Anda di halaman 1dari 12

Penggolongan Obat

ANTIKOLONERGIK :
Antikolinergik adalah kelompok obat untuk menangani berbagai kondisi, mulai dari inkontinensia urine,
penyakit Parkinson, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hingga diare. Antikolinergik bekerja dengan
cara menghambat asetilkolin, yaitu zat kimia penghantar sinyal antara sel-sel saraf (neurotransmiter). Cara
kerja ini akan mempengaruhi banyak organ, termasuk otot jantung, paru-paru, saluran cerna, hingga saluran
kemih, sehingga bisa digunakan untuk menangani beragam kondisi.
 Keluhan akibat kandung kemih terlalu aktif, seperti dorongan mendadak untuk buang air kecil, tidak
mampu menahan keinginan berkemih, atau inkontinensia
 Gangguan pencernaan, seperti mual dan muntah, diare, tukak lambung, atau irritable bowel syndrome
 Tremor yang dialami penderita penyakit Parkinson
 Asma atau PPOK
 Sulit tidur, gangguan cemas, depresi, atau skizofrenia
 Uveitis atau peradangan pada lapisan tengah mata
 Keracunan makanan, obat, atau zat kimia tertentu, seperti insektisida
 Gejala atau keluhan akibat reaksi alergi, khusus untuk obat antihistamin dengan yang memiliki efek
antikolinergik

- Antikolinergik primer
Antikolinergik primer sering juga disebut sebagai antikolinergik murni. Obat-obatan yang termasuk ke
dalam jenis ini memang digunakan untuk menghambat kerja asetilkoline pada beberapa kondisi khusus.
Contoh-contoh obat yang termasuk di dalamnya adalah:
 Atropin, untuk mengatasi uveitis dan mengurangi produksi dan pengeluaran air liur dan lendir di
saluran pernapasan, selama operasi.
 Darifenacin, untuk mengatasi inkontinensia urine
 Aclidinium atau ipratropium untuk mengatasi gangguan pernapasan, seperti asma dan gejala radang
paru kronis
 Trihexyphenidyl dan benztropine mesylate, untuk meredakan gejala penyakit Parkinson atau
mengobati efek samping dari obat antipsikotik
 Oxybutynin, untuk mengobati akibat kandung kemih terlalu aktif (overactive bladders).
 Scopolamine, untuk mengatasi kram perut dan meredakan gejala penyakit irritable bowel sydndrome
 Glycopyrrolate, untuk mengurangi pengeluaran air liur berlebih akibat cerebral palsy

- Obat-obatan lain yang mengandung antikolinergik


Obat-obatan yang termasuk ke dalam jenis ini memiliki aktivitas antikolinergik, tetapi umumnya
digunakan untuk fungsi dan tujuan yang berbeda dengan jenis antikolinergik primer. Beberapa contoh
obat yang termasuk dalam jenis ini adalah:
1. Antihistamin
Antihistamin merupakan obat yang ditujukan untuk meredakan gejala dan keluhan akibat reaksi alergi.
Namun, beberapa jenis obat di dalam golongan ini memiliki aktivitas atau efek antikolinergik, sehingga
bisa digunakan untuk meredakan mual atau muntah akibat mabuk perjalanan. Obat antihistamin yang
memiliki efek antikolinergik adalah:
Brompheniramine, Doxylamine, Chlorpheniramine, Cyproheptadine, Diphenhydramine,
Meclizine, Dimenhydrinate, Promethazine, Hydroxyzine
2. Antipsikotik
Obat antipsikotik digunakan untuk membantu meredakan gejala psikosis akibat skizofrenia atau
gangguan mental lain. Obat ini hanya boleh digunakan sesuai dengan resep dokter.Jenis obat
antipsikotik yang memiliki efek antikolinergik antara lain:
Chlorpromazine, Mesoridazine, Clozapine, Olanzapine, Aloperidin, Thioridazine, Quetiapine

3. Antidepresan Trisiklik
Antidepresan trisiklik ditujukan untuk meredakan gejala depresi dan bipolar. Selain itu, kelompok obat
ini juga bisa digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif, gangguan cemas, post-
traumatic stress disorder (PTSD), atau serangan panik. Obat golongan antidepresan trisiklik yang
memiliki efek antikolinergik adalah:
Amitriptyline, Amoxapine, Clomipramine, Desipramine, Doxepin, Nortriptyline, Imipramine,
Protriptyline

4. Antispasmodik
Antispasmodik umumnya diresepkan dokter untuk mengontrol gejala pada penderita sindrom iritasi
usus. Obat antispasmodik yang memiliki efek antikolinergik meliputi:
Clidinium, Dicyclomine, Hyoscyamine, Propantheline

5. Obat Midriatikum
Midriatikum adalah kelompok obat yang digunakan untuk melebarkan pupil mata. Obat ini biasanya
digunakan sebelum pemeriksaan mata dan untuk mengobati uveitis atau peradangan mata.Jenis-jenis
obat midriatikum yang mempunyai efek antikolinergik meliputi:
Cyclopentolate, Homatropine, Tropicamide
Masih ada lagi beberapa obat yang juga memiliki efek antikolinergik, misalnya carbamazepine,
cyclobenzaprine, atau orphenadrine. Carbamazepine digunakan untuk mengontrol dan mencegah kejang
akibat epilepsi, sedangkan cyclobenzaprine dan orphenadrine untuk meredakan kejang otot.

KOLINERGIK :
Parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi
Susunan Parasimpatis (SP) ,karena melepaskan neuron asetilkolin diujung-ujung neuronnya.
ANTIDEPRESAN :
Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk menangani depresi. Obat ini bekerja dengan cara
menyeimbangkan senyawa kimia alami di dalam otak yang disebut neurotransmiter. Cara kerja ini bisa
membantu memperbaiki dan menyeimbangkan suasana hati dan emosi penderita depresi. Selain untuk
menangani depresi, antidepresan juga bisa digunakan untuk mengatasi gangguan mental lain, seperti
gangguan obsesif kompulsif (OCD), gangguan stress pascatrauma (PTSD), gangguan kecemasan umum,
fobia, binge eating disorder, dan bulimia. Obat ini hanya boleh digunakan dengan resep dokter. memiliki
manfaat lain, misalnya untuk mengatasi masalah kulit, meredakan nyeri, dan mengatasi ejakulasi dini. Perlu
dipahami, antidepresan tidak dapat menyembuhkan depresi. Obat ini hanya membantu mengendalikan atau
meredakan gejala depresi, atau menurunkan tingkat keparahannya.
1. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
SSRIs bekerja dengan cara menekan penyerapan kembali serotonin di dalam otak sehingga
kadar serotonin meningkat. Antidepresan jenis ini umumnya menjadi pilihan utama untuk mengobati
depresi, karena risiko efek samping yang rendah. Contoh :
Fluoxetine (Andep, Antiprestin, Deprezac), Sertralin (Deptral, Fridep 50, Fatral, Iglodep, Nudep 50,
Serlof, Sertraline Hydrochloride), Fluvoxamine (Luvox), Escitalopram (Cipralex, Depram, Elxion,
Escitalopram oxalate), Dapoxetine (Priligy)
2. Antidepresan trisiklik (TCAs)
TCAs bekerja dengan cara memengaruhi kadar neurotransmiter serotonin dan sedikit norepinephrine.
Dengan begitu, suasana hati bisa terkendali dan gejala depresi dapat mereda. Contoh obat golongan TCAs
adalah:
Amitriptyline (Amitriptyline, Amitriptyline HCl), Clomipramine, Doxepin (Tersedia dalam bentuk krim
yang dapat digunakan untuk mengatasi gatal di kulit akibat kondisi tertentu, seperti eksim), Maprotiline
(Maprotiline HCl, Tilsan 25, Sandepril), Imipramine
3. Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs)
Antidepresan jenis ini bekerja dengan cara menghambat serotonin dan norepinephrine agar tidak diserap
kembali oleh sel saraf sehingga kadarnya tetap tinggi. Contoh obat golongan SNRI adalah:
Venlafaxine (Efexor XR), Duloxetine (Cymbalta, Duloxta 60)
4. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)
Monoamine oxidase inhibitor (MAOIs) bekerja dengan cara menghambat kinerja senyawa noradrenalin
dan serotonin untuk mencegah timbulnya gejala depresi. Contoh obat golongan MAOIs adalah:
Selegiline, Phenelzine, Isocarboxazid, Tranylcypromine
5. Antidepresan atipikal
Obat ini bekerja dengan cara memengaruhi beberapa jenis neurotransmiter secara sekaligus sehingga bisa
memperbaiki suasana hati dan meredakan depresi. Contoh obat golongan antidepresan atipikal adalah:
Bupropion, Mirtazapine, Vortioxetine

Benzodiazepine :
adalah golongan obat penenang atau sedatif yang dapat digunakan dalam pengobatan gangguan kecemasan,
serangan panik, kaku otot, insomnia, kejang, status epileptikus, atau sindrom putus alkohol. Obat ini juga
sering digunakan sebagai obat penenang sebelum operasi. Benzodiazepine bekerja dengan cara
meningkatkan aktivitas gamma-aminobutyric acid (GABA). GABA merupakan neurotransmitter yang
berfungsi untuk mengurangi keaktifan dari sel saraf yang ada di otak, sehingga menimbulkan efek lebih
tenang.
Alprazolam (Alprazolam, Atarax, Frixitas, Opizolam, Xanax, Zypraz, Zolastin), Chlordiazepoxide
(Braxidin, Cliad, Clixid, Librax, Melidox, Sanmag), Clobazam (Anxibloc, Asabium, Clobazam, Clofritis,
Frisium, Proclozam), Clonazepam (Clonazepam, Riklona 2), Diazepam (Analsik, Diazepam, Potensik,
Trazep, Stesolid, Valdimex, Valisanbe), Estazolam (Alena, Esilgan, Elgran), Lorazepam (Ativan,
Lorazepam, Loxipaz, Merlopam, Renaquil), Midazolam (Anesfar, Dormicum, Fortanest, Hipnoz,
Midazolam-Hameln, Miloz)

MUKOLITIK :
Salah satu jenis obat batuk yang digunakan sebagai obat pengencer dahak yang kental agar mudah
dikeluarkan. Obat batuk mukolitik ini bekerja dengan cara melepas ikatan gugus sulfidril pada mucoprotein
dan mukopolisakarida sehingga menurunkan viskositas mucus. 
Ketika obat pengencer dahak bekerja, tekstur dahak sudah tidak bersifat kental dan akan lebih mudah
dikeluarkan dari tenggorokan sehingga membuat saluran pernapasan menjadi lebih lancar dan bebas dari
dahak yang menghambat. Obat mukolitik juga bisa membantu mengurangi eksaserbasi pada sejumlah kondisi
tertentu, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan batuk produktif kronis
 Sebagai sekretolitik pada gangguan saluran napas akut dan kronis seperti: emfisema, radang paru
kronis, bronkiektasis, eksaserbasi bronkitis kronis dan akut, bronkitis asmatik, asma bronkial yang
disertai kesukaran pengeluaran dahak, serta penyakit radang rinofaringeal
 Untuk pengobatan kondisi hipersekresi mukus yang kental dan tebal pada saluran pernapasan
 Sebagai mukolitik untuk meredakan batuk berdahak (obat pengencer dahak)
 Sebagai pembasah pada afeksi saluran nafas akut dan kronis
 Sediaan Inhalasi uap dengan drainase postural efektif pada bronkiektasis dan beberapa kasus bronkritis
kronik
 Obat batuk mukolitik juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit tenggorokan

Contoh obat : Ambroxol, Erdosteine, Acetylcysteine, Bromhexin, Carbocysteine, Mecysteine, Iodinated


glycerol, Dornasealfa

EKSPEKTORAN :
Ekspektoran bekerja dengan meningkatkan sekresi bronkial agar kondisi ditenggorokan lebih lembab
dan mengencerkan dahak sehingga aliran lendir dapat berjalan normal dan mudah untuk dikeluarkan. Obat
ini biasanya juga bekerja dengan cara merangsang terjadinya batuk untuk mengeluarkan dahak. Obat ini
biasanya juga bekerja dengan cara merangsang terjadinya batuk atau pengeluaran cairan dari saluran nafas
untuk mempermudah keluarnya dahak.
Contoh obat :
Guaifenesin untuk batuk berdahak. Menyebabkan kantuk dan pusing berputar (Allerin Expectorant,
Anakonidin, Actifed Plus Expectorant, Benadryl Wet Cough, Bisolvon Extra, Bodrex Batuk Pilek, Codipront
Cum Expectorant, Cohistan Expectorant, Comtusi, Dextrosin, Flutamol, Guaifenesin, Hufagripp Forte,
Hufagripp Fu & Batuk, Itrabat, Komix, Konidin, Lapifed Ekspektoran, Mextril, Neo Pim-Tra-Kol, Oroxin,
Oskadryl Extra, Siladex Mucolytic & Expectorant, Transpulmin, Woods Peppermint Expectorant)
Potassium Iodide Obat ekspektoran ini digunakan untuk mengatasi batuk berdahak pada kondisi asma,
emfisema, atau bronkitis kronis.
Amonium Klorida juga memiliki efek ekspektoran, sehingga sering digunakan sebagai campuran dalam
obat batuk (Benacol Expectorant, Bufagan Expectorant, Cough-En, Dexyl, Emtusin, Erphakaf Plus, Etadryl
Expectorant, Fenidryl, Floradryl, Ifarsyl Plus, Inadryl, Itrabat, Lapisiv, Miradryl, Molexdryl, Multikol,
Neladryl DMP, Neladryl Expectorant, Nichodryl, Nusadryl, Obat batuk hitam (OBH), Ometidryl, Pectorin,
Poncodryl, Pyridryl, Ramadryl Expectorant, Standryl Expectorant, Unidryl, Ventusif, Winapen, Yekadryl
Expectorant, Yekadryl Extra)

Batuk berdahak biasanya disebabkan oleh Infeksi virus atau bakteri Penyakit paru-paru, seperti penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) atau bronkitis Lendir hidung yang turun ke tenggorokan (postnasal drip) karena
pilek atau sinusitis dan Kebiasaan merokok

ANTITISIF :
Batuk kering biasanya disebabkan oleh rasa gatal atau menggelitik di tenggorokan, hingga akhirnya
menyebabkan batuk. Itu terjadi ketika tenggorokan atau saluran udara bagian atas mengalami peradangan
atau iritasi. Tidak ada dahak atau lendir (mucus) yang dihasilkan dari jenis batuk kering. Obat antitusif
berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan menekan pusat batuk serta meningkatkan ambang
rangsang sehingga akan mengurangi iritasi. Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas
antitusif yang bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di sentral. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya: Flu,Paparan zat iritan, seperti bahan kimia, asap, atau debu, Alergi Penyakit
asam lambung, Penyempitan saluran napas, seperti asma Efek samping obat ACE inhibitor untuk
mengendalikan hipertensi
Contoh : Kodein, Dekstrometorfan, Noskapin dan Uap Menthol.
Kandungan Obat Batuk dan Manfaatnya
1. Diphenhydramine HCl dan Chlorpheniramine Maleate
Diphenhydramine HCl dan Chlorpheniramine Maleate merupakan obat antihistamin yang sering
dikombinasikan dengan obat batuk antitusif, seperti Dextromethorphan HBr. Manfaat obat batuk
kombinasi ini adalah untuk mengatasi batuk kering yang disertai gejala alergi, seperti bersin-bersin atau
gatal pada hidung dan tenggorokan.
Diphenhydramine HCl dan Chlorpheniramine Maleate memiliki cara kerja yang sama, yaitu
menghambat pelepasan zat histamin yang dapat memicu reaksi alergi.
2. Pseudoephedrine HCl
Pseudoephedrine HCl merupakan obat dekongestan yang juga sering dikombinasikan
dengan Dextromethorphan HBr. Kombinasi kandungan obat batuk ini digunakan untuk mengatasi batuk
yang disertai pilek atau hidung tersumbat.
Pseudoephedrine HCl bekerja dengan cara meredakan pembengkakan pembuluh darah di dalam hidung,
sehingga saluran napas lebih terbuka dan napas menjadi lega.
3. Analgesik-Antipiretik

KORTIKOSTROID :
Kortikosteroid adalah kelompok obat yang mengandung hormon steroid sintesis. Obat
ini dapat menghambat produksi zat yang menimbulkan peradangan dalam tubuh, serta bisa bekerja
sebagai imunosupresan dalam menurunkan aktivits dan kerja sistem imun. Kortikosteroid sering digunakan
untuk meredakan peradangan pada beberapa kondisi, seperti alergi, lupus, reumathoid arthritis, dan pemfigus
vulgaris, serta mengobati polip hidung tanpa operasi. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk
mengobati penyakit autouimun dan mencegah reaksi penolakan tubuh pasien setelah menjalani operasi
tranplantasi organ.
Contoh obat : Betamethasone (Benoson, Betamethasone Valerate, Betam-Opthal, Cortamine, Fusidasol,
Morvale, Polacel), Dexamethasone (Bidaxtam, Cendo Xitrol, Cortidex, Dexaton, Dextaco, Dextamine 
Dextaf, Dexamethasone, Dexaharsen, Exitrol, Tobroson), Budesonide (Budesonide, Budesma, Budenofalk,
Cortiment, Obucort, Pulmicort, Sonide, Symbicort), Methylprednisolone (Carmeson, Comedrol,
Cormetison, Cortesa, Depo Medrol, Hexilon, Intidrol, Lameson, Lexcomet, Medixon, Methylprednisolone,
Methylon, Metrison, Meticon, Novestrol, Phadilon, Prednox, Thimelon, Urbason, Vadrol, Yalon),
Prednisolone (Borraginol-S, Cendo Cetapred, Chloramfecort-H,  Colipred, Klorfeson, Lupred 5, P-Pred,
