1
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,
RSUP Dr. M. Djamil, Padang
Abstrak
Community-acquired pneumonia (CAP) adalah salah satu infeksi yang paling sering membutuhkan rawat inap di negara maju. Pada
pasien PPOK, CAP adalah salah satu infeksi yang paling umum. Pasien dengan PPOK memiliki gangguan struktural pada parenkim
paru dan sering menerima pengobatan antibiotik dan steroid oral atau inhalasi. PPOK ditandai dengan peradangan kronis saluran napas dan
mengalami perubahan dalam respon imun lokal dan sistemik. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) telah ditetapkan sebagai
penyebab penting dari community-acquired pneumonia (CAP) berat dengan mortalitas yang sangat tinggi. Insiden community acquired
pneumonia MRSA pneumonia (CA-MRSA) sangat rendah, karena hanya beberapa kasus pneumonia CA-MRSA yang dilaporkan dalam
beberapa tahun terakhir. Terdapat bayak faktor yang memperngaruhi infeksi pneumonia pada pasien PPOK faktor seperti bronkitis kronis,
produksi lendir yang persisten,adanya kolonisasi bakteri, ketidakseimbangan mikrobioma,peningkatan peradangan saluran napas, imunitas
pejamu terganggu dan kerusakan struktural. Kami menyajikan kasus CAP berat yang disebabkan oleh MRSA dengan komorbid PPOK
eksaserbasi dengan gagal napas yang membutuhkan perawatan intensif di ruang ICU.
Abstract
Community-acquired pneumonia (CAP) is one of the most frequent infections requiring hospitalization in developed countries. In
COPD patients, CAP is one of the most common infections. Patients with COPD have structural disorders of the lung parenchyma and often
receive antibiotics and oral or inhaled steroids. COPD is characterized by chronic inflammation of the airways and changes in local and
systemic immune responses. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) has been established as an important cause of severe
community-acquired pneumonia (CAP) with very high mortality. The incidence of community-acquired pneumonia MRSA pneumonia (CA-
MRSA) is very low, as only a few cases of CA-MRSA pneumonia have been reported in recent years. There are many factors that influence
pneumonia infection in COPD patients, such as chronic bronchitis, persistent mucus production, bacterial colonization, microbiome
imbalance, increased airway inflammation, impaired host immunity and structural damage. We present a case of severe CAP caused by
MRSA with comorbid exacerbation of COPD with respiratory failure requiring intensive care in the ICU.
Keyword: Community acquired pneumonia, MRSA, COPD
Korespondensi: Armiza
Email: bdimasb@gmail.com; Hp: 08xxxxxxxxx
J Respir Indo Vol. xx No. x Januari 20xx
1
Armiza: CA-MRSA Pneumonia: Laporan Kasus
2
Armiza: CA-MRSA Pneumonia: Laporan Kasus
3
Armiza: CA-MRSA Pneumonia: Laporan Kasus
4
Armiza: CA-MRSA Pneumonia: Laporan Kasus
5
Armiza: CA-MRSA Pneumonia: Laporan Kasus
19,570
0.05
15,370 15,110 15,360 14,930 14,980
14,510
13,070 12,880
11,550 0.06 0.06 0.09 0.02 11,810 0.09
0.09 0.02 10,530 0.03
0.02 0.02
0.05
Leukosit Procalcitonin
6
Armiza: CA-MRSA Pneumonia: Laporan Kasus
7
Dimas Bayu Firdaus: Presentasi Klinis Persisten Positif COVID-19: Laporan Kasus
dari 4000 pasien pneumonia dengan kultur positif padat seperti panti jompo
dan penjara
dari 60 rumah sakit. Survei tersebut mendapatkan
Penggunaan obat injeksi
MRSA sebagai pathogen penyebab pada 8,9%
Olah raga kontak
kasus CAP, 26,5% kasus HCAP, 22,9% kasus
Homoseksual
HAP, dan 14,6% kasus VAP. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa S. aureus merupakan satu-
satunya patogen yang berhubungan dengan Pasien merupakan penderita community
mortalitas pasien pneumonia.7 acquired pneumonia dengan keluhan demam, batuk
Community acquired-MRSA Pneumonia produktif dan sesak napas, hasil laboratorium
biasanya terjadi pada individu muda yang sehat dan menunjukkan leukositosis dan gambaran
dapat berkembang menjadi berat dengan berbagai pneumonia dari hasil foto toraks. Pada saat masuk
komplikasi yang meningkatkan angka instalasi gawat darurat, pasien mengalami
kematian. Beberapa penelitian telah mendefinisikan penurunan kesadaran dengan hasil analisa gas
infeksi CA-MRSA sebagai berikut: infeksi MRSA darah menunjukkan hiperkapnia yang
yang diidentifikasi dalam waktu 48 jam setelah mengharuskan pasien dirawat di ruang intensif.
