Anda di halaman 1dari 2

Cara Bercerita Yang Baik Dalam PUJIAN DAN PENYBAHAAN

Kebanyakan WL hebat adalah pendongeng ulang dalam bercerita

*Mengapa cerita?

Karena semua orang suka cerita, terlebih jika cerita yang disampaikan relevan dengan topik pujian
dan penyembahan yang dibawakan. Cerita yang baik tidak hanya membuat jemaat berpikir, tapi juga
membuat mereka merasakan. Dengan cerita mereka bisa merasa termotivasi dan terinpirasi. Bahkan
dengan cerita mereka bisa merasa sedih dan gembira.

Cerita bisa diterapkan untuk semua jenis pujian dan penyembahan. Garr Reynolds dalam bukunya
presentation Zen mengatakan “bercerita adalah kunci untuk kepemimpinan dan komunikasi dalam
bisnis: “lupakan powerpoint dan statistik, untuk melibatkan masyarakat di tingkat terdalam Anda
perlu bercerita. ” Kalimat tersebut ia kutip dari sebuah artikel Harvard Bisnis.

Intinya cerita itu penting dalam pujian dan penyembahan. Jika cerita digunakan dengan tepat, maka
Anda lebih akan mudah mempengaruhi jemaat baik secara intelektual maupun emosional.

*Cara Bercerita?

Menggunakan cerita dalam sebuah pujian dan penyembahan memang tidak mudah. Karena ini
bukan hanya bercerita, namun bagaimana Anda mampu memilih cerita yang relefan, memiliki daya
tarik dan Anda mampu menyampaikannya dengan baik, sehingga jemaat peduli. Ada beberapa
prinsip-prinsip utama yang perlu Anda tahu dalam menggunakan cerita antara lain:

1. Cerita harus memiliki tujuan.

Apapun bentuk cerita Anda, apakah itu fakta atau hanya ilustrasi harus memiliki tujuan yang jelas.
Anda harus memikirkan apa yang akan dipahami dan dirasakan jemaat dari cerita yang Anda sajikan.
Jadi sebelum memilih cerita, pikirkan betul apa yang Anda harapkan kepada jemaat dari cerita yang
Anda sampaikan. Dengan demikian, cerita Anda akan benar-benar efektif untuk mendukung
kesuksesan pujian dan penyembahan Anda.

2. Cerita harus relevan.

Cerita dengan tujuan yang jelas baik, tapi jika tidak relevan hasilnya juga tidak akan efektif. Cerita
dalam pujian dan penyembahan harus relevan dengan topik yang Anda sampaikan. Jika cerita tidak
relevan maka dengan cepat jemaat pun akan melupakan cerita Anda, dan itu tidak akan memberikan
dampak apa-apa pada pujian dan penyembahan Anda.

3. Cerita harus dapat membuat penasaran.


Tujuan Anda sudah jelas, cerita Anda juga relevan, tapi jika cerita tersebut sudah sering jemaat
dengar, dampaknya tidak akan signifikan. Paling efektif carilah cerita yang masih jarang jemaat
dengar. Cerita pengalaman pribadi bisa menjadi alternatif yang efektif untuk Ana lakukan. Karena
sifatnya yang personal, besar kemungkinan jemaat belum tahu tentang cerita Anda.

4. Cerita harus disampaikan dengan penghayatan.

Cerita yang baik selain memiliki tujuan, relevan dan menciptakan penasaran juga harus disampaikan
dengan penuh ketulusan dan penghayatan. Tanpa penghayatan cerita Anda tidak akan menyentuh
emosi jemaat.

Ibarat kue, cerita adalah krim pelapis kue, bukan kue itu sendiri. Untuk melengkapi cerita dan
membuat cerita kuat, Anda membutuhkan komponen-komponen yang lain, seperti gesture tubuh,
mimik wajah, intonasi dan lain-lain. Karena cerita yang baik tidak hanya terbentuk dari unsur cerita
saja (informasi yang Anda sampaikan). Cerita menjadi kuat karena dia dilengkapi penggunaan bahasa
tubuh yang tepat seperti penggunaan intonasi, gesture, mimik wajah dan jeda.

Kesimpulan:

Dari penjelasan mengenai cara bercerita dalam pujian dan penyembahan di atas dapat saya
simpulkan bahwa.

Cerita yang digunakan atau disampaikan dengan tepat, akan berpengaruh kuat dalam diri jemaat
baik secara intelektual maupun emosional. Dan untuk dapat menyampaikan cerita dengan baik,
Anda harus dapat menerapkan prinsip-prinsip utama yaitu cerita Anda harus memiliki tujuan, harus
relevan dengan topik yang disampaikan, dapat membuat penasaran dan harus disampaikan penuh
penghayatan.

Satu lagi sebagai tambahan cerita juga harus memiliki struktur yang jelas. Terkait dengan hal ini
Anda juga harus tahu bagaimana cara membuat struktur cerita yang baik.

Anda mungkin juga menyukai