Anda di halaman 1dari 90

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR

TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF IPA SISWA

TESIS

diajukan untuk melengkapi persyaratan

dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan

NAMA : MUHAMMAD ABDUL JABAR

NPM : 20197270240

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2021
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TESIS

Nama : Muhammad Abdul Jabar

NPM : 20197270240

Fakultas : Pascasarjana

Program Studi : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Judul Tesis : Pengaruh minat belajar dan kemandirian belajar terhadap

kemampuab berpikir kreatif IPA siswa

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Pada tanggal.................................

Pembimbing Materi Pembimbing Teknik

Prof. Dr. H. Sumaryoto Dr. Acep Musliman.


LEMBAR PENGESAHAN

Tesis ini telah diajukan pada hari ……….

Tim Penguji Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. H. Sumaryoto

Anggota : 1.

2.

Mengesahkan

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. Sumaryoto


LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Abdul Jabar

NPM : 20197270240

Program Studi : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dengan ini menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh minat belajar dan

kemandirian belajar terhadap kemampuan berpikir kreatif IPA siswa” beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu

yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko/sanksi apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran

etika keilmuan atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini sesuai

dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 25 ayat 2 dan Bab XX Pasal 70.
Demikian penyataan ini saya buat untuk dimanfaatkan sesuai dengan keperluan.

Jakarta, April

Yang menyatakan

Materai

6000

Muhammad Abdul Jabar


DAFTAR ISI

Hal

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang Penelitian............................................................ 1

B. Identifikasi Masalah.................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah................................................................... 7

D. Perumusan Masalah..................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian......................................................................... 7

.....................................................................................................

F. Manfaat Penelitian....................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS......................................................................................... 10

A. Landasan Teori............................................................................ 10

1. Pengertian Berpikir Kreatif IPA........................................... 10

2. Pengertian Minat Belajar Siswa........................................... 24

3. Pengertian Kemandirian Belajar Siswa................................ 28

B. Kerangka Berpikir....................................................................... 35

C. Hipotesis Penelitian..................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 39

A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 39

B. Metode Penelitian........................................................................ 40

C. Populasi dan Sampel.................................................................... 41

D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 44

E. Instrumen Penelitian.................................................................... 46

F. Teknik Analisis Data................................................................... 55

G. Hipotesis Statistik........................................................................ 61
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak

terputus dari generasi ke generasi dimana pun di dunia ini. Upaya memanusiakan

manusia melalui pendidikan itu di selenggarakan sesuai dengan pandangan hidup

dan dalam latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu,

meskipun pendidikan itu universal, namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu

sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut. Dengan kata lain,

pendidikan diselenggarakan berlandasan filsafat hidup serta berlandasankan

sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di indonesia. Kajian ketiga landasan itu

(filosofis, sosiologis, dan kultural) akan membekali setiap tenaga kependidikan

dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya menurut

Suyadi (2013:4).

Peserta didik yang memiliki minat belajar tinggi akan selalu mencurahkan

waktu, pikiran dan tenaga untuk selalu belajar, merasa senang untuk mempelajari

berbagai materi pelajaran dan terlihat selalu terlibat dalam berbagai kegiatan

pembelajaran secara sukarela, memiliki kegigihan untuk mencari tahu atau ingin

tahu lebih lanjut akan hal-hal yang terkait dengan mata pelajaran dan ingin terus

bertanya kepada berbagai narasumber, memiliki konsentrasi terhadap


penyelesaian tugas-tugas atau pekerjaan rumah dan kegiatan-kegiatan diskusi

serta selalu memiliki perhatian terhadap kelompokkelompok belajar dan pusat

sumber belajar, bahkan menjadikan kegiatan pembelajaran sebagai sesuatu yang

menyenangkan bagi peserta didik. Sardiman (2016:95) menyatakan : “Proses

belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat”. Sedangkan menurut

Mulyasa (2014:192) : “Minat dapat memengaruhi pencapaian hasil belajar dalam

mata pelajaran tertentu”. Hal senada juga disampaikan oleh Slameto (2015:57) :

“Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang

dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan

sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya, ia tidak memperoleh

kepuasan dari pelajaran itu”.

Dalam konteks itulah diyakini bahwa minat memengaruhi proses dan

aktivitas belajar peserta didik. Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni

(2015:29) mengemukakan bahwa “Secara sederhana, minat (interest) berarti

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu”. Menurut Hilgard yang dikutip Slameto (2015:57) memberi rumusan

tentang minat adalah sebagai berikut: “Interest is persisting tendency to pay

attention to and enjoy some activity or content”. Minat adalah kecenderungan

yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan

yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa

senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Mengembangkan minat terhadap sesuatu

pada dasarnya adalah untuk membantu peserta didik untuk melihat bagaimana

hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sebagai
suatu individu. Proses ini berarti menunjukkan pada peserta didik bagaimana

pengetahuan dan kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-

tujuannya dan meluaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila peserta didik menyadari

bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang

dianggap penting, dan apabila peserta didik melihat hasil dari pengalaman

belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar peserta

didik akan berminat untuk mempelajarinya.

Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2015:24) mengemukakan

bahwa faktor yang mempengaruhi proses belajar, salah satunya turut dipengaruhi

oleh minat, yang tergolong ke dalam faktor psikologis, seperti yang dikemukakan

bahwa: “Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar

kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat”. Jelaslah bahwa minat belajar

siswa juga perlu menjadi perhatian yang serius, jika seorang peserta didik ingin

berhasil dalam proses belajarnya.

Minat belajar peserta didik diharapkan mempunyai hubungan yang positif

terhadap hasil belajarnya, artinya peserta didik yang mempunyai atau memiliki

minat belajar yang tinggi akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang kurang memiliki minat belajar. Dengan kata lain

semakin tinggi dan positif minat belajar peserta didik, maka akan semakin

meningkat pula hasil belajarnya, demikian pula sebaliknya. Selain minat dalam

proses belajar, diperlukan adanya kemandirian belajar, agar tujuan pembelajaran

tercapai. Hal senada juga disampaikan oleh Eti Nurhayati (2016:141) bahwa :

“Kemandiran belajar sebagai usaha pembelajar untuk melakukan kegiatan belajar


yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu”.

Kemandirian dalam belajar bisa diartikan sebagai aktivitas belajar dan

berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan

tanggung jawab sendiri dari peserta didik. Kemandirian dalam belajar mata

pelajaran ekonomi sangat diperlukan karena dengan kemandirian peserta didik

akan mempunyai tanggung jawab dalam memecahkan masalah dalam

pembelajarannya dan mempunyai rasa percaya diri dalam setiap proses belajar

sehingga berujung pada meningkatnya hasil belajar yang dicapai.

Menurut Eti Nurhayati (2016:131) “Istilah kemandirian menunjukkan

adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan masalahnya

tanpa bantuan khusus dari orang lain dan keengganan untuk dikontrol orang lain”.

kemandirian dalam penelitian ini adalah suatu keadaan dimana seseorang

memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu mengambil

keputusan berinisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki

kepercayaan diri dalam mengerjakan tugastugas, dan bertanggung jawab terhadap

apa yang dilakukannya. Abdullah yang dikutip Eti Nurhayati (2016:147)

menyatakan bahwa ada beberapa karakteristik dalam kemandirian belajar, yaitu;

(1) kemandirian belajar memandang pembelajar sebagai manajer dan pemilik

tanggung jawab proses pembelajaran mereka sendiri dengan mengintentegrasikan

selfmanagement, seperti mengatur jadwal, menentukan cara memilih sumber, dan

melaksanakan pembelajaran dengan selfmonitoring seperti memantau,

mengevaluasi, dan mengatur strategi pembelajaran; (2) kemauan dan motivasi

berperan penting dalam memulai, memelihara dan melaksanakan proses


pembelajaran; (3) kendali belajar bergeser dari para guru/dosen kepada

pembelajar. Pembelajar mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan tujuan

apa yang hendak dicapai dan manfaat baginya; (4) dalam belajar mandiri

memungkinkan mentransfer pengetahuan konseptual ke situasi baru,

menghilangkan pemisah antara pengetahuan di sekolah dengan realitas kehidupan.

Prinsip kemandirian dalam belajar perlu ditanamkan kepada pembelajar,

kemandirian merupakan sikap dan perilaku yang terbentuk akibat rancangan

proses belajar yang memandirikan pembelajar, bukan sikap yang datang tiba-tiba

tanpa proses belajar. Eti Nurhayati (2016: 148-149) menyatakan kemandirian

belajar memiliki beberapa prinsip, yaitu; (1) fokus pembelajaran berubah dari

mengajar kepada belajar; (2) ada usaha maksimum untuk memengaruhi diri

pembelajar; (3) ada dukungan dan kerja sama teman sebaya; (4) digunakan untuk

penilaian sendiri atau teman; (5) menekankan penuh pada perbedaan individual;

(6) menggunakan bantuan buku pencatat kejadian pembelajar sebagai dokumen

dan alat refleksi belajar; (7) peran guru menciptakan kelas yang kondusif untuk

mengembangkan kemandirian Kemandirian belajar dapat dipandang sebagai

proses dan hasil. Dengan kata lain, kemendirian belajar dapat dipandang sebagai

metode belajar dan juga sebagai proses belajar yang melekat menjadi karakteristik

pembelajar itu sendiri. Kemandirian belajar sebagai proses mengandung makna

bahwa pembelajar mempunyai tanggung jawab besar dalam mencapai tujuan

belajar tanpa tergantung kepada orang lain.

Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan

sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang
mengacu dalam pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan

belajar, dan tingkat-tingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai kriteria

pencapaian secara eksplisit, dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yag telah

ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang

dipelajari. Penilaian terhadap pencapaian kompetensi perlu dilakukan secara

objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan mereka

terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap sebagai hasil belajar. Dengan

demikian dalam pembelajaran yang dirancang berdasarkan kompetensi, penilaian

tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersifat subyektif.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melihat apakah minat belajar dan

kemandirian belajar berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif IPA siswa

kelas VII MTs Ar Rofi’i Jakarta Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. IPA merupakan pembelajaran yang membutuhkan pemikiran tingkat

tinggi, yaitu berpikir kreatif agar makna pembelajarannya dipahami siswa.

2. Diperlukan minat belajar agar siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif

IPA.

3. Diperlukan kemandirian belajar agar siswa memiliki kemampuan berpikir

kreatif IPA.
C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi oleh permasalahan yang akan diteliti karena

terbatasnya waktu dan kemampuan pada saat ini. Masalah yang akan diteliti hanya

dibatasi pada pengaruh minat belajar dan kemandirian belajar terhadap

kemampuan berpikir kreatif IPA di MTs Ar Rofi’i Jakarta Selatan. Adapun

pembatasan masalah yang akan diangakat yakni sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan dengan metode survey menggunakan untuk

mengetahui minat belajar dan kemandirian belajar siswa kelas VII

MTs Ar Rofi’i Jakarta Selatan.

2. Penelitian akan dilakukan pada siswa kelas VII MTs Ar Rofi’i Jakarta

Selatan tahun 2020/2021 untuk pelajaran IPA pohok bahasan system

organisasi kehidupan manusia.

3. Minat belajar adalah keinginan seseorang untuk belajar sesuai dengan

hati nuraninya tanpa ada paksaan.

4. Kemandirian belajar adalah perilaku aktif individu dalam pembelajaran

yang memiliki keinginan positif untuk mengikuti pembelajaran dengan

baik.

5. Kemampuan berpikir kreatif IPA dibatasi pada aspek kognitif untuk

pokok bahasan sistem saraf siswa kelas VII MTs Ar Rofi’i Jakarta

Selatan.
D. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan

masalah di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh minat belajar dan kemandirian belajar

terhadap kemampuan berpikir kreatif IPA siswa?

2. Apakah terdapat pengaruh minat belajar terhadap kemampuan berpikir

kreatif IPA siswa?

3. Apakah terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap kemampuan

berpikir kreatif IPA siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini

secara umum untuk mengetahui pengaruh minat belajar dan kemandirian

belajar terhadap kemampuan siswa untuk berpikir kreatif khususnya untuk

penyelesaian materi system organisasi kehidupan manusia di kelas VII,

sehingga proses pembelajaran akan optimal dan akhirnya siswa memiliki

kemampuan berpikir kreatif. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan fakta di lapangan dan menganalisis untuk:

1. Mengetahui pengaruh minat belajar dan kemandirian belajar terhadap

kemampuan berpikir kreatif IPA siswa.


2. Mengetahui pengaruh minat belajar terhadap kemampuan berpikir kreatif

IPA siswa.

3. Mengetahui pengaruh kemandirian belajar terhadap kemampuan berpikir

kreatif IPA siswa.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki nilai guna baik secara teoritik maupun

praktis dalam bidang kependidikan IPA terutama pada jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Pertama (SMP).

1. Manfaat / kegunaan teoritik

Secara teoritik hasil penelitian ini bermanfaat antara lain :

a. Untuk dijadikan rujukan teori bagi penelitian lanjutan khususnya yang

terkait dengan

penelitian ini.

b. Untuk menambah literatur kepustakaan bidang penelitian pendidikan IPA

pada jenjang SMP

2. Manfaat / kegunaan praktik

Dalam kehidupan praktik, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan

positif dan masukan kepada semua pihak yang terkait dalam dunia

pendidikan, khususnya pada pendidikan IPA jenjang SMP, antara lain :

a. Kepala sekolah dan supervisor (pengawas) MTs Ar Rofi’i Jakarta Selatan,

karena penelitian ini sebagai informasi untuk lebih meningkatkan mutu


pendidikan IPA sehingga dapat menetapkan kebijakan yang tepat dalam

menerima para guru agar dapat mengoptimalkan hasil belajar IPA di SMP.

b. Guru SMP, khususnya guru yang mengajar mata pelajaran IPA, hasil

penelitian ini sebagai informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui

minat belajar dan kemandirian belajar siswa pada pembelajaran IPA

sehingga dapat mengoptimalkan proses belajar mengajar dan kemampuan

berpikir kreatif IPA siswa.


BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Kemampuan Berpikir Kreatif IPA

a. Pengertian Berpikir

Berpikir adalah memberikan gambaran adanya sesuatu yang ada

pada diri seseorang. Sesuatu yang merupakan tenaga yang di bangun oleh

unsur-unsur dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas. Pengertian

berpikir secara umum adalah aktivitas mental atau intelektual yang

melibatkan kesadaran dan subjektivitas individu. Hal ini dapat mengarah

pada sesuatu yang berupa tindakan atau ide-ide atau pengaturan ide.

Berpikir juga mendasari segala tindakan manusia dan interaksinya

(Sunaryo, 2011:12). Dalam melakukan aktivitas, manusia memang

memiliki syaraf tersendiri dalam melakukan tindakan, namun ada beberapa

aktivitas manusia pula yang di pengaruhi oleh sistem pikiran manusia.

Berpikir terpusat pada otak manusia. Manusia juga sebagai makluk sosial

dan individual yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya (Kholis,

2014).

Berpikir merupakan proses yang mempengaruhi penafsiran

terhadap rangsangan-rangsangan yang melibatkan proses sensasi, persepsi,

dan memori. Pada saat seseorang menghadapi proses persoalan, pertama-


tama ia melibatkan proses sensasi, yaitu menangkap tulisan, menangkap

gambar, ataupun juga menangkap suara. Selanjutnya ia juga mengalami

proses persepsi, yaitu membaca, mendengar, dan memahami apa yang di

minta dalam persoalan tersebut. Pada saat itupun, sebenarnya ia telah

melibatkan proses memorinya untuk memahami istilah-istilah baru yang

ada pada persoalan tersebut, ataupun melakukan recall dan recognition

ketika yang dihadapinya adalah persoalan yang sama pada waktu lalu

( Sunaryo, 2011:14).

Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara

mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah

penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan

maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi,

berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau

item (Khodijah, 2006: 117).

Berpikir juga merupakan suatu proses simbolis (representasi

mental) untuk memanipulasi informasi untuk memecahkan masalah

tertentu dan menghasilkan ide-ide kreatif. Berpikir merupakan suatu

proses kompleks yang terjadi denan susunan skema-skema kognitif dan

juga mengkategorikan setiap stimulus kedalamnya. Selain itu berpikir juga

dapat disebut sebagai pemecah masalah. Plotnik memaparkan bahwa

berpikir seringkali disamakan artinya dengan reasoning, yang memiliki arti

suatu proses mental yang melibatkan pengetahuan untuk mencapai tujuan

tertentu yang mencakup pemecahan masalah, perencanaan dan


pengambilan keputusan. Berpikir untuk memecahkan masalah, mengambil

suatu keputusan, dan menghasilkan ide-ide yang kreatif (Himawan,

2013:12).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill)

merupakan proses berpikir yang tidak sekedar menghafal dan

menyampaikan kembali informasi yang telah di ketahui. Kemampuan

berpikir tingkat tinggi juga merupakan kemampuan seseorang dalam

menghubungkan, memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta

pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif

dalam menetukan upaya keputusan dan memecahkan masalah pada situasi

yang sedang dihadapi. Secara umum, terdapat beberapa aspek yang

menunjukkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki oleh

seseorang yaitu kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, serta

memecahkan masalah (Rofiah, 2013:18).

b. Pengertian Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir

yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi,

bahwa situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang harus

diselesaikan (Sabandar, 2008). Seseorang akan secara otomatis atau

melakukan reflek pada dirinya sendiri ketika menghadapi persoalan yang


harus di selesaikan, misalnya saja berpikir kreatif, saat dihadapkan pada

permasalahan otaknya akan bekerja sesuai kemampuannya.

Berpikir kreatif dalam suatu pelajaran artinya mengacu pada

pengertian berpikir kreatif secara umum. Bishop menjelaskan seperti yng

di kutip oleh Gie bahwa seeorang memerlukan 2 model berpikir berbeda

yang komplementer dalam suatu pembelajaran, yaitu berpikir kreatif yang

bersifat intuitif dan berpikir analitik yang bersifat logis. Pandangan ini

lebih melihat berpikir kreatif sebagai suatu pemikiran yang intuitif

daripada logis (Liang, 2003:46). Pengertian ini menjelaskan bahwa

berpikir kreatif bukanlah suatu pemikiran yang logis tetapi lebih

didasarkan pada pemikiran yang tiba-tiba muncul karena suatu ide

tertentu.

Berpikir kreatif juga dipandang sebagai suatu proses yang

digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan ide

baru. Ide baru tersebut merupakan gabungan dari ide-ide sebelumnya yang

belum pernah di wujudkan (Dimyati, 1996). Pengertian ini memfokuskan

pada pengertian indvidu untuk memunculkan ide-ide terbarunya, yang

belum pernah di ungkapkan atau di munculkan sebelumnya. Berpikir

kreatif ini ditandai dengan munculnya ide sebagai proses berpikir.

Ciri-Ciri Berpikir Kreatif Sund berpendapat dalam Slameto bahwa

individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan yang

terlihat, sebagai berikut:


a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar

b. Bersikap terbuka dengan pengalaman baru

c. Panjang / banyak akal

d. Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti

e. Cenderung menyukai tugfas yang berat dan sulit

f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memaskan

g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam mengerjakan tugas

h. Berpikir fleksibel

i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan dan cenderung memberi

banyak jawaban

j. Kemampuan membuat analisa dan sintesis

k. Memiliki semangat bertanya

l. Memiliki semangat untuk meneliti sesuatu

m. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

c. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan sains. Sains

berasal dari kata latin “scientia” yang artinya adalah: (a) pengetahuan

tentang atau tahu tentang; (b) pengetahuan, pengertian, paham yang benar

dan mendalam (Wonorahardjo, 2010: 11). Secara bahasa, IPA berasal dari

bahasa Inggris yaitu natural science. Natural berarti alamiah serta

berhubungan dengan alam, sedangkan science berarti ilmu pengetahuan.

Dengan begitu, IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang alam atau ilmu
yang mempelajari peristiwa yang terjadi di alam (Samatowa, 2010: 3). Hal

ini senada dengan pendapat Jasin (2010: 1) bahwa IPA merupakan ilmu

pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta,

termasuk bumi sehingga terbentuk konsep dan prinsip.

Jadi, secara singkat IPA dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan

yang mengkaji tentang alam semesta beserta segala isinya sehingga

didapatkan produk IPA. H.W. Fowler (dalam Aly dan Rahma, 2011: 18)

mendefinisikan pengertian lain tentang IPA yaitu ilmu yang sistematis dan

dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan

didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Carind dan Sund

(dalam Asy‟ari, 2006: 9) menjelaskan bahwa IPA merupakan suatu sistem

untuk memahami alam semesta melalui data yang dikumpulkan

berdasarkan observasi atau eksperimen yang dikontrol.

James Conant (dalam Samatowa, 2006: 1) mengemukakan pula

bahwa IPA merupakan sederetan konsep dan skema konseptual yang

berhubungan satu sama lain, tumbuh dari hasil eksperimentasi dan

observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih

lanjut. Aly dan Rahma (2011: 18) mengemukakan lebih lanjut bahwa IPA

adalah suatu pengetahuan teoretis yang diperoleh atau disusun dengan cara

yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi,

penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya

saling berkaitan antara cara yang satu dengan yang lain. Cara yang

demikian itu dikenal dengan nama metode ilmiah. Metode ilmiah


merupakan cara yang logis untuk memecahkan permasalahan tertentu

dalam IPA.

Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Yuliati (Suciati,

Arnyana, dan Setiawan, 2014) bahwa IPA berkaitan dengan cara

bagaimana mencari kebenaran suatu fenomena alam secara sistematis dan

runtut melalui proses penemuan dengan metode ilmiah. Dengan demikian,

IPA adalah serangkaian proses atau metode ilmiah yang digunakan untuk

mencari kebenaran dan memahami alam semesta dengan segala isinya.

Dawson (dalam Bundu, 2006: 10) mengemukakan pendapat yang berbeda

tentang IPA yaitu aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang

termotivasi dari keingintahuan tentang alam di sekelilingnya dan

keinginan untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi

memenuhi kebutuhan. Trianto (2010: 136- 137) menjelaskan bahwa IPA

merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara

umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui

metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap

ilmiah (rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya).

IPA merupakan serangkaian proses kegiatan yang dilakukan oleh

ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan dan didukung oleh sikap

terhadap proses kegiatan tersebut. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan

oleh Carin dan Sund (dalam Samatowa, 2010: 20) bahwa IPA terdiri dari

tiga macam/komponen yaitu produk, proses, dan sikap. 1. IPA sebagai

produk Iskandar (dalam Bundu, 2006: 11) mengemukakan bahwa IPA


sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitik

yang dilakukan para ilmuwan dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep,

prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori IPA. 2. IPA sebagai proses

Proses IPA merupakan sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena

alam dengan cara tertentu agar diperoleh suatu ilmu bahkan

pengembangan dari ilmu tersebut. Proses IPA difokuskan pada cara untuk

menemukan produk IPA melalui pengamatan, klasifikasi, inferensi,

perumusan hipotesis, dan melakukan pengamatan. Dengan demikian,

proses IPA yang dimaksud adalah metode ilmiah.

Penguasaan proses IPA adalah perubahan dalam dimensi afektif

dan psikomotorik dengan mengetahui sejauh mana siswa mengalami

kemajuan dalam proses IPA. Proses IPA (metode ilmiah) bagi anak SD

dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan agar terbentuk

paduan yang lebih utuh dan siswa dapat melakukan penelitian sederhana.

Tahapan pengembangannya disesuaikan dengan tahapan suatu eksperimen

dan sering disebut dengan keterampilan proses IPA. Adapun keterampilan

proses yang harus dikuasai oleh siswa sekolah dasar, yaitu: (1)

keterampilan melakukan observasi, (2) keterampilan mengklasifikasi, (3)

keterampilan menginterpretasi, (4), keterampilan memprediksi, (5)

keterampilan merumuskan hipotesis, (6) keterampilan mengendalikan

variabel, (7) keterampilan merencanakan dan melaksanakan penelitian, (8)

keterampilan menginferensi, (9) keterampilan mengaplikasikan, dan (10)

keterampilan mengkomunikasikan (Sulistyorini, 2007: 9).


d. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Kelas VII (Sistem Organisasi

Kehidupan)

Sel merupakan bagian struktural dan fungsional terkecil penyusun

tubuh makhluk hidup. Meskipun berada pada tingkatan terendah dalam

hierarki organisasi kehidupan, sel masih mampu menjalankan semua

fungsi kehidupan. Artinya, sel mampu menjalankan fungsi layaknya

makhluk hidup yaitu melaksanakan proses metabolism, mengalami

pertumbuhan dan perkembangan, serta melakukan proses reproduksi untuk

melestarikan jenisnya. Begitu kecilnya ukuran sel, maka sel hewan

maupun tumbuhan tidak dapat dilihat atau diamati secara jelas hanya

dengan menggunakan mata telanjang. Untuk melakukan pengamatan

terhadap sel baik hewan maupun tumbuhan membutuhkan alat bantu yang

berupa mikroskop.

Sel pertama kali ditemukan oleh Robert Hooke pada tahun 1665

yang pada saat itu melalui pengamatan mikroskop majemuk dia melihat

dinding sel kosong yang melingkupi sel-sel mati pada gabus yang berasal

dari kulit pohon ek, Berikut ini merupakan contoh gambar sel tumbuhan

dan hewan yang diamati melalui alat mikroskop dengan pembesaran yang

sangat kuat.
Sel hewan dan tumbuhan memiliki persamaan dan perbedaan

dikarenakan memiliki fungsi yang berbeda-beda. Secara umum struktur sel

terdiri dari membran (selaput) sel dan dinding sel, inti sel (nukleus) serta

protoplasma yang terdiri dari nukleoplasma dan sitoplasma, nukleoplasma

adalah cairan yang ada pada inti sel, sedangkan sitoplasma cairan yang

berada antara membran sel dan inti sel yang di dalamnya terdapat organel-

organel sel yang berfungsi berbeda-beda. Berikut struktur, organel-

organel sel dan fungsinya:

1. Membran (Selaput) Sel dan Dinding Sel

a. Dinding sel

(1) Hanya terdapat pada sel tumbuhan

(2) Bersifat kaku, sehingga memberi bentuk pada sel

(3) Melindungsi seluruh isi sel.

b. Membran (selaput) sel membungkus seluruh isi sel, berfungsi

untuk

(1) Melindungi seluruh isi sel

(2) Bersifat semipermiabel, hanya bisa dilalui air dan zat-zat

tertentu yang terlarut (3) Bersifat untuk mengatur transportasi zat-zat dari

sel yang satu ke sel yang lainnya.


2. Sitoplasma Merupakan koloid yang mengisi seluruh bagian sel.

Di dalam sitoplasma selain terlarut zat makanan dan zat-zat lainnya, juga

terdapat organel-organel sel yang memiliki fungsi masingmasing. Adapun

organel-organel sel tersebut antara lain:

a. Vakuola organel sel yang berisi garam organik dan zat hasil

metabolit sekunder serta berisi enzim dan butir pati. Organel ini ditemukan

di sel tumbuhan. Fungsi vakuola adalah sebagai penyimpan cadangan

makanan, penyimpan sisa metabolisme, dan membangun turgor sel.

Vakuola pada sel hewan cenderung sangat kecil dimana keberadaannya

sering tidak diperhatikan, sedangkan vakuola pada sel tumbuhan sangat

besar.

b. Peroksisom adalah organel sel yang memiliki membran tunggal

dan bentuknya mirip seperti lisosom. Peroksisom berasosiasi dengan

glioksisom membentuk badan mikro. Perok sisom ditemukan di sel hewan

dan tumbuhan sedangkan glioksisom hanya ditemukan di sel tumbuhan.

Organel peroksisom mengandung berbagai enzim untuk membentuk perok

sida (H2O2). Fungsi peroksisom adalah penghasil enzim katalase untuk

menguraikan peroksida.

c. Retikulum endosplasma adalah organel sel yang memiliki

membran ganda dengan bentuk seperti jala yang berdekatan dengan inti
sel. Retikulum endoplasma memiliki dua tipe yakni Retikulum

endoplasma kasar (REK) yang mana permukaannya terdapat riboson dan

Retikulum endoplasma halus (REH) yang tidak terdapat ribosom. Fungsi

Retikulum endo plasma adalah sebagai pengangkut protein, tempat sintesis

protein, dan transportasi protein.

d. Mitokondria adalah organel sel yang memiliki peranan penting

dalam sel hewan Struktur mitokondria terdiri dari dua lapis membran

yakni membran luar dan membran dalam. Membran dalam memiliki

bentuk seperti lekukan yang disebut krista. Mitokondria memiliki materi

genetik DNA tersendiri. Fungsi mitokondria adalah sebagai tempat

respirasi (pernafasan) aerob dan penghasil energi. Karena mitokondria

mampu menghasilkan energi, maka disebut dengan "power house of cell"

e. Mikrotubul adalah struktur yang berbentuk silinder, berongga,

tidak bercabang, tidak bermembran yang tersusun atas protein. Fungsi

mikrotubul adalah sebagai pembentuk silia, sentriol, dan benang spindel.

f. Mikrofi lamen disebut juga fi lamen aktin. Ukurannya kecil yang

tersusun atas protein glo bular. Fungsi mikrofi lamen adalah gerakan

kontraksi, aliran sitoplasma, endositosis, eksositosis, dan perubahan

bentuk sel.

g. Ribosom adalah organel sel yang berfungsi sebagai tempat

sintesis protein. Ribosom dapat ditemukan bebas di sitoplasma dan

menempel di retikulum endoplasma.


h. Badan golgi (aparatus golgi) adalah organel sel yang berbentuk

seperti tumpukan membran dengan bagian ujungnya yang menggelembung

akibat tersisi protein dan zat lain yang berasal dari retikulum endoplasma.

Zat tersebut akan diedarkan dalam bentuk kantung (vesikel) dalam proses

sekresi. Fungsi badan golgi selain itu adalah untuk membentuk membran

sel dan juga membentuk lisosom.

i. Lisosom adalah organel sel yang tersusun atas enzim hidrolitik

yang berfungsi untuk proses pencernaan sel, autofagi, dan autolisis.

j. Sentrosom adalah bagian yang berbentuk bulat kecil yang

terletak di salah satu kutub inti sel. Organel ini hanya dijumpai di sel

hewan yang memiliki fungsi sebagai reproduksi sel.

k. Kloroplas adalah organel sel memiliki pigmen warna hijau yang

disebut dengan klorofi

l. Fungsi kloroplas adalah sebagai tempat berlangsungnya proses

fotosintesis. Kumpulan dari kloroplas dikenal dengan plastida. 3. Inti Sel

Terdapat di semua sel kecuali sel darah merah (eritrosit). Inti sel tersusun

atas membran inti yang memiliki pori, cairan di dalam inti sel disebut

nukleoplasma, DNA, RNA, dan anak inti sel (nukleolus). Bagian- bagian

dari inti sel dan fungsinya yaitu: a. Membran (selaput) inti yang memiliki

pori-pori dan berfungsi melindungi inti dan tempat keluar masuknya

substansi inti b. Cairan dalam sel atau nukloplasma yang terdapat DNA,

RNA dan anak inti sel (nukleolus) c. DNA dan RNA merupakan pembawa
sifat keturunan. d. Secara keseluruhan inti sel berfungsi semua aktivitas

sel.

2. Minat Belajar Siswa

a. Pengertian Minat Belajar

Menurut DePoter bahwa “menciptakan minat adalah cara yang sangat

baik untuk memberikan motivasi pada diri untuk mencapai tujuan”.(Bobbi

DePoter & Make Hemacki, 2002: 51). Ahmadi mengemukakan bahwa minat

adalah sikap jiwa seseorang termasuk ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi,

emosi) yang tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang

terkuat. (Abu Ahmad, 2003: 151).

Menurut Guilford minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku

berdasarkan ketertarikannya pada jenis kegiatan tertentu.(Sutjipto, 2001). Dari

beberapa pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa minat 1) dapat

membangkitkan motivasi pada diri seseorang, 2) sikap jiwa seseorang yang

merupakan gabungan dari kognisi (usaha mengenali sesuatu melalui

pengalaman yang dialami), konasi (baik buruknya sesuatu) dan emosi

(perasaan) dan perasaan menjadi unsur dominan, 3) ketertarikan pada pada

jenis kegiatan tertentu. Timbulnya minat pada diri seseorang karena adanya

ketertarikan, berkepentingan dan perhatian pada satu obyek atau kegiatan

disertai dengan perasaan senang, sehingga bila siswa tertarik pada sesuatu
maka ia berusaha (termotivasi) untuk melakukan sesuatu yang diminatinya,

sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Pinttrich & Schunk menyatakan bahwa minat merupakan aspek

penting yang mempengaruhi perhatian, belajar, berfikir dan berprestasi.

(Depdiknas, 2003: 8). Menurut Mahfud Shalahudin “Minat adalah perhatian

yang mengandung unsur-unsur perasaan. Jadi minat adalah suatu sikap yang

menyebabkan seseorang berbuat aktif dalam suatu pekerjaan” (Mahfud

Shalahudin, 1990: 95). Menurut Slameto minat adalah suatu rasa lebih suka

dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat hubungan tersebut, semakin

kuat minat. (Slameto, 2003: 57).

Menurut Winkel “Minat merupakan kecenderungan yang menetap

dalam diri subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa

senang berkecimpung dalam itu” (Winkel, 1999:30). Dari empat pengertian

diatas dapat dijelaskan kembali bahwa minat, 1) mempengaruhi perhatian,

belajar, berfikir dan berprestasi, 2) mengandung unsur-unsur perasaan,3)

cenderung berbuat aktif dalam suatu pekerjaan, 4) penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, 5) menetap dalam diri

subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,


diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda

dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu

yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ

diperoleh kepuasan. Minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari

suatu campuran antara perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau

kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan seseorang kepada

suatu pilihan tertentu. Cita-cita merupakan perwujudan dari minat dalam

hubungan dengan masa depan yang perlu direncanakan oleh seseorang, terkait

dengan menentukan pilihan terhadap pendidikan, pekerjaan, teman hidup, dan

sebagainya.

Nasution mengatakan bahwa minat adalah sesuatu yang penting bagi

seseorang dalam melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek

kejiwaan, minat bukan saja mewarnai perilaku seseorang, tetapi lebih daripada

itu minat mendorong orang untuk melakukan kegiatan dan menyebabkan

seseorang menaruh perhatian dan merelakan diringa untuk terikat pada suatu

kegiatan.(Nasution, 2000: 1). Sax mengemukakan bahwa minat adalah

kesukaan terhadap suatu kegiatan melebihi kegiatan lain. Definisi ini

menekankan dua hal, pertama minat mencakup pemilihan dan urutan terhadap

kegiatan menurut dimensi suka atau tidak suka. Kedua, minat mencakup

kegiatan atau perilaku dilakukan oleh individu. Minat diekpresikan melalui

kata kerja tindakan seperti membaca sebuah buku, memainkan fonograf atau

menanam bunga.(Gilbert Sax, 2000:473).


Dari pendapat Nasution dan Sax, maka minat merupakan sesuatu yang

mewarnai perilaku seseorang dalam melakukan kegiatan dengan baik

senantiasa menaruh perhatian dan merelakan dirinya untuk terikat pada

kegiatan tersebut, kesukaan terhadap suatu kegiatan tersebut akan melebihi

kegiatan lain karena sangat disukai kemudian diekpresikan melalui kata kerja

berupa tindakan.

Menurut Thantawy dalam kamus Bimbingan dan Konseling, minat

merupakan kecenderungan seseorang terhadap sesuatu, kesukaan, kegemaran

atau kesenangan terhadap kegiatan orang, benda atau pengalaman. (Thantawy,

2004:86). Dilanjutkan bahwa ada 4 cara untuk mengetahui minat seseorang,

yaitu: 1). minat yang diekspresikan (expressed interest), 2). minat yang

diwujudkan (manifested interest), 3). minat yang diinventarisasikan

(inventoried interest); minat ini sering diukur melalui test atau inventori, 4).

minat yang berdasarkan test (tested interest); misalnya hasil tes dalam mata

pelajaran tertentu.

Minat adalah sesuatu yang sangat penting dalam kegiatan belajar,

karena dengan adanya minat dalam diri siswa akan membangkitkan atau

mendorong ia menjadi giat belajar dalam mencapai cita-cita yang ia inginkan.

Jadi minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, karena dengan

minat siswa berusaha untuk mengetahui suatu pelajaran dengan cara

mengetahui, mengikuti, dan memahami pelajaran. Proses pembelajaran yang


efektif harus ada minat dan perhatian siswa dalam belajar. Setiap siswa

mempunyai minat dan kebutuhan yang berbeda dengan siswa lain.

Minat merupakan aspek psikologis yang akan mempengaruhi belajar.

Adapun minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan atau

mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Peranan minat dalam

belajar adalah sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang akan

mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang)

kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar.

Menurut psikologi, minat merupakan pola reaksi individu terhadap

sesuatu stimulus atau lingkungan. Dapat pula diartikan minat adalah suatu

kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu terus

menerus.

The Liang Gie mengemukakan arti pentingnya minat dalam kaitannya

dengan studi: 1) minat melahirkan perhatian, 2) minat memudahkan

terciptanya konsentrasi, 3) minat mencegah gangguan perhatian dari luar, 4)

minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan, 5) minat

memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri. (The Liang Gie, 2001:28).

Selanjutnya Djamarah mengemukakan ada 4 cara untuk membangkitkan minat

belajar, yaitu : 1) membangkitkan adanya suatu kebutuhan, 2)

menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, 3) memberi

kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, 4) menggunakan berbagai

macam metode mengajar. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:48).


Guru dalam merencanakan pengajaran hendaknya sudah mengetahui

minat siswa : Planners have to be able to read the power and interests in a

given planning situation; if they do not, they will not be able to tell whose

interests are going to count and how to use their power to negotiate them.

(Arthur L. Wilson and Ronald M. Cervero, 2003: 91).

Minat terjadi dalam kesempatan pertama, yang menimbulkan

keinginan tahuan yang kuat oleh siswa : When teacher use this framework for

instructional planning, school experiences first engage leaner in a topic, just

as the child in our scenario was angaged. Engagement piques curiosity,

driving investigation of the topic. (Martha T. Dever and Deborah E. Hobbs,

2000: 131).

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa minat belajar adalah sesuatu

yang dapat membangkitkan atau mendorong seseorang untuk menjadi giat

belajar dalam mencapai cita-cita yang ia inginkan berusaha untuk mengetahui

suatu pelajaran dengan cara mengetahui, mengikuti, memahami pelajaran,

memusatkan perhatian, belajar lebih giat, dan akhirya mencapai prestasi yang

diinginkan. Minat belajar akan melahirkan perhatian, memudahkan terciptanya

konsentrasi, mencegah gangguan perhatian dari luar, memperkuat melekatnya

bahan pelajaran dalam ingatan, memperkecil kebosanan studi dalam diri

sendiri.

Minat belajar IPA merupakan kondisi psikologis dalam diri manusia

yang dapat membangkitkan gairah siswa dan menyebabkan ia menggunakan


waktu, energi, perhatian, dorongan, kreativitas untuk mencapai cita-cita.

Siswa yang memiliki minat ia akan cenderung berusaha untuk lebih aktif,

berusaha memahami konsep dan prinsip objek yang dipelajari. Seseorang yang

memiliki minat belajar IPA akan memiliki indikator : 1. perhatian, 2.

dorongan, 3. keaktifan, 4. cita-cita.

b. Minat Belajar Tinggi

Siswa yang memiliki Minat belajar tinggi akan cenderung tekun,

ulet, semangat dalam belajar, pantang menyerah dan senang menghadapi

tantangan. Mereka memandang setiap hambatan belajar sebagai tantangan

yang harus mampu diatasi. Anak yang berminat belajar tinggi dalam

belajar umumnya gemar terhadap IPA; sehingga mereka belajar IPA tidak

hanya sekedar memenuhi kewajiban dan tugas dari guru atau tuntutan

kurikulum, tetapi mereka menjadikan belajar IPA sebagai suatu kebutuhan

yang harus dipenuhi. Bagi mereka, ada atau tidak rangsangan dari luar

untuk belajar IPA tidak ada bedanya.

c. Minat Belajar Rendah

Siswa yang memiliki tingkat minat belajar belajar IPA rendah,

umumnya akan malas belajar, cenderung menghindar dari tugas dan

pekerjaan yang berbau IPA. Akan merasa senang jika guru IPA tidak

hadir, dan tidak ada upaya untuk belajar mandiri menambah pengetahuan
baik melalui bertanya pada teman maupun membaca literatur. Jika ada

tugas pekerjaan rumah atau tugas lainnya dikerjakan hanya sekedar untuk

memenuhi dan menggugurkan kewajiban saja, tidak mempedulikan bahwa

tugas tersebut bermakna atau tidak.

Siswa yang memiliki minat belajar rendah dibutuhkan peranan

guru yang tinggi dalam menyemangati belajar IPA. Proses pembelajaran

IPA dengan strategi diduga tepat bagi siswa yang berminat belajar rendah.

Hal tersebut, karena dalam pembelajaran IPA siswa diberi rangsangan

eksternal melalui penggunaan LKS (lembar kerja siswa) dan

pengaplikasian langsung konsep-konsep materi yang sedang dipelajari

pada dunia real.

3. Kemandrian Belajar Siswa

a. Pengertian Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar siswa diperlukan agar mereka

mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan

dirinya, selain itu dalam mengembangkan kemampuan belajar atas

ketentuan sendiri. Sikap-sikap tersebut perlu dimiliki oleh siswa

sebagai peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri dari

kedewasaan orang terpelajar.Oleh sebab itu, individu yang mandiri

adalah yang berani mengambil keputusan dilandasi oleh pemahaman

akan segala konsekuensi dari tindakannya (Asrori, 2006 : 110).


Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang

sangat penting bagi individu. Seseorang dalam menjalani kehidupan

ini tidak terlepas dari cobaan dan tantangan. Individu yang memiliki

kemandirian tinggi relatif mampu menghadapi segala permasalahan

karena individu yang mandiri tidak tergantung pada orang lain,

selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada.

Menurut Mutadin ( 2002: 76) kemandirian adalah suatu sikap

individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan,

individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam

menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu pada

akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dalam

bukunya Prasasti (2004:2) mengemukakan bahwa kemandirian

adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari

atau dengan sedikit bimbingan sesuai dengan tahapan perkembangan

dan kapasitasnya. Adapun ciri-ciri kemandirian (Anti. 1998:117)

adalah mengenal diri sendiri dan lingkungan secara positif, tenang

gambil keputusan untuk diri oleh diri sendiri: mengarahkan diri

sesuai dengan keputusan: mewujudkan secara optimal sesuai dengan

potensi, minat dan kemampuan yang dimilikinya.

Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai aktivitas

belajar dan berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri,

pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar (Dimyati,

1998:5l). Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri


apabila telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan

dengan orang lain. Pada dasarnya kemandirian merupakan

perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi

hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat

melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Pendapat

tersebut diperkuat oleh Kartini dan Dali Mu'tadin (2002:2) yang

mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan

sesuatu bagi diri sendiri. Kemandirian belajar sangat bergantung

pada seberapa jauh seseorang tersebut dapat belajar mandiri. Dalam

belajar mandiri siswa berusaha sendiri terlebih dahulu untuk

mempelajari serta memahami isi pelajaran yang dibaca atau

dilihatnya melalui media pandang dan dengar.

Jika siswa mendapat kesulitan barulah siswa tersebut akan

bertanya atau mendiskusikan dengan teman, guru atau pihak lain

yang sekiranya lebih berkompeten dalam mengatasi kesulitan

tersebut. Siswa yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar

yang dibutuhhkan serta harus mempunyai kretivtitas inisiatif sendiri

dan mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang

diperolehnya.

Menurut pengertian di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa kemandirian belajar adalah suatu aktivitas/kegiatan belajar

yang dilakukan, oleh siswa atas kemauannya sendiri dengan tidak

tergantung pada orang lain, serta mempunyai rasa percaya diri yang
tinggi dalam menyelesaikan tugasnya.

b. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

1) Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

a) Faktor dari diri siswa

Menurut Bemadib (dalam Mu'tadin 2002:1) bahwa siswa yang

memiliki kemandirian belajar mempunyai kecenderungan tingkah

laku/indikator sebagai berikut:

(1) Memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya. Dalam

proses belajar mengajar terjadi interaksi antara siswa dengan guru

maupun siswa dengan siswa yang lainnya. Adanyainteraksi antara

siswa dengan siswa lainnya dapat menyebabkan siswa tersebut

dapatmengetahui tingkatkemampuannya dibandingkan dengan

kemampuan temannya, ia akan termotivasi untuk bersaing dalam

mempelajari suatu pokok bahasan. Setiap siswa yang melibatkan

dirinya dalam suatu persaingan yang sehat dan dapat memenangkan

persaingan tersebut harus berusaha keras untuk membangkitkan

keberanian, semangat juang dan rasa percaya diri yang maksimal.

Aplikasi pada siswa adalah bersaing dalam upaya memahami materi

yang dipelajari dengan memperbanyak sumber literature dari

berbagai media (misalnya perpustakaan, internet, dan lain-lain) serta

mempunyai waktu khusus untuk mempelajari materi tersebut di luar


jam sekolah sehingga siswa dapat mencapai kompetensi dalam

belajar dan memenangkan persaingan tersebut.

(2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah

yang dihadapi. Siswa yang mempunyai inisiatif senantiasa tidak

menunggu orang lain untuk melakukan sesuatu. Iamampu bergerak di

depan dan seringkali menjadi contoh perubahan di dalam

kelompoknya (Riyanto, 2002:17). Kemampuan mengambil keputusan

dari inisiatif dipengaruhi oleh respon siswa terhadap apayang ada dan

terjadi di sekitar untuk dijadikan bahan kajian belajar, inisiatif

sebagai prakasa yang disertai dengan langkah kongkrit selalu

ditunggu kehadirannya pada segala macam kepentingan hidup baik

ditengah masyarakat maupun di sekolah terutama siswa (Nursito,

1999:98). Aplikasi pada siswa adalah mempunyai inisiatif untuk

mempelajari dahulu materisebelum diajarkan oleh guru serta

berinisiatif mengerjakan soal-soal sendiri pada mata pelajaran yang

diterimanya di sekolah dengan memanfaatkan seluruh kemampuan

yang dimilikinya, termasuk dalam memecahkan setiap permasalahan

yangdihadapi di lapangan yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat.

(3) Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Siswa

yang memiliki kepercayaan diri tidak mudah terpengaruh oleh apa

yang dilakukan oleh orang lain (Riyanto, 2002:38). Siswa yang

memiliki kemandirian belajar tinggi cenderung memiliki rasa percaya


diri, yaitu selalu bersikap tenang dalam mengerjakan tugas-tugas

belajar yang diberikan guru dengan memanfaatkan segala potensi

atau kemampuan yang dimiliki dan tidak mudah terpengaruh orang

lain dalam mengerjakan tugas-tugasnya serta tidak mencontek.

(4) Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Siswa yang

bertanggung jawab adalah siswa yang menyadari hak dan

kewajibannya sebagai seorang peserta didik. Tanggung jawab

seorang siswa adalah belajar dan mengerjakan setiap tugas yang

diberikan oleh guru dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, selain

itu siswa yang bertanggung jawab adalah yang dapat

mempertanggung jawabkan proses belajar berupa nilai dan perubahan

tingkah laku.

b) Faktor dari luar siswa

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh

kumulatif selama perkembangan, di mana individu akan terus untuk

bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sehingga

individu pada kahirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri

(Mu'tadin, 2002:1).

1) Lingkungan Keluarga

Kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.

Menurut Slameto (2003:60) lingkungan Keluarga terdiri dari:

a) Cara orang tua mendidik.


Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap

belajar anak dan akhirnya akan membentuk kemandirian belajar pada

anak. Ada orang tua yang mendidik secara diktator militer, demokratis

dan ada keluarga yang acuh tak acuh dengan pendapat setiap anggota

keluarga. Orang tua sebaiknya memberikan kebebasan kepada anak

dalam belajar, biarkan anak belajar sesuai dengan minat dan

kemampuannya. Tetapi walaupun anak diberikan kesempatan, orang

tua hendakanya tetap memberi arahan dan bimbingan pada belajar

anak, sehingga kemandirian belajar anak senantiasa terwujud.

b) Relasi antar anggota keluarga.

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang

tua dengan anaknya. Selain relasi anak dengan saudaranya atau

dengan anggota keluarga yang lain turut menentukan. Demi

kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu adanya relasi yang

baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang

penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan

bila perlu hukuman-hukuman. Sehingga adanya hubungan yang baik

tersebut selanjutnya akan membentuk pribadi siswa yang mandiri

dalam proses belajarnya dan kemandirian belajar siswa dapat

meningkat.

c) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaanekonomi keluarga erat hubungannya dengan kemandirian

belajar siswa. Pada keluarga yang kondisi ekonominya relatif


kurang mampu, menyebabkan orang tua tidak mampu memenuhi

kebutuhan pokok anak, seperti makan, pakaian, perlindungan

kesehatan dan pemenuhan fasilitas belajar. Tak jarang faktor ekonomi

justru bisa menjadi motivator atau pendorong anak untuk berhasil.

Keadaan ekonomi yang berlebihan juga dapat menimbulkan

masalah dalam kemandirian belajar. Pada keluarga yang ekonominya

berlebihan, orang tua cenderung mampu memenuhi segala kebutuhan

anaknya, termasuk fasilitas belajar. Kadang kala kondisi serba

kecukupan tersebut membuat orang tua kurang perhatian pada anak

karena merasa sudah memenuhi semua kebutuhan anaknya, akibatnya

anak menjadi malas untuk belajar dan tingkat kemandirian dalam

belajarnya pun cenderung rendah.

2) Lingkungan Sekolah

Dukungan lingkungan sekolah yang mempengaruhi kemandirian

belajar siswa meliputi guru dan perangkat lain yang ikut berperan penting

dalam proses belajar siswa. Menurut Slameto (2003:64) Lingkungan

sekolah terdiri dari:

a) Kemampuan guru di dalam proses pembelajaran

Kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas dan kreatifitas

guru, di samping kompetensi-kompetensi profesionalnya (Mulyasa,

2003:107).Kemampuan gurudalam mengimplementasikan kurikulum ke

dalam proses pembelajaran dengan cara meningkatkan motivasi dan


kreatifitas belajar siswa yang selanjutnya akan mendorong siswa untuk lebih

aktif dalam proses pembelajaran.

Gibss dalam Mulyasa (2003:106) mengemukakan bahwa peserta didik

akan lebih kreatif jika guru:

1) Mengembangkan rasa percaya diri pada peserta didik mengurangi rasa

takut.

2) Memberi kesempatan kepada seluruh peserta didik berkomunikasi

ilmiah secara bebas dan terarah.

3) Melibatkan peserta didik dalam menentukan tujuan belajar dan

evaluasinya.

4) Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.

5) Melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif dalam proses

pembelajaran secara keseluruhan.

Sedangkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, Mulyasa

(2003:114) mengemukakan bahwa beberapa prinsip yang harus diperhatikan

oleh guru antara lain:

1) Peserta didik akan belajar giat apabila topik yang dipelajarinya

menarik.

2) Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan

diinformasikan kepada peserta didik sehingga mereka mengetahui

tujuan belajar.

3) Peserta didik harus diberitahu hasil belajarnya.

4) Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun


sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.

5) Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik,

misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang, dan sikap terhadap

sekolah atau obyek tertentu.

6) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan

memperhatikan kondisi fisik, mengatur pengalaman belajarnya, serta

mengarahkan pengalaman belajar ke arah keberhasilan, sehingga

mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan.

b) Ketersediaan sarana dan prasarana sebagai media dan sumber belajar

Pengelolaan sarana dan prasarana belajar sudah sewajarnya

dilakukan oleh sekolah mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan

perbaikan hingga sampai pengembangan (Mulyasa, 2003:184).

Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran digunakan

buku teks, sarana dan media belajar sebagai sumber belajar sesuai

dengantujuan dan kompetensi yang ingin dicapai dalam kurikulum.

Peserta didik dapat menggunakan buku teks yang disediakan sekolah

baik buku pemerintah maupun buku teks yang diterbitkan oleh penerbit

non pemerintah (Mulyasa. 2003:160).

Kemampuan sekolah dalam menyediakan dan mengelola sarana

dan prasarana secara professional akan berperan positif terhadap proses

pembelajaran, karena siswa dapat memanfaatkannya sebagai media dan

sumber belajar siswa.


c) Hubungan yang harmonis antar anggota sekolah

Sekolah yang efektif umumnya memiliki komunitas yang baik,

terutama antar warga sekolah, sehingga kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh masing-masing warga sekolah dapat diketahui (Mulyasa,

2003 :135). Hubungan harmonis antar anggota sekolah di lingkungannya,

hubungan antar guru dan siswa, siswa dengan siswa antar anggota

sekolah lainnya.

Dari uraian teori di atas, maka dapat disimpulan bahwa kemandirian belajar

dalam penelitian ini adalah keadaan seseorang yang dapat melakukan

sendiri tanpa tergantung kepada orang lain dalam melakukan kegiatan

belajar. Dengan kata lain kegiatan belajar yang dilakukan seseorang tanpa

dibantu atau dibimbing oleh orang lain, melainkan secara sadar dengan

sendiri melakukan perencanaan, penjadwalan dan aktivitas belajar secara

mandiri. Sehingga dipandang penting sebagai persepsi atau penelitian

seseorang terhadap dirinya sendiri yang ditandai dengan indikator : (1)

Hasrat berkompetisi (2) Kemampuan mengambil keputusan (3) Memiliki

kemampuan inisiatif (4) Percaya Diri (5) Bertanggung jawab pada tugas (6)

Bersikap ulet dan tekun dan (7) Kemampuan mengatasi masalah.

B. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh minat belajar dan kemandirian belajar dan

terhadap kemampuan berpikir kreatif IPA siswa


Minat merupakan aspek psikologis yang akan

mempengaruhi belajar. Adapun minat yang dapat menunjang

belajar adalah minat kepada bahan atau mata pelajaran dan kepada

guru yang mengajarnya. Peranan minat dalam belajar adalah

sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang akan

mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya

senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun

belajar.

Kemandirian belajar sangat bergantung pada seberapa jauh

seseorang tersebut dapat belajar mandiri. Dalam belajar mandiri

siswa berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mempelajari serta

memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media

pandang dan dengar.

Jika siswa mendapat kesulitan barulah siswa tersebut akan

bertanya atau mendiskusikan dengan teman, guru atau pihak lain

yang sekiranya lebih berkompeten dalam mengatasi kesulitan

tersebut. Siswa yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar

yang dibutuhhkan serta harus mempunyai kretivtitas inisiatif sendiri

dan mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang

diperolehnya.
Dari uraian di atas, diduga terdapat pengaruh antara minat

belajar dan kemandirian belajar untuk mendorong siswa dan

melatih kemampuan berpikir kreatif IPA siswa.

2. Pengaruh minat belajar terhadap kemampuan berpikir kreatif

IPA siswa

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang

diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai

dengan rasa senang dan dari situ diperoleh kepuasan.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah

untuk membantu peserta didik untuk melihat bagaimana hubungan

antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya

sebagai suatu individu.

Proses ini berarti menunjukkan pada peserta didik

bagaimana pengetahuan dan kecakapan tertentu mempengaruhi

dirinya, melayani tujuan-tujuannya dan meluaskan kebutuhan-

kebutuhannya. Bila peserta didik menyadari bahwa belajar

merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang

dianggap penting, dan apabila peserta didik melihat hasil dari

pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya,

kemungkinan besar peserta didik akan berminat untuk

mempelajarinya.
Maka diduga terdapat pengaruh positif antara minat belajar

IPA terhadap kemampuan berpikir kreatif IPA siswa, karena siswa

yang memiliki minat belajar tinggi cenderung akan lebih

mengeksplorasi pelajaran yang ia senangi.

3. Pengaruh kemandirian belajar terhadap kemampuan berpikir

kreatif IPA siswa

Kemandirian belajar sangat bergantung pada seberapa jauh

seseorang tersebut dapat belajar mandiri. Dalam belajar mandiri

siswa berusaha sendiri terlebih dahulu untuk mempelajari serta

memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya melalui media

pandang dan dengar. Jika siswa mendapat kesulitan barulah siswa

tersebut akan bertanya atau mendiskusikan dengan teman, guru

atau pihak lain yang sekiranya lebih berkompeten dalam mengatasi

kesulitan tersebut.

Siswa yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar

yang dibutuhkan serta harus mempunyai kreativitas inisiatif sendiri

dan mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang

diperolehnya. Kemandirian belajar pada siswa yang meliputi

perasaan senang terhadap IPA, kesediaan untuk mempelajari,dan

kesadaran terhadap manfaat pelajaran IPA.

Maka diduga terdapat pengaruh positif antara kemandirian

belajar terhadap kemampuan berpikir kreatif IPA. Dengan kata


lain, kemampuan berpikir kreatif IPA akan tinggi jika seseorang

memiliki kemandirian belajar yang baik dan sebaliknya,

kemampuan berpikir kreatif IPA akan rendah jika seseorang

memiliki kemandirian belajar yang kurang.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

penelitian ini dapat diajukan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh signifikan minat belajar dan kemandirian

belajar terhadap kemampuan berpikir kreatif IPA siswa.

2. Terdapat pengaruh minat belajar terhadap kemampuan berpikir

kreatif IPA siswa.

3. Terdapat pengaruh kemandirian belajar terhadap kemampuan

berpikir kreatif IPA siswa.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MTs Ar Rofi’i Jakarta Selatan. Pemilihan

lokasi sekolah ini karena letaknya yang strategis aman, nyaman, konduktif

menjadikan MTs Ar Rofi’i menjadi pilihan bagi masyarakat dan memiliki

kesesuaian serta kemudahan bagi peneliti untuk melakukan penelitian di

sekolah tersebut

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian di perkirakan akan menggunakan waktu sekitar 4

bulan dari bulan Februari sampai dengan Mei 2021, mulai dari penentuan

masalah, penyusunan proposal menyelesaikan laporan tesis. Perkiraan

jadwal penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Bulan/ Minggu ke

No Jenis Kegiatan Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penentuan

1 masalah /

judul

Survey
2
Pendahuluan
Menyusun

3 Proposal

Penelitian
Bulan/ Minggu ke

No Jenis Kegiatan Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Menyusun
4
Instrumen

Uji Coba
6
Instrumen

Pengumpulan
7
data

Mengolah
8
Data

Penyusunan
9
Laporan

10 Sidang Tesis

B. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode survey, dengan analisis regresi

berganda di kelas VII MTs Ar Rofi’i Jakarta Selatan. Perlakuan terhadap

variable yang diteliti yaitu minat belajar (X1), kemandirian belajar (X2), dan
kemampuan berpikir kreatif IPA (Y). Data dikumpulkan menggunakan

kuesioner berupa angket, dengan alat tersebut diperoleh data yang sesuai

dengan tema penelitian. Data penelitian dikumpulkan menggunakan kuesioner

(angket) yang dikembangkan oleh peneliti dan diberikan kepada sampel dari

populasi. Metode penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar

variable, yaitu variable minat belajar (X1), kemandirian belajar (X2), dan

kemampuan berpikir kreatif IPA siswa (Y).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian digunakan untuk mempermudah memahami

konsep penelitian yang dilakukam dan untuk memberikan gambaran yang

jelas. Desain pada penelitian ini merupakan penelitian faktorial 2x2 yang

dinyatakan sebagai berikut :

Tabel 3.2. Desain Penelitian

Minat Kemandirian Belajar (B) ∑A

(A) Tinggi Rendah (B2)

(B1)

Tinggi Y1A1B1 Y2A1B2 ∑A1

( A1)
Rendah Y1A2B1 Y2A2B2 ∑A2

(A2)

∑B ∑B1 ∑B2 ∑T

Keterangan:

A = Minat belajar

A1 = Tinggi

A2 = Rendah

B = Kemandirian Belajar

B1= Tinggi

B2 = Rendah

Y = Kemampuan Berpikir Kreatif IPA Siswa

Y1A1B1 = Kemampuan berpikir kreatif IPA siswa yang memiliki

minat belajar tinggi dan kemandirian belajar tinggi

Y1A1B2 = Kemampuan berpikir kreatif IPA siswa yang memiliki

minat belajar tinggi dan kemandirian belajar rendah


Y1A2B1 = Kemampuan berpikir kreatif IPA siswa yang memiliki

minat belajar rendah dan kemandirian belajar tinggi

Y1A2B2 = Kemampuan berpikir kreatif IPA siswa yang memiliki

minat belajar rendah dan kemandirian belajar rendah

X1
Y

X2

Gambar 3.1. Konstalasi Antar Variabel

Keterangan

XI = Minat Belajar Belajar

X2 = Kemandirian Belajar
Y = Kemampuan Berpikir Kreatif IPA Siswa

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2016:135) populasi adalah wilayah generalisasi

objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penentuan

populasi merupakan tahapan penting dalam penelitian. Populasi dapat

memberikan informasi atau data yang berguna bagi suatu penelitian.

Populasi target disebut pula populasi teoritik, yaitu keseluruhan subjek

penelitian secara teori yang banyaknya tidak terjangkau/terbilang. Oleh

karenanya, yang menjadi populasi target dari penelitian adalah seluruh siswa

Kelas VII MTs Ar Rofi’i Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2020/2021.

Populasi terjangkau yaitu populasi atau keseluruhan subjek penelitian

yang banyaknya terjangkau/terbilang. Populasi terjangkau dalarn penelitian ini

adalah seluruh siswa Kelas VII MTs Ar Rofi’i Jakarta Selatan yang terdaftar

pada tahun pelajaran 2020/2021 sebanyak 84 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari sejumlah populasi.

(Sudjana, 2004), sampel merupakan penarikan sebagian subjek yang ada

pada populasi. Penggunaan sampel dilakukan karena peneliti memiliki


keterbatasan dalam melakukan penelitian baik dari segi waktu, tenaga,

dana dan jumlah populasi yang sangat banyak. Maka peneliti harus

mengambil sampel yang benar-benar representatif (dapat mewakili).

Besarnya sampel yang diambil dari populasi peneliti menggunakan

rumus yang dikemukakan oleh Slovin dalam Mustafa (2010:90) dengan

tingkat kepercayaan 90% dengan nilai e=10% adalah sebagai berikut:

N
Rumus : n= 2
1+ N e

Dimana :

n = Jumlah sampel

N= Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang

ditolelir sebesar 10%

Berdasarkan rumus tersebut didapatkan hasil sampel yang

digunakan adalah 46 siswa dari siswa kelas VII MTs Ar Rofi’i Jakarta

Selatan.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan


sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Darmawan, 2014 : 144).

Dari populasi 84 siswa Kelas VII MTs Ar Rofi’i Jakarta Selatan yang

dipilih sampel yang dianggap mampu mewakili masing-masing kelompok,

selanjutnya ditetapkan siswa yang akan ditetapkan sebagai responden

penelitian.

a. Teknik Sampling Penelitian

Teknik sampling adalah pengambilan sampel dimana setiap anggota

populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi anggota

sampel. Penelitian ini menggunakan teknik Proporsional Cluster

Random Sampling, dimana jumlah sampel dari setiap kelas diambil

secara proporsional berdasarkan perbandingan jumlah peserta didik

setiap kelas terhadap jumlah populasi keseluruhan. Pemilihan teknik

sampling ini dilakukan karena sumber data cukup banyak. Berdasarkan

perhitungan rumus, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 58 siswa.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas 1 (X1) yaitu minat belajar siswa yang dibedakan atas

minat belajar tinggi dan minat belajar rendah.


b. Variabel bebas 2 (X2): yaitu kemandirian belajar siswa yang

dibedakan atas kemandirian belajar tinggi dan kemandirian belajar

rendah.

c. Variabel terikat, dalam hal ini sebagai variabel kriterium (Y), yaitu

kemampuan berpikir kreatif IPA siswa.

2. Sumber Data

Data Penelitian ini diperoleh dari :

Tabel 3.2. Sumber Data

Variabel Penelitian Sumber Data

Minat Belajar Siswa Siswa

Kemandirian Belajar Siswa Siswa

Kemampuan Berpikir Kreatif IPA Siswa Siswa

3. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara :

Tabel 3.3. Pengumpulan Data

Variabel Penelitian Teknik Tipe Data

Pengumpulan Data

Minat Belajar Siswa Angket Interval


Kemandirian Belajar Siswa Angket Interval

Kemampuan Berpikir Kreatif IPA Siswa Nilai Ulangan Harian Interval

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian tes

pemahaman belajar dalam bentuk pilihan ganda yang terdiri dari lima pilihan

jawaban dan pemberian angket untuk mendapatkan data minat belajar dan

kemandirian belajar yang terdiri dari lima pilihan jawaban. Sebagai sarana

pengumpul data, instrumen yang digunakan perlu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas untuk melihat kelayakan angket dan soal.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif IPA Siswa

a. Definisi Konseptual Kemampuan Berpikir Kreatif IPA Siswa

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir untuk

menghasilkan ide atau suatu cara baru dalam menghasilkan suatu buah

pemikiran yang berbeda namun memiliki ketepatan yang tinggi

b. Definisi Operasional Kemampuan Berpikir Kreatif IPA Siswa

Kemampuan berpikir kreatif IPA adalah skor kemampuan

belajar IPA siswa kelas VII MTs Ar Rofi’i Jakarta Selatan yang
diukur dengan tes IPA bentuk pilihan ganda dengan 4 option jawaban

sebanyak 30 butir soal, untuk pokok bahasan saraf: fungsi sel saraf,

macam macam sel saraf, struktur sel saraf, peghantaran rangsangan

gerak sadar dan gerak refleks, serta kelainan pada sel saraf. Untuk

setiap responden yang menjawab benar atau salah butir soal diberi

skor 1 dan yang menjawab salah diberi skor 0. Dengan demikian skor

terendah siswa adalah 0 dan skor maksimum adalah 30.

c. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif IPA Siswa

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data kemampaun

berpikir kreatif IPA siswa dalam bentuk pilihan ganda yang

didasarkan pada materi yang telah disampaikan oleh guru bidang

studi, soal disusun sedemikian rupa sehingga mampu mewakili

berbagai karateristik dan aspek kognitif yang meiliputi tingkat

pengetahuan analisis (C4), materi IPA yang digunakan sebagai uji

coba yaitu materi IPA kelas XI IPA semester Genap. Dibawah ini

dikemukakan tabel kisi-kisi instrumen kemampuan berpikir kreatif

IPA menjadi sampel penelitian :

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif IPA

Materi Indikator Pencapaian Indi


Kompetensi Level Jmh
kato

r
Kogn
berp Soal
Dasar itif
ikir

kreat

if

1. Menyebutkan tingkatan C4 Flex 5

hierarki kehidupan ibilit

y
Mengidentifi
2. Menjelaskan tentang C4 Flex 5
kasi system
sistem ibilit
organisasi
y
kehidupan

tingkat sel Sistem 3. Menjelaskan pengertian C4 Orisi 5

hingga Organisasi organ nalit

organisme Kehidupan y

dan
4. Membedakan antara C4 Elab 5
komposisi
jaringan, organ dan orati
utama
system organ on
penyusun sel
5. Konsep system organ dan C4 Elab 5

organisme orati

on
d. Validitas Instrumen Kemampuan Berpikir kreatif IPA Siswa

Sebelum digunakan untuk menjaring data penelitian atau digunakan

pada subjek penelitian, instrumen kemampuan berpikir kreatif IPA perlu

dikalibrasi agar diketahui tingkat kehandalan instrumen. Untuk maksud ini,

maka dilakukan uji coba instrumen tes pada siswa kelas VII MTs Ar Rofi’i

Jakarta Selatan yang tidak dijadikan kelas sampel penelitian. Dalam rangka

uji coba instrumen tes ini, akan dilakukan peninjauan terhadap: tingkat

kesukaran butir soal, validitas soal dan reliabilitas tes.

1) Validitas butir Soal

Pengujian validitas butir soal menggunakan rumus korelaisi

point biserial. Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 75-79)) rumus

validitas yang digunakan yaitu korelasi Point Biseria (rpb) atau :

r bis =
sl √
x i−x l p i
qi

Keterangan :

rbls = koefisien korelasi biserial

Xl = rata-rata sor total responden yang menjawab benar butir i

Xi = rata-rata skor total seluruh responden


st = standar devisi skor total

Pi = proporsi responden menjawab benar untuk butir i

qi = 1 – pi (proporsi jawaban salah butir i)

Untuk menentukan suatu soal valid atau tidak, selanjutnya

koefisien rbls = rhitung tersebut diinterpretasikan dengan kriteria

seperti yang dikemukakan oleh Sumarna Suryapranata, yaitu: soal

valid jika nilai rhitung lebih besar dari atau sama dengan 0,3 (r hitung ≥

0,3), dan tidak valid jika nilai rhitung lebih kecil dari 0,3 (rhitung <

0,3). ( Sumarna Surapranata, 2004:64)

2) Reliabilitas Instrumen Tes

Untuk pengujian reliabilitas tes digunakan reliabilitas

internal consistency dengan rumus KR-20. Menurut Arikunto

rumus Reliabilitas Instrumen Kuder Richardson (KR - 20) yaitu:

(Sumarna Surapranata, 2004:64)

r 11 =
k
k−1{1−
∑ pq
S2
1
}
Keterangan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

k = jumlah butir soal


p = proporsi subjek yang menjawab benar suatu butir soal

q = proporsi subjek yarg menjawab salah suatu butir soal

(q=1-p)

∑ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

St2 = varians skor total

Untuk menentukan reliabilitas perangkat soal tersebut

digunakan taraf signifikasi 5% pada uji satu pihak dan df (derajat

kepercayaan) = n – 2. Perangkat soal dikatakan reliable jika r hitung>

rtabel, α = 5%, n = jumlah anggota sampel.

2. Instrumen Minat Belajar Siswa

a. Definisi Konseptual Minat Belajar Siswa

M Minat merupakan kondisi psikologis dalam diri manusia

yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Minat belajar

adalah sesuatu yang dapat membangkitkan gairah siswa dan

menyebabkan ia menggunakan waktu, energi, perhatian, dorongan,

kreatifitas dan cita-cita untuk kesukaannya terhadap belajar IPA.

Siswa yang memiliki minat ia akan cendrung berusaha untuk lebih

aktif, berusaha memahami konsep dan prinsip objek yang dipelajari.

b. Definisi Operasional Minat Belajar Siswa


Minat belajar IPA dalam penelitian ini adalah skor yang

diperoleh siswa terhadap aktivitas belajar IPA yang diukur dengan

menggunakan tes minat terhadap IPA dengan indikator: (1) perhatian,

(2) dorongan. (3) keaktifan, dan (4) cita-cita. Skor yang diperoleh

siswa 'terhadap aktivitas belajar IPA yang diukur dengan tes minat

terhadap IPA sebanyak 40 butir pernyataan menggunakan skala Likert

dengan 5 alternatif jawaban yang diberi skor 1-5. Butir pernyataan itu

terdiri dari 21 pernyataan positif dan 19 pernyataan negatif. Untuk

pernyataan positif diberi skor lima sampai dengan satu, sebaliknya

pernyataan negatif diberi skor satu sampai lima.

c. Kisi-Kisi Instrumen Minat Belajar

Tabel 3.8. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar

Nomor Pernyataan
Indikator Aspek Jmh
Positif Negafif

1. Perhatian 1. Rasa ingin tahu 1,4, 2,15 4

2. Mengerjakan tucas 8,9 2

3. Menyiapkan buku pelajaran 6 40 2


4. Mencapai nilai yang baik 44 19 2

2. Dorongan 1. Menjadi lebih baik dari yang lain 17, 16, 28 3

2. Memperoleh kemajuan 13,24 14, 21 4

3. Kebermanfaatan 3,32 12 3

4. Memperkaya pengetahuan 7, 43, 2

5. Berusaha sungguh-sungguh 20, 10, 42 4

3. Keaktivan 1. Menekuni pelajaran IPA 35 27 2

2. Menggunakan waktu belajar 29, 33, 2

3. Monggunakan unrig uriluk belajar 20, 31, 2

4. Menggunakan energi dalam 36, 38, 34, 37, 6

belajar (terlibat aktif dalam 40, 39,

praktikum)

4. Cita-cita 1. Ingin rnenjadi ahli 18,22 30 3

2. Memperoleh pekerjaan 25 23 2

Jumlah Soal 21 19 40

d. Validitas Instrumen Minat Belajar Siswa


Sebelum digunakan untuk menjaring data penelitin atau

digunakan pada subjek penelitian, instrument data minat belajar perlu

dikalibrasi agar diketahui tingkat keandalan instrument. Untuk maksud

ini maka dilakukan uji coba instrument data minat belajar siswa pada

siswa kelas VII MTs Ar Rofi’I Jakarta Selatan.

Dalam rangka uji coba data intelegensi siswa ini, akan dilakukan

peninjauan terhadap: validitas butir data dan reliabilitas data.

1) Validitas Butir Data

Pengujian validitas butir data menggunakan, rumus korelasi

product moment sebagai berikut :

n . ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√( n .∑ X −( ∑ ) (n .∑ Y −( ∑ Y ) )
2 2 2 2

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

n = Jumlah responden

X = Skor butir data yang dihitung validitasnya

Y = Skor total

Dalam interpretasi untuk menentukan butir data valid atau

tidak, selanjutnya nilai rhitung di atas dikonsultasikan dengan nilai

ttabel pada α = 5% dengan ketentuan: butir data dikatakan valid jika


nilai rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel) dan tidak valid jika

nilai rhitung lebih kecil dari r,tabel (rhitung < rtabel).

Uji validitas untuk mengetahui seberapa tepat alat ukur

mampu mengukur objek yang akan diteliti. Nilai rxy yang diperoleh

dari perhitungan selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel

product moment.

2) Reliabilitas Data

Untuk pengujian reliabilitas data intelegensi belajar

digunakan reliabilitas internal consistency dengan rumus-rumus

koefisien alpha seperti yang dikemukakan oleh Surapranata, yaitu:

(Sumarna Surapranata, Op-Cit, hal. 114)

{ ∑
}
s
k 12
r 11= 1−
k−1 s
12

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen secara keseluruhan

k = jumlah butir data

S2
1 = jumlah varians dari skor tiap butir data

S2
1 = varian dari skor total

3. Instrumen Kemandirian Belajar Siswa


a. Definisi Konseptual Kemandirian Belajar Siswa

Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh

kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan

orang lain serta mampu mempertanggujawabkan tindakannya. Siswa

dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila ia telah mampu

melakukan tugas tanpa ketergantungan dengan orang lain yang ditandai

dengan indikator sebagai berikut: hasrat berkompetisi, kemampuan

mengambil keputusan, inisiatif, percaya diri, bertanggung jawab pada

tugas, bersikap ulet dan tekun, dan kemampuan mengatasi masalah

b. Definisi Operasional Kemandirian Belajar Siswa

C. Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang didorong oleh kemauan

sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang

lain, melainkan dengan kesadaran, inisiatif dan kemauan sendiri yang

ditunjukkan oleh skor total siswa melalui pengukuran terhadap indikator,

yang diperoleh melalui instrument skala penilaian dengan skala Likers

menggunakan 5 kategori yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, jarang,dan

tidak pernah.Skor tiap butir pernyataan tersebut selanjutnya dijumlahkan

menjadi skor total.

c. Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Belajar

Tabel 3.9. Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Belajar


Variabel Indikator Pernyataan Jumlah

Positif Negatif + - Σ

1. Hasrat Berkompetisi 1,2,3 4,5,6 3 3 6

2. Kemampuan Mengambil 7,8 9,10 2 2 4

Keputusan

3. Inisiatif 11,12,13 14,15,16 3 3 6

4. Percaya diri 17,18,19 20.21.22 3 3 6


Kemandirian
5. Bertanggung jawab pada 23,24,25 26,27,28 3 3 6
Belajar
tugas

6. Bersikap ulet dan tekun 29,30,31 32,33, 3 2 7

7. Kemampuan mengatasi 34,35 36,37,38 2 3 5

masalah

Jumlah Pernyataan 19 19 38

d. Validitas Instrumen Kemandirian Belajar Siswa

Sebelum digunakan untuk menjaring data penelitian atau

digunakan pada subjek penelitian, instrument data minat belajar perlu

dikalibrasi agar diketahui tingkat keandalan instrument. Untuk maksud

ini maka dilakukan uji coba instrument data minat belajar siswa pada

siswa kelas VII MTs Ar Rofi’I Jakarta Selatan.


Dalam rangka uji coba data intelegensi siswa ini, akan dilakukan

peninjauan terhadap: validitas butir data dan reliabilitas data.

3) Validitas Butir Data

Pengujian validitas butir data menggunakan, rumus korelasi

product moment sebagai berikut :

n . ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy=
(√ n . ∑ X 2−( ∑ )2(n . ∑ Y 2−( ∑ Y )2)
Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

n = Jumlah responden

X = Skor butir data yang dihitung validitasnya

Y = Skor total

Dalam interpretasi untuk menentukan butir data valid atau

tidak, selanjutnya nilai rhitung di atas dikonsultasikan dengan nilai

ttabel pada α = 5% dengan ketentuan: butir data dikatakan valid jika

nilai rhitung lebih besar dari rtabel (rhitung > rtabel) dan tidak valid jika

nilai rhitung lebih kecil dari r,tabel (rhitung < rtabel).

Uji validitas untuk mengetahui seberapa tepat alat ukur

mampu mengukur objek yang akan diteliti. Nilai rxy yang diperoleh
dari perhitungan selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel

product moment.

4) Reliabilitas Data

Untuk pengujian reliabilitas data intelegensi belajar

digunakan reliabilitas internal consistency dengan rumus-rumus

koefisien alpha seperti yang dikemukakan oleh Surapranata, yaitu:

(Sumarna Surapranata, Op-Cit, hal. 114)

{ ∑
}
s
k 12
r 11= 1−
k−1 s
12

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen secara keseluruhan

k = jumlah butir data

S2
1 = jumlah varians dari skor tiap butir data

S2
1 = varian dari skor total

e. Teknik Analisis Data

Setelah diyakini bahwa instrumen tes, baik bentuk soal PG tes berpikir

kreatif IPA siswa maupun penilaian skala untuk mengukur minat belajar dan

kemandirian belajar. Minat belajar dan kemandirian belajar telah memiliki

kelayakan dan kehandalan sesuai dengan harapan, selanjutnya instrumen tersebut


diisi oleh responden yang kemudian jawaban dari responden tersebut dianalisis

melalui teknik analisis data menggunakan kaidah statistik. Teknik analisis data

dibagi dalam dua kategori diantaranya teknik Analisis Statistik Deskriptif dan

teknik Analisis Inferensial.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Dalam analisis deskriptif data yang diperoleh disajikan dalam bentuk

table distribusi maupun histogram, yang hubungannya meliputi: Rata-rata,

Median, Modus, Simpangan baku yaitu sebagai berikut:

x
Rata-rata =Σ
n

n
p −f
Median =b+ 2
Fme

b+ pb
Modus =
b 1+ b 2


2
n ∑ 2−( ∑ x)
simpangan baku = x
n (n−1)

2. Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil

pengumpulan berdistribusi normal atau tidak. Hal ini akan berpengaruh


pada proses lanjutan analisis statistik, jika data berdistribusi normal, maka

analisis dilanjutkan menggunakan statistik parametrik, sedangkan jika data

tidak berdistribusi normal, maka analisis dilanjutkan menggunakan

statistik non parametrik. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov dalam program

aplikasi komputer untuk statistik, yaitu SPSS. Hasil perhitungan dan

pengujian dengan SPSS ditunjukkan oleh tabel Tests of Normality pada

kolom Sig untuk pengujian teknik Kolmogorov Smirnov Kriterian

kenormalannya adalah adalah jika nilai sig KS > 0,05 maka data tersebut

dikatakan berdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Pengujian linieritas garis regresi dalam penelitian ini digunakan Uji

F, rumusnya adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996:327) :

JK (TC )
2
STC k−2
F= 2 =
SE JK ( E)
n−k

Dalam prakteknya, akan digunakan bantuan program SPSSuntuk

menghitung uji linieritas, yaitu dengan melihat besarnya nilai koefisien sig

pada Deviation from Liniearity.

Kriteria pengujian linieritasnya adalah sebagai berikut:

jika sig>0,05 maka garis regresi tersebut linier dan,

jika sig ≤ 0,05 maka garis regresi tersebut tidak linier


c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan

yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variable bebas

yang menjelaskan model regresi. Model regresi yang baik adalah

seharusnya tidak terjadi korelasi antara variable bebas. Untuk melihat

adanya gejala multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya VIF (varians

inflation factor) dan tolerance. Pedoman suatu model regresi yang bebas

multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan

memiliki toleransi mendekati 1.

3. Uji Hipotesis Penelitian (Analisis Inferensial)

Setelah keseluruhan uji persyaratan analisis data dipenuhi dan

diketahui data layak untuk diolah lebih lanjut, maka langkah berikutnya

adalah menguji masing-masing hipotesis yang telah diajukan. Pengujian

hipotesis menggunakan teknik korelasi partial dan korelasi ganda, serta

regresi linier sederhana dan regresi linier ganda.

Dalam prakteknya, untuk perhitungan dan pengujian korelasi dan

regresi baik partial maupun ganda akan digunakan bantuan program SPSS.

Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Analisis Korelasi

1) Perhitungan dan Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Partial


Hasil perhitungan koefisien korelasi partial bisa dilihat

dari output program SPSS melalui analisis korelasi yakni pada

tabel Correlations. Signifikasi dari koefisien korelasi tersebut

dinyatakan oleh keterangan yang ada di bawah tabel tersebut,

yaitu :

 untuk tanda ** (dua bintang) maka koefisien korelasi tersebut

signifikan pada taraf nyata 1%

 untuk tanda * (satu bintang) maka koefisien korelasi tersebut

signifikan pada taraf nyata 5%, berarti tidak signifikan pada

taraf nyata 1%

 untuk yang tidak ada tanda bintangnya maka koefisien korelasi

tersebut tidak signifikan

2) Perhitungan dan Pengujian Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda

Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda bisa dilihat

dari output program SPSS melalui analisis regresi yakni pada

tabel Model Summaryb. Signifikasi dari koefisien korelasi

tersebut diuji secara manual atau dengan bantuan komputer

melalui program aplikasi Microsoft Excel. Adapun rumus

pengujiannya adalah :
R2
k
F=
1− R 2
n −k −1

dimana : R = Ry.12 yaitu koefisien korelasi ganda


n adalah banyaknya anggota sampel

k adalah banyaknya variabel bebas

b. Analisis Regresi

1) Perhitungan Persamaan Garis Regresi

Hasil perhitungan garis regresi bisa dilihat dari output

program SPSS melalui analisis regresi yakni pada tabel

Coefficientsa. Koefisien-koefisien persamaan garis regresi

ditunjukkan oleh bilangan-bilangan yang ada pada kolom B untuk

Unstandardized Coefficients.
Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Model Coefficients Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) ao

1 X1 a1

X2 A2

a. Dependent Variable: Y

Dari tabel di atas maka persamaan regresinya adalah

Y^ = a 0 + a 1 x1 + a2 x 2

2) Pengujian Signifikansi Regresi

a) Untuk Regresi Partial

Untuk pengujian signifikansi regresi partial dilakukan dengan

memperhatikan nilai pada kolom t atau kolom Sig pada tabel

Coeficients. Untuk regresi partial pengaruh X1 terhadap Y digunakan

baris nilai t dan Sig pada baris Variabel X1, sedangkan untuk regresi

partial pengaruh X2 terhadap Y digunakan baris nilai t dan Sig pada

baris Variabel X2.

 Jika digunakan Kolom Sig, maka kriteria signifikansinya adalah :


“jika Sig < 0,05 maka regresi tersebut signifikan”

 Jika digunakan Kolom t, maka kriteria signifikansinya adalah :

“jika thitung> ttabel maka regresi tersebut signifikan”

ttabel dipilih sesuai dengan ketentuan pengujian statistik pada distribusi

t, yaitu taraf nyata α dan dk = n – 2, dimana n adalah banyaknya

anggota sampel.

b) Untuk Regresi Ganda

Hasil pengujian signifikansi regresi ganda bisa dilihat dari output

program SPSS melalui analisis regresi yakni pada tabel ANOVAb

kolom F atau Sig.

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression

Residual

Total

a. Predictors: (Constant), X1, X2

b. Dependent Variable: Y

Kriteria signifikansinya adalah :

 Jika digunakan Kolom Sig, maka kriteria signifikansinya adalah :


“jika Sig < 0,05 maka garis regresi tersebut signifikan”

 Jika digunakan Kolom F, maka kriteria signifikansinya adalah :

“jika Fhitung> Ftabel maka garis regresi tersebut signifikan”

Ftabel dipilih sesuai dengan ketentuan pengujian statistik pada distribusi

F, yaitu pada taraf nyata α derajat (dk) pembilang = k dan derajat (dk)

penyebut = n – k – 1, dimana n adalah banyaknya anggota sampel dan

k adalah banyaknya variabel bebas.

f. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis 1

H 0 : 1 = 2 = 0  Tidak terdapat pengaruh minat belajar dan

kemandirian belajar terhadap kemampuan

berpikir kreatif IPA siswa.

H1 : 1 ≠ 0 dan 2 ≠ 0  Terdapat pengaruh minat belajar dan

kemandirian belajar terhadap kemampuan

berpikir kreatif IPA siswa.

2. Hipotesis 2

H0: 1 = 0  Tidak terdapat pengaruh minat belajar

terhadap kemampuan berpikir kreatif IPA

siswa.
H1: 1 ≠ 0  Terdapat pengaruh minat belajar terhadap

kemampuan berpikir kreatif IPA siswa.

3. Hipotesis 3

H0: 2 = 0  Tidak terdapat pengaruh kemandirian

belajar terhadap kemampuan berpikir

kreatif IPA siswa.

H1 : 2 ≠ 0  Terdapat pengaruh kemandirian belajar

terhadap kemampuan berpikir kreatif IPA siswa

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

_______________. 2002. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

_______________. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi

Akasara.

_______________. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.


Armstrong, Thomas. 2002.Setiap Anak Cerdas. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Pustaka Umum.

_______________. 2002.Cerdaskan Otak Anak di Usia Emas (0-5 Tahun).

Yogyakarta: Galang Press

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2006.Psikologi Remaja Perkembangan

Peserta Didik.Jakarta : PT. Bumi Aksara

Basuki Abdulwahab, Wisnijati. 2013.Statistika Parametrik dan Non Parametrik

untuk Penelitian. Jakarta : FT-UNJ.

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3.

Jakarta: Balai Pustaka.

Dimyati dan Mujiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta

Djiwandono, Sri Esti W. 2007. Psikologi Pendidikan. Revisi kedua. Jakarta :

Grasindo

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.
Ibrahim .A, Suparman. 2013. Aplikasi Komputer dalam Penyusunan Karya

Ilmiah. Tangerang : PT. Pustaka Mandiri

Martono, Nanang. 2010.Metode Penelitian Kuantitatif.Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Mulyasa. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2010. Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Purwanto, M. Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Slameto. 2010.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta

Sudjana, Nana dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung :

Sinar Baru Algesindo, 2004.

Sudijono, Anas.2003.Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada, cet. Ke- 12

Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistik. Bandung : Tarsito.


Sudjana, Nana. 2005.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Alfa Beta

Sujiono, Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono. 2010. Bermain Kreatif Berbasis

Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

U.S, Supardi. 2013. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian Konsep Statistik Lebih

Komprehensif. Jakarta : Change Publication.

Yusuf, Syamsu. 2006.Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. PT. Rineka

Cipta.

Rahmah,Siti. 2008. Teori Kecerdasan Majemuk HowardGardnerdan

Pengembangannya PadaMetode Pembelajaran PendidikanAgama Islam

Untuk Anak UsiaSekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Agama IslamVol. V,

No. 1.
Mu’tadin. Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi Pada Remaja.

Jakarta : www.e.psikologi.co.id.

Internet

Rohmitawati. 2008. Mengasah Kecerdasan Matematis – Logis Anak sejak Usia

Dini.http://p4tkmatematika.org/2008/11/mengasah-kecerdasan-matematis-

logis anaksejak-usia-dini/2010. Kecerdasan Majemuk Multiple

Intelligence. http://ruangpikir. multiply.com/journal/item/29/kecerdasan

majemuk multiple intelligence/

Fathani Yahya, A. Halim. 2010. Memahami Kembali Definisi dan Deskripsi

Matematika.http://masthoni.wordpress.com/2009/07/12/melihatkembali-

definisi-dan-deskripsi-matematika/

Matematika.2010.http://id.wikipedia.org/wiki/Portal:Matematika/

Semarmo, Utari. 2010. Kemandirian Belajar : Apa, Mengapa, dan Bagaimana

Dikembangkan pada Peserta Didik. http://math.sps.upi.edu/wpcontent/

uloads/2010/02/KEMANDIRIAN-BELAJAR-MAT-Des-06-new.pdf/2010

Anda mungkin juga menyukai