Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH VIDEO PEMBELAJARAN DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TKJ


MATA PELAJARAN ADMINISTRASI SISTEM JARINGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Metedologi Penelitian


Dosen Pengampu :Azrina Purba,S Pd, M Pd

Disusun Oleh :

1. Putri Ramadhana (2104020192)


2. Siti Hadizah (2104020091)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) AL-MAKSUM LANGKAT
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat –Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
yang berjudul “PENGARUH VIDEO PEMBELAJARAN DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI TKJ MATA
PELAJARAN ADMINISTRASI SISTEM JARINGAN” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan prposal penelitian ini adalah untuk
mempelajari cara pembuatan skripsi pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Al Maksum dan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI TKJ di SMK Budaya Langkat.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang memberikan kritik dan saran sehingga proposal penelitian ini
dapat diselesaikan.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penilitian ini sebaik
mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
pembaca untuk menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusun proposal
penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi
para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Stabat, 14 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
BAB 2 LANDASAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Hasil Belajar
2.1.2 Video Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan zaman menuntut berbagai bidang untuk terus beradaptasi.
Tak terkecuali pada bidang pendidikan. Dizaman dimana teknologi semakin
canggih ini, pendidikan juga dituntut untuk menyesuaikan diri agar
pembelajaran dapat maksimal. Pendidikan dapat diwujudkan salah satunya
dengan adanya lembaga yang bernama sekolah.
Menurut, Guswiani, et.al (2018) (Wijaya dan Rusyan
mengemukakan,1991: 2) Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal
yang mempunyai tanggung jawab untuk terus mendidik siswanya. Untuk itu
sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar sebagai realisasi dari tujuan
pendidikan yang telah ditetapkanSekolah yang merupakan lembaga formal yang
memfasilitasi siswa dalam mendapatkan hak belajar dan kewajiban sekolah
adalah menyediakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
tuntutan zaman, seperti yang dikemukakan Sanjaya (2008: 15) variabel yang
berpengaruh terhadap sistem keberhasilan pembelajaran adalah : (1) Faktor
Guru, (2) Faktor Siswa, (3) Faktor sarana dan prasarana dan (4) Faktor
lingkungan.
Dari keempat variabel diatas faktor yang paling penting dalam keberhasilan
sistem pembelajaran karena guru yang secara langsung berhadapan dengan
siswa baik berperang sebagai perencana (planner) atau desainer (designer)
pembelajaran sebagai implementator sehingga dibutuhkan tenaga pengajar yang
memiliki kemampuan visioner, selalu memperbaharui informasi serta
pengetahuan yang dimilikinya.
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirimke penerima
pesan. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of
Education and Comunication Technologi/AETC) di amerika, membatasi media
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan/informasi.
Sadiman (2012: 6), menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Sementara itu, Briggs (1970), berpendapat bahwa “media adalah segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Buku bukan lagi satu-satunya media pembelaran pada saat ini, seperti yang
dikemukakan oleh Hamdani (2011:243), menyatakan bahwa “meliputi alat yang
secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri
atas buku, tape recorder, flim, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan
komputer”.
SMK ( Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan salah satu bentuk satuan
pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang
sederajat. Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
atau bentuk lain yang sederajat (Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun
2003). SMK memiliki banyak keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan
dunia kerja. Salah satu program keahlian yang terdapat di SMK Budaya Langkat
adalah program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ).
Penelitian ini dilakukan peneliti, untuk mengetahui pengaruh video
pembelajaran terhadap hasil belajar siswa kelas XI teknik komputer jaringan
pada matapelajaran admistrasi sistem jaringan di SMK Budaya Langkat.
Mata pelajaran Administrasi Sistem Jaringan (ASJ) berhubungan dengan
sistem operasi, jaringan dan server. Dimana beberapa hal yaitu sistem oprasi dan
jaringan sebagian sudah dipelajari dikelas X pada pembelajaran Komputer dan
Jaringan Dasar.
Menurut, Rini et.al (2021) mata pembelajaran Administrasi Sistem Jaringan
(ASJ) pada kompetensi Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) mempelajari
tentang prosedur bagaimana komputer dapat berperan menjadi server sehingga
membutuhkan ketelitian untuk melakukan konfigurasi layanan jaringan yang
sesuai prosedur. Dari penjabaran tersebut,dapat disimpulkan bahwa
matapelajaran Adminitrasi Sistem Jaringan (ASJ) merupakan pelajaran yang
paling penting untuk siswa yang memilih program keahlian Teknik Komputer
Jaringan.

