Anda di halaman 1dari 22

(b) Petunjuk menyususn butir soal tipe jawaban singkat

Berikut contoh beberapa petunjuk untuk menulis butor soal jawaban singkat, yang
disertai contoh sederhana :

1). Pergunakanlah kata – kata yang menuntut jawaban yang singkat dan tertentu. Jawaban
itu haruslah satu kata, satu frasa, sebuah angka, atau sebuah symbol. Misalnya :

Lemah : Disebut apakah binatang pemakan daging lain dan tumbuh-


tumbuhan ?

Lebih Baik : Termasuk klasifikasi apakah binatang pemakan binatang lain dan
tumbuh tumbuhan ?

2). Janganlah menggunakan kalimat yang langsung diambil dari buku atau dari catatan.
Penggunaan kalimat yang langsung diambil dari buku atau catatan cenderung mendorong
peserta didik akan menghafal mati,tanpa berusaha memahami apa yang dipelajarinya.
Untuk menghindari kelemahan itu maka sebaiknya bahan ajaran yang diambil yang dari
buku tersebut disusun kembali dalam kalimat yang mudah dipahami oleh peserta didik.

3). Jangan samai pertanyaan yang diajukan menjadi tes bahasa, sedangkan maksudnya
untuk menguji materi pelajaran lain. Missal :

Lemah : Apakah istilah yang digunakan untuk menyatakan


kedatangan Columbus ke Benua Amerika tahun 1492?

Lebih Baik : Siapakah yang menemukan benua Amerika tahun 1492?

4). Untuk menanyakan istilah atau difinisi sebaiknya digunakan kalimat Tanya secara
langsung. Kalimat lain yang mendahului kalimat Tanya, yang dimaksudkan untuk
menjelaskan pertanyaan, seringkali mengakibatkan pertanyaan menjadi kabur. Misalnya :

Lemah : Setiap peserta didik harus mentaati peraturan sekoah. Ketaatan

sekolah itu pada agama apa namanya ?


Lebih Baik : Sikap yang menganjurkan memelihara kebersihan kelas sesuai
dengan sila keberapa dari Pancasila?

5). Dalam menanyakan masalah perhitungan guru harus menentukan tingkat ketepatan,
terutama untuk angka decimal. Apakah cukup angka bulat saja, atau beberapa angka di
belakang koma. Misalnya :

Lemah : Berapakah 10 : 6 ?

Lebih Baik : Berapkah 10:6 ( bulatkan sampai 2 angka di belakang koma)?

6). Sebaiknya hanya satu jawaban untuk satu pertanyaan. Misalnya :

Lemah : Siapakah proklamator kemerdekaan Indonesia ?

Lebih Baik : Siapakah yang membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia

tanggal 17 Agustus 1945?

E. Beberapa Prinsip Konstruksi Butir Soal Tes Uraian

Menurut Zainul (2005:55) ada enam belas prinsip penulisan butir soal tes uraian. Prinsip ini
bersifat umum dan masih harus diuraikan menajdi prinsip yang operasional. Prinsip
dimaksud dengan :

Prinsip 1 : Gunakanlah tipe tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang cocok.

Hubungkanlah Prinsip ini dengan kekuata tes uraian yang telah dikemukakan
di atas.

Prinsip 2 : Beritahulah sebelumnya bahwa dalam tes yang akan datang akan digunakan

tipe tes Uraian. Hal ini pelru dilakukan agar peserta tes lebih siap dan agar

tes yang akan diilaksanakan itu cukup adil.

Prinsip 3 : Batasilah ruang lingkup tes pasti, dengan demikian peserta tes tahu dengan
pasti Harus dipelajarinya. Hendaknya peserta tes juga diberitahu terlebih dahulu apakah
Bahan akan diambil dari buku ajar, atau juga meliputi catatan pelajaran. hasil diskusiKelas,
bacaan tambahan, atau pengetahuan umum dari sumber yang tidak terbatas.

Prinsip 4 : Pertanyaan hendaknya terutama untuk mnegukur tujuan hasil belajar yang
penting Saja. Hal ini sangat perlu diperhatikan, karena jumlah butir soal dalam tes uraian
sangat terbatas. Jadi pergunakanlah setiap butir soal secara optimal untuk mengukur hasil
belajar yang penting dan tidka mungkin diukur dengan tipe soal lain.

Prinsip 5 : Jangan terlalu banyak menggunakan butir soal tipe uraian untuk mengukur
kemampuan mengingat. Tipe soal objektif jauh lebih efisien dan efektif bila digunakanuntuk
mengukur kemampuan mengingat fakta.

Prinsip 6 : Kemampuan dan keterampilan menulis peserta tes haruslah menjadi


pertimbangan utama dalam kontruksi butir soal uraian.

