Anda di halaman 1dari 17

Manajemen Keperawatan

LAPORAN PENUGASAN PAPER KELOMPOK

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN


RAWAT JALAN

DOSEN FASILITATOR:

Ns. Raja Fitrina Lestari, M.Kep

DISUSUN OLEH:

Nofriyandi Dwi Amdas Riska Devi Rahmadani


Yustika Andriani Annisa Purnama Asri
Zulkhairina Ummil Husna Agistiyan Putri
Harmilla Resky Rahmayani Siti Maisarah

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HANG TUAN PEKANBARU

2023
MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN
RAWAT JALAN

A. Definisi Manajemen Keperawatan

Asmuji (2014), menyatakan manajemen keperawatan merupakan suatu proses menyelesaikan


suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dengan
menggunakan sumber daya secara efektif, efisien, dan rasional dalam memberikan pelayanan
bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang
sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.(Gilies 1985 dalam Agus Kuntoro 2010), menyatakan manajemen keperawatan secara
singkat diartikan sebagai proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada
pasien/keluarga serta masyarakat. (G.R Terry dalam Sri Arini, dkk 2012), menyatakan
manajemen suatu proses atau kerangka kerja, melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok orang-orang kearah tujuan organisasional atau maksud yang nyata. Manajemen juga
suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni merupakan suatu pengetahuan bagaimana mencapai
hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni merupakan kecakapan yang diperoleh dari
pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
manajemen. Disimpulkan manajemen suatu cara untuk menyelesaikan tugas atau tujuan secara
maksimal dengan cara bekerjasama dengan orang lain/staf lain untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.

1. Manajemen Keperawatan Berlandaskan Perencanaan

Perencanaan merupakan hal yang utama dan serangkaian fungsi dan aktivitas manajemen. Tahap
perencanaan dan proses manajemen tidak hanya terdiri dan penentuan kebutuhan keperawatan
pada berbagai kondisi klien, tetapi juga terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran,
identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang diinginkan. Perencanaan
merupakan pemikiran/konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi
yang penting di dalam mengurangi risiko dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah,
dan efek-efek dan perubahan. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh pimpinan
keperawatan menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan
tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi
kemampuan yang ada, dan aktivitas spesifik serta prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen
mendorong seorang pemimpin keperawatan unuk menganalisis aktivitas dan struktur yang
dibutuhkan dalam organisasinya.

2. Manajemen Keperawatan dilaksanakan Melalui Penggunaan Waktu yang Efektif.

Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan mampu menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Keberhasilan seorang pimpinan keperawatan bergantung pada penggunaan waktunya yang
efektif. Dalam Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan mampu menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan. Keberhasilan seorang pimpinan keperawatan bergantung pada penggunaa waktunya
yang efektif. Dalam keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan
keperawatan. Dalam konteks ini, seorang pimpinan harus mampu memanfaatkan waktu yang
tersedia secara efektif. Hal demikian dibutuhkan untuk dapat mencapai produktivitas yang tinggi
dalam tatanan organisasinya.

3. Manajemen Keperawatan Melibatkan Pengambilan Keputusan

Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan
memerlukan pengambilan keputusan yang tepat di berbagai tingkatan manajerial. Semua tingkat
manajer dalam keperawatan dihadapkan pada persoalan yang berbeda sehingga dibutuhkan
metode atau cara pengambilan keputusan yang berbeda pula. Jika salah dalam pengambilan
keputusan akan berpengaruh terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan dilakukan. Proses
pengambilan keputusan akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi dan para manajer

4. Manajemen Keperawatan Harus Terorganisasi.

Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Terdapat empat blok struktur organisasi, yaitu unit, departemen, top/tingkat eksekutif dan tingkat
operasional. Prinsip pengorganisasian mencakup hal-hal pembagian tugas (the devision of work),
koordinasi, kesatuan komando, hubungan staf dan lini, tanggung jawab dan kewenangan yang
sesuai serta adanya rentang pengawasan. Dalam keperawatan, pengorganisasian dapat
dilaksanakan dengan cara fungsional/penugasan, alokasi pasien, perawatan grup/tim
keperawatan, dan pelayanan keperawatan utama.

5. Manajemen Keperawatan Menggunakan Komunikasi yang Efektif.

Komunikasi merupakan bagian penting dan aktivitas manajemen. Komunikasi yang dilakukan
secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman, dan akan memberikan persamaan pandangan
arah dan pengertian di antara pegawai dalam suatu tatanan organisasi.

6. Pengendalian Merupakan Elemen Manajemen Keperawatan

Pengendalian dalam manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan manajemen sesuai


dengan yang direncanakan. Selain itu, pengendalian dilaksanakan agar kegiatan yang dilakukan
tidak banyak terjadi kesalahan yang berakibat negatif terhadap klien dan pihak yang
terkaitdengan manajemen. Pengendalian meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang
telah dibuat, pemberian instruksi, menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan
membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki kekurangan.

B. Kerangka Konsep Dasar Manajemen Keperawatan

Kerangka konsep dasar manajemen keperawatan merupakan manajemen partisipatif yang


berlandaskan pada paradigma keperawatan yang terdiri atas manusia, perawat/keperawatan,
kesehatan, dan lingkungan. Manusia, dalam manajemen partisipatif individu,
keluarga/masyarakat yang diberikan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan tugas
keperawatan yang terorganisasi, terarah, terkoordinasi dan terintegrasi dalam rentang kendali
yang ditetapkan. Perawat/keperawatan merupakan tenaga keperawatan baik tingkat manajerial
puncak, menengah, maupun bawah, dan para pelaksana keperawatan yang berada dalam rentang
komunikai untuk bekerja sama memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar
praktik keperawatan.Aspek kesehatan merupakan kisaran hasil keperawatan yang berorientasi
pada beberapa dimensi pelayanan terhadap individu, keluarga, dan masyarakat melalui upaya
mencegah, mempertahankan, meningkatkan dan memulihkan. Aspek lingkungan merupakan area
kewenangan dan tanggungjawab keperawatan baik selama pasien berada dalam institusi
pelayanan maupun persiapan menjelang pulang.
1. Filosofi Manajemen Keperawatan

Filosofi suatu keyakinan yang dimiliki individu atau kelompok yang mengarahkan setiap
pelaksanaan kegiatan individu atau kelompok kepada pencapaian tujuan bersama. Filosofi
manajemen keperawatan merupakan keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan yang
bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan berkualitas melalui pembagian kerja,
koordinasi, dan evaluasi. Dalam manajemen keperawatan, filosofi dapat diaktualisasikan dengan
menyakini bahwa mengerjakan hari ini lebih baik dari esok. Manajerial keperawatan merupakan
fungsi utama bidang keperawatan. Peningkatan mutu kinerja perawat berarti peningkatan
pengetahuan keperawatan bagi pelaksana yang merupakan tanggung jawab bidang keperawatan.
Selain itu, tim keperawatan harus mempercayai bahwa pendidikan berkelanjutan dibutuhkan
untuk meningkatkan pengetahuan keperawatan bagi pelaksana dan merupakan tanggung jawab
bidang keperawatan. Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap
tindakan keperawatan yang diberikan pada kliennya. Tim perawat harus menghargai pasien dan
haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang bermutu. Perawat adalah advokasi pasien
yang berpartisipasi melalui fungsi komunikasi dan koordinasi segala tindakan keperawatan.
Selain itu, perawat berkewajiban memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
dalam upaya meningkatkan fungsi yang optimal.

2. Fungsi Manajemen Keperawatan

Fungsi manajemen diperlukan dalam setiap organisasi di ruang rawat guna tercapainya goals
bersama. Proses manajemen adalah cara bagi organisasi untuk mencapai tujuan. Manajemen
mempunyai subjek dan objek agar dapat terbangunnya pengorganisasian, pergerakan, serta
pengendaliannya. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis
Perancis bernama Henry Fayol yang menyebutkan, bahwa ada lima fungsi manajemen, yaitu
merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Kelima fungsi
tersebut jika lebih sederhana diringkas menjadi empat fungsi, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (Planning, Organizing, actuating dan
controlling) atau terkenal dengan singkatan POAC.

Fungsi perencanaan meliputi penentuan sasaran organisasi, penetapan strategi keseluruhan,


pengembangan hirarki rencana menyeluruh dan memadukan dan mengkoordinasikan kegiatan-
kegiatan. Fungsi pengorganisasian meliputi perancangan struktur organisasi yang dilengkapi
dengan penetapan tugas, siapa melakukan apa bagaimana tugas dikelompokan siapa melapor
kepada siapa dan dimana keputusan harus diambil. Fungsi pengarahan meliputi proses
pengarahan dan koordinasi, penyelesaian konflik dengan saluran komunikasi efektif.

C. Pengertian Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan menurut Hersey and colleagues dalam Huber (2006) ialah proses yang
mempengaruhi perilaku individual atau kelompok, tanpa melihat alasan, dalam mencapai tujuan.
Menurut Hasibuan (2005) Kepemimpinan ialah cara seseorang dalam mempengaruhi prilaku
bawahannya sehingga mampu bekerjasama dan produktif sebagai upaya untuk mencapai tujuan
organisasi.
Kepemimpinan ialah penggunaan keterampilan yang dilakukan oleh seorang manajer dalam
mempengaruhi orang lain, untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuannya (Sullivan & Decker, 2005). Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana
satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang
didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak tersebut.
Kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dimana dalam proses pengarahan terjadi
pemberian pengaruh pada kegiatan dari sekelompok anggota yang tugasnya saling berkaitan agar
mencapai sasaran yang menjadi tujuan organisasi (Stoner, 1982 ; Robbin
2003).
Berdasarkan beberapa defiinisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan seorang manajer (pimpinan) dalam mempengaruhi dan memotivasi
orang lain untuk melakukan sesuatu agar dapat mencapai tujuan organisasi.
1. Sifat Kepemimpinan
Sifat kepemimpinan dimiliki oleh seseorang dianggap sebagai pembawaan sejak lahir dan bukan
karena dibuat. Namun demikian banyak keterbatasan sebagi pendekatan teori kesifatan ini
sebagai contohnya banyak tokoh atau pemimpin dunia yang memiliki sifat kepemimpinan yang
berbeda bukan hanya karena pembawaan sejak lahir. Para pemimpin tersebut dapat sukses
maupun gagal pada keadaan-keadaan tertentu (Bakri, 2017).
2. Gaya Kepemimpinan
Seorang pemimpin mempunyai gaya tersendiri dalam mempengaruhi anggotanya. Menurut
Simamora (2012) Gaya kepemimpinan merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seseorang dalam
perannya sebagai seorang pemimpin. Menurut Kartono (2011) gaya kepemimpinan merupakan
sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian yang membedakan seorang pemimpin dalam
berinteraksi dengan orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan perilaku atau cara yang dipilih
dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para
anggota organisasinya (Curtis, 2007). Gaya kepemimpinan merupakan cara seseorang
memanfaatkan kekuatan yang tersedia untuk memimpin orang lain. Setiap pemimpin memiliki
gaya kepemimpinan yang berbeda. Ada 3 faktor yang menjadi kunci gaya kepemimpinan
seseorang yang merupakan faktor yang saling melengkapi dan mempengaruhi satu sama lainnya,
yaitu: pemimpin itu sendiri, orang yang dipimpin dan situasi.

3. Teori Kepemimpinan
Adapun pengembangan teori kepemimpinan yaitu:
1. Teori bakat
Teori bakat juga dikenal dengan sebuatan "Great Man Theory". Teori bakat muncul dikarenakan
adanya keyakinan tentang kemampuan memimpin yang hanya dimilikioleh orang yang terlahir
dengan bakat tersebut. Teori ini tidak sepenuhnya benar karena setiap orang dapat menjadi
pemimpin, dan mengembangkan pengetahuan serta ketrampilan kepemimpinannya.
2. Teori Perilaku
Teori ini menekankan apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer
menjalankan fungsinya, teori ini dinamakan Gaya Kepemimpinan seorang manajer dalam suatu
organisasi (Vestal, 1994). Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan perilaku
pemimpin itu sendiri. Gaya kepemimpinan menurut beberapa ahli:
a. Gaya Kepemimpinan menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Bahwa kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan bawahan, yang dipengaruhi oleh
faktor manajer, karyawan dan situasi.

b. Gaya Kepemimpinan menurut Likert, dikelompokkan menjadi empat sistem:


1) Sistem otoriter-eksploitatif
2) Sistem benevolent-otoritatif
3) Sistem konsultatif
4) Sistem parsitipatif
c. Gaya Kepemimpinan menurut Teori X dan Teori Y
1) Gaya kepemimpinan dictator
2) Gaya kepemimpinan otokratis
3) Gaya kepemiminan santai

d. Gaya Kepemimpinan menurut Robert House


1) Direktif
2) Suportif
3) Parsitipatif
4) Berorientasi tujuan

e. Gaya Kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard


1) Instruksi
2) Konsultasi
3) Partisipasi
4) Delegasi

f. Gaya Kepemimpinan menurut Lippits dan K. White:


1) Otoriter
2) Demokratis
3) Liberal/Laissez Faire

g. Gaya Kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang (Gillis, 1996)


1) Direktif
2) Suportif
3) Partisipatif
4) Bebas bertindak

3. Teori Kontingensi dan situasional


Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang melaksanakan tugasnya
dengan mengombinasikan faktor bawaan, perilaku dan situasi.
4. Teori Kontemporer
Teori ini menekankan pada empat komponen penting dalam pengelolaan yaitu,
manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, serta lingkungan yang didukung oleh teori
motivasi, interaksi dan teori transformasi.

5. Teori Motivasi
Teori motivasi merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang
diperolehnya. Jika bekerja baik saat ini maka, hasilnya akan diperoleh baik untuk hari esok. Jadi
hasil yang tercermin dalam bagaimana proses kegiatan yang dilakukan seseorang.
4. Syarat menjadi seorang pemimpin
Pemimpin handal harus mempunyai karakteristik tertentu, ada 3 syarat yaitu :
1. Kekuasaan
Merupakan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk memimpin suatu
kelompok
2. Kewibawaan
Merupakan kelebihan, keunggulan yang dimiliki seseorang yang membuat orang lain mau
melakukan tindakan tertentu
3. Kemampuan
Merupakan segala kesanggupan, kecakapan yang dianggap melebihi kema puan anggota
kelompok lainnya.

5. Peran Pemimpin
6. Azas-Azas Kepemimpinan

1. Azas kemanusiaan: memperhatikan bawahan dan memandang bawahan sebagai manusia


2. Azas efisiensi: dengan sumber daya yang terbatas, pemimpin dapat mengefisiensikan untuk
kepentingan kelompok nya
3. Azas kesejahteraan yang lebih merata : pemimpin berusaha mengurangi kesenjangan dan
konflik yang dapat mengganggu jalannya organisasi

7. Fungsi Kepemimpinan

1. Memandu, menuntun, membimbing, memotivasi


2. Menjalin komunikasi yang baik
3. Mengorganisasi, mengawasi dan membawa organisasinya pada tujuan yang telah ditetapkan
Lebih tepatnya seorang pemimpin harus mampu menjadi contoh peran bagi yang lainnya dan
mampu menempatkan dirinya seperti sosok Ki Hajar Dewantoro. Fungsi kepemimpinan yang
bisa kita contoh dari Ki Hajar Dewantoro:

1. Dalam Ngarso dinyanyikan Tulodho ketika di depan memberi contoh


2. Ing Madyo Mbangun Karso ketika berada di tengah bersama sama menyelesaikan tugas
3. Tut Wuri Handayani ketika berada dibelakang mampu memberikan dorongan dan motivasi

D. Manajemen Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

Dalam proses manajemen rawat jalan rumah sakit, hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Perencanaan

Dalam penerapan perencanaan ini harus diperhatikan aspek :

a. Meningkatkan pasien rawat inap


b. Pengembangan jenis pelayanan rawat jalan

Dalam perencanaan yang perlu dipertimbangkan dengan baik adalah sebagai berikut :

a. Sumber daya yang digunakan misalnya fasilitas pelayanan, peralatan, bahan dana
untuk pengembangan, informasi tentang jenis pelayanan baru dan staf
b. Metode yang akan ditempuh, proses dan prosedur
c. Tugas,standart dan tujuan yang akan dicapai
d. Tahapan yang akan ditemp
e. Pelaksanaan pengimplementasian rencana
f. Proyeksi tujuan
g. Lokasi penerapan rencana
h. Penjadwalan pelaksanaan rencana secara rinci
i. Rencana pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana
j. Penetapan alat dan cara pengukuran dan penilaian kemampuan dan pencapaian
sasaran.

Bittel(1995) membagi tahapan perencanaan menjadi dua rencana yaitu rencana jangka panjang
dan jangka pendek. Rencana jangka pendek biasanya dengan mempertimbangkan sasaran-
sasaran jangka pendek (misal : rencana tahunan). Adapun rencana jangka panjang adalah rencana
strategik yang menyususnnya diperlukan melihat keluar organisasi untuk mengantisipasi
kebutuhan dan peluang dimasa depan, dan menginventarisir sumber daya dan kemampuan yang
ada didalam organisasi. Oleh karena terjadinya percepatan perubahan di dalam masyarakat maka
rencana jangka panjang biasanya di buat dalam rencana lima tahunan.

2. Pengorganisasian

Taurany (1994) mengemukakan ciri organisasi rawat jalan yang harus memperhatikan
proses pelayanan pasien yang dipengaruhi oleh 3 unsur penting berikut :

a. Tenaga yang melaksanakan, terdiri dari medis, paramedis dan non medis yang saling
bergantung.
b. Bentuk pelayanan yangi“tailor-made”
c. Ciri dan cara kerja “team-work”

Dengan ketiga ciri di atas maka perlu kejelasan tugas masing-masing sehingga tidak
timbul gap dan tumpang tindih dalam pelayanan.

3. Penggerakan

Dalam manajemen rawat jalan, Schultz (1976) menganalisa proses yang dijalani pasien
meliputi :
a. Pasien diterima (petugas penerima-pasien)
b. Diagnosis ditegakkan (dokter-lab-penunjang)
c. Menerima obat (dokter-apoteker)
d. Merasakan hasil pengobatan (Pasien)
e. Berhenti berobat karena sembuh, pengobatan dilanjutkan atau rediagnosis (Pasien-
dokter).

Dari aprasi pasien yang dianalisa oleh schulz, maka urutan proses pelayanan pasien adalah
sebagai berikut :

a. Registrasi pasien
b. Menunggu pelayanan
c. Pemeriksaan pasien
d. Pengobatan
e. Penyuluhan pasien dan keluarganya
f. Sistm perjanjian dan penjadwalan kunjungan
g. Sistem pembayaran jasa
h. Pelayanan informasi.

4. Pengawasan dan Evaluasi

a. Pengawasan

pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen untuk memantau apakah semua
kegiatan telah dilaksanakan sesuai ketentuan atau kebijaksanaan yang berlaku, agar
sumberdaya digunakan secara optimal. Menurut taurany (1994) ada 3 manfaat
pengawasan :

1) Mencegah penyelewengan/ kebocoran harta/ kekayaan rumah sakit dan menjamin


penggunaan sumber daya secara optimal
2) setiap anggota organisasi merasa diawasi sehingga bekerja dengan sebaik mungkin
3) merasa yakin yang lain juga diawasi, sehingga mengurangi frustasi di bagian
“kering”

Menurut Bittel(1995) proses pengawasan terdiri dari 4 langkah:


1) Tetapkan standart-standart kinerja secara konkret dan terukur
2) Ukur hasil kinerja actual
3) Bandingkan hasil kinerja aktual dengan standar
4) Laksanakan tindakan korektif, bila terjadi penyimpangan yang berarti.

Pengawasan harus dijalankan terus menerus untuk memastikan bahwa apa yang dilaksanakan
sesuai dengan tahap rencana pencapaian tujuan organisasi.

b. Evaluasi

Evaluasi adalah fungsi manajemen yang dilaksanakan sercara sistematus dan berlanjut
untuk menilai apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, serta
mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pelaksanan tersebut.

Agar evaluasi bisaberjalan dengan baik, maka pada saat membuat rencana disamping
ditetapkan target, juga harus ditetapkan indikator keberhasilan. Evaluasi di rumah sakit
sangat sulit dilaksanakan, walaupun demikian beberapa langkah evaluasi terhadap sistem
pelayanan dirumuskan oleh Grant (1985) sbb :

1) Peer Review, Clinical Review, Medical Audit: Evaluasi meliputi kecocokan tindakan
yang dilaksanakan, dibanding standar. Pelaksanaannya biasanya oleh dokter spesialis
yang dianggap mampu.
2) Telaah departemental: evaluasi oleh departemen atas aktifitas klinik dalam skala kecil
di rumah sakit.
3) Telaah oleh staf medik : evaluasi dilakukan oleh staf medik yang tidak merawat pasien,
misal, dilakukan oleh dokter yang telah pensiun yang dikontrak untuk menelaah
sejumlah rekam medik yang diambil sampel
4) Telaah kematian : biasanya dilaksanakan oleh bagian kamar jenazah. Disini terutama
evaluasi pada outputnya.
5) Evalusi dan komite farmasi dan terapi, komite pengelian infeksi nasokomial, dan lain-
lain.
6) Audit perawat : dilaksanakan oleh staf perawat senior.
7) Paramedical review: telaah terhadap pelayanan penunjang baik menyangkut lama
pemeriksaan, kesalahan pemeriksaan dan lain-lain
8) Telaah atas pelayanan hotel: evaluasi pelayanan hotel adalah sangat mudah mendapat
perhatian.
9) Telaah olah pasien: evaluasi oleh pasien boleh dilaksanakan, biasanya sekali selama
dirawat dan sekali setelah pulang. Walaupun kita tidak bisa berharap banyak masukan
dari evaluasi.

Semua proses pelayanan ini dilakukan secara kontinyu dan terkoordinir, adanya
mekanisme rujukan, penjadwalan yang konsekwen, seleksi pasien tepat, dan pelayanan
waktu. Sehingga memperoleh out put berupa kepuasaan pasien dalam bentuk adanya
penurunan angka kematian dan kesakitan di rumah sakit.

Penerapan manajemen dan kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan di ruang rawat jalan
Rumah sakit di indonesia terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, serta
terdapat perkembangan rumah sakit dari waktu ke waktu. Fungsi dasar rumah sakit tetap tidak
berubah yaitu sebagai tempat pemulihan kesehatan masyarakat dan perawatan kesehatan baik
pada pelayanan rawat inap maupun pelayanan pada Instalasi Rawat Jalan/Poliklinik. Sejak
diterapkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, maka pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
khususnya di Instalasi Rawat Jalan menjadi berkurang cukup signifikan. Hal ini disebabkan
karena, sesuai pasal 2 (1) PMK (Peraturan Menteri Kesehatan) Nomor 001 tahun 2012 tersebut,
disebutkan bahwa pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu :
pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua, dan pelayanan
kesehatan tingkat ketiga. Dengan peraturan tersebut, seorang pasien tidak bisa langsung berobat
di Rumah Sakit yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat ketiga. Seorang pasien harus
melalui pelayanan kesehatan tingkat pertama yang merupakan pelayanan kesehatan dasar seperti
Puskesmas dan pelayanan kesehatan tingkat kedua,seperti dokter spesialis.

Untuk mendukung manajemen pelayanan Instalasi Rawat Jalan yang baik maka juga harus
didukung dengan sarana dan prasarana dalam melakukan pelayanan. Juga harus membutuhkan
sumber daya manusia yang berkompeten dalam melakukan upaya kesehatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksakan secara terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan. Dalam pelayanan baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit
tidak tertutup kemungkinan timbulnya konfik. Konflik tersebut dapat terjadi antara tenaga
kesehatan dengan pasien maupun antar sesama tenaga kesehatan. Untuk mengatasi konflik yang
terjadi tersebut, seharusnya pelayanan kesehatan harus sesuai dengan norma hukum dan etika
yang berlaku, terutama dalam hal pelayanan Instalasi Rawat Jalan. Oleh karena itu, agar
terwujudnya sistem manajemen pelayanan instalasi rawat jalan secara terpadu maka dalam
penerapannya harus mempersiapkan komponen – komponen penting didalamnya. Dan
mempunyai kelengkapan dan kelayakan fasilitas Instalasi Rawat Jalan yang sesuai dengan
standar Instalasi Rawat Jalan/Poliklinik.

Sistem manajemen mutu merupakan suatu tatanan yang menjamin tercapainya tujuan dan
sasaran mutu yang direncanakan termasuk di dalam pelayanan keperawatan. Salah satu masalah
yang sering terjadi di pelayanan keperawatan adalah rendahnya implementasi sistem manajemen
mutu pelayanan keperawatan. Faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan terdiri atas unsur
masukan meliputi tenaga, dana dan sarana, unsur lingkungan meliputi kebijakan, organisasi dan
manajemen, dan unsur proses meliputi tindakan medis dan tindakan non medis (Ana, Hidayat &
Agustin, 2016). Dalam unsur masukan terdapat tenaga dan kepemimpinan mutu.Untuk itu salah
satu yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah mutu pelayanan adalah melalui perbaikan
kepemimpinan yang berbasis mutu, hal jugadapat ditemukan pada penelitian yang dilakukan
(Dhinamita Nivalinda, M.C. Inge Hartini 2013) bahwa kepemimpinan kepala ruang yang efektif
akan mempengaruhi upaya menggerakkan perawat dalam lingkup wewenangnya untuk
menerapkan budaya keselamatan pasien. Perawat dengan motivasi baik akan menerapkan budaya
keselamatan pasien dengan baik.

Kepemimpinan kepala ruangan memiliki peran penting didalam implementasi sistem manajemen
mutu di ruangan karena kepala ruangan mempunyai tanggung jawab dalam mengelola,
merencanakan, dan mengendalikan kinerja stafnya dalam manajemen keperawatan. Sehingga
untuk mengatasi masalah dalam implementasi sistem manajemen mutu, dapat diatasi dengan
kepemimpian mutu kepala ruangan yang berorientasi pada mutu pelayanan.

Implementasi sistem manajemen mutu pelayanana keperawatan dapat terlakasanan dengan


kerjasama antara kepemimpinan mutu kepala ruangan dengan perawat pelaksana yang
memberikan pelayanan sesuai standar yang sudah ditetapkan dalam setiap ruangan dan
berpedoman pada peningkatan mutu. Sehingga akan menghasilkan output yaitu mutu pelayanan
keperawatan yang berkualitas yakni kepuasan pada pasien, kenyamanan, keselamatan, tidak
terjadinya kecemasan pada pasien, terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan perawatan diri,
meningkatnya penegetahuan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Ana, P., Hidayat, A. A. A., & Ratna, A. (2016). Implementasi Sistem Manajemen Mutu
Pelayanan Keperawatan Melalui Kepemimpinan Mutu Kepala Ruangan. Jurnal Ners, 11(1), 1-6.
http://repository.um-surabaya.ac.id/id/eprint/3045.
Dhinamita Nivalinda, M.C. Inge Hartini, A.S., 2013. Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat
Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Semarang. Jurnal Manajemen Keperawatan, 1(2),
pp.138–145. http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JMK / article/view/1010.
Hayati, Nur Khalisah., dkk.(2022). Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruang dengan
Penerapan Keselamatan Pasien. Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Vol 5 No
2, November 2022.
Hidaya, Nurman., Alfianur., dan Fitriya Handayani. 2020. Manajemen dan Kepemimpinan
dalam Keperawatan. Indramayu: Penerbit Adab.
Krismanto H, Irianto S. 2019. Analisis kualitas pelayanan rawat jalan pada rumah sakit umum
daerah (RSUD) Kota Dumai. Jurnal Sinta 2019.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Berita Negata Republik Indonesia
tentang sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan. https://www.kemhan.go.id/itjen/wp-
content/uploads/2017/03/bn122-2012.pdf.
Susanti, Siti Saodah., dkk. 2020. Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan.
Makassar: Yayasan Kita Menulis.

Anda mungkin juga menyukai