Table 1.1 Presentase Ketuntasan Tanpa Remedial


Nilai Jumlah Peserta Didik Presentase Ketuntasan Tanpa Remedial
>50 6 54%
<50 5 46%
Jumlah 11 100%

Berdasarkan data hasil nilai ujian akhir semester ganjil dan wawancara oleh
guru Administrasi Sistem Jaringan (ASJ) di SMK Budaya Langkat, masih banyak
siswa banyak siswa yang belum mencapai nilai kreteria ketuntasan minimal
(KKM) yakni 75, rata-rata dari siswa baru mencapai ketuntasan 50. Siswa yang
mendapat nilai diatas 50 ada 6 siswa, dengan presesntase ketuntasan 54%. Dan
ada 5 siswa yang mendapat nilai kurang dari 50 deangan presntase ketuntasan
46%. Dari 11 siswa hanya 3 orang yang mencapai nilai KKM , 8 siswa mendapat
nilai kurang dari 65, dan 1 siswa tidak mengikuti ujian akhir semester 1.
Sepanjang pengetahuan peneliti, sekolah tidak memfasilitasi buku sebagai
media pembelajaran utama, hanya mengandalkan modul dari guru, dan kurangnya
kreativitas guru dalam memberi belajaran, guru hanya menggunakan metode
ceramah saja, mengakibatkan siswa bosan saat pelajaran berlangsung. Dan media
pembelajaran yang digunakan hanya powerpoint,media ini kurang efektif karena
hanya terdapat gambar dan tulisan saja, tidak ada gerak, yang menjelaskan
praktik sistem jaringan . Jika hal ini dibiarkan dapat berpengaruh kurang baik
terhadap masa depan siswa dan juga pihak sekolah untuk kedepannya.
Menurut, M.K Nasution (2017) (Tarmudji, 1994) menunjukkan
keunggukan metode ceramah, menurut Tarmudji dengan metode ceramah
keterlibatan kelas mudah di jaga dan mudah menguasai kelas, melatih
peserta untuk menggunakan pendengarannya dengan baik serta menangkap
dan menyimpulkan ceramah dengan cepat dan tepat, materi jelas sampai
kepada seluruh siswa dengan merata.
Namun metode ini,memiliki kekurangan sehingga kurang efektif digunakan
untuk pada zaman yang serba canggih ini. Menurut Abuddin Nata dalam
bukunnya Prespektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, menyatakan bahwa:
Kekurangan metode ceramah antara lain cenderung membuat peserta didik kurang
kreatif, materi yang disampaikan hannya mengandalkan ingatan guru,
kemungkinan adannya materi pelajaran yang tidak dapat diterima sepenuhnya
oleh peserta didik, kesulitan dalam mengetahui tentang seberapa banyak materi
yang dapat diterima oleh anak didik, cenderung verbalisme dan kurang
merangsang.
Ketidak ketuntasan hasil belajar, dan kurangnya kreativitas guru dalam
memberikan pembelajaran, menjadi masalah saat ini. Seharusnya guru dapat lebih
kreatif lagi dalam menyampaikan meterinya, guru dapat menggunakan video
pembelajaran sebagai media pembelajaran intraktif dengan menggunakan sarana
yang sediakan sekolah seperti proyektor atau infocus dan melakukan praktik
jaringan secara berskala, guru juga dapat memanfaat android yang dimiiki setiap
siswa dengan cara guru mengarahkan siswa untuk mengunjungi chanel youtube
guru untuk melihat video yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas dan
melakukan praktik langsung dengan diawasi dan bimbingan guru, karena tidak
siswa mampu memahami materi tanpa adanya praktik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan diteliti, sebagai berikut:
1. Apakah media video pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas XI TKJ SMK Budaya Langkat ?
2. Apa ada pengaruh saat diterapkannya media video pembelajaran pada siswa
kelas XI TKJ SMK Budaya Langkat ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti melalui, sebagai berikut:
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMK Budaya
Langkat setelah penerapan media video pembelajaran.
2. Mengetahui pengaruh media video pembelajaran pada siswa siswa kelas
XI SMK Budaya Langkat.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar
Secara umum pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku dan
kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang
wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang disebabkan
oleh pengalaman dan bukan hanya salah satu aspek potensi saja.
Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa memperoleh suatu hasil
belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami
serta mengerti materi tersebut
Menurut, Nurita (2018) Hasil belajar adalah hasil pembelajaran dari suatu
individu tersebut berinteraksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya.
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Selanjutnya Winkel
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal yang telah
menjadi milik pribadi seseorang dan kemungkinan orang itu melakukan sesuatu
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Sedangkan menurut Gagne dan Briggs, hasil belajar adalah kemampuan
seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu.16 Berdasarkan teori
Taksonomi Bloom, hasil belajar dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif terdiri dari enam aspek yaitu
ranah ingatan (C1), ranah pemahaman (C2), ranah penerapan (C3), ranah analisis
(C4), Sintesis (C5) dan ranah penilaian (C6).17 Maka hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar yang meliputi
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berbeda dengan pendapat Arikunto (2009: 133) mengatakan bahwa “Hasil
belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak
dalam perbuatan yang dapat diamati, dan dapat diukur”.  Sedang, Jihad dan Haris
(2010:15) mendefinisikan, “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa
secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan
pengajaran”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang diberikan kepada siswa berupa penilaian setelah mengikuti proses
pembelajaran dengan menilai pengetahuan, sikap, ketrampilan pada diri siswa
dengan adanya perubahan tingkah laku.