Prinsip 7 : Jangan memberikan butir soal yang dapat dipilih atau dapat tidak
dikerjakan. Misalnya Jangan membuat petunjuk soal berikut : Pilihlah dua dari tiga soal di
bawah ini. Hal ini akan sangat menyukarkan pemeriksa dalam memberi skor yang tidak adil.

Prinsip 8 : Setiap soal harus jelas apakah jenis terbatas atau jenis bebas. Dengan
demikian peserta tes dapat membatasi diri dalam memberikan responsnya.

Prinsip 9 : Makin banyak jumlah butir soal untuk setiap perangkat soal semakin
banyak. Jadi usahakan agar setiap tes menyajikan butor soal uraian sebanyak – banyaknya
sesuai dengan waktu yang tersedia.

Prinsip 10 : Tulislah petunjuk awal yang jelas, dan juga petunjuk untuk setiap butir soal
harus rinci dan dapat dipahami oleh peserta tes dengan jelas. Dalam bahasa petunjuk ini
harus mengunakan structure kalimat yang sederhana. Tidak boleh ada dua tafsiran untuk
setiap kalimat petunjuk yang digunakan.

Prinsip 11 : Waktu yang tersedia haruslah diperkirakan cukup ( tidak kurang dan tidak
lebih) untuk rata – rata kemampuan peserta tes. Jadi dapat diperkirakan wkatu yang
tersedia akan lebih bagi peserta didik yang pandai akan kekurangan bagi peserta didik yang
kurang pandai.
Prinsip 12 : Hendaknya pertanyaan menuntut respon atau jawaban yang bersifat baru
atau pemikiran peserta tes. Jadi jangan hanya meminta jawaban yang merupakann
pengulangan dari hal yang telah diajarkan atau sesuatu yang sudah ada di dalam buku.
Tetapi lebih baik bila peserta mengeluarkan pikiran orisinilnya.

Prinsip 13 : Dalam setiap perangkat tes hendaknya selalu ada kombinasi jenis tes uraian
terbatas dan jenis uraian bebas.

Prinsip 14 : Pergunakanlah kata – kata deskriptif seperti definisikanlah, tuliskanlah,


tulislah garis besar, pilihlah, berilah ilustrasi atau contoh, kelompokkanlah, bedakanlah,
bandingkanlah, pertentangkanlah, dan beberapa kata perintah yang deskriptif lainnya.

Prinsip 15 : Dalam setiap butir soal harus dikerjakan skor maksimal yang dapat
diperoleh oleh bila jawabannya sesuai dengan yang diminta, jelaskan pula batasan –
batasam yang diminta. Mislanya panjang uraian, arah pemaparan, banyaknya aspek atau
butir soal jawaban yang diminta.

Prinsip 16 : Janganlah mulai kalimat butir soal dengan kata – kata seperti apa dan siapa.
Pertanyaan seperti itu hanya akan menghasilkan jawaban singkat yang bersifat ingatan,
yang sebaiknya diuji dengan tes tipe uraian.

2. Penulisan Butir Soal Objektif ( Objektive Test )

a) Pengertian Butir Soal Objektif

Butir soal objektif adalah butir soal yang telah tersedia kemungkinna jawaban yang harus
dipiih atau dikerjakan oleh peserta didik, salah satunya adalah jawaban benar yang
merupakan kunci jawaban. Peserta didik hanya memilih jawaban benar dari kemungkinan
jawaban yang telah disediakan. Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban
peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan dengan objektif oleh pemeriksa. Karena sifatnya
yang objektif itu maka tidak selalu penskoran harus dilakukan oleh manusia. Perkerjaan itu
dpat dilakukan oleh mesin scanner. Jadi yang dimaksud dnegan tes objektif ialah tes yang
dpaat diskor secara obektif.
Secara umum ada tiga tipe tes objektif, yaitu :

a. Benar salah ( true false )


b. Menjodohkan ( Matching)
c. Pilihan Ganda ( Mutiplr choice )

Dari tipe tes objektif pilihan ganda yang dapat dimodifikasi menjadi 5 ( lima ) jenis yaitu (1)
pilihan ganda biasa, (2) oilihan ganda analisis hubungan antar hal, (3) pilihan ganda analisis
kasus, (4) Pilihan ganda kompleks, dan ( 5) pilihan ganda yang menggunakan diagram, grafik,
tabel atau gambar. Diantara pilihan hanya satu jawabn yang benar, pilihan diluar atau paling
tidak tepat berfungsi sebagai pengecoh (distractors).

b) Butir Soal Tipe Benar – Salah

Butir tipe benar – salah (Trus-False item ) adalah butir soal yang terdiri dari pernyataan,
yang disertai dengan alternative jawaban yaitu menyatakan pernyataan tersebut benar atau
salah, atau keharusan memilih satu dari dua alternative jawaban lainnya. Alternatif jawaban
itu dapat saja berbentuk benar- salah, atau setuju tidak setuju, baik tidak baik atau cara lain
asalkan alternative itu Mutual eksklusif.

