatal masih
lemah
• Sterilisasi/sanitasi di RSU Pemerintah belum optimal, sehingga
berisiko menimbulkan infeksi nosokomial.
• Masih banyak RSU Pemerintah yang belum memiliki unit
penanganan keluhan, unit penanganan masalah medikolegal dan
etikolegal, hospital by laws, dan belum adanya mekanisme
penanganan keluhan pasien masyarakat miskin.
• Perhatian RSU Pemerintah terhadap kegiatan promosi kesehatan di
RS masih belum optimal.
SARAN (1) :
• Perlu dilakukan identifikasi terhadap kesesuaian Kelas RSU
Pemerintah dengan kemampuan dan kondisi sebenarnya yang
dimiliki oleh RSU Pemerintah.
• Pemerintah perlu memperhatikan keberadaan dan distribusi SDM
kesehatan yang dibutuhkan oleh RSU pemerintah
• Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan pemilik RSU
Pemerintah lainnya, seperti TNI/Polri, BUMN, Kementerian dalam
Negeri, dan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, bersama-sama
melakukan upaya untuk dapat memenuhi standar RS yang telah
ditetapkan.
• Pengembangan konsep rujukan regional dengan memperkuat
keberadaan, sebaran, dan kemampuan pelayanan perawatan
intensif tersier (NICU, PICU, dan CICU/ICCU) pada sarana pelayanan
kesehatan rujukan yang terpilih.
SARAN (2)
• Perlu penguatan kemampuan RSU Pemerintah di dalam
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK).
• Perlu upaya untuk meningkatkan pemahaman petugas
mengenai ASI Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini,
kemampuan melakukan persuasi kepada ibu dan keluarga,
peningkatan keberadaan klinik laktasi di RSU Pemerintah.
• Pemenuhan keberadaan dan kecukupan SDM pengelola
laboratorium Patologi Klinik serta kelengkapan yang
dibutuhkan, dan penekanan tentang pemahaman serta
pelaksanaan PME dan PMI di RSU Pemerintah.
SARAN (3) :
• Perhatian terhadap keselamatan pasien dan petugas,
serta pengamanan terhadap hal-hal yang tidak
diinginkan, misalnya penyediaan keberadaan dan
kelengkapan obat-obatan serta peralatan basic life
support di instalasi radiologi RSU pemerintah.
• Perhatian pengelola RSU pemerintah terhadap
kegiatan-kegiatan promosi kesehatan di RS.
• RSU Pemerintah sebagai rujukan puskesmas dalam
penanganan gizi buruk, seharusnya memiliki SDM yang
mampu membuat formula khusus anak gizi buruk;
terlatih dalam tata laksana gizi buruk; serta mahir
memberikan pelayanan penyuluhan dan konsultasi gizi.
TERIMA KASIH

Rumah Sakit PDF

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Rumah Sakit PDF

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

Bahan Kuliah 9:

Diambil dari kuliah Alm Prof Asrul Azwar dan bahan-

Sub sistem Kendali biaya

– Pelayanan kesehatan masyarakat

• Sarana kesehatan yang bertanggungjawab

PERTAMA Puskesmas BPS, DPS

KEDUA Dinkes Kab/ RS Kab/Kota DSpPS, RS

Prof. Dr. Kadircan KESKiNBORA, Ph.D.

Bahçeşehir Univ. Schoolof Medicine

• Some of the interesting subtitles:

• Manajemen Rumah Sakit bersifat luas

KOMPONEN RSU PEMERINTAH

KEP. BANGKA BELITUNG

13.5 15.4 17.8

20000 15871 12521

RSU (%) 100

100 100 99.4

70.0 60.8 59.4

40.0 25.9 29.2 29.8

*) Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

• Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu

*) Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif

KEP. BANGKA BELITUNG

KEP. BANGKA BELITUNG

KEP. BANGKA BELITUNG

KEP. BANGKA BELITUNG

• Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepada

KEP. BANGKA BELITUNG

Anda mungkin juga menyukai