Anda di halaman 1dari 12

Nama : Sri Shinta Awalinda

NIM : 2111016101
Kelas : 2021 A
Metode Penelitian (Matriks Literatur)

“Kesehatan Mental pada Anak Kost”

 Urgensi Masalah :
Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari
potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja
secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Masalah Kesehatan ini bisa saja muncul pada siapa saja di berbagai kalangan dari anak kecil hingga orang dewasa. Seperti yang kita
ketahui jaman sekarang marak terjadi adanya kasus bunuh diri akibat berbagai faktor personal hingga fakor lingkungan. Tidak sedikit
diantaranya adalah mahasiswa yang jauh dari orangtuanya, karena tidak memiliki teman cerita kebanyakan mereka melampiaskannya
dengan berbagai hal misalnya menyakiti diri bahkan ada yang melakukan tindakan bunuh diri. Oleh karena itu, penelitian ini sangat
diperlukan guna untuk memantau dan mencegah meningkatnya kasus-kasus seperti diatas.
Di Kota Samarinda sendiri, untuk kasus bunuh diri akibat Kesehatan mental yang terganggu beberapa kali terjadi khususnya
dikalangan mahasiswa. Baru-baru ini, sekitar bulan Februari 2023 terjadi kasus bunuh diri di jalan Gelatik Kota Samarinda. Korbannya
sendiri ditemukan tewas gantung dikamar kost nya. Tidak hanya di Kota Samarinda melihat beberapa kasus yang terjadi di Indonesia,
masalah Kesehatan mental yang parah hingga menyebabkan banyaknya kasus bunuh diri semakin sering terjadi.

 Rumusan Masalah :
1. Bagaimana kondisi kesehatan mental anak kost yang baru pertama kali merasakan jauh dari orangtuanya?
2. Apa peran lingkungan kampus mengenai masalah kesehatan mental anak kost akibat stress?
3. Apa sajakah faktor kesehatan mental yang menyebabkan terjadinya kasus bunuh diri akibat stress dan berbagai masalah personal
meningkat di kalangan anak kost?
 Kerangka Teori :

Sumber : The integration of social cognitive theory (SCT) and theories of social networks and social support (SNSS) that inform the YBMen
project conceptual framework.

Bedasarkan kerangka teori yang saya ambil, bahwa kesehatan mental sendiri harus memiliki jaringan sosial dan dukungan sosial untuk
mengurangi adanya stress yang terjadi pada anak kost misalnya. Tidak hanya itu, untuk mengetahui masalah Kesehatan mental harus mengetahui
beberapa perilaku Kesehatan salah satunya faktor risiko perilaku, faktor Kesehatan pencegahan, dan perilaku pada penyakit tersebut. Adapun hal
menyebabkan stress dapat terjadi yaitu dari faktor pribadi, faktor kebiasaan, dan faktor lingkungan.
MATRIKS LITERATUR

No Penulis Negara Sampel Kerangka/ Subjek Matter Variabel Hasil


Metode
Dependen Independen
(Akibat) (Sebab)
1. (FS Ningrum, Z Banda Kuantitatif : Cross-sectional Cyberbullying Mengalami Pengalaman Berdasarkan jenis
Amna, 2020) Aceh, Terdapat 209 Kuantitatif victimization gangguan cyberbullying kelamin, jumlah
Indonesia partisipan dengan dan kesehatan Kesehatan mental victimization korban
(102 laki-laki menggunakan mental pada seperti menerima cyberbullying lebih
dan 107 metode remaja perilaku berbahaya banyak dialami
perempuan) Purosive dari orang lain perempuan
yang sesuai Sampling. yang dilakukan dibandingkan laki-
dengan dengan sengaja laki. Dalam
kriteria dan berulang kali penelitian ini,
peneliti dari seperti dihina, terdapat perbedaan
target awal diancam, yang sangat tipis,
sebanyak 220 dilecehkan, dimana terdapat 107
(50:50) dianiaya, atau (51,2 persen)
diolok-olok oleh perempuan yang
pelaku melalui terindikasi sebagai
gambar, video, korban
pesan teks atau cyberbullying dan
komentar secara terdapat 102 (48,8
online persen) laki-laki
menggunakan yang juga
gawai. terindikasi sebagai
korban
cyberbulying.
2. (FT Yulieta, Indonesia Kuantitatif : Kuantitatif Pengaruh Mengalami Cyberbullying atau Berdasarkan
HNA Syafir, Responden pengumpulan Cyberbullying gangguan penindasan yang penyebaran
2021) lebih dari 25 data di Media Sosial Kesehatan mental menggunakan kuesioner melalui
orang. menggunakan Terhadap yang tinggi. teknologi untuk Google Formulir,
kuesioner Kesehatan menyakiti orang diperoleh 45
Mental lain dengan tanggapan yang
sengaja secara diisi oleh 31,1%
berulang-ulang. responden laki-laki
dan 68,9%
responden
perempuan dengan
rentang usia 13-16
tahun sebanyak
13,3%, 17-20
tahun sebanyak
80% dan 21-25
tahun sebanyak
6,7%. Dari 45
responden,
sebanyak 64,4%
mengatakan bahwa
mereka tidak
pernah
berkomentar buruk
terhadap orang
lain di media
sosial, sebanyak
26,7% mengatakan
jarang berkomentar
buruk terhadap
orang lain di
media sosial, 6,7%
mengatakan sering
serta 2,2%
mengatakan sangat
sering memberikan
komentar buruk
terhadap orang
lain di media
sosial.

3. (S Erik, S Indonesia Kuantitatif, Cross-sectional Hubungan Tingginya tingkat Pengaruh Hasil penelitian
Wetik, 2020) Sampel dan Kuantitatif durasi bermain kecanduan game perkembangan didapatkan bahwa
responden dengan Teknik game online online dan zaman yang sebagian remaja
sebanyak 120 total sampling. dengan terjadinya terpusat pada pria di SMK
siswa laki- kesehatan gangguan depresi. game online yang Baramuli
laki mental pada membuat remaja Airmadidi
remaja pria menjadi tertutup memiliki durasi
dan kurang peduli bermain game
terhadap apapun. online pada
kategori
High yaitu
sebanyak
43 reponden
(42.2%)
dan Heavy
sebanyak 30
responden (29,4%)
dan kategori Low
sebanyak 29
responden (28,4%).
Dari distribusi data
tersebut terlihat
dengan jelas bahwa
lebih dari separuh
remaja pria di SMK
Baramuli berada
pada kategori
bermain game
online dengan
durasi yang sangat
tinggi.
4. (JAS Mangande, Ambon, Kualitatif : Pendekatan Kualitas Meningkatnya Faktor ekonomi Dalam penelitian ini
D Desi, JR Maluku, Perempuan kualitatif Pernikahan dan kekerasan yang dan faktor berjumlah 7 orang
Lahade, 2021) Indonesia yang dengan Status terjadi dalam pendidikan yang yang berstatus
menikah usia penelitian Kesehatan rumah tangga rendah. sudah menikah
dini yang deskriptif. Mental pada (KDRT) yang dengan usia rata-
berusia 19 Perempuan membuat rata menikah pada
tahun yang Menikah perasaan menjadi usia dini 17-19
kebawah Usia Dini tertekan dan tidak tahun dan semuanya
yang nyaman. mempunyai 1 anak.
bertempat Usia pernikahan
tinggal di partisipan berkisar
kota Ambon antara 11 bulan
provinsi hingga 3 tahun.
Maluku. Dimana P1, P2 dan
P7 mengetahui
pernikahan dini itu
adalah pernikahan
di bawah umur, dan
hanya P4 dan P6
yang tidak
mengetahui arti dari
pernikahan dini.

5. (CA Kartika, Malang, Jumlah Quasi Pertolongan Tingginya Masalah Dalam penelitian ini
AG Alfianto, Indonesia sampel experimental pertama percobaan bunuh psikososial pada penyebab masalah
MA Kurniyanti, sebanyak 60 dengan kesehatan jiwa diri akibat siswa diakibatkan psikososial seperti
2020) responden. pendekatan pada siswa depresi. seperti faktor depresi, ansietas,
pretest-posttest dengan masalah korban bullying di dan stres adalah
with control psikososial yang sekolah atau teman Bullying yaitu
group design. berisiko bunuh sebayanya, sebanyak 13
diri adaptasi dengan responden (43.3%)
lingkungan baru, pada kelompok
tekanan psikologis perlakuan dan
dari orang lain, kelompok kontrol
masalah ekonomi memiliki hasil yang
keluarga hingga sama yaitu 13
masalah dalam responden (43.3%).
keluarga atau Remaja yang
teman sebayanya menjadi korban
bullying berpeluang
1,5 kali lebih besar
mengalami depresi
dibandingkan
dengan remaja yang
tidak mengalami
bullying.
6. Arslan, G. Urban, 244 Pendekatab Rasa memiliki Ketidakpuasan Tingginya Penelitian
(2021). Turkey adolescents kuantitatif di sekolah, atau kurangnya Tindakan menunjukkan
in dengan kesejahteraan, kebutuhan ini pengucilan dan bahwa inklusi dan
grades 9–12 pendistribusian dan kesehatan dapat inklusi sosisal. eksklusi sosial
attending a survei mental di menyebabkan berbasis sekolah
high school kalangan berbagai masalah secara signifikan
in an urban remaja: psikososial, memprediksi
city of mengeksplorasi seperti kesepian kesepian, masalah
Turkey. peran kesepian. kesehatan mental,
dan kesejahteraan
subjektif. Analisis
mediasi
menunjukkan
bahwa kesepian
sebagian memediasi
hubungan inklusi
sosial dengan
masalah kesehatan
mental dan
kesejahteraan
subjektif. Setelah
itu, kesepian
memiliki efek
mediasi penuh pada
hubungan antara
eksklusi sosial dan
kesejahteraan
subjektif dan
sebagian memediasi
efek eksklusi sosial
pada masalah
kesehatan mental
remaja. Inklusi dan
eksklusi sosial juga
secara tidak
langsung
memprediksi
masalah kesehatan
mental melalui
kesejahteraan
subjektif. Mereka
terdiri dari 52,5%
perempuan dan
47,5% laki-laki dan
berusia antara 14
dan 18 tahun (M =
16,27, SD = 0,1,02).
7. (MC Geoffroy, Quebec, 1363 Pendekatan Lintasan masa Tingkat gangguan Parahnya tingkat Lebih dari separuh
M Boivin, dkk, Canada participants kuantitatif kanak-kanak Kesehatan mental viktimisasi yang anak-anak dalam
2018) with self- dari viktimisasi yang tinggi. tinggi dikalangan penelitian kami
reported teman sebaya remaja dengan mengalami
victimization dan prediksi kecenderungan keterpaparan
from ages 6 hasil kesehatan yang lebih besar. moderat terhadap
to 13  years mental di masa viktimisasi,
and data remaja: studi terutama pada masa
available on berbasis kanak-kanak.
their mental populasi Meskipun
health status longitudinal viktimisasi teman
at 15 years. sebaya mulai
berkurang pada
akhir masa kanak-
kanak, individu
dalam kelompok
lintasan yang parah
masih terpapar pada
tingkat viktimisasi
tertinggi di awal
masa remaja. Oleh
karena itu,
intervensi anti-
intimidasi harus
dimulai sebelum
pendaftaran dalam
sistem sekolah
formal.
8. (LS Meredith, California, 1279 diverse Cross-sectional Pengaruh Meningkatnya Faktor biaya Separuh (49,2%)
BA Ewing, dkk, Los adolescents survey kesehatan penggunaan ekonomi dan sosial remaja melaporkan
2018) Angeles ages 12–18 mental dan alkohol dan serta kurangnya penggunaan AOD
alkohol atau narkoba. pencegahan dan tahun lalu. Dari 769
risiko persetujuan (60,1%) remaja
penggunaan skrinning terhadap yang dilaporkan
narkoba lainnya alkohol dan obat ditanya oleh
pada remaja terlarang. penyedia medis di
yang dilaporkan PC tentang
menerima penggunaan AOD,
perawatan di hanya 37,2% yang
pengaturan dilaporkan
perawatan menerima
primer skrining/intervensi.
Peluang
skrining/intervensi
yang dilaporkan
secara signifikan
lebih tinggi untuk
remaja dengan
risiko AOD yang
lebih tinggi dan
skor kesehatan
mental yang lebih
rendah.

9. (S Scardera, LC Quebec, Participants Kuantitatif Asosiasi Gangguan Kurangnya 1.174 peserta (574
Perret, dkk, Canada underwent dengan Dukungan kecemasan yang dukungan sosial perempuan
2020) yearly or pengumpulan Sosial Selama lebih besar serta dan keluarga. [48,89%] dan 600
biennial data Masa Remaja tingginya upaya laki-laki [51,11%]
assessment Dengan bunuh diri individu). Muncul
(starting from Depresi, orang dewasa
age 5 months Kecemasan, dan dengan tingkat
to age 20 Keinginan dukungan sosial
years). Bunuh Diri pada yang dirasakan
Dewasa Muda lebih tinggi pada
usia 19 tahun
melaporkan lebih
sedikit masalah
kesehatan mental 1
tahun kemudian,
bahkan setelah
disesuaikan untuk
berbagai masalah
kesehatan mental
pada masa remaja
pada usia 15 dan 17
tahun (misalnya,
gejala depresi dan
kecemasan dan ide
bunuh diri). dan
upaya) dan
karakteristik
keluarga (misalnya,
status sosial
ekonomi dan fungsi
dan struktur
keluarga).
Dukungan sosial
yang dirasakan
lebih tinggi
dikaitkan dengan
gejala depresi yang
lebih sedikit (ÿ =
ÿ0.23; 95% CI,
ÿ0.26 hingga ÿ0.18;
P = 0,46-0,79]
untuk percobaan
bunuh diri).
10 (S Kisely, AA Brisbane, 3778 mother Cross-sectional Penganiayaan Tingginya tingkat Faktor ekonomi Dari 3778 orang
. Abajobir, dkk, Australia and child Kuantitatif anak dan penganiayaan dan Pendidikan muda pada 21 tahun
2018) pairs enrolled masalah anak, terutama yang rendah masa tindak lanjut,
in a kesehatan pengabaian dan 171 (4,5%)
population- mental di masa pelecehan memiliki riwayat
based birth dewasa emosional penganiayaan pada
cohort study usia 16 tahun, Dari
in Brisbane, jumlah tersebut,
Australia kasus 61 orang
diberitahukan pada
usia 5 tahun. Dari
semua gangguan,
PTSD menunjukkan
hubungan terkuat
dengan
penyalahgunaan
yang dibuktikan
(Tabel 4). Untuk
kelainan ini, hampir
semua subtipe
(termasuk
pelecehan seksual),
berbagai tipe, dan
lebih dari satu
peristiwa dikaitkan
dengan PTSD. Satu-
satunya
pengecualian adalah
kekerasan fisik dan
PTSD dalam 12
bulan sebelumnya.
Hasilnya tidak lagi
signifikan ketika
dibatasi pada
sejumlah kecil
individu yang
kasusnya dibuktikan
dalam 5 tahun Yang
paling umum adalah
pelecehan
emosional (n = 91),
diikuti oleh
pelecehan fisik (n =
78), penelantaran (n
= 73) dan pelecehan
seksual (n = 54).
Total 120
mengalami
pelecehan atau
penelantaran
emosional (3,2%).
Sebanyak 86 (2,3%)
memiliki riwayat
berbagai jenis
penyalahgunaan
yang dibuktikan,
dan 65 lebih dari
satu laporan yang
dibuktikan (1,7%).
Tingkat setiap
penganiayaan anak
yang dibuktikan
dikaitkan dengan
ukuran
ketidakberuntungan
sosial.

Anda mungkin juga menyukai