b. Karakteristik Hasil Belajar


Menurut, S.A Suharini Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri
perubahan yang spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa
pustaka rujukan, antara lain Psikologi Pendidikan oleh Surya (1982), dalam
Psikologi Belajar oleh Muhibbin Syah (2003), disebut juga sebagai prinsip-prinsip
belajar. Diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku
balajar yang terpenting adalah:
1. Perubahan itu intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau
praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan
kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan
adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya
perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan
pandangan tertentu, keterampilan dan seterusnya.
Sehubungan dengan itu, perubahan yang diakibatkan mabuk, gila, dan lelah
tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu yang bersangkutan
tidak menyadari atau tidak menghendaki keberadaannya.
Di samping perilaku belajar itu menghendaki perubahan yang disadari, ia
juga diarahkan pada tercapainya perubahan tersebut. Jadi, jika seorang siswa
belajar bahasa inggris umpamanya, maka sebelumnya ia telah menetapkan taraf
kemahiran yang disesuaikan dengan tujuan pemakaiannya. Penetapan ini
misalnya, apakah bahasa asing tersebut akan ia gunakan untuk keperluan studi ke
luar negeri ataukah untuk sekedar bisa membaca teks-teks atau literatur berbahasa
inggris.
Namun demikian, perlu pula dicatat bahwa kesengajaan belajar itu, menurut
Anderson tidak penting, yang penting cara mengelola informasi yang diterima
siswa pada waktu pembelajaran terjadi. Di samping itu, kenyataan sehari-hari juga
menunjukan bahwa tidak semua kecakapan yang kita peroleh merupakan hasil
kesengajaan belajar yang kita sadari.

2. Perubahan itu positif dan aktif


Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif
artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna
bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya
sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik
daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak
terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan (misalnya, bayi yang
bisa merangkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri.

3. Perubahan itu efektif dan fungsional


Perubahan itu efektif dan fungsional Perubahan yang timbul karena proses
belajar bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut
membawa pengaruh, makna, dan manfaat tetentu bagi siswa. Selain itu, perubahan
dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa perubahan tersebut
relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat
direproduksi dan dimanfaatkan.
Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya
ketika siswa menempuh ujian dan enyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan
sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selain itu,perubahan
yang efektif dan fungsional bisanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya
perubahan-perubahan positif lainnya.
Sebagai contoh, jika seorang siswa belajar menulis, maka disamping akan
mampu merangkaikan kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, ia juga akan
memperoleh kecakapan lainya seperti membuat catatan, mengarang surat, dan
bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah
c. Indikator Hasil Belajar
Menurut Moore (dalam Ricardo & Meilani, 2017) indikator hasil belajar ada
tiga ranah, yaitu:
1. Ranah kognitif, diantaranya pengetahuan, pemahaman, pengaplikasian,
pengkajian, pembuatan, serta evaluasi.
2. Ranah efektif, meliputi penerimaan, menjawab, dan menentukan nilai.
3. Ranah psikomotorik, meliputi fundamental movement, generic movement,
ordinative movement, creative movement.
Adapun indikator hasil belajar menurut Straus, Tetroe, & Graham (dalam
Ricardo & Meilani, 2017) adalah:
1. Ranah kognitif memfokuskan terhadap bagaimana siswa mendapat pengetahuan
akademik melalui metode pelajaran maupun penyampaian informasi.
2. Ranak efektif berkaitan dengan sikap, nilai, keyakinan yang berperan penting
dalam perubahan tingkah laku.

2.1.2 Video Pembelajaran


a. Definisi Video Pembelajaran
Video merupakan media elektronik yang mampu menggabungkan
teknologi audio dan visual secara bersama sehingga menghasilkan suatu tayangan
yang dinamis dan menarik. Video dapat dikemas dalam bentuk VCD dan DVD
sehingga mudah dibawa kemana-mana, mudah digunakan, dapat menjangkau
audiens yang luas dan menarik untuk ditayangkan. Media video memiliki fungsi
sebagai media pembelajaran yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif dan
fungsi kompensatoris (Arsyad 2003). Fungsi atensi yaitu media video dapat
menarik perhatian dan mengarahkan konsentrasi audiens pada materi video.
Media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual
yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur,
teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi
pembelajaran. Video merupakan bahan pembelajaran tampak dengar (audio
visual) yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan/materi pelajaran.
Dikatakan tampak dengar kerena unsur dengar (audio) dan unsur visual/video
(tampak) dapat disajikan secara bersamaan. Video merupakan bahan
pembelajaran yang dikemas melalaui pita video dan dapat dilihat melalui
video/VCD player yang dihubungkan ke monitor televisi.
Menurut Sukiman menyatakan media video pembelajaran adalah seperangkat
komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam
waktu bersamaan. Sedangkan menurut Cecep Kustandi mengungkapkan bahwa
video adalah alat yang dapat menyajikan informasi, memaparkan proses,
menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat
atau memperlambat waktu dan mempengaruhi sikap.
Arief S. Sadiman menyatakan video adalah media audio visual yang
menampilkan gambar dan suara. Pesan yang disajikan bisa berupa fakta (kejadian,
peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti misalnya cerita), bisa bersifat
informatif, edukatif maupun instruksional. Daryanto mengungkapkan media video
adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan
dengan gambar bergerak secara sekuensal

2.2 Tujuan Media Video Pembelajaran


Penggunaan video sebagai media pembelajaran memiliki beberapa tujuan,
antara lain :
1) Memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan agar tidak terlalu
verbalistis
2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera peserta didik maupun
instruktur
3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.12

2.4 Karakteristik Media Video Pembelajaran


Guna menghasilkan video pembelajaran yang mampu meningkatkan
motivasi dan efektivitas penggunanya maka pengembangan video pembelajaran
harus memperhatikan beberapa karakteristik dan criteria yaitu, antara lain :
a. Clarity of Massage (kejalasan pesan) Dengan media video siswa dapat
memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat
diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan tersimpan
dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi.
b. Stand Alone (berdiri sendiri). Video yang dikembangkan tidak bergantung
pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan
bahan ajar lain.
c. User Friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya). Media video
menggunakan bahasa yang sedehana, mudah dimengerti, dan
menggunakan bahasa yang umum. Paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan
pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.
d. Representasi Isi Materi harus benar-benar representatif, misalnya materi
simulasi atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial
maupun sain dapat dibuat menjadi media video.
e. Visualisasi dengan media Materi dikemas secara multimedia terdapat
didalamnya teks, animasi, sound, dan video sesuai tuntutan materi. Materi-
materi yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau
berbahaya apabila langsung dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian
tinggi.
f. Menggunakan kualitas resolusi yang tinggiTampilan berupa grafis media
video dibuat dengan teknologi rakayasa digital dengan resolusi tinggi
tetapi support untuk setiap spech system komputer.

Anda mungkin juga menyukai