Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas yang berjudul “Pemerkosaan” dalam bentuk makalah.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan rekan-rekan kami, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam menyelesaikan
penulisan ini.

Metro, Januari 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3

A. Pengertian Pemerkosaan ................................................................... 3


B. Macam-macam Pemerkosaan ........................................................... 5
C. Faktor-faktor terjadinya pemerkosaan ............................................. 6
D. Dampak Sosial .................................................................................. 7
E. Dampak Psikologis ........................................................................... 8
F. Alternatif Penyembuhan .................................................................. 11
G. Upaya Penanggulangan Pemerkosaan .............................................. 12
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 13

A. Kesimpulan ....................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia banyak menghadapi masalah kekerasan,
baik yang bersifat masal maupun yang dilakukan secara individual. Masyarakat mulai merasa resah
dengan adanya berbagai kerusuhan yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia. Kondisi seperti ini
membuat perempuan dan anak-anak menjadi lebih rentan untuk menjadi korban kekerasan.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi dapat
juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga kekerasan
seksual. Hal ini sesuai dengan pendapat Hayati (2000) yang mengatakan bahwa kekerasan pada
dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non-verbal, yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau sekelompok orang lainnya, sehingga
menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis terhadap orang yang menjadi
sasarannya.
Kasus perkosaan yang marak terjadi di Indonesia , menunjukkan bahwa pelaku tidak hanya
menyangkut pelanggaran hukum namun terkait pula dengan akibat yang akan dialami oleh korban
dan timbulnya rasa takut masyarakat secara luas. Akibat dari ini di Indonesia secara normatif tidak
mendapatkan perhatian selayaknya, hal ini disebabkan oleh karena hukum pidana (KUHP) masih
menempatkan kasus perkosaan ini sama dengan kejahatan konvensional lainnya, yaitu berakhir
sampai dengan dihukumnya pelaku. Kondisi ini terjadi oleh karena KUHP masih mewarisi nilai-nilai
pembalasan dalam KUHP.
Dari sudut pandang ini maka menghukum pelaku menjadi tujuan utama dalam proses peradilan
pidana, oleh karena itu semua komponen dalam proses peradilan pidana mengarahkan perhatian dan
segala kemampuannya untuk menghukum si pelaku dengan harapan bahwa dengan dihukumnya
pelaku dapat mencegah terulangnya tindak pidana tersebut dan mencegah pelaku lain untuk tidak
melakukan perbuatan yang sama ini dan masyarakat merasa tentram karena dilindungi oleh hukum,
seperti yang ada dalam KUHP pada pasal 285 yaitu “Barang siapa yang dengan kekerasan atau
dengan ancaman memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, karena
perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun”
Adapun yang dimaksud dengan tindakan perkosaan adalah tindakan yang melanggar hukum.
Tindakan perkosaan tersebut telah merugikan orang lain yaitu orang yang telah diperkosa tersebut.
Seperti yang sudah ada dalam KUHP Ancaman hukuman dalam pasal 285 ini ialah pria yang
memaksa wanita, dimana wanita tersebut bukan istrinya dan pria tersebut telah bersetubuh dengan
dia dengan ancaman atau perkosaan.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas apa yang dimaksud dengan tindak pidana perkosaan.
Maka masyarakat harus bisa berhati-hati dan lebih waspada terhadap tindak pidana perkosaan dan
kasus pemerkosaan menjadi masalah yang harus segera dibenahi di Indonesia agar tidak merusak
citra dan moral bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu perkosaan ?


2. Bagaimana dampak perkosaan terhadap sosial ?
3. Bagaimana dampak perkosaan terhadap psikologis?
4. Bagaiamana cara penyembuhannya?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu perkosaan.


2. Untuk mengetahui dampak perkosaan terhadap sosial.
3. Untuk mengetahui dampak perkosaan terhadap psikologis.
4. Untuk mengetahui cara penyembuhannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkosaan

Perkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapere yang berarti mencuri, memaksa, merampas,
atau membawa pergi (Haryanto, 1997). Pada jaman dahulu perkosaan sering dilakukan untuk
memperoleh seorang istri. Perkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang
dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang dinilai melanggar menurut
moral dan hukum (Wignjosoebroto dalam Prasetyo, 1997). Pendapat ini senada dengan definisi
perkosaan menurut Rifka Annisa Women’s Crisis Center, bahwa yang disebut dengan perkosaan
adalah segala bentuk pemaksaan hubungan seksual. Bentuk perkosaan tidak selalu persetubuhan,
akan tetapi segala bentuk serangan atau pemaksaan yang melibatkan alat kelamin. Oral seks, anal
seks (sodomi), perusakan alat kelamin perempuan dengan benda adalah juga perkosaan. Perkosaan
juga dapat terjadi dalam sebuah pernikahan (Idrus, 1999). Menurut Warshaw (1994) definisi
perkosaan pada sebagian besar negara memiliki pengertian adanya serangan seksual dari pihak laki-
laki dengan menggunakan penisnya untuk melakukan penetrasi vagina terhadap korban. Penetrasi
oleh pelaku tersebut dilakukan dengan melawan keinginan korban. Tindakan tersebut dilakukan
dengan adanya pemaksaan ataupun menunjukkan kekuasaan pada saat korban tidak dapat
memberikan persetujuan baik secara fisik maupun secara mental. Beberapa negara menambahkan
adanya pemaksaan hubungan seksual secara anal dan oral ke dalam definisi perkosaan, bahkan
beberapa negara telah menggunakan bahasa yang sensitif gender guna memperluas penerapan
hukum perkosaan. Di dalam Pasal 285 KUHP disebutkan bahwa:

“barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita


bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun”.

Berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam definisi perkosaan Black’s Law


Dictionary (dalam Ekotama, Pudjiarto, dan Widiartana 2001), makna perkosaan dapat diartikan ke
dalam tiga bentuk:

1. Perkosaan adalah suatu hubungan yang dilarang dengan seorang wanita tanpa persetujuannya.
Berdasarkan kalimat ini ada unsur yang dominan, yaitu: hubungan kelamin yang dilarang dengan
seorang wanita dan tanpa persetujuan wanita tersebut.

2. Perkosaan adalah persetubuhan yang tidak sah oleh seorang pria terhadap seorang wanita yang
dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan kehendak wanita yang bersangkutan. Pada
kalimat ini terdapat unsur- unsur yang lebih lengkap, yaitu meliputi persetubuhan yang tidak sah,
seorang pria, terhadap seorang wanita, dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan
kehendak wanita tersebut.

3. Perkosaan adalah perbuatan hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang pria terhadap seorang
wanita bukan istrinya dan tanpa persetujuannya, dilakukan ketika wanita tersebut ketakutan atau di
bawah kondisi ancaman lainnya. Definisi hampir sama dengan yang tertera pada KUHP pasal 285.

Pada kasus perkosaan seringkali disebutkan bahwa korban perkosaan adalah perempuan.
Secara umum memang perempuan yang banyak menjadi korban perkosaan. Mereka dapat dipaksa
untuk melakukan hubungan seksual meskipun tidak menghendaki hal tersebut. Apabila mengacu
pada KUHP, maka laki- laki tidak dapat menjadi korban perkosaan karena pada saat laki-laki dapat
melakukan hubungan seksual berarti ia dapat merasakan rangsangan yang diterima oleh tub uhnya
dan direspon oleh alat kelaminnya (Koesnadi, 1992). Akan tetapi pada kenyataannya ada pula laki-
laki yang menjadi korban perkosaan baik secara oral maupun anal.

B. Macam-macam pemerkosaan

1. Pemerkosaan saat berkencan

Pemerkosaan saat berkencan adalah hubungan seksual secara paksa tanpa persetujuan antara
orang-orang yang sudah kenal satu sama lain, misalnya teman, anggota keluarga, atau pacar.
Kebanyakan pemerkosaan dilakukan oleh orang yang mengenal korban.

2. Pemerkosaan dengan obat

Banyak obat-obatan digunakan oleh pemerkosa untuk membuat korbannya tidak sadar atau
kehilangan ingatan.

3. Pemerkosaan wanita

Walaupun jumlah tepat korban pemerkosaan wanita tidak diketahui, diperkirakan 1 dari 6 wanita di
AS adalah korban serangan seksual. Banyak wanita yang takut dipermalukan atau disalahkan,
sehingga tidak melaporkan pemerkosaan. Pemerkosaan terjadi karena si pelaku tidak bisa menahan
hasrat seksualnya melihat tubuh wanita
4. Pemerkosaan massal

Pemerkosaan massal terjadi bila sekelompok orang menyerang satu korban. Antara 10% sampai
20% pemerkosaan melibatkan lebih dari 1 penyerang. Di beberapa negara, pemerkosaan massal
diganjar lebih berat daripada pemerkosaan oleh satu orang.

5. Pemerkosaan terhadap laki-laki

Diperkirakan 1 dari 33 laki-laki adalah korban pelecehan seksual. Di banyak negara, hal ini tidak
diakui sebagai suatu kemungkinan. Misalnya, di Thailand hanya laki-laki yang dapat dituduh
memperkosa.

6. Pemerkosaan anak-anak

Jenis pemerkosaan ini adalah dianggap hubungan sumbang bila dilakukan oleh kerabat dekat,
misalnya orangtua, paman, bibi, kakek, atau nenek. Diperkirakan 40 juta orang dewasa di AS, di
antaranya 15 juta laki-laki, adalah korban pelecehan seksual saat masih anak-anak.

7. Pemerkosaan dalam perang

Dalam perang, pemerkosaan sering digunakan untuk mempermalukan musuh dan menurunkan
semangat juang mereka. Pemerkosaan dalam perang biasanya dilakukan secara sistematis, dan
pemimpin militer biasanya menyuruh tentaranya untuk memperkosa orang sipil.

8. Pemerkosaan oleh suami/istri

Pemerkosaan ini dilakukan dalam pasangan yang menikah. Di banyak negara hal ini dianggap tidak
mungkin terjadi karena dua orang yang menikah dapat berhubungan seks kapan saja. Dalam
kenyataannya banyak suami yang memaksa istrinya untuk berhubungan seks. Dalam hukum islam,
seorang istri dilarang menolak ajakan suami untuk berhubungan seksual, karena hal ini telah
diterangkan di hadits nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi suami dilarang berhubungan
seksual dengan istri lewat dubur dan ketika istri sedang haids.

C. Faktor-faktor terjadinya pemerkosaan

Berikut faktor-faktor terjadinya permasalahan pemerkosaan adalah sebagai berikut :

1. Faktor intern yaitu:


a. Keluarga,
b. Ekonomi keluarga,
c. Tingkat pendidikan,
d. Agama/moral,
2. Faktor ekstern,meliputi :
a. lingkungan sosial,
b. perkembangan ipteks,
c. kesempatan,
D. Dampak Sosial
Korban perkosaan dapat mengalami akibat yang sangat serius baik secara fisik maupun secara
kejiwaan (psikologis). Akibat fisik yang dapat dialami oleh korban antara lain:

1. kerusakan organ tubuh seperti robeknya selaput dara, pingsan, meninggal;

2. korban sangat mungkin terkena penyakit menular seksual (PMS);

3. kehamilan tidak dikehendaki.

Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan baik
secara halus maupun kasar. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang menjadi
korban perkosaan tersebut. Hubungan seksual seharusnya dilakukan dengan adanya berbagai
persiapan baik fisik maupun psikis dari pasangan yang akan melakukannya. Hubungan yang
dilakukan dengan cara tidak wajar, apalagi dengan cara paksaan akan menyebabkan gangguan pada
perilaku seksual (Koesnadi, 1992). Sementara itu, korban perkosaan berpotensi untuk mengalami
trauma yang cukup parah karena peristiwa perkosaan tersebut merupakan suatu hal yang membuat
shock bagi korban. Goncangan kejiwaan dapat dialami pada saat perkosaan maupun
sesudahnya.Goncangan kejiwaan dapat disertai dengan reaksi-reaksi fisik (Taslim, 1995). Secara
umum peristiwa tersebut dapat menimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang.
Keduanya merupakan suatu proses adaptasi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis
(Hayati, 2000). Korban perkosaan dapat menjadi murung, menangis, mengucilkan diri, menyesali diri,
merasa takut, dan sebagainya

E. Dampak Psikologis

Upaya korban untuk menghilangkan pengalaman buruk dari alam bawah sadar mereka sering
tidak berhasil. Selain kemungkinan untuk terserang depresi, fobia, dan mimpi buruk, korban juga
dapat menaruh kecurigaan terhadap orang lain dalam waktu yang cukup lama. Ada pula yang merasa
terbatasi di dalam berhubungan dengan orang lain, berhubungan seksual dan disertai dengan
ketakutan akan munculnya kehamilan akibat dari perkosaan. Bagi korban perkosaan yang mengalami
trauma psikologis yang sangat hebat, ada kemungkinan akan merasakan dorongan yang kuat untuk
bunuh diri.

Korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska perkosaan yang dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi dan stres jangka panjang. Stres yang
langsung terjadi merupakan reaksi paska perkosaan seperti kesakitan secara fisik, rasa bersalah,
takut, cemas, malu, marah, dan tidak berdaya. Stres jangka panjang merupakan gejala psikologis
tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu trauma yang menyebabkan korban memiliki rasa
percaya diri, konsep diri yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatik seperti
jantung berdebar dan keringat berlebihan. Stres jangka panjang yang berlangsung lebih dari 30 hari
juga dikenal dengan istilah PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder (Rifka Annisa dalam Prasetyo,
1997).

Menurut Salev (dalam Nutt, 2001) tingkat simptom PTSD pada masing-masing individu
terkadang naik turun atau labil. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan kehidupan yang terus
menerus dan adanya hal-hal yang mengingatkan korban kepada peristiwa traumatis yang dialaminya
Menurut Shalev (dalam Nutt, 2000) PTSD merupakan suatu gangguan kecemasan yang didefinisikan
berdasarkan tiga kelompok simptom, yaitu experiencing, avoidance, dan hyperarousal, yang terjadi
minimal selama satu bulan pada korban yang mengalami kejadian traumatik. Diagnosis bagi PTSD
merupakan faktor yang khusus yaitu melibatkan peristiwa traumatis. Diagnosis PTSD melibatkan
observasi tentang simptom yang sedang terjadi dan atribut dari simptom yang merupakan peristiwa
khusus ataupun rangkaian peristiwa. Selanjutnya definisi PTSD ini berkembang lebih dari hanya
sekedar teringat kepada peristiwa traumatis yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi
juga disertai dengan ketegangan secara terus-menerus, tidak dapat tidur atau istirahat, dan mudah
marah. PTSD yang dialami oleh tiap individu terkadang tidak stabil. Hal ini disebabkan karena adanya
tekanan kehidupan yang terus menerus dan adanya hal-hal yang mengingatkan korban kepada
peristiwa traumatis yang dialaminya. Para korban perkosaan ini mungkin akan mengalami trauma
yang parah karena peristiwa perkosaan tersebut merupakan suatu hal yang mengejutkan bagi
korban. Secara umum peristiwa tersebut bisa menimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka
panjang. Keduanya merupakan suatu proses adaptasi setelah seseorang mengalami peristiwa
traumatis (Hayati, 2000). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diambil kesilmpulan bahwa PTSD
adalah gangguan kecemasan yang dialami oleh korban selama lebih dari 30 hari akibat peristiwa
traumatis yang dialaminya.

Dampak jangka pendek biasanya dialami sesaat hingga beberapa hari setelahkejadian.
Dampak jangka pendek ini termasuk segi fisik si korban, seperti misalnya ada gangguan pada organ
reproduksi (infeksi, kerusakan selaput dara, dan pendarahan akibat robeknya dinding vagina) dan
luka-luka pada bagian tubuh akibat perlawanan atau penganiayaan fisik. Dari segi psikologis
biasanya korban merasa sangat marah, jengkel, merasa bersalah, malu, dan terhina. Gangguan
emosi ini biasanya menyebabkan terjadinya kesulitan tidur (insomnia), kehilangan nafsu makan,
depresi, stres, dan ketakutan. Bila dampak ini berkepanjangan hingga lebih dari 30 hari dan diikuti
dengan berbagai gejala yang akut seperti mengalami mimpi buruk, ingatan-ingatan terhadap
peristiwa tiba-tiba muncul, berarti korban mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau
dalam bahasa Indonesianya dikenal sebagai stres paska trauma (Hayati, 2000). Bukan tidak mungkin
korban merasa ingin bunuh diri sebagai pelarian dari masalah yang dihadapinya. Menurut Freud
(dalam Suryabrata, 1995), hal ini terjadi karena manusia memiliki insting insting mati. Selain itu
kecemasan yang dirasakan oleh korban merupakan kecemasan yang neurotis sebagai akibat dari
rasa bersalah karena melakukan perbuatan seksual yang tidak sesuai dengan norma masyarakat.

Terkadang korban merasa bahwa hidup mereka sudah berakhir dengan adanya peristiwa
perkosaan yang dialami tersebut. Dalam kondisi seperti ini perasaan korban sangat labil dan
merasakan kesedihan yang berlarut-larut. Mereka akan merasa bahwa nasib yang mereka alami
sangat buruk. Selain itu ada kemungkinan bahwa mereka menyalahkan diri mereka sendiri atas
terjadinya perkosaan yang mereka alami. Pada kasus-kasus seperti ini maka gangguan yang
mungkin terjadi atau dialami oleh korban akan semakin kompleks.

Tanda-tanda PTSD tersebut hampir sama dengan tanda dan simptom yang ada pada depresi
menurut kriteria dari American Psychiatric Association (dalam Davison dan Neala, 1990). Tanda-
tanda tersebut adalah:

1. sedih, suasana hati depres;

2. kurangnya nafsu makan dan berat badan berkurang, atau meningkatnya nafsu makan dan
bertambahnya berat badan;
3. kesukaran tidur (insomnia): tidak dapat segera tidur, tidak dapat kembali tidur sesudah terbangun
pada tengah malam, dan pagi-pagi sesudah terbangun; atau adanya keinginan untuk tidur terus-
menerus;

4. perubahan tingkat aktivitas;

5. hilangnya minat dan kesenanga n dalam aktivtas yang biasa dilakukan;

6. kehilangan energi dan merasa sangat lelah;

7. konsep diri negatif; menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berguna dan bersalah;

8. sukar berkonsentrasi, seperti lamban dalam berpikir dan tidak mampu memutuskan sesuatu;

9. sering berpikir tentang bunuh diri atau mati. Menurut Georgette (dalam Warshaw, 1994) sindrom
tersebut dialami oleh korban, baik korban perkosaan dengan pelaku yang dikenal maupun pelaku
adalah orang asing.

Hal tersebut akan termanifestasikan ke dalam rentang emosi dan perilaku yang luas. Korban
dapat menunjukkan reaksi yang terbuka terhadap pengalamannya atau dapat juga mengontrol
responnya, bertindak secara kalem dan tenang. Bagaimanapun juga korban akan mengalami
perasaan takut secara umum ataupun perasaan takut yang khusus seperti perasaan takut akan
kematian, marah, perasaan bersalah, depresi, takut pada laki- laki, cemas, merasa terhina, merasa
malu, ataupun menyalahkan diri sendiri. Korban dapat merasakan hal tersebut secara bersama-sama
dalam waktu dan intensitas yang berbeda beda.

Korban dapat juga memiliki keinginan untuk bunuh diri. Sesaat setelah korban terlepas dari
perkosaan mungkin ia akan merasakan suatu kelegaan untuk sesaat karena sudah terlepas dari
suatu peristiwa yang sangat mengancam. Akan tetapi setelah peristiwa tersebut maka korban akan
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi ataupun memfokuskan pemikirannya untuk menampilkan
tugas yang sederhana. Korban akan merasa gugup, gelisah, mudah terganggu, mengalami
goncangan, menggigil, nadi berdebar secara kencang, dan badan terasa panas dingin. Korban juga
dapat mengalami kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan secara medis,
diantaranya mungkin berhubungan langsung dengan penyerangan yang dialaminya.

F. Alternatif Penyembuhan

Proses penyembuhan korban dari trauma perkosaan ini membutuhkan dukungan dari berbagai
pihak. Dukungan ini diperlukan untuk membangkitkan semangat korban dan membuat korban mampu
menerima kejadian yang telah menimpanya sebagai bagian dari pengalaman hidup yang harus ia
jalani (Hayati, 2000). Korban perkosaan memerlukan kawan bicara, baik teman, orang tua, saudara,
pekerja sosial, atau siapa saja yang dapat mendengarkan keluhan mereka.

G. Upaya Penanggulangan Pemerkosaan

Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menanggulangi masalah pemerkosaan adalah


sebagai berikut :

a. Melakukan razia dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat serta membrantas peredaran
VCD ,majalah, poster, internet yang mengandung pornografi dan pornoaksi.

b. Melakukan pembinaan mental spritual yang mengarah pada pembentukan moral baik bagi pelaku,
korban maupun masyarakat, secara langsung dan melalui mass media
c. Pemerintah , LSM, masyarakat pers, memberikan pelayanan terpadu khususnya bagi korban, pelaku
maupun saksi serta mengoptimalkan rumah aman.

d. Menanamkan sikap dan perilaku kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat yang sesuai
dengan nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran agama masing-masing.

e. Memberikan perhatian khusus bagi peningkatan sumber daya manusia (SDM) perempuan melalui
sektor penididikan, sehingga mereka memiliki ketahanan diri, mandiri dan mampu mengatasi setiap
persoalan kehidupan.

f. Masyarakat bersama pihak terkait lainnya harus pula melakukan kontrol dan membendung maraknya
pornografi dan pornoaksi melalui media massa

g. Pemerintah, Organisasi Kewanitaan, Organisasi Kepemudaan, LSM, Penegak Hukum, Legislatif dan
lainnya, memberikan pemahaman dan sadar hukum, khususnya yang berhubungan dengan tindak
asusila kepada semua lapisan masyarakat yang ditindaklanjuti dengan penegakan hukum sesuai
ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan baik
secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata karena ada kesempatan,
namun pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang dikenakan korban menimbulkan hasrat pada
sipelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan, serta pemerkosaan bisa juga disebabkan karena
rendahnya rasa nilai, moral, asusila dan nilai kesadaran beragama yang rendah yang dimiliki pelaku
pemerkosaan. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang menjadi korban
perkosaan tersebut.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi dapat
juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga kekerasan
seksual. Kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non-verbal,
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau sekelompok orang
lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis

B. Saran
Pemerkosaan di Indonesia termasuk masalah yang harus segera di benahi oleh kita semua
karena sebagaimana kita ketahui bahwa tindak pemerkosaan dapat merusak citra dan moral bangsa.
Maka dari itu pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras dalam menaggulangi tindak
pidana pemerkosaan salah satunya dengan menanamkan sikap dan perilaku kehidupan keluarga dan
lingkungan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran agama
masing-masing serta menindaklanjuti dengan penegakan hukum sesuai ketentuan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA

Abar, A. Z & Tulus Subardjono. 1998. Perkosaan dalam Wacana Pers National, kerjasama PPK & Ford
Foundation. Yogyakarta.

