Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING

BLOK 2.7 TERLAMBAT HAID

KELOMPOK 7

JENNIFER FEMMY 1523019068


PAMELA AUREA ISAAC 1523019069
DESTINO HUVI 1523019070
SHINTA AYU OKTAVIANI 1523019071
YOSEF EUSEBIO NASRANI RAJONG 1523019073
CECILIA PUTRI TEDYANTO 1523019074
ASTRI BERNADITA C.H. MONGDONG 1523019075
HERVID BENEDICTO ABRAHAMS 1523019076
SHAVNA ARFI RASYID 1523019077
THERESIA DELLIA ROSSA AMANDA 1523018072

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

SURABAYA

2020
DAFTAR ISI

Skenario Pemicu……………………………………………………………………….…………..i

Kata Kunci………………………………………………………………………………………....i

Kerangka Pikir (mind map)


…………………………………………………………………….....ii

Daftar Pembahasan ………………………………………………………………………….


…….ii

Pembahasan

1. Struktur Anatomi Organ Reproduksi Wanita………………………………….……..1


2. Struktur Histologi Organ Reproduksi Wanita……………………………………......8
3. Mekanisme Terjadinya Menstruasi………………………………….…………..…..11
4. Faktor Terganggunya Siklus Menstruasi pada Skenario……….………..
……...........14
5. Mekanisme Terjadinya Kehamilan……..………………………………..…..….......14
6. Diagnosa dan Tanda-Tanda Kehamilan…………………………………………..…16
7. Perhitungan Umur Kehamilan dan Tanggal Kelahiran………………………………
17
8. Jenis, Kelebihan, Kekurangan, & Tingkat Keamanan Metode Kontrasepsi…………
18

Ringkasan…………………………………………………………………………………......….19

Peta
Konsep……………………………………………………………………………………....20

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………...….21
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Genitalia Eksterna Wanita ……………………………………………….


…………..1

Gambar 1.2 Glandula Vestibularis Major (Bartholini) ………………………………………...


….2

Gambar 1.3 Genitalia Interna Wanita


……………………………………………………………..4

Gambar 1.4 Anatomi Uterus ………………………………………………………………………


5

Gambar 2.1 Histologi Clitoris


……………………………………………………………………..8

Gambar 2.2 Histologi Labia Majora dan Labia Minora


…………………………………………..8

Gambar 2.3 Histologi Ovarium


…………………………………………………………………..10

Gambar 3.1 Siklus Menstruasi (Perkembangan Ovarium) ……..…………………………….


…..11

Gambar 3.2 Siklus Menstruasi (Perkembangan Endometrium)


………………………………….12
SKENARIO PEMICU

Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke dokter dengan keluhan terlambat haid sudah 2
bulan ini. Sebelum ini, haid pasien selalu teratur setiap bulan. Pasien mengeluh mulai sering
mual dan muntah dalam 1 bulan terakhir. Setelah dokter menggali informasi lebih lanjut, pasien
sudah mempunyai 3 orang anak dan mengaku selalu menggunakan kontrasepsi kondom. Dokter
menyatakan bahwa pasien hamil setelah anamnesis dan beberapa pemeriksaan lebih lanjut.

KATA KUNCI

1. Wanita berusia 35 tahun


2. Terlambat haid 2 bulan
3. Sebelumnya haid selalu teratur
4. Sering mual dan muntah dalam 1 bulan terakhir
5. Kontrasepsi kondom
6. Hamil

MIND MAP i

Wanita Usia 35 Tahun

Berhubungan Seksual
dengan Kondom

Kerusakan pada Kondom

Terjadi Pembuahan

Sistem Reproduksi Wanita

Genitalia Eksterna Genitalia Interna

Mons Pubis Vagina

Labia Mayora Uterus

Labia Minora Tuba Fallopi


Clitoris Ovarium

Vestibulum Vaginae

Terlambat Haid
Mual

Muntah
Hamil

DAFTAR PEMBAHASAN
1. Bagaimana struktur anatomi dan histologi dari organ reproduksi wanita?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya menstruasi?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan siklus menstruasi terganggu?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya kehamilan?
5. Bagaimana diagnosa kehamilan? Apa saja tanda-tanda kehamilan?
6. Bagaimana cara menghitung umur kehamilan dan tanggal kelahiran?
7. Apa saja metode KB? Bagaimana kelebihan, kekurangan, dan tingkat keamanannya?
ii
PEMBAHASAN

