Ainun Utami
Ainun Utami
DI SUSUN OLEH:
AINUN UTAMI RESKY
(2020 02 001)
MK :
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Swt. berkat rahmat serta inayah-Nya
kami berhasil menuntaskan makalah ini. Shalawat beserta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw.,
kepada keluarga, sahabat, serta umatnya yang setia hingga akhir zaman. Aamiin.
Makalah yang berjudul “Pengaruh Leadership Terhadap Tata Kelola Manajemen
Rumah Sakit”.
Dalam penyusunan banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karenanya, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah membalas dengan
kebaikan yang berlipat ganda. Tak ada gading yang tak retak. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karenanya, kritik
dan saran membangun sangat penyusun harapkan demi kemajuan bersama. Akhir
kata, semoga makalah ini mampu memberikan wawasan kepada kita semua.
Amin...
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................3
1.1. Latar Belakang......................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1 Leadership..............................................................................................................4
2.2 Kinerja....................................................................................................................5
2.3 Metode.....................................................................................................................7
2.4 Hasil Pembahasan..................................................................................................8
2.5 Manfaat Pengukuran Kinerja.............................................................................14
2.6 Metode Pengukuran Kinerja...............................................................................15
BAB III PENUTUP........................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................18
3.2 Saran.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Manakala pemimpin memiliki
kemampuan manajerial yang baik kegiatan manajemen rumah sakit untuk
mencapai tujuan organisasi yang berkinerja tinggi akan dapat dilakukan secara
efektif. Manajemen rumah sakit sesungguhnya bersifat kompleks, tidak hanya
menyangkut manajemen pelayanan medis saja, tetapi juga pelayanan
keperawatan, perhotelan, serta penunjang layanan kesehatan lainnya (Wijono,
2000). Sebagian besar fungsi pelayanan kepada pasien diperankan oleh perawat.
Mutu pelayanan rumah sakit sebenarnya adalah sesuatu yang abstrak, tidak
ada satu definisi yang dapat memuaskan semua pihak. Goodler (1996) dalam
Dawud (1999) menyatakan bahwa dalam menilai mutu pelayanan pasien,
setidaknya ada 4 dimensi yang harus dinilai, yaitu clinical, management, patient,
dan population health. Tetapi telah diterima secara umum bahwa mutu berkaitan
dengan kepuasan pasien/masyarakat, profesional, manajemen dan pemilik.
Dibutuhkan profesionalitas perawat untuk mencapai mutu pelayanan asuhan
pasien. Saat ini, sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan
pasien, pemerintah sudah menetapkan standar pelayanan melalui akreditasi rumah
sakit, yang baru-baru ini juga mencantumkan keselamatan pasien sebagai salah
iv
satu persyaratannya. Penilaian akreditasi rumah sakit belum menjamin aspek mutu
asuhan pasien, karena hanya menilai kualitas rumah sakit dari bukti fisik dan
pencatatan tertulis, kurang memperhatikan proses pelayanan langsung kepada
pasien (Dawud, 1999).
v
6. Diketahuinya persentase pengaruh Tanggung Jawab Sosial terhadap Kinerja
Kepala Ruang Rawat Inap RSUD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Leadership
Leader menurut Hariyani (2011) adalah seseorang yang mempergunakan
wewenang dan kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta
bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan,
sedangkan menurut Kartono (2010) pemimpin (leader) adalah seorang pribadi
yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di
satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
vi
merupakan dorongan batin yang menjadi titik tolak bagi setiaporganisasi dalam
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan yang diinginkan.
2.2 Kinerja
Kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja pegawai
(individu) dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan
dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja
yang dicapai suatu organisasi.
Berdasarkan teori yang ada dapat disimpulkan bahwa kinerja organisasi adalah
hasil yang ditunjukkan oleh sebuah organisasi atau tingkat pencapaian
pelaksanaan tugassuatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
dan visi organisasi tersebut dan dapat diketahui bahwa unsur-unsur yang terdapat
dalam kinerja organisasi terdiri dari:hasil-hasil atau evaluasi fungsi pekerjaan,
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi karyawan/pegawai seperti:
motivasi, kecakapan, persepsi peranan, dan sebagainya. Pencapaian tujuan
organisasi dan periode waktu tertentu.
vii
Dalam pengukuran kinerja sangat ditentukan oleh tujuan yang ideal untuk
dicapai, sehingga dalam tahapan pengukurannya harus aktual/nyata dengan
mengidentifikasikannya terlebih dahulu ke dalam komponen operasional. Kinerja
organisasi dapat dilihat dari visi dan misi yang ada, kinerja proses dapat dilihat
dari prosedur standar operasi, dan kinerja pegawai dapat dilihat dari petunjuk
kerja manual yang ada. Sehingga penggambaran visi dan misi dari suatu
organisasi harus mampu menjelaskan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam
suatu organisasi yang dirumuskan dalam sebuah tugas pokok dan fungsi dan akan
menjadi satuan kerja dalam menciptakan aktivitas atau kegiatan pekerja atau
pegawai. Dengan demikian kinerja lebih diorientasikan pada pekerjaan itu sendiri
dalam memberikan hasil, dampak, dan manfaat bagi masyarakat maupun bagi
pegawai itu sendiri.
viii
4. memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan,
pemberian penghargaan dan hukuman;
5. memotivasi pegawai;
6. menciptakan akuntabilitas publik.
Terdapat beberapa jenis tolak ukur yang digunakan sebagai pembanding atau
alat ukur pencapaian pelaksaan tugas seseorang atau evaluasi kinerja kelompok
atau evaluasi kinerja organisasi, yaitu: (1) sasaran atau target yang telah
dirumuskan dalam rencana kerja; (2) standar umum sesuai ketetapan atau
pedoman revisi maupun yang diterima secara konsessus tingkat nasional atau
internasional; (3) standar yang telah ditetapkan secara khusus sebelumnya; (5)
Uraian tugas atau jabatan; (6) Misi dan tugas pokok organisasi atau unit organisasi
yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu (Simanjutak, 2011).
2.3 Metode
Kepemimpinan (leadership) yang diukur dalam penelitian ini merupakan
kepemimpinan dari seorang direktur rumah sakit. Leadershipdiukur secara
subjektif berdasarkan persepsi dari karyawan. Begitu pula dengan kinerja, kinerja
yang diukur merupakan kinerja dari rumah sakit yang bersifat subjektif
berdasarkan persepsi dari karyawan. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner
berisi pertanyaan mengenai leadership yang terdiri dari faktor motivasi dan faktor
kemampuan serta kinerja rumah sakit dengan pilihan jawaban tertutup. Jumlah
pertanyaan untuk leadership adalah 26 pertanyaan yang terdiri dari 14 pertanyaan
tentang faktor motivasi dan 12 pertanyaan tentang faktor kemampuan. Kinerja
ix
rumah sakit terdiri dari 38 pernyataan. pernyataan. Analisis data menggunakan uji
regresi logistik (α= 0,05).
Total 84 100,00
Tabulasi silang untuk analisis faktor motivasi terhadap kinerja rumah sakit
berdasarkan persepsi karyawan, dapat diketahui bahwa sebagian kinerja RSUD
Dr. Soegiri dalam keadaan baik dengan faktor motivasi dari pemimpin dalam
keadaan baik yaitu sebesar 43 (84,31%).
x
Berdasarkan hasil uji statistik dengan nilai α = 0,05, diperoleh nilai p (p value)
= 0.000 sehingga p (0,000)<α (0,05) maka artinya H 0 ditolak, artinya ada
pengaruh faktor motivasi terhadap kinerja rumah sakit.
xi
Hasil pengolahan data untuk faktor kemampuan dalam penelitian ini dibagi
dalam dua kategori, yaitu faktor kemampuan kurang dan faktor kemampuan baik.
Faktor kemampuan kurang merupakan upaya yang dilakukan pemimpin dalam
meningkatkan kinerja terhadap situasi kerja dan memiliki kemampuan yang
memadai untuk jabatanya dan terampil mengerjakan pekerjaan sehari-hari dalam
keadaan kurang menurut persepsi karyawan Rumah Sakit Umum Daerah.
Sedangkan faktor kemampuan baik merupakan upaya yang dilakukan pemimpin
dalam meningkatkan kinerja terhadap situasi kerja dan memiliki kemampuan yang
memadai untuk jabatanya dan terampil mengerjakan pekerjaan sehari-hari dalam
keadaan baik menurut persepsi karyawan
Kinerja Rumah Sakit Jumlah p
Faktor
Kurang Baik value
kemampuan Total
n (%) n (%) (%)
Kurang 22 78,57 6 21,43 28 100,00 0,000
Baik 8 14,28 48 85,72 56 100,00
Total 84 100,00
Hasil tabulasi silang untuk analisis faktor kemampuan terhadap kinerja rumah
sakit, dapat diketahui bahwa sebagian kinerja dalam keadaan baik dengan faktor
kemampuan dari pemimpin dalam keadaan baik yaitu sebesar 48 (85,72%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan nilai α = 0,05, diperoleh nilai p (p value) =
0.000 sehingga p (0,000)<α (0,05) maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh faktor
kemampuan terhadap kinerja rumah sakit.
xii
kinerja pegawai. Dari tabel coefficiens terlihat bahwa p-value (kolom sig)=
0,053<0,1 sehingga hipotesis H0 dapat ditolak. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa faktor kemampuan berpengaruh terhadap kinerja di Rumah Sakit Umum
Daerah
Tabel 3 Tabulasi Silang Leadership Terhadap Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah
Kinerja Rum ah Sakit Jumlah p
Leadership Kurang Baik value
n (%) n (%) Total (%)
Total 84 100,00
xiii
Tabulasi silang untuk analisis faktor leadership terhadap kinerja rumah sakit,
dapat diketahui bahwa sebagian kinerja RSUD dalam keadaan baik dengan
leadership baik yaitu sebesar 44(89,80%). Dari hasil uji statistik dengan nilai α =
0,05, diperoleh nilai p(p value) = 0.000 sehingga p (0,000)<α (0,05) maka H 0
ditolak, artinya ada pengaruh leadership terhadap kinerja rumah sakit.
Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Suranta (2002) menujukkan bahwa
variabel gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai.
14
Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh davis (1994) bahwa
kinerja dipengaruhi oleh leadership yang didalam leadership tersebut terdapat
faktor motivasi dan faktor kemampuan. Mengingat akan pentingnya seorang
leader dalam sebuah organisasi dalam upaya peningkatan kinerja maka
diharapkan para leader (pemimpin) dapat mengambil pendekatan tidak langsung
dengan menciptakan motivasi melalui sarana organisasi yang dapat mendorong
para pegawai rumah sakit tersebut untuk menjadi lebih produktif. Suasana
tersebut dapat tercipta melalui pengelolaan faktor-faktor organisasi dalam bentuk
pengaturan sistem imbalan atau penghargaan, stuktur melaui penyeleksian
pegawai yang berkualitas, desain pekerjaan seta memelihara komunikasi melalui
praktek kepemimpinan yang dapat mendorong rasa saling percaya.
15
2.6 Metode Pengukuran Kinerja
Ada beberapa metode untuk pengukuran kinerja:
1. Penilaian kinerja sendiri (self assesment) Ada dua teori yang menyarankan
penilaian sendiri yaitu teori kontrol dan interaksi simbolik. Teori kontrol oleh
Carver dan Scheiner (1981), menyatakan bahwa individu harus melakukan 3
tugas untuk mencapai tujuan mereka, yaitu;
disarankan untuk melihat apa dan bagaimana mereka mencapai tujuan mereka.
Dengan pengenalan terhadap kesalahan yang dilakukan, mereka mempunyai
kesempatan untuk melakukan perbaikan. Teori interaksi simbolik menyatakan
bahwa bagaimana mengembangkan konsep sendiri dan membuat penilaian sendiri
berdasarkan kepercayaan sendiri tentang bagaimana orang lain memahami dan
mengevaluasi kita (Edward dan Klockars, 1981; Mead, 1934). Teori ini juga
menyebutkan akan pentingnya memahami pendapat orang lain terhadap perilaku
sendiri. Penilaian sendiri adalah pendekatan yang paling umum digunakan untuk
mengukur dan memahami perbedaan individu. Penilaian sendiri biasanya
digunakan pada bidang manajemen sumber daya manusia, salah satunya adalah
untuk mengukur perilaku kepemimpinan, penilaian kinerja dan lainnya.
Disamping mempunyai beberapa kelebihan (mudah, murah, cepat) penilaian
sendiri mempunyai beberapa kelemahan antara lain kecenderungan untuk
memberikan skor tinggi pada item penilaian, kecenderungan untuk memberi skor
pada nilai tertentu, misalnya pada nilai tengah (error of central tendency) yang
mengakibatkan hampir setiap orang dinilai rata-rata. Kekurangan lainnya adalah
16
adanya bias personal dimana nilai, budaya, cemburu dan harapan personal ikut
menentukan penilaian yang mengakibatkan terjadinya distorsi
17
Mabe dan West menemukan korelasi yang rendah antara penilaian sendiri dan
penilaian lainnya, termasuk penyelia dan mitra kerja. Selanjutnya Thornton
(1980) menunjukkan bahwa pandangan pribadi individu tentang kinerja adalah
berbeda nyata dengan pandangan orang lain tentang kinerja individu tersebut.
Tampaknya terjadi perbedaan antara penilaian sendiri dan penilaian lainnya,
khususnya pada studi yang ditujukan untuk penilaian kinerja atau kepemimpinan
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Leadershipdari seorang direktur berdasarkan persepsi karyawan yang ada di
Rumah Sakit Umum dikategorikan baik. Leadership yang baik tersebut
disebabkan faktor motivasi dan faktor kemampuan yang baik pula. Antara faktor
motivasi dan faktor kemampuan diperoleh bahwa faktor motivasi lebih
berpengaruh terhadap kinerja rumah sakit. Maka dari itu, untuk meningkatkan
kinerja perlu dibutuhkan faktor motivasi yang baik dari leadership. Dari hasil
penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh leadership
terhadap kinerja di Rumah Sakit Umum Daerah, dengan kata lain dengan
leadership yang baik maka akan dapat meningkatkan kinerja dari rumah sakit
tersebut.Dengan demikian, peningkatan kinerja perlu adanya peningkatan
leadership juga, baik dari faktor motivasi maupun faktor kemampuan. Sehingga
diharapkan dengan meningkatnya kinerja di rumah sakit maka dapat
meningkatkan jumlah kunjungan rumah sakit tersebut.
3.2 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka disarankan hal- hal sebagai
19
DAFTAR PUSTAKA
Davis, Keith. 1994. Perilaku Dalam Organisasi (jilid 1). Yogyakarta: Erlangga.
Hariyani, I., & Yustisia, C. 2011. Merger, Konsolidasi, Akuisisi, & Pemisahan
Perusahaan.Jakarta: Visimedia.
Widodo, Untung. 2011. Analisis Pngaruh gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja
terhadap kinerja bawahan (studi empiris pada perguruan tinggi swasta
di kotasemarang).http://ri.search.yahoo.com/htmlskripsi/ADITYA.pdf
(Sitasi 18 juni 2014).
20