Disusun oleh:
Nono Siti Maesaroh, S.Farm.
21181028
i
Semoga segala amal baik yang telah diberikan dapat menjadi tambahan amal
ibadah yang mendapat ridho Allah SWT, Aamiin.
Penulis sadari bahwa laporan praktik profesi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna perbaikan karya tulis ini pada masa yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi perkembangan farmasi di Indonesia.
Bandung, April 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
SUMPAH APOTEKER........................................................................................viii
Bab I Pendahuluan.............................................................................................1
I.2 Tujuan......................................................................................................2
III.2.1 Visi.................................................................................................20
III.2.2 Misi................................................................................................20
IV.7 Kesimpulan............................................................................................44
V.1 Kesimpulan............................................................................................45
V.2 Saran.......................................................................................................45
LAMPIRAN...........................................................................................................48
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.1. Alur Pelayanan Resep....................................................................34
DAFTAR TABEL
Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan
pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Didalam menjalankan tugasnya seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan bidang farmasi pada khususnya
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesama Apoteker didalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian serta mempertebal rasa saling mempercayai didalam
menunaikan tugasnya.
BAB IV-KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk kesempatan
untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya taau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.
BAB V-PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh mengahayati dan mengamalkan kode etik
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika
seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tidak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima
sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya
(IAI) dan mempertanggungjawbkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ditetapkan di: Jakarta
Pada tanggal: 08 Desember 2009
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER
BAB I PENDAHULUAN
Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang
dianugerahi bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang
kefarmasian, yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemanusian,
peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan pribadi warga Republik
Indonesia, untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, berazaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat MEDAI, adalah
organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas membina, mengawasi
dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh Anggota maupun
oleh pengurus dan menjaga meningkatkan dan menegakan disiplin apoteker
Indonesia. Praktik kefarmasian yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanna informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah
tenaga kesehatan yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian terdiri dari Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis
Farmasi.
Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin
yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik kefarmasian
pada fasilitas pelayanan kefarmasian.
Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan cara
yang mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat sehingga berpotensi
menimbulkan kerusakan dan/atau kerugian pasien.
Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/atau tidak etis, dan/atau tidak
objektif kepada yang membutuhkan.
Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak
benar
Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan
MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan yang
diketahuinya secara benar dan patut.
BAB V SANKSI DISIPLIN
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan peraturan per-
Undang-Undangan yang berlaku adalah:
Pemberian peringatan tertulis; Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan
surat tanda Registrasi Apoteker, atau Surat Izin praktik Apoteker, atau surat Izin
kerja Apoteker dan/atau kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
institusi pendidikan Apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin atau Surat Izin
Praktik yang dimaksud dapat berupa:
Rekomendasi pencabutan surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik sementara
selama-lamanya 1 (Satu) tahun, atau Rekomendasi pencabutan Surat Tanda
Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap atau selamanya;
BAB VI PENUTUP
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA ini disusun untuk menjadi
pedoman bagi Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) dalam
menetapkan ada/atau tidak adanya pelanggaran disiplin oleh para praktisi di
bidang farmasi serta menjadi rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar oleh para
praktisi tersebut agar dapat menjadi praktik kefarmasian secara profesional.
Dengan ditegakkannya disiplin kefarmasian diharapkan pasien akan terlindungi
dari pelayanan kefarmasian yang kurang bermutu dan meningkatnya mutu
pelayanan Apoteker serta terpeliharanya martabat dan kehormatan profesi
kefarmasian.
Jakarta, 15 Juni 2014
Ketua Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI)
1
2
I.2 Tujuan
1. Mengetahui peran Apoteker di Apotek dalam kegiatan Pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
2. Mengetahui kegiatan pelayanan farmasi klinis yang dilakukan di Apotek
Kimia Farma 355
3
c) Sistem tata udara
4
5
Farmasi dan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat dan terjangkau. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan
tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan
masyarakat. Apabila obat yang diresepkan terdapat obat merek dagang, maka
Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien. Kemudian, apabila obat yang diresepkan tidak tersedia di Apotek atau
pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, Apoteker dapat
mengganti obat setelah berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan
obat lain (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Petunjuk teknis mengenai pencatatan dan pelaporan akan diatur lebih lanjut oleh
Direktur Jenderal.
II.5.2 Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pelayanan farmasi klinis meliputi:
II.5.2.1 Pengkajian dan pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administratif, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis. Dibawah ini merupakan daftar kesesuaian pengkajian resep
menurut Permenkes Nomor 73 Tahun 2016
Tabel II.1. Pengkajian Resep
dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan
disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan
upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).
II.5.2.2 Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut:
a. Menyiapkan obat sesuai permintaan resep
a. Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep
b. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik obat.
b. Melakukan peracikan bila diperlukan
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. Warna putih untuk obat dalam/oral
b. Warna biru untuk obat luar/suntik
c. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi
d. Memasukan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan
salah
Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien yang
12
memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan Obat
bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
II.5.2.3 Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker
dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat
termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk
sediaan, formulasi khusus, rute dan metode pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat
fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan);
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi;
5. Melakukan penelitian penggunaan obat;
6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. Melakukan program jaminan mutu.
II.5.2.4 Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker
menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai
rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami Obat
yang digunakan.
13
II.6.2 Prekursor
Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
dalam pembuatan Narkotika dan Psikotropika (Peraturan Pemerintah, 2010).
No Tabel I Tabel II
1 Acetic anhydride Acetone
2 N-acetylanthranilic acid Anthranilic acid
3 Ephedrine Ethyl ether
4 Ergometrine Hydrochloric Acid
5 Ergotamine Methyl Ethyl Ketone
6 Isosafrole Phenylacetic Acid
7 Lysergic acid Piperidine
8 3,4 methylenedioxyphenyl-2- Shulpuric Acid
propanone
9 Norephedrine Toluene
10 1-phenyl-2-propanone
11 Piperonal
12 Potasium permanganat
13 Safrole
Prekursor wajib disimpan pada tempat penyimpanan yang aman dan terpisah dari
penyimpanan lain (Peraturan Pemerintah, 2010)
Obat Tertentu adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain
Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat
menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku (BPOM, 2018b). Dibawah ini merupakan daftar Obat- Obat Tertentu
Menurut PerKa BPOM Nomor 28 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengelolaan
Obat-Obat Tertentu :
1) Tramadol
2) Triheksifenidil;
3) Klorpromazin;
4) Amitriptilin;
5) Haloperidol; dan/atau
6) Dekstrometorfan.
Bab III Tinjauan Khusus Apotek
III.1 Profil Kimia Farma
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang
didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada
awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan
kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal
kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan
peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara
Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,
bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero) (Kimia Farma, 2019).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya
menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan
berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan
telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang
kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia). Berbekal
pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi
perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian
diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa,
khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan ensitasnya,
maka PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Saat ini terbagi menjadi 3, yaitu (Kimia
Farma, 2019):
1. Fasilitas Produksi
Kimia Farma memiliki 5 (lima) fasilitas produksi yang tersebar di 5 (lima)
kota di Indonesia. Kelima fasilitas produksi tersebut telah mendapat
sertikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), sertifikat Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), sertifikat Cara
Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB), sertifikat Cara Pembuatan
Bahan Baku Obat yang Baik (CPBBAOB) dan sertikat ISO 9001 dan ISO
14001 dari Llyod’s, SGS dan TUV.
2. Tranding distribution
Kegiatan distribusi dilaksanakan oleh PT Kimia Farma Trading &
19
Distribution (KFTD), anak perusahaan yang bertugas
20
21
Jakarta dan telah diubah dengan akta No.42 tanggal 22 April 2003 yang
dibuat di hadapan Notaris Nila Noordjasmani Soeyasa Besar, S.H. Akta ini
telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No: C-09648
HT.01.01 TH 2003 tanggal 1 Mei 2003. Saat ini PT Kimia Farma Apotek
bertrasnformasi menjadi healthcare provider company, suatu perusahaan
jaringan layanan kesehatan terintegrasi dan terbesar di Indonesia, yang pada
akhir tahun 2015 memiliki 725 apotek, 300 klinik dan praktek dokter
bersama, 42 laboratorium klinik, dan 10 optik, dengan visi menjadi
perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu
memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia (Kimia Farma,
2019).
Collaborative
Ramah, Fokus pada tujuan besar, bekerja tim
Agile
Fleksibel, perbaikan terus-menerus, melihat masalah sebagai peluang
Responsible
Berintegritas, memberikan yang terbaik, bekerja sesuai target
Enthusiastic
selalu bersemangat, berpikir positif
penerimaan resep yang dilengkapi dengan satu set meja dan kursi
(Lampiran 3.).
Semua barang yang termasuk kategori barang pareto harus tersedia di Apotek,
namun pareto A harus menjadi perhatian khusus karena konstribusinya yang besar
terhadap omset.
III.5.1.2 Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan.
Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah dan waktu yang
tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Untuk menjamin
kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui
jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga Apotek
Kimia Farma menentukan kriteria distributor untuk pemasok barang di Apotek
sebagai berikut:
1. Memiliki izin distribusi dan melaksanakan CDOB (Cara Distribusi Obat
yang Baik)
27
Pengadaaan Non Rutin yaitu pengadaan diluar pengadaan rutin dan tidak
terjadwal yang dilakukan sesuai kebutuhan. Pengadaan non rutin dilakukan karena
kekosongan barang di apotek untuk memenuhi kebutuhan pasien. Pengadaan non
rutin dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Dropping
Dropping adalah penyerahan sediaan farmasi atau alat kesehatan yang
dilakukan sesama apotek kimia farma dalam satu wilayah. Dropping dapat
dilakukan jika terjadi overstock dari apotek dengan menshare data obat
yang mengalami overstock atau untuk memenuhi kebutuhan pasien jika
ada Apotek memiliki hutang kepada pasien. Sistem dropping ini dapat
dilakukan untuk beberapa item obat.
2. Cito
Pengadaan cito dilakukan langsung melalui distributor, pembelian ke
distributor harus dilakukan dalam kemasan utuh (box) atau harus cukup
faktur sehingga jika kebutuhannya hanya sedikit lebih baik dilakukan
dengan cara mendesak. Pengadaan cito dilakukan jika apotek tidak
memiliki stok obat yang diperlukan segera dan dropping antar kimia farma
juga tidak tersedia. Pengadaan cito dapat dilakukan kapan saja, tetapi tidak
boleh dilakukan pada hari pemesanan rutin. Pengadaan cito dilakukan
dengan membuat surat pesanan melalui BM kepada PBF dan barang akan
29
3. Mendesak
Pengadaan yang dilakukan dari apotek selaian Kimia Farma, permintaan
mendesak harus dihindari karena HPP akan menjadi lebih besar dan
margin keuntungan menjadi lebih kecil.
4. Konsinyasi
Konsinyasi adalah suatu bentuk kerjasama antara Apotek Kimia Farma
dengan suatu distributor maupun perusahaan untuk menjual produknya,
pembayaran produk konsinyasi dilakukan ketika barang tersebut telah
terjual dengan melampirkan bukti pembayaran dari Apotek. Setiap periode
tertentu, supplier akan memeriksa dan melakukan penagihan untuk barang
yang sudah terjual. Contoh barang konsinyasi yang terdapat di Kimia
Farma 355 adalah produk suplemen dari Nutrimax, Wellnes, Blackmores
dll.
Selain pengadaan yang telah dijelaskan diatas, terdapat juga istilah pengadaan
khusus yang dilakukan untuk melakukan pengadaan produk khusus seperti
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Pengadaan Khusus ini tidak
dilakukan melalui BM melainkan Apotek langsung membuat SP Khusus dan
diserahkan kepada PBF melalui sales. Ketentuan terkait dengan pengadaan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi diatur dalam PerMenkes Nomor 3
tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dan Perka BPOM Nomor 4 Tahun
2018 tentang Pengawasan, Pengelolaan Obat, Bahan Obat Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian.
a. Pengadaan Narkotika
Pengadaan Narkotika di Apotek Kimia Farma 355 bersumber dari
Pedagang Besar Farmasi yang memiliki izin khusus penyaluran Narkotika
yaitu KFTD (Kimia Farma Tranding & Distribution). Pengadaan
dilakukan dengan menggunakan SP khusus yang terdiri dari 3 rangkap.
30
III.5.1.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Pada saat penerimaan, dilakukan pengecekan
terhadap Nama Apotek, cek kesesuaian antara faktur dengan SP, Faktur dengan
Fisik dan pengecekan fisik barang yang meliputi nama barang, nomor bets,
expired date dan jumlah barang. Khusus untuk penerimaan Psikotropika dan
Narkotika harus dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab sesuai dengan
spesimen yang diberikan kepada PBF. Jika sudah sesuai maka faktur
ditandatangani disertai dengan nama jelas oleh Apoteker atau TTK yang memiliki
surat izin dan diberi cap Apotek. Lembar faktur asli dan copy faktur pertama
dikembalikan ke distributor sedangkan sisa salinannya disimpan oleh apotek
sebagai arsip dan diserahkan kepada BM yang digunakan untuk proses
pembayaran. Kemudian, barang yang diterima di entry ke sistem POS untuk
selanjutnya masuk menjadi stok barang di Kimia Farma.
III.5.1.4 Penyimpanan
Penyimpanan obat di Kimia Farma 355 untuk obat-obat bebas dan bebas terbatas
disimpan di swalayan berdasarkan planogram yang telah disusun oleh tim
merchandising kimia farma yang digunakan sebagai acuan dalam menata, atau
mempresentasikan berbagai item produk di rak dan dinding. Dalam planogram,
Kimia Farma Apotek membagi menjadi beberapa Sign Category (Macro
Planogram), untuk setiap macro planogram memiliki warna price line yang
berbeda-beda. Dengan display produk yang baik, diharapkan dapat meningkatkan
daya tarik (attraction) terhadap produk dan merk tertentu pada rak-rak pajang,
mempengaruhi konsumen untuk membeli lebih banyak dan mendapatkan sales
dan profit yang lebih besar.
Kemudian untuk obat-obat ethical disimpan di rak dibelakang kasir berdasarkan
bentuk sediaan dan kelas terapi sebagai berikut:
a. Berdasarkan bentuk sediaan
a) Sediaan Solid/Padat meliputi tablet, kaplet dan kapsul
b) Sediaan cair meliputi sediaan sirup, suspensi, sirup kering
32
Selain penyimpanan yang telah dijelaskan diatas, di Kimia Farma juga terdapat
penyimpanan obat khusus yang disimpan di lemari pendingin untuk produk yang
perlu disimpan dalam lemari pendingin seperti insulin. Penyimpanan untuk
produk narkotika dan psikotropika disimpan dilemari khusus yang mempunyai 2
(dua) kunci yang berbeda, satu kunci dipegang oleh Apoteker Penanggung Jawab
dan satu kunci lainnya dipegang oleh pegawai lain yang dikuasakan. Lemari
penyimpanan narkotika dan psikotropika terdapat pada lampiran. 11.
III.5.1.6 Pengendalian
Salah satu upaya pengendalian terhadap jumlah persediaan dan penggunaan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang ada di KF 355 menggunakan
kartu stok, melakukan uji petik dan melakukan Stok Opname. Kartu stok
merupakan kartu kendali yang digunakan untuk mencatat setiap kali ada
pemasukan dan pengeluaran obat. Kartu stok di Kimia Farma menggunakan Kartu
Stok Manual (Lampiran 12) dan Komputer. khusus untuk kartu stok Narkotika
dan Psikotropika ditulis keterangan resep dan nama pasien yang menggunakan
yang bertujuan untuk memudahkan pada saat pelaporan.
Pengendalian yang lainnya melalui uji petik dilakukan setiap hari pada 20 item
obat biasanya dilakukan untuk Barang mahal, Fast moving dan produk yang
rentan disalahgunakan. Setiap kegiatan uji petik maka harus dicatat dan ditelusuri
untuk membantu kegiatan stok opname.
Stok Opname adalah kegiatan perhitungan persediaan fisik atau stok yang berada
di apotek yang untuk mengetahui kebenaran catatan dengan fisik barang yang ada.
Kegiatan Stock Opname dilakukan setiap 3 bulan Dibawah ini merupakan Rumus
yang digunakan untuk menghitung HPP Real yang berfungsi untuk mengetahui
margin (laba kotor) dari apotek.
Dengan adanya Stock opname ini apotek juga dapat menghitung presetase HPP
(Harga Pokok Penjualan) real terhadap HPP teoritis memperkirakan nilai harga
34
Dalam kegiatan pelayanan resep, terdapat sedikit perbedaan alur pelayanan antara
resep tunai dengan resep kredit. Resep kredit merupakan resep yang berasal dari
instansi/perusahaan yang menjalin kerjasama dengan Apotek Kimia Farma dan
untuk proses pembayarannya berdasarkan perjanjian yang disepakati oleh kedua
belah pihak yang dilakukan kepada BM pada minggu pertama bulan berikutnya
37
menggunakan resep dan fotokopi kartu pasien atau nomor akun pasien sebagai
alat penagihan. Asuransi yang menjalani kerjasama dengan Kimia Farma 355
adalah Inhealth. Kerjasama antara Apotek dengan instansi/perusahaan
diperbolehkan menurut Permenkes Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek yang
menyatakan bahwa Apotek dapat bekerja sama dengan Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial Kesehatan dan asuransi lainnya (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Dalam penyiapan obat berdasarkan resep yang berasal dari asuransi inhealth harus
memperhatikan FOI (Formularium Obat Inhealth). FOI merupakan daftar obat
yang dicover oleh Inhealth sehingga jika didalam resep terdapat obat diluar FOI,
Apoteker dapat mengganti obat dengan komposisi yang sama sesuai dengan FOI
berdasarkan persetujuan pasien, dokter atau keduanya. Begitu pula untuk resep
tunai apabila obat yang diresepkan tidak tersedia di Apotek. Hal tersebut
diperbolehkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 bahwa
dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian,
Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau
pasien (Peraturan Pemerintah, 2009).
III.5.2.2 Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
Penyiapan obat dilakukan dengan menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai
dengan resep, mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat. Dalam
dispensing juga termasuk kegiatan peracikan apabila diperlukan. Tahapan
selanjutnya adalah memberikan etiket putih untuk obat dalam/oral dan warna biru
untuk obat luar/suntik dan label “Kocok Dahulu” untuk sediaan suspensi atau
emulsi. Contoh etiket di Kimia Farma terdapat pada Lampiran 14. Setelah obat
disiapkan, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kembali mengenai kesesuaian
antara obat yang disiapkan dengan resep, pemeriksaan salinan resep dan kwitansi.
Blanko salinan resep dan kwitansi terdapat pada lampiran 15. Apabila telah
sesuai, pasien dipanggil kemudian obat diserahkan disertai dengan pemberian
38
informasi obat.
Kegiatan pemberian informasi obat di Apotek juga dilakukan untuk melayani atau
menjawab pertanyaan terkait pelayanan obat non resep atau pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien untuk
mengobati penyakit ringan dan memilihkan obat yang sesuai dengan kondisi
pasien. Obat yang dapat diberikan Apoteker dalam pelayanan swamedikasi adalah
obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib Apotek. Cara yang paling mudah untuk
menentukan obat golongan bebas dan bebas terbatas adalah dengan melihat logo
yang tertera pada kemasan obat. Obat Bebas dan Bebas Terbatas di Kimia Farma
dikenal sebagai obat HV (Hand Verkoop), obat golongan ini biasanya diletakkan
di swalayan dan pasien dapat memilih sendiri terkait obat yang akan digunakan
sehingga Apoteker harus memastikan bahwa pasien memperoleh obat yang tepat
sesuai dengan indikasinya. Sedangkan untuk Obat Wajib Apotek atau obat keras
yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter
telah diatur dalam keputusan Menteri Kesehatan. Sampai saat ini sudah ada 3
daftar obat yang diperbolehkan diserahkan tanpa resep dokter. Peraturan
mengenai Daftar Obat Wajib Apotek tercantum dalam:
a. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990
tentang DOWA 1
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 924/MENKES/PER/X/1993 tentang
DOWA 2
39
III.5.2.4 Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien. Dalam kegiatan konseling Permenkes Nomor 73
Tahun 2016 menetapkan beberapa kriteria pasien yang perlu diberi konseling
sebagaimana telah dijelaskan pada II.5.2.4 mengenai konseling (Kementrian
Kesehatan RI, 2016). Berdasarkan kegiatan PKPA yang telah dilakukan diketahui
bahwa kegiatan konseling ini belum dilakukan di Apotek Kimia Farma 355.
