A. Pengertian
Pengertian akhlak
Akhlak berasal dari bahasa kulqut yang berarti tingkah laku, tabiat, karakter,
budi pekerti. Menurut terminologi atau peristilahan pengertian akhlak dapat
dipahami dari beberapa definisi yang ditemukan oleh beberapa pakar:
Pengertian Baik:
Baik dalam bahasa Arab disebut Al-Khair,dalam bahasa Inggris good. Adapun
pengertian baik dapat dikemukakan, diantaranya:
1
Imam Al-Ghazali. Ibya 'Ulum al-Din, jilid III, Beirut: Dari al-Fikri, t.t, hal. 56
2
Prof. Dr. Ahmad Amin, Etika(Ilmu Akhlak),Jakarta: Bulan Bintang, 1995,hal. 62
3
Ahmad Muhammad Al-Hufy, Akhlak Nabi Muhammad SAW, Keturunan dan Kemuliaannya, cet:
3, Bandung: Gema Risalah Press, 1995, hal. 13
• Sesuatu yang dikatakan baik bila ia mendatangkan Rahmat memberikan
perasaan senang atau bahagia bila dihargai secara positif.4
Pengertian buruk:
• Rusak atau tidak baik, jahat, tidak menyenangkan, tidak Elok, jelek.
• Perbuatan yang tidak sopan Kurang ajar kau mah jahat, tidak
menyenangkan.
• Segala yang tercela lawan baik kau melawan pantas, bagus, perbuatan
yang bertentangan dengan norma-norma agama adat istiadat masyarakat
yang berlaku.
4
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dan Persetif Al- Qur'an, (Jakarta: Amzah,
2007) hal. 39 7 Ibid, hal. 56
menyembahnya, menaatinya, meminta pertolongan kepadanya,
mencintainya melakukan perbuatan lain seperti itu, yang tidak boleh
dilakukan, kecuali kepada Allah SWT.5
• Riya secara bahasa artinya menempatkan atau memperlihatkan. Sedangkan
menurut istilah yang dimaksud dengan Riya adalah menampakan atau
memperlihatkan amal perbuatan supaya mendapatkan pujian orang.6
• Takabur secara bahasa artinya membesarkan diri atau menganggap diri
lebih dibandingkan dengan orang lain. Sedangkan menurut istilah untuk
dimaksud dengan takabur adalah merasa dan mengaku diri lebih
(mulia,pandai, cakap dan lain sebagainya) dari orang lain.7
C. HIKMAH AKHLAK BAIK DAN BURUK
5
Didiek Ahmad Supadie, Sarjuni, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011), hal.
227
6
Samsul Munir Amin, Haryanto Al- Fandi, Kenapa Harus Stres(Terapi Ala Alam), (Jakarta: Amzah,
2007), hal. 51-52.
7
Didiek Ahmad Supadie, Sarjuni, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011), hal.
227
A. PENGERTIAN
contohnya nyai suransi Islam yang disebut sebagai Takaful sudah diterima oleh
ramai ulama walaupun tiada Isma perihal Takaful pada zaman silam ia diterima
8
Ibnu Khaldun Lihat definisi pemikiran dan pemikiran Islam dalam Longman Group, 1987,
Longman Dictionary of Contemporery English, England, Muqaddimah , terjemahan Ahmad Toha,
Jakarta: Pustaka Firdaus, hlm. 523-525.
dengan kesepakatan ulama pada zaman sekarang walaupun bagaimana pun
terdapat pencegahan antara ulama pada beberapa isu perihal Takaful seperti
jaminan Takaful yang tampak bertujuan melaut keuntungan bukan bagi pelindung
pelanggan. Selain itu sudah tiada sistem pengabdian kini penghambaan manusia
seakan-akan sudah tiada penentangan terhadap konsep penghambaan bermula
semenjak zaman mania lagi sebelum barat mengharamkan sistem penghambaan
kerajaan utsmaniyah sudah menentang sistem terhambat dan bahkan ulama kini
menerima bahwa sistem terhambat dianggap cara yang zalim. Contohnya perkara
berkaitan baik dan buruk penggunaan internet dan media sosial seperti Facebook
penulisan Facebook dan paparannya adalah baru persoalan timbul perihal etika
penggunaan Facebook bagaimanakah akhlak pengguna pengguna Facebook
penggunaan Facebook boleh kita kia Scania seperti sebaran yang bukan haram
disebabkan penggunaannya tetapi tergantung pada kandungannya yang dibawa.
C. HIKLMAH
a. Memohon ampun kepada Allah swt. atas dosa yang selama ini di lakukan dan
menyesalinya dengan tidak melakukan dosa yang sama.
b. Tidak bermewah-mewahan dalam urusan dunia dan tidak tenggelam kedalamnya,
tetapi tidak pula meninggalkan dunia itu sendiri. Hidup secukupnya dan
beramalah dengan harta yang dititipkan Allah swt. kepada kita.
c. Meningkatkan zikrullah, yaitu mengigat Allah swt. dan mengurangi kegiatan yang
tidak bermanfaat serta melalaikan.
9
Moenir Nahrowi Tohir, Menjelajah Eksistensi Tasawuf Meniti Jalan Menuju Tuhan (Jakarta: PT
AsSalam Sejahtera, 2012), 93.
d. Menerima segala Takdir yang telah digariskan oleh Allah swt. terhadap manusia.
