i
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Pasal 1:
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Pasal 9:
2. Pencipta atau Pengarang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 memiliki
hak ekonomi untuk melakukan a. Penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan
dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan Ciptaan; d. Pengadaptasian,
pengaransemen, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau
salinan; f. Pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h. Komunikasi Ciptaan;
dan i. Penyewaan Ciptaan.
ii
Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep
Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
Penerbit Lakeisha
2022
iii
KECEMASAN MASYARAKAT TENTANG VARIAN COVID-19
OMICRON DENGAN VAKSINASI COVID-19
Penulis:
Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep.
Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep.
Redaksi
Srikaton, RT 003, RW 001, Pucangmiliran, Tulung, Klaten, Jawa Tengah
Hp. 08989880852, Emai: penerbit_lakeisha@yahoo.com
Website:www.penerbitlakeisha.com
iv
KATA PENGANTAR
v
syukur mohuwo, makase lao - lao, syukur dofu – dofu, odu’olo,
dangke, makase banyak, terima kasih dala – dala, syukur eb –
eb).
Penulis
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................. vii
vii
A. Gambaran Tingkat Kecemasan Masyarakat
Tentang Varian Covid 19 Omicron ..........................33
B. Gambaran Vaksinasi Covid-19 ...................................36
C. Hubungan Kecemasan masyarakat tentang varian
covid 19 omicron dengan vaksinasi covid-19 .....39
viii
BAB IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada bulan Desember 2019, serangkaian penyakit
pernapasan atipikal akut terjadi di Wuhan, Tiongkok.
Penyakit ini dalam waktu yang singkat menyebar cepat
dari Wuhan ke daerah lain. Peningkatan jumlah pasien
yang terpapar Covid-19 masih menjadi masalah bagi
Indonesia. Sejak diumumkannya kasus pertama,
pemerintah Indonesia telah bekerja keras untuk
mempersiapkan berbagai langkah dan kebijakan untuk
mengelola dan mencegah penyebaran Covid-19. Hingga 2
Maret 2020, ada 90.308 jiwa terkonfirmasi Covid-19 di
seluruh dunia. Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO
menetapkan penyakit ini sebagai pandemi. Saat proposal
penelitian ini dibuat, dilaporkan terdapat lebih dari 1,93
juta kasus di 210 negara di seluruh dunia dan
2 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
Vaksin dianggap sebagai intervensi yang paling
membutuhkan banyak waktu (Chakraborty, 2020) dan
ratusan lembaga global terlibat dalam kecepatan
pengembangan vaksin (Habersaat, 2020). Keragu-raguan
vaksin sedang meningkat, bervariasi di berbagai negara,
dan dikaitkan dengan pandangan dunia konspirasi (Gallup,
2019; Hornsey, Harris, & Fielding, 2018). Keragu-raguan
vaksin dapat berdampak tidak baik bagi individu (risiko
lebih besar terkena penyakit) dan berpotensi penularan
yang lebih luas bagi komunitas. Seiring berjalannya waktu
ditemukan banyak sekali informasi tentang Covid 19.
Informasi yang beredar tercampur mulai dari informasi
yang bersifat hoax dengan informasi yang resmi dan
akurat. Keadaan ini memicu kecemasan dari berbagai
kalangan bahkan menjadi reaktif dan negatif dengan
banyaknya melakukan hal yang merugikan seperti
menimbun alat kesehatan. Situasi ini semakin memicu
munculnya persoalan kesehatan jiwa (Zulva, 2020).
Munculnya kabar yang memaparkan Covid 19 sebagai
penyebab kematian yang tinggi akhirnya membuat
masyarakat mengalami kecemasan yang meningkat.
Kecemasan akan kematian bila dirasakan secara
berlebihan memicu munculnya kondisi emosional antara
lain neurotisma, depresi, dan gangguan psikosomatis.
Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada
kesehatan fisik individu namun juga mempengaruhi
kondisi mental individu, hal ini dapat disebabkan oleh
4 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
mungkin tidak, dan 4,8% pasti tidak.Jadi banyaknya
informasi mengenai pandemik covid-19 serta vaksin akan
memengaruhi kecemasan masyarakat. Kecemasan
masyarakat tentu akan berpengaruh terhadap penurunan
imunitas seseorang serta penerimaan seseorang terhadap
vaksin covid-19. Disisi lain, penurunan imunitas akan
meningkatkan seseorang terpapar virus korona. Di
Indonesia sendiri program vaksinasi Covid 19 masih
menimbulkan tanggapan yang beragam dari masyarakat.
Sehingga peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan
untuk mendeskripsikan gambaran kecemasan masyarakat
terhadap vaksin Covid -19 dan hubungannya dengan
kesediaan untuk dilakukan vaksinasi.
Kurangnya penyuluhan mengenai vaksinasi Covid-19
sehingga terdapat beberapa orang yang percaya terhadap
isu bahwa vaksin tersebut bahaya yang menyebabkan
sebagian orang enggan untuk melakukan vaksinasi.
Pendidikan kesehatan meningkatkan pengetahuan juga
membangun iklim yang kuat dan berperan aktif dalam
pelaksanaan setiap upaya kesehatan, serta memberikan
promosi kesehatan, perawat melakukan advokasi untuk
mendapatkan komitmen dari keluarga dan pertemuan
terkait dengan tujuan bahwa daerah setempat terlibat
untuk mencegah dan selanjutnya bekerja pada
kesejahteraan mereka dan menciptakan lingkungan sehat.
Kepatuhan vaksinasi yang rendah terjadi karena
keraguan vaksin dapat menjadi faktor penentu yang akan
6 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
BAB II
BAB II
COVID-19
B. Epidemiologi
Otoritas kesehatan di Wuhan, Cina (ibukota Provinsi
Hubei), melaporkan sekelompok kasus pneumonia yang
tidak diketahui penyebabnya (pneumonia of unknown
etiology) pada 31 Desember 2019, dan penyelidikan
diluncurkan pada awal Januari 2020. Sebagian besar kasus
memiliki hubungan ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan,
sehingga virus tersebut diduga berasal dari zoonosis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7 (Rothan dan
Byrareddy, 2020). Virus yang menyebabkan wabah ini
dikenal sebagai SARS-CoV-2, virus yang baru ditemukan
terkait erat dengan coronavirus pada kelelawar (Bai et al.,
2020).
Pada 12 April 2020, negara-negara yang
mempublikasikan data pengujian mereka rata-rata hanya
menguji 1 persen dari penduduk. Banyak negara telah
8 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
memiliki kebijakan resmi untuk tidak menguji mereka
yang hanya memiliki gejala ringan. Analisis fase awal
wabah hingga 23 Januari memperkirakan 86 persen infeksi
COVID-19 belum terdeteksi, dan bahwa infeksi yang tidak
terdokumentasi ini adalah sumber infeksi untuk 79 persen
dari kasus yang terdokumentasi (Shereen et al., 2020).
Analisis berdasarkan usia di Cina menunjukkan bahwa
proporsi kasus yang relatif rendah terjadi pada individu di
bawah usia 20 tahun. Namun, belum jelas apakah ini
karena orang muda sebenarnya kurang mungkin
terinfeksi, atau lebih kecil kemungkinannya untuk
mengalami gejala yang berat, sehingga tidak mencari
pertolongan medis dan tidak diuji. Perkiraan awal jumlah
reproduksi dasar (R0) untuk COVID-19 pada bulan Januari
adalah antara 1,4-2,5 (Viceconte dan Petrosillo, 2020).
C. Patofisiologi
Coronavirus merupakan virus Ribonucleic Acid (RNA)
untai tunggal (~30kb) positif yang terselubungi oleh
kapsul. Termasuk kedalam famili Coronaviridae, dan
tergolong kedalam ordo Nidovirales, yang menginfeksi
berbagai spesies inang, baik vertebrata maupun
invertebrata. Coronavirus terbagi menjadi empat genus,
yaitu α, β, γ, dan δ. Berdasarkan struktur genomiknya, α
dan β coronavirus hanya menginfeksi mamalia (Rabi et al.,
2020). Virus corona yang menyerang manusia (Human
coronavirus (HcoV) seperti HCoV 229E, OC43 dan NL63
10 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
Tissue tropism adalah ragam sel dan jaringan yang
mendukung pertumbuhan virus atau bakteri tertentu.
Fungsi dari subunit S1 adalah mengikat reseptor sel
inang.
2. Subunit S2 (S2) Subunit S2 berfungsi untuk
pelaksanaan fusi membran virus dan seluler.
Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE-2)
diidentifikasi sebagai reseptor fungsional untuk SARS-
CoV.
Analisis urutan asam amino primer menunjukkan
bahwa protein struktural spike dari SARS-CoV-2 dan
SARS-CoV memiliki kesamaan identitas secara struktural
dan fungsional sebesar 77,5%, sehingga keduanya
mengikat protein ACE-2 sebagai reseptor fungsional
(Chen et al., 2020; Zhou et al., 2020; Li et al., 2020).
Ekspresi ACE-2 tinggi di paru-paru, jantung, ileum, ginjal
dan kandung kemih (Zou et al., 2020). Di paru-paru, ACE-2
terutama sangat diekspresikan pada sel-sel epitel paru-
paru.
Setelah pengikatan SARS-CoV-2 dengan protein
inang, protein spike mengalami pembelahan protease.
Pembelahan protease melalui dua urutan langkah untuk
mengaktifkan protein spike dari SARS-CoV dan MERS-
CoV, yang terdiri dari pembelahan pada situs pembelahan
S1/S2 untuk maturasi dan pembelahan untuk aktivasi di
situs S′2, yang merupakan sebuah posisi yang berdekatan
12 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
D. Transmisi
Berdasarkan awal mulanya penyakit yang diduga
kuat berasal dari Pasar Grosir Makanan Laut Huanan,
penyakit ini ditularkan secara zoonosis. Penyakit ini
diyakini terutama menyebar melalui kontak dekat antar
manusia, yang mana didukung kuat oleh beberapa
laporan kasus yang terjadi pada keluarga orang yang
mengunjungi Pasar Grosir Makanan Laut Huanan dan
pada kasus yang sama sekali tidak berhubungan dengan
pasar tersebut. Transmisi antar manusia terutama terjadi
via kontak langsung atau melalui droplet yang dihasilkan
selama batuk, bersin, atau berbicara oleh orang yang
sudah terinfeksi. Baik dahak maupun air liur dapat
membawa muatan virus (viral load) dalam jumlah besar.
Droplet pernapasan juga dapat dihasilkan selama
bernafas, termasuk ketika berbicara, meskipun virus tidak
bersifat menular melalui udara (airborne). Droplet dapat
mendarat di mulut atau hidung orang-orang yang berada
di dekatnya atau mungkin terhirup ke dalam paru-paru.
Virus ini juga dapat menyebar ketika seseorang
menyentuh permukaan yang terkontaminasi, termasuk
kulit, dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut
mereka. Virus ini paling menular selama tiga hari pertama
setelah timbulnya gejala, meskipun penyebaran mungkin
terjadi sebelum gejala muncul (Shereen et al., 2020).
Pada sebuah penelitian kecil yang dilakukan pada
wanita hamil yang sudah mencapai trimester ketiga dan
E. Manifestasi Klinis
Gejala COVID-19 relatif tidak spesifik dan orang
yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala. Dua
gejala yang paling umum adalah demam (88%) dan batuk
kering (68%). Gejala yang kurang umum termasuk
kelelahan, produksi dahak meningkat, kehilangan indera
penciuman, sesak napas, nyeri otot dan persendian, sakit
tenggorokan, sakit kepala, kedinginan, muntah,
hemoptisis, diare, atau sianosis (Wang et al., 2020).
Perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini dapat
menyebabkan pneumonia berat, sindrom gangguan
pernapasan akut, sepsis, syok septik, dan kematian.
Beberapa dari mereka yang terinfeksi mungkin tidak
menunjukkan gejala atau tanpa gejala klinis, tetapi dengan
hasil tes yang mengkonfirmasi infeksi. Periode inkubasi
yang biasa (waktu antara infeksi dan onset gejala) berkisar
antara 1 hingga 14 hari (Wang et al., 2020).
Gejala dari infeksi COVID-19 muncul setelah
melewati masa inkubasi, yaitu sekitar 5,2 hari. Terdapat
kesamaan umum dalam manifestasi gejala antara COVID-
14 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
19 dan beberapa penyakit yang disebabkan oleh β
coronavirus sebelumnya. Namun, COVID-19 menunjukkan
beberapa manifestasi klinis unik yang menargetkan jalan
napas bawah, yang dibuktikan dengan munculnya gejala
saluran pernapasan atas seperti rhinorrhoea, bersin, dan
sakit tenggorokan. Selain itu, pasien yang terinfeksi
COVID-19 juga mengalami gejala yang mengganggu
percernaan seperti diare. Pada MERS-CoV dan SARS-CoV,
persentase pasien yang menunjukkan gejala ini relatif
rendah (Rothan dan Byrareddy, 2020).
F. Pencegahan
Pencegahan COVID-19 bertujuan untuk menjaga
keselamatan kita sendiri dan orang lain. Beberapa langkah
pencegahan yang direkomendasikan oleh WHO adalah
sebagai berikut (WHO, 2019):
1. Secara teratur dan menyeluruh bersihkan tangan
dengan usapan alkohol (alcohol rub) atau cuci dengan
sabun dan air. Mencuci tangan dengan sabun dan air
atau menggunakan alcohol rub akan membunuh virus
yang mungkin ada di tangan.
2. Pertahankan jarak setidaknya 1 meter antar individu.
Ketika seseorang batuk, bersin, atau berbicara, droplet
akan disemprotkan dari hidung atau mulut yang
mungkin mengandung virus. Jika terlalu dekat, droplet
tersebut dapat terhirup, termasuk virus COVID-19 di
dalamnya
16 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
kesehatan dengan cepat mengarahkan ke fasilitas
kesehatan yang tepat. Hal ini juga akan melindungi
dan membantu mencegah penyebaran virus.
8. Senantiasa mencari informasi terbaru dari sumber
tepercaya, seperti dari laman situs WHO atau otoritas
kesehatan lokal dan nasional. Otoritas lokal dan
nasional paling baik ditempatkan untuk memberi
nasihat tentang apa yang harus dilakukan orang di
setiap daerah.
9. Melakukan vaksinasi
KONSEP KECEMASAN
A. Konsep Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah reaksi emosional yang tidak
menyenangkan terhadap bahaya nyata atau imaginer
yang disertai dengan perubahan pada sistem saraf
otonom dan pengalaman subjektif sebagai tekanan,
ketakutan, dan kegelisahan. Kecemasan dibedakan
menjadi dua yaitu state anxiety dan trait anxiety. State
anxiety adalah gejala kecemasan yang timbul apabila
seseorang dihadapkan pada sesuatu yang dianggap
mengancam dan bersifat sementara. Trait anxiety
adalah kecemasan yang menetap pada diri seseorang
yang merupakan pembeda antara satu individu dengan
individu lainnya (Spielberger, C. D, 2010). Kecemasan
adalah berupa rasa kekhawatiran atau rasa takut yang
18 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
tidak dapat dihindari dari sesuatu yang berbahaya
dan dapat menimbulkan gejala atau respon tubuh
(Widyanigrum & Sari, 2016).
Kecemasan (ansietas /anxiety) adalah gangguan alam
perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam
dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realistis masih baik, kepribadian masih tetap
utuh tidak mengalami keretakan pribadi (spilling
personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas – batas normal. Kecemasan atau dalam
Bahasa Inggrisnya “anxiety“ berasal dari Bahasa Latin “
angustus “ yang berarti kaku dan “angoanchi” yang
berarti mencekik (Manurung, 2016).
Menurut pendapat lain kecemasan merupakan keadaan
emosi tanpa objek tertentu, pengalaman subjektif
individu dan energi yang tidak daapat diamati secara
langsung. Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas
disertai dengan perasaan ketidakpastian, ketidak-
berdayaan, isolasi dan ketidakamanan (keliat dan j.
Pasaribu, 2016). Berdasarkan pengertian diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa kecemasan adalah
kondisi emosi yang tidak jelas disertai dengan
perasaan ketidakpastian terhadap peristiwa kehidupan
sehari-hari.
20 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
konsentrasi, sulit tidur, mudah tersinggung dan
tidak sabaran.
3. Penyebab Kecemasan
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Sistem GABA (Neotransmitter Gamma-
Aminobutyric Acid) adalah pengatur untuk
mengontrol aktivitas dari neuron di bagian otak
yang bertanggung jawab menghasilkan kondisi
cemas (Keliat dan J. Pasaribu, 2016)
2) Faktor Psikologis
a) Pandangan psikoanalitik, konfik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian id
dan superego.
b) Pandangan interpersonal, kecemasan timbul
dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal.
c) Pandangan perilaku, kecemasan timbul dari
segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
3) Sosial Budaya
Kecemasan merupakan hal yang biasa
ditemui dalam keluarga, faktor ekonomi dan latar
belakang pendidikan berpengaruh terhadap
terjadinya kecemasan
22 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
cenderung lebih mengalami respon cemas yang
berat dibandingkan kelompok umur dewasa
(Kaplan dan Sadock, 2010).
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering mengalami kecemasan
daripada pria. Wanita memiliki tingkat kecemasan
yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini
dikarenakan bahwa wanita lebih peka dengan
emosinya dan cenderung menggunakan
pendekatan emosional untuk mengatasi
masalahnya, yang pada akhirnya mempengaruhi
perasaan cemasnya (Kaplan dan Sadock, 2010).
c. Tingkat Pendidikan
Pendidikan pada umumnya berguna dalam
merubah pola piker, pola bertingkah laku dan pola
pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan
seseorang dapat mempengaruhi banyaknya
pengetahuan yang dimiliki seseorang yang
didapatkan melalui proses pendidikan yang dijalani
baik formal maupun non formal. Tingkat pendidkan
seseorang juga akan berpengaruh dalam
memberikan respon terhadap sesuatu yang datang
dari luar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan yang lebih tinggi memainkan
peran preventif melawan kecemasan dan depresi
dari masalah penyakit yangdialami (Setiawan, 2015).
24 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
b. Kecemasan Sedang
Berhubungan dengan perhatian seseorang
pada hal yang penting dan mengesampingkan hal
lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif.
c. Kecemasan Berat
Pada kecemasan berat lapangan persepsi
menjadi sangat menurun. Individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan
hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir realistis
dan membutuhkan banyak pengarahan, untuk
dapat memusatkan pada arealain.
d. Panik
Pada tingkat ini lapangan persepsi sangat
sempit sehingga individu tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan
apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/
tuntunan. Pada saat panik bisa terjadi peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan
berhubungan dengan orang lain, persepsi
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional.
26 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
meningkat,
sering
berkemih,
sakit kepala,
dan pola tidur
berubah.
6. Jenis Kecemasan
Ada beberapa jenis kecemasan menurut
(Manurung, 2016) yaitu:
a. Kecemasan Rasional
Meupakan suatu ketakutan akibat adanya objek
yang memang mengancam, misalnya ketika
menunggu hasil ujian. Ketakutan ini dianggap
sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme
pertahanan dasari kita.
28 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
b. Kecemasan Irasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini
di bawah keadaan-keadaan speifik yang biasanya
tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu
pertanyaan tentang siapa dirinya, unruk apa
hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya
berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai
kecemasan eksistensial yang mempunyai peran
fundamental bagi kehidupan manusia.
7. Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan menurut (Manurung, 2016)
merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga
irasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan
dalam cara–cara yang jelas. Ada beberapa gangguan
kecemasan antara lain :
a. Fobia Spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan
karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek
atau situasi yang spesifik.
b. Fobia Sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional
dan menetap, biasanya berhubungan dengan
kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi
30 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
8. Dampak Kecemasan
Beberapa dampak dari kecemasan menurut
(Maulidah, 2016) dalam beberapa simtom antara lain :
1. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki
perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang
mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak
diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak
bisa tidur dan dengan demikian dapat
menyebabkan sifat mudahmarah.
2. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran
dan keprihatinan pada individu mengenai hal–hal
yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi.
Individu tersebut tidak memperhatikan masalah–
masalah real yang ada, sehingga individu sering
tidak bekerja atau belajar secara efektif dan
akhirnya dia akan menjadi lebih merasacemas.
3. Simtom motorik
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering
merasa tidak tenang, gugup kegiatan motor tanpa
arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki menetuk-
ngetuk dan sangat kaget terhadap suara yang
terjadi secara tiba- tiba. Simtom motor merupakan
gambaran rangsangankognitif.
32 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
BAB IV
BAB IV
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN
MASYARAKAT TENTANG VARIAN
COVID 19 OMICRON
34 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
orang menjadi pusat perhatian, misalnya pakaian, dan cara
bertingkah laku (D. K. Putri, 2021); (2) Benda-benda
tertentu dalam lingkungan, seperti semacam kaca, kamera,
dan mikrofon cenderung membuat orang lebih menyadari
keberadaan dirinya dalam situasi sosial, sehiingga
cenderung membuat orang mengalami kecemasan; (3)
Kehadiran orang-orang tertentu, seperti orang-orang yang
memiliki karakteristik tertentu yaitu pemegang kekuasaan,
orang yang memiliki status terhormat, dan lawan jenis;
lebih lanjut beberapa penelitian menemukan bahwa
wanita lebih cemas dalam situasi sosial, pria dan wanita
memiliki kemampuan, cara dan motivasi untuk memberi
kesan yang berbeda pula, antara lain pada situasi sosial; (4)
Peristiwa perjumpaan, seperti arti pentingnya kesan
pertama, orang akan cenderung mengontrol penampilan
diriya; (5) Arti penting evaluasi dari orang lain, semakin
orang merasa bahwa citra dirinya berpengaruh besar maka
semakin besar peluangnya untuk mengalami kecemasan.
Lebih lanjut kecemasan sosial didefinisikan oleh
Leary M yang dikutip oleh Ikawati (2021), sebagai suatu
kecemasan yang dihasilkan oleh adanya penilaian atau
kemungkinan adanya penilaian yang tidak baik oleh orang
lain. Situasi yang menimbulkan kecemasan sosial adalah
situasi-situasi di mana individu merasa adanya evaluasi
interpersonal atau kemungkinan adanya evaluasi dari
orang lain. Dengan demikian, kecemasan sosial yang
terjadi karena adanya persepsi bahwa dirinya akan
36 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
Kecemasan yang muncul pada masyarakat yang
akan melakukan vaksinasi itu disebabkan oleh karena
mendengar informasi-informasi yang menyatakan bahwa
efek samping dari vaksin yang sangat berbahaya, respon
kecemasan bisa sampai menimbulkan wajah pucat, detak
jantung cepat, berkeringat, mual, pusing dan gejalah
neurologis lainnya (Psikiatri Undip, 2020)
Menurut Data yang dirlis dari Kemenkes RI (2021)
total sasaran vaksinasi covid-19 di Indonesia telah
mencapai 208.265.720 pada tanggal 10 Oktober 2021,
total vaksinasi covid-19 dosis 1 yang sudah diberikan
100.189.038 (48,11%), jumlah vaksinasi covid-19 dosis 2
yang sudah diberikan 57.522.234 (27,62%) dan total
vaksinasi covid-19 dosis 3 yang sudah diberikan 1.015.773.
Peserta vaksinasi covid 19 yang masih merasakan
cemas terhadap vaksinasi covid 19 seperti responden
merasa gugup, cemas atau gelisah dan kurang
bersemangat dalam melakukan sesuatu karena akan
melaksanakan vaksinasi covid-19. Hal ini sejalan dengan
penelitian Eka Kirana, dkk (2021) dengan judul Kecemasan
Masyarakat Akan Vaksinasi Covid-19 menyatakan bahwa
dari total 399 responden 207 responden (51,9%) tidak
memiliki kecemasan dan 192 responden (48,1%) memiliki
kecemasan terhadap vaksinasi covid-19, mengatakan
bahwa kecemasan menjadi salah satu masalah yang terjadi
pada masa pandemik covid-19, ternyata menjadi masalah
juga saat telah tersediannya vaksin covid-19.
38 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
C. Hubungan Kecemasan masyarakat tentang varian
covid 19 omicron dengan vaksinasi covid-19
Kecemasan yang terjadi di Indonesia dikarenakan
adanya pandemi COVID-19 cukup tinggi dan menjadi
perhatian. Dampak Dampak fisik yang terjadi paling
meresahkan adalah kematian. Sedangkan dampak
psikologis yang terjadi adalah beberapa respon ketakutan,
kecemasan, serta ketidakberdayaan akibat pandemi
COVID-19 berdasarkan informasiinformasi yang
didapatkan, seperti penyakit menyebar sangat cepat,
kasus terus meningkat dan dapat menyerang siapa saja
tidak peduli perempuan atau laki-laki, usia kecil hingga
lansia, semua dapat terkena dampaknya, sehingga reaksi
psikologis dapat membuat masyarakat resah dan merasa
terancam.
Penerapan yang dapat memutuskan rantai
peyebaran Covid-19 pun sudah diterapkan walaupun tidak
semua dilakukan, penerapannya pun hanya dilakukan
dengan selalu memakai masker saat keluar rumah, selalu
mencucitangan dan tidak melakukan kegiatan kumpul
bersama. Kecemasan dari adaya Covid-19 jika Covid-19
tidak segela berakhir, maka kehidupan tidak akan maju,
dikarenakan segala kegiatan perekonomian tidak bisa
dilakukan secara normal. Cara menghadapi masalah ini,
membantu untuk memutuskan rantai penyebaran Covid-
19 agar Covid-19 segera berakhir. Covid merupakan
penyakit yang menular diseluruh dunia yang memberikan
40 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
perasaan cemas yang berlebihan sehingga muncul kondisi
gangguan pada emosional antara lain adalah depresi,
neurotisma dan gangguan psikosomatis (Nurtanti &
Husna, 2022).
Hal tersebut yang membuat mereka menjadi
bingung dan ragu ragu untuk mengikuti vaksin Covid-19.
Kecemasan adalah gangguan pada alam perasaan yang
terjadi pada seseorang akibat tertekan dan mengalami
pengalaman yang tidak menyenangkan (Nurtanti et al.,
2020). Kecemasan yang terjadi dalam jangka waktu yang
lama dan terlambat mendapatkan pertolongan akan
menyebabkan depresi (Nurtanti et al., 2020).
42 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
Bertin, P., Nera, K., & Delouvée, S. (2020). Conspiracy Beliefs,
Rejection of Vaccination, andSupport for
hydroxychloroquine: A Conceptual Replication-
Extension in the COVID-19Pandemic Context.
Frontiers in Psychology, 18 September 2020
|https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.565128
Bhattacharya M, Sharma AR, Patra P, et al. Development of
epitope- based peptide vaccineagainst novel
coronavirus 2019 (SARS-COV- 2): immunoinformatics
approach. J MedVirol. 2020;92(6):618–631.
doi:10.1002/jmv.257368.
Chace Dwyer, S., Jain, A., Ishaku, S. M., Okunade, F. T., Uzomba,
C., Adebayo, A., & Tobey, E. (2019). The effect of job
aids on knowledge retention among Patent and
Proprietary Medicine Vendors trained to administer
injectable contraceptives: longitudinal results from
implementation science in Nigeria. BMC public health,
19(1), 1362. https://doi.org/10.1186/s12889-019-
7668-2
Chakraborty C, Sharma AR, Sharma G, Bhattacharya M, Saha
RP, Lee -S-S (2020). Extensivepartnership,
collaboration, and teamwork is required to stop the
COVID-19 outbreakArch Med Res. 2020;51 (7):728–
730. doi:10.1016/j.arcmed.2020.05.0215 .
Christina, E. (2020). Pandemi Covid-19 Adalah 666?. Logia:
Jurnal Teologi Pentakosta, 1(2),122.
44 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
increasethem.BundesgesundheitsblattGesundheitsfors
chung Gesundheitsschutz. 2020;63(1):32 39.
doi:10.1007/s00103-019-03063-011.
Halpin C, Reid B (2019). Attitudes and beliefs of healthcare
workers about influenza vaccination.NursOlder
People. 2019;31(2):32–39.
doi:10.7748/nop.2019.e1154.
Hornsey, M. J., Harris, E. A., & Fielding, K. S. (2018). The
psychological roots of antivaccination attitudes: A 24-
nation investigation. Health Psychology, 37(4), 307–
315.https://doi.org/10.1037/hea0000586.
Ichsan,D.S., Hafid, F.,Ramadhan, K.,Taqwin. (2021). Determinan
kesediaan masyarakat menerima vaksinasi Covid 19 di
Sulawesi Tengah. Poltekita : Jurnal ilmu kesehatan vol
15 no 1Mei 2021
Lin, Y., Hu, Z., Alias, H., & Wong, L. P. (2020). Knowledge,
Attitudes, Impact, and Anxiety Regarding COVID-19
Infection Among the Public in China. Frontiers in
public health, 8, 236.
https://doi.org/10.3389/fpubh.2020.00236
Liu, M., Zhang, H., & Huang, H. (2020). Media exposure to
COVID-19 information, risk perception, social and
geographical proximity, and self-rated anxiety in
China. BMC public health, 20(1), 1649.
https://doi.org/10.1186/s12889-020-09761-8
46 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
Group on Vaccine Hesitancyhttps://www.who.int/
immunization/sage/meetings/2014/october/1_Report
_W ORKINGGROUP_vaccine_hesitancy_final.pdf.
Sallam, M., Dababseh, D., Yaseen, A., Al-Haidar, A., Ababneh, N.
A., Bakri, F. G., & Mahafzah, A. (2020). Conspiracy
Beliefs Are Associated with Lower Knowledge and
Higher Anxiety Levels Regarding COVID-19 among
Students at the University of Jordan. International
journal of environmental research and public health,
17(14), 4915. https://doi.org/10.3390/ijerph17144915
WHO, 26 March (2020). Critical preparedness Readliness and
Response Actions for Covid19., Novel Coronavirus
(2019-nCoV) Advice for the Public, (2020).
Xiao X, Wong RM (2020) Vaccine hesitancy and perceived
behavioral control: a metaanalysis.Vaccine.
2020;38(33):5131–5138. doi:10.1016/j.vaccine.2020.
04.07614. Zulva, T. N. I. (2020). Covid-19 dan
Kecenderungan psikosomatis. J. Chem. Inf. Model, 1-4
48 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
Tidak Sedikit Cukup Sangat
No. Pertanyaan Merasakan Merasakan Merasakan Merasakan
1 2 3 4
1 Saya merasa
tenang jika
siklus
menstruasi saya
teratur
2 Saya merasa
aman jikasiklus
menstruasi saya
Normal
3 Saya merasa
tegang dan
kacau jika
memikirkan
masalah yang
saya alami
4 Saya merasa
kesulitan yang
saya alami
banyaksehingga
saya tidak
dapat
mengatasinya
5 Saya merasa
tentram jika
tanggal
50 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
Saya merasa
percayadiri
Saya merasa
gagal
Saya merasa
gelisah jika
jadwal
menstruasi saya
terlambat
Saya merasa
kurangmampu
Saya merasa
santai jika
siklus dan
jadwal haidsaya
baik-baik saja
Saya merasa
senang jika
siklus dan
jadwal
menstruasi saya
normal
Saya merasa
khawatirakan
kesialan/
Kemalangan
52 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
PROFIL PENULIS
54 Ns. Rizkan Halalan Djafar, S.Kep., M.Kep & Ns. Ariska, S.Kep., M.Kep
SINOPSIS