Davison, G. C, and Neale, J. M. 1990. Abnormal Psychology. New York: John Wiley & Sons.

Harkrisnowo, H. 2000. Hukum Pidana Dan Perspektif Kekerasan Terhadap Perempuan Indonesia. Jurnal
Studi Indonesia Volume 10 (2) Agustus 2000.

Haryanto. 1997. Dampak Sosio-Psikologis Korban Tindak Perkosaan Terhadap Wanita. Yogyakarta: Pusat
Studi Wanita Universitas Gadjah Mada.

http://catdog02.blogspot.co.id/2014/01/makalah-pemerkosaan.html
PENDAHULUAN

Di zaman kuno hingga akhir Abad Pertengahan, pemerkosaan pada umumnya tidak dianggap sebagai
kejahatan terhadap seorang gadis atau perempuan, melainkan lebih kepada pribadi sang laki-laki
yang “memilikinya”. Jadi, hukuman atas pemerkosaan seringkali berupa denda, yang harus
dibayarkan kepada sang ayah atau suami yang mengalami “kerugian” karena “harta miliknya”
“dirusak”. Posisi ini kemudian diubah di banyak lingkungan budaya karena pandangan bahwa,
seperti halnya sang “pemilik”, si perempuan itu sendiripun mestinya ikut mendapatkan ganti
ruginya.Pemerkosaan dalam peperangan juga dapat dilihat terjadi di zaman kuno sehingga
disebutkan pula di dalam Alkitab, misalnya di dalam kisah tentang kaum perempuan yang diculik
sebagai hadiah kemenangan.

Tentara Yunani, Kekaisaran Persia dan Kekaisaran Romawi, secara rutin memperkosa kaum
perempuan maupun anak-anak lelaki di kota-kota yang ditaklukkan. Perilaku yang sama masih
terjadi bahkan hingga tahun 1990-an, ketika pasukan-pasukan Serbia yang menyerang Bosnia dan
Kosovo, melakukan kampanye yang penuh perhitungan dengan memperkosa kaum perempuan dan
anak-anak lelaki di daerah-daerah yang mereka kuasai.Hal yang sama pun terjadi di Indonesia.
Kabarnya di Timor Timur, ketika masih menjadi bagian Indonesia, kaum perempuannya seringkali
diperkosa sebagai bagian dari perang psikologis untuk menekan semangat untuk berontak. Demikian
pula dalam Kerusuhan Mei 1998, dilaporkan banyak kaum perempuan keturunan Tionghoa yang
diperkosa dan dibunuh sebagai bagian dari strategi untuk mengancam mereka.

Pemerkosaan, sebagai strategi perang, dilarang oleh hukum militeryang disusun oleh Richard II dan
Henry V (masing-masing tahun 1385 dan 1419). Hukum-hukum ini merupakan dasar untuk
menjatuhkan hukuman dan mengeksekusi para pemerkosa pada masa Perang Seratus Tahun (1337-
1453)

PERMASALAHAN

1. Pengertian Pemerkosaan

2. Macam-macam pemerkosaan

3. Penyebab pemerkosaan

4. Dampak pemerkosaan

5. Pencegahan pemerkosaan

6. Tips-tips menjaga diri dari pemerkosaan

PEMBAHASAN
1. 1. Pengertian pemerkosaan

Pemerkosaanadalah suatu tindakan kriminal di saat si korban dipaksa untuk melakukan hubungan
seksual, khususnya penetrasi dengan alat kelamin, di luar kemauannya sendiri.

Istilah pemerkosaandapat pula digunakan dalam arti kiasan, misalnya untuk mengacu kepada
pelanggaran yang lebih umum seperti perampokan, penghancuran, penangkapan atas warga
masyarakat yang terjadi pada saat sebuah kota atau negara dilanda perang.

Perkosaan adalah suatu tindakan melakukan hubungan seks dengan orang lain dengan cara
memaksa demi mendapat kepuasan seksual yang sementara. Para wanita sudah barang tentu sangat
resah dengan tindak pemerkosaan yang memang dari sejak jaman nenek moyang dahulu kala sudah
ada. Pemerkosa yang umumnya adalah laki-laki / pria tidak hanya mengincar perempuan dewasa
saja, namun juga para gadis yang muda termasuk anak di bawah umur yang terkadang menjadi
korban.

2. Macam-macam Pemerkosaan

a. Pemerkosaan saat berkencan

Pemerkosaan saat berkencan adalah hubungan seksual secara paksa tanpa persetujuan antara
orang-orang yang sudah kenal satu sama lain, misalnya teman, anggota keluarga, atau pacar.
Kebanyakan pemerkosaan dilakukan oleh orang yang mengenal korban.

b. Pemerkosaan dengan obat

Banyak obat-obatan digunakan oleh pemerkosa untuk membuat korbannya tidak sadar atau
kehilangan ingatan.

c.Pemerkosaan wanita

Walaupun jumlah tepat korban pemerkosaan wanita tidak diketahui, diperkirakan 1 dari 6 wanita di
AS adalah korban serangan seksual. Banyak wanita yang takut dipermalukan atau disalahkan,
sehingga tidak melaporkan pemerkosaan. Pemerkosaan terjadi karena si pelaku tidak bisa menahan
hasrat seksualnya melihat tubuh wanita

d. Pemerkosaan massal

Pemerkosaan massal terjadi bila sekelompok orang menyerang satu korban. Antara 10% sampai 20%
pemerkosaan melibatkan lebih dari 1 penyerang. Di beberapa negara, pemerkosaan massal diganjar
lebih berat daripada pemerkosaan oleh satu orang.