Karena yang terbaik yang diberikan-Nya pada mu.
e. Tetap bersabar dalam menjalankan perintah maupun menjauhi larangan yang
sudah di sampaikan-Nya melalui Al-Quran.
Hikmah yang dapat diambil dari maqomat adalah betapa pentingnya taubat
sebagai bentuk penyesalan terhadap dosa yang pernah dilakukan. Kemudian
melaju kepada tingkatan sesudahnya dan sampailah kepada tingkat tertinggi yakni
ridha. Maqamat adalah sebuat capaian idealnya seorang muslim di hadapan Allah
swt.
B. AHWAL
PENGERTIAN
“Ahwal adalah keadaan hati yang selalu berzikir, dan bukanlah hal itu
dilihat dari metodologi mujahadah dan latihan-latihan seperti yang telah
disebutkan sebagaimana terdahulu. Ahwal tersebu seperti: merasa diawasi Allah
SWT, perasaan dekat dengan Allah SWT, rasa cinta, takut, harap, rindu. tenang,
yakin dan lainnya.”
Jadi, ahwal adalah bentuk dari sikap yang mencerminkan kebersihan hati
seorang hamba yang telah melakukan rangkaian latihan ibadah kepada Allah swt.
Hal adalah pemberian langsung dari-Nya dan relatif bersifat sementara.
CONTOH DAN HIKMAH
Ahwal adalah kondisi kejiwaan akibat dari amal shalih yang diberikan
Allah swt. kepada seorang hamba. Ahwal sendiri terdiri dari rasa cinta, takut,
perasaan tenang, dan penuh harap serta sifat lainnya yang di anugrahi oleh Allah
swt. yang diberikan kepada seorang yang beriman, khususnya orang shalih.
Hikmahnya dalam ahwal adalah kondisi kejiwaan yang baik adalah
dihasilkan dari perilaku yang baik juga. Yang dimaksud perbuatan baik adalah
perbuatan yang sesuai dengan tuntunan Quran dan hadist. Kondisi jiwa seorang
yang tentaram kerena sealu mengingat Tuhannya.
Seorang yang Cinta pada Tuhannya akan menumbuhkan rasa takut dan
berharap akan rahmat rabb-Nya. Kemudian rasa cinta itu melahirkan rasa rindu
akan-Nya dan tenang karena anugrah dari Allah swt. sangat luas hingga ia tidak
perlu risau akan kehidupan yang sedang ia jalani.
4. ITTIHAT DAN HULUL
A. ITTIHAT
PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan Ittihad adalah suatu tingkatan dalam tasawuf di
mana seorang sufi telah merasa bahwa dirinya telah bersatu dengan Tuhan, suatu
tingkatan di mana yang mencintai dan dicintai telah menjadi satu, sehingga salah
satu dari mereka dapat memanggil yang satunya lagi dengan kata kata : Hai Aku.
Al-Ittihad mengajarkan persatuan antara Tuhan dengan hambanya yang sudah
mencapai kesucian.
Pencetus konsep Al-Ittihad adalah Abu Yazid Al-Busthami. Nama lengkap
Abu Yazid adalah Thaifur Ibn Isa Ibnu Sarusyan.
Ada perbedaan pendapat mengenai Abu Yazid Al-Busthami. Sebagian ahli
berpendapat bahwa ungkapan Abu Yazid tergolong dalam ungkapanungkapan
yang dikenal dengan syathahat, Al-Busthami begitu didominasi keadaan fana.
Ungkapan Abu Yazid tentang kefanaan dan penyatuannya dengan Tuhan memang
terasa berlebihan, antara lain ucapannya yang ganjil adalah : “Aku ini Allah, tidak
ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku”. Kata Abu Yazid yang lainnya
adalah : “Betapa sucinya Aku, betapa besarnya Aku”.
Ungkapan-ungkapan yang diucapkan seorang sufi dalam keadaan begini tidak dia
ucapkan dalam kondisi normal. Sebab ucapan seperti itu jika diucapkan seorang
sufi dalam keadaan normal, justru akan ditolak oleh dirinya sendiri.
CONTOH
Contoh Ittihad antara lain adalah ungkapan-ungkapan yang di ucapkan oleh
Abu Yazid Al-Busthami. Diantaranya adalah :
o Abu Yazid AL-Busthami berkata, “Aku ini Allah, tidak ada Tuhan kecuali
Aku, maka sembahlah Aku.”
o Abu Yazid AL-Busthami berkata, “Betapa sucinya Aku, betapa besarnya
Aku”
o Abu Yazid AL-Busthami berkata, “Aku keluar dari Abu Yazidku, seperti
halnya ular keluar dari kulitnya, dan pandanganku pun terbuka, dan
ternyata sang pecinta, Yang dicinta, dan cinta adalah satu. Sebab manusia
itu dalam alam penyatuan adalah satu.”
o Abu Yazid Al-Busthami ditanya: ”Apa Arsy itu?” maka jawabnya:
”Akulah Arsy itu.” Dia pun ditanya lagi: “Apa Qursi itu?” jawabnya:
“Akulah Qursi itu.” Dia akhirnya ditanya: “ Apa Lauh Mahfudz dan
Qalam itu?” jawabnya: “ Akulah keduanya.”10
10
Mukarramah.
Di atas adalah beberapa contoh ungkapan Ittihad yang diucapkan oleh
Abu Yazid Al-Busthami. Kata-kata tersebut tidak terlepas dari kata-kata fana
yang diucapkan Abu Yazid.
HIKMAH
Ittihad bukanlah sesuatu yang memiliki hikmah yang baik, karena ittihad
adalah keyakinann bahwa dirinya telah bersatu dengan Tuhan. Keyakinan ini
tentu salah, karena manusia dan Tuhan bukanlah sesuatu yang dapat
disamakan.
Manusia bukan Tuhan dan Tuhan bukanlah manusia.
B. HULUL
PENGERTIAN
Hulul berasal dari kata halla, yahullu, hululan, yang memiliki arti menempati,
mistis, bereinkarnasi. Hulul juga bermakna penitisan Tuhan ke makhluk atau
benda. Hulul adalah paham yang mengatakan bahwa Tuhan memiliih tubuh-tubuh
manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat
kemanusiaan yang ada di dalam tubuh tersebut dilenyapkan.11
Al-Hallaj ulama tasawuf yang pertama kali mencetuskan konsep Hulul. Nama
lengkap Al-Hallaj adalah Abu Al-Mughits Al-Husain Ibnu Manshur Ibnu
Muhammad Al-Baidhawi. Dia lahir sekitar tahun 244 H di Al-Baidha, Persia.
Digelari Al-Hallaj karena penghidupannya diperoleh dari meminta wol. Sebelum
memeluk agama Islam, Al-Hallaj adalah pemeluk agama Majusi dan ia juga
merupakan keturunan sahabat Nabi yaitu Abu Ayyub. Dia tumbuh dan dewasa di
Irak dan berguru pada banyak tokoh-tokoh tasawuf pada masanya seperti Sath al-
Tusturi, Abu Amr al-Makki dan al- Junaid. Tetapi dia kemudain membelot dari
ajaran mereka dan menyebarluaskan ajarannya sendiri. Ketika dia kembali dari
Mekkah dan menuju Baghdad pada 296 H, dia segera memperoleh banyak
pengikut dan terkenal sebagai penganut aliran Al-Hallajiyah.12
Menurut Al-Hallaj, bahwa sebelum Tuhan menjadikan makhluk, Ia hanya melihat
kepada dirinya sendiri. Dalam kesendirian Nya itu terjadilah dialog antara Tuhan
dengan diri-Nya sendiri, dialog yang di dalamnya tidak terdapat kata-kata atau
huruf-huruf. Yang dilihat Tuhan hanyalah kemuliaan dan ketinggian Dzat-Nya
dan Dia pun cinta pada Dzat-Nya sendiri, cinta inilah yang menjadi sebab wujud.
Tuhan lalu mengeluarkan dari yang tiada, tiruan dari diri-Nya yang mempunyai
segala sifat dan nama-Nya. Bentuk salinan inilah Adam, dan dari Adam itulah
Tuhan muncul dalam bentuk-Nya.
11
M Hasyim Syamhudi, “H } ULU > L , ITTIH } A > D , DAN WAH } DAT AL-WUJU > D DALAM
PERBINCANGAN ULAMA Z } A > HIR DAN BA > T } IN,” n.d.
12
Mukarramah, “Ittihad, Hulul, Dan Wahdat Al-Wujud.”
Al-Hallaj memiliki pemahaman yang salah tentang peristiwa saat Allah SWT
menyuruh para malaikat dan iblis untuk sujud kepada Adam, maka mereka sujud
kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk orang-orang yang
kafir. Penafsiran Al-Hallaj terhadap ayat ini adalah bahwa Allah memberikan
perintah kepada malaikat untuk sujud kepada Adam karena pada diri Adam, Allah
menjelma sebagaimana Ia menjelma dalam diri Isa a.s.13
Pendapat Al-Hallaj adalah dalam diri manusia terdapat sifat ketuhanan dan dalam
diri Tuhan terdapat sifat kemanusiaan dengan demikian persatuan antara Tuhan
dengan hambanya dapat terjadi dan persatuan ini dalam falsafat Al-Hallaj
mengambil bentuk Hulul. Agar dapat bersatu dengan Tuhan, maka manusia
terlebih dahulu harus menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan dengan fana. Jika
sifat-sifat kemanusiaan telah hilang dan tinggal sifat-sifat ketuhanan saja di dalam
diri manusia, saat itulah Tuhan baru bisa mengambil tempat dalam dirinya, dan
ketika itulah roh Tuhan dan manusia bersatu dalam tubuh manusia.
Contoh Hulul
Contoh Hulul antara lain adalah ungkapan yang dikatakan oleh Al-Hallaj,
diantaranya adalah :
o Al-Hallaj mengatakan, “Aku inilah Yang Maha Benar (Ana Al-Haqq).”
o Al-Hallaj juga mengatakan,
“Aku adalah Dia yang kucintai
Dan Dia yang kucintai adalah aku
Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh
Jika engkau lihat aku, engkau lihat Dia
Dan jika engkau lihat Dia
Engkau lihat kami
Kau antara kalbu dan denyutku, berlalu
Bagaikan airmata menetes dan kelopakku
BisikMu pun tinggal dalam relung hatiku
Bagai ruh yang hulul dalam tubuh jadi satu.”
Hikmah Hulul
Hulul bukanlah hal yang memiliki suatu hikmah yang baik. Hulul adalah
kepercayaan bahwa manusia dan Tuhan dapat menyatu, padahal Tuhan
bukanlah hal yang dapat disatu-satukan dengan manusia. Sebab Tuhan
bukanlah manusia, dan manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
13
M Ag and Dalam Pandangan Al-ghazali, Dr. MUNIRON, M. Ag., n.d.
5. TASAWUF DIINDONESIA
A. PENGERTIAN
Asal-usul kata tasawuf sampai sekarang masih banyak diperdebatkan orang.
Ada yang mengatakan bahwa tashawuf berasal dari kata shuf, yang berarti bulu
domba. Ada juga yang berpendapat bahwa kata tashawwuf berasal dari kata
ahlash-shuffah, yakni kelompok sahabat sangat miskin yang hijrah ke Madinah.
Mereka tidak punyai tempat tinggal. Oleh karenanya Rasulullah menempatkan
mereka di beranda masjid. Kaum orientalis berpendapat bahwa istilah tashawwuf
berasal dari bahasa mereka, yakni teosofos (teosophia), Teo berarti Tuhan dan
sophia berarti kebijaksanaan. Jadi tasawuf berarti kebijaksanaan yang
dihubungkan dengan Tuhan (al- hikmah al-ilahiyah) Kemudian para ulama Islam
mengambil kata itu dan menyesuaikannya dengan lidah Arab sehingga menjadi
tashawwuf (tasawuf). Dalam perkembangan berikutnya, kata tersebut
mengandung makna baru. Tasawuf sering dikaitkan dengan tiga pengertian
sebagai berikut:
Pertama, tasawuf, sering dipahami sebagai akhlak atau adab yang harus
dijalankan manusia ketika mau mendekat kepada Allah. Ada yang lebih tegas lagi
mengatakan bahwa tasawuf adalah akhlak yang baik. Kalau definisi ini disepakati,
maka semua orang barang kali sepakat bahwa ajaran Al- Qur’an dan sunnah
mengajarkan tasawuf. Artinya Nabi SAW datang untuk mengajarkan tasawuf, dan
mengajak kita semua untuk menjadi sufi. Karena salah satu misi kerasulannya
adalah untuk memperbaiki akhlak masyarakat.
Kedua, tasawuf juga diartikan sebagai cara untuk mencapai ma’rifat, untuk
mencapat pengetahuan. Pengetahuan bukan saja diperoleh melalui belajar atau
lewat penalaran saja. Ada pengetahuan yang langsung diberikan oleh Allah yang
disebut ilmu laduni. asalnya diambil dari kalimat min ladunka rahmah (rahmat
dari sisimu). Jadi ada ilmu khusus yang tidak diperoleh melalui pengamatan
empiris, belajar atau penelitian, melainkan diberikan langsung oleh Allah kepada
orang yang dikehendaki. Allah memiliki cara untuk mengajari kita tidak melalui
makhluk-Nya. Tetapi ilmu itu diberikan secara langsung dari Allah, yang sering
disebut ilham atau isyraq yang berarti iluminasi atau pencerahan.
Ketiga, tasawuf juga dianggap sebagai ilmu yang berkenaan dengan
pandangan tentang realitas. Ada sebuah ayat dalam Al- Qur’an yang
terjemahannya:
“Dan milik Allah Timur dan Barat. Ke mana pun kamu menghadap, disitulah
wajah Allah. Sungguh Allah Maha Luas, Maha Mengetahui”. (Q Al-Baqarah
ayat :115).
Secara zhahir ayat ini mengandung makna tentang konsep tauhid yaitu
tidak ada sesuatupun di dunia ini selain Allah. Hanya saja sekarang ini kemana
pun kita memalingkan wajah yang kita lihat adalah bermacam-macam makhluk.
Kita tidak melihat wajah Allah. Lantas kalau begitu apakah ayat Al- Qur’an yang
salah ? Tentu tidak. Kata para sufi, hal itu karena pandangan kita saja yang
tertutup, akibatnya kita tidak bisa melihat wajah Allah. Para sufi berpendapat
bahwa mereka sudah ada pada keadaan ketika memandang realitas ini semuanya
melebur, yang ada hanya Allah, sementara selain Allah itu hilang. Artinya seorang
sufi pada suatu keadaan ketika ia meniadakan segala-galanya, sehingga yang ada
hanya Allah Swt.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah sebuah
pandangan tentang dunia yang berpusat pada Dia (Tuhan) saja dan tidak
tenggelam pada yang bukan Dia.14
Pada intinya tasawuf merupakan suatu usaha dan upaya dalam rangka
mensucikan diri (tazkiyyatunnafs) dengan cara menjauhkan dari pengaruh
kehidupan dunia yang meyebabkan lalai dari Allah SWT untuk kemudian
memusatkan perhatiannya hanya ditujukan kepada Allah SWT. Menurut Syaikh
Muhammad Amin al-Kurdi bahwa tasawuf adalah ilmuyang menerangkan tentang
keadaan-keadaan jiwa (nafs) yang dengannya diketahui hal-ihwal kebaikan dan
keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan
mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, jalan menuju
14
Suherman, ”Perkembangan tasawuh dan kontribusinyan di indonesia”, Jurnal Ilmiah
Research Sains, Vol. 5 No. 1, Februari 2019. h. 2-3
Allah, dan meninggalkan (larangan-larangan) Allah menuju (perintah-perintah)
Allah SWT.15
B. Contoh tasawuf di Indonesia
Perkembangan tasawuf di Indonesia tidak terlepas dari tokoh-tokoh tasawuf dan
ajaran-ajaran mereka, di antara tokoh-tokoh tasawuf itu adalah:
1. Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri berasal dari Barus yaitu kota kecil di Pantai Barat
Sumatera Utara, yang terletak diantara Sibolga dan Singkel. Ia dikenal pada masa
kekuasaan Sultan Alauddin Ri’ayat Syah di Aceh pada abad XVI (1588-1604). Ia
adalah ahli tasawuf yang suka mengembara, dalam pengembaraannya itulah
Hamzah Fansuri mempelajari dan mengajarkan paham-paham tasawufnya.
Hamzah Fansuri juga seorang ahli bahasa, bahasa yang dikuasainya meliputi
bahasa Arab, Persi dan bahasa Melayu.
Dalam sejarah kaum ahli sufi Indonesia, Fansuri dipandang sebagai ahli
sufi pertama di Indonesia yang menuliskan buku-buku tentang tasawuf Islam. Dia
juga pemimpin yang membawa kita mengenal tasawuf falsafi di Indonesia. ia
sangat giat mengajarkan ilmu tasawuf menurut keyakinannya. Ada riwayat yang
mengatakan bahwa ia pernah sampai ke seluruh semenanjung dan
mengembangkan tasawuf di Perlak, Perlis, Kelantan, dan lain-lain. Dari
keterangan-keterangan yang ada mangisyaratkan ia wafat tahun 1607 M.
Ajaran tasawuf Hamzah Fansuri sebagai berikut:
a). wujud, menurutnya wujud itu hanyalah satu walaupun kelihatan banyak. Dari
wujud yang satu itu, ada yang merupakan kulit (kenyataan lahir) ada yang berupa
isi (kenyataan batin). Wujud yang hakiki itulah yang disebut Allah.
b). allah, menurutnya Allah adalah dzat yang mutlak dan qodim, sebab Allah yang
pertama dan yang menciptakan alam semesta.
c). penciptaan, menurutnya hakikat dari dzat Allah itu adalah mutlak dan la
ta’ayyun. Dzat yang mutlak itu mencipta dengan cara menyatakan diri-Nya dalam
suatu proses penjelmaan.
15
Badrudin, Pengantar Ilmu Tasawuf, (A-Empat: Putri Kartika Banjarsari, maret 2015). h.
1-2
d). manusia, walaupun manusia sebagai tingkat terakhir dari penjelmaan, akan
tetapi manusia adalah tingkat yang paling penting dan merupakan penjelmaan
yang paling sempurna, ia adalah pancaran langsung dari dzat yang mutlak, hal ini
menunjukkan adanya semacam kesatuan antara Allah dan manusia.
e). kelepasan, manusia sebagai makhluk penjelmaan yang sempurna dan
berpotensi untuk menjadi insan kamil, namun karena lalainya maka pandangannya
kabur dan tidak sadar bahwa seluruh alam semesta ini adalah palsu dan bayangan.
2. Nuruddin al-Raniri
Nama lengkap beliau ialah Nuruddin Muhammad bin Ali bin Hasan bin
Hamid al-Raniri al-Quraisyi al-Syafi’i. Beliau lahir di Ranir yang terletak tidak
jauh dari Gujarat, India yang dimana di tempat itu ia mulai belajar ilmu agama.
Setelah itu beliau melanjutkan belajar di kota Tarim, Hadhramaut. Sepulang dari
Hadhramaut, 1621 M, beliau singgah di Al- Haramain untuk menunaikan ibadah
haji dan berziarah ke makam Rasulullah saw. Beliau adalah salah satu dari murid
Sayyid ‘Abd al-Qadir al-Idrus. Dan beliau wafat di Ranir pada 21 September 1658
M.
Ajaran tasawuf Nuruddin al- Raniri diantaranya adalah:
a). tuhan, dalam masalah ketuhanan beliau berupaya menyatukan paham
Mutakallimin dengan paham para sufi yang diwakili Ibnu ‘Arabi. Beliau
berpendapat bahwa ungkapan “wujud Allah dan Alam Esa” berarti alam ini
merupakan sisi lahiriah dari hakikatnya yang batin yaitu Allah SWT.,
sebagaimana yang dimaksud Ibnu ‘Arabi. Akan tetapi ungkapan itu pada
hakikatnya adalah bahwa alam ini tidak ada, yang ada hanyalah wujud Allah yang
Esa.
b). alam, al-Raniri berpandangan bahwa alam ini diciptakan Allah malalui
(tajalli).
c). manusia, menurut al-Raniri manusia merupakan makhluk Allah yang paling
sempurna di dunia ini. Kerena manusia merupakan kholifah di bumi.
d). wujudiyyah, inti ajaran menurut al-Raniri berpusat pada wahdad al-wujud.
Beliau bahwa jika benar Tuhan dan makhluk hakikatnya satu, dapat dikatakan
bahwa manusia adalah Tuhan dan Tuhan adalah manusia dan jadilah seluruh
makhluk itu adalah Tuhan. Jika demikian halnya, manusia mempunyai sifat-sifat
Tuhannya.
e). hubungan Syariat dan Hakikat, menurut al-Raniri pemisahan antara hakikat
dan syariat merupakan sesuatu yang tidak benar. Ia berpedoman pada pendapat
Syekh Abdullah al-Aidarusi yang mengatakan bahwa tidak ada jalan menuju
Allah kecuali melalui syariat yang merupakan pokok dan cabang Islam.16
3. Abdul Rauf as-Sinkili
Nama lengkap beliau adalah Abdur Rauf ‘Ali al-Fansuri. Hingga saat ini
tidak ada data pasti mengenai tanggal dan tahun kelahirannya. beliau adalah
seorang Melayu dari Fansur, Sinkil di wilayah pantai barat Laut Aceh.
Pendidikannya dimulai dari ayahnya di Simpang Kanan (Sinkil). Kepada ayahnya
ia belajar ilmu-ilmu agama, sejarah, bahasa arab, mantiq, filsafat, sastra arab, dan
bahasa persia. Kemudian pendidikannya dilanjutkan ke Samudra Pasai dan belajar
di Dayah Tinggi pada Syekh Syamsudin as-Sumatrani. Setelah itu ia melanjutkan
perjalanan ke Arabiyah. Di tanah Arab, selama 19 tahun Abdurrauf belajar agama
kepada kurang lebih 15 guru, 27 ulama terkenal dan 15 tokoh mistik terkenal di
Jeddah, Makkah, Madinah, Mokha, Bait al-Faqih, dan tempat-tempat lain.
Ajaran Abdurrauf As-Sinkili antara lain:
a). ajarannya sama dengan ajaran Syamsuddin dan Nuruddin yang menganut
paham satu-satunya wujud hakiki yaitu Allah, sedangkan alam ciptaan-Nya bukan
merupakan wujud hakiki melainkan bayangan dari yang hakiki.
b). dzikir, alam pandangan as-Sinkili merupakan usaha untuk melepaskan diri dari
sifat lalai dan lupa. Tujuan dzikir adalah mencapai fana (tidak ada wujud selain
wujud Allah).
c). martabat perwujudan Tuhan, menurutnya ada tiga perwujudan Tuhan. Pertama,
martabat ahadiyyah atau la ta’ayyun, yaitu alam pada waktu itu masih merupakan
hakikat gaib yang masih berada di dalam ilmu Tuhan. Kedua, martabat wahdah
atau ta’ayyun awwal yaitu sudah tercipta hakikat muhammad yang potensial bagi
16
Alwi Shihab, Akar Tasawuf di Indonesia, (Depok: Pustaka Iiman, cet. I, 2009) hlm. 7-10.
terciptanya alam. Ketiga, martabat wahdiyyah atau ta’ayyun Tsani, disebut juga
dengan ‘ayan tsabitah, dan dari sinilah alam tercipta.17
4. Yusuf al-Makasary
Lahir di Sulawesi pada tanggal 8 Syawal 1036 H/ 3 Juli 2629 M. Beliau
sejak kecil telah menampakkan kecitaannya terhadap pengetahuan Islam. Iapun
belajar berbagai ilmu termasuk ilmu tasawuf. syekh Yusuf pernah melakukan
perjalanan ke Yaman. Disana dia belajar tarekat Naqsabandiyah dari Syekh Abi
Abdillah Muhammad Baqi Billah. Dan kemudian beliau mempelajari tarekat
ketika berada di Madinah kepada Syakh Ibrahim al-Qurani. Beliau meninggal di
Tanjung Harapan Afrika Selatan pada tanggal 22 Dzulqo’dah 1111 H/ 22 Mei
1699 M, di kubur di Faure di perbukitan pasir Falsebay. Salah satu murid beliau
adalah Abd al-Basyir al-Dhorir al-Rapani. Pengetahuan tarekat yang di
pelajarinya cukup banyak, bahkan sukar ditemukan ulama yang mempelajari
demikian banyak beserta mengamalkanya hingga kini.
17
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, cet. II, 2010) hlm. 342
18
Ibid, hlm.344
memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris Islam, yakni
sufisme adalah jantung ajaran Islam, sehingga bila wilayah ini kering dan tidak
berdenyut, maka keringlah aspek-aspek lain dalam ajaran Islam.
Tasawuf merupakan aspek ajaran Islam yang mewariskan etika kehidupan
sederhana, zuhud, tawakkal, kerendahan hati, nilai-nilai kesabaran dan
semacamnya. Sedangkan dunia modern lebih banyak dimuati pemujaan materi,
persaingan keras disertai intrik tipu daya, keserakahan, saling menjegal antar
sesama, tidak mengenal halal haram, dan sebagainya. Ternyata efek kehidupan
dunia modern yang mengarah pada dunia glamour ini tidak menenangkan batin.
Sehingga trend kembali kepada agama nampaknya lebih berorientasi
spiritualisme.
Dengan demikian tasawuf di abad modern tidak lagi berorientasi murni
kefanaan untuk menyatu dengan Tuhan, tetapi juga pemenuhan tanggung jawab
kita sebagai khalifah Tuhan yang harus berbuat baik kepada sesama manusia dan
sesama makhluk.12 Dengan kata lain, tasawuf tidak hanya memuat dimensi
kefanaan yang bersifat teofani, tetapi juga berdimensi kemashlahatan, kebaikan,
dan nilai-nilai manfaat bagi dunia dan seisinya.
B. TASAWUF AMALI
C. TASAWUF FALSAFI
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara
visi mistis dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf akhlaki,
tasawuf falsafi menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya.
Terminologi falsafi tersebut berasal dari bermacammacam ajaran filsafat yang
telah memengaruhi para tokohnya.
Menurut At-Taftazani, tasawuf falsafi mulai muncul dalam khazanah
Islam sejak abad keenam Hijriah, meskipun para tokohnya baru dikenal setelah
seabad kemudian. Sejak saat itu, tasawuf jenis ini terus hidup dan berkembang
terutama di kalangan para sufi yang juga filsuf, sampai menjelang akhir-akhir ini.
Menurut At-Taftazani, ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang
samarsamar akibat banyaknya istilah khusus yang hanya dapat dipahami oleh
mereka yang memahami ajaran tasawuf jenis ini. Tasawuf falsafi tidak dapat
dipandang sebagai filsafat karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa
(dzauq), tetapi tidak dapat pula dikategorikan sebagai tasawuf dalam
pengertiannya yang murni, karena ajarannya sering diungkapkan dalam bahasa
filsafat dan lebih berorientasi pada panteisme.
D. TASAWUF IRFANI
CONTOH
A. TASAWUF AKHLAKI
Dapat pula diumpamakan, seorang yang mencari tuhan adalah seperti orang
yang bercermin di depan sebuah kaca besar yang kotor. Kotoran dalam cermin itu
diibaratkan sebahai sebuah hijab yang menghalanginya untuk melihat
bayangannya dengan jelas, dan bayangan itu diibaratkan sebagai tuhan. Untuk
dapat melihat bayangannya dengan jelas seseorang tidak perlu memindahkan
cerminnya kekanan atau kekiri atau membeli cermin yang baru. Melainkan,
seseorang tersebut hanya harus membersihkan kotoran tersebut untuk dapat
melihat bayangannya dengan jelas. Dengan demikian, jelaslah bahwa untuk dapat
membuka hijab antara manusia dengan Allah seseorang harus mampu
membersihkan kotorankotaran yang terdapat dalam jiwanya dan menggantinya
dengan perbuatan, sifat dan sikap yang terpuji dan baik agar hatinya tidak lagi
tercemari dan terkotori oleh penyakit-penyakit jiwa yang dapat menjadi hijab
antara seorang hamba dengan Allah.
B. TASAWUF AMALI
C. TASAWUF FALSAFI
Di dalam tasawuf falsafi contohnya sangat berbeda dengan tasawuf sunni atau
tasawuf salafi. kalau tasawuf sunni dan salafi lebih menonjol kepada segi praktis
(al-amal), sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis (an-nadzor )
sehingga dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio
dengan pendektan-pendekatan filosofis yang ini sulit diaplikasikan ke dalam
kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan
mustahil.
D. TASAWUF IRFANI
Hisyam adalah seorang mahasiswa di UIN Maliki Malang. Dia adalah sosok yang
sangat peduli terhadap orang lain. Suatu ketika dia sedang mengalami krisis uang,
waktu itu dia hanya mempunyai sisa uang makan untuk hari itu juga. Pada waktu
itu pula temannya, Ahmad sedang dalam kelaparan yang sangat, karena sudah dua
hari tidak makan. Akhirnya dia meminta pertolongan pada hisyam untuk
meminjaminya uang. Saat itu juga hisyam memberikan seluruh sisa uangnya
kepada ahmad. Dia hanya memikirkan keadaan temannya yag saat itu sedang
kesusahan tanpa memikirkan dirinya sendiri yang saat itu juga belum makan.19
Dari rangkaian diatas bisa dilihat bahwa Hisyam berusaha menyikapi dengan
kebenaran tanpa melalui logika tapi melalui pemberian tuhan.
HIKMAH
6. TAREKAT
A. PENGERTIAN
Tarekat adalah sebuah kata bentukan dari bahasa Arab, dari kata Thar iq atau
Tha riqah dan bentuk jamaknya adalah thara’iq atau thuruq yang artinya adalah
jalan,tempat lalu lintas, aliran, mazhab, haluan, cara (al-kayfiyah), metode, mode,
atau sistem. Dalam Taawuf, istilah tarekat ini sampai abad ke-11 M/5 H dipakai
19
Siti Mutholingah, “Tasawuf ‘Irfani Dan Implementasinya Dalam Pendidikan Agama Islam,”
journal PIWULANG 3, no. 1 (2020): 35.
denganpengertian jalan yang lurus yang dipakai oleh setiap calon sufi untuk
mencapai tujuannya, yaitu berada sedekat mungkin dengan Allah atau dengan kata
lain berada dihadirat-Nya, tanpa dibatasi oleh dinding atau hijab. Dengan kata
lain, tarekat adalah perjalanan seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan
dengan cara menyucikan atau perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang
untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan.20
Tarekat atau Ath Thariqah secara bahasa bisa berarti jalan, cara, metode,
sistem, mazhab, aliran atau keadaan. Sedangkan secara istilah ialah jalan atau
metode khusus bagi orang-orang yang menempuh jalan kepada Allah, melalui
tahapan-tahapan (maqamat).
