Anda di halaman 1dari 6

Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah

Definisi
Pneumonia adalah inflamasi paru-paru yang disebabkan adanya infeksi streptococcus
pneumoniae.

Klasifikasi Pneumonia dan Etiologi


Tipe pneumonia Keterangan Penyebab
CAP (Community Infeksi yang diperoleh dari Aerobic bacteria: S. Pneumoniae,
Acquired luar Rumah Sakit H.influenza, M.Catarrhalis
Pneumonia)
Atypical: M.Pneumoniae,
C.Pneumoniae, L Pneumoniae,
respiratory Viruses (Rhinovirus
sebagian besar virus influenza)
HAP (Hospital Infeksi yang diperoleh S. pneumoniae, MSSA, E. coli,
acquired setelah 48 jam berada di RS K. pneumoniae, (M. pneumoniae,
Penumonia) C. pneumoniae are rare)
VAP (Ventilator Infeksi yang diperolah Sama dengan HAP
associated setelah penggunaan
penumonia) Ventilator, 48-72 jam
setelah penggunaan
HCAP (Health care Infeksi 30 - 90 hari terapi P. aeruginosa, Acinetobacter
Acquired rawat jalan species, and methicillin-resistant
Pneumonia) Staphylococcus aureus [MRSA]
Aspiration Infeksi yang disebabkan Oral Content: Anaerobes, Viridans
Hospital-Acquired oleh aspirasi isi streptococci
oropharyngeal atau
gastrointestinal.

Patofisiologi
 Mekanisme Pertahanan Normal
Pertahanan host lokal dari saluran pernapasan bagian bawah termasuk batuk, mukosiliar dari
trakea dan bronkus, antibodi (IgA, IgM, dan IgG), komplemen, dan makrofag alveolar.
Lapisan mukosa akan membentuk pelindung bagi sel dari organisme yang melekat dan
menyebabkan infeksi. Kemudian, sel epitel bagian bawah memiliki silia yang dapat
memindahkan partikel dari saluran nafas bagian ke luar. Tetapi, jika partikel berukuran besar
maka akan terperangkap di trakea dan bronkus dan masuk ke alveolar paru-paru dan
menyebabkan terjadinya infeksi jika makrofag alveolar dan pertahanan lainnya tidak bekerja
dengan baik.

 Aspirasi
Aspirasi orofaringeal atau lambung dapat menyebabkan pneumonia aspirasi atau pneumonitis
kimia (asam). Faktor risiko untuk aspirasi termasuk disfagia, perubahan kolonisasi orofaring,
gastroesophageal reflux (GER), dan penurunan pertahanan host.

 HAP,CAP, HCAP
Faktor risiko dari HAP, CAP dan HCAP terdiri dari empat kategori yaitu: mekanisme
intubasi ventilasi, aspirasi, kolonisasi orofaring, dan hiperglikemia.

 Intubasi dapat meningkatkan risiko HAV, VAP hingga dua puluh satu lipat (21). VAP
juga mungkin terkait dengan kolonisasi sirkuit ventilator.
 Risiko aspirasi meningkat pada pasien dengan posisi terlentang, dan penggunaan
tabung endotrakeal yang mencegah penutupan epiglotis, pemberian makan enteral,
GERD (Gastroeshopageal Reflux Disease) dan obat-obatan.
 Kolonisasi orofaring dipengaruhi oleh penggunaan antibiotik, antiseptik oral dan
pengendalian infeksi yang buruk sehingga menurunkan flora normal tubuh.
 Hiperglikemia dapat meningkatkan infeksi dengan cara menghambat fagositosis dan
menyediakan nutrisi bagi pertumbuhan mikroorganisme.

Terapi
Tujuan terapi pneumonia adalah untuk menghilangkan gejala pasien, meminimalkan atau
mencegah komplikasi, dan menurunkan angka kematian. Pertimbangan pemilihan terapi :
1. Faktor spesifik pasien yang akan memengaruhi terapi.
2. Dua hingga tiga organisme teratas kemungkinan menyebabkan infeksi dan masalah
resistensi yang terkait dengan masing-masing organisme.
3. Antimikroba yang akan menutupi organisme ini. Spektrum seharusnya tidak terlalu luas
atau sempit; mereka harus menembus ke tempat infeksi dan menjadi biaya terbanyak
Antibiotik Golongan Mekanisme Kerja

Amoxillin-sulbactam Penisilin Mengganggu sintesis mukopeptida dinding sel


aktif yang mengakibatkan aktivitas bakterisida
Amoxillin-clavulanat
terganggu
piperacillin
penicillin
Ceftriaxone Sefalosporin Aktivitas bakterisida dengan menghambat
sintesis dinding sel dengan mengikat 1 atau
Cefotaxime
lebih protein pengikat penisilin
Ceftazidime

Claritomycin Makrolida Menghambat pertumbuhan bakteri dengan


menghalangi disosiasi tRNA peptidil pada
Erythromycin ribosom, menyebabkan sintesis protein pada
Azithromycin RNA terganggu
Bronkitis

Definisi
Bronkitis dan bronchiolitis adalah kondisi peradangan pada bronkus. Proses peradangan tidak
meluas ke alveoli.

