2.7 Kelompok 7
2.7 Kelompok 7
KELOMPOK 7
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURABAYA
2020
DAFTAR ISI
Skenario Pemicu……………………………………………………………………….…………..i
Kata Kunci………………………………………………………………………………………....i
Pembahasan
Ringkasan…………………………………………………………………………………......….19
Peta
Konsep……………………………………………………………………………………....20
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………...….21
DAFTAR GAMBAR
Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke dokter dengan keluhan terlambat haid sudah 2
bulan ini. Sebelum ini, haid pasien selalu teratur setiap bulan. Pasien mengeluh mulai sering
mual dan muntah dalam 1 bulan terakhir. Setelah dokter menggali informasi lebih lanjut, pasien
sudah mempunyai 3 orang anak dan mengaku selalu menggunakan kontrasepsi kondom. Dokter
menyatakan bahwa pasien hamil setelah anamnesis dan beberapa pemeriksaan lebih lanjut.
KATA KUNCI
MIND MAP i
Berhubungan Seksual
dengan Kondom
Terjadi Pembuahan
Vestibulum Vaginae
Terlambat Haid
Mual
Muntah
Hamil
DAFTAR PEMBAHASAN
1. Bagaimana struktur anatomi dan histologi dari organ reproduksi wanita?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya menstruasi?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan siklus menstruasi terganggu?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya kehamilan?
5. Bagaimana diagnosa kehamilan? Apa saja tanda-tanda kehamilan?
6. Bagaimana cara menghitung umur kehamilan dan tanggal kelahiran?
7. Apa saja metode KB? Bagaimana kelebihan, kekurangan, dan tingkat keamanannya?
ii
PEMBAHASAN
5
Uterus mendapat vaskularisasi dari A. Uterina yang masing-masing berjalan ke
medial di bagian cranial ligamentum cardinale, lalu memvaskularisasi cervix dan bagian
cranial vagina, kemudian membalik ke atas diantara kedua lapisan plica lata sepanjang
margo lateralis uteri dan memberi cabang-cabang ke kedua permukaan corpus. A. Uterina
memanjang selama kehamilan dan berkelok-kelok setelah partus. Dari uterus, melalui
plexus venosus uterine yang mengikuti A. Uterina dialirkan ke V. Iliaca Interna. Terdapat
sebuah anastomose penting di antara sistem portal dan sistem vena systemic yang
dibentuk oleh vena yang berjalan di bawah excavatio recto uterina dan menghubungkan
plexus venosus uterina dengan vena rectalis superior.
Aliran limfe dari fundus dan bagian cranial corpus menuju Lnn. Lumbalis. Bagian
caudal corpus menuju Lnn. Iliaca Externa. Dari cervix ke Lnn. Iliaca Externa, Interna,
dan Sacralis. Beberapa pembuluh limfe uterus dekat tempat masuk tuba dan ligamentum
teres uteri menuju Lnn. Inguinalis Superficialis. Uterus menerima serat-serat otonom dan
sensorik melalui Plexus Uterovaginalis yang berjalan sepanjang A. Uterina.
1.2.3 Tuba Uterina (Fallopi)
Berjumlah dua, kiri dan kanan. Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke cavum
uteri dan mengalirkan spermatozoa dalam arah berlawanan. Fertilisasi terjadi di dalam
tuba uterina terutama pada ampulla. Terletak di tepi cranial dan diantara kedua lapisan
plica lata. Mulanya berjalan ke lateral dari uterus sampai ke extremitas (polus) uterina
ovarii, kemudian berjalan ke cranial pada margo anterior melengkung di atas extremitas
(polus) tubalis ovarii dan berakhir pada margo posterior dan facies medialis ovarii.
Dibagi menjadi 4 bagian: pars uterinae tubae, isthmus tubae, ampulla tubae, dan
infundibulum tubae. Infundibulum berbentuk seperti corong. Pada dasar corong ini
terletak osteum abdominalis tubae dan ovum masuk ke dalam tuba melalui osteum ini.
Ampulla tubae adalah bagian terpanjang dan terlebar dari tuba, sedikit berkelok-kelok
dan dindingnya relatif tipis. Isthmus tubae adalah bagian terpendek, lebih sempit, dan
dindingnya lebih tebal daripada ampulla. Pars uterinae tubae adalah bagian yang terletak
dalam dinding uterus, berakhir di dalam cavum uteri sebagai ostium uterinae tubae. Bila
sebuah ovum dikeluarkan dari ovarium, ovum tersebut akan ditangkap oleh fimbriae dan
masuk melalui ostium abdominalis tubae.
6
Tuba uterinae mendapat vaskularisasi dari ramus tubalis A. Uterina dan ramus
tubalis A. Ovarica. Venanya sesuai dengan perjalanan arterinya. Pembuluh limfe
mengikuti arteri menuju ke Lnn. Lumbalis (Aorticus). Tuba uterina mendapat inervasi
dari Plexus Ovaricus dan dari serabut-serabut dari Plexus Hypogastricus Inferior.
1.2.4 Ovarium
Ovarium adalah organ eksokrin, cytogenic (menghasilkan ovum) pada saat
pubertas dan juga kelenjar endokrin karena menghasilkan hormon (estrogen dan
progesteron) yang mempengaruhi pertumbuhan genitalia eksterna dan siklus menstruasi.
Bagian ovarium terdiri atas facies medialis, facies lateralis, margo mesovarian (anterior),
facies posterior, extremitas tubalis dan extremitas uterinae. Ovarium terletak dalam fossa
ovarica, yang dibatasi di sebelah ventral oleh A. Umbilicalis dan di sebelah dorsal oleh
ureter dan A. Iliaca Interna, sedangkan disebelah cranialnya terdapat vasa iliaca externa.
Ovarium difiksasi oleh mesovarium, ligamentum suspensorium ovarii, dan
ligamentum ovarii proprium. Mesovarium adalah lipatan peritoneum yang
menghubungkan margo mesovarian ovarii dengan bagian dorsal plica lata; Ligamentum
suspensorium ovarii melekat pada extremitas tubalis ovarii, berjalan cranio lateral,
menyilang vasa iliaca externa dari sebelah ventral, kemudian menghilang menjadi
jaringan ikat yang menutupi m. psoas major. Di dalam ligamentum ini berjalan vasa
ovarica dan plexus nervosus ovaricus; Ligamentum ovarii proprium melekat pada
extremitas uterina ovarii menuju ke corpus uteri caudo dorsal dari tempat masuk tuba
uterina ke dalam , berisi serabut-serabut otot polos.
Ovarium mendapat vaskularisasi dari cabang-cabang A. Ovarica yang berjalan
melalui ligamentum suspensorium ovarii, masuk plica lata, mesovarium, menuju hilus
ovarii. Selain itu, ovarium juga mendapat vaskularisasi dari ramus ovaricus A. Uterina
yang berjalan di dalam plica lata ke arah mesovarium. Venanya dimulai dari Plexus
Venosus, yang sinistra ke V. Ovarica Sinistra, kemudian ke V. Renalis Sinistra, akhirnya
ke Vena Cava Inferior. Yang dextra langsung masuk ke Vena Cava Inferior. Aliran limfe
mengikuti vasa ovarica ke Lnn. Lumbalis (Lnn. Paraaorticus/Lnn. Aorticus). Ovarium
diinervasi oleh Plexus Nervosus Ovaricus yang bersifat otonom.
7
2. Struktur Histologi Organ Reproduksi Wanita
2.1 Genitalia Eksterna
2.1.1 Clitoris
Dinding vagina tidak memiliki kelenjar dan terdiri atas tiga lapisan: Mukosa
(Pada lapisan mukosa ini dilapisi oleh epitel berlapis pipih tanpa tanduk yang tebal.
Lamina proprianya terdiri dari jaringan ikat padat dengan banyak sabut elastis, pembuluh
darah, ujung saraf sensorik khusus dan sabut saraf); Lapisan muskularis (Terdiri dari 2
lapisan otot polos khusus, yang tersebar sebagai berkas otot sirkular yang bersebelahan
dengan mukosa dan berkas lungituginal yang lebih tebal didekat lapisan adventitia); dan
Adventitia (jaringan ikat adventitia mengandung banyak serabut elastis, yang membuat
dinding vagina menjadi kuat dan elastis yang menghubungkannya dengan jaringan ikat
sekitar. Lapisan luar ini juga mengandung plexus vena yang luas, pembuluh limfe dan
saraf).
2.2.2 Uterus
Dinding uterus memiliki 3 lapisan utama, yaitu: suatu lapisan jaringan ikat luar
yang disebut perimetrium; Lapisan tebal otot polos yang memiliki banyak pembuluh
darah yang disebut myometrium; Suatu mukosa yang dilapisi oleh epitel selapis silindris
yang disebut endometrium.
Uterus merupakan organ muskular yang kuat terdiri atas corpus uteri, cervix uteri,
fundus uteri, istmus, dan portio vaginalis. Corpus uteri: dindingnya terdiri dari
perimetrium, myometrium, dan endometrium. Endometrium sendiri terbagi dalam fase
proliferasi, fase sekresi, fase ischaemic, dan fase menstruasi; Cervix uteri: dindingnya
terdiri dari mukosa (epitel selapis silindris, tampak kelenjar yang dalam dan bercabang-
cabang yang berfungsi menyekresikan cairan serosa yang memfasilitasi masuknya
spermatozoa ke dalam uterus saat bersenggama namun juga mencegah masuknya sperma
dan organisme mikro ke dalam uterus saat kehamilan, lamina propia terdiri dari jaringan
ikat dan tidak mengandung coiled arteri sehingga tidak mengalami perubahan saat
menstruasi), muskularis (jaringan otot polos tak teratur), dan serosa (jaringan ikat
fibroelastis). Portio vaginalis: epitel berlapis pipih tanpa tanduk, tidak mengalami
perubahan siklik.
9
2.2.3 Tuba Uterina (Fallopi)
Tuba uterina atau oviduk adalah dua tabung berotot dengan mobilitas yang tinggi.
Setiap tuba memiliki ujung berbentuk corong yang disebut infundibulum. Infundibulum
ini terbuka ke arah rongga peritoneum di dekat ovarium dan dengan juluran mirip jari-jari
yang disebut fimbriae. Tuba uterina terbagi menjadi 4 bagian, yaitu infundibulum,
ampulla (area terpanjang dan lebar tempat fertilisasi), isthmus (suatu regio yang lebih
sempit di dekat uterus), dan bagian uterus atau intramural (yang melalui dinding uterus
dan membuka ke dalam bagian dalam organ ini).
Dinding tuba uterina terdiri atas lipatan mukosa yang dilapisi epitel selapis
silindris, Epitelnya mengandung dua jenis sel, yaitu sel bersilia dan sel sekretoris
(terpulas lebih gelap); suatu lapisan muskularis tebal dengan jalinan lapisan sirkular dan
longitudinal otot polos, dan suatu serosa tipis yang dilapisi oleh peritoneum visceral
dengan mesotel.
2.2.4 Ovarium
Setiap ovarium dilapisi oleh epitel selapis kubis, yaitu epitel germinativum, yang
berlanjut dengan mesotel dan menutupi selapis simpai jaringan ikat padat yang disebut
tunika albuginea. Sebagian besar ovarium terdiri atas cortex, yang terisi dengan stroma
jaringan ikat yang banyak mengandung sel dan banyak folikel ovarium. Stroma ditempati
oleh sel stroma yang mirip fibroblas (dikenal juga sebagai sel interstisial). Pada saat
dewasa, lapisan stroma mengandung folikel ovarial, corpus luteum, corpus albicans.
Bagian terdalam ovarium adalah medulla, yang mengandung jaringan ikat kendor
dan pembuluh darah yang memasuki organ melalui hilum dari mesenterium yang
10
menahan ovarium, saraf, serta pembuluh limfe. Terdapat juga growing folikel, folikel de
graff, atretik folikel. Tidak ada batas yang jelas antara cortex dan medulla.
11
mendominasi. Kadar LH masih rendah dan konstan sedangkan kadar hormon estrogen
menanjak naik.
Pada tahap folikel vesikuler, oosit primer mengalami perkembangan lebih lanjut
menjadi oosit sekunder. Hanya ada 1 folikel yang akan matang dan folikel-folikel lainnya
akan mengalami atresia (involusi) dikarenakan kadar hormon estrogen yang menghambat
FSH untuk diproduksi lebih lanjut.
Beberapa jam sebelum ovulasi sel theca eksterna menghasilkan enzim proteolitik
(kolagenase) menyebabkan lemahnya dinding folikel. Pada saat yang bersamaan cairan
plasma terus menerus masuk ke dalam folikel akibat prostaglandin yang mempromosikan
terjadinya vasodilatasi sehingga folikel membengkak. Kedua peristiwa ini menyebabkan
keluarnya oosit sekunder beserta korona radiata (beberapa ribu sel granulosa kecil).
Pada fase ini endometrium menjadi pipih dan tersisa selapis epitel oleh karena fase
menstruasi. Fase ini berjalan bersamaan dengan fase folikular ovarium. Estrogen berperan
penting dalam proses penebalan kembali endometrium. Pada saat ovulasi ketebalan
endometrium telah mencapai 3-5 mm.
3.2.2 Fase Sekretorik
Fase ini terjadi setelah ovulasi/ berjalan bersamaan dengan fase lutheal di mana
korpus lutheum menghasilkan estrogen sehingga terjadi sedikit penambahan ketebalan oleh
karena proliferasi sel-sel yang ada dan progesteron untuk mempertahankan ketebalan
endometrium. Progesteron juga dibutuhkan untuk memperkaya vaskularisasi, merangsang
sekresi kelenjar dan glikogen. Glikogen pada fase progestasional (sebelum kehamilan)
diperlukan untuk makanan awal embrio. Tujuan utama dari fase ini adalah untuk
mempersiapkan endometrium menjadi sangat sekretorik demi kelangsungan hidup embrio.
3.2.3 Fase Menstruasi
Fase ini merupakan fase luruhnya endometrium yang ditandai dengan pengeluaran
darah lewat vagina. Hanya terjadi apabila ovum tidak dibuahi. Biasa terjadi selama 5-7 hari
tergantung degenerasi korpus lutheum. Terjadi bersamaan dengan akhiran fase lutheal dan
awal dari fase folikular. Menstruasi terjadi karena kadar estrogen dan progesteron menurun,
khususnya progesteron karena endometrium tidak dapat dipertahankan. Turunnya kadar
kedua hormon tersebut merangsang prostaglandin uterus untuk menghambat aliran darah ke
endometrium (oleh karena vasokonstriksi) sehingga asupan oksigen berkurang dan sel-sel
endometrium beserta pembuluh darahnya mengalami kematian. Prostaglandin uterus juga
kemudian merangsang kontraksi miometrium untuk pengeluaran darah haid. Kontraksi
miometrium yang berlebihan dapat menyebabkan kram haid (dysmenorrhea).
Saat darah mulai berjalan melalui dinding endometrium, terdapat 2 bahan lainnya
yang ikut secara bersamaan keluar yakni fibrinolisin dan leukosit. Fibrinolisin merupakan
suatu pelarut untuk mencegah pembekuan darah sebelum keluar melalui vagina. Namun,
apabila aliran darah terlalu deras, tidak sepenuhnya akan dapat terpapar fibrinolisin. Leukosit
berperan sebagai proteksi dinding uterus yang terpapar untuk mencegah infeksi.
13
4. Faktor Terganggunya Siklus Menstruasi pada Skenario skenario, siklus
menstruasi pada pasien sebelumnya teratur. Hal ini menunjukkan bahwa terlambatnya haid
pada pasien tidak disebabkan oleh karena gangguan hormon atau kelainan lainnya, melainkan
karena terjadinya kehamilan.
Secara normal, seorang wanita yang tidak hamil akan mengalami menstruasi kira-kira 14 hari
setelah terjadinya ovulasi. Namun, menstruasi tidak terjadi pada wanita hamil. Hal ini
disebabkan oleh karena ada hormon-hormon yang dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta
yang mempertahankan dinding endometrium ibu supaya tidak luruh. Hormon yang berperan
penting dalam mempertahankan dinding endometrium adalah Human Chorionic Gonadotropin
(hCG) yang disekresi secara bersamaan dengan berkembangnya sel-sel trophoblast ke dalam
cairan ibu.
hCG berfungsi mencegah involusi dari korpus luteum. Dengan adanya hCG, korpus luteum
bahkan menjadi dua kali lebih besar dari ukuran awalnya saat peiode awal kehamilan, sehingga
dapat menyekresi lebih banyak estrogen dan progesteron untuk beberapa bulan berikutnya.
Estrogen dan progesteron inilah yang berfungsi mencegah terjadinya menstruasi dan
menyebabkan endometrium terus tubuh. Oleh karena itu, apabila tidak ada korpus luteum saat
minggu-minggu awal kehamilan, dapat terjadi abortus spontan. Pada usia 17 minggu kehamilan,
korpus luteum akan secara perlahan mengalami involusi dan fungsinya digantikan oleh plasenta
untuk sekresi estrogen dan progesterone.
Fertilisasi adalah tahapan saat sel telur (ovum) menyatu dengan sel sperma yang terjadi di
oviduk (tuba fallopi) daerah ampula uterina. Walau terdapat hingga 200-300 juta
spermatozoa dalam sekali ejakulasi, hanya sekitar 300 – 500 spermatozoa yang dapat
membuahi ovum. Sebagian besar sperma yang masuk melalui vagina dan menuju ke tuba
fallopi akan dihancurkan oleh mukus yang ada di dalam uterus dan tuba. Untuk bisa
menembus zona pelusida, sperma perlu berikatan dengan reseptor spesifik yang ada di
permukaan lapisan membran. Fertilin, yang merupakan suatu protein membran plasma yang
terdapat pada kepala sperma berikatan dengan glikoprotein yang disebut ZP3 yang terdapat
pada lapisan luar zona pelusida. Pengikatan antara Fertilin dan ZP3 inilah yang memicu
reaksi akrosom.
Reaksi akrosom adalah suatu reaksi yang menyebabkan enzim-enzim akrosom untuk
memcerna zona pelusida serta membentuk jalur bagi sel sperma untuk masuk ke membrane
plasma ovum. Biasanya ekor sperma akan lepas dan kepala sperma yang membawa DNA
akan memasuki sitoplasma ovum. Saat sperma pertama sudah masuk ke dalam membrane
ovum, maka akan terjadi suatu perubahan kimiawi yang akan menonaktifkan reseptor ZP3
sehingga mengeraskan zona pellusida dan menghambat sperma lain untuk masuk.
Selanjutnya, inti sel dari sel sprema akan menyatu dengan inti sel ovum sehingga
menghasilkan zigot.
5.2 Pembelahan
Tahap pembelahan atau cleavage adalah tahap dimana terjadinya rangkaian mitosis
secara berturut-turut. Sel yang menjadi semakin kecil tiap pembelahan disebut dengan
blastomer. Dan setelah pembelahan ketiga, sel-sel ini akan memadat membentuk suatu
gumpalan bola padat yang disebut dengan morula (16 sel). Sel yang berada di bagian dalam
dari morula akan membentuk inner cell mass, sedangkan sel-sel yang berada di bagian luar
morula akan membentuk trofoblas. Inner cell mass ini berikutnya akan berkembang menjadi
jaringan bakal janin, sedangkan trofoblas sendiri akan berkembang menjadi plasenta.
5.3 Blastulasi
Saat proses pada pembelahan telah selesai yaitu pembentukan morula (16 sel) selanjutnya
morula akan masuk ke rongga uterus, dan cairan mulai menembus zona pelusida ke dalam
ruangan antarsel massa sel dalam. Secara bertahap ruangan antar sel menjadi konfulen dan
akhirnya terbentuknya rongga yang disebut blastokel. Pada saat ini, mudigah disebut dengan
blastokista. Sel-sel di masssa sel dalam disebut embrioblas, terletak di kutub sel-sel di massa
sel luar atau trofoblas, trofoblas menggepeng dan membentuk dinding epitel blastokista. Pada
hari ke 7 setelah fertilisasi blastikista akan mengalami implantasi di dalam uterus.
5.4 Implantasi
Implantasi adalah perlekatan dan penetrasi, setelah itu telur yang telah dibuahi (pada
tahap blastokista) di dinding rahim, yang dimulai dari hari ke 5-7 setelah pembuahan. Pada
saat implantasi, mukosa uterus berada dalam fase sekretorik, yaitu saat kelenjar dan arteri
uterus bergulung dan jaringan menjadi tebal-basah sehingga dikenali adanya 3 lapisan di
endometrium yaitu: lapisan kompaktum di bagian superfisial, lapisan spongiosum di tengah,
dan lapisan basale yang tipis. Dalam keadan normal blastokista tertanam di
15
endometrium di sepanjang dinding anterior atau posterior korpus uteri.
6. Diagnosa dan Tanda-Tanda Kehamilan
6.1 Tes Kehamilan
Merupakan tahap tes pertama terhadap kehamilan terkait perubahan fisiologi awal
kehamilan. Pertama, tanda presumtif, yaitu perubahan fisiologik dari seorang perempuan
yang menandakan bahwa ia telah hamil. Tanda-tanda tidak pasti kehamilan adalah perubahan
anatomik dan fisiologik selain tanda-tanda presumtif, seperti amenorrhae, pembesaran
payudara, dan pigmentasi kulit. Tanda-tanda pasti kehamilan adalah data yang
mengindikasikan adanya bayi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan (denyut jantung
janin, USG, dan gerakan janin).
6.2 Tes Urine
Tes kehamilan yang paling sering dilakukan adalah tes urine untuk menentukan kadar
hCG. Apabila seorang wanita sedang hamil, tes ini dapat mendeteksi hormon hCG dalam
urin sekitar 10 hari setelah keterlambatan menstruasi. Alat untuk tes ini umunya dijual dan
dapat dipakai di rumah. Sampel urin yang dipakai adalah urin pertama yang dikeluarkan saat
pagi hari, karena urin pertama adalah urin yang paling pekat dan mengandung tingkatan hCG
tertinggi. Apabila hasilnya positif hamil, akan muncul garis berwarna atau simbol plus pada
test pack. Sebaliknya, apabila hasilnya negatif, tidak ada garis berwarna atau tanda negatif
yang mengindikasikan hasil negatif. Akurasi pemeriksaan hCG adalah 95-98 % dan tidak
spesifik untuk kehamilan, maka tes ini tidak digolongkan sebagai tanda pasti kehamilan.
6.3 Tes Darah
Pemeriksaan sepsimen darah dengan radioimmunoassay dapat dikhususkan untuk rantai
glikoprotein subunit beta yang dianggap spesifik dengan kehamilan. hCG dapat dideteksi
sejak 1 minggu setelah konsepsi dan dilengkapi dengan informasi usia kehamilan. Pengujian
ini dianggap sangat akurat tetapi tidak dapat dipastikan secara mutlak. Tes darah meliputi tes
kualitatif dan kuantitatif. Tes darah kualitatif hanya memeriksa ada atau tidaknya hCG, tes
ini tidak mengukur jumlah hCG dengan tepat dan tidak dapat memberikan estimasi
kehamilan. Sedangkan tes darah kuantitatif bertujuan untuk mengukur jumlah hCG dalam
darah dan dapat memberikan estimasi perkembangan kehamilan.
16
6.4 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) adalah suatu metode diagnostik dengan menggunakan
gelombang ultrasonik untuk mengetahui morfologi dan fungsi suatu organ berdasarkan
gambaran eko dari gelombamg ultrasonik yang dipantulkan organ, dilakukan melalui 2 cara,
yaitu transabdominal dan transvaginal.
17
8. Metode Kontrasepsi
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim dengan menggunakan
alat-alat atau obat-obatan. Metode kontrasepsi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hormonal dan
non-hormonal.
8.1 Hormonal
Pertama, pil KB. Pil KB ini merupakan pil yang mengandung kombinasi dari progesteron
& estrogen. Progesteron dalam dosis yang baik berperan untuk menghalangi penetrasi dan
pergerakan dari sperma karena dapat membuat lendir dari serviks menjadi lebih pekat.
Estrogen yang baik memiliki efek untuk mempengaruhi ovulasi, yaitu perjalanan sel telur.
Kedua, suntik KB. Metode ini merupakan metode yang hampir sama dengan pil KB,
namun caranya dengan menggunakan jarum suntik yang akan diinjeksikan ke tubuh pasien.
Ketiga, cincin vagina. Cincin vagina ini merupakan alat berupa cincin plastik yang
digunakan untuk melepaskan hormon yang sama seperti pil KB.
8.2 Non-Hormonal
Pertama, kondom. Kondom merupakan metode barier fisik yang dapat digunakan pada
pria maupun wanita. Kondom berguna untuk mencegah masuknya sperma kedalam tubuh
wanita.
Kedua, Intra Uterine Device (IUD). Merupakan plastik berbentuk huruf T yang
diletakkan di dalam rahim. IUD berguna untuk menghadang sperma agar tidak membuahi sel
telur.
Ketiga, spermisida. Spermisida merupakan suatu produk berbentuk jeli/krim/busa yang
dapat membunuh sperma, dan diberikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual.
Keempat, cervical cap. Merupakan suatu kubah berbahan karet yang diletakan di mulut
rahim sebelum melakukan hubungan seksual, yang berguna untuk menutup jalan masuknya
rahim.
Kelima, metode penarikan saat berhubungan seksual. Melalui cara ini, penis ditarik
keluar dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, sehingga sperma tidak akan masuk ke dalam.
Keenam, sistem kalender. Merupakan kontrasepsi alami dengan menggunakan
perhitungan masa subur wanita, dan menghindari berhubungan seks pada masa subur.333`1
Ketujuh, sterilisasi. Merupakan metode kontrasepsi permanen yang bertujuan agar tidak
terjadi fertilisasi/pembuahan lagi. Pasien wanita yang ingin melakukan kontrasepsi permanen
dapat dengan cara tubektomi, sedangkan pada pria dengan cara vasektomi.
18
RINGKASAN
Organ genitalia eksterna pada wanita meliputi mons pubis, clitoris, labia mayor, labia
minor, vestibulum vaginae, bulbus vestibuli, glandula vestibularis mayor (Bartholini). Organ
genitalia interna wanita meliputi vagina, uterus, tuba uterinae (Fallopi), dan ovarium.
Siklus menstruasi merupakan sebuah siklus yang berlangsung pada wanita normal. Siklus
ini umumnya berlangsung setiap 28 hari kurang lebih selama 3-7 hari lamanya. Siklus menstruasi
tidak terlepas dari pengaruh hormon-hormon gonadotropik yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis anterior berupa FSH dan LH serta hormon-hormon yang dihasilkan oleh ovarium itu
sendiri yakni hormon estrogen dan progesteron. Pada ovarium terdapat fase folikular dan fase
lutheal. Pada endometrium terdapat fase proliferasi, fase sekretorik, dan fase menstruasi.
Pada skenario, siklus menstruasi pada pasien sebelumnya teratur. Hal ini menunjukkan
bahwa terlambatnya haid pada pasien tidak disebabkan oleh karena gangguan hormon atau
kelainan lainnya, melainkan karena terjadinya kehamilan. Kehamilan dapat terjadi oleh karena
adanya proses pembuahan pada ovum oleh sperma (fertilisasi) yang terjadi di tuba fallopi.
19
PETA KONSEP
Fertilisasi
P
e
Estrogen, m
e
Progesteron ↑ r
i
k
s
Korpus Luteum a
a
Menebal n
Implantasi Anamnesa
Tes Urine
hCG ↑
Tes Darah
USG
Peningkatan Menghambat Involusi
Hormon Korpus Luteum
d
i
a
Mual & Muntah Terlambat Haid g
n
o
s
a
(+) Hamil
20
DAFTAR PUSTAKA
Netter, Frank H., John T. Hansen, and David R. Lambert. Atlas of Human Anatomy. 7th Edition.
Philadelphia: Elsevier; 2019
Mescher, Anthony. Junqueira's Basic Histology Text & Atlas. 14th ed; 2016.
Hall, J. E., & Guyton, A. C. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13rd Edition.
Philadelphia, PA: Saunders Elsevier; 2016.
Barrett, Kim E., Susan M. Barman, Scott Boitano, and Heddwen L. Brooks. Ganong’s Review of
Medical Physiology. 24th Edition. United States: The McGraw-Hill Companies; 2012.
21