Istilah ini kemudian lebih sering digunakan untuk menyebut suatu bimbingan
yang dilakukan oleh Mursyid (guru ruhani) kepada muridnya demi kedekatan
dengan Allah Swt.
Tarekat itu sendiri dibangun di atas pondasi Al Qur’an dan Sunnah. Sehingga
tidak bisa orang yang mengaku bertarekat tapi justru meninggalkan Al Qur’an dan
Sunnah.
B. CONTOH
1. Tarekat Qadariyah
2. Tarekat Syatariyah
20
Anwar rosihan akhlak tasawuf, (bandung : pustaka setia,2010) hlm.305
21
( Moh. Toriqodin, SEKULARITAS TASAWUF, membumingkan tasawuf dalam dunia
modern( malang : UINMALANG PRESS) hal, 127).
Tarekat ini didirkan oleh Syekh Abdullah al syatar di india. Ia wafat pada
tahun1429 M. Dari india tarekat ini menyebar ke mekah dan dibawa oleh syekh
akhmad al-Qusosi dan syekh ibrahim Al-khurani dari kedua syekh ini tarekat
syatariyah diajarkankepada syekh abdul al ro’uf singkel dari indonesia syekh
abdul rouf as-singkelmenyebarkan tarekat syatariyah pertama kali di aceh dan
kemudian menyebar ke selatansumatra ( minangkabau ) ke jawa barat melalui
banten, jawa tengah dan jawa timur.Penyebaran ke mingkabau dibawa oleh
muridnya syeh burhanudin ulakan, dankemudian melalui murid-muridnya tarekat
ini menyebar ke daerah daerah lain sepertisumatra, kalimantan, sulawesi dan
sekitarnya.
3. Tarekat Khalwatiyah
4. Tarekat Alawiyah
5. Tarekat sammaniyah
6. Tarekat syadziliyyah
7. Tarekat rifa’iyyah
Tarekat rifa’iyah di dirikan di irak pada abad ke-6 H oleh Ahmad bin
AliAbdul Abbas Ar-Rifa’i, seorang tokoh sufi besar yang saleh, ahli hukum islam
(faqih),dan penganut mahdzab syaifi’i. Ia hidup sezaman denagn Syekh Abdul
Qadir Al-Jailani, Pendiri Tarekat Qadariyah. Ajaran dasar Tarekat Rifai’ah ada
tiga, yaitu tidak meminta sesuatu, tidak menolak, dan tidak menunggu. Di
Indonesia, Tarekat Rifa’ terkenal dengan permainan debus dan rebana yang
dikenal di Aceh dengan nama Rapa’i dan di Sumatra Barat dengan nama
BadaBu’ih.
8. Tarekat Tijaniyah
Tarekat tijaniyyah di dirikan oleh syekh abu al abbas ahmad ibn muhammad
ibnmukhtar at-Tijani dari al-jazair. Tarekat ini dibawa ke indonesia olehk. Anas
buntetcirebon pada tahun 1921. Ia mendapatkan tarekat ini dari syekh alfa hasyim
dan syekhali ibn abd Allah Al-Tayyib di madinah.23
9. Tarekat wahidiyyah
Tarekat al-Hadad didirikan oleh Sayid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-
Haddad. Dia lahir di Tarim, sebuah kota yang terletak di Hadralmaut, tanggal 5
Safartahun 144 H. 24
Suluk merupakan salah satu metode untuk mendekatkan diri dengan Allah
SWT dalam tarekat. Jalaluddin (2012) menjelaskan bahwa tarekat pada mulanya
diartikan sebagai jalan yang harus dilalui oleh seorang sufi dengan tujuan berada
sedekat mungkin (taqarrub) dengan Tuhan.
23
( Rusli, Ris’an , Tasawuf dan Tarekat Studi Pemikiran dan Pengalaman Sufi(Jakarta: PT Raja
GrafindoPersada, 2013).hal 218).
24
Moh. Toriqodin, SEKULARITAS TASAWUF, membumingkan tasawuf dalam dunia
modern( malang : UINMALANG PRESS) hal.130).
Suluk merupakan kegiatan dzikir terus menerus mengingat Allah SWT,
meninggalkan pikiran duniawi hanya untuk mendekatkan diri dan memperoleh
keridhaan dari Allah SWT.
C. HIKMAH
25
Sholikhin (2008) hal.19 – 20.
g. Raf' al-himmah, orang yang masuk tarekat haruslah membersihkan niat
hatinya, yaitu mencari khashshah (pengetahuan khusus) dari Allah,
bukan untuk tujuan duniawi.
h. Nufudz al-'azimah, orang yang mempelajari tarekat haruslah menjaga
tekad dan tujuan, demi meraih makrifat khashshah tentang Allah.