41
42
(Sutiono, 2009)
Display yang baik juga harus dipelihara dengan baik. Customer yang tidak
membeli salah satu produk biasanya meletakan begitu saja produk tersebut. Oleh
sebab itu, display harus ditata kembali agar rapi. Dalam display produk dikenal
adanya istilah planogram. Planogram tidak lebih dari perencanaan gambar
bagaimana kita menata atau mempresentasikan berbagai item produk pada rak dan
dinding. Planogram merupakan konsep yang simpel tetapi sangat penting karena
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
IV.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, diketahui bahwa visual merchandising di
Kimia Farma 355 masih terdapat ketidaksesuaian antara penyimpanan produk
dengan panduan yang dibuat oleh tim merchandising Kimia Farma. Upaya yang
dapat dilakukan agar penyimpanan produk sesuai dengan rak-nya masing-masing
adalah dengan melakukan evaluasi secara berkala terkait dengan display produk.
Dengan adanya display produk yang baik akan menciptakan daya tarik dan
mempengaruhi konsumen untuk membeli.
47
Bab V Kesimpulan dan Saran
V.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek di Kimia
Farma 355, dapat disimpulkan bahwa:
1. Peran Apoteker dalam kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan.
2. Kegiatan farmasi klinis di Apotek Kimia Farma 355 telah dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di Apotek yang berlaku.
V.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan untuk Apotek Kimia Farma 355
diantaranya sebagai berikut:
1. Senantiasa menjalankan dan meningkatkan pelayanan kefarmasian
sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian yang berlaku di Apotek
untuk menjadi Apotek yang unggul.
2. Memberikan pelabelan atau penandaan obat LASA /NORUM untuk
mencegah kesalahan pengambilan obat agar tidak terjadi medication
error.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM (2018a) Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun
2018 Tentang Pengawasan Pengelolaan Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian.
BPOM (2018b) PerKa BPOM Nomor 28 Tahun 2018 Tentang Pedoman
Pengelolaan Obat Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI (2009) Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.
Kemenkes RI (1993) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
924/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotek Nomor 2. Jakarta:
48
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Kemenkes RI (2015) Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan
Prekursor Farmasi. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
Kemenkes RI (2019) Sistem Informasi Pelaporan Penggunaan Sediaan Jadi
Narkotika & Psikotropika Nasional. Available at: http://sipnap.kemkes.go.id/
(accessed 29 April 2019).
Kementerian Kesehatan RI (2017) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41
Tahun 2017 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika. Jakarta: Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI (1997) UU Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.
Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI (2016) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI (2017) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9
Tahun 2017 Tentan Apotek. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
Kepmenkes RI (1990) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
347/Menkes/SK/VII/1990. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia.
Kepmenkes RI (1999) Keputusan Menteri Kesehatan RI 1176/Menkes/SK/X/1999
Tentang Daftar Obat Wajib Apotek Nomor 3. Jakarta: Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Kimia Farma (2019) Profil Kimia Farma. Available at:
https://www.kimiafarma.co.id/ (accessed 27 Maret 2019).
Peraturan Pemerintah (2009) Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia.
Peraturan Pemerintah (2010) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2010
Tentang Prekursor. Jakarta: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
49
Indonesia.
Sutiono RJ (2009) Visual Mechandising Attraction: Senjata Merayu Yang Paling
Ampuh Agar Orang Membeli Apapun Yang Anda Jual. Jakarta.
50
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Apotek
51
52
Tenaga Teknis Kefarmasian Tenaga Teknis Kefarmasian Tenaga Teknis Kefarmasian Tenaga Teknis Kefarmasian
Ridha Rosita Utami Novianti Mijaya Irpan Giri Nugraha Febrianto
57
Label Antibiotik
Subkategori Milk and Nutrition Keterangan Subkategori Baby and Child Care Keterangan
Shelving 1 Salicyl Salicyl Fresh
Shelving 1 Tin Packaged Milk Child Bebelove (Produk Kimia Farma)
(Kaleng), Alfabetis Enfamil Shelving 2 Salicyl Bedak Salicyl
Morinaga NL 33 (Produk Kimia Farma)
NAN Shelving 3 Feeding Accessories, Baby Teether
Bottle, Nipple (Medela), Breast Pad
Pre Nan Pigeon Breast Pump all variant
Peptamen Bottle all variant
Similiac, dll Nasal Aspirator
Nipple all variant
Shelving 2 Tin Packaged Adult Appeton Shelving 4 Diapers Cream Bephanten
(Kaleng), Alfabetis Ensure Daktarin Diapers
Nutren All Varian Ezerra Cream
Noroid Derma Rash Cream
Peptamen Pasquam
Shelving 3 Baby and Child Milk Dancow All Mommy Cream Caladine Lotion
(Dus), Alfabetis BMT Morinaga all Momilen Maternity &
Tummy
Lactogen all Other Cream Sebamed Baby Cream
Nutribaby all Purebaby Rash Cream
SGM all Transpulmin Kids and
Baby
Shelving 4 Adult Nutritions, Alfabetis Diabetasol all Copal
Entrasol all Tresnojoyo
Entramix all Purekids Inhalant
Shelving 5 Bath, Skin & Hair Care Sebamed
Hepatosol all Bambi all variant
Shelving 5 Adult Nutrition, Alfabetis Nephrisol all Cusson all variant
Nutrican all Purebaby all variant
Other Cotton Bud all variant
Peptisol all Shelving 6 Minyak Kayu Putih & Baby Oil
Hydromama Telon Fitocare MKP all
Shelving 6 Goat Milk Etawa Fitocare M. Telon all
Konicare M.Telon all
Mandala Fever Patch Bye Bye Fever all varian
RBM Kool Fever all varian
Sukamilk Pure Kids
Shelving 7 Sweetener Diabetasol all Shelving 7 Tissue Baby Mitu all
Mamy Poko all varian
Tropicana Diapers Paseo all
67
Subkategori Food and drink Keterangan Subkategori Food and drink Keterangan
Shelving 1 Permen Mahal Golden ginger Shelving 1 Permen Mahal Golden ginger
Degirol Degirol
Tantum Lozenges Tantum Lozenges
SP Troches SP Troches
Strepsil Strepsil
Fisherman Fisherman
Shelving 2 Coklat Cha-Cha Shelving 2 Coklat Cha-Cha
Choki-Choki Choki-Choki
Delfie Delfie
Fitbar Fitbar
Silver Queen Silver Queen
Soyjoy Soyjoy
Shelving 3 Biskuit Pocky Shelving 3 Biskuit Pocky
Pejoy Pejoy
Choco Mania Choco Mania
Roma Roma
Shelving 4 Permen Murah Antangin permen Shelving 4 Permen Murah Antangin permen
Alpenliebe Alpenliebe
Hexos Hexos
Konidin Konidin
Nano-Nano Nano-Nano
Vitacimin Vitacimin
Vi-cee Vi-cee
Shelving 5 minuman Hygio 9+ Shelving 5 minuman Hygio 9+
Alkaline 8+ Alkaline 8+
KF total 600 ml KF total 600 ml
69
Sebelum Sesudah
2. Tidak memasang price line pada gondola
70
Sebelum Sesudah
sebelum sesudah
Sebelum Sesudah
71
Sebelum
Sebelum
Sebelum Sesudah