Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai fungsi sosial dan individu, fungsi sosialnya adalah untuk
membantu setiap individu menjadi anggotamasyarakat yang lebih efektif dan
memberikan pengalaman kolektif masa lampau dan kini, fungsi individunya adalah
untuk memungkinkan seorang menempuh hidup yang lebih memuaskan lebih produktif
dengan menyiapkan diri menghadapi dunia industri yang lebih maju dan modern.
Pendidikan mempunyai fungsi sosial dan individu, fungsi sosialnya adalah untuk
membantu setiap individu menjadi anggotamasyarakat yang lebih efektif dan
memberikan pengalaman kolektif masa lampau dan kini, fungsi individunya adalah
untuk memungkinkan seorang menempuh hidup yang lebih memuaskan lebih produktif
dengan menyiapkan diri menghadapi dunia industri yang lebih maju dan modern.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan maka salah satu upaya yang
dilakukan Sekolah Menengah Kejuruan khususnya SMK Negeri 5 Waingapu megadakan
kegiatan Praktek Kerja Lapangan untuk membekali siswa – siswi dalam menghadapi
kompetisi kerja pada era globalisasi.
Dengan adanya kegiatan ini siswa – siswi memiliki kemampuan, keterampilan
dan keahlian yang berkualitas dan profesional dalam bidang pekerjaannya, dengan
demikian mutlak mempersiapkan tenaga kerja yang siap pakai dan terampil untuk terjun
keduania industri yang modern.
Disamping itu juga kegiatan Praktek Kerja Lapangan dan penyusunan laporan
Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu persyaratan yang harus ditempuh siswa-
siswi agar dapat mengikuti pengujian kompetensi pada ujian nasional dan ujian sekolah
tahun ajaran 2019/2020.
Praktek Kerja Lapangan merupakan arti dari seluruh program pendidikan, karena
program ini dirancang untuk membekali kemampuan siswa yang utuh dan terintegrasi.
Maka program Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan sesudah siswa-siswi
menerapkan pengetahuan dan teori yang diperoleh dari sekolah sesuai dengan jurusan
yang diambil siswa selama sekolah.
CV. Karya Jaya merupakan salah satu penyedia jasa kondtruksi yang dapat
menyediakan informasi tentang tugas dan fungsi suatu organisasi potensi personil
maupun prasarana yang ada dikelola dengan baik agar tugas dan pekerjaan yang
dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Untuk memahami dan menunjang teori yang telah diperoleh penulis selama di
bangku sekolah maka penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di CV. Karya Jaya
Kab Sumba Timur.
Sebagai sekolah Menengah Kejuruan setiap siswa dan siswi-nya harus
mengikuti pendidikan sistem ganda atau dengan kata lain Praktek Kerja
Lapangan(PKL). Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada saat naik
kelas 3 ataupun sesuai kurikulum sekolah masing-masing dan jurusan masing-masing.
Di dalam Praktek Kerja Lapangan siswa mampu menonjolkan sikap yang sistematik
terhadap pekerjaan yang diperintahkan oleh atasan ataupun pembimbing karena sikap
disiplin dan tepat waktu sangat berpengaruh terhadap penilaian dalam Praktek Kerja
Lapangan. Dengan melihat pernyataan di atas, pemerintah dalam hal ini terutama Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan lebih memberi dorongan dan memperluas kesempatan

1
untuk melaksanakan magang bagi para siswa/siswinya. Suatu proses pendidikan berupa
lahan kerja instansi yang meliputi proses peningkatan pengetahuan dan sikap yang
diperlukan sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan studi
masing-masing.
Pada kesempatan ini penulis akan membahas masalah “PEKERJAAN KOLOM
PADA GEDUNG PUSKESMAS KAMBANIRU DI KELURAHAN WANGGA,
KECAMATAN KAMBERA, KABUPATEN SUMBA TIMUR OLEH CV. KARYA
JAYA” Karena selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) penulis melakukan pengawasan
pembangunan PUSKESMAS di Kelurahan Wangga, Kecamatan Kambera, Kabupaten
Sumba Timur CV. KARYA JAYA bersama pembimbing lapangan dan pada dasarnya
banyak orang yang tidak begitu paham tentang pekerjaan kolom pada gedung
PUSKESMAS.

B. RUANG LINGKUP
1. Waktu
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari tanggal 12
Agustus 2019 sampai dengan 12 November 2020.
Jam Kerja : Senin- Sabtu : Masuk pukul 07.30 sampai pukul 14.00 (7,5 jam)

2. Tempat 
Tempat Pelaksanaan Prakerin di CV. KARYA JAYA yang beralamat di Jl.D.I
Panjaitan- Kel.Matawai- Kec.Kota Waingapu, Kab. Sumba Timur.

C. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) 
Melalui pendekatan pembelajaran ini peserta diharapkan : 
a. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya; 
b. Memiliki tingkat kompetensi standar sesuai yang dipersyaratkan oleh dunia
kerja; 
c. Menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomi, bisnis kewirausahaan dan
produktif; 
d. Dapat menyerap perkembangan teknologi dan budaya kerja untuk kepentingan
pengembangan dirimya. 
e. Agar Siswa mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan pelajaran
yang didapatkan di Sekolah dan diterapkan pada Dunia Usaha.
f. Memberikan masukan dan umpan balik guna perbaikan dan pengembangan
pendidikan.
g. Meningkatkan, memperluas dan memantapkan proses peyerapan teknologi
baru dari lapangan ke sekolah dan sebaliknya.

2. Tujuan Pembuatan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) 


a. Sebagai salah satu bentuk latihan, dalam menghadapi Uji Kompetensi pada Proses
Pembelajaran 
b. Sebagai salah satu tugas yang di syaratkan untuk menempuh UAS/UN. 
c. Untuk memenuhi tugas yang diberikan pembimbing produktif
d. Siswa/siswi dapat memahami cara-cara pembuatan suatu laporan Praktek Kerja
Lapangan.
e. Sebagai bukti nyata bahwa penulis telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

2
3.  Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
a. Manfaat Bagi Siswa
a. Untuk mengenalkan kepada siswa tentang Dunia Kerja yang sesungguhnya.
b. Agar siswa menjadi lebih kreatif dan selalu berfikir positif.
c. Supaya siswa lebih bertambah wawasan.
d. Menjadikan siswa yang lebih mandiri dan mau berusaha.

b. Manfaat Bagi Sekolah


Membantu Sekolah untuk berkembang dengan adanya peningkatan/kemajuan
pada diri siswa-siswinya dan pendidikan di Sekolah tersebut.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai
berikut :
Halaman Judul/Sampul
Lembar Pengesahan
Lembar Penguji
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Tujuan dan Manfaat
D. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN UMUM
A. Gambaran umum Perusahaan/industri
B. Sejarah Perusahaan/industri
C. Sistem yang sedang berjalan / Stuktur organisasi
BAB III LANDASAN TEORI
A. Tinjauan teoritis tentang masalah yang dibahas
B. Penjelasan ilmiah dilengkapi dengan table dan gambar
BAB IV PEMBAHASAN MASALAH
A. Penjabaran Kegiatan Pekerjaan Lapanga (PKL)
B. Kendala Pekerjaan Lapanga (PKL) dan Usulan Pemecahan Masalah
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN/INDUSTRI


CV. Karya Jaya ini didirikan pada tanggal 20 juli 1994 yang beralamat di Jl.D.I
Panjaitan- Kel.Matawai- Kec.Kota Waingapu, Kab. Sumba Timur. Dengan Direktur
bernama Yohanes Jalda Sengui.

B. VISI dan MISI CV. KARYA JAYA


Ikut Membangun Pembangunan Masyarakat dan Pembangunan Pemerintah berbasiskan
pola pemberdayaan.

C. SISTEM YANG SEDANG BERJALAN/STUKTUR ORGANISASI

Dirktur
CV. KARYA JAYA
YOHANES JALDA SENGUI

Pengawas
CV. KARYA JAYA
HARI KUSUMA

4
BAB III
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN BETON BERTULANG


Pekerjaan pembesian yang dimaksudkan dalam hal ini, adalah pekerjaan pada
pembuatan struktur beton bertulang. Beton bertulang adalah beton yang ditulangi
dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang
disyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa
kedua material bekerja bersama sama dalam menahan beban.
Gaya gaya yang bekerja. Beton hanya diperhitungkan dalam memikul gaya
tekan sedangkan tulangan diperhitungkan memikul gaya tarik dan sebagian gaya tekan,
selain itu ada gaya gaya lain yang dipikul oleh tulangan seperti, gaya puntir ( Torsi ),
gaya geser dan lain lain.

B. JENIS - JENIS TULANGAN

Gambar Balok
Ketika kita akan melakukan pekerjaan kolom, balok, maupun sloof, kita
dituntut untuk mendimensi tulangannya agar struktur tersebut kuat. Pada kesempatan
ini, saya akan membahas tentang jenis – jenis tulangan yang ada digunakan maupun
ditemui di berbagai proyek pembangunan.
Macam-macam tulangan dalam pekerjaan pembesian yang biasa jumpai di
lapangan adalah sebagai berikut :
1. Tulangan Pokok.
Tulangan Pokok disebut juga tulangan utama atau tulangan memanjang. Yaitu
tulangan yang memanjang searah dengan panjang balok ataupun kolom.

Letak Tulangan Pokok

5
2. Tulangan Tumpuan
Yaitu tulangan pokok atau tulangan utama yang posisinya berada di sekitar area
tumpuan. Biasanya yang menggunakan istilah ini hanya untuk balok (dan juga
pelat). Kolom tidak mengenal tulangan tumpuan. Kalau kolom biasanya istilahnya
tulangan ujung atas atau bawah.

Gambar Tulangan Tumpuan


3. Tulangan lapangan
Yaitu tulangan pokok atau tulangan utama yang posisinya berada di tengah –
tengah suatu bentang.

Gambar Tulangan Lapangan


4. Tulangan Geser
Tulangan geser disebut juga begel, sengkang, ties, stirrups, dan lain-lain. Yaitu
tulangan melingkar yang mengikat tulangan utama pada balok maupun kolom.
Fungsinya untuk memegang tulangan utama, dan sebagai tulangan geser (menahan
gaya dalam geser).

Posisi Tulangan Geser

6
5. Tulangan Ekstra
Yaitu tulangan tambahan yang ditambahkan pada tulangan tumpuan atau tulangan
lapangan. Biasanya tulangan ekstra ini tidak dipasang di sepanjang balok, tapi
hanya di sekitar area yang membutuhkan saja.

C. PRINSIP DASAR BETON BERTULANG


1. Balok beton dan Tulangan
a. Balok Beton tanpa Tulangan.
Sifat dari beton, yaitu sangat kuat untuk menahan tekan, tetapi tidak kuat
(lemah) untuk menahan tarik. Oleh karena itu , beton dapat mengalami retak
jika beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat
tariknya.
Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan ) ditumpu oleh tumpuan sederhana
(sendi dan rol) dan di atas balok tersebut bekerja beban terpusat ( P ) dan beban
merata ( q ), maka akan timbul momen luar, sehingga balok akan melengkung
ke bawah seperti tampak pada gambar II.1.(a) dan gambar II.1.(b).
Pada balok yang melengkung ke bawah akibat beban luar ini pada dasarnya
ditahan oleh kopel gaya gaya dalam yang berupa tegangan tekan dan tarik. Jadi
pada serat serat balok bagian tepi atas akan menahan tegangan tekan, dan
semakin ke bawah tegangan tekan tersebut semakin kecil dan sebaliknya, pada
serat bagian tepi bawah akan menahan tegangan tarik, dan semakin ke atas
tegangan tarik semakin kecil pula. ( lihat gambar II.1.(c), pada bagian tengah ,
yaitu pada batas antara tegangan tarik dan tegangan tekan , serat serat balok
tidakm mengalami tegangan sama sekali ( tegangan tarik dan tegangan tekan
bernilai nol ). Serat serat yang tidak mengalami tegangan tersebut membentuk
suatu garis yang disebut garis netral

                                     

Balok Beton Tanpa Tulangan

7
Jika beban di atas balok itu cukup besar, maka serat serat beton bagian tepi
bawah akan mengalami tegangan tarik yang cukuptak besar pula, sehingga
dapat terjadi retak pada bagian tepi bawah. Keadaan ini terjadi terutama pada
daerah beton yang momennya besar, yaitu pada bagian tengah bentang.
b. Balok Beton dengan Tulangan .
Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat serat balok bagian tepi
bawah, maka diperlukan baja tulangan sehingga disebut dengan istilah “Beton
Bertulang” pada balok beton bertulang ini, tulangan baja ditanam dalam beton
sedemikian rupa, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen
pada penampang retak dapat ditahan oleh tulangan seperti tampak pada gambar
II.2

Balok Beton Bertulang


Karena sifat beton tidak kuat terhadap tarik, maka pada gambar II.2 (b) tampak
bahwan bagian balok yang menahan tarik ( di bawah garis netral ) akan ditahan
oleh tulangan, sedangkan bagian yang menahan tekan ( di atas garis netral )
tetap ditahan oleh beton.
c. Fungsi utama beton dan tulangan
Dari uraian di atas dapatlah dipahami, bahwa baik beton maupun baja tulangan
pada struktur beton bertulang tersebut mempunyai fungsi yang berbeda sesuai
dengan sifat bahan yang bersangkutan.
Fungsi utama beton :
 Menahan gaya tekan
 Menutup baja tulangan agar tidak berkarat
Fungsi utama baja tulangan :
 Menahan gaya tarik
 Mencegah retak beton agar tidak melebar
2. Pemasangan Tulangan
a. Pemasangan tulangan longitudinal
Fungsi utama baja tulangan pada struktur beton bertulang yaitu untuk menahan
gaya tarik, Oleh karena itu pada struktur balok, pelat, fondasi, ataupun struktur
lainnya dari bahan beton bertulang, selalu diupayakan agar tulangan
longitudinal (tulangan memanjang) dipasang pada serat-serat beton yang
mengalami tegangan tarik. Keadaan ini terjadi terutama pada daerah yang
menahan momen lentur besar (umumnya di daerah lapangan/tengah bentang,

8
atau di atas tumpuan), sehingga sering mengakibatkan terjadinya retakan beton
akibat tegangan lentur tersebut.
Tulangan longitudinal ini dipasang searah sumbu batang. Berikut ini diberikan
beberapa contoh pemasangan tulangan memanjang pada balok maupun pelat
(lihat Gambar II.4).

b. Pemasangan Tulangan Geser


Retakan beton pada balok juga dapat terjadi di daerah ujung balok yang dekat
dengan tumpuan. Retakan ini disebabkan oleh bekerjanya gaya geser atau gaya
lintang balok yang cukup besar, sehingga tidak mampu ditahan oleh material
beton dari balok yang bersangkutan.
Agar balok dapat menahan gaya geser tersebut, maka diperlukan tulangan geser
yang dapat berupa tulangan-miring/tulangan-serong atau berupa
sengkang/begel. Jika sebagai penahan gaya geser hanya digunakan begel saja,
maka pada daerah dengan gaya geser besar (misalnya pada ujung balok yang
dekat tumpuan) dipasang begel dengan jarak yang kecil/rapat, sedangkan pada
daerah dengan gaya geser kecil (daerah lapangan/tengah bentang balok) dapat
dipasang begel dengan jarak yang lebih besar/renggang.
Contoh pemasangan tulangan miring dan begel balok dapat dilihat pada
Gambar II.5.

c. Jarak tulangan pada balok


Tulangan longitudinal maupun begel balok diatur pemasangannya dengan jarak
tertentu seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

9
d. Jumlah tulangan maksimal dalam 1 baris
Dimensi struktur biasanya diberi notasi b dan h, dengan b adalah ukuran lebar
dan h adalah ukuran tinggi total dari penampang struktur. Sebagai contoh
dimensi balok ditulis b/h atau 300/500, berarti penampang dari balok tersebut
berukuran lebar balok b = 300 mm dan tinggi balok h = 500 mm

D. MUTU BAJA TULANGAN


Baja tulangan untuk konstruksi beton bertulang ada bermacam macam jenis dan
mutu tergantung dari pabrik yang membuatnya. Ada dua jenis baja tulangan , tulangan
polos ( Plain bar ) dan tulangan ulir ( Deformed bar ). Sebagian besar baja tulangan
yang ada di Indonesia berupa tulangan polos untuk baja lunak dan tulangan ulir untuk
baja keras. Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam
sistem struktur, beton perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang
berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan beton menggunakan bahan baja yang
memiliki sifat teknis yang kuat menahan gaya tarik. Baja beton yang digunakan dapat
berupa batang baja lonjoran atau kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang-
batang baja yang dianyam dengan teknik pengelasan. Baja beton dikodekan berurutan
dengan: huruf BJ, TP dan TD,
 BJ berarti Baja
 TP berarti Tulangan Polos
 TD berarti Tulangan Deformasi (Ulir)
Angka yang terdapat pada kode tulangan menyatakan batas leleh karakteristik
yang dijamin. Baja beton BJTP 24 dipasok sebagai baja beton polos, dan bentuk dari
baja beton BJTD 40 adalah deform atau dipuntir . Baja beton yang dipakai dalam
bangunan harus memenuhi norma persyaratan terhadap metode pengujian dan
permeriksaan untuk bermacam macam mutu baja beton menurut Tabel
Tegangan leleh Kekuatan tarik Perpanjangan
Simbul mutu Minimum (kN/ Minimum (kN/ cm ) 2
Minimum ( % )
cm )
2

BJTP – 24 24 39 18
BJTP – 30 30 49 14
BJTD – 30 30 49 14
BJTD – 35 35 50 18
BJTD – 40 40 57 16
SNI menggunakan simbol BJTP ( Baja Tulangan Polos) dan BJTD ( Baja
Tulangan Ulir ). Baja tulangan polos yang tersedia mulai dari mutu BJTP -24 hingga
BJTP – 30, dan baja tulangan ulir umumnya dari BJTD – 30 hingga BJTD 40. Angka
yang mengikuti simbul ini menyatakan tegangan leleh karakteristik materialnya.

10
Sebagai contoh BJTP – 24 menyatakan baja tulangan polos dengan tegangan leleh
material 2400kg/ cm2 ( 240 MPa )
Secara umum berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang Tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung, baja tulangan yang digunakan harus tulangan
ulir. Baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon. Di samping mutu
baja beton BJTP 24 dan BJTD 40 seperti yang ditabelkan itu, mutu baja yang lain
dapat juga spesial dipesan (misalnya BJTP 30). Tetapi perlu juga diingat, bahwa waktu
didapatnya lebih lama dan harganya jauh lebih mahal. Guna menghindari kesalahan
pada saat pemasangan, lokasi penyimpanan baja yang spesial dipesan itu perlu
dipisahkan dari baja Bj.Tp 24 dan Bj.Td 40 yang umum dipakai. Sifat-sifat fisik baja
beton dapat ditentukan melalui pengujian tarik. Sifat fisik tersebut adalah: kuat tarik
(fy) ,batas luluh/leleh, regangan pada beban maksimal, modulus elastisitas (konstanta
material), (Es)

Tulangan Polos
Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa diameter, tetapi karena ketentuan
SNI hanya memperkenankan pemakaiannya untuk sengkang dan tulangan spiral, maka
pemakaiannya terbatas. Saat ini tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga
diameter 16 mm, dengan panjang 12 m.
Diameter Berat ( kg / m) Luas penampang
( mm ) ( cm2 )
6 0,222 0,28
8 0,395 0,50
10 0,617 0,79
12 0,888 1,13
16 1,578 2,01

Tulangan Ulir ( deform )


Diameter Berat ( kg / m) Keliling ( cm ) Luas penampang
( mm ) ( cm2 )
10 0,617 3,14 0,785
13 1,04 4,08 1,33
16 1,58 5,02 2,01
19 2,23 5,96 2,84
22 2,98 6,91 3,80
25 3,85 7,85 4,91
32 6,31 10,05 8,04
36 7,99 11,30 10,20
40 9,87 12,56 12,60

Berdasarkan SNI, baja tulangan ulir lebih diutamakan pemakaiannya untuk


batang tulangan struktur beton. Hal ini dimaksudkan agar struktur beton bertulang
tersebut memiliki keandalan terhadap efek gempa, karena akan terdapat ikatan yang
lebih baik antara beton dan tulangannya.

11
Bentuk baja tulangan seperti gambar di bawah ini :

E. SIMBUL SIMBUL GAMBAR PEMBESIAN

Øp 10 - 250 : tulangan polos diameter 10 mm jarak pasang 250 mm


f’c : mutu beton, fy : mutu baja tulangan (tegangan leleh baja)
A’ = Luas tulangan tekan
A = Luas tulangan tarik
b = Lebar balok atau pelat
h = Tinggi balok atau pelat
d = Tinggi manfaat

F. ALAT DAN BAHAN PEKERJAAN PENULANGAN


1. Baja
Baja pada proyek ini terdiri dari dua jenis, yaitu baja yang digunakan untuk
rangka atap baja dan penulangan beton bertulang. Baja yang digunakan untuk
rangka baja terdiri dari bermacam-macam profil.
Penyimpanan baja tulangan diletakan di atas bantalan balok kayu yang terletak di
atas tanah untuk menghindari korosi pada tulangan akibat reaksi dengan air
tanah.
Berdasarkan bentuknya, baja tulangan dibagi menjadi dua jenis :
1. Baja tulangan polos
Permukaan baja polos, tidak bersirip. Biasa disingkat dengan BJTP.
2. Baja tulangan sirip (deform)
Permukaan baja memiliki sirip melintang untuk meningkatkan daya lekat
tulangan baja dengan beton. Biasa disingkat dengan BJTD.

12
Baja tulangan yang digunakan pada proyek ini yaitu :
a. Untuk baja tulangan D < 10 mm digunakan BJTP 24 dengan fy = 240 MPa.
b. Untuk baja tulangan D <10 mm digunakan BJTD 40 dengan fy = 400 MPa.
c. Baja yang digunakan dalam proyek ini adalah dari.

Gambar 3.5 Besi tulangan


2. Kawat Bendrat
Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat antar baja tulangan agar dapat
membentuk struktur seperti yang dikehendaki. Kawat bendrat yang digunakan
berdiameter 1 mm dan dalam pemakaiannya digunakan tiga lapis kawat agar lebih
kuat dalam mengikat baja tulangan. Agar baja tulangan saling terikat dengan kuat
maka kawat yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan tidak
mudah putus.

Gambar 3.9 Kawat bendrat


3. Pemotong Tulangan (Bar Cutter)
Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standar (12 m). Untuk
keperluan tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap
tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan, yaitu
pemotong tulangan (bar cutter) yang dioperasikan dengan menggunakan tenaga
listrik. Jumlah tulangan yang mampu dipotong dalam sekali tahap umumnya
bervariasi antara 5 sampai 10 tulangan, tergantung dari besarnya diameter tulangan
yang akan dipotong. Proyek ini menggunakan Barcutter listrik dengan sepesifikasi
sebagai berikut:
Merk dan Type : Meiho dan Toyo, MTK-42
Buatan : Jepang
Jumlah : 2 unit
Kapasitas potong : 5 – 10 tulangan, tergantung diameter tulangan yang
dipotong.

13
Gambar 3.15. Bar cutter
4. Pembengkok Tulangan (Bar Bender)
Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan seperti
pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan untuk sambungan tulangan
kolom, juga pembengkokan tulangan balok dan plat. Sudut yang dapat dibentuk
oleh pembengkok tulangan dapat diatur besarnya, yaitu 450, 900,1350 dan1800.
Kapasitas alat antara 5 sampai 8 tulangan tergantung dari besarnya diameter
tulangan yang akan ditekuk oleh bar bender. Adapun spepesifikasi bar bender yang
digunakan dalam proyek ini adalah sebagai berikut:
Merk dan Type : Toyo
Buatan : Jepang
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 4 – 5 tulangan. Tergantung diameter tulangan yang
dibengkokkan.

Gambar 3.16. Bar bender

G. PROSES PELAKSANAAN PERAKITAN TULANGAN


Dalam proses pelaksanaan pembangunan untuk rumah tinggal, perkantoran maupun
gedung bertingkat dibutuhkan struktur bangunan dimana salah satunya menggunakan
struktur beton. Proses perakitan tulangan struktur kolom, balok, tangga dan plat lantai
adalah sebagai berikut ini:
1. Pembesian kolom lantai bawah dilengkapi dengan bekisting atau cetakan beton
untuk struktur beton bagian bawah dapat seperti pada gambar dibawah ini.

14
2. Setelah pembesian kolom lantai bawah dan bekisting kolom selesai dirakit, maka
pengecoran dimulai untuk struktur kolom bagian bawah tersebut.

3. Bekisting balok dan bekisting lantai atas dibuat sebagai acuan cetakan struktur
beton atas. Dimensi bekisting tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan dan gambar
rencana.

4. Pekerjaan berlanjut pada pembuatan penulangan balok lantai atas berkaitan


pada pembesian kolom. Jumlah besi dan jarak sengkang / begel disesuaikan
dengan gambar rencana yang dibuat berdasarkan beban yang ditopang.

5. Pembesian untuk struktur lantai atas dirangkai berkaitan pada penulangan balok
dan kolom yang sudah diselesaikan sebelumnya. Agar besi bagian bawah tidak
menempel pada bekisting dibutuhkan beton tahu/beton decking dengan tebal
sesuai selimut beton. Sedangkan untuk besi bagian atas digunakan penopang
tulangan agar saat diinjak saat perakitan dan pengecoran tidak melendut kebawah.

15
6. ntuk bekisting tangga, dibuat sesuai ukuran gambar kerja yang direncanakan
dimana jumlah optrade dan aantrade sudah ditentukan berdasarkan perhitungan
ketinggian lantai atas.

7. Penulangan tangga dirangkai dengan mengait pada pembesian balok lantai atas.
Beton decking diletakan pada bagian bawah dan samping agar pembesian tangga
tidak menempel pada bekisting.

8. Maka setelah pekerjaan rangkaian pembesian struktur lantai atas selesai dimulailah
pengecoran dimulai pada bagian balok dan plat lantai atas.

9. Pengecoran berlanjut pada bagian tangga seperti pada gambar ilustrasi dibawah
ini.

16
10. Setelah coran beton mengering, pekerjaan pasangan dinding untuk lantai atas
dapat dimulai dengan menumpu pada balok lantai atas.

11. Pekerjaan dinding dilanjutkan dengan plesteran dinding.

H. PENGERTIAN BEKISTING ATAU PERANCAH (FORMWORK)


Bekisting atau formwork adalah salah satu faktor penting yang harus
direncanakan secara matang dalam suatu pekerjaan konstruksi beton.
Menurut Stephens (1985), bekisting atau formwork adalah cetakan sementara
yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai
dengan bentuk yang diinginkan. Bentuk tersebut dapat berupa kolom, balok, pelat,
slab, D-wall, shear wall, dan retaining wall.
Bekisting dapat dibuat dari kayu, waterproof-plywood, baja atau material lain
sesuai dengan kebutuhan, kemudahan pekerjaan dan efisiensi biaya. Bekisting sebagai
cetakan beton, harus mempunyai kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk memikul
tekanan dan getaran yang timbul pada saat pengecoran sehingga masih dapat
memenuhi toleransi yang disyaratkan.
Untuk mendukung kekuatan dan kekakuan bekisting maka diperlukan hollow,
tierod, support, dan sistem perancah sedemikian sehingga setiap kemungkinan
pergerakan lateral maupun vertikal tidak terjadi selama proses pengecoran.
Selain itu, bekisting juga harus kedap untuk mencegah hilang atau lolosnya adukan
beton. Semua permukaan bekisting dan material yang tertanam harus bersih dari
akumulasi mortar atau grout bekas pengecoran sebelumnya dan dari material asing
lainnya sebelum beton dicor agar kualitas beton yang dihasilkan baik.
Setelah beton selesai dicor, maka bekisting harus segera dilepas sesudah beton
dianggap cukup keras sehingga tidak rusak pada saat pembongkarannya.
Konstruksi bekisting dan perancah adalah bagian dari suatu pekerjaan
sipil,khususnya pekerjaan beton.
Konstruksi pekerjaan ini perlu dipertimbangkan kekuatan dan kekokohan
konstruksi guna mendukung pengecoran adukan beton, pengerasan beton serta

17
beban yang timbul akibat proses menumpahkan adukan beton ke bekisting serta faktor
lain yang mempengaruhinya antara lain angin, getaran dan lain – lain.
Pekerjaan Persiapan meliputi antara lain :
 Dalam hal perancahnya itu sendiri harus dipersiapkan bahannya dengan cukup dan
lengkap
 Dalam hal pekerjaan pembuatan dan erecting diperlukan tenaga yang
berpengalaman, alat yang memadai
 Surveying lapangan tempat kerja
 Melaksanakan pengukuran yang teliti, disertai tenaga yang berpengalaman dari
pihak employer dan pemborong

I. JENIS & TIPE BEKISTING


Pada umumnya bekisting secara garis besar dibagi menjadi 3 tipe yaitu10 :
1. Bekisting tradisional
Yang dimaksud dengan bekisting tradisional adalah bekisting yang setiap kali
setelah dilepas dan dibongkar menjadi bagian-bagian dasar, dapat disusun kembali
menjadi sebuah bentuk lain.
Pada umumnya bekisting kontak terdiri dari kayu papan atau material plat,
sedangkan konstruksi penopang disusun dari kayu balok dan (pada lantai) dari
stempel-stempel baja. Bekisting tradisional ini memungkinkan pemberian setiap
bentuk yang diinginkan pada kerja beton.
2. Bekisting setengah sistem
Yang dimaksud dengan bekisting setengah sistem adalah satuan-satuan bekisting
yang lebih besar, yang direncanakan untuk sebuah obyek tertentu. Untuk ini
mereka pada prinsipnya digunakan untuk berulang kali dalam bentuk tidak diubah.
Pada umumnya bekisting kontak terdiri dari material plat. Konstruksi
penopang disusun dari komponen-komponen baja yang dibuat di pabrik atau
gelagar-gelagar kayu yang tersusun. Setelah usai, komponen- komponen ini dapat
disusun kembali menjadi sebuah bekisting setengah sistem untuk sebuah obyek
yang lain. Sebagai contoh : Elemen-elemen panel dinding .
3. Bekisting sistem
Yang dimaksud dengan bekisting sistem adalah elemen-elemen bekisting yang
dibuat di pabrik, sebagian besar komponen-komponen yang terbuat dari baja.
Bekisting sistem dimaksudkan untuk penggunaan berulang kali. Ini berarti bahwa
tipe bekisting ini dapat digunakan untuk sejumlah pekerjaan. Bekisting sistem
dapat pula disewa dari penyalur alat-alat bekisting. Contoh : bekisting panel untuk
terowongan, bekisting untuk beton pre- cast.

J. SYARAT DAN KETENTUAN DALAM PEKERJAAN BEKISTING


Untuk memenuhi fungsinya, menurut American Concrete Institute (ACI)
dalam buku FORMWORK FOR CONCRETE menyebutkan bahwa bekisting
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Kuat, dalam hal ini mampu menopang dan mendukung beban-beban yang
terjadi baik sebelum ataupun setelah masa pengecoran berton.
b. Stabil (kokoh), dalam hal ini maksudnya adalah tidak terjadi goyangan dan
geseran yang mampu mengubah bentukan struktur ataupun membahayakan sistem
bekisting itu sendiri (ambruk).

18
c. Kaku, terutama pada bekisting kontak sehingga dapat mencegah terjadinya
perubahan dimensi, bunting atau keropos pada struktur beton.
Perancangan suatu bekisting dimulai dengan membuat konsep sistem yang
akan digunakan untuk membuat cetakan dan ukuran dari beton segar hingga dapat
menanggung berat sendiri dan beban-beban sementara yang terjadi. Syarat- syarat
yang harus dipenuhi yaitu :
1. Kekuatan
Bekisting harus dapat menahan tekanan beton dan berat dari pekerja dan
peralatan kerja pada penempatan dan pemadatan.
2. Kekakuan
Lendutan yang terjadi tidak boleh melebihi 0,3% dari dimensi permukaan beton.
Perawatan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa lendutan kumulatif dari
bekisting lebih kecil dari toleransi struktur beton.
3. Ekonomis
Bekisting harus sederhana dan ukuran komponen serta pemilihan material harus
ditinjau dari segi pembiayaan.
4. Mudah diperkuat dan dibongkar tanpa merusak beton atau bekisting

Metode dan cara bongkar serta pemindahan bekisting harus dicermati dan
dipelajari sebagai bagian dari perencanaan bekisting, terutama metode
pemasangan dan levelling elevasi.
Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun
9
dan merancang bekisting, yaitu :
1. Kualitas : Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan
keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi dan penyelesaian dari pengecoran
dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.
2. Keselamatan : Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor
keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan / menyangga seluruh beban
hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan
konstruksi beton.
3. Ekonomis : Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan
biaya dalam proses

K. BAHAN BEKISTING
1. Bahan Utama Bekisting
 Kayu, papan, plywood, multiplex
 Besi, metal (secara fabricated)
 Sheet pile
 Lobang biasa yang dibentuk ditanah (misal : Tiang straus, cakar ayam, dsb)
2. Bahan Pembantu
 Tikar, anyaman bambu (gedeg), kertas semen b. Plester kist
(semen+pasir+diaci halus+dicat)
 Hardboard
 Oil Kist
 Paku, baut + mur, Pipa PVC Ø kecil
3. Macam – macam Cetakan (Kegunaannya)
 Pondasi, Sloof/Grid Beam b. Kolom (Column)

19
 Balok (Girder, Beam)
 Dinding, Panel (Wall)
 Lantai, Atap (Floor, Roof)
 Tangga (Stair)
 Menara (Tower)

L. MATERIAL PENYUSUN BEKISTING


Material yang umumnya digunakan dalam pekerjaan bekisting adalah sebagai
berikut :
1. Kayu
Tidak ada jenis material yang lebih luas penggunaannya dibandingkan dengan kayu
dalam pembuatan bekisting dan perkuatannya. Kayu memiliki sifat tidak mahal,
kuat, fleksibel, serba guna, tahan lama, ringan, dan mudah pengerjaannya.
Penggunaan kayu sebagai material bekisting diatur ketentuan dan persyaratannya
dalam Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI). Dalam peraturan PKKI ini
jenis-jenis kayu diklasifikasikan berdasarkan berat jenis, kekuatan lentur serta
kekuatan tekan mutlaknya menjadi 5 (lima) kelas.
Tabel 2.1 Klasifikasi kayu di Indonesia
No Kelas kuat Berat Kuat Kuat
jenis lentur tekan

1 I kering
> mutla
>1100 mutla
>650
2 II 0,9- 0,60 1100
0,90 - 650 - 425
3 III 0,60 - 0,40 725
725 - 500 425 - 300
4 IV 0,40 - 0,30 500 - 360 300 - 215
5 V <0, <360 <215
Sumber : PKKI Tahun 19613
Material kayu memiliki sifat-sifat menguntungkan dalam fungsinya sebagai
bagian dari konstruksi yaitu :
Kekuatan yang besar pada suatu massa volumik yang kecil. Harga yang relatif
murah dan dapat diperoleh dengan mudah. Mudah dikerjakan dan alat-alat
sambung yang sederhana. Isolasi termis yang sangat baik.
Dapat dengan baik menerima tumbukan-tumbukan dan getaran-getaran serta
penanganan yang kasar di tempat pendirian sebuah bangunan.
Dalam penggunaannya sebagai bagian dari konstruksi banyak yang mempengaruhi
sifat dan kekuatan kayu tersebut. Oleh karena itu terdapat faktor- faktor pengali
yang disesuaikan dengan kondisi konstruksi dimana kayu tersebut ditempatkan
yaitu :
 Untuk konstruksi yang selalu terendam air.
 Untuk bagian konstruksi yang tidak terlindung dan kemungkinan besar kadar
lengas kayu akan selalu tinggi.
Untuk konstruksi kayu yang tidak terlindung tetapi kayu tersebut dapat mengering
dengan cepat.
 Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan
muatan angin.
 Untuk bagian-bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan
tetap dan tidak tetap.

20
 Untuk pembebanan yang bersifat khusus (getaran, dll).
Sebagai dasar perhitungan kekuatan kayu dalam analisa perencanaan bekisting ini
yang ditinjau adalah properti tegangan-tegangan ijin serta modulus elastisitas dari
material kayu yang akan digunakan tersebut.
Tabel 2. 2 Nilai-nilai tegangan ijin kayu dan modulus elastisitasnya
No Jenis Kelas kuat kayu
tegangan I II III IV V
(kg/
cm2serat
1 Tegangan lentur sejajar ) (σ lt //) 150 100 75 50 -
2 Tegangan tekan = Tarik sejajar serat (σ tk // = σ 130 85 60 45 -
3 tr //)
Tegangan tekan tegak lurus serat (σ tk ) 40 25 15 10 -
4 Tegangan geser sejajar serat ( τ //) 20 12 8 5 -
5 Modulus Elastisitas (E) 125.00 100.00 80.00 60.00 -
Sumber : PKKI tahun 1961 0 0 0 0

2. Multiplek
Tripleks terdiri sejumlah lapisan kayu finer yang direkatkan bersilang satu di atas
yang lain. Pada umumnya lapisan-lapisan finer dikupas dari sebatang kayu bulat;
finer yang ditusuk akan memperlihatkan retakan-retakan kecil di permukaannya.
Ketebalan satu lapisan finer berkisar antara 1,5 – 2,5 hingga 3 mm. Setiap lapis
finer dari satu plat tidak harus sama tebal dan dari jenis kayu yang sama.
Jenis lem yang digunakan untuk merekatkan lapisan finer-finer tersebut harus tahan
terhadap iklim luar selama suatu jangka waktu yang terbatas dan terhadap
pencemaran oleh organisme mikro.
Dalam penggunaanya sebagai material kontak, lapisan terluar daripada triplek ini
harus terbuat dari kualitas kayu yang lebih baik daripada lapisan yang ada
didalamnya dan yang paling utama adalah tahan lama serta tahan aus.
Hal-hal yang merugikan dengan menggunakan triplek (multiplek) adalah sebagai
berikut :
 Harganya yang relatif tinggi.
 Sudut dan tepi dari plat-plat mudah rusak.
 Permukaan dari plat harus ditangani dengan hati-hati.

M. MATERIAL PENOPANG (PERANCAH) DAN PEMIKUL


1. Material Penopang Yang Berdiri Vertikal
Struktur penunjang yang penting untuk keberhasilan pekerjaan bekisting adalah
struktur perancah. Sebagai struktur vertikal yang berfungsi sebagai penyangga,
bertugas meneruskan seluruh gaya dan beban dari atas ke bawah. Dimana
diharapkan penerusan gaya-gaya dapat berlangsung merata, sehingga untuk itu
diperlukan struktur yang kaku dan kekakuannya merata. Dengan melalui
perantaraan acuan, struktur vertikal menyangga balok-balok induk dan anak,
pelat lantai, pelat atap, pelat jembatan dan bagian struktur lain, selama bagian-
bagian struktur beton tersebut belum cukup mampu untuk dapat berdiri menopang
dirinya sendiri.
Tuntutan-tuntutan terpenting yang diharapkan dari suatu penopang dalam suatu
konstruksi bekisting adalah :

21
 Dengan bobot yang ringan harus dapat dan mampu untuk
memindahkan beban-beban yang relatif berat.
 Tahan terhadap penggunaan yang berlangsung kasar.
 Pemasangan dan penyetelan dengan cara yang sederhana.
 Sesedikit mungkin komponen-komponen lepas.
 Mudah dikontrol
 Dapat dipakai berulang-ulang.
Penopang dapat dibagi dalam beberapa kelompok utama, antara lain yaitu :
a. Stempel kayu (penopang dari kayu)
Stempel dari kayu gergajian, kayu bulat dan kayu yang diberi kekuatan, sudah
digunakan sejak dahulu sebagai alat penopang pada bekisting. Tetapi
dalam tahun-tahun terakhir ini penggunaannya semakin berkurang. Karena
muncul berbagai macam material yang tidak memerlukan terlampau
banyak penanganan namun dengan kemungkinan penyetelan yang sangat luas.
b. Stempel baja
Pada beban-beban yang lebih besar, stempel baja tetap menarik untuk dijadikan
pilihan sebagai penopang. Sekalipun harganya relatif mahal. Sebaiknya
material untuk stempel ini digunakan dalam bentuk profil. Dikombinasikan
dengan penyangga dan balok-balok atas dari baja maka terbentuklah pemikul.
c. Steger pipa dari baja
Komponen-komponen untuk membuat sebuah steger pipa baja terdiri dari
bagian-bagian yang ringan dengan bantuan perangkai – perangkai dapat
dihubungkan satu sama lain dengan cara sederhana. Profil baja yang diperlukan
adalah pipa yang dilas tumpul dengan garis tengah sebesar 48,3 mm,
ketebalannya 3,2 mm, dan beratnya 3,6 kg/m. Pipa steger dapat diperoleh
dalam ukuran panjang 1-1.5,2,3,4, dan 6 m. Dengan beban yang diijinkan untuk
satu tiang bervariasi antara 5 sampai 40 kN.
Meskipun pendirian sebuah penopang dari steger pipa memerlukan banyak
pengerjaan, namun material ini bisa sangat menarik untuk sebuah bekisting.
Karena dengan steger pipa dapat disusun konstruksi-konstruksi yang paling
rumit sekalipun.
d. Steger sistem dari baja
Dibandingkan dengan steger pipa dari baja, steger sistem ini mempunyai
kelebihan sebagai berikut :
 Tidak begitu banyak memerlukan pengerjaan.
 Tidak memerlukan tenaga ahli.
 Komponennya lebih sedikit.
 Menara-menara yang dibangun sudah mempunyai stabilitas sendiri.
Steger-steger sistem dapat dirangkai dalam arah ketinggiannya, sedangkan
pembangunannya dapat dilaksanakan dengan cepat. Steger-steger sistem
dibangun melalui penumpukan sebuah kuda-kuda dengan menggunakan 2
tiang atau sebuah menara dengan menggunakan 3 atau 4 tiang.

22
Gambar 2.5 Contoh pembangunan sebuah steger sistem baja
(F. Wigbout,1992 hal 84)

Beban yang diijinkan untuk setiap kuda-kuda adalah 50 – 100 kN. Tergantung
dari sistem yang digunakan dan pemendekan tekukan. Sedangkan beban yang
diijinkan untuk setiap menara adalah 160 – 200 kN. Menara-menara diarngkai
membentuk penampang segitiga, segiempat, atau persegi panjang. Untuk
sambungan kuda-kuda dan menara digunakan alat-alat sambung sistem khusus
sehingga dapat menghemat waktu pemasangannya.
e. Stempel sekrup
Digunakan untuk beban-beban yang agak ringan, daya dukungnya
adalah 5 – 20 kN. Sisi bawah dari stempel sekrup ini dilengkapi dengan
sebuah pelat kaki beserta lubang-lubang untuk paku. Bagian atasnya dilengkapi
oleh sebuah pelat kepala dan sebuah garpu yang dapat menyangga satu atau
dua buah balok. Adapula stempel- stempel khusus yang dilengkapi dengan
pelat-pelat kaki dan pelat puncak yang dapat berputar, dan dapat menahan gaya
tarik maupun tekan.

Gambar 2.6 Stempel Sekrup yang dapat disetel


(F. Wigbout,1992 hal 86)
f. Stempel konstruksi
Digunakan pada beban-beban yang sangat berat. Stempel konstruksi terdiri dari
beberapa elemen standar yang panjangnya berbeda- beda, yang dirangkaikan
satu sama lain dengan pasak atau baut. Pengaturan ketinggian dilakukan

23
oleh kepala dan kaki yang dapat diatur. Daya dukung yang dimiliki oleh jenis
stempel ini bervariasi, yaitu antara 140 -350 kN.

Gambar 2.7 Berbagai tipe stempel konstruksi


(F. Wigbout,1992 hal 87)

N. MATERIAL PEMIKUL
Berdasarkan fungsinya, pemikul dapat digunakan untuk menahan beban
horisontal seperti lantai dan balok, dan untuk bidang vertikal seperti dinding. Dimana
pemikul-pemikul ini terbentuk dari komponen yang ringan dan dapat dirangkai,
dipasang, dan dilepas dengan mudah.30 Berdasarkan konstruksinya, pemikul bekisting
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Pemikul yang dapat digeser
Pemikul-pemikul yang dapat digeser terdiri dari satuan-satuan yang berukuran
pendek dan ringan, terbuat dari bahan baja atau kayu, biasanya berbentuk kisi atau
rangka. Pemikul kayu dengan bentuk 4,35 m, dengan bantuan pengikat-pengikat
dari baja dan pasak-pasak kayu. Bobot dari satu pemikul adalah 7 (tujuh) sampai 9
(sembilan) kg/m.

Gambar 2.8 Pemikul yang dapat digeser dengan pemikul-pemikul dalam


(dinding penuh) dan pemikul luar (kerja rangka) (F. Wigbout,1992)
2. Pemikul tersusun
Dengan menambahkan batang-batang tarik pada bentuk kuda- kuda yang dipilih,
pemikul-pemikul ini dapat menyerap beban yang cukup besar, dengan momen yang
diijinkan adalah antara 60 -1500 kNm. Jenis pemikul ini terdiri dari beberapa
elemen standar yang berbentuk rangka yang dapat disusun dengan berbagai
kepanjangan dan daya pikul.

24
Karena ada bermacam-macam material bekisting kontak dan penopang, maka
pemilihan material ditentukan oleh faktor ulang yang diharapkan dan penggunaan
(ulang) pada lebih dari satu bangunan. Hal yang harus dipertimbangkan adalah :33
 Pemasangan bagian-bagian yang akan dicor;
 Berbagai tuntutan yang akan dikenakan pada permukaan beton;
 Fleksibilitas dan kemungkinan penyesuaiannya.