Polypred), Prednisone (Eltazon, Flites, Inflason, Lexacort, Prednisone, Pehacort, Remacort, Trifacort),
Triamcinolone (Amtocort, Bufacomb, Cincort, Econazine, Etacinolone, Flamicort, Genalog, Kenacort,
Kenalog in Orabase, Ketricin, Krim Pi Kang Shuang, Konicort, Lonacort, Nasacort AQ, Opicort, Omenacort,
Tremacort, Triamcort-A, Triamcort, Triamcinolone, Triamcinolone Acetonide, Triacilon, Trilac, Trinolon,
Rafacort, Sinocort, Ziloven), Hydrocortisone (Calacort, Dermacoid, Fartison, Berlicort, Cortigra, Enkacort,
Lexacorton, atau Steroderm), Cortisone (Cortisone Acetate)
OBAT-OBAT ASAM LAMBUNG :
Obat-obatan
Sejumlah obat yang diberikan untuk mengatasi asam lambung naik (GERD) antara lain:
1. Obat yang menetralkan asam lambung
Antasida adalah jenis obat yang berfungsi untuk menetralkan asam lambung. Obat asam lambung ini
dapat dikonsumsi sekitar 1 jam setelah makan atau saat gejalanya kambuh. Antasida bisa dibeli bebas
tanpa resep dokter, serta tersedia dalam bentuk cairan dan tablet. Contoh obat : Aluminum hidroksida
(antasida doen, aitral,stromag, Mylanta, gestamag), Magnesium hidroksida (actal plus, carsida,
gastrinal HD, lexacrol forte, promag, ranacid), Kalsium karbonat (Maag Gel, Neosanmag,
Polysilane Max, Promag Double Action), Magnesium karbonat, Magnesium trisilikat, Natrium
karbonat, Asam Alginat
2. Antagonis H2
Antagonis H2 atau histamine 2 blocker adalah obat asam lambung yang berfungsi untuk mengurangi
produksi asam lambung. Obat jenis ini bisa diserap dengan baik oleh tubuh dan dapat menurunkan
produksi asam lambung hingga 12 jam. Sel-sel parietal di lapisan perut Anda dirangsang dalam sejumlah
cara untuk menghasilkan asam. Salah satu stimulan asam ini adalah histamin, yang mengikat reseptor
histamin 2 pada sel parietal. H2 blocker, sesuai dengan namanya, memblokir situs reseptor ini dan oleh
karena itu mengurangi produksi asam.
Berbeda dengan antasida yang dapat dibeli bebas, obat golongan antagonis H2,
seperti ranitidine, cimetidine, dan famotidine, adalah obat resep. Artinya, penggunaan obat-obatan asam
lambung ini harus sesuai resep dan petunjuk pemakaian dari dokter.
Meski jarang terjadi, antagonis H2 terkadang dapat menyebabkan efek samping berupa sakit kepala, ruam
kulit, diare, dan gangguan irama jantung.
3. Penghambat pompa proton
Penghambat pompa proton atau proton pump inhibitor adalah obat-obatan yang juga berfungsi untuk
menekan produksi asam lambung. Pompa proton adalah molekul di sel-sel tertentu dari lambung. Ini
"memompa" asam ke dalam perut. Dibutuhkan ion potassium non-asam dari lambung dan
menggantikannya dengan ion hidrogen yang bersifat asam.
Ion hidrogen inilah yang membuat asam menjadi asam. Dengan memasukkan lebih banyak ion hidrogen
ke dalam perut Anda, pompa membuat isi perut Anda lebih asam. Tetapi dengan menghentikan aksi
pompa (menghambatnya), sekresi asam ke dalam perut dihentikan.
 Obat ini hanya bisa dikonsumsi dengan resep dokter. Contoh obat asam lambung jenis ini
adalah lansoprazole (Prevacid) dan omeprazole (Prilosec). esomeprazole (Nexium),
pantoprazole (Protonix)
Penggunaannya dalam jangka panjang dan terlalu banyak bisa meningkatkan risiko terjadinya anemia.