Etiologi
Bronkitis Akut Bronkitis kronis
Iklim dingin dan lembab Polusi udara (asap rokok, debu)
Polusi udara/ asap rokok Gaya hidup dan Genetik
Virus (virus influenza, adenovirus) Virus
Bakteri (S. pneumoniae, spesies Streptococcus, Bakteri
spesies Staphylococcus, dan
Spesies Haemophilus)

Terapi
Tujuan Terapi
Tujuan terapi adalah untuk memberikan kenyamanan kepada pasien dan, dalam kasus yang
luar biasa parah, untuk mengobati dehidrasi terkait dan gangguan pernapasan.

Obat Golongan obat Mekanisme kerja


Bronkitis akut
Paracetamol Antipiretik,analgesik Menghambat prostaglandin
dextromethorphan Antitusif Antagonis reseptor glutamanergik
Bronkitis kronis
Albuterol Agonis β2 Relaksasi otot polos bronkus
Amoxixillin-clavulanate Penicillin (Antibiotik) Menghambat pembentukan
membran sel bakteri
Azithromycin Makrolida menghambat sintesis protein
mikroorganisme dengan mengikat
subunit ribosom 50s
Soal
1. Pasien anak usia 2 bulan datang ke klinik dengan diagnosis bronkitis akut. kemudian dokter
meresepkan obat untuk mengatasi gejalanya. Setelah penggunaan obat, anak tersebut
mengalami reye’s syndrome. Obat apakah yang menyebabkan reaksi obat tidak diinginkan
tersebut?
a. Parasetamol
b. Aspirin
c. Natrium diklofenak
d. Ibu profen
e. Asam mefenamat

Jawaban : B

B. aspirin, berdasarkan studi yang telah dilakukan bahwa reye’s syndrome terjadi pada
penggunaan aspirin (Dipiro, 2014).

A. Parasetamol, ROTD yang terjadi dari penggunaan acetaminophen adalah gangguan fungsi
hati dan steven jonhson syndrome (Medscape)

C. Natrium Diklofenak, Keamanan dan efikasi nya belum ditetapkan pada anak-anak (DIH).

D. Ibu Profen, pada usia <6 bulan, penggunaannya harus dengan perhatian karena dapat
mengganggu fungsi ginjal (Dipiro, 2014)

E. Asam Mefenamat, Keamanan dan efikasi nya belum ditetapkan pada anak-anak usia <14
tahun (DIH).

2. Seorang wanita berusia 34 tahun mengeluh kepada dokternya mengalami sembelit. Satu
minggu sebelumnya, dia mengalami sakit tenggorokan dan batuk kering, tidak produktif dan
didiagnosis dengan bronkitis akut. Kemudian pasien diberikan obat untuk mengatasi
batuknya. Manakah dari obat berikut kemungkinan besar menyebabkan sembelit yang
dilaporkan oleh pasien?
a. Buprenorphine
b. Fentanyl
c. Albuterol
d. Codeine
e. Theopylline

Jawaban: D

D Codeine umumnya digunakan sebagai antitusif ketika batuk kering dan batuk tidak
produktif. Kebanyakan opioid dapat menyebabkan konstipasi ketika digunakan berulang
kali, seperti dalam kasus ini.

A, B Kebanyakan opioid dapat menekan refleks batuk, tetapi opioid seperti buprenorfin dan
fentanil tidak umum digunakan sebagai antitusif.

C, E Albuterol dan theophylline dapat digunakan dalam kasus bronkitis akut karena sifat
bronchodilating, tetapi mereka biasanya tidak menyebabkan konstipasi.
Daftar Pustaka
DiPiro, Joseph & Talbert, Robert L. & Yee, Gary & Wells, Barbara & Posey and L. Michael
(2014) Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Ninth Edition. New York: Mc
Graw Hill.
Lance LL, Lacy CF, Armstrong LL, G. M. (2006). Drug information handbook, 501.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Marie A. Chisholm-Burns, Terry L. Schwinghammer, Barbara G. Wells, Patrick M. Malone
and Jill M. Kolesar & Joseph T. DiPiro 52 (2016) Pharmacotherapy: Principles &
Practice: Fourth Edition. New York: Mc Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai