Diajukan unutk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum KDRT dan Perlindungan Anak
Dosen Pengampu : Riyan Ramdani, S.Sy., M.H.
Disusun Oleh:
Segala puji beserta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Hukum KDRT dan Perlindungan
Anak ini tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................ 1
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 7
B. Saran ............................................................................................................................... 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi, Dasar Hukum dan Jenis-jenis Kekerasan Seksual?
2. Bagaimana Kekerasan Seksual dalam lingkup Keluarga (rumah tangga)?
3. Bagaimana Definisi dan Dasar Hukum Penelantaran Keluarga?
4. Bagaimana Bentuk-bentuk Penelantaran Keluarga?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami Definisi, Dasar Hukum dan Jenis-jenis Kekerasan
Seksual;
2. Mengetahui dan memahami Kekerasan Seksual dalam lingkup Keluarga;
3. Mengetahui dan memahami Definisi dan Dasar Hukum Penelantaran Keluarga;
4. Mengetahui dan Memahami Bentuk-bentuk Penelantaran Keluarga,
1
BAB II
PEMBAHASAN
Merujuk Pasal 4 Ayat (1) UU TPKS, terdapat 9 jenis tindak pidana kekerasan
seksual, meliputi2:
1) Pelecehan seksual nonfisik;
Merujuk penjelasan UU TPKS, yang dimaksud dengan perbuatan seksual
nonfisik adalah pernyataan, gerak tubuh, atau aktivitas yang tidak patut dan
mengarah kepada seksualitas dengan tujuan merendahkan atau mempermalukan.
2) pelecehan seksual fisik;
Setiap orang yang melakukan perbuatan seksual secara fisik yang ditujukan
terhadap tubuh, keinginan seksual, dan/atau organ reproduksi dengan maksud
merendahkan harkat dan martabat seseorang berdasarkan seksualitas dan/atau
1
“Kekerasan Seksual,” Merdeka Dari Kekerasan (blog), diakses 10 Oktober 2022,
https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/kekerasan-seksual/.
2
Kompas Cyber Media, “Poin-poin Penting UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang Baru Diteken Jokowi,”
KOMPAS.com, 11 Mei 2022, https://nasional.kompas.com/read/2022/05/11/19184771/poin-poin-
penting-uu-tindak-pidana-kekerasan-seksual-yang-baru-diteken.
1
kesusilaannya yang tidak termasuk dalam ketentuan pidana lain yang lebih berat
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp 50.000.000,00
3) Pemaksaan kontrasepsi;
Seseorang yang memaksa orang lain menggunakan alat kontrasepsi juga
bisa dijerat pidana kekerasan seksual.
4) pemaksaan sterilisasi;
Seseorang yang memaksa orang lain untuk menggunakan alat kontrasepsi
hingga menyebabkan fungsi reproduksi orang tersebut hilang permanen atau
dengan kata lain memaksa sterilisasi juga bisa dinyatakan melakukan tindak pidana
kekerasan seksual.
5) Pemaksaan perkawinan;
Perkawinan paksa yang dimaksud termasuk perkawinan anak, pemaksaan
perkawinan dengan mengatasnamakan praktik budaya, dan pemaksaan perkawinan
korban dengan pelaku perkosaan.
6) penyiksaan seksual;
Pelaku penyiksaan seksual sendiri didefinisikan sebagai pejabat atau orang
yang bertindak dalam kapasitas sebagai pejabat resmi, atau orang yang bertindak
karena digerakkan atau sepengetahuan pejabat melakukan kekerasan seksual
terhadap orang dengan tujuan: intimidasi untuk memperoleh informasi atau
pengakuan dari orang tersebut atau pihak ketiga; persekusi atau memberikan
hukuman terhadap perbuatan yang telah dicurigai atau dilakukannya; dan/atau
mempermalukan atau merendahkan martabat atas alasan diskriminasi dan/atau
seksual dalam segala bentuknya.
7) eksploitasi seksual;
Pelaku eksploitasi seksual ialah setiap orang dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan atau dengan menyalahgunakan kedudukan, wewenang,
kepercayaan, perbawa yang timbul dari tipu muslihat atau hubungan keadaan,
kerentanan, ketidaksetaraan, ketidakberdayaan, ketergantungan seseorang,
penjeratan hutang atau memberi bayaran atau manfaat dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan, atau memanfaatkan organ tubuh seksual atau organ
tubuh lain dari orang itu yang ditujukan terhadap keinginan seksual dengannya atau
dengan orang lain.
8) perbudakan seksual;
2
Pelaku perbudakan seksual ialah setiap orang yang secara melawan hukum
menempatkan seseorang di bawah kekuasaannya atau orang lain dan
menjadikannya tidak berdaya dengan maksud mengeksploitasinya secara seksual.
9) kekerasan seksual berbasis elektronik.
Dijelaskan dalam UU TPKS bahwa kekerasan seksual berbasis elektronik
dapat dijerat pidana. Kekerasan seksual berbasis elektronik setidaknya dibagi
menjadi 3 jenis, yakni:
• Melakukan perekaman dan/atau mengambil gambar atau tangkapan layar yang
bermuatan seksual di luar kehendak atau tanpa persetujuan orang yang menjadi
objek perekaman atau gambar atau tangkapan layar.
• Membagikan atau mentransmisikan informasi atau dokumen elektronik
bermuatan seksual di luar kehendak penerima yang ditujukan terhadap
keinginan seksual.
• Melakukan penguntitan dan/atau pelacakan menggunakan sistem elektronik
terhadap orang yang menjadi objek dalam informasi/dokumen elektronik untuk
tujuan seksual.
Setiap jenis tindak pidana kekerasan seksual telah diatur rincian hukuman
pidananya, termasuk sanksi denda terhadap pelaku.
Sepuluh jenis kekerasan itu diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) atau peraturan perundang-undangan lainnya, yakni:
1) perkosaan;
2) perbuatan cabul;
3) persetubuhan terhadap anak, perbuatan cabul terhadap anak, dan/atau eksploitasi
seksual terhadap anak;
4) perbuatan melanggar kesusilaan yang bertentangan dengan kehendak korban;
5) pornografi yang melibatkan anak atau pornografi yang secara eksplisit memuat
kekerasan dan eksploitasi seksual;
6) pemaksaan pelacuran;
7) tindak pidana perdagangan orang yang ditujukan untuk eksploitasi seksual;
8) kekerasan seksual dalam lingkup rumah tangga;
3
9) tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya merupakan tindak pidana
kekerasan seksual; dan
10) tindak pidana lain yang dinyatakan secara tegas sebagai tindak pidana kekerasan
seksual sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan3.
3
Media.
4
Hartono, Kekerasan dalam rumah tangga dalam perspektif yuridis - viktimologi, Cet. 1 (Jakarta: Sinar Grafika,
2010).
4
tersebut disebabkan karena berbagai keterbatasan natural yang dimiliki wanita/ istri
dibanding kaum pria secara fisik maupun secara psikis5.
5
Mega Rachmasari Ristian Yunantika, “Penelantaran Istri oleh Suami Merupakan Tindak Pidana,” diakses 10
Oktober 2022, https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ya7y_ZN1-
iUJ:https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fh1/article/download/8436/3261&cd=14&hl=id&ct=clnk
&gl=id.
6
Willa Wahyuni, “Hukum Menelantarkan Anak dan Sanksi Pidananya,” hukumonline.com, diakses 10 Oktober
2022, http://www.hukumonline.com/berita/a/hukum-menelantarkan-anak-dan-sanksi-pidananya-
lt623c341708a22.
5
Tindak pidana penelantaran orang tua oleh anak telah diatur secara khusus
dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang berbunyi “Setiap orang dilarang
menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum
yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib
memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut”.
7
Erizal Rama Ihzagandhi, “Penelantaran Orang tua oleh anak dalam persfektif hukum pidana dan Islam,” 2022,
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:_NmjVYEGT5QJ:eprints.ums.ac.id/101358/1/
NASPUB%2520ERIZAL%2520RAMA%2520%2528REVISI%2529.pdf&cd=11&hl=id&ct=clnk&gl
=id.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, kami akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
7
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah
diatas.
8
DAFTAR PUSTAKA
Hartono. Kekerasan dalam rumah tangga dalam perspektif yuridis - viktimologi. Cet. 1.
Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Ihzagandhi, Erizal Rama. “Penelantaran Orang tua oleh anak dalam persfektif hukum pidana
dan Islam,” 2022.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:_NmjVYEGT5QJ:eprints.um
s.ac.id/101358/1/NASPUB%2520ERIZAL%2520RAMA%2520%2528REVISI%252
9.pdf&cd=11&hl=id&ct=clnk&gl=id.
Merdeka Dari Kekerasan. “Kekerasan Seksual.” Diakses 10 Oktober 2022.
https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/kekerasan-seksual/.
Media, Kompas Cyber. “Poin-poin Penting UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang Baru
Diteken Jokowi.” KOMPAS.com, 11 Mei 2022.
https://nasional.kompas.com/read/2022/05/11/19184771/poin-poin-penting-uu-tindak-
pidana-kekerasan-seksual-yang-baru-diteken.
Wahyuni, Willa. “Hukum Menelantarkan Anak dan Sanksi Pidananya.” hukumonline.com.
Diakses 10 Oktober 2022. http://www.hukumonline.com/berita/a/hukum-
menelantarkan-anak-dan-sanksi-pidananya-lt623c341708a22.
Yunantika, Mega Rachmasari Ristian. “Penelantaran Istri oleh Suami Merupakan Tindak
Pidana.” Diakses 10 Oktober 2022.
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:ya7y_ZN1-
iUJ:https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fh1/article/download/8436/3261&cd=1
4&hl=id&ct=clnk&gl=id.