(Berbeda dengan antasida yang langsung menetralkan asam lambung, obat golongan PPI dan Antagonis
H2 ini bekerja lebih lambat tetapi dapat meredakan gejala untuk waktu yang lebih lama, karena tidak
sekadar menetralkan asam lambung. Dengan menurunkan produksi asam lambung, peradangan di
kerongkongan juga dapat membaik.)
4. Prokinetik
Prokinetik adalah jenis obat asam lambung yang dapat mengosongkan lambung lebih cepat, sehingga
asam lambung tidak mudah naik ke kerongkongan. Obat jenis ini dapat meringankan gejala kembung,
mual, dan muntah.
Obat asam lambung ini hanya bisa diperoleh melalui resep dokter. Beberapa contoh obat prokinetik
adalah domperidone dan metoclopramide.

OBAT ANTIDIABETES ORAL :


a. Golongan Sulfonilurea
Obat yang tersedia antara lain obat sulfonilurea generasi pertama (asetoheksimid, klorpropramid,
tolbutamid, tolazamid), generasi kedua (glipizid, glikazid, glibenklamid, glikuidon, gliklopiramid)
dan generasi ketiga (glimepiride). Namun, sulfonilurea generasi pertama jarang digunakan karena efek
hipoglikemiknya yang terlalu besar. Efek hipoglikemik golongan sulfonilurea berbeda-beda. Hal ini
tergantung pada kekuatan ikatan antara obat dan reseptornya pada membran sel, seperti glibenklamid.
Efek hipoglikemik dan ikatan antara glibenklamid dengan reseptornya lebih kuat dibandingkan dengan
kelompok glimepiride, karena ikatan glimepiride ke reseptor tidak sekuat ikatan glibenklamid.
Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea
disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Sirat perangsangan ini berbeda
dengan perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat glukosa gagal merangsang sekresi insulin,
senyawa-senyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-obat
golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang kelenjar pankreasnya masih
mampu memproduksi insulin, tetapi karena sesuatu hal terhambat sekresinya. Mekanisme kerja obat ini
adalah merangsang sel-sel beta dalam pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin dan membantu
sel-sel tubuh menjadi lebih banyak merespon insulin. Golongan ini diutamakan untuk penderita diabetes
melitus dengan berat badan normal (Decroli, 2019).
b. Golongan Meglitinid
Golongan ini memiliki mekanisme kerja yang sama dengan sulfonilurea. Bedanya, obat unutk diabetes
mellitus ini bekerja lebih cepat, durasi efek pada tubuh juga lebih pendek. Glinide digunakan setelah
makan (prandial) karena waktu kerjanya yang singkat. Karena strukturnya tidak mengandung sulfur,
maka dapat digunakan untuk pasien yang alergi terhadap sulfur. Golongan meglitinid yaitu repaglinide
dan nateglinide. Repaglinid memiliki waktu paruh sangat pendek, namun dapat menurunkan gula darah
puasa karena lama menempel dengan kompleks reseptor sulfonilurea. Pada saat yang sama, nateglinide
adalah kelompok terbaru, waktu paruhnya lebih pendek dari repaglinide, dan tidak dapat menurunkani
glukosa darah puasa. Keduanya merupakan obat yang dapat menurunkan gula darah setelah makan dan
memiliki efek hipoglikemia yang kecil. Glinid dimetabolisme dan dieksresikan melalui kandung
empedu, sehingga relatif aman digunakan pada lansia yang menderita gangguan fungsi ginjal ringan
sampai sedang (Decroli, 2019)
c. Golongan Biguanida
Ada 3 jenis biguanida yaitu fenformin, buformin dan metformin. Karena fenformin sering
menyebabkan asidosis laktat, fenformin telah ditarik dari pasaran. Metformin adalah obat
antihiperglikemik dan sekarang banyak digunakan. Metformin tidak merangsang sekresi insulin dan
biasanya tidak menyebabkan hipoglikemia. Metformin mengurangi produksi glukosa di hati dan
meningkatkan sensitivitas insulin di otot dan jaringan adiposa. Pada penderita diabetes yang mengalami
obesitas, metformin dapat menurunkan berat badan. Metformin akan diserap di usus dan kemudian
masuk ke sistem peredaran darah. Dalam sirkulasi, metformin tidak mengikat protein plasma, dan
ekskresinya melalui urin. Waktu paruhnya sekitar 2 jam. Metformin aman pada lansia karena tidak
memiliki efek hipoglikemik. Namun, metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan
fungsi ginjal dengan LFG ≤ 30 mL/menit/1,73 m (Decroli, 2019).
d. Golongan Tiazolidinedion
Thiazolidinedione dapat menurunkan produksi glukosa di hati dan menurunkan kadar asam lemak bebas
dalam plasma, kemudian dapat menurunkan kadar HbA1c (1-1,5%). Contoh obat golongan ini antara
lain: Rosiglitazone dan Pioglitazone. Dalam pemberian oral, penyerapan tidak dipengaruhi oleh
makanan. Efek samping tiazolidinedion yaitu penambahan berat badan, edema, peningkatan volume
plasma, dan memburuknya gagal jantung kongestif. Edema sering terjadi pada pengguanaan kombinasi
tiazolidinedion bersama insulin (Decroli, 2019).
e. Penghambat Alfa Glukosidase
Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim alfa glukoksidase di saluran pencernaan dan
menghambat penyerapan glukosa di usus halus. Contoh golongan obat ini adalah akarbose dam
Miglitol. Akarbose hampir tidak diabsorbsi dan bekerja secara lokal di saluran pencernaan. Menghambat
efek enzim ini secara efektif dapat menurunkan peningkatan kadar glukosa darah setelah makan pada
pasien DM Tipe 2. Akarbose relatif aman digunakan pada lansia karena tidak merangsang sekresi insulin
sehingga tidak menyebabkan hipoglikemia. Efek sampingnya antara lain gejala gastrointestinal seperti
meteorismus, flatulence dan diare
f. DPP4- inhibitor
Golongan DPP-4 inhibitor mempunyai mekanisme kerja menghambat enzim DPP-4 yang dapat meng-
inaktivasi hormon-hormon inkretin, seperti GLP-1 agar tetap rilis. Penghambatan DPP 4 agar GLP-1
dapat merangsan sel beta pankreas untuk melepaskan insulin. Inkretin adalah hormon intestinal yang
bekerja pada pengaturan glukosa dari pankreas. Contoh obat ini adalah sitagliptin, saxagliptin,
linagliptin, alogliptin
g. SGLT-2 Inhibitor
Obat penghambat enzim Sodium Glucose co-Transporter 2 (SGLT-2 inhibitor) bekerja dengan cara
menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus proksimal dan meningkatkan eksresi glukosa
melalui urin. Obat golongan ini juga mempunyai manfaat untuk menurunkan berat badan dan tekanan
darah. Tetapi juga mempunyai efek samping yaitu infeksi saluran kemih dan genital. Obat yang
termasuk golongan ini adalah empaglifozin, canaglifozin, dan dapaglifozin

OBAT-OBAT ANTIHIPERTENSI :
Obat antihipertensi adalah kelompok obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah akibat
hipertensi. Hipertensi yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan komplikasi, mulai dari stroke,
serangan jantung, gagal jantung, hingga gagal ginjal.

ACE inhibitor
ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim khusus untuk memproduksi hormon angiotensin II,
yaitu hormon yang dapat memicu penyempitan pembuluh darah. Dengan begitu, pembuluh darah dalam
melebar, aliran darah dapat lebih lancar, dan tekanan darah dapar menurun. Contoh ACE inhibitor adalah:
Benazepril, Captopril (Acepress, Acendril, Captopril, Dexacap, Etapril, Farmoten, Forten, Otoryl,
Prix, Tensicap, Tensobon, Vapril), Enalapril (Tenace, Tenaten, dan Tenazide), Fosinopril, Lisinopril
(Inhitril, Lisinopril Dihydrate, Lipril, Noperten, Nopril), Moexipril, Perindopril (Bioprexum,
Coveram, Cadoril), Quinapril, Ramipril (Hyperil, Ramipril, Tenapril, Triatec, Vivace), Trandolapril
(Tarka)
Alpha-2 receptor agonist
Alpha-2 receptor agonist bekerja dengan cara menekan aktivitas jaringan yang memproduksi hormon
adrenalin, sehingga tekanan darah turun. Contoh alpha-2 receptor agonist adalah: Metildopa (Dopamet),
Clonidine (Catapres, Clonidine, Clonidine HCL),

Antagonis kalsium (calcium channel blocker)


Antagonis kalsium bekerja dengan cara menghambat jalan masuk kalsium ke dalam otot jantung dan dinding
pembuluh darah, sehingga menyebabkan denyut jantung melambat dan pembuluh darah melebar. Dengan
begitu tekanan darah dapat turun. Contoh antagonis kalsium adalah:
Amlodipine (Amlodipine Besilate, Amlodipine Besylate, Amovask, Comdipin, Concor AM, Normetec,
Norvask, Simvask, Quentin, Zenovask), Diltiazem (Cordila SR, Dilmen, Diltiazem, Farmabes,
Herbesser), Felodipine, Isradipine, Nicardipine (Blistra, Carsive, Dipitenz, Nicafer, Nicarfion,
Nicardipine HCl, Nicardipine Hydrochloride, Nidaven, Perdipine, Quadipine, Tensilo, Verdif),
Nifedipine (Adalat Oros, Farmalat ER, Nifedipine, Zendalat), Verapamil (Isoptin, Isoptin SR, Tarka,
Verapamil HCL)

Angiotensin II receptor blocker (ARB)


ARB bekerja dengan cara menghambat pengikatan angiotensin II, sehingga pembuluh darah melebar dan
tekanan darah pun menurun. Jenis-jenis obat ARB adalah:
Candesartan (Blopress Plus, Candefion, Candesartan Cilexetil, Candotens, Canderin, Candepress,
Quatan, Unisia), Eprosartan (Teveten), Irbesartan (Aprovel, Coaprovel, Irbesartan, Irvell, Irtan,
Tensira), Losartan (Angioten, Cozaar, Losartan Potassium, Lifezar, Santesar), Olmesartan (Normetec,
Olmetec, Olmetec Plus, Oloduo), Telmisartan (Micardis, Nuzartan,Telgio, Telmisartan), Valsartan
(Diovan, Exforge, Lapiva 5/80, Lapiva 5/160, Uperio,Valsartan, Vastan 80, Vastan 160)

Diuretik
Diuretik bekerja dengan cara membuang kelebihan garam (natrium) dan cairan di dalam tubuh untuk
menormalkan tekanan darah. Ada beberapa jenis diuretic yang bisa digunakan untuk menurunkan tekanan
darah, yaitu diuretik loop, thiazide, diuretik hemat kalium. Diuretik loop Diuretik loop bekerja dengan
membuat ginjal mengeluarkan lebih banyak cairan, sehingga dapat mengurangi cairan di aliran darah.
Contoh diuretik loop adalah:
Furosemide (Diuvar, Edemin, Farsix 40, Furosemide, Lasix, Uresix, dan Yekasix), Torasemide
Selain obat-obatan yang disebutkan diatas, terdapat beberapa obat lain yang termasuk ke dalam jenis diuretik
loop seperti bumetanide dan ethacrynic acid.

Diuretik hemat kalium


Jenis obat diuretik yang kedua adalah diuretik hemat kalium (potassium-sparing). Obat ini bekerja dengan
cara mengurangi kadar air dan natrium di dalam tubuh dengan tetap mempertahankan kadar kalium. Contoh
diuretik hemat kalium adalah:
Amiloride (Lorinid Mite), Spironolactone (Aldactone, Carpiaton, Letonal, Spirola, Spironolactone)

Diuretik thiazide
Jenis obat diuretik yang ketiga adalah diuretik thiazide. Obat ini bekerja dengan cara menurunkan cairan di
dalam tubuh dan juga memperlebar pembuluh darah. Contoh diuretik thiazide adalah:
Hydrochlorothiazide (Bisovell Plus, Coirvebal, Coaprovel, Co-Irvel, Co-Telsaril, Co-Diovan, Dexacap
Plus, Hapsen Plus, Hydrochlorothiazide, Irtan Plus, Lodoz, Micardis Plus, Olmetec Plus, Tenazide),
Indapamide (Bioprexum Plus, Natexam, Natrilix SR)

Penghambat adrenergik perifer


Penghambat adrenergik perifer bekerja dengan cara memblokir neurotransmitter di otak, sehingga tekanan
darah dapat berkurang. Umumnya obat ini diberikan kepada pasien hipertensi jika obat antihipertensi lain
belum ada yang berhasil. Contoh penghambat adrenergik perifer adalah: Reserpine (Serpasil)

Penghambat alfa (alpha-blocker)


Penghambat alfa bekerja dengan cara menghambat hormon katekolamin agar tidak mengikat dengan reseptor
alfa. Cara kerja ini akan membantu sirkulasi darah lebih lancar, jantung berdenyut secara normal, dan
tekanan darah menurun. Contoh penghambat alfa adalah:
Doxazosin (Cardura, Doxazosin Mesilat, Tensidox), Terazosin (Hytrin, Hytroz, Terazosin HCL)

Penghambat beta (beta-blocker)


Penghambat beta bekerja dengan cara menghambat hormon adrenalin, sehingga jantung berdetak lebih
lambat. Dengan begitu, jantung memompa lebih sedikit darah dan dapat menurunkan tekanan darah. Contoh
penghambat beta adalah:
Bisoprolol (Beta-One, Bipro, Biofin, Biscor, Bisoprolol Fumarate, Bisovell, Carbisol, Concor, Hapsen,
Lodoz, Maintate, Miniten, Opiprol, Selbix), Propranolol (Farmadral, Liblok, Propranolol)

Penghambat renin
Penghambat renin bekerja dengan cara menghambat kerja senyawa kimiawi di dalam tubuh yang disebut
renin. Cara kerja ini dapat memperlebar pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Contoh
penghambat renin adalah:
Aliskiren (Rasilez)

OBAT ANTIKOLESTROL :
Kolestrol adalah metabolit yang memiliki kandungan lemak sterol pada membran sel dan dalam plasma
darah. Kondisi ketika kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi disebut dengan hiperkolesterolemia. Kadar
kolesterol yang tinggi dalam darah dapat memicu terjadinya berbagai macam penyakit, terutama penyakit
jantung. Akan tetapi, tidak semua kolesterol memiliki dampak buruk bagi tubuh. Hanya kolesterol LDL alias
kolesterol jahat yang berdampak buruk bagi tubuh. Nah, tubuh kita juga memiliki kolesterol baik atau
kolesterol HDL yang dapat melarutkan kolesterol jahat.

Golongan statin
Obat golongan statin adalah obat penghambat enzim HMG CoA reductase. Obat ini bekerja menghambat
sintesis kolesterol dalam hati. Obat golongan statin sangat efektif dalam menurunkan LDL. Obat yang
termasuk golongan statin adalah: Simvastatin dosis 5-40 mg; Lovastatin dosis 10-80 mg; Pravastatin
dosis 10-40 mg; Fluvastatin dosis 20-80 mg; Atorvastatin dosis 10-80 mg.

Golongan asam fibrat


Obat golongan asam fibrat mempunyai efek meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase. Obat ini bekerja
dengan menghambat produksi VLDL di hati dan meningkatkan aktivitas reseptor LDL. Obat yang termasuk
golongan asam fibrat, yaitu: Gemfibrozil dosis 300 mg, Fenofibrat dosis 160 mg.
Golongan asam nikotinat
Obat golongan asam nikotinat bekerja dengan menurunkan produksi VLDL di hati yang berakibat
menurunnya LDL dan trigliserida serta meningkatnya HDL. Vitamin B3 yang dikenal juga dengan niasin

Golongan resin pengikat asam empedu


Obat golongan resin pengikat asam empedu bekerja dengan mengikat asam empedu yang terdapat di dalam
usus dan meningkatan pengubahan kolesterol di dalam hati menjadi asam empedu. Akibatnya, kandungan
kolesterol hati menurun, total kolesterol dan LDL akan menurun, sedangkan HDL tetap atau akan naik
sedikit. Kolestiramin dosis 8-16 gram; Colestipol dosis 10-20 gram; Colesevelam dosis 6,5 gram.

Golongan penghambat absorpsi kolesterol


Obat penghambat absorpsi kolesterol bekerja dengan menghambat penyerapan kolesterol dari usus, tetapi
tidak memengaruhi penyerapan trigliserida, asam lemak, asam empedu, maupun vitamin larut lemak. Obat
yang termasuk golongan penghambat absorpsi kolesterol adalah Ezetimibe 10 mg.

Anda mungkin juga menyukai