DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Fachria Muntihani, S.H.,
Ujung Pandang yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami
untuk perubahan ke arah yang lebih baik dan akan memberikan manfaat
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
ii
membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.
Kelompok 4
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
3.1. Kesimpulan..............................................................................................23
3.2. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
iv
BAB I PENDAHULUAN
menjadi negara konstitusional, negara hukum dan negara demokrasi. Hal ini
sesuasi dengan apa yang menjadi tuntutan reformasi yang dikemukakan oleh
tujuan negara dan cita-cita kemerdekaan sebagai mana yang tercantum dalam
Paham negara hukum merupakan obyek studi yang bisa dibilang selalu
aktual (Thaib: 2000). Hanya saja paham terkait rechtsstaat maupun paham
rule of law dalam praktiknya masih dipertanyakan. Hal ini dapat dimengerti.
sehingga studi tentang negara hukum sangat penting untuk dilakukan secara
memahami pola dasar negara hukum secara komperhensif, tidak saja pada
dunia akademis tetapi juga bagi praktik kenegaraan (Mahfud MD: 1993).
dari asas kedaulatan rakyat, asas negara berdasarkan atas hukum ditambah
1
lagi dinamika social, politik dan ekonomi yang berkembang kearah yang
berlawanan dari konsep dasar yang ditetapkan dalam UUD, hal ini yang
2
BAB II PEMBAHASAN
suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha; dan (ii) pola
prilaku manusia yang mapan yang terdiri atas interaksi sisoal yang
sebagai berikut :
No Lembaga No Organisasi
1 Orientasi pada kebutuhan 1 Orientasi pada tujuan
2 Peranan yang dimainkan 2 Tugas yang dilaksanakan
3 Upacara 3 Prosedur
4 Pengawasan Sosial 4 Pengawasan
5 Pengakuan karena 5 Kebiasaan karena rutin
membudaya
6 Terlibatnya pendukung 6 Digagas dan diwujudkan
7 Tradisi turun temurun 7 Kesetiaan dan ikatan pada
tujuan
8 Empiri 8 Prioritas Keterampilan &
kemampuan
9 Berpegang pada norma 9 Alat mencapai tujuan
10 Prioritas usia dan gengsi
11 Sifat memenuhi kebutuhan
tertentu
Sumber : Tjondronegoro dalam Rauf (2006:35)
3
Tabel diatas menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara lembaga
dan untuk negara dimana bertujuan untuk membangun negara itu sendiri.
sebab itu lembaga apa saja yang dibentuk bukan sebagai lembaga
masyarakat dapat kita sebut sebagai lembaga negara. Lembaga negara itu
bersifat campuran.
4
Menurut pandangan Hans Kelsen barang siapa yang menjalankan
suatu fungsi yang ditetapkan oleh tata hukum adalah suatu organ. Fungsi
fungsinya. Dia adalah seorang organ karena dan sepanjang dia melakukan
5
Dengan demikian, bentukan alat perlengkapan atau organ (lembaga) baru
merupakan conditio sine qua non bagi pertumbuhan negara pada era
milenium ketiga ini. Teori mengenai alat perlengkapan negara ini memberi
yang hadir sebagai alat perlengkapan baru, khususnya bagi negara kita
artinya siapa saja yang melaksanakan suatu fungsi yang ditentukan oleh
yaitu MPR, DPR, DPD, DPRD; lembaga eksekutif yaitu Presiden dan
Wakil Presiden dan lembaga yudikatif yaitu MK, KY, MA, dan BPK.
6
Lembaga Negara tersebut merupakan organ penting dalam menjalankan
pada spirit, motivasi, ajaran bagi para pemegang amanah dalam rangka
Dulu di zaman orba, ada eka persetya pancasikarsa pernah dirinci menjadi
tiga puluh enam butir; bahkan juga pernah dirinci menjadi 45 butir.
7
merunut kepada dasar hukum Negara Indonesia yaitu Undang-Undang
Indonesia.
yaitu:
8
sebelum diberhentikan, tuntutan pemberhentian Presiden dan /atau
proses peradilan di MK, barulah atas dasar itu, MPR bersidang dan
jabatan Presiden lima tahunan tidak boleh dijabat oleh orang yang
anggota MPR adalah anggota DPR, maka kedua lembaga ini tidak
9
dapat disebut sebagai dua kamar (bikameral). Struktur parlemen
RIS Tahun 1949. Dalam Konstitusi RIS, selain DPR yang diatur
dalam Bab III pasal 98-121, juga ada Senat yang diatur dalam Bab II
bikameral yang terdiri dari kamar DPR dan kamar DPD. DPR
sistem dua kamar ini tidak memiliki wewenang yang sama. Kedua
sama kuat. Otoritas DPR di dalam UUD 1945 lebih kuat dibandingkan
dengan DPD.
10
menyebutkan Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
ayat 1-2 UUD 1945, DPD dapat mengajukan dan ikut membahas
pusat dan daerah. Fungsi legislatif ini jelas sekali bahwa DPD berada
dalam posisi yang subordinat dari DPR. Ini berarti wewenang DPD
11
tidak efektif untuk menjalankan mandatnya untuk menjaring
12
kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk
ditindaklanjuti.
UUD 1945 menunjukkan betapa lemahnya peran dan fungsi DPD bila
tercantum dalam pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan UU No. 12 Tahun
13
ketatanegaraan berdasarkan konstitusi yang patuh pada landasan
berkekuatan hukum tetap tidak ada upaya hokum lain yang ditempuh
Hal ini bila dikaitkan dengan teori Hans Kelsen tentang Grundnorm
cita-cita moral bangsa yang berada diluar system norma hukum yang
14
perundang-undangan dalam sistem hukum Indonesia sebagaimana
diatur dalam Tap MPR No. II/MPR/2000 tentang sumber tertib hukum
(Hart, 1972) dikutip Marta Pigome (2011). Oleh karena itu yang
menjadi norma dasar adalah UUD 1945. Dari uraian di atas UUD
Indonesia
15
Jaminan eksistensi Komisi Yudisial dalam struktur ketatanrgaraan
RI dapat dilihat dalam Pasal 24B UUD 1945. Dalam Pasal 24B ayat
diamanatkan dan sebagai salah satu meteri muatan UUD 1945 dan
yang sudah ada selama ini, yaitu adanya Majelis Kehormatan Hakim,
2006: 152-153).
16
perkara, padahal kalau kita cermati antara kemandirian hakim atau
diamanatkan dalam Pasal 24B ayat (1) UUD 1945 yakni: (1)
Dengan adanya Komisi Yudisial ini sebagai salah satu lembaga negara
17
bernegara Indonesia dapat ditumbuhkembangkan sebagai-mana
152-153).
negara yang lain seperti MPR, Presiden, DPR, DPD, BKP, MA,dan
Fauzan, 2008).
18
berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
pengawasan non-yudisial;
19
pengawasan atas perilaku hakim, Mah-kamah Agung “hanya”
Komisi Yudisial dan Mahkamah Agung, yang akan lebih baik jika
masyarakat;
20
perilaku hakim, mengingat jumlah hakim yang sangat banyak
perilaku hakim, dan tentunya ini akan lebih baik jika dimuat atau
21
Kemanusian yang adil dan beradab, diwujudkan dalam bentuk
mencitai tanah air dengan cara mencintai karya bangsa sendiri, dan
22
BAB III KESIMPULAN & SARAN
3.1. Kesimpulan
dan untuk negara dimana bertujuan untuk membangun negara itu sendiri.
3.2. Saran
fungsi dan wewenang dengan baik sesuai dengan UUD 1945. Apabila
pun dapat berjalan denga naman dan stabil sehingga pembangunan dapat
23
DAFTAR PUSTAKA
Kelsen, Hans. 2007. “General Theory of Law and State, (Teori Umum Hukum dan
Negara: Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatis sebagai Hukum Deskriptif-
Empirik)”, Jakarta: Terjemahan Somardi, Bee Media Indonesia.
Mahfud MD. 1993. “Perkembangan Politik Hukum, disertasi doctor dalam Ilmu
Hukum”. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
24
Zabda, Syahrir Sutan. 2016. “Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar
Falsafah Negara dan Implementasinya Dalam Pembangunan Karater
Bangsa”. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol 26, No.2, (106-114).
25