1. Struktur Anatomi Organ Reproduksi Wanita


1.1 Genitalia Eksterna

Gambar 1.1 Genitalia Eksterna Wanita


1.1.1 Mons Pubis
Mons pubis adalah daerah dengan peninggian di daerah median membulat, terletak
ventral dari symphysis pubis. Sebagian besar terisi oleh lemak. Setelah pubertas, kulit di
atasnya tertutup rambut kasar.
1.1.2 Labia Majora
Labia majora adalah dua lipatan yang memanjang, berjalan ke caudal dan ke dorsal
dari mons pubis. Jika dilihat dari luar, diliputi oleh kulit yang mengandung banyak
kelenjar lemak dan tertutup oleh rambut setelah pubertas. Permukaan dalamnya licin dan
tidak mengandung rambut. Kedua labia major di bagian ventral menyatu dan terbentuk
commissura anterior. Labia majora homolog dengan scrotum pada pria.
1.1.3 Labia Minora
Labia minora adalah dua lipatan kulit kecil yang terletak diantara kedua labia-labia
majora. Ke arah dorsal berakhir dengan menggabung pada aspectus medialis labia
majora, biasanya berhubungan satu sama lain berupa suatu lipatan transversal yang
disebut frenulum labii. Ke arah ventral, masing-masing labia minora terbagi menjadi
bagian lateral dan medial. Pars lateralis kiri dan kanan bertemu membentuk sebuah
lipatan di atas glans clitoridis yang disebut preputium clitoridis. Kedua pars medialis kiri
dan kanan bergabung di bagian caudal clitoris membentuk frenulum clitoridis. Labia
minora tidak mengandung lemak dan kulit yang menutupnya licin/halus, basah, dan agak
kemerahan. Kedua labium minora ini membatasi suatu celah yang disebut 1
vestibulum vaginae.
1.1.4 Vestibulum Vaginae
Vestibulum vaginae merupakan celah diantara labium minus. Disini terdapat
struktur-struktur introitus vaginae, orificium urethrae externum, dan muara ductus
glandula vestibularis major (Bartholini) dan glandula vestibularis minor. Orificium
urethrae externum terletak dorsal dari clitoris dan tepat ventral dari introitus vaginae.
Introitus vaginae lebih besar dari orificium urethrae externum yang juga merupakan celah
di garis median. Ductus dari glandula vestibularis major ada dua, bermuara di kedua sisi
lateral introitus vaginae, diantara introitus vaginae dengan labia minora. Lubang kecil
dari ductus glandula vestibularis minor terdapat pada vestibulum vaginae antara orificium
urethrae externum dengan introitus vaginae. Fossa vestibularis adalah suatu cekungan
dangkal pada vestibulum vaginae, diantara introitus vaginae dengan frenulum labii.
1.1.5 Clitoris
Clitoris homolog dengan penis. Terdiri terutama atas jaringan erektil dan
mempunyai kemampuan untuk membesar bila terjadi vaskularisasi darah. Terletak dorsal
dari commissura anterior labia majora dan hampir keseluruhannya tertutup oleh labia
minora. Clitoris difiksasi oleh ligamentum suspensorium clitoridis, yang menghubungkan
clitoris dengan symphysis pubis dan crura clitoridis yang melekat pada rambus inferior
ossis ischii.
Clitoris terdiri dari 2 crura clitoris yang melekat pada ramus inferior ossis ischia
bagian dalam, tepat ventral dari tuber ischiadica. Terletak dekat dengan ramus inferior
ossis pubis ketika berjalan ke spatium perinei superficialis dimana clitoris dibungkus oleh
m. ischiocavernosus. Caudal dari symphysis pubis kedua crura ini saling mendekat dan
membentuk corpora cavernosa clitoridis, bersama-sama membentuk corpus clitoridis.
Glans clitoridis adalah tonjolan bulat kecil pada ujung bebas corpus clitoridis dan juga
mengandung jaringan erektil seperti pada glans penis sehingga sangat sensitif.
1.1.6 Bulbus Vestibuli
Bulbus vestibuli homolog dengan bulbus penis dan bagian yang berdekatan dengan
corpus spongiosum. Mengandung sepasang massa jaringan erektil yang memanjang,
terletak di sisi lateral kanan dan kiri introitus vaginae dan tertutup oleh m.
bulbocavernosus (bulbospongiosus). Massa ini lebar di bagian dorsal, menyempit kea rah
ventral dimana mereka bergabung membentuk struktur seperti tali yang tipis dan berjalan
sepanjang permukaan caudal corpus clitoridis menuju glans clitoridis.
2
1.1.7 Glandula Vestibularis Major (Bartholini)
Merupakan kelenjar yang bentuknya bulat/ovoid, berjumlah sepasang, dan terletak
dorsal dari bulbus vestibuli atau tertutup oleh bagian posterior bulbus vestibuli. Ductus
dari masing-masing glandula bermuara pada cekungan antara labium minora dengan
batas perlekatan hymen. Glandula ini homolog dengan glandula bulbo urethralis (Corper)
pada pria. Glandula ini tertekan selama coitus dan menyekresi mukus yang berfungsi
untuk lubrikasi pada bagian distal vagina.
Gambar 1.2 Glandula Vestibularis Major (Bartholini)
Labia major et minor mendapat vaskularisasi dari A. Labialis Anterior (cabang dari
A. Pudendalis Externa) dan A. Labialis Posterior (cabang dari A. Pudendalis Interna). Crura
dan corpora cavernosa clitoridis mendapat vaskularisasi dari A. Profunda Clitoridis. Glans
clitoridis mendapat vaskularisasi dari A. Dorsalis Clitoridis. Bulbus vestibuli dan glandula
vestibularis major mendapat vaskularisasi dari A. Bulbaris Vestibuli dan A. Vaginalis.
Pembuluh-pembuluh limfe dari organ genitalia eksterna wanita dialirkan menuju Lnn.
Inguinalis Superficialis.
Labia major et minor diinervasi oleh N. Labialis Anterior (cabang dari N.
Ilioinguinalis) dan N. Labialis Posterior (cabang N. Pudendus). Bulbus vestibuli diinervasi
oleh Plexus Uterovaginalis, yang melanjutkan diri sebagai N. Cavernosus untuk kemudian
menginervasi clitoris. Clitoris juga diinervasi oleh N. Dorsalis Clitoridis. Semua saraf-saraf
ini mengandung serat sensorik yang beberapa diantaranya membawa rangsangan nyeri yang
datang dari reseptor khusus; saraf vasomotorik yang memelihara sejumlah pembuluh darah;
dan saraf autonom yang memelihara kelenjar.

1.2 Genitalia Interna


Gambar 1.2 Genitalia Interna Wanita
1.2.1 Vagina
Vagina merupakan organ kopulasi wanita, jalur lahir, dan ductus excretorius dari
hasil menstruasi. Vagina ke cranial berhubungan dengan uterus dan ke caudal membuka
pada vestibulum vaginae pada lubang yang disebut introitus vaginae. Vagina sangat
elastis terutama pada bagian di atas diaphragma pelvis. Dinding lateralnya melekat pada
ligamentum cardinale dan di bagian caudal melekat pada diaphragma pelvis. Recessus
antara portio vaginalis cervicis dengan dinding vagina disebut fornix vaginae. Fornix
vaginae dibagi menjadi fornix anterior, posterior, dan lateralis. Fornix posterior vaginae
adalah yang paling dalam dan dindingnya berhubungan dengan peritoneum dari
excavation recto uterina.
Hymen adalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vaginae.
Beberapa bentuk hymen, antara lain: annularis, lobatus, semilunaris, elastica, fimbriatus,
cribriformis, dan septus. Hymen yang tidak dapat robek dinamakan hymen imperforatus.
Sisa-sisa dari hymen yang robek disebut sebagai carunculae hymenalis.
Bagian cranial vagina divaskularisasi oleh A. Uterina; Bagian tengah dari A.
Vaginalis, keluar dari A. Iliaca Interna dan memberi cabang-cabang ke dinding anterior
dan posterior. Cabang-cabang ini membentuk anastomose longitudinal yang dinamakan
A. Azygos; Bagian caudal mendapat vaskularisasi dari A. Bulbi Vestibuli. Venanya ke
Plexus Venosus Vaginalis, kemudian ke Plexus Venosus Uterina dan Plexus Venosus
Vesicale. 4
Aliran limfe dari bagian cranial mengikuti A. Uterina menuju Lnn. Iliaca Externa
dan Interna. Dari bagian tengah mengikuti A. Vaginalis menuju Lnn. Iliaca Interna. Dari
bagian caudal juga mengikuti A. Vaginalis menuju Lnn. Sacralis dan Iliaca Communis.
Dari hymen menuju Lnn. Inguinalis Superficialis. Vagina diinervasi oleh Plexus
Nervosus Uterovaginalis.
1.2.2 Uterus