masuk ke rumah sakit, tidak ada riwayat rawat inap, Hasil kultur sputum yang di ambil di hari pertama
pembedahan, dialisis atau tinggal di fasilitas rawatan didapatkan organisme Methycillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA). Karena pasien
J Respir Indo Vol. xx No. x Januari 20xx
8
Armiza: CA-MRSA Pneumonia: Laporan Kasus
tidak memiliki riwayat rawatan inap sebelumnya, didapatkan bakteri MRSA yang sensitif vancomicin
kami mendefinisikan pasien tersebut menderita yang merupakan terapi antibiotik pilihan menurut
community Acquired MRSA Pneumonia(CA-MRSA rekomendasi 11 IDSA/ATS 2019, namum karna
Pneumonia). terdapat antibiotik dengan MIC yang lebih baik
Berdasarkan IDSA/ATS 2019 CAP berat (Tabel 2) maka pasien diberikan Erythromycin
harus memiliki 1 kriteria mayor atau 3 atau lebih dengan MIC < 0,25 dikombinasi dengan
kriteria minor (Tabel 6). 9
Levofloxacin dengan MIC 0,25 yang sudah
Tabel 6. Kriteria CAP berat9 didapatkan pasien dari awal rawatan.9,10
Kriteria untuk mendefinisikan CAP berat
Stafilococcus aureus telah terbukti
Kriteria minor
menyebabkan berbagai infeksi berat pada
Frekuensi pernapasan 30x/menit
PaO2/FiO2 rasio <250 komunitas dan lingkungan pelayanan kesehatan.
Infiltrat multilobular Berbagai fokus infeksi dapat disebabkan oleh S.
Kebingungan/disoientasi aureus, yaitu pada jaringan ikat, tulang dan sendi,
Uremia
endokarditis, dan pneumonia. S. aureus dalam
Leukopenia <4000/ μl
patogenesisnya memiliki faktor virulensi yang
Trombositopenia <100.000/ μl
Hiponatremia (Suhu<360C) sangat luas, termasuk produk struktural dan
Hipotensi yang membutuhkan resusitasi cairan toksin/sekretnya.11
Kriteria mayor Beberapa hal sangat berperan dalam
Syok septik yang membutuhkan vasopresor
menunjang virulensi S. aureus yaitu:
Gagal napas yang membutuhkan ventilasi mekanis
Faktor pertama adalah protein permukaan,
misalnya protein A yang membantu
Tabel 7. Strategi pemberian antibiotik awal pasien Rawat inap
CAP berdasarkan tingkat keparahan9 perlekatan kuman ke jaringan host,
Tingkat keparahan Regimen standar sehingga dapat berlanjut pada kolonisasi.
Tidak berat Betalaktam + makrolid atau
Faktor kedua adalah protein invasi yang
Flurokuinolon respirasi
membantu penyebaran bakteri di jaringan
Berat Betalaktam + Makrolid atau
Betalaktam + Flurokuinolon host (leukocidin, kinases dan
respirasi hyaluronidase).
Faktor ketiga adalah toksin yang dihasilkan
Pasien merupakan CAP berat dengan 1
oleh S. aureus, yang befungsi merusak dan
kriteria mayor yaitu gagal napas yang membutuhkan
melisiskan membran sel host (haemolysins,
ventilasi mekanis dan 4 kriteria minor dari frekuensi
leukotoxin and leukocidin).
napas lebih dari 30x/menit, perbandingan PO2/FiO2
Faktor keempat adalah adanya eksotoksin
dibawah 250, Infiltrat multilobus dan penurunan
yang merusak jaringan host atau
kesadaran. Sesuai rekomendasi pasien diberikan
merangsang timbulnya gejala penyakit
terapi empiris kombinasi betalactam dan
(SAE-G, TSST-1, exfoliatin toxin, dan
florokuinolon respirasi yaitu inj. ceftriaxon 2x2gr dan
Panton–Valentine leukocidin / PVL).
inf. Levofloxacin 1x750 mg.
Faktor kelima adalah resistensi natural
Berdasarkan kerentanan antibiotik, dikatakan
terhadap banyak antimicrobial.12
MRSA apabila minimum inhibitory concentration
Mekanisme terjadi MRSA disebabkan oleh
(MIC) terhadap oxacillin lebih besar dari atau sama
transfer gen horizontal Staphylococcal Cassete
dengan 4 mikrogram/mL. Hasil kultur sputum pasien
J Respir Indo Vol. xx No. x Januari 20xx
9
Armiza: CA-MRSA Pneumonia: Laporan Kasus
10
Armiza: CA-MRSA Pneumonia: Laporan Kasus
penyakit, dan eksaserbasi yang lebih sering. Ini yang mengarah pada peningkatan risiko pneumonia
mungkin karena bronkitis kronis dikaitkan dengan pada PPOK, seperti perubahan fisiologis dan
infeksi saluran napas. 16
struktural pejamu, peningkatan virulensi bakteri dan
gangguan kekebalan pejamu.16
Produksi lendir merupakan fitur penting pada
pasien PPOK dengan bronkitis kronis. Lendir yang Pasien mengalami koinsiden dengan stroke
terbentuk di saluran udara merupakan penghalang iskemik. Gagal napas tipe 2 dengan hiperkapnia
pelindung yang terdiri dari air, garam, dan pada pasien dapat memperburuk kondisi neurologis
protein. Komponen makromolekul utama dari mukus pasien. CO2 adalah gas molekul kecil yang larut
adalah protein yang disebut musin. Studi dalam lemak yang memiliki kemampuan difusi yang
eksperimental telah menunjukkan bahwa sekresi kuat dan dapat melintasi sawar darah-otak. Regulasi
musin diperlukan untuk pertahanan melawan infeksi PaCO2 dan perubahan pH dapat mengubah aliran
bakteri, yang menghubungkan defisiensi musin darah serebral dengan mempengaruhi tonus
dengan infeksi saluran napas kronis. Lendir saluran pembuluh darah arteri. Gangguan PaCO2
napas telah terbukti menjadi transportasi lendir diperkirakan memperburuk hasil klinis setelah
saluran napas yang penting, yang menyebabkan berbagai bentuk cedera otak dengan mengubah
produksi sputum, peningkatan peradangan saluran aliran darah serebral dan meningkatkan iskemia
napas, infeksi, obstruksi aliran udara yang serebral.17
memburuk dan penanda perkembangan penyakit.16
Peningkatan volume darah serebral karena
Pada PPOK sedang, peningkatan MUC5AC hiperkapnia mungkin memiliki efek buruk pada
dan MUC5B telah terdeteksi dibandingkan dengan tekanan intra krania (TIK) pada pasien. Hiperkapnia
bukan perokok dan perokok tanpa obstruksi jalan dapat meningkatkan aliran darah serebral melalui
napas, meskipun temuan ini tidak berhubungan vasodilatasi serebral, tetapi juga dapat
dengan infeksi saluran napas. Pada bronkiektasis menyebabkan edema otak dan peningkatan
non-cystic fibrosis (CF), peningkatan kadar MUC2 TIK. Peningkatan TIK tidak hanya menyebabkan
terkait dengan keberadaan Pseudomonas penurunan aliran darah kranial di daerah iskemik,
aeruginosa dan tingkat keparahan penyakit. Sibila et tetapi juga menyebabkan peningkatan risiko
al. melaporkan bahwa kadar MUC2 saluran napas perdarahan otak pada stroke. 17
11
Armiza: CA-MRSA Pneumonia: Laporan Kasus
12
Armiza: CA-MRSA Pneumonia: Laporan Kasus
13