Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Koperasi menurut Undang-Undang ialah pengertian yang menurut UU
No.17 Tahun 2012 pasal 1 yakni koperasi adalah badan hukum yang didirikan
oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan
kekayaan para anggotanya sebagai model untuk menjalankan usaha, yang
memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan
budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Koperaso didirikan dengan
berlandaskan pada UUD 1945 dan Pancasila. Hal tersebut berarti bahwa dalam
menjalankan usahanya koperasi diharuskan untuk tunduk pada peraturan yang
ada di UUD 1945 dan Pancasila.

Koperasi juga dapat diartikan sebagai sebuah organisasi ekonomi yang


dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang demi kepentingan bersama.
Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan asas kekeluargaan. Seluruh keuntungan yang didapat oleh
koperasi akan dikelola untuk kemajuan kinerja koperasi dan dibagikan pada
anggota aktif.Koperasi dimaksudkan untuk bisa mencapai keuntungan secara
bersama-sama. Artinya, harus menguntungkan semua anggota koperasi.
Dalam berbagai macam hak dan kewajiban anggota koperasi harus dilakukan
dan dijalankan agar kesejahteraan para anggotanya juga dapat terpenuhi
dengan baik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana mekanisme keangggotaan koperasi?
2. Darimana sumber modal perkoperasian?
3. Bagaiamana mekanisme penggunaan Sisa Hasil Usaha (SHU)?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui mekanisme keanggotaan koperasi
2. Untuk mengetahui sumber modal perkoperasian
3. Untuk mengetahui mekanisme penggunaan Sisa Hasil Usaha (SHU)

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KEANGGOTAAN KOPERASI

2.1.1 Sifat keanggotaan koperasi

Setiap warga Negara Indonesia pada dasarnya memiliki hak untuk menjadi
anggota koperasi.Tetapi, karena koperasi ialah suatu badan hokum yang akan
melakukan berbagai tindakan hukum, maka yang benar-benar dapat diterima
sebagai anggota koperasi hanya mereka yang mampu member tindakan hukum/
tindakan koperasi dan yang akan memenuhi syarat AD dan ART koperasi.
Berhubung dengan hal itu, sesuai dengan salah satu prinsip koperasi,
‘keanggotaan koperasi pada dasarnya bersifat sukarela dan terbuka. Yang
dimaksud dengan sukarela yaitu setiap anggota koperasi mendaftar menjadi
anggota koperasi berdasarkan atas kemauan sendiri.
Sedangkan yang dimaksud dengan terbuka yaitu setiap orang yang mampu
dan memenuhi syarat-syarat kenaggotaan suatu koperasi dapat diterima menjadi
anggota koperasi itu.
2.1.2 Hubungan anggota dengan usaha koperasi

Jika seseorang menyatakan ingin masuk menjadi anggota koperasi, maka


pertimbangan yang terpenting adalah“ apakah koperasi dapat memenuhi
kebutuhannya sehingga dapat memperbaiki penghidupannya” . jadi tidak semata-
mata karena adanya keinginan untuk melipatgandakan uang yang ditanamkan
kedalam usaha koperasi. Hubungan antara usaha koperasi dengan kepentingan
anggota perlu mendapat perhatian.Sebab, alasan seseorang menjadi adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
2.1.3 Kewajiban dan hak anggota koperasi
a Kewajiban anggota koperasi
Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 20 UU no 25/1992 kewajiban-
kewajiban anggota koperasi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) mematuhi AD dan ART koperasi serta semua keputusan yang telah
disepakati bersama dengan rapat anggota
2) berpartisipasi pada usaha yang diselenggarakan oleh koperasi.
3) mengembangkan dan memelihara kebersaman berdasar atas asas
kekeluargaan.
b Hak anggota koperasi
Dalam garis besarnya, hak-hak anggota koperasi, yaitu :