Gambar 1.4 Anatomi Uterus


Uterus adalah organ berongga dengan dinding muskuler tebal, terletak di dalam
cavum pelvis minor antara vesical urinaria dengan rectum. Ke arah caudal cavum uteri
berhubungan dengan vagina. Bagian-bagian uterus meliputi: fundus uteri, corpus uteri,
isthmus uteri, dan cervix uteri. Fundus uteri adalah bagian uterus yang membulat, terletak
cranial dari garis yang menghubungkan kedua ostium uterina tubae, tertutup peritoneum
yang melanjutkan diri ke facies vesicalis (anterior) dan intestinalis (posterior). Corpus
uteri merupakan bagian terpenting dari uterus, di dalamnya terdapat ruangan yang disebut
cavum uteri. Corpus terdiri dari facies vesicalis (anterior), facies intestinalis (posterior),
dan margo lateralis (sinistra et dextra). Isthmus uteri dari luar tidak tampak. Cervix uteri
adalah bagian dari uterus mulai dari isthmus sampai vagina. Cervix uteri dibagi menjadi 2
bagian: supravaginal (terletak cranial dari vagina) dan vaginalis cervicis (bagian cervix
yang masuk ke dalam vagina dan berakhir pada orificium uteri externum).

5
Uterus mendapat vaskularisasi dari A. Uterina yang masing-masing berjalan ke
medial di bagian cranial ligamentum cardinale, lalu memvaskularisasi cervix dan bagian
cranial vagina, kemudian membalik ke atas diantara kedua lapisan plica lata sepanjang
margo lateralis uteri dan memberi cabang-cabang ke kedua permukaan corpus. A. Uterina
memanjang selama kehamilan dan berkelok-kelok setelah partus. Dari uterus, melalui
plexus venosus uterine yang mengikuti A. Uterina dialirkan ke V. Iliaca Interna. Terdapat
sebuah anastomose penting di antara sistem portal dan sistem vena systemic yang
dibentuk oleh vena yang berjalan di bawah excavatio recto uterina dan menghubungkan
plexus venosus uterina dengan vena rectalis superior.
Aliran limfe dari fundus dan bagian cranial corpus menuju Lnn. Lumbalis. Bagian
caudal corpus menuju Lnn. Iliaca Externa. Dari cervix ke Lnn. Iliaca Externa, Interna,
dan Sacralis. Beberapa pembuluh limfe uterus dekat tempat masuk tuba dan ligamentum
teres uteri menuju Lnn. Inguinalis Superficialis. Uterus menerima serat-serat otonom dan
sensorik melalui Plexus Uterovaginalis yang berjalan sepanjang A. Uterina.
1.2.3 Tuba Uterina (Fallopi)
Berjumlah dua, kiri dan kanan. Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke cavum
uteri dan mengalirkan spermatozoa dalam arah berlawanan. Fertilisasi terjadi di dalam
tuba uterina terutama pada ampulla. Terletak di tepi cranial dan diantara kedua lapisan
plica lata. Mulanya berjalan ke lateral dari uterus sampai ke extremitas (polus) uterina
ovarii, kemudian berjalan ke cranial pada margo anterior melengkung di atas extremitas
(polus) tubalis ovarii dan berakhir pada margo posterior dan facies medialis ovarii.
Dibagi menjadi 4 bagian: pars uterinae tubae, isthmus tubae, ampulla tubae, dan
infundibulum tubae. Infundibulum berbentuk seperti corong. Pada dasar corong ini
terletak osteum abdominalis tubae dan ovum masuk ke dalam tuba melalui osteum ini.
Ampulla tubae adalah bagian terpanjang dan terlebar dari tuba, sedikit berkelok-kelok
dan dindingnya relatif tipis. Isthmus tubae adalah bagian terpendek, lebih sempit, dan
dindingnya lebih tebal daripada ampulla. Pars uterinae tubae adalah bagian yang terletak
dalam dinding uterus, berakhir di dalam cavum uteri sebagai ostium uterinae tubae. Bila
sebuah ovum dikeluarkan dari ovarium, ovum tersebut akan ditangkap oleh fimbriae dan
masuk melalui ostium abdominalis tubae.

6
Tuba uterinae mendapat vaskularisasi dari ramus tubalis A. Uterina dan ramus
tubalis A. Ovarica. Venanya sesuai dengan perjalanan arterinya. Pembuluh limfe
mengikuti arteri menuju ke Lnn. Lumbalis (Aorticus). Tuba uterina mendapat inervasi
dari Plexus Ovaricus dan dari serabut-serabut dari Plexus Hypogastricus Inferior.
1.2.4 Ovarium
Ovarium adalah organ eksokrin, cytogenic (menghasilkan ovum) pada saat
pubertas dan juga kelenjar endokrin karena menghasilkan hormon (estrogen dan
progesteron) yang mempengaruhi pertumbuhan genitalia eksterna dan siklus menstruasi.
Bagian ovarium terdiri atas facies medialis, facies lateralis, margo mesovarian (anterior),
facies posterior, extremitas tubalis dan extremitas uterinae. Ovarium terletak dalam fossa
ovarica, yang dibatasi di sebelah ventral oleh A. Umbilicalis dan di sebelah dorsal oleh
ureter dan A. Iliaca Interna, sedangkan disebelah cranialnya terdapat vasa iliaca externa.
Ovarium difiksasi oleh mesovarium, ligamentum suspensorium ovarii, dan
ligamentum ovarii proprium. Mesovarium adalah lipatan peritoneum yang
menghubungkan margo mesovarian ovarii dengan bagian dorsal plica lata; Ligamentum
suspensorium ovarii melekat pada extremitas tubalis ovarii, berjalan cranio lateral,
menyilang vasa iliaca externa dari sebelah ventral, kemudian menghilang menjadi
jaringan ikat yang menutupi m. psoas major. Di dalam ligamentum ini berjalan vasa
ovarica dan plexus nervosus ovaricus; Ligamentum ovarii proprium melekat pada
extremitas uterina ovarii menuju ke corpus uteri caudo dorsal dari tempat masuk tuba
uterina ke dalam , berisi serabut-serabut otot polos.
Ovarium mendapat vaskularisasi dari cabang-cabang A. Ovarica yang berjalan
melalui ligamentum suspensorium ovarii, masuk plica lata, mesovarium, menuju hilus
ovarii. Selain itu, ovarium juga mendapat vaskularisasi dari ramus ovaricus A. Uterina
yang berjalan di dalam plica lata ke arah mesovarium. Venanya dimulai dari Plexus
Venosus, yang sinistra ke V. Ovarica Sinistra, kemudian ke V. Renalis Sinistra, akhirnya
ke Vena Cava Inferior. Yang dextra langsung masuk ke Vena Cava Inferior. Aliran limfe
mengikuti vasa ovarica ke Lnn. Lumbalis (Lnn. Paraaorticus/Lnn. Aorticus). Ovarium
diinervasi oleh Plexus Nervosus Ovaricus yang bersifat otonom.

7
2. Struktur Histologi Organ Reproduksi Wanita
2.1 Genitalia Eksterna
2.1.1 Clitoris

Gambar 2.1 Histologi Clitoris


Clitoris secara histologis memiliki ciri: Merupakan organ yang homolog dengan
penis pria; Dilapisi oleh epitel berlapis pipih tak bertanduk; Merupakan jaringan erektil;
Lamina proprianya membentuk propria papil yang mengandung banyak pembuluh darah;
Mengandung ujung saraf sensorik khusus, yaitu corpus meissner dan corpus vater
paccini.
2.1.2 Labia Majora
Labia majora merupakan lipatan kulit yang menutupi labia minora dari bagian
luar. Labia majora secara histologis memiliki ciri: Bagian dalam dilapisi oleh epitelnya
berlapis pipih tanpa tanduk; Bagian luar dilapisi oleh epitel berlapis pipih bertanduk
dengan folikel rambut, kelenjar sebacea, dan kelenjar keringat; Terdapat kelenjar
Bartholini yang bermuara di dekat orificium vaginae.
2.1.3 Labia Minora
Labia minora secara histologis memiliki ciri: Daerah bagian dalam mengandung
jaringan ikat padat; Dilapisi oleh epitel berlapis pipih; Memiliki kelenjar sebasea yang
tidak berhubungan dengan folikel rambut; Memiliki banyak pigmen pada bagian basal
dan kelenjar mucous kecil.

Gambar 2.2 Histologi: (a) Labia Majora; (b) Labia Minora


8
2.2 Genitalia Interna
2.2.1 Vagina

Dinding vagina tidak memiliki kelenjar dan terdiri atas tiga lapisan: Mukosa
(Pada lapisan mukosa ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih tanpa tanduk yang tebal.
Lamina proprianya terdiri dari jaringan ikat padat dengan banyak sabut elastis, pembuluh
darah, ujung saraf sensorik khusus dan sabut saraf); Lapisan muskularis (Terdiri dari 2
lapisan otot polos khusus, yang tersebar sebagai berkas otot sirkular yang bersebelahan
dengan mukosa dan berkas lungituginal yang lebih tebal didekat lapisan adventitia); dan
Adventitia (jaringan ikat adventitia mengandung banyak serabut elastis, yang membuat
dinding vagina menjadi kuat dan elastis yang menghubungkannya dengan jaringan ikat
sekitar. Lapisan luar ini juga mengandung plexus vena yang luas, pembuluh limfe dan
saraf).

2.2.2 Uterus
Dinding uterus memiliki 3 lapisan utama, yaitu: suatu lapisan jaringan ikat luar
yang disebut perimetrium; Lapisan tebal otot polos yang memiliki banyak pembuluh
darah yang disebut myometrium; Suatu mukosa yang dilapisi oleh epitel selapis silindris
yang disebut endometrium.

Uterus merupakan organ muskular yang kuat terdiri atas corpus uteri, cervix uteri,
fundus uteri, istmus, dan portio vaginalis. Corpus uteri: dindingnya terdiri dari
perimetrium, myometrium, dan endometrium. Endometrium sendiri terbagi dalam fase
proliferasi, fase sekresi, fase ischaemic, dan fase menstruasi; Cervix uteri: dindingnya
terdiri dari mukosa (epitel selapis silindris, tampak kelenjar yang dalam dan bercabang-
cabang yang berfungsi menyekresikan cairan serosa yang memfasilitasi masuknya
spermatozoa ke dalam uterus saat bersenggama namun juga mencegah masuknya sperma
dan organisme mikro ke dalam uterus saat kehamilan, lamina propia terdiri dari jaringan
ikat dan tidak mengandung coiled arteri sehingga tidak mengalami perubahan saat
menstruasi), muskularis (jaringan otot polos tak teratur), dan serosa (jaringan ikat
fibroelastis). Portio vaginalis: epitel berlapis pipih tanpa tanduk, tidak mengalami
perubahan siklik.
9
2.2.3 Tuba Uterina (Fallopi)
Tuba uterina atau oviduk adalah dua tabung berotot dengan mobilitas yang tinggi.
Setiap tuba memiliki ujung berbentuk corong yang disebut infundibulum. Infundibulum
ini terbuka ke arah rongga peritoneum di dekat ovarium dan dengan juluran mirip jari-jari
yang disebut fimbriae. Tuba uterina terbagi menjadi 4 bagian, yaitu infundibulum,
ampulla (area terpanjang dan lebar tempat fertilisasi), isthmus (suatu regio yang lebih
sempit di dekat uterus), dan bagian uterus atau intramural (yang melalui dinding uterus
dan membuka ke dalam bagian dalam organ ini).
Dinding tuba uterina terdiri atas lipatan mukosa yang dilapisi epitel selapis
silindris, Epitelnya mengandung dua jenis sel, yaitu sel bersilia dan sel sekretoris
(terpulas lebih gelap); suatu lapisan muskularis tebal dengan jalinan lapisan sirkular dan
longitudinal otot polos, dan suatu serosa tipis yang dilapisi oleh peritoneum visceral
dengan mesotel.
2.2.4 Ovarium