O. METODE BEKISTING BALOK & PELAT


1. Metode Bekisting Balok
Bentuk penampang balok umumnya berbentuk segi empat dengan posisi berdiri.

Gambar 2.9 Sketsa komponen bekisting balok


(F.Wigbout,1992 Hal 329)

Bagian-bagian dari bekisting balok terdiri dari :


a. Bekisting kontak pipi dan bodeman
Bekisting kontak adalah bagian dari bekisting yang berhubungan langsung
dengan beton. Material yang digunakan adalah material plat yang memiliki
sifat tahan air dan tahan aus. Fungsinya sebagai pemberi bentukan pada
balok dan juga menerima langsung beban yang bekerja dari beton. Ketebalan
dari plat ini tergantung dari perhitungan beban yang ditanggungnya.
b. Rangka alas dan pipi vertikal dan horisontal
Rangka ini berfungsi sebagai penerima beban yang disalurkan dari bekisting
kontak kemudian disalurkan kepada komponen bekisting di bawahnya. Material
yang digunakan biasanya adalah kayu ukuran 2/3, 4/6, 5/7 dan 5/10 atau juga
dari material yang lebih kuat seperti besi hollow atau plat siku. Penggunaan
material tersebut tergantung dari penentuan sistem metode yang akan dipakai
dan juga dari perhitungan kekuatan bahan.
c. Balok suri
Balok suri berfungsi menyebarkan beban yang diperoleh dari rangka alas balok
kepada gelagar memanjang yang ada di bawahnya. Balok suri dipasang arah
berlawanan dengan panjang balok. Sedangkan panjang balok suri tergantung
dari kebutuhan. Untuk posisi balok yang berada di tepi bangunan biasanya akan
lebih panjang karena berfungsi juga sebagai penahan dinding pipi bebas balok.
Tetapi untuk efisiensi bahan biasanya balok suri ini di buat panjang 2 m
sehingga dari 1 batang panjang 4 m balok dipotong menjadi 2 buah balok suri
tanpa ada sisa material yang terbuang. Material balok suri biasanya dari kayu
ukuran 5/10, 6/12, 6/15 dan 8/15 tergantung dari perhitungan kekuatan yang
dilakukan.

25
d. Balok engkel (gelagar memanjang)
Balok engkel pada konstruksi balok dimensi kecil jarang dipakai. Fungsinya
adalah menyalurkan beban dari konstruksi di atasnya kepada stempel atau
penopang di bawahnya.
e. Stempel / penopang
Stempel adalah bagian yang menahan beban dari beban di atasnya dan
menyalurkannya pada tanah atau lantai yang ada di bawah. Kekuatan
daripada stempel ini yang menentukan kestabilan dari keseluruhan
bekisting. Material stempel ini biasanya dari balok-balok kayu atau yang lebih
modern lagi telah dibuat alat-alat standar stempel yang telah banyak macamnya
seperti; standard scaffolding, ring scaffold, pipe support dan lain-lain. Selain
lebih mudah dalam pemasangan dan pembongkaran, kekuatan dari stempel
fabrikasi ini juga dapat disesuaikan dengan beban yang ada.
f. Skoor
Skoor adalah penopang pipi balok. Fungsinya menyebarkan gaya horisontal
yang diterima pipi balok kepada balok suri atau kayu memanjang yang ada
dipangkalnya. Skoor biasanya terbuat dari potongan-potongan kayu atau
yang lebih mekanis lagi berupa alat fabrikasi yang didesain sebagai penahan
pipi balok biasanya terbuat dari besi siku atai pipa hollow segiempat.
2. Metode Bekisting Pelat
Pada umumnya lantai dicor bersama-sama dengan balok. Konstruksi bekisting lantai
harus dapat menahan beban-beban yang bekerja diatasnya agar memenuhi syarat
sebagai bekisting dan tidak melebihi lendutan yang diijinkan. Bagian-bagian pada
bekisting lantai yang menerima beban terdiri dari balok kayu yang dihubungkan
satu dengan lainnya dengan dibantu oleh papan pengokoh dan selur-selur yang
terdiri dari kayu papan agar konstruksi lebih stabil.

Gambar 2.10 Sketsa komponen bekisting plat lantai


(F.Wigbout,1992 Hal 334)

a. Bekisting kontak
Sama halnya seperti pada bekisting balok fungsi bekisting kontak ini
menyalurkan beban dari beton ke anak balok yang ada di bawahnya.
b. Anak balok / rangka plat
Rangka plat inilah yang menjadi tulangan dari bekisting plat. Jarak praktis
pemasangan anak balok ini antara 25 sampai 50 cm tergantung dari pembebanan
dan juga jenis dan tebal material plat yang dipakai sebagai bekisting kontak.
c. Balok penyangga

26
Balok penyangga ini berfungsi seperti balok engkel pada bekisting balok. Beban
yang diterima dai anak balok diteruskan kepada stempel yang ada di bawahnya.
d. Stempel /penopang
Stempel adalah bagian yang menahan beban dari beban di atasnya dan
menyalurkannya pada tanah atau lantai yang ada di bawah. Kekuatan
daripada stempel ini yang menentukan kestabilan dari keseluruhan bekisting.
Material stempel ini biasanya dari balok-balok kayu atau yang lebih modern lagi
telah dibuat alat-alat standar stempel yang telah banyak macamnya seperti;
standard scaffolding, ring scaffold, pipe support dan lain-lain. Selain lebih
mudah dalam pemasangan dan pembongkaran, kekuatan dari stempel fabrikasi
ini juga dapat disesuaikan dengan beban yang ada.

P. PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING


Biaya tenaga kerja dan peralatan bagi konstruksi bekisting dan penggunaannya
memiliki porsi terbesar dari total keseluruhan biaya. Dalam berbagai estimasi,
biaya untuk membuat, mendirikan, dan perkuatan bekisting diestimasi terhadap
produktivitas pekerja. Semua pengeluaran untuk tenaga kerja dan peralatan kerja
bekisting digabungkan dalam 3 (tiga) urutan pekerjaan bekisting yaitu membuat
(build), memasang/mendirikan (erect) dan pembongkaran (strip).

 Pembuatan (build)
Pembuatan bekisting yang paling awal sebelum digunakan (pekerjan prefabrikasi)
adalah aktifitas praktis dengan berbagai macam tipe cetakan. Bentuk cetakan
bangunan tergantung hanya kepada inisial pre-fabrikasi dari bekisting dan
pengeluaran yang lebih jauh kemudian terlingkup dalam pekerjaan pemasangan
dan perkuatan.
 Pemasangan (erect)
Tingkat produktivitas rata-rata pekerja untuk pemasangan bekisitng cukup untuk
menutupi pemasangan dari semua bentuk bekisting tetapi tidak termasuk
pemasangan sistem perkuatan eksternal.
 Pembongkaran (strip)
Pembongkaran dari bekisting mencakup pemindahan, pembongkaran, pembersihan,
pelumasan, penyimpanan sementara dan perbaikan ari bekisting setelah pemakaian
sehingga siap digunakan untuk operasi selanjutnya.

