Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
P1337434121051
TAHUN 2022/2023
I. Pertemuan/praktek ke : 1 (satu)
IV. Prinsip
Darah vena diambil dengan cara melakukan penusukan pada pembuluh darah
vena, darah akan masuk pada ujung spuit, kemudian dilanjutkan dengan menarik
torak/piston sampai volume darah yang dikehendaki.
VI. Prosedur
A. Probandus
a) Nama = Nova Romdini
b) Umur = 19 Tahun
c) Jenis Kelamin = Perempuan
d) Tanggal Pemeriksaan = Jumat 12 Agustus 2022
e) Hasil = Didapatkan Hasil Satu Tusukan (Berhasil)
B. Cara Kerja:
VII. Hasil
A. Probandus
a) Nama = Nova Romdini
b) Umur = 19 Tahun
c) Jenis Kelamin = Perempuan
d) Tanggal Pemeriksaan = Jumat 12 Agustus 2022
e) Hasil = Didapatkan Hasil 3 cc
VIII. Pembahasan
Dari prosedur yang dilakukan flebotomis berhasil mengambil darah lebih dari
3CC dan memasukkannya ke dalam tabung vacutainner. Hal ini tidak dibenarkan
karena dapat menyebabkan pengumpalan darah akibat rasio antikoagulan dan darah
yang tidak tepat sehingga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
IX. Kesimpulan
Makrosampling atau disebut juga pengambilan darah pada pembuluh vena.
Pengambilan darah vena pada orang dewasa yaitu salah satu vena dalam fossa cubiti
(Gandasoebrata 2010).
Darah vena diambil dengan cara melakukan penusukan pada pembuluh darah
vena, darah akan masuk pada ujung spuit, kemudian dilanjutkan dengan menarik
torak/piston sampai volume darah yang dikehendaki.
Pengambilan darah vena menggunakan alat yang bernama spuit dan jarum.
Penggunaan jarum harus sekali pakai dan tidak boleh digunakan bergantian dengan
pasien yang lainnya (WHO 2011). Alkohol 70 % berperan sebagai desinfektan
karena pada alkohol 70 % mengandung 30 % air.
Beberapa jenis pemeriksaan hematologi memerlukan waktu pengerjaan yang lebih
panjang daripada waktu bekuan darah. Menurut (Gandasoebrata 2010) antikoagulan
diperlukan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah.
Meskipun dari prosedur yang dilakukan flebotomis berhasil mengambil darah,
namun jumlah yang diambil dan dimasukkan ke tabung vacutainner lebih dari 3CC.
Hal ini tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan pengumpalan darah akibat rasio
antikoagulan dan darah yang tidak tepat.
X. Daftar pustaka
WHO. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: EGC.
I. Pertemuan/praktek ke : 5 (lima)
IV. Prinsip
Prinsip kerja LED dengan metode manual adalah darah dengan antikoagulan
dengan perbandingan tertentu dan dimasukkan dalam tabung khusus (Westergren)
yang diletakkan tegak lurus dan dibiarkan selama 1 jam, maka eritrosit akan
mengendap.
VI. Prosedur
A. Cara Kerja:
1. Siapkan sampel Darah dengan Kandungan Anticoagulan
2. Pipet darah sampai tanda 1,6 ml masukkan ke tabung reaksi
3. Pipet NaCl sampai tanda 0,4 masukkan ke tabung reaksi lalu homogenkan
4. Pipet (darah + NaCl) dengan tabung westergreen sampai tanda 0
5. Letakkan pipet di rak westergreen dengan posisi vertikal/tegak lurus pada suhu 18-
25℃
6. Setelah tepat satu jam pertama baca tinggi plasma dan dilaporkan dengan satuan
mm/jam.
VII. Hasil
Hasil Pemeriksaan :
a. Nama pasien : Maulida rohmaniyah
b. Umur : 19 th
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Tangal pemeriksaan : 12 Agustus 2022
e. Hasil LED I : 30 mm/jam
VIII. Pembahasan
Dari prosedur yang dilakukan praktikan berhasil melakukan serangkaian prosedur
LED dan mendapatkan hasil laju endap darah 30 mm/jam. Hasil yang di dapat
termasuk ke dalam kategori lebih dari normal dikarenakan menurut WHO bagi
perempuan dibawah usia 50 tahun hasil normal berada di angka <20 mm/jam.
LED yang tinggi bisa disebabkan karena:
1. Penyakit autoimun, misalnya lupus atau arthritis rematik.
2. Infeksi, misalnya tuberkulosis, pneumonia, penyakit radang panggul, usus
buntu.
3. Gangguan kelenjar tiroid.
4. Kehamilan.
5. Infeksi virus lain. Atau pasien sedang mengalami Haid
IX. Kesimpulan
LED adalah kecepatan mengendapnya sel – sel darah dari suatu sampel darah
yang diperiksa dalam suatu alat yang dinyatakan dalam mm/jam. LED memiliki
istilah lain diantaranya ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate); BSE (Blood
Sedimentation Erythrocyte); BBS (Blood Bzinking Snellhyd).
Pada praktikum kali ini pemeriksaan dilakukan dengan metode Westergreen asli
yaitu dengan cara melakukan pengambilan darah terlebih dahulu. Darah kemudian
ditambah antikoagulan Na. citrat 3,8 % dengan perbandingan darah : antikoagulan =
4 : 1. Darah ditambah Na. citrat tidak bisa dipakai untuk pemeriksaan hemoglobin,
hapusan darah karena sudah mengalami pengenceran.
Dari prosedur yang dilakukan praktikan berhasil melakukan serangkaian prosedur
LED dan mendapatkan hasil laju endap darah 30 mm/jam. Hasil yang di dapat
termasuk ke dalam kategori lebih dari normal dikarenakan menurut WHO bagi
perempuan dibawah usia 50 tahun hasil normal berada di angka <20 mm/jam.
LED yang tinggi bisa disebabkan karena:Penyakit autoimun, misalnya lupus atau
arthritis rematik serta pasien Sedang masa Haid.
.
X. Daftar pustaka
WHO. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: EGC.
I. Pertemuan/praktek ke : 6 (enam)
IV. Prinsip
Prinsip pemeriksaan ini yaitu meneteskan darah pada salah satu ujung objek glass
dipaparkan membentuk apusan darah dengan deck glass dan melakukan pengecatan
menggunakan pewarnaan giemsa, wright, ataupun pewarnaan lainnya kemudian
dilakukan identifikasi pada mikroskop.
VI. Prosedur
A. Cara Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Siapkan darah mikrosampling dan teteskan diatas obyek glass
3. Letakkan obyek glass sebagai penggeser didepan tetesan darah dan miringkan
dengan sudut ± 30°
4. Menarik mundur obyek glass penggeser lalu digerakkan ke kanan dan ke kiri
untuk meratakan darah pada ujung glass.
5. Dengan segera obyek glass penggeser digerakkan ke depan dengan kecepatan
konstan sampai berhenti di ujung obyek glass tempat tetesan darah hingga
membentuk lapisan darah yang tipis dan merata. Penggeseran harus dilakukan
lebih cepat pada saat membuat hapusan darah pasien anemia
6. Tunggu hingga kering sebelum dilakukan pewarnaan.
Catatan:
1) Hapusan darah yang berkualitas baik adalah : pangkal agak tebal
kemudian makin menipis ke ujungnya, melekat rata tanpa ada lubang –
lubang (yang disebabkan obyek glass berlemak), tidak terlalu panjang,
tidak terdapat garis-garis yang melewati maupun berada di bawah
hapusan, tidak berbentuk garis – garis tajam pada ujungnya dan tidak
terdapat penebalan diujung hapusan.
2) Gerakan yang tersendat – sendat menyebabkan hapusan tidak rata.
3) Kecepatan mendorong, besarnya tekanan yang diberikan dan sudut
antara obyek glass dengan penggeser diusahakan ± 25o – 30o harus
diatur agar sediaan tidak terlalu tipis atau terlalu tebal.
VII. Hasil
VIII. Pembahasan
Sediaan apus darah (sediaan apus darah tepi / preparat darah) adalah salah satu
teknis pemeriksaan sel-sel darah menggunakan mikroskop. Pemeriksaan sediaan darah
umumnya digunakan untuk membantu pemeriksaan kelainan darah dan juga infeksi
parasit, seperti malaria.
Sel-sel darah harus diwarnai terlebih dahulu agar dapat diamati di bawah
mikroskop. Jenis pewarnaan yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan darah
adalah pewarnaan Romanowski, seperti Wright, Mary-Grunwald, dan Giemsa. Berbagai
komponen darah akan memiliki warna yang berbeda di bawah mikroskop. Selanjutnya,
preparat darah ditutup dengan kaca pelapis agar dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Pengamatan di bawah mikroskop umumnya dilakukan pada perbesaran 40x dan
terkadang 100x. Selain menghitung jumlah sel darah putih (terdiri dari: neutrofil,
limfosit, basofil, eosinofil, dan monosit), bentuk (morfologi) dan ukuran sel darah merah
(eritrosit) dan putih juga harus diamati dan dilaporkan kepada pasien atau dokter terkait.
Pemeriksaan apusan darah ini merupakan salah satu pemeriksaan awal untuk mendeteksi
kanker darah (leukemia), anemia, dan kelainan genetik seperti talasemia.
IX. Kesimpulan
1. Hasil makroskopis sediaan apus darah tepi dengan perbandingan konsentrasi
larutan fiksasi tidak ditemukkan pengaruh terhadap makroskopis sediaan apus darah
tepi.
2. Hasil mikroskopis warna, ukuran, dan bentuk (hemolysis) sediaan apus darah tepi
dengan perbandingan konsentrasi larutan fiksasi tanpa pengenceran (methanol
absolute), pengenceran 90%, 75%, dan 50% terdapat perubahan pada eritrosit.
3. Terdapat pengaruh pada perbandingan konsentrasi larutan fiksasi terhadap
hasil mikroskopis sediaan apus darah tepi
X. Daftar pustaka
Freund, M. 2011. Atlas Hematologi Heckner : Praktikum Hematologi Dengan Mikroskop. 11th
ed. Jakarta: EGC.
WHO. 2011. Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: EGC.