e. Pemerkosaan terhadap laki-laki


Diperkirakan 1 dari 33 laki-laki adalah korban pelecehan seksual. Di banyak negara, hal ini tidak
diakui sebagai suatu kemungkinan. Misalnya, di Thailand hanya laki-laki yang dapat dituduh
memperkosa.

f. Pemerkosaan anak-anak

Jenis pemerkosaan ini adalah dianggap hubungan sumbang bila dilakukan oleh kerabat dekat,
misalnya orangtua, paman, bibi, kakek, atau nenek. Diperkirakan 40 juta orang dewasa di AS, di
antaranya 15 juta laki-laki, adalah korban pelecehan seksual saat masih anak-anak.

g. Pemerkosaan dalam perang

Dalam perang, pemerkosaan sering digunakan untuk mempermalukan musuh dan menurunkan
semangat juang mereka. Pemerkosaan dalam perang biasanya dilakukan secara sistematis, dan
pemimpin militer biasanya menyuruh tentaranya untuk memperkosa orang sipil.

h. Pemerkosaan oleh suami/istri

Pemerkosaan ini dilakukan dalam pasangan yang menikah. Di banyak negara hal ini dianggap tidak
mungkin terjadi karena dua orang yang menikah dapat berhubungan seks kapan saja. Dalam
kenyataannya banyak suami yang memaksa istrinya untuk berhubungan seks. Dalam hukum islam,
seorang istri dilarang menolak ajakan suami untuk berhubungan seksual, karena hal ini telah
diterangkan di hadits nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. Akan tetapi suami dilarang berhubungan
seksual dengan istri lewat dubur dan ketika istri sedang haids.

3. Penyebab Pemerkosaan

Sejak zaman dulu pemerkosaan sudah terjadi. Faktor utama penyebab terjadinya pemerkosaan
adalah adanya dorongan seksual yang tidak dikendalikan dengan baik. Selain itu, ada budaya
patriarki yang beranggapan bahwa cowok berkuasa, sehingga cewek dianggap sebagai kaum yang
lemah. Sekarang ini, kasus pemerkosaan semakin banyak terjadi, sebagai akibat pengaruh tontonan
dan bacaan yang mendorong orang untuk berperilaku seksual, serta pengaruh obat-obatan
terlarang.

Beberapa tehnik metode modus kejahatan pemerkosaan versi organisasi.org :

1. Memberi obat bius agar tidak sadarkan diri

2. Memberi ancaman pada korban agar tidak berdaya

3. Melakukan penganiayaan agar tidak sadarkan diri atau tidak berdaya

4. Menghipnotis korban agar mau melakukan apa yang diinginkan pemerkosa

5. Memberi obat perangsang agar korban jadi birahi / bernafsu

6. Dijadikan wanita penghibur / pelacur bayaran

7. Dicekoki menuman keras agar mabuk setengah sadar


8. Diculik lalu digagahi di tempat yang tersembunyi

9. Ditipu akan diberikan sesuatu atau dijanjikan sesuatu, dll

– Perhatian : Cara ini tidak boleh dipraktekan kepada siapa pun juga selama anda hidup di dunia
karena hukumannya berat dan dosanya sangat besar, kenikmatan yang didapat pun sangat semu.

4. Dampak Pemerkosaan

Beberapa akibat / efek dampak buruk pada korban pemerkosaan :

A. Menjadi stress hingga mengalami gangguan jiwa

B. Cidera ata luka-luka akibat penganiayaan

C. Kehilangan keperawanan / kesucian

D. Menjadi trauma pada laki-laki dan hubungan seksual

E. Bisa menjadi seorang lesbian atau homo yang menyukai sesama jenis

F. Masa depan suram karena dikanal sebagai korban perkosaan

G. Sulit mencari jodoh karena sudah tidak perawan

H. Bisa membalas dendam pada oang lain

I. Hamil di luar nikah yang sangat tidak diinginkan

J. Anak hasil perkosaan bisa dibenci orang tua, kerabat, tetangga, dll

K. Merusak mental seorang anak karena belum waktunya mengenal seks

L. Menjadi pasrah dan terus melakukan hubungan seks pranihah

M. Merasa kotor dan akhirnya terjun sebagai psk untuk mendapat uang.

N. Terkena penyakit menular seksual yang berbahaya, dll

Dilihat dari besarnya efek yang dpat ditimbulkan dari pemerkosaan seharusnya seorang pemerkosa
diberikan hukuma yang sangat berat dan membuat jera seperti dicambuk, kerja sosial, hukuman
seumur hidup, dicap seperti pki, dan lain sebagainya. Namun orang yang melakukan fitnah pun harus
diberikan hukuman yang sama beratnya jika berbohong telah diperkosa seperti dalam cerita ayat-
ayat cinta karena terkadang fitnah lebih kejam dari pembunuhan.

 Pencegahan pemerkosaan

Untuk mencegah terjadinya perkosaan hukum memang harus tegas dan membuat takut orang yang
akan memperkosa orang lain. Di samping itu di sekolah harus diajarkan mengenai pendidikan
seksologi yang baik dan sehat agar tidak terjadi kesalahan eksperimen, ketidaktahuan, kekhilafan,
kepolosan, ketidakberdayaan dan lain sebagainya.
Terkadang pelaku perkosaan adalah orang dekat yang tidak kita sangka-sangka seperti teman
sepermainan, teman satu sekolah, tetangga, paman, sepupu, dan lain sebagainya. Tidak menutup
kemungkinan pula seorang wanita dewasa dan remaja mengajak berhubungan seks dengan paksaan
pada anak laki-laki dan perempuan. Semua patut diwaspadai namun tetap dalam batasan yang wajar
agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang merusak hubungan harmonis antar individu.

Pelecehan seksual merupakan segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang
dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran, sehingga
menimbulkan reaksi negatif seperti: rasa malu, tersinggung, marah, dan sebagainya pada diri orang
yang menjadi korban.

Kita tentunya tidak ingin mengalami hal tersebut. Ada cara mengatasinya, antara lain:

· Membuat catatan tentang identitas pelaku, lokasi, tempat, saksi, perilaku atau ucapan yang
dianggap melecehkan.

· Bicarakan dengan orang lain tentang pelecehan seksual yang terjadi. Bisa dengan teman atau orang
lain yang kita percaya. Ungkapkan perasaan kita tentang kejadian itu. Bisa juga dengan
memberitahukan perasaan kita pada orang yang ada di tempat kejadian.

· Memberi pelajaran pada si pelaku dengan memberitahukan langsung kepada pelakunya bahwa kita
tidak suka dengan tindakannya atau isyarat tubuh.

· Segera melaporkan tindakan pelecehan seksual setelah kejadian, karena

pelecehan seksual adalah tindakan yang melanggar hukum:

a. Pencabulan (Pasal 289296 KUHP)

b. Penghubungan pencabulan (Pasal 295298, 506 KUHP)

c. Tindak Pidana terhadap kesopanan (Pasal 281283,283 bis Pasal 532533 KUHP)

d. Persetubuhan dengan wanita di bawah umur (Pasal 286288 KUHP)

Apa yang harus dilakukan bila terjadi pemerkosaan?

Segera laporkan ke polisi. Di kepolisian korban akan diantar ke dokter untuk mendapatkan visum et
repertum.

Atau kalau terpaksa korban bisa datang ke rumah sakit terlebih dahulu agar dokter bisa memberikan
surat keterangan. Mintalah bantuan pihak rumah sakit atau dokter untuk menghubungi polisi,
jangan membersihkan diri atau mandi karena sperma, serpihan kulit, ataupun rambut pelaku yang
bisa dijadikan barang bukti akan hilang. Sperma hanya hidup dalam waktu 2 x 24 jam. Simpan
pakaian barang-barang lain yang kita pakai, ataupun kancing atau robekan baju pelaku karena
barang-barang tersebut bisa dijadikan barang bukti. Serahkan barang-barang tersebut kepada polisi
dalam keadaan asli (jangan dicuci atau diubah bentuknya). Apabila korban takut pergi sendiri ke
kantor polisi ajaklah orangtua, saudara, atau teman untuk menemani.
Yakinkan diri bahwa korban pemerkosaan bukanlah orang yang bersalah. Pelaku pemerkosaanlah
yang harus dihukum. Korban berhak untuk melaporkan pelaku agar bisa dihukum sesuai dengan
kejahatan yang dilakukannya.

Kita bisa menghubungi salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli terhadap
masalah-masalah cewek. Mereka siap membantu korban yang baru saja mengalami pemerkosaan.
Dengan beberapa staf konselor yang terlatih, mereka akan memberikan dukungan psikologis dan
penanganan medis. Mereka juga akan memberikan informasi tentang hak hukum korban, cara, dan
prosedur pelaporan kepada polisi dan akan mendampingi dalam proses peradilan jika memang
dikehendaki.

6.Tips-tips menjaga diri dari pemerkosaan

Ada beberapa tips yang bisa digunakan untuk menghindarkan diri dari tindak pemerkosaan, di
antaranya adalah:

· Bersikap tegas dengan menunjukkan sikap percaya diri.

· Pandai-pandai membaca situasi, jika perasaan kita menyuruh untuk waspada, maka percayai
perasaan itu.

· Hindari jalan di tempat yang gelap dan sunyi.

· Berpakaianlah yang memudahkan untuk lari atau melakukan perlawanan.

· Jangan memakai terlalu banyak perhiasan.

· Sediakan selalu senjata, misalnya, korek api, deodoran semprot, payung dan lain sebagainya di
dalam tas.

· Jika pergi ke suatu tempat bawa alamat lengkap, denah dan jalur kendaraan sehingga tidak
kelihatan bingung, dan carilah informasi di tempat-tempat resmi.

· Jangan mudah menumpang kendaraan orang yang belum kita kenal.

· Berhati-hati jika diberi minum orang.

· Jangan mudah percaya pada orang yang mengajak bepergian atau menginap ke suatu tempat yang
belum kita kenal.

· Perbanyak pengetahuan dan sering-sering membaca tulisan tentang pemerkosaan supaya dapat
dipelajari tanda-tanda si pelaku dan modus operandi atau cara kerjanya.

· Pastikan jendela, pintu kamar, rumah, mobil sudah terkunci dengan baik.

· Belajar bela diri praktis untuk mempertahankan diri ketika diserang.

Kesimpulan

Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata karena ada kesempatan, namun pemerkosaan dapat
terjadi karena pakaian yang dikenakan korban menimbulkan hasrat pada sipelaku untuk melakukan
tindakan pemerkosaan, serta pemerkosaan bisa juga disebabkan karena rendahnya rasa nilai, moral,
asusila dan nilai kesadaran beragama yang rendah yang dimiliki pelaku pemerkosaan.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerkosaan#Sejarah.

http://organisasi.org/tips-cara-mencegah-pemerkosaan-perkosaan-dampak-buruk-korban-serta-
tehnik-pemerkosa.

http://safamaura.multiply.com/journal/item/25

http://kedunia.blogspot.com/2012/07/makalah-pemerkosaan.html

https://riogumelar27.wordpress.com/2013/03/21/makalah-pemerkosaan/
MAKALAH PERKOSAAN : KESPRO AKBID MITRA
HUSADA PADANG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Persepsi masyarakat mengenai apa yang disebut perkosaan selama bertahun-tahun
bervariasi dan terus-menerus berubah bahkan hingga kini. Ada perubahan dalam hukum pada
waktu terakhir ini, dan kini, seorang pria mungkin memerkosa istrinya. Kekerasan seksual
dan perkosaan dapat memengaruhi setiap wanita, terlepas berapa usianya, kelas sosial,
ataupun latar belakangnya.
Ada persentasi tinggi untuk kasus perkosaan yang dilakukan oleh orang yang dikenal korban, dan
kebanyakan berlangsung dirumah korban. Korban dapat diserang oleh lebih dari satu orang
penyerang, dan kekerasan seksual sering kali melibatkan tindakan lainnya, memaksa korban ambil
bagian dalam aktivitas seksual, dan melecehkan korban. Sepertiga perilaku perkosaan mengalami
disfungsi seksual.

1.2 TUJUAN
Makalah ini dibuat sebagai pedoman bagi pembaca dalam memahami tentang perkosaan,
jenis-jenis perkosaan dan bagaimana cara untuk mencegah terjadinya perkosaan tersebut. Dan
pembaca juga lebih bisa memahami bagaimana penanganan untuk korban perkosaan itu.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
a. Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau alat lain kedalam
vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa persetujuannya.
b. Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila seorang perempuan disiksa, dipukuli
sampai pingsan,atau ketika perempuan meronta, melawan, berupaya melarikan setiap diri
atau korban hendak bunuh diri,akan tetapi meskipun perempuan tidak melawan,apapun yang
dilakukan perempuan, bila perbuatan tersebut bukan pilihan/keinginan perempuan berarti
termasuk tindak perkosaan, bukan kesalahan wanita.
c. Dalam rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan istri termasuk tindakan
kekerasan, merupakan tindakan yang salah.
(sumber : yani widyastuti,dkk : 2009)

Perkosaan adalah hubungan seksual tanpa kehendak bersama, yang dipaksakan oleh
satu pihak kepada pihak lain,yang juga dapat merupakan tindak pseudo seksual yaitu perilaku
seksual yang tidak selalu di motivasi dorongan seksual sebagai motivasi primer, melainkan
berhubungan dengan penguasaan dan dominan, agresi dan perendahan pada satu pihak
(korban) oleh pihak lainnya(pelaku).
(Sumber: yanti,2011)

Perkosaan dapat terjadi pada siapapun, termasuk wanita yang mengenakan jilbab dan
berpakaian serta tertutup, atau wanita yang telah memiliki sejumlah anak, wanita
mengandung, atau bahkan anak-anak. Namun demikian, cara berpakaian minim memang
cenderung memperkokoh cara pandang tentang wanita sebagai objek seks, sedangkan
perkosaan sendiri lazim terjadi dalam masyarakat yang memandang wanita sebagai pihak
yang memiliki derajat rendah serta memiliki fungsi sebagai pemuas nafsu seks pria.
Seorang perempuan mempunyai pilihan untuk menolak atau menyetujui pendekatan
seksual dalam setiap hubungan seksual. Saat perempuan menolak, pria mempunyai pilihan
untuk menghormati kehendak perempuan tersebut dan menerima keputusannya atau berupaya
agar perempuan merubah keputusannya dengan bujukan/rayuan bahkan dengan paksaan.
Walaupun wanita mengenal pria tersebutdan mengiyakan,akan tetapi bila karena tidak ada
jalan lain untuk menolaknya, maka hal itu termasuk perkosaan.
Persepsi masyarakat mengenai apa yang disebut perkosaan selama bertahun-tahun
bervariasi dan terus-menerus berubah bahkan hingga kini. Ada perubahan dalam hukum pada
waktu terakhir ini, dan kini, seorang pria mungkin memerkosa istrinya. Kekerasan seksual
dan perkosaan dapat memengaruhi setiap wanita, terlepas berapa usianya, kelas sosial,
ataupun latar belakangnya. Ada persentasi tinggi untuk kasus perkosaan yang dilakukan oleh
orang yang dikenal korban, dan kebanyakan berlangsung dirumah korban. Korban dapat
diserang oleh lebih dari satu orang penyerang, dan kekerasan seksual sering kali melibatkan
tindakan lainnya, memaksa korban ambil bagian dalam aktivitas seksual, dan melecehkan
korban. Sepertiga perilaku perkosaan mengalami disfungsi seksual.
Persepsi masyarakat tentang perkosaan :
a. Biasanya korban yang memprovokasi/mengundang kejadian perkosaan dengan
menggunakan pakaian yang minim ataupun dandanan yang berlebihan.
b. Sebenarnya perempuan dapat menghindari terjadinya tindakan perkosaan.
c. Hanya perempuan tertentu yang akan diperkosa.
d. Perkosaan hanya terjadi di daerah asing pada malam hari.
e. Perkosaan hanya dilakukan oleh orang sakit/kriminal.
f. Pria baik-baik tidak akan memperkosa kecuali karena undangan/rayuan dari perempuan.
g. Perempuan sering mengaku diperkosa untuk balas dendam, mendapat santunan ataupun
karena ia mempunyai kepribadian mencari perhatian.
h. Perkosaan terjadi karena pelaku tidak dapat mengendalikan impuls seksualnya.

2.2 MOTIVASI PERKOSAAN


a. Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk menguasai korban dengan cara
mengancam (dengan senjata, secara fisik menyakiti perempuan,verbal dan menggertak) dan
dengan penetrasi sebagai simbol kemenangan.
b. Memperkokoh kekuasaan. Hal ini bertujuan untuk meneror dan menaklukkan korban karena
dengan cara lain korban belum dