PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Koperasi menurut Undang-Undang ialah pengertian yang menurut UU
No.17 Tahun 2012 pasal 1 yakni koperasi adalah badan hukum yang didirikan
oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan
kekayaan para anggotanya sebagai model untuk menjalankan usaha, yang
memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan
budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Koperaso didirikan dengan
berlandaskan pada UUD 1945 dan Pancasila. Hal tersebut berarti bahwa dalam
menjalankan usahanya koperasi diharuskan untuk tunduk pada peraturan yang
ada di UUD 1945 dan Pancasila.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap warga Negara Indonesia pada dasarnya memiliki hak untuk menjadi
anggota koperasi.Tetapi, karena koperasi ialah suatu badan hokum yang akan
melakukan berbagai tindakan hukum, maka yang benar-benar dapat diterima
sebagai anggota koperasi hanya mereka yang mampu member tindakan hukum/
tindakan koperasi dan yang akan memenuhi syarat AD dan ART koperasi.
Berhubung dengan hal itu, sesuai dengan salah satu prinsip koperasi,
‘keanggotaan koperasi pada dasarnya bersifat sukarela dan terbuka. Yang
dimaksud dengan sukarela yaitu setiap anggota koperasi mendaftar menjadi
anggota koperasi berdasarkan atas kemauan sendiri.
Sedangkan yang dimaksud dengan terbuka yaitu setiap orang yang mampu
dan memenuhi syarat-syarat kenaggotaan suatu koperasi dapat diterima menjadi
anggota koperasi itu.
2.1.2 Hubungan anggota dengan usaha koperasi
2
1) hak untuk menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara
dalam rapat anggota.
2) memilih/ dipilih menjadi pengurus
3) meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan-ketentuan dalam
anggaran dasar.
4) mengemukakan pendapat/ saran-saran kepada pengurus di luar rapat
anggota ( baik diminta ataupun tidak diminta),
5) memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama di antara
sesama anggota.
6) mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut
ketentuan anggaran dasar.
c syarat-syarat khusus
syarat-syarat khusus ialah syarat tambahan yang harus dipenuhi
oleh setiap calon anggota koperasi sebelum mereka diterima menjadi
anggota koperasi secara penuh. Contoh syarat-syarat khusus:
1) Koperasi Pertanian
Anggota terdiri dari para pemilik atau penggarap sawah dan para pekerja
koperasi itu sendiri.
2) Koperasi Nelayan
Para anggotanya terdiri dari para pemilik perahu/kapal, pemilik alat-alat
penangkapan ikan, dan para nelayan penangkap ikan.
3) Koperasi Karet
Para anggotanya terdiri dari para petani, pemilik dan pekerja kebun karet,
para penyadap yang menguasai hasil produksinya, dsb.
Syarat khusus keanggotaan koperasi ini sekaligus merupakan pembeda
antara gerakan koperasi dengan badan usaha-badan usaha lainnya, seperti
perseroan terbatas, perseroan komanditer, dsb.
3
anggota koperasi telah ditetapkan oleh undang-undang sebagai salah satu buku
daftar yang harus ada pada setiap koperasi
2.1.6 Berhenti sebagai anggota koperasi
Keanggotaan seseorang akan berakhir jika bersangkutan :
a Meninggal dunia
b Minta berhenti atas kehendak sendiri
c Diberhentikan karena tidak memenuhi syarat keanggotaan
d Dipecat karena tidak memenuhi kewajiban sebagai anggota.
2.1.7 Manajemen Keanggotaan
Secara konsepsi, manajemen keanggotaan dapat didekati dengan manajemen
sumber daya manusia. Menurut Edwin B. Flippo, manajemen sumber daya
manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dari
pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan,
dan pemutusan hubungan kerja karyawan dengan maksud mencapai tujuan
karyawan, Organisasi dan masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan
manajemen SDM, manajemen keanggotaan koperasi dapat dikonsepkan sebagai
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan,
pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan
pemutusan status keanggotaan anggota koperasi agar tujuan individu angota,
koperasi dan masyarakat disekitarnya dapat terwujud.