Gambar 2.3 Histologi Ovarium

Setiap ovarium dilapisi oleh epitel selapis kubis, yaitu epitel germinativum, yang
berlanjut dengan mesotel dan menutupi selapis simpai jaringan ikat padat yang disebut
tunika albuginea. Sebagian besar ovarium terdiri atas cortex, yang terisi dengan stroma
jaringan ikat yang banyak mengandung sel dan banyak folikel ovarium. Stroma ditempati
oleh sel stroma yang mirip fibroblas (dikenal juga sebagai sel interstisial). Pada saat
dewasa, lapisan stroma mengandung folikel ovarial, corpus luteum, corpus albicans.

Bagian terdalam ovarium adalah medulla, yang mengandung jaringan ikat kendor
dan pembuluh darah yang memasuki organ melalui hilum dari mesenterium yang

10
menahan ovarium, saraf, serta pembuluh limfe. Terdapat juga growing folikel, folikel de
graff, atretik folikel. Tidak ada batas yang jelas antara cortex dan medulla.

3. Mekanisme Terjadinya Menstruasi


Siklus menstruasi merupakan sebuah siklus yang berlangsung pada wanita normal. Siklus ini
umumnya berlangsung setiap 28 hari kurang lebih selama 3-7 hari lamanya. Siklus menstruasi
tidak terlepas dari pengaruh hormon-hormon gonadotropik yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis anterior berupa FSH dan LH serta hormon-hormon yang dihasilkan oleh ovarium itu
sendiri yakni hormon estrogen dan progesteron.

Gambar 3.1 Siklus Menstruasi


3.1 Ovarium
3.1.1 Fase Folikular
Fase folikular merupakan tahap folikel-folikel mengalami pematangan dipengaruhi
oleh sekresi FSH. Pada fase ini kadar LH masih rendah. Tahap perkembangan folikel
meliputi tahap: folikel primordial, folikel primer, folikel sekunder, folikel vesikuler.
Folikel primordial ini memiliki satu ciri khas yakni adanya 1 lapis sel granulosa yang
mengelilingi oosit primer. Terdapat 8-12 folikel primordial yang terus berkembang.
Pada folikel primer, terbentuk lapisan-lapisan granulosa baru. Oosit primer juga
mengalami pertambahan diameter. Mulai berkembang sel-sel theca interna maupun externa
yang membentuk kapsul. Zona pelusida mulai tampak.
Pada folikel sekunder, mulai terbentuk antrum yang kaya akan estrogen. Antrum terus
berkembang dan cairan folikular lambat laun bertambah. Hingga tahap ini FSH masih

11
mendominasi. Kadar LH masih rendah dan konstan sedangkan kadar hormon estrogen
menanjak naik.
Pada tahap folikel vesikuler, oosit primer mengalami perkembangan lebih lanjut
menjadi oosit sekunder. Hanya ada 1 folikel yang akan matang dan folikel-folikel lainnya
akan mengalami atresia (involusi) dikarenakan kadar hormon estrogen yang menghambat
FSH untuk diproduksi lebih lanjut.

Pada masa pra-ovulasi, sekitar 2 hari sebelum ovulasi kecepatan sekresi LH


meningkat 6-10 kali lipat. Sekresi dari FSH juga bertambah namun tidak signifikan.
Lonjakan LH juga mulai mempengaruhi sel-sel granulosa dan theca untuk produksi
progesteron.

Beberapa jam sebelum ovulasi sel theca eksterna menghasilkan enzim proteolitik
(kolagenase) menyebabkan lemahnya dinding folikel. Pada saat yang bersamaan cairan
plasma terus menerus masuk ke dalam folikel akibat prostaglandin yang mempromosikan
terjadinya vasodilatasi sehingga folikel membengkak. Kedua peristiwa ini menyebabkan
keluarnya oosit sekunder beserta korona radiata (beberapa ribu sel granulosa kecil).

3.1.2 Fase Lutheal


Sel-sel granulosa dan theca interna yang tersisa berubah menjadi korpus lutheum
dalam waktu 7-8 hari setelah ovulasi yang dipengaruhi oleh adanya LH. Adanya korpus
lutheum bertujuan untuk menyekresi hormon progesteron, inhibin, dan sedikit estrogen.
Hormon inhibin bertujuan untuk menghambat sekresi FSH, 12 hari setelah ovulasi korpus
lutheum berubah menjadi korpus albikans dan akhirnya menjadi jaringan ikat.
3.2 Endometrium
Gambar 3.2 Siklus Menstruasi (Perkembangan Endometrium)

3.2.1 Fase Proliferasi 12

Pada fase ini endometrium menjadi pipih dan tersisa selapis epitel oleh karena fase
menstruasi. Fase ini berjalan bersamaan dengan fase folikular ovarium. Estrogen berperan
penting dalam proses penebalan kembali endometrium. Pada saat ovulasi ketebalan
endometrium telah mencapai 3-5 mm.
3.2.2 Fase Sekretorik
Fase ini terjadi setelah ovulasi/ berjalan bersamaan dengan fase lutheal di mana
korpus lutheum menghasilkan estrogen sehingga terjadi sedikit penambahan ketebalan oleh
karena proliferasi sel-sel yang ada dan progesteron untuk mempertahankan ketebalan
endometrium. Progesteron juga dibutuhkan untuk memperkaya vaskularisasi, merangsang
sekresi kelenjar dan glikogen. Glikogen pada fase progestasional (sebelum kehamilan)
diperlukan untuk makanan awal embrio. Tujuan utama dari fase ini adalah untuk
mempersiapkan endometrium menjadi sangat sekretorik demi kelangsungan hidup embrio.
3.2.3 Fase Menstruasi
Fase ini merupakan fase luruhnya endometrium yang ditandai dengan pengeluaran
darah lewat vagina. Hanya terjadi apabila ovum tidak dibuahi. Biasa terjadi selama 5-7 hari
tergantung degenerasi korpus lutheum. Terjadi bersamaan dengan akhiran fase lutheal dan
awal dari fase folikular. Menstruasi terjadi karena kadar estrogen dan progesteron menurun,
khususnya progesteron karena endometrium tidak dapat dipertahankan. Turunnya kadar
kedua hormon tersebut merangsang prostaglandin uterus untuk menghambat aliran darah ke
endometrium (oleh karena vasokonstriksi) sehingga asupan oksigen berkurang dan sel-sel
endometrium beserta pembuluh darahnya mengalami kematian. Prostaglandin uterus juga
kemudian merangsang kontraksi miometrium untuk pengeluaran darah haid. Kontraksi
miometrium yang berlebihan dapat menyebabkan kram haid (dysmenorrhea).
Saat darah mulai berjalan melalui dinding endometrium, terdapat 2 bahan lainnya
yang ikut secara bersamaan keluar yakni fibrinolisin dan leukosit. Fibrinolisin merupakan
suatu pelarut untuk mencegah pembekuan darah sebelum keluar melalui vagina. Namun,
apabila aliran darah terlalu deras, tidak sepenuhnya akan dapat terpapar fibrinolisin. Leukosit
berperan sebagai proteksi dinding uterus yang terpapar untuk mencegah infeksi.

13
4. Faktor Terganggunya Siklus Menstruasi pada Skenario skenario, siklus
menstruasi pada pasien sebelumnya teratur. Hal ini menunjukkan bahwa terlambatnya haid
pada pasien tidak disebabkan oleh karena gangguan hormon atau kelainan lainnya, melainkan
karena terjadinya kehamilan.
Secara normal, seorang wanita yang tidak hamil akan mengalami menstruasi kira-kira 14 hari
setelah terjadinya ovulasi. Namun, menstruasi tidak terjadi pada wanita hamil. Hal ini
disebabkan oleh karena ada hormon-hormon yang dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta
yang mempertahankan dinding endometrium ibu supaya tidak luruh. Hormon yang berperan
penting dalam mempertahankan dinding endometrium adalah Human Chorionic Gonadotropin
(hCG) yang disekresi secara bersamaan dengan berkembangnya sel-sel trophoblast ke dalam
cairan ibu.
hCG berfungsi mencegah involusi dari korpus luteum. Dengan adanya hCG, korpus luteum
bahkan menjadi dua kali lebih besar dari ukuran awalnya saat peiode awal kehamilan, sehingga
dapat menyekresi lebih banyak estrogen dan progesteron untuk beberapa bulan berikutnya.
Estrogen dan progesteron inilah yang berfungsi mencegah terjadinya menstruasi dan
menyebabkan endometrium terus tubuh. Oleh karena itu, apabila tidak ada korpus luteum saat
minggu-minggu awal kehamilan, dapat terjadi abortus spontan. Pada usia 17 minggu kehamilan,
korpus luteum akan secara perlahan mengalami involusi dan fungsinya digantikan oleh plasenta
untuk sekresi estrogen dan progesterone.

5. Mekanisme Terjadinya Kehamilan


5.1 Fertilisasi

Fertilisasi adalah tahapan saat sel telur (ovum) menyatu dengan sel sperma yang terjadi di
oviduk (tuba fallopi) daerah ampula uterina. Walau terdapat hingga 200-300 juta
spermatozoa dalam sekali ejakulasi, hanya sekitar 300 – 500 spermatozoa yang dapat
membuahi ovum. Sebagian besar sperma yang masuk melalui vagina dan menuju ke tuba
fallopi akan dihancurkan oleh mukus yang ada di dalam uterus dan tuba. Untuk bisa
menembus zona pelusida, sperma perlu berikatan dengan reseptor spesifik yang ada di
permukaan lapisan membran. Fertilin, yang merupakan suatu protein membran plasma yang
terdapat pada kepala sperma berikatan dengan glikoprotein yang disebut ZP3 yang terdapat
pada lapisan luar zona pelusida. Pengikatan antara Fertilin dan ZP3 inilah yang memicu
reaksi akrosom.

Reaksi akrosom adalah suatu reaksi yang menyebabkan enzim-enzim akrosom untuk
memcerna zona pelusida serta membentuk jalur bagi sel sperma untuk masuk ke membrane
plasma ovum. Biasanya ekor sperma akan lepas dan kepala sperma yang membawa DNA
akan memasuki sitoplasma ovum. Saat sperma pertama sudah masuk ke dalam membrane
ovum, maka akan terjadi suatu perubahan kimiawi yang akan menonaktifkan reseptor ZP3
sehingga mengeraskan zona pellusida dan menghambat sperma lain untuk masuk.
Selanjutnya, inti sel dari sel sprema akan menyatu dengan inti sel ovum sehingga
menghasilkan zigot.

5.2 Pembelahan
Tahap pembelahan atau cleavage adalah tahap dimana terjadinya rangkaian mitosis
secara berturut-turut. Sel yang menjadi semakin kecil tiap pembelahan disebut dengan
blastomer. Dan setelah pembelahan ketiga, sel-sel ini akan memadat membentuk suatu
gumpalan bola padat yang disebut dengan morula (16 sel). Sel yang berada di bagian dalam
dari morula akan membentuk inner cell mass, sedangkan sel-sel yang berada di bagian luar
morula akan membentuk trofoblas. Inner cell mass ini berikutnya akan berkembang menjadi
jaringan bakal janin, sedangkan trofoblas sendiri akan berkembang menjadi plasenta.
5.3 Blastulasi
Saat proses pada pembelahan telah selesai yaitu pembentukan morula (16 sel) selanjutnya
morula akan masuk ke rongga uterus, dan cairan mulai menembus zona pelusida ke dalam
ruangan antarsel massa sel dalam. Secara bertahap ruangan antar sel menjadi konfulen dan
akhirnya terbentuknya rongga yang disebut blastokel. Pada saat ini, mudigah disebut dengan
blastokista. Sel-sel di masssa sel dalam disebut embrioblas, terletak di kutub sel-sel di massa
sel luar atau trofoblas, trofoblas menggepeng dan membentuk dinding epitel blastokista. Pada
hari ke 7 setelah fertilisasi blastikista akan mengalami implantasi di dalam uterus.
5.4 Implantasi
Implantasi adalah perlekatan dan penetrasi, setelah itu telur yang telah dibuahi (pada
tahap blastokista) di dinding rahim, yang dimulai dari hari ke 5-7 setelah pembuahan. Pada

