Anda di halaman 1dari 8

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SUNGAI PIRING
Jln. Kesehatan Nomor 01 Sungai Piring Kec. Batang Tuaka kode Pos 29252
Email : Puskesmas.sungai piring@yahoo.com

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUNGAI PIRING


Nomor :440/PKM.SP-SK/X/2016/43

TENTANG
KEBIJAKAN PENUNJANG PELAYANAN KLINIS
DI UPT PUSKESMAS SUNGAI PIRING

KEPALA UPT PUSKESMAS SUNGAI PIRING

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis Puskesmas dilaksanakan


sesuai kebutuhan pasien,
b. bahwa pelayanan klinis Puskesmas perlu
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien,
c. bahwa untuk menjamin pelayanan klinis dilaksanakan
sesuai kebutuhan pasien, bermutu, dan
memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu
disusun kebijakan penunjang pelayanan klinis di UPT
Puskesmas Sungai Piring.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan (lembaran Negara Repubik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambajan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063),
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran (lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431),
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014, tentang Puskesmas,
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2015, tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama,
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republic Indonesia
nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Medis
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS SUNGAI


PIRING TENTANG KEBIJAKAN PENUNJANG
PELAYANAN KLINIS UPT PUSKESMAS SUNGAI
PIRING

Pertama : kebijakan penunjang pelayanan klinis UPT Puskesmas


Sungai Piring sebagaimana tercantum dalam lampiran
merupakan bagian yang tidak dipisakan dari surat
keputusan ini

Kedua : surat keputusan ini berlaku sejak tanggal diterapkan


dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan/ perubahan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Sungai Piring


Tanggal : 3 Oktober 2016
Kepala UPT Puskesmas
Sungai Piring

Hj. NUR’AFNI, S. Tr. Keb


NIP. 19650915 198603 2 005
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA
UPT PUSKESMAS SUNGAI PIRING
NOMOR 440/PKM.SP-SK/X/2016/43
TENTANG KEBIJAKAN PENUNJANG
PELAYANAN KLINIS UPT
PUSKESMAS SUNGAI PIRING

A. PELAYANAN LABORATORIUM:
1. Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium yang disediakan di UPT Puskesmas Sungai
Piring meliputi:
a. Hematologi
 HB sahli
 Leukosit
 LED
 Golongan Darah
b. Kimia Darah
 Gula darah sewaktu
 Gula darah puasa
 Kolesterol total
 Asam urat
c. Lainnya
 Malaria
 Leprae
 HIV/AIDS
 Sifilis
d. Urin
 Urin rutin (Reduksi Urin, Protein urine, bilirubin, pH)
 HCG tes
e. Feses rutin
 Makroskopis
 Mikroskopis
f. Dahak (BTA/ Bakteri Tahan Asam)
g. Secret Vagina/ Uretra (IMS, Infeksi Menular Seksual)
2. Pemeriksaan laboratorium dilakukan oleh petugas yang kompeten, yaitu analis
kesehatan dan petugas dengan minimal lulusan SMAK (Sekolah Menenngah Analis
Kesehatan) atau petugas kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan.
3. Hasil pemeriksaan harus diinterprestasi oleh petugas yang terlatih
4. Pemeriksaan laboratorium untuk tiap-tiap jenis pemeriksaan harus dipadu dengan
prosedur, mulai dari perminataan pemeriksaan, penerimaan specimen, pengambilan
dan penyimpanan specimen, pemeriksaan sampai penyerahan hasil.
5. Pelayanan pemeriksaan laboratorium diluar jam kerja hanya untuk pemeriksaan kimia
darah
6. Jika ada permintaan pemeriksaan diluar jam kerja, maka petugas jaga UGD yang
melakukan pemeriksaan
7. Untuk pemeriksaan kasus-kasus beresiko tinggi diatur melalui SOP tersendiri
8. Petugas laboratorium wajib menggunakan APD (Alat Pelindungi Diri) dan
memperhatikan keselamatan kerja
9. Bahan-bahan berbahaya beracun harus disimpan secara aman menurut ketentuan yang
berlaku
10. Limbah laboratorium sebagai akibat pemeriksaan laboratorium haus dikelola sebagai
limbah infeksius
11. Pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya harus dikelola sesuai
SOP yang berlaku
12. Pengendalian dan pembuangan bahan berbahaya harus dikelola sesuai SOP yang
berlaku
13. Reagensia harus tersedia sesuai dengan jenis pemeriksaan yang disediakan, yaitu:
a. Reagen Zieh Nielssion untuk pewarnaan BTA (Bakteri Tahan Asam)
b. Reagen Gentian Violet untuk pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual)
c. Reagen anti sera A, B, AB, Rhesus untuk pemeriksaan Golongan Darah
d. Larutan Turk untuk pemeriksaan leokosit
e. Reagen HCL 0,1N untuk pemeriksaan Hb
f. Reagen Natrium Sitrat untuk pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)
g. Reagen Giemsa untuk pemerksaan malaria
14. Bahan lain yang harus tersedia di laboratorium puskesmas adalah:
a. Stik gula darah, asam urat, kolesterol
b. Plano test
c. Sifilis kit
d. HIV kit
e. Urin stik
15. Reagensia harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan pada tempat dan suhu
sesuai dengn ketentuan yang berlaku
16. Ketersediaan reagen wajib dievaluasi paling lambat setiap bulan sekali
Penanggung jawab Laboratorium wajib melakukan Order ke penanggung jawab
reagen bila telah mencapai batas buffer stock, yaitu:
a. Stok reagen Zieh Nielssion 2 paket
b. Stok Gentian Violet 1 botol
c. Stok reagen antisera 1 paket
d. Stok reagen HCL 0,1N 1 botol
e. Stok reagen Natrium Sitrat 1 botol
f. Stok reagen Giemsa 1 botol
g. Stok stik gula darah, asam urat, kolesterol masing-masing 1 kotak
h. Stok plano test 5 buah
i. Stok sifilia kit 1 kotak
j. Stok HIV Kit 1 kotak
k. Stok urin stik 1 botol
17. Hasil pemeriksaan laboratorium harus diserahkan sesuai dengan waktu penyampaian
laporan hasil pemeriksaan laboratorium yang telah ditetapkan sebagai berikut
a. Haemglobin : 5 menit
b. Leokosit : 15 menit
c. LED : 60 menit
d. Golongan darah : 5 menit
e. Protein urin : 5 menit
f. Reduksi urin : 5 menit
g. Bilirubin : 5 menit
h. Plano test : 6 menit
i. Gula darah sewaktu : 5 menit
j. Gula darah puasa : 5 menit
k. Kolesterol : 10 menit
l. Asam urat : 6 menit
m. Malaria : 60 menit
n. Leprae : 30 menit
o. BTA : 60 menit
p. GO : 30 menit
q. HIV/AIDS : 10 menit
r. Sifilis : 10 menit
18. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan nilai normal, yaitu:
a. Haemglobin : laki-laki: 14-18 gr%, Perempuan: 12-14 gr%
b. Leokosit : 4.000-10.000 sel/mm3
c. LED : laki-laki 0-10 mm3/jam perempuan 0-20 mm3/jam
d. Golongan darah : negatif
e. Protein urin : negatif
f. Reduksi urin : negatif
g. Bilirubin : negatif
h. Plano test :negatif
i. Gula darah sewaktu : 80-180 mg/dl
j. Gula darah puasa : 80-120 mg/dl
k. Kolesterol : <200 mg/dl
l. Asam urat : laki-laki 3-7,2 mg/dl Perempuan 2-6 mg/dl
m. Malaria : negatif
n. Leprae : negatif
o. BTA : negatif
p. GO : negatif
q. HIV/AIDS : non reaktif
r. Sifilis : non reaktif
19. Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus disampaikan segera kepada tenaga
kesehatan yang meminta dalam batas waktu paling lambat 5 menit setelah hasil
diperoleh dengan acuan sebagai berikut:
a. Glukosa darah, nilai kritis 60 mg/dl atau 400 mg/dl
b. Asam urat dan kolesterol, nilai kritis high
c. Haemoglobin nilai 7 gr%
d. Leukosit nilai kritis ≥20.000 sel/mm3
e. Protein urin nilai kritis +++ (positif 3)
f. BTA nilai kritis +++ (positif 3)
20. Harus dilakukan pengendalian mutu laboratorium dengan pemantauan mutu internal,
pemantauan mutu eksternal dan PDCA
21. Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium harus disusun dan merupakan
bagian tidak terpisahkan dari program peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan
pasien
22. Resiko dalam pelayanan laboratorium harus diidentifikasi dan ditindak lanjuti

B. PENGELOLAAN OBAT
1. Tenaga teknis kefarmasian melakukan penilaian dan pengendalian penyediaan
penggunaan obat dengan cara
a. Melakukan permintaan obat regular pertriwulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
b. Mengajukan permintaan bon obat ke Dinas Kesehatan Kabupaten apabila
ketersediaan obat tidak mencukupi
c. Melakukan pencatatan penggunaan dan pengeluaran obat harian setiap hari dan
direkap setiapbulan
2. Obat harus tersedia di puskesmassesuai dengan formularium puskesmas
3. Yang berhak menyiapkan obat adalah tenaga teknis kefarmasian atau perawat/bidan
yang telah dilatih atau mendapat pendelegasian wewenang dari tenaga teknis
kefarmasian, SK terlampi
4. Jam buka apotik adalah:
a. Senin – Kamis : 08.00 s/d 12.00 WIB
b. Jumat : 08.00 s/d 11.00 WIB
c. Sabtu : 08.00 s/d 11.30 WIB
5. Ketersedin obat wajib dievaluasi paling lambat tiap tiga bulan sekali
6. Penyediaan obat dilakukan oleh tenaga teknis kefaarmasian atau perawat/bidan yang
telah dilatih dengan memperhatikan kebersihan
7. Jika tenaga teknis kefarmasian tidak berada ditempat atau untuk pelayanan obat di
UGD, maka penyedian obat dilakukan oleh perawat/bidan yang mendapat
pendelegasian wewenang dan telah dilatih
8. Pemesanan dan penyediaan obat regular untuk UGD dan puskesmas pembantu
dilakukan setiap tiga bulan sekali dan jika terjadi kekurangan obat, maka petugas
puskesmas pembantu dapat melakukan bon obat ke puskesmas
9. Tenaga teknis kefarmasian harus menyeddiakan stok obat-obatan anestesi di poli gigi
setiap sebulan sekali untuk kebutuhan pelayanan pencabutan gigi
10. Peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat harus dilakukan sesuai SOP yang
ditetapkan
11. Obat kadaluarsa tidak boleh diberikan pada pasien
12. Obat kadaluarsa harus ditangani sesuai SOP
13. Tenaga teknis kefarmasian wajib meminimalkan adanya obat kadaluarsa dengan
menerapkan system FIFO dan FEFO
14. Pemberian obat narkotika dan psikotropika, diatur sebagai berikut:
a. Peresepan obat narkotikadan psikotropika hanya boleh dilakukan oleh dokter
b. Obat narkotika dan psikotropika harus disimpan dalam lemari yang terpisah dan
terkunci ke gudang obat
c. Tenaga teknis kefarmasian setiap pagi bertugas menyediakan obat narkotika dan
psikotropika secukupnya keapoti puskesmas untuk keperluan pelayanan pada hari
itu dan mengembalikan ke gedung jika pelayanan selesai
15. Jika ada obat yang dibawa dari rumah oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi dan
ditindak lanjuti sesuai dengan instruksi dokter (rekomendasi obat)
16. Penyimpana obat dilakukan sesuai dengan ketentuan pnyimpanan tiap-tiap obat
17. Penyampaian obat pada pasien harus disertai label yang berisi minimal tanggal
pemberian, nama pasien, umur, nomor rekam medis, aturan pakai, cara pemakaian dan
waktu menggunakan
18. Dalam pemberian obat harus memperhatikan ada tidaknya riwayat alergi, interaksi
obat, dan efek samping obat
19. Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti dan dicatat dalam rekam
medis
20. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka harus dilaporkan dan ditindak
lanjuti
21. Obat-obat emergensi harus tersedia di unit-unit pelayanan untuk mengatasi jika terjadi
kedaruratan dalam pelayanan kesehataan
22. Obat emergensi harus dimonitor pnggunaannya oleh petugas farmasi setiap sebulan
sekali
C. PENGELOLAAN INFORMASI DAN REKAM MEDIK
1. Kode klasifikasi diagnosis menggunakan ICD X
2. Singkatan yang boleh digunakan dalam pelayanan di puskesmas sebagai mana pada
lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 10/PKM/UKP/I/2016 tentang
Pembakuan Singkatan di UPT Puskesmas Sungai Piring
3. Petugas puskesmas yang boleh mengakses rekam medic adalah
a. Dokter, yaitu dr. Raihana dan dr. Rika Octavia
b. Dokter gigi. Yaitu drg Irka
c. Perawat/bidan juga UGD, yaitu yang telah mendapat surat pendelegsian
wewenanag daridokter
4. Jika ada mahasiswa/I atau peneliti yang membutuhkan akses terhadap rekam medic
harus mendapat persetujuan dari Kepala Puskesmas sesuai prosedur yang berlaku dan
wajib menjaga kerahasiaan
5. Rekam medik pasien dibuat dalam bentuk family folder, yaitu rekam medic atau
keluarga disimpan dalam satu inap rekam medic. Dari satu pasien hanya boleh
memiliki satu rekam medic
6. Rekam medic pasien diidentifikasi dengan cara sebagai berikut:
a. Nomor rekam medic
b. Nama kepala keluarga
c. Nama pasien
d. Tanggal lahir
e. Alamat
7. Pengelolaan rekam medik dilakukan sesuai aturan berikut:
a. Rekam medic disimpan sentralisasi dengan sistem penomoran SIMPUS, kecuali
untuk Poli Lansia (desentralisasi)
b. Sistem penomoran aplikasi SIMPUS disusun dengan aturan sebagai berikut:
1) Dua digit pertama menandakan desa/kelurahan
a) 00 : Luar Wilayah
b) 01 : Sungai Piring
c) 02 : Gemilang Jaya
d) 03 : Sialang Jaya
e) 04 : Tasik Raya
f) 05 : Sungai Dusun
g) 06 : Sungai Luar
h) 07 : Simpang Jaya
i) 08 : Simpang Raya
j) 09 : Tanjung Siantar
k) 10 : Sungai Junjangan
l) 11 : Sungai Raya
m) 12 : Kuala Sebatu
n) 13 : Pasir Emas
2) Empat digit berikutnya menandakan nomor indeks pasien
3) Dua digit terakhir menandakan urutan dalam keluarga
a) 01 : UMUM
b) 02 : BPJS, KIS, JAMKESDA, ASKES
8. Penyimpanan rekam medik dilakukan diruang khusus yaitu ruang rekam medik.
9. Biasa retensi rekam medik adalah sebagai berikut:
a. Dikatakan inaktif apabila pasien selama tiga tahun berturut-turut tidak pernah
berkunjung ke Puskesmas
b. Rekam medik yang dapat dimusnahkan adalahrekam medik inaktif selama lima
tahun berturut-turut tidak berkunjung ke Puskesmas
10. Isi rekam medik mencakup: nama, umur, jenis kelamin, nama kepala keluarga, nomor
rekam medic, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang
dibutuhkan, penyuluhan, persetujuan/penolakan rujukan/tindakan, diagnosis terapi dan
rencana pengobatan
11. Kelengkapan isi rekam medik harus dievaluasi dan di tindak lanjut.

D. MANAJEMEN LINGKUNGAN
1. Kondisi fisik bangunan dan lingkungan puskesmas wajib dipantau secara rutin
2. Prasarana puskesmas yang meliputi air, listrik harus dipantau secara periodic,
dipelihara dan diperbaiki dan dipastikan berfungsi
3. Hasil pemantauan, pemeliharaan dan perbaikan harus didokumentasikan
4. Bahan dan limbah berbahaya harus diidentifikassi, disimpan dengan benar, dimonitor
penyimpanan dan penggunaannya dan ditindak lanjuti
5. Harus disusun program menjamin lingkungan puskesmas yang aman meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pendidikan dan pelatihan, pemantauan dan evaluasi
6. Harus disusun program pemeliharaan peralatan, meliputi perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, evaluasi dan tindak lanjut
7. Peralatan yang perlu dikalibrasi harus dikalibrasi tepat waktu
8. Peralatan yang steril harus dipisahkan dari peralatan yang kotor
9. Peralatan yang steril harus disterilkan dengan prosedur yang benar
10. Peralatan yang memerlukan penangan khusus harus disimpan dan dikelola sesuai SOP

E. MANAJEMEN SDM YANG BEKERJA DALAM PELAYANAN KLINIS


1. Pola ketenagaan SDM klinis harus disusun berdasar analisis kebutuhan SDM
2. Kredensial harus dilakukan untuk setiap tenaga klinis
3. Tenaga klinis yang bekerja di puskesmas harus mempunyai surat ijin yang berlaku
4. Evalusasi kinerja tenaga klinis harus dilakukan secara berkala paling lambat satu tahun
Sekali
5. Peluang untuk melakukan pendidikan dan pelatihan harus diinformasikan kepada
Tenaga klinis
6. Tiap tenaga klinis harus mempunayi uraian tugas dengan kejelasan kewenangan klinis
untuk masing-masing petugas
7. Pelaksanaan uraian tugas dan wewenang setiap tenaga klinis harus dievalusasi dan
ditindak lanjuti

Ditetapkan di : Sungai Piring


Tanggal : 3 Oktober 2016
Kepala UPT Puskesmas
Sungai Piring

Hj. NUR’AFNI, S. Tr. Keb


NIP. 19650915 198603 2 005

Anda mungkin juga menyukai