2
1) hak untuk menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara
dalam rapat anggota.
2) memilih/ dipilih menjadi pengurus
3) meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan-ketentuan dalam
anggaran dasar.
4) mengemukakan pendapat/ saran-saran kepada pengurus di luar rapat
anggota ( baik diminta ataupun tidak diminta),
5) memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama di antara
sesama anggota.
6) mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut
ketentuan anggaran dasar.
c syarat-syarat khusus
syarat-syarat khusus ialah syarat tambahan yang harus dipenuhi
oleh setiap calon anggota koperasi sebelum mereka diterima menjadi
anggota koperasi secara penuh. Contoh syarat-syarat khusus:
1) Koperasi Pertanian
Anggota terdiri dari para pemilik atau penggarap sawah dan para pekerja
koperasi itu sendiri.
2) Koperasi Nelayan
Para anggotanya terdiri dari para pemilik perahu/kapal, pemilik alat-alat
penangkapan ikan, dan para nelayan penangkap ikan.
3) Koperasi Karet
Para anggotanya terdiri dari para petani, pemilik dan pekerja kebun karet,
para penyadap yang menguasai hasil produksinya, dsb.
Syarat khusus keanggotaan koperasi ini sekaligus merupakan pembeda
antara gerakan koperasi dengan badan usaha-badan usaha lainnya, seperti
perseroan terbatas, perseroan komanditer, dsb.

2.1.4 Permintaan menjadi anggota koperasi

Setiap orang yang ingin menjadi anggota koperasi perlu mempelajari


terlebih dahulu maksud dan tujuan koperasi tersebut, terutama mengenai syarat-
syarat keanggotaan, hak dan kewajiban sebagai anggota koperasi. Jika calon
anggota sudah memahami semuanya dan dapat nerima syarat-syarat yang berlaku,
maka selanjutnya ia harus menyampaikan permintaan untuk diterima sebagai
anggota secara tertulis, setelah itu barulah pengurus koperasi meneliti
kelengkapan persyaratan para calon anggota, baik berdasar ketentuan dalam UU
atau AD koperasi.
2.1.5 Bukti keanggotaan koperasi

Penerimaan seorang calon anggota koperasi harus dibuktikan oleh


pengurus dengan mencatatnya di dalam buku daftar anggota koperasi. Buku daftar

3
anggota koperasi telah ditetapkan oleh undang-undang sebagai salah satu buku
daftar yang harus ada pada setiap koperasi
2.1.6 Berhenti sebagai anggota koperasi
Keanggotaan seseorang akan berakhir jika bersangkutan :
a Meninggal dunia
b Minta berhenti atas kehendak sendiri
c Diberhentikan karena tidak memenuhi syarat keanggotaan
d Dipecat karena tidak memenuhi kewajiban sebagai anggota.
2.1.7 Manajemen Keanggotaan
Secara konsepsi, manajemen keanggotaan dapat didekati dengan manajemen
sumber daya manusia. Menurut Edwin B. Flippo, manajemen sumber daya
manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dari
pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan,
dan pemutusan hubungan kerja karyawan dengan maksud mencapai tujuan
karyawan, Organisasi dan masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan
manajemen SDM, manajemen keanggotaan koperasi dapat dikonsepkan sebagai
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan,
pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan
pemutusan status keanggotaan anggota koperasi agar tujuan individu angota,
koperasi dan masyarakat disekitarnya dapat terwujud.
2.1.8 Tujuan Manajemen Keanggotaan Koperasi
Meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki anggota terhadap
koperasinya yang dicirikan dari adanya semangat membela dan setia pada
koperasi. Tercapainya tujuan individu anggota dalam berkoperasi yaitu
meningkatkan taraf hidup anggota yang pada gilirannya akan mendorong
tercapainya tujuan Organisasi koperasi yaitu mensejahterakan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Status dan motif anggota koperasi:
1. Anggota sebagai pemilik (owners) dan sekaligus pengguna
(users/customers)
2. Owners: menanamkan modal investasi
3. Customers: memanfaatkan pelayanan usaha koperasi dengan maksimal
2.1.9 Kriteria minimal anggota koperasi
a.Tidak berada dibawah garis kemiskinan & memiliki potensi ekonomi
b.Memiliki pola income regular yang pasti

4
Contoh alur registrasi calon anggota koperasi:

Struktur Organisasi koperasi:

2.2 MODAL KOPERASI


2.2.1 Pengertian Modal
Modal adalah sejumlah harga (uang/barang) yang digunakan untuk
menjalankan usaha, modal berupa uang tunai, barang dagangan bangunan dan lain
sebagainya. Modal koperasi terdiri dari modal jangka panjang (Modal tetap) dan
modal jangka pendek (modal kerja).
1. Modal jangka panjang (tetap)
Diperlukan untuk Menyediakan fasilitas fisik koperasi, seperti pembelian
tanah, gedung, mesin, dan kendaraan.
2. Modal jangka pendek (kerja)
Diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional koperasi seperti gaji,
pembelian bahan baku, pembayaran pajak, premi asuransi, dan sebagainya.
Jika koperasi tersebut adalah koperasi simpan pinjam, maka modal ini
diperlukan untuk pemberian pinjaman kepada para anggota (circulating
capital)
2.2.2 Modal Internal Koperasi
Modal internal koperasi pertama-tama dihimpun dari simpanan anggota
(simpanan pokok dan wajib), setelah koperasi berjalan dan mendapatkan sisa hasil

5
usaha, sebagian dari sisa usaha tersebut dapat disisikan pada dana cadangan untuk
memperkuat modal sendiri. Dengan demikian modal koperasi Internal berasal
dari:
1. Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi
anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil selama yang bersangkutan
masih menjadi anggota
2. Simpanan wajib
Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama
yang dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan
tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
3. Dana cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa
hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk
menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
2.2.3 Modal Eksternal Koperasi
Modal eksternal merupakan modal yang didapat dari pihak luar keanggotaan
koperasi, adapaun modal eksternal koperasi berasal dari:
1. Hibah
Hibah adalah suatu pemberian atau hadiah dari seseorang semasa
hidupnya. Hibah dapat berbentuk wasiat, jika pemberian tersebut
diucapkan/ditulis oleh seseorang sebagai wasiat atau pesan terakhir
sebelum meninggal. Atau pemberian modal usaha dari lembaga tertentu.
2. Modal pinjaman
Untuk pengembangan usahanya, koperasi dapat menggunakan modal
pinjaman dengan memperhatikan kelayakan dan kelangsungan
usahanya. Modal pinjaman bisa berasal dari:
a.) Anggota
Disamping simpanan pokok dan wajib, koperasi dapat menghimpun
modal pinjaman dari anggotanya dalam bentuk simpanan sukarela dan
simpanan khusus.
b.) Koperasi atau bdan usaha lainnya
Pinjaman dari koperasi atau badan usaha lain dapat diperoleh
melalui kerjasama yang saling menguntungkan.
c.) Bank atau keuangan lainnya
Untuk mendapatkan pinjaman modal dari bank atau lembaga
keuangan lainnya, koperasi harus mengajukan surat yang terdiri

6
dari Renacana penggunaan modal/Rencana usaha, Rencana
pengembalian kredit, jaminan barang yang nilainya sebandign
dengan besarnya pinjaman.
d.) Penelitian obligasi atau surat hutang lainnya
Obligasi adalah surat berharga yang merupakan pengakuan jangka
panjang kepada pemegangnya dengan sanggupan membayar bunga
tetap dan mengembalikan pada waktu yang ditentukan, untuk
menerbitkan obligasi harus memenuhi persyaratan dan
mendapatkan izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM)
e.) Sumber lain yang sah
Pinjaman dari sumber lain yang sah biasanya diperoleh dari
pemerintah atau lembaga lainnya atas dasar pertimbangan tertentu.
f.) Modal penyertaan
Selain modal sendiri dan pinjaman koperasi dapat memperluas
usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan yang berasal dari
pemerintah atau masyarakat. Pada hakekatnya modal penyertaan
merupakan modal pinjaman yang dalam hal menanggung resiko
diperlukan sebagai modal sendiri (ekuity).

2.3 PENGGUNAAN SISA HASIL USAHA

Istilah sisa hasil-usaha atau SHU dalam organisasi badan usaha koperasi
dapat dipandang dari dua sisi. Dari sisi pertama, SHU ditentukan dari cara
menghitungnya yaitu seperti yang disebut di dalam Pasal 45 Ayat (1) Undang-
Undang Perkoperasian. Sehingga SHU adalah merupakan laba atau keuntungan
yang diperoleh dari menjalankan usaha sebagaimana layaknya sebuah perusahaan
bukan koperasi. Dari sisi kedua, sebagai badan usaha yang mempunyai
karakteristik dan nilai-nilai tersendiri, maka sebutan sisa hasil usaha merupakan
makna yang berbeda dengan keuntungan atau laba dari badan usaha bukan
koperasi. Sisi ini menunjukkan bahwa badan usaha koperasi bukan
mengutamakan mencari laba tetapi mengutamakan memberikan pelayanan kepada
anggotanya.

Sebuah koperasi dikatakan baik atau berkembang bukan hanya dilihat dari
perolehan SHU saja, tetapi juga dilihat dari rancangan anggaran pendapatan, biaya
dan kerja (RAPBK) koperasi yang telah disetujui dalam rapat anggota tahunan
sebelumnya dibandingkan dengan realisasi yang dicapai, hal ini tergambar dalam
laporan tahunan koperasi dimaksud.

Pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi diatur sebagai berikut

a. Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk
anggota, dibagikan untuk :

7
1) Cadangan koperasi
2) Para Anggota, sebanding dengan jasa yang diberikan masingmasing
3) Dana Pengurus
4) Dana Pegawai / karyawan
5) Dana pendidikan koperasi
6) Dana Sosial
7) Dana Pembangunan Daerah kerja

b. Sisa Hasil usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk
bukan anggota, dibagikan untuk :

1) Cadangan koperasi
2) Dana Pengurus
3) Dana Pegawai/karyawan
4) Dana Pendidikan Koperasi
5) Dana Sosial
6) Dana Pembangunan Daerah Kerja

Beberapa informasi dasar dalam penghitungan SHU anggota diketahui


sebagai berikut

1. SHU Total Koperasi pada satu tahun buku


2. Bagian (persentase) SHU anggota
3. Total simpanan seluruh anggota
4. Total seluruh transaksi usaha (volume usaha atau omzet) yang bersumber dari
anggota
5. Jumlah simpanan per anggota
6. Omzet atau volume usaha per anggota

Istilah-istilah Informasi Dasar

 SHU Total adalah SHU yang terdapat pada neraca atau laporan
laba-rugi koperasi setelah pajak (profit after tax)

 Transaksi anggota adalah kegiatan ekonomi (jual beli barang atau


jasa), antara anggota terhadap koperasinya.

 Partisipasi modal adalah kontribusi anggota dalam memberi modal


koperasinya, yaitu bentuk simpanan pokok, simpanan wajib,
simpanan usaha, dan simpanan lainnya.

8
Rumus Pembagian SHU

Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 mengatakan bahwa “Pembagian SHU


kepada anggota dilakukan tidak sematamata berdasarkan modal yang dimiliki
seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha
anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan
perwujudankekeluargaandankeadilan”.

 Di dalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai


berikut: Cadangan koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana pengurus 5%,
dana karyawan 5%, dana pendidikan 5%, dana sosial 5%, dana
pembangunan lingkungan 5%.

 • Tidak semua komponen di atas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya.


Hal ini tergantung dari keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat
anggota.

SHU per anggota

SHUA = JUA + JMA

Di mana :

 SHUA = Sisa Hasil Usaha Anggota

 JUA = Jasa Usaha Anggota

 JMA = Jasa Modal Anggota

PRINSIP-PRINSIP PEMBAGIAN SHU KOPERASI

1. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.

2. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan
anggota sendiri.

3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan.

4. SHU anggota dibayar secara tunai

Perhitungan (II)

Kontribusi anggota terhadap kegiatan usaha koperasi dapat berbentuk


kewajiban anggota untuk membayar harga atas pelayanan koperasi. Di dalam
harga atas pelayanan koperasi terdapat unsur pendapatan koperasi, yang akan

9
digunakan oleh koperasi guna menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
organisasi koperasi.

Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta besarnya
keperluan lain, ditetapkan oleh Rapat Anggota.

Secara keseluruhan, bentuk kontribusi anggota terhadap kebutuhan pembiayaan


koperasi dapat terdiri dari:

1. Partisipasi Bruto, yaitu partisipasi anggota terhadap seluruh biaya yang


dikeluarkan oleh koperasi dalam rangka memberikan pelayanan-pelayanan,
Partisipasi bruto dihitung dari harga pelayanan yang diterima atau dibayar oleh
anggota;
2. Partisipasi Neto, yaitu partisipasi anggota terhadap biaya-biaya di tingkat
organisasi koperasi, dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi sebagai pemegang
mandat anggota.
Pendapatan koperasi akan diterima pada saat anggota koperasi membayar
harga pelayanan-pelayanan koperasi. Berarti pendapatan koperasi merupakan
partisipasi bruto anggota terhadap keseluruhan pembiayaan usaha koperasi (dalam
hal perusahaan bukan koperasi, pembayaran oleh konsumen kepada perusahaan
tidak dapat disebut partisipasi konsumen kepada perusahaan). Untuk melihat
gambaran mengenai cara melihat perhitungan SHU koperasi berikut dipaparkan
berdasarkan beberapa jenis koperasi.

SHU Koperasi Pemasaran

Dalam koperasi pemasaran, partisipasi bruto anggota adalah harga jual


produk koperasi ke pasar. Hasil penjualan produk koperasi tersebut ke pasar pada
dasarnya adalah menjadi milik anggota. Karena partisipasi bruto anggota koperasi
merupakan pendapatan koperasi, maka dapat dijabarkan sebagai berikut:

PK = Hjk.Qjk

PK merupakan: Pendapatan koperasi = partisipasi bruto

Hjk merupakan: Harga jual produk koperasi per satuan ke pasar

Qjk merupakan: Kuantitas jual produk koperasi ke pasar

Untuk menjalankan misinya sebagai organisasi pemasaran, koperasi


memerlukan biaya-biaya; yang dapat dikualifikasikan sebagai biaya operasional.
Biaya-biaya tersebut menjadi tanggungan para anggota koperasi. Partisipasi
anggota memberikan kontribusi untuk menutup biaya-biaya di tingkat organisasi,
disebut sebagai partisipasi neto anggota. Kemudian, para anggota akan menerima
hasil penjualan produknya dari koperasi setelah dikurangi partisipasi neto dari

10
anggota tersebut. Dengan demikian, hasil penjualan koperasi (partisipasi bruto
anggota = pendapatan koperasi) setelah dipotong dengan partisipasi neto anggota
akan diperoleh harga pelayanan (HP) koperasi terhadap anggota. Jadi, harga
pelayanan koperasi dalam koperasi pemasaran adalah harga jual yang diterima
oleh anggota dari koperasinya.

Dikaitkan dengan Pasal 45 Ayat (1), maka partisipasi neto anggota


terhadap koperasi merupakan hasil usaha kotor bagi koperasi, sehingga
perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut:

Huk = PK – HP.

Huk adalah: Hasil usaha kotor koperasi dan merupakan partisipasi neto anggota;

HP adalah: Harga pelayanan yang diberikan koperasi kepada anggota.

Hasil usaha kotor adalah partisipasi neto anggota yang digunakan oleh
koperasi untuk menutupi pelayanan dan biaya operasional koperasi. Biaya
pelayanan meliputi antara lain: biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan
kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh koperasi, misalnya biaya distribusi dan
transportasi, gaji dan upah, penyusutan, pemeliharaan aktiva tetap, dan lain
sebagainya. Biaya operasional koperasi antara lain meliputi: biaya-biaya yang
berhubungan dengan pelaksanaan fungsi organisasi koperasi, misalnya biaya
untuk keperluan melaksanakan rapat anggota, biaya pendidikan dan pembinaan,
dan lain-lain. Dalam hal koperasi memiliki kelebihan kapasitas pelayanan, maka
perhitungan penghasilan—earnings—dari usaha koperasi yang dihasilkan dari
pelayanan yang diberikan kepada pengguna jasa koperasi yang bukan anggota
merupakan pendapatan sebagaimana layaknya hasil usaha yang didapat oleh
perusahaan bukan koperasi. Pendapatan usaha yang dihasilkan dari pelayanan
kepada bukan anggota menjadi penambah hasil usaha yang dihasilkan dari
pelayanan kepada anggota.

SHU Koperasi Pembelian

Menghitung SHU Koperasi Pembelian dapat dilakukan sebagai berikut:


hasil penjualan koperasi adalah sama dengan partisipasi bruto anggota dan sama
dengan pendapatan koperasi dari nilai belanja yang dilakukan oleh anggota
kepada koperasi. Perhitungannya sebagai berikut:

PK = Hjka. Kba.

Hjka adalah: Harga per satuan barang yang dibeli oleh anggota dari koperasi;

Kba adalah: Kuantitas belanja yang dilakukan oleh anggota kepada koperasi.

11
Untuk menghitung partisipasi neto atau hasil usaha kotor, hasil usaha
dengan anggota dan laba usaha dari bukan anggota sama seperti penjelasan yang
diberikan kepada koperasi pemasaran di atas.

SHU Koperasi Simpan Pinjam

Dalam hal koperasi simpan pinjam, maka partisipasi bruto atau PK


anggota adalah jumlah atau besar kredit yang diberikan kepada anggota ditambah
bunga dan biaya administrasi kredit. Perhitungannya dapat dirumuskan sebagai
berikut:

PK = Vka + Bka.

Vka merupakan suatu jumlah atau besar pokok pinjaman yang disalurkan kepada
anggota;

Bka merupakan bunga ditambah dengan biaya administrasi pinjaman.

Di dalam PK harus dicantumkan besar jumlah pokok pinjaman karena dari


besaran jumlah pinjaman tersebut dapat memberi gambaran bahwa koperasi dalam
mempromosikan anggotanya melalui pelayanan pinjaman. Anggota koperasi,
wajib mengembalikan pokok pinjaman yang diberikan koperasi; pokok pinjaman
tersebut merupakan harga pelayanan koperasi. Partisipasi neto anggota atau hasil
usaha kotor koperasi akan dapat dilihat dari besarnya bunga pinjaman dan biaya
administrasi pinjaman yang dibayar oleh anggota. Bunga pinjaman dan biaya
administrasi kredit dari koperasi haruslah lebih menguntungkan anggota
dibandingkan dengan bunga kredit yang ditetapkan oleh lembaga keuangan lain.

Setelah hasil usaha kotor koperasi atau disebut juga partisipasi neto
anggota dikurangi dengan semua unsur biaya pelayanan dan biaya operasional
koperasi (dalam Pasal 45 Ayat (1) hanya disebut: biaya, penyusutan, pajak, dan
kewajiban), maka akan diperoleh hasil usaha koperasi yang didapat dari anggota.
Hasil usaha koperasi dapat terlihat setelah menjumlahkan komponen hasil usaha
yang berasal dari anggota dengan pendapatan atau laba/rugi usaha yang didapat
dari bukan anggota.

Dengan melakukan pemisahan komponen penghasil yang didapat dari


anggota dan yang didapat dari bukan anggota, maka perhitungan laba/rugi usaha
yang didapat dari bukan anggota tersebut harus menjadi pelengkap (lampiran) dari
perhitungan SHU koperasi.

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil usaha dari


sebuah koperasi adalah hasil yang didapat dari partisipasi anggota secara

12
langsung; sedangkan biaya koperasi merupakan biaya yang harus ditanggung oleh
koperasi akibat dari menjalankan misi koperasi dalam rangka memberikan
pelayanan kepada anggotanya.

Dengan demikian SHU tersebut merupakan hasil akhir dari penjumlahan


komponen-komponen yang menghasilkan dikurangi dengan jumlah komponen-
komponen biaya; jadi merupakan “sisa” dari semua hasil kegiatan menjalankan
usaha. Karena SHU merupakan sisa dari partisipasi anggota, maka SHU setelah
dikurangi dengan penyisihan untuk dana cadangan, dapat diberikan atau
didistribusikan kepada anggota sebanding dengan kontribusi dari masing-masing
anggota koperasi tersebut.

Ketentuan perundang-undangan koperasi Indonesia memberikan batasan


sebagai berikut:

Pasa1 45 Ayat (2) UU Perkoperasian berbunyi:

“SHU setelah dikurangi dana cadangan dibagikan kepada anggota sebanding


dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi
serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan
lain dari koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota”.

Penjelasan Pasal 45 Ayat (2) UU Perkoperasian berbunyi:

“Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta besarnya


keperluan lain, ditetapkan oleh Rapat Anggota. Yang dimaksud dengan jasa
usaha adalah transaksi usaha dan partisipasi modal.”

Dari isi ketentuan perundang-undangan tersebut dapat dilihat secara jelas


apa arti SHU dari sebuah koperasi, sehingga memiliki makna dan nilai yang
berbeda dengan pengertian laba yang didapat oleh sebuah perusahaan bukan
koperasi. Pembagian SHU yang diterima oleh masing-masing anggota jumlahnya
sering memperlihatkan perbedaan yang mencolok, hal ini disebabkan adanya
perbedaan dari besar kecil jasa yang diberikan oleh masing-masing anggota
kepada seluruh kegiatan usaha koperasi. Semakin banyak kontribusi dan
partisipasi langsung anggota dengan koperasinya, maka semakin besar partisipasi
anggota tersebut terhadap percepatan dan pembentukan pendapatan hasil usaha
koperasi.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dalam mendirikan koperasi ada banyak hal yang harus diperhatikan,


diantara faktor tersebut adalah:
1. Keanggotaan koperasi
Keanggotaan koperasi harus jelas, pada dasarnya setiap warga Negara
Indonesia memiliki hak untuk menjadi anggota koperasi.Tetapi, karena koperasi
ialah suatu badan hokum yang akan melakukan berbagai tindakan hukum, maka
yang benar-benar dapat diterima sebagai anggota koperasi hanya mereka yang
mampu member tindakan hukum/ tindakan koperasi dan yang akan memenuhi
syarat AD dan ART koperasi.
Berhubung dengan hal itu, sesuai dengan salah satu prinsip koperasi,
‘keanggotaan koperasi pada dasarnya bersifat sukarela dan terbuka. Yang
dimaksud dengan sukarela yaitu setiap anggota koperasi mendaftar menjadi
anggota koperasi berdasarkan atas kemauan sendiri.
Sedangkan yang dimaksud dengan terbuka yaitu setiap orang yang mampu
dan memenuhi syarat-syarat kenaggotaan suatu koperasi dapat diterima menjadi
anggota koperasi itu.
2. Modal koperasi
Koperasi membutuhkan modal agar kegitan koperasi dapat terus berjalan,
modal sendiri berarti sejumlah harga (uang/barang) yang digunakan untuk
menjalankan usaha, modal berupa uang tunai, barang dagangan bangunan dan lain
sebagainya. Modal koperasi terdiri dari modal jangka panjang (Modal tetap) dan
modal jangka pendek (modal kerja).
3. Penggunaan Sisa Hasil Usaha
Dalam melaksanakan usaha koperasi mendapatkan keuntungan
keuntungan itulah yang disebut Sisa Hasil Usaha (SHU). Dari sisi kedua, sebagai
badan usaha yang mempunyai karakteristik dan nilai-nilai tersendiri, maka
sebutan sisa hasil usaha merupakan makna yang berbeda dengan keuntungan atau
laba dari badan usaha bukan koperasi. Sisi ini menunjukkan bahwa badan usaha
koperasi bukan mengutamakan mencari laba tetapi mengutamakan memberikan
pelayanan kepada anggotanya.
Itulah beberapa factor penting yang harus diperhatikan dalam mendirikan
koperasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dinkop-umkm.jatengprov.go.id. Sumber Modal Koperasi. [Online]. Diakses pada


[07 Oktober 2019)

Moonti, U. (2016). Bahan ajar mata kuliah koperasi. Yogyakarta: Penerbit


Interpena. [online]. Diakses pada [03 Oktober 2019].

Saraswati, Ayu.(2015). Permodalan Koperasi. [Online]. Tersedia di:


http://ayusaraswatisirait.blogspot.com/2015/11/bab-8-permodalan-
koperasi-ekonomi.html?m=1 diakses pada [08 Oktober 2019]

15

Anda mungkin juga menyukai