saat implantasi, mukosa uterus berada dalam fase sekretorik, yaitu saat kelenjar dan arteri
uterus bergulung dan jaringan menjadi tebal-basah sehingga dikenali adanya 3 lapisan di
endometrium yaitu: lapisan kompaktum di bagian superfisial, lapisan spongiosum di tengah,
dan lapisan basale yang tipis. Dalam keadan normal blastokista tertanam di
15
endometrium di sepanjang dinding anterior atau posterior korpus uteri.
6. Diagnosa dan Tanda-Tanda Kehamilan
6.1 Tes Kehamilan
Merupakan tahap tes pertama terhadap kehamilan terkait perubahan fisiologi awal
kehamilan. Pertama, tanda presumtif, yaitu perubahan fisiologik dari seorang perempuan
yang menandakan bahwa ia telah hamil. Tanda-tanda tidak pasti kehamilan adalah perubahan
anatomik dan fisiologik selain tanda-tanda presumtif, seperti amenorrhae, pembesaran
payudara, dan pigmentasi kulit. Tanda-tanda pasti kehamilan adalah data yang
mengindikasikan adanya bayi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan (denyut jantung
janin, USG, dan gerakan janin).
6.2 Tes Urine
Tes kehamilan yang paling sering dilakukan adalah tes urine untuk menentukan kadar
hCG. Apabila seorang wanita sedang hamil, tes ini dapat mendeteksi hormon hCG dalam
urin sekitar 10 hari setelah keterlambatan menstruasi. Alat untuk tes ini umunya dijual dan
dapat dipakai di rumah. Sampel urin yang dipakai adalah urin pertama yang dikeluarkan saat
pagi hari, karena urin pertama adalah urin yang paling pekat dan mengandung tingkatan hCG
tertinggi. Apabila hasilnya positif hamil, akan muncul garis berwarna atau simbol plus pada
test pack. Sebaliknya, apabila hasilnya negatif, tidak ada garis berwarna atau tanda negatif
yang mengindikasikan hasil negatif. Akurasi pemeriksaan hCG adalah 95-98 % dan tidak
spesifik untuk kehamilan, maka tes ini tidak digolongkan sebagai tanda pasti kehamilan.
6.3 Tes Darah
Pemeriksaan sepsimen darah dengan radioimmunoassay dapat dikhususkan untuk rantai
glikoprotein subunit beta yang dianggap spesifik dengan kehamilan. hCG dapat dideteksi
sejak 1 minggu setelah konsepsi dan dilengkapi dengan informasi usia kehamilan. Pengujian
ini dianggap sangat akurat tetapi tidak dapat dipastikan secara mutlak. Tes darah meliputi tes
kualitatif dan kuantitatif. Tes darah kualitatif hanya memeriksa ada atau tidaknya hCG, tes
ini tidak mengukur jumlah hCG dengan tepat dan tidak dapat memberikan estimasi
kehamilan. Sedangkan tes darah kuantitatif bertujuan untuk mengukur jumlah hCG dalam
darah dan dapat memberikan estimasi perkembangan kehamilan.

16
6.4 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) adalah suatu metode diagnostik dengan menggunakan
gelombang ultrasonik untuk mengetahui morfologi dan fungsi suatu organ berdasarkan
gambaran eko dari gelombamg ultrasonik yang dipantulkan organ, dilakukan melalui 2 cara,
yaitu transabdominal dan transvaginal.

Pemeriksaan USG Transabdominal (USG-TA) terutama dipakai pada kehamilan trimester


II dan III. Pemeriksaan ini dikerjakan melalui kadung kemih yang terisi penuh untuk
mendorong usus keluar dari rongga pelvik sehingga tidak menghalangi pemeriksaan
genitalia. Sebelum pemeriksaan, dinding abdomen ibu dilumuri jel untuk lubrikasi dan
menghilangkan udara di dinding abdomen.

Pemeriksaan USG Transvaginal (USG-TV) dilaksanakan dengan kadung kemih yang


kosong. Biasanya dilakukan pada kehamilan trimester I. Persiapannya, transduser diberi jel
pada permukaannya untuk menghilangkan udara kemudian dibungkus degan alat
pembungkus khusus, lalu dimasukkan ke dalam vagina hingga mencapai daerah forniks.

7. Perhitungan Umur Kehamilan dan Tanggal Kelahiran


Salah satu cara untuk menentukan usia kehamilan adalah dengan metode rumus neagle.
Rumus Neagle digunakan untuk menghitung usia kehamilan berdasarkan hari pertama haid
terakhir (HPHT).
Kehamilan diperkirakan berlangsung selama 40 minggu. Terdapat dua cara untuk
menghitung Hari Perkiraan Lahir (HPL). Pertama, adalah HPHT + 7 hari – 3 bulan + 1 tahun
(jika HPHT pada bulan April-Desember). Kedua, adalah HPHT + 7 hari + 9 bulan (jika HPHT
pada bulan Januari-Maret).

17
8. Metode Kontrasepsi
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim dengan menggunakan
alat-alat atau obat-obatan. Metode kontrasepsi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hormonal dan
non-hormonal.
8.1 Hormonal
Pertama, pil KB. Pil KB ini merupakan pil yang mengandung kombinasi dari progesteron
& estrogen. Progesteron dalam dosis yang baik berperan untuk menghalangi penetrasi dan
pergerakan dari sperma karena dapat membuat lendir dari serviks menjadi lebih pekat.
Estrogen yang baik memiliki efek untuk mempengaruhi ovulasi, yaitu perjalanan sel telur.
Kedua, suntik KB. Metode ini merupakan metode yang hampir sama dengan pil KB,
namun caranya dengan menggunakan jarum suntik yang akan diinjeksikan ke tubuh pasien.
Ketiga, cincin vagina. Cincin vagina ini merupakan alat berupa cincin plastik yang
digunakan untuk melepaskan hormon yang sama seperti pil KB.
8.2 Non-Hormonal
Pertama, kondom. Kondom merupakan metode barier fisik yang dapat digunakan pada
pria maupun wanita. Kondom berguna untuk mencegah masuknya sperma kedalam tubuh
wanita.
Kedua, Intra Uterine Device (IUD). Merupakan plastik berbentuk huruf T yang
diletakkan di dalam rahim. IUD berguna untuk menghadang sperma agar tidak membuahi sel
telur.
Ketiga, spermisida. Spermisida merupakan suatu produk berbentuk jeli/krim/busa yang
dapat membunuh sperma, dan diberikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual.
Keempat, cervical cap. Merupakan suatu kubah berbahan karet yang diletakan di mulut
rahim sebelum melakukan hubungan seksual, yang berguna untuk menutup jalan masuknya
rahim.
Kelima, metode penarikan saat berhubungan seksual. Melalui cara ini, penis ditarik
keluar dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, sehingga sperma tidak akan masuk ke dalam.
Keenam, sistem kalender. Merupakan kontrasepsi alami dengan menggunakan
perhitungan masa subur wanita, dan menghindari berhubungan seks pada masa subur.333`1
Ketujuh, sterilisasi. Merupakan metode kontrasepsi permanen yang bertujuan agar tidak
terjadi fertilisasi/pembuahan lagi. Pasien wanita yang ingin melakukan kontrasepsi permanen
dapat dengan cara tubektomi, sedangkan pada pria dengan cara vasektomi.

18
RINGKASAN

Organ genitalia eksterna pada wanita meliputi mons pubis, clitoris, labia mayor, labia
minor, vestibulum vaginae, bulbus vestibuli, glandula vestibularis mayor (Bartholini). Organ
genitalia interna wanita meliputi vagina, uterus, tuba uterinae (Fallopi), dan ovarium.
Siklus menstruasi merupakan sebuah siklus yang berlangsung pada wanita normal. Siklus
ini umumnya berlangsung setiap 28 hari kurang lebih selama 3-7 hari lamanya. Siklus menstruasi
tidak terlepas dari pengaruh hormon-hormon gonadotropik yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis anterior berupa FSH dan LH serta hormon-hormon yang dihasilkan oleh ovarium itu
sendiri yakni hormon estrogen dan progesteron. Pada ovarium terdapat fase folikular dan fase
lutheal. Pada endometrium terdapat fase proliferasi, fase sekretorik, dan fase menstruasi.

Pada skenario, siklus menstruasi pada pasien sebelumnya teratur. Hal ini menunjukkan
bahwa terlambatnya haid pada pasien tidak disebabkan oleh karena gangguan hormon atau
kelainan lainnya, melainkan karena terjadinya kehamilan. Kehamilan dapat terjadi oleh karena
adanya proses pembuahan pada ovum oleh sperma (fertilisasi) yang terjadi di tuba fallopi.

Terdapat beberapa prosedur untuk dapat mendiagnosa kehamilan. Diantaranya adalah


anamnesa, tes kehamilan, tes darah, tes urine, dan USG. Prosedur pemeriksaan ini bertujuan
untuk memastikan apakah pasien benar-benar hamil, dan sekaligus dapat memeriksa adanya
kelainan pada janin sedini mungkin. Dari pemeriksaan ini, didapatkan tanda-tanda kehamilan
yang berupa tanda pasti dan tanda tidak pasti. Tanda pasti meliputi gerakan janin, denyut jantung
janin, dan tampaknya tulang-tulang serta badan janin. Tanda tidak pasti meliputi terlambat haid,
hCG urine positif, mual dan muntah, ngidam, payudara membesar, polakisuria, konstipasi,
chloasma gravidarum, striae gravidarum, dan linea nigra.

Kehamilan dapat dicegah dengan menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi terdiri dari


hormonal dan non-hormonal. Hormonal berarti menggunakan obat atau zat kimia yang bertujuan
untuk mempengaruhi hormon estrogen dan progesteron. Kontrasepsi hormonal dapat berupa pil
KB, suntik KB, atau cincin vagina. Sedangkan kontrasepsi non-hormonal merupakan metode
kontrasepsi dari lingkungan eksternal yang tidak melibatkan perubahan hormon. Kontrasepsi
non-hormonal meliputi sistem kalender, kondom, IUD, spermisida, cervical cap, atau sterilisasi.

19
PETA KONSEP

Estrogen, Hubungan Seksual


LH, FSH ↑
Kondom
Ovulasi Ovum Sperma Rusak

Kegagalan Kontrasepsi Kebocoran


Sperma

Fertilisasi
P
e
Estrogen, m
e
Progesteron ↑ r
i
k
s
Korpus Luteum a
a
Menebal n

Implantasi Anamnesa

Tes Urine
hCG ↑
Tes Darah
USG
Peningkatan Menghambat Involusi
Hormon Korpus Luteum
d
i
a
Mual & Muntah Terlambat Haid g
n
o
s
a

(+) Hamil

20

DAFTAR PUSTAKA

Netter, Frank H., John T. Hansen, and David R. Lambert. Atlas of Human Anatomy. 7th Edition.
Philadelphia: Elsevier; 2019

Mescher, Anthony. Junqueira's Basic Histology Text & Atlas. 14th ed; 2016.

Sherwood, Lauralee. Human Physiology: from Cells to Systems. Belmont, CA:Brooks/Cole,


Cengage Learning; 2013.

Hall, J. E., & Guyton, A. C. Guyton and Hall  Textbook of Medical Physiology. 13rd Edition.
Philadelphia, PA: Saunders Elsevier; 2016.

Barrett, Kim E., Susan M. Barman, Scott Boitano, and Heddwen L. Brooks. Ganong’s Review of
Medical Physiology. 24th Edition. United States: The McGraw-Hill Companies; 2012.
21

Anda mungkin juga menyukai