2.1.8 Tujuan Manajemen Keanggotaan Koperasi
Meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki anggota terhadap
koperasinya yang dicirikan dari adanya semangat membela dan setia pada
koperasi. Tercapainya tujuan individu anggota dalam berkoperasi yaitu
meningkatkan taraf hidup anggota yang pada gilirannya akan mendorong
tercapainya tujuan Organisasi koperasi yaitu mensejahterakan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Status dan motif anggota koperasi:
1. Anggota sebagai pemilik (owners) dan sekaligus pengguna
(users/customers)
2. Owners: menanamkan modal investasi
3. Customers: memanfaatkan pelayanan usaha koperasi dengan maksimal
2.1.9 Kriteria minimal anggota koperasi
a.Tidak berada dibawah garis kemiskinan & memiliki potensi ekonomi
b.Memiliki pola income regular yang pasti
4
Contoh alur registrasi calon anggota koperasi:
5
usaha, sebagian dari sisa usaha tersebut dapat disisikan pada dana cadangan untuk
memperkuat modal sendiri. Dengan demikian modal koperasi Internal berasal
dari:
1. Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi
anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil selama yang bersangkutan
masih menjadi anggota
2. Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama
yang dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan
tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
3. Dana cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa
hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk
menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
2.2.3 Modal Eksternal Koperasi
Modal eksternal merupakan modal yang didapat dari pihak luar keanggotaan
koperasi, adapaun modal eksternal koperasi berasal dari:
1. Hibah
Hibah adalah suatu pemberian atau hadiah dari seseorang semasa
hidupnya. Hibah dapat berbentuk wasiat, jika pemberian tersebut
diucapkan/ditulis oleh seseorang sebagai wasiat atau pesan terakhir
sebelum meninggal. Atau pemberian modal usaha dari lembaga tertentu.
2. Modal pinjaman
Untuk pengembangan usahanya, koperasi dapat menggunakan modal
pinjaman dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan
usahanya. Modal pinjaman bisa berasal dari:
a.) Anggota
Disamping simpanan pokok dan wajib, koperasi dapat menghimpun
modal pinjaman dari anggotanya dalam bentuk simpanan sukarela dan
simpanan khusus.
b.) Koperasi atau bdan usaha lainnya
Pinjaman dari koperasi atau badan usaha lain dapat diperoleh
melalui kerjasama yang saling menguntungkan.
c.) Bank atau keuangan lainnya
Untuk mendapatkan pinjaman modal dari bank atau lembaga
keuangan lainnya, koperasi harus mengajukan surat yang terdiri
6
dari Renacana penggunaan modal/Rencana usaha, Rencana
pengembalian kredit, jaminan barang yang nilainya sebandign
dengan besarnya pinjaman.
d.) Penelitian obligasi atau surat hutang lainnya
Obligasi adalah surat berharga yang merupakan pengakuan jangka
panjang kepada pemegangnya dengan sanggupan membayar bunga
tetap dan mengembalikan pada waktu yang ditentukan, untuk
menerbitkan obligasi harus memenuhi persyaratan dan
mendapatkan izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM)
e.) Sumber lain yang sah
Pinjaman dari sumber lain yang sah biasanya diperoleh dari
pemerintah atau lembaga lainnya atas dasar pertimbangan tertentu.
f.) Modal penyertaan
Selain modal sendiri dan pinjaman koperasi dapat memperluas
usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan yang berasal dari
pemerintah atau masyarakat. Pada hakekatnya modal penyertaan
merupakan modal pinjaman yang dalam hal menanggung resiko
diperlukan sebagai modal sendiri (ekuity).
Istilah sisa hasil-usaha atau SHU dalam organisasi badan usaha koperasi
dapat dipandang dari dua sisi. Dari sisi pertama, SHU ditentukan dari cara
menghitungnya yaitu seperti yang disebut di dalam Pasal 45 Ayat (1) Undang-
Undang Perkoperasian. Sehingga SHU adalah merupakan laba atau keuntungan
yang diperoleh dari menjalankan usaha sebagaimana layaknya sebuah perusahaan
bukan koperasi. Dari sisi kedua, sebagai badan usaha yang mempunyai
karakteristik dan nilai-nilai tersendiri, maka sebutan sisa hasil usaha merupakan
makna yang berbeda dengan keuntungan atau laba dari badan usaha bukan
koperasi. Sisi ini menunjukkan bahwa badan usaha koperasi bukan
mengutamakan mencari laba tetapi mengutamakan memberikan pelayanan kepada
anggotanya.
Sebuah koperasi dikatakan baik atau berkembang bukan hanya dilihat dari
perolehan SHU saja, tetapi juga dilihat dari rancangan anggaran pendapatan, biaya
dan kerja (RAPBK) koperasi yang telah disetujui dalam rapat anggota tahunan
sebelumnya dibandingkan dengan realisasi yang dicapai, hal ini tergambar dalam
laporan tahunan koperasi dimaksud.
a. Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk
anggota, dibagikan untuk :
7
1) Cadangan koperasi
2) Para Anggota, sebanding dengan jasa yang diberikan masingmasing
3) Dana Pengurus
4) Dana Pegawai / karyawan
5) Dana pendidikan koperasi
6) Dana Sosial
7) Dana Pembangunan Daerah kerja
b. Sisa Hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk
bukan anggota, dibagikan untuk :
1) Cadangan koperasi
2) Dana Pengurus
3) Dana Pegawai/karyawan
4) Dana Pendidikan Koperasi
5) Dana Sosial
6) Dana Pembangunan Daerah Kerja
SHU Total adalah SHU yang terdapat pada neraca atau laporan
laba-rugi koperasi setelah pajak (profit after tax)
8
Rumus Pembagian SHU
Di mana :
2. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan
anggota sendiri.
Perhitungan (II)
9
digunakan oleh koperasi guna menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
organisasi koperasi.
Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta besarnya
keperluan lain, ditetapkan oleh Rapat Anggota.
PK = Hjk.Qjk
10
anggota tersebut. Dengan demikian, hasil penjualan koperasi (partisipasi bruto
anggota = pendapatan koperasi) setelah dipotong dengan partisipasi neto anggota
akan diperoleh harga pelayanan (HP) koperasi terhadap anggota. Jadi, harga
pelayanan koperasi dalam koperasi pemasaran adalah harga jual yang diterima
oleh anggota dari koperasinya.
Huk = PK – HP.
Huk adalah: Hasil usaha kotor koperasi dan merupakan partisipasi neto anggota;
Hasil usaha kotor adalah partisipasi neto anggota yang digunakan oleh
koperasi untuk menutupi pelayanan dan biaya operasional koperasi. Biaya
pelayanan meliputi antara lain: biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan
kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh koperasi, misalnya biaya distribusi dan
transportasi, gaji dan upah, penyusutan, pemeliharaan aktiva tetap, dan lain
sebagainya. Biaya operasional koperasi antara lain meliputi: biaya-biaya yang
berhubungan dengan pelaksanaan fungsi organisasi koperasi, misalnya biaya
untuk keperluan melaksanakan rapat anggota, biaya pendidikan dan pembinaan,
dan lain-lain. Dalam hal koperasi memiliki kelebihan kapasitas pelayanan, maka
perhitungan penghasilan—earnings—dari usaha koperasi yang dihasilkan dari
pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa koperasi yang bukan anggota
merupakan pendapatan sebagaimana layaknya hasil usaha yang didapat oleh
perusahaan bukan koperasi. Pendapatan usaha yang dihasilkan dari pelayanan
kepada bukan anggota menjadi penambah hasil usaha yang dihasilkan dari
pelayanan kepada anggota.
PK = Hjka. Kba.
Hjka adalah: Harga per satuan barang yang dibeli oleh anggota dari koperasi;
11
Untuk menghitung partisipasi neto atau hasil usaha kotor, hasil usaha
dengan anggota dan laba usaha dari bukan anggota sama seperti penjelasan yang
diberikan kepada koperasi pemasaran di atas.
PK = Vka + Bka.
Vka merupakan suatu jumlah atau besar pokok pinjaman yang disalurkan kepada
anggota;
Setelah hasil usaha kotor koperasi atau disebut juga partisipasi neto
anggota dikurangi dengan semua unsur biaya pelayanan dan biaya operasional
koperasi (dalam Pasal 45 Ayat (1) hanya disebut: biaya, penyusutan, pajak, dan
kewajiban), maka akan diperoleh hasil usaha koperasi yang didapat dari anggota.
Hasil usaha koperasi dapat terlihat setelah menjumlahkan komponen hasil usaha
yang berasal dari anggota dengan pendapatan atau laba/rugi usaha yang didapat
dari bukan anggota.
12
langsung; sedangkan biaya koperasi merupakan biaya yang harus ditanggung oleh
koperasi akibat dari menjalankan misi koperasi dalam rangka memberikan
pelayanan kepada anggotanya.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15