1) Kekuatan dan kelemahan butir soal tipe benar – salah


Kekuatan butir saol tipe benar – salah mempunyai beberapa hal, yaitu :
a). Mudah dikontruksi. Diperlukan satu pernyataan, pernyataan itu tentu saja harus
berhubungan dengan bidang studi yang diuji dengan butir soal tersebut.
b). Perangkat soal dapat mewakili seluruh pokok bahasan. Setiap butir benar – salah
hanya membutuhkan waktu yang disingkat untuk menjawabnya, karena itu dalam
waktu yang relative singkat dapat ditanyakan denagn banyal butir soal.
c). Mudah diskors. Skor satu (1) untuk jawaban yangbenar , dan skor nol ( 0 ) bagi
yang menjawab salah.
d). Alat yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama yang
berkenaan dengan ingatan.
Sedangkan butir soal tipe benar – salah juga mempunyai kelemahan yang sukar di atas ,
seperti :

a). Mendorong peserta tes untuk menebak jawaban. Karena probabilitas menjawab benar
adalah 50% maka tipe te sini akan seakan mendorong para peserta tes untuk menebak
jawaban walaupun mereka tidak mengetahui jawaban yang benar. Cara mengatasi nya
adalah dengan menerapkan formula tebakan. Yaitu perhitungan skor adalah jumlah yang
dijawab benar dikurangi denagn jumlah jawaban yang salah.

b). Terlalu menekankan kepada ingatan. Karena butir soal cenderung menguji hasil belajar
yang berbentuk hafalan. Mengkontruksi butir soal sering mengambil pernyataan langsung
dari buku ajar yang digunakan.

c). Meminta respon peserta tes yang berbentuk penilaian absolut. Sedangkan dalam
kenyataannya hasil belajar itu kebanyakan bukanlah sesuatu kebenaran absout tanpa
kondisi, misalnya :

1. B – S : 1/3 = 0,3

2. B –S : Matahari terbit kemarin

3. B – S : Indonesia terdiri dari 33 propinsi

Butri soal nomor 1 sulit sekali untuk dinyatakan sebagai kebenaran absolut. Butir soal
nomor 2 seakan – akan merupakan kebenaran absolut. Tetapi coba kita lihat apakah benar
di seluruh permukaan bumi matahari terbit kemarin. Apakah benar di kutub utara atau
kutub selatan matahari terbit kemarin? Butir soal nomor 3 juga seakan – akan kebenaran
mutlak, tetapi bukanlah pada tahun1945 Indonesia tidak dari 2 provinsi ?

2) Beberapa Petunjuk Konstruksi Butir Soal Benar – Salah

Ada lima persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap tipe soal benar salah untuk dapat
dikatakan sebagai butir soal yang baik, yaitu :

a). Setiap butir soal harus menguji aau mengukur hasil belajar peserta tes yang penting dan
bermakna, tidak menanyakan hal yag remeh ( trivial)
misalnya :

Lemah : B – S Bung Hatta dilahirkan di Bukit tinngi

Lebih Baik : B- S Pemikiran Bung Hatta tentang hak asasi manusia telah diabadikan
dalam pasal – pasal UUD 1945.

Memperosoalkan tentang tempat lahir Bung Hatta tidak ada sangkut pautnya dengan
peranan Bung Hata dalam perjuangan kemerdekaan, sedangkan pikiran beliau megenai hak
asasi manusia mempunyai sejarah yang amat penting bagi bangsa Indonesia.

b). Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman,tidak hanya oengukuran terhadap daya
ingat. Utir soal tidaklah dianjurkan untuk menguji kemampuan mengingat kata atau frasa
yang terdapat dalam buku ajar atau bacaan lainnya.

Misalnya :

Lemah : B –S Hukum newton I menyatakan bahwa setiap benda akan bergerak


lurus beraturan atau diam, jika tidak ada resultan gaya yang bekerja pada benda itu.

Lebih Baik :B–S Penumpang bis yang duduk tenang dalam bis yang berjalan dengan
kecepatan 80 Km per jam akan terdorong ke depan bila bis diberhentikan secara tiba –
tiba.

Dalam butir soal yang pertama di atas jelas hanya menguji kemampuan menghafal bunyi
hokum newton I (Hukum Kelembaman), yang bila dapat dijawab oleh peserta tes dengan
benar, penguji belum mendapat kepastian bahwa peserta didik mengerti akan hokum
kelembaman tersebut. Tetapi dengan soal berikutnya penguji akan dapat memastikan
bahwa peserta didik tahu tentang hokum newton kelembapan dan dapat memahaminya
dengan baik.

c). Kunci jawaban yang idtentukan haruslah benar. Patokan ini kedengarannya remeh, tetapi
seringkali kita jumpai bahwa kunci yang ditentukan oleh pepmbuat soal berbeda dari yang
diartikan oleh peserta tes atau preview tes. Hal ini acakali disebabkan adanya subjektifitas
atau bias penyususn tes masuk dalam penentukan kunci jawaban. Misalnya :
Lemah : B – S Sebelum dilakukan pernikahan claon pengantin laki laki diharuskan
melamar calon pengantin wanita.

Lebih Baik : B – S Dalam masyarakat patrilineal pihak claon pengantin pria diharapkan
lebih mengambil inisiatif dari pada pihak calon pengantin wanita.

Dalam soal yang pertama kunci yang diharapkan adlaah B. tetapi kunci tersebut tidak
berlaku bagi masyarakat matrilineal. Karena itu haruslah secara eksplisit dinyatakan dalam
butir soal tentang kondisi yang menentukan kunci butir soal.

d). Butir soal yang bai haruslah jelas jawabannya bagi peserta tes yang belajar, dan jawaban
yang slaah bagi peserta yang tidak belajar. Jadi butir soal tesebut dapat secara jelas
membedakan orang yang belajar dari orang yang tidak belajar. Misalnya :

B–S Makanan kaleng lebih mahal harganya daripada makanan segar. ( S )

B–S Bahasa ilmiah yang digunakan di pesantren di Jawa Barat pada awal abad ke – 20
adalah bahasa dan Bahasa Jawa. (B)

Bagi peserta tes yang tidak belajr tentang prinsip ekonomi akan menyangka bahwa makanan
kaleng akan lebih mahal datri makanan segar dilihat dari kemasan dan banyaknya
permintaan makanan segar. Demikian halnya pada opsi kedua bagi yang tidak tau sejarah
pendidikan dengan baik maka akan menyangka bahwa Bahasa Sunda lah yang digunakan
dalam buku utama di pesantren. Jadi jawaban itu akan menarik bagi orang yang tidak
belajar.

e). Penyataan dalam butir soal harus dinyatakan dengan jelas dan mengunakan bahsan yang
baik dan benar. Karena tidak boleh mengandung pengertian mendua itu maka butir soal itu
harus dinyatakan dalam kalimat beranak yang tidak jelas. Untuk dapat meyatakan butir soal
itu secara jelas maka sebaiknya tidak menggunaka kata – kata negative yang
menggabungkan arti. Misalnya :

Lemah : B – S Kekalahan Jerman terhadap sekutu dalam Perang Dunia II Bukan


disebabkan oleh ketidak mampuan Jemran dalam strategi memenangkan pertempuran
tetapi lebih disebabkan oleh kelemahan semangat perang rakyat Jerman.
Lebih Baik : B – S Hilangnya semangat perang rakyat Jerman adalah penyebab utama
kekalahan Jerman terhadap sekutu dalam Perang Dunia II.

f). Jumlah butir soal yang kuncinya S (salah) sebaiknya lebih banyak dari butir soal yang
kunci jawabannya B ( benar ).

g). Sususnlah kalimat soal sedemikian rupa sehingga logika sederhana akan cenderung
mengarah ke jawaban yang salah. Misalnya :

B–S Bila sebuah benda yang beratnya 1 kg terapung setengahnya di atas pemukaan air
akan tenggelam bila seandainya benda itu beratnya 1,5 kg.

Dengan logika yang sederhana, maka bila suatu benda terapung setengahnya, untuk
tenggelam akan membutuhkan tambahan berat setengah kali berat sekarang. Jadi
dibutuhkan berat 1,5 kg. sedangkan yang benar adalah dibituhkan tambahan berat 1 kg lagi.

h). Susunlah jawaban salah sesuai dengan anggapan umum yang salah tentang suatu
kenyataan. Misalnya :

B–S Semua benda yang sama beratnya akan jatuh dengan kecepatan yang sama dari
ketinggian yang Sama.

Dalam butir soal benar – salah penyataan yang menggunakan kata semua, selalu, tidak
pernah, cenderung untuk kunci jawaban yang S (Salah ). Sedangkan kata kadang – kadang,
acapkali pada umumnya cenderung untuk kunci B (Benar ). Untuk meningkatkan daya beda
soal, maka pergunakanlah kata – kat aitu dalam kecenderung berbalik. Pergunakanlah
rujuan untuk beberapa soal, misalnya dengan menggunakan teks atau gamabar sebagai
rujukan untuk senarai butir soal.

c) Butir Soal Tipe Menjodohkan

Butir soal tipe menjodohkan ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama pokok soal atau biasa
disebut juga stem atau premis. Kolom kedua adalah kolom jawaban. Tugas peserta ujian
ialah menjodohkan pernyataan – pernyatan di bawah ini kolom prmis dengan pernyataan –
pernyataan yang ada di bawah kolom jawaban.
No. Kolom Pertama Kolom Kedua
1. Sultan Iskandar Syah A. Bercita – cita untuk tetap menenytang
penindasan walaupun sampai akhir
liang kubur.
2. Sultan Agung B. Berusaha membawa Aceh ke puncak
kejayaannya
3. Sultan Hasanuddin C. Mengucakan sumpah palapa
4. Sultan Hamid D. Berusaha membentuk Indonesia
menjadi Negara serikat.
E. Melakukan penyerangan terhadap
Belanda di Batavia.

1). Kekuatan dan keterbatasan butir soal tipe menjodohkan

Kekuatan butir soal tipe menjodohkan ini antara lain :

a). Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan denagn pengetahuan tentang istilah,
definisi, peristiwa atau peanggalan.

b). Dapat menguji kemampuan menghubungkan langsung maupun tidak secara langsung.

c). Mudah dikonstruksi sehingga guru dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat
mengkonstruksi sejumlah butir soal yang cukup untuk menguji satu pokok bahasan tertentu.

d). Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji.

e). Mudah diskor.

Keterbatan butir soal tipe menjodohkan adalah terlalu mengandalkan pada pengujian aspek
ingataan.

2). Prinsip – prinsip mengkonstruksi butir soal menjodohkan


(a) penyataan di bawa kolom pertama dan di bawah kolom kedua masing – masing haruslah
terdiri dari kelompok yang homogeny. Misalnya :

Lemah :

Kolom Pertama Kolom Kedua


1. Ir. Soekarno A. Pemerataan hasil pembangunan
2. Pertanian B. Mahkluk laut yang melahirkan
3. Persaingan Bebas C. Proklamator kemerdekaan
4. Ikan Paus D. Demokrsi liberal
E. Prioritas pembangunan

Lebih baik :

Kolom Pertama Kolom Kedua


1. Soekarno A. Bapak Koperasi Indonesia
2. Suharto B. Bapak Palang merah Indonesia
3. Moh. Hatta C. Bapak Pramuka Indonesia
4. Sultan Hamengkubowono D. Bapak Pembangunan
E. Bapak Revolusi Indonesia

(b) Pernyataan di bawah kolom kedua harus lebih banyak dari penyataan di bawah
kelompok pertama. Untuk memudahkan penyediaan lembaran jawaban yang seragam,
maka dilanjurkan supaya jumlah pernyataan di bawah kolom pertma berkisar antara 3 dan 4
buah. Sednagkan pernyataan di bawah kolom kedua adlaah lima. Dengan demikian
lembaran jawaban akan seragam dengan bentuk butir soal pilihan ganda lainnya.

( c ) hindarkan jawaban pada kolom kedua tidak sejajar dengan soal pada kolom pertama.

d) Butir Soal Tipe Pilihan Ganda


1) Pengertian Soal Tipe Plihan Ganda
Tipe soal ini adalah suatu butir soal yang alternative jawabnnya lebih dari dua. Tipe butir
soal ini adalah yang paling popular dalam kelompok butir soal objektif. Tipe soal ini dalam
bahasa Inggris dikenl dengan nama Multiple choice item.

Butir soal pilihan ganda terdiri dari dua bagian, yaitu (1) pernyataan atau disebut juga stem,
dan (2) alternative jawaban yang disebut option. Stem mungkin dalam bentuk penyataan
atau dapat juga berupa pertanyaan. Bila dalam bnetuk pertanyaan, merupakan pertanyaan
yang lengkap atau penyataan yang tidak lengkap, misalnya :

1. Dipulau Sumatera terdapat beberapa buah danau. Salah satu danau tersebut
mempunyai ciri fisik yang berbeda dari danau lain, karena ditengahnya terdapat
pula daratan luas berupa pulau. Danau manakah yang dimaksud?
2. A. Danau Ranau
B. Danau Maninjau
C. Danau Singkarak
D. Danau Toba - Kunci Jawaban
E. Danau Laut Tawar

Bagian pertama dari soal di atas disebut stem 9 pokok soal ) dan bagian kedua dinamakan
alternative jawaban atau option ( pilihan ). Jadi dalam alternative jawaban ada pilihan yang
bukan kunci yang berfungsi sebagai pengecoh atau distractors atau foils terhadap jawaban
benar.

2) Kekuatan dan Keterbatan Butir Soal Pilihan Ganda

Kekuatan Butir Soal Pilihan Ganda

a). Butir soal tipe pilihan ganda dapa dikonstruksikan dan digunakan untuk mengukur segala
level tujuan instruksional, mulai dari yang paling sederhana samapi dengan yang paling
kompleks, kecuali untuk tujuan yang mengukur bersifat afektuf dan psikomotorik.

b). Dapat digunakan untuk mengukur hamper seluruh cakupan materi bidnag studi.

c). Penskoran hasil kerja peserta dapat dikerjakan secaar objektif.


d). Tipe butir soal dapat dikontruksikan yang menuntut kemampuan peserta tes untuk
membedakan berbagai tingkatan keberasan sekaligus.

e). Jumlah option yang dapat disedikan melebihi dua.

f). Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakuka analisis butir soal secara baik.

g). Tingkat kesukaran butir soal dapat dirancang sesuai denagn tingkat berfikir ranah kognitif
serta dengan ,engubah tinkat homogenitas alternative jawaban.

h). Informasi yang diberikan lebih kaya.

Keterbatasan Butir Soal Pilihan Ganda

a). Peserta tes kuran menguasi materi pelajaran, pada butir soal yang tidak diketahui
cenderung menerka jawaban yang tersedia atau guessing.

b). Sukar dikonstruksi. Soal tipe ini terutama untuk menemukan alternative jawaban yang
tersedia, yaitu homogeny dan memerlukan waktu yang banyak.

c). Ada kecenderugan bahwa guru mengkonstruksi butir soal tipe ini dengan hanya menguji
atau mengukur aspek ingatan, atau aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif.

3) Beberapa prinsip konstruksi butir soal pilihan ganda

Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip pokok dalam konstruksi butir soal tipe pilihan
ganda :

a. Saripata permasalahan harus ditempatkan pada pokok soal ( stem).


Intik permasalahan dalam butir soal tersebut harus dicantumkan dalam rumusan
pokok soal, sehingga membaca pokok soal, peserta didik suda dapat menentukan
jawabn sebelum dilanjutkan membaca jawaban.

Contoh yang kurang baik :


Pulau Jawa adalah pulau yang…
A.Menghasilkan banyak minyak
B.Penduduknya terpadat
C.Dijadikan objek wisata
D.Mendapat julukan pulau perca

Contoh yang lebih baik:


Pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia adalah pulau …
A.Sumatera
B.Jawa
C.Kalimantan
D.Sulawesi

b. Hindari pengulangan kata – kata yang sama dalam pilihan.


Peniadaan pengulangan kata berarti menyangkut waktu menulis dan membaca serta
menghemat tempat.
Contoh yang kurang baik :
Pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia adalah ..
A.Pulau Sumatera
B.Pulau Jawa
C.Pulau Kalimantan
D.Pulau Sulawesi

Contoh yang lebih baik :


Pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia adalah pulau…
A.Sumatera
B.Jawa
C.Kalimantan
D.Sulawesi

c. Hindari rumusan kata yang berlebihan


Tidak selalu penjelasan terinci mempermudah pengertian, justru dapat
membingungkan dan mengaburkan pengertian. Yang penting rumusan yang baik
yang berisi, padat, dan jelas tanpa kata – kata “kembang”.

Contoh yang kurang baik :


Pulau yang terpadat penduduknya di Indonesia sehingga sukar untuk meningkatkan
produksi pangan adalah pula…
A.Sumatera
B.Jawa
C.Kalimantan
D.Sulawesi

Tambahan kata “ sehingga sukar untuk meningkatkan produksi pangan” membuat


pengertian pernyataan menjadi kanur, dan kalimat yang harus dibaca menjadi lebih
panjanh.

d. Kalau pokok soal merupakan pernyataan yang belum lemgkap, maka tata atau kata –
kata yang melengkapi haris diletakkan pad aujung penyataan, bukan di tengah –
tengah kalimat.
Contoh yang kurang baik:
Menururt De Bakey, …….. adalah penyebab penyakit penyempitan pembuluh darah.
A.Chalosterol
B.Kelebihan Berat
C.Merokok
D.Tekanan Batin

Contoh yang lebih baik


Menurut De Bakey, penyakit penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh …
A.Chalosterol
B.Kelebihan Berat
C.Merokok
D.Tekanan Batin
e. Susunan alternative jawaban dibuat teratur dan sederhana. Cara menyusun
alternative jawaban dibuat berderet dari atas ke bawah.
f. Hindari pengunaan kata – kata teknis atau ilmiah atau istilah yang aneh atau
mentereng.
Contoh yang kurang baik :
Apakah kritik utama ahli psikologi terhadap tes?
A.Tes menimbulkan anciety
B.Tes selalu disertai cultural bias
C.Tes hanya menguur hal – hal yang trivial
D. Tes yang tergantung pada kemampuan kognitif guru

Contoh yang lebih baik :


Apakah kritik utama ahli psikologi terhadap tes ?
A.Tes menimbulkan rasa cemas
B.Tes sangat teragntung pada nilai budaya tertentu
C.Tes mengukur hasil belajar yang tidak penting
D.Tes sangat ditentukan oleh pengetahuan guru

g. Semua pilihan jawaban harus homogeny dan dimungkinkan sebagai jawaban yang
benar. Ciri khas piihan ganda semua alternative jawaban ada kemungkinan sebagai
jawaban yang benar, sehingga peserta didik terpaksa membaca dan mmeikirkan
semua pilihan dan menentukan mana yang paling benar dan tepat.
Contoh yang kurang baik :
Siapakah di antara nama – nama di bawah ini yang menemukan telepon?
A.Bell
B. Marconi
C. Morse
D. Pasteur

Contoh yang lebih baik :


Siapakah di antara nama – nama di bawha ini yang menemukan telepon?
A.Bell
B. Marconi
C. Morse
D. Edison

h. Hidari keadaan di mana jawaban yang beanr sealau diutlis lebih panjang dari
jawaban yang salah.
i. Hindari adanya petunjuk / indicator pada jawaban yang benar.
Contoh yang kurang baik :
Agar air panas dalam teko tidak cepat dingin, maka teko tersebut dibungkus
dengan ?
A.Kain
B. Seng
C. Tembaga
D. Timah

Dalam contoh ini A jawaban yang benar, ada petunjuk bahwa A lain dari 3 pilihan
berikutnya.

Contoh yang lebih baik


Air panas akan bertahan panas jika disimpan dalam bejana yang terbuat dari..
A.Aluminium
B. Keramik
C. Plastik
D. Seng

j. Hindari menggunakan pilihan yang berbunyi “semua yang di atas benar” atau “tidak
satu pun yang di atas benar”. Adanya pilihan semacam ini sebenarnya mengurangi
jumlah alternative pilihan, akrena kalau peserta didik sudah mengenal satu atau dua
diantara empat pilihan sebagai jawaban pilihan ketiga peserta didik tersebut akan
memilih “semua jawaban benar”. Hal ini berlaku untuk “tidak satupun jawaban
benar”
k. Gunakan tiga atau lebih alternative pilihan.
l. Pokok soal diusahakan tidak menggunakan ungkapan atau kata – kata yang
bermakna tidak tentu.
m. Pokok soal sedapat mungkin dalam pernyataan atau petanyaan positif. Jika terpaksa
menggunakan penyataan negative maka kata negative digaris bawah atau cetak
tebal.
Contoh yang kurang baik :
Pada semua tumbuhan yang berhijau daun, fotosintesis tidak akan terjadi tanpa..
A.Udara, tanah, dan air
B.Cahaya, udara,dan tanak
C. Air, cahaya ,dan udara
D. Air, tanah, dan cahaya

Yang lebih baik :


Pada semua tumbuhan yang berhijau daun fotosintesis akan terjadi bila terdapat..

A.Udara, tanah, dan air


B.Cahaya, udara,dan tanak
C. Air, cahaya ,dan udara
D. Air, tanah, dan cahaya

Untuk lebih meningkatkan kemampuan butir soal tipe soal pilihan ganda ada beberapa
ragam dari tipe pilihan ganda yaitu:

1. Pilihan ganda biasa


2. Piihan ganda analisis hubungan antar hal
3. Pilihan ganda analisis kasus
4. Pilihan ganda kompleks
5. Pilihan ganda yang menggunakan diagram, gambar, grafik atau tabel.

3. Perbedaan dan ppersamaan tes uraian dan tes objektif


Aspek Tes objektif Tes uraian
Taksonomi yang diukur Baik untuk mengukur Kurang baik untuk mengukur
pengetahuan ingatan, ingatan, baik untuk
pemahaman, aplikasi, dan mengukur pemahaman,
analisa. Kurang tepat untuk aplikasi, analisa, paling
mengukur sintesa dan untuk mengukursintesa dan
evaluasi. evaluasi.
Jumlah Sampel Banyak sampel pertanyaan Hanya dapat menanyakan
seingga benar – benar beberapa pertanyaan
mewakili materi yang sehigga kurnag mewaakili
diajarkan materi yang diajarkan
Menyusun pertanyaan Menyusun pertanyaan yang Menyusun pertanyaan yang
baik sulit dilakukan dan baik sulit tetapi mudah
memakan waktu yang dibandingkan pertanyaan
banyak objektif, waktu yang
digunakan cukup singkat.
Pengolahan Pengolahan objektif, Pengolahan sangat subjektif,
sederhana dan sukar dan ketepatannya
ketepatannya (reliabilitas) (reliabilitas) rendah.
tinggi
Faktor – factor yang Hasil kekmampuan peserta Hasil kemampuan peserta
mengganggu hasil didik dapat tenganggu oleh didik dapat terganggu oleh
pengolahan kemampuan membaca dan kemampuan meulis dan
menerka mendogeng.
Mendorong peserta didik Mendorong peserta didik
untul lebih banyak untuk mengorganisasikan,
menginat, membuat menghubungkan dan
interpretasi dan menyatakan ide sendiri
menganalisa ide lain secara tertulis
Penyelesaian tes oleh Penyelesaian tes oleh
peseta didik dan peseta didik dan pengolahan
pengolahan tes oelh guru tes oelh guru memerlukan
memerlukan waktu yang waktu yang cukup banyak.
singkat.

D. TEKNIK PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR

Pelaksanan evaluasi hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis, secara lisan dan cara
perbuatan (kinerja) sesuai dengan tuntutan yang tertera pada indicator. Kompetensi yang
dituntut harus melakukan perbuatan, maka sesungguhnya tidak dapat dilakukan dengan
mealkukan evaluasi denagn tulisan atau lisan, tetapi harus dengan melakukan cperbuatan
atau keterampilan seperti ujian PPL oleh seorang calon guru.

Menurut Anas Sudjino (2011: 151 – 157 ) Pelaksanaan evaluasi hasil belajar dapat
digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu :

1. Teknik pelaksanaan tes tertulis

Dalam pelaksanaan ini 10 hal yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Para peserta didik tes hendalnya mendapatkan ketenangan, jauh dari keramaian,
kebisingan dan hirau piruk yang dapat mengganggu kosentrasi.
b. Ruangan tes cukup longgar, jarak tempat duduk cukup antra 75 – 100 cm.
c. Ruangan tes cukup pencahayaan dan pertukaran udara
d. Tersediia alat menulis yang cukup seperti meja
e. Pada waktu mmebawi soal tes hendaknya dalam keadaan terbalik atau tertutup
f. Pengawas ruang ujian hendaknya tidak terlalu banyak bergerak yang dapat
menganggu konsesntrasi
g. Sebelum tes dimulai hendaknya pengawas mengetahui tata tertib ujian dan sanksi
yang diterima bila ada kecurangan
h. Disiapkan daftar hadir peserta tes yang harus ditanda tangani peserta tes
i. Jika waktu telah selesai, peserta tes diinstruksikan untuk berhenti bekerja dna tetap
duduk di tenpat kemudia pengawas mengumpulkan seluruh lembar jawaban, jika
sudah peserta diperkenanankan untuk meninggalkan tempat.
j. Hendaknya ada berita acara (BA) yang berisi jumlah kehadiran peserta tes dan yang
absen lengkap dengan identitasnya.

2. Teknik pelaksanaan Tes Lisan


Terdapat Sembilan tekik pelaksanaan yakni :
a. Sebelum tes dialkukan, peseta tes telah mengetahui jenis soal yang akan
diajukan
b. Setiap butir soal telah disiapkan pedoman penilaian untuk jawaban yang betul
c. Pensekoran dilakkan segara setelah selesai diujikan
d. Janagn sekali – sekali dorum ujian berubah menjadi diskusi
e. Penguji hendaknya jangan sekali sekali memberikan “angina segar” atau kode
tertent yang mengarah kepada menolong peserta tes.
f. Tes lisan harus berlangsung secara wajar, tidak menimbulkan rasa takut,gugup
atau panic.
g. Hendaknya ada patokan waktu yang disediakan untuk setiap butir pertanyaan
h. Hendaknya dalam mengajukan pertanyaan kepada peserta tes yang satu dengan
yang lainnya dialkukan bervariasi namun tetap dalam materi yang sama
i. Sedapat mungkin tes lisan dapat dilakukan secara individual.

3. Teknik pelaksanaan tes perbuatan

ada tiga hal yang perlu diperhatikan yakni :

a. Penguji secara cermat mengamati peserta tes yang melakukan perbuatan


b. Penguji hendaknya jangan melakukan sesuatu atau berbiacra yang dapat
“membantu” peserta tes melakukan perbuatan yang benar
c. Penguji harus menyiapkan lembar observasi berkaitan dengan aspek – aspek yang
dilakukan oleh peserta tes.

Anda mungkin juga menyukai