1. Bekisting Balok
Struktur balok beton adalah konstruksi yang menghubungkan satu kolom
dengan kolom lainnya untuk menopang lantai dan beban-beban yang ada diatasnya.
Bentuk penopang balok beton umumnya persegi panjang dengn posisi berdiri.
Berikut langkah kerja pelaksanaan bekisting balok, dengan bentuk bekisting balok
persegi panjang :
a. Pembuatan (build)
 Persiapan material kontak bekisting balok berupa multiplek atau papan yang
dipotong sesuai dengan ukuran balok yang akan dikerjakan. Perlu
diperhatikan metode pemotongan agar tidak terjadi banyak pemborosan
material.
 Pembuatan panel pipi balok dan alas (bodeman) dengan
pemotongan rangka panel sesuai dengan ukuran dan jarak pemasangan

27
yang telah direncanakan. Apabila menggunakan rangka kayu, maka
sebaiknya diserut terlebih dahulu untuk memastikan kerataan permukaan
kayu dan memudahkan perangkaian.

b. Pemasangan (erect)
 Menentukan dan mengukur ketinggian dasar bekisting balok, kemudian
menarik dari dua buah titik yang sudah diukur dengan waterpass sebagai
dasar bekisting.
 Memasang papan alas sebagai tempat berdirinya perancah (tiang).
 Memasang perancah / stempel kaso atau balok dengan jarak antar tiang
sesuai dengan gambar kerja. Pemasangan pengaku antar tiang apabila
diperlukan.
 Memasang gelagar memanjang (balok engkel) dengan posisi gelagar
bagian atas menyentuh benang yang sudah di waterpass.
 Pemasangan balok suri di atas gelagar memanjang dengan jarak pemasangan
sesuai gambar rencana.
 Pemasangan rangka alas balok (bodeman) dengan mengacu pada titik as
balok yang telah ditandai dengan benang dan unting- unting.
 Setelah alas balok terpasang dengan benar, maka dilakukan perangkaian
panel pipi-pipi balok. Diusahakan agar posisi pipi balok tegak lurus alas
balok.
 Pemasangan skoor penahan untuk mempertahankan ketegakan pipi balok
dan menahan beban pada saat pengecoran terjadi.
c. Pembongkaran (strip)
 Pembongkaran diawali dengan pelepasan skoor-skoor penahan pipi balok.
 Pembongkaran pipi-pipi balok dengan metode kerja yang efisien agar tidak
terjadi kerusakan terhadap panel-panel pipi bekisting tersebut.
 Pembongkaran alas balok dilakukan bersamaan dengan pembongkaran
balok suri dan gelagar memanjang.
 Stembel (tiang) penyangga dibuka dan ditempatkan secara teratur untuk
memudahkan penggunaan selanjutnya.

2. Bekisting Plat Lantai


Tebal lantai beton yang dipakai untuk struktur umumnya bekisting antara 12 – 15
cm, sedangkan untuk atap beton tebalnya antara 8 – 12 cm. Berikut ini adalah
langkah kerja pelaksanaan bekisting plat/lantai :44
a. Pembuatan (build)
Persiapan material kontak bekisting balok berupa multiplek atau papan yang
dipotong sesuai dengan ukuran balok yang akan dikerjakan. Perlu diperhatikan
alur penghamparan material kontak agar tidak terjadi pemborosan material
b. Pemasangan (erect)
 Menentukan dan mengukur ketinggian elevasi bekisting plat lantai,
kemudian menarik dari dua buah titik yang sudah diukur dengan waterpass
sebagai dasar bekisting.
 Memasang papan alas sebagai tempat berdirinya perancah (tiang).

28
 Memasang perancah / stempel kaso atau balok dengan jarak antar tiang
sesuai dengan gambar kerja. Pemasangan pengaku antar tiang apabila
diperlukan.
 Memasang gelagar memanjang (balok engkel) dengan posisi gelagar
bagian atas menyentuh benang yang sudah di waterpass.
 Pemasangan anak balok / rangka plat dengan jarak pemasangan sesuai
gambar rencana.
 Penghamparan bekisting kontak yang kemudian dipaku ke rangka plat lantai.
 Pengecekan kerataan dan elevasi permukaan bekisting.
c. Pembongkaran (strip)
 Pembongkaran diawali dengan pelepasan bekisting kontak dan rangka
plat lantai.
 Pembongkaran balok suri dan gelagar memanjang.
 Stempel (tiang) penyangga dibuka dan ditempatkan secara teratur untuk
memudahkan penggunaan selanjutnya.

29
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH

A. PENJABARAN KEGIATAN PEKERJAAN LAPANGAN (PKL)


Pelaksanaan/Jadwal Pelaksanaan dimulai pada hari Kamis, 12 Agustus 2019 sampai dengan
Selasa, 12 November 2019.
Jadwal mingguan bulan Agustus sampai dengan bulan November 2019 :
TERLAMPIR
B. KENDALA PEKERJAAN LAPANGA (PKL) DAN USULAN PEMECAHAN
MASALAH

1. KENDALA PEKERJAAN LAPANGAN (PKL)


a. Kurangnya perlengkapan kerja.
b. Kurangnya tenaga kerja.
c. Keterlambatan pengadaan material.
d. Belum mengerti tentang gambar.
e. Belum lengkapnya alat perlengkapan pelindung diri (K3)

2. USULAN PEMECAHAN MASALAH


a. Melengkapi perlengkapan kerja.
b. Menambah tenaga kerja.
c. Mempercepat pengadaan material yang kurang.
d. Konsultasi atau bertanya kepada pembimbing lapangan tentang perencanaan
tentang pembangunan Puskesmas.
e. Berusaha untuk melengkapi alat pelindung diri (K3)

30
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penyusun melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang di tugaskan di CV. KARYA JAYA Kabupaten Sumba Timur, untuk Bertujuan
dalam pengawasan Pembangunan Gedung PUSKESMAS dalam pekerjaan Penulangan
beton dan bekesting yang bagus atau sesuai dengan perencanaan, sehingga dapat
berguna atau bermanfaat bagi kepala tukang dalam membangun sebuah Gedung
PUSKESMAS, sehingga membantu untuk mempermudahkan semua masyarakat untuk
menikmati sebuah Gedung PUSKESMAS yang indah.
Kami menarik kesimpulan sehingga kami dapat membandingkan antara
kompetensi/keterampilan dengan jenis pekerjaan di tempat kami praktek. Sehingga
kami dapat merasakan tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
karena semua keterampilan yang kami peroleh di bangku sekolah dapat kami
terapkan di tempat dimana kami melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yaitu di Pembangunan Gedung PUSKESMAS Kambaniru di Kelurahan Wangga
Kecamatan Kambera Kabupaten Sumba Timur.

B. SARAN
1. Bagi Sekolah
Penyusun mengharapkan untuk lebih meningkatkan kualitas lembaga dan
juga kedisiplinan terhadap siswa, kemudian sarana pendidikan agar lebih
dilengkapi karena sarana yang ada sedikitnya sangat mempengaruhi bagi siswa
untuk lebih semangat dalam belajar.
2. Bagi Instansi
Bagi seluruh karyawan dan karyawati, penyusun berharap untuk lebih
meningkatkan motivasi dalam bekerja dan lebih giat serta tepat waktu dalam
melaksanakan tugas.
3. Bagi Siswa
Bagi Siswa diharapkan lebih mempersiapkan berbagai hal, baik mental,
material, dan spiritual. Dalam melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan
(PKL)untuk dapat dijadikan bekal pengalaman dikemudian hari.

31
DAFTAR PUSTAKA

https://karyaguru.com/2015/11/05/media-belajar-pembesian-struktur-beton-bangunan/
https://www.academia.edu/24970273/
METODE_PELAKSANAAN_KOLOM_BALOK_DAN_PLAT
http://rromadhonunj.blogspot.com/2014/02/pelaksanaan-pekerjaan-kolom-balok-plat.html
F. Wigbout, Ing. Bekisting (Kotak Cetak). Jakarta : Erlangga. 1987 : hal 234
https://Politeknik Negeri Bandung Jurusan Teknik Sipil. Penyediaan alat kerja dan bahan
bangunan pada suatu proyek
https://Metode Pemasangan Bekisting
https://Materi Belajar Pembesian Struktur Beton Bangunan
https://Material_Pemikul_unlocked

32

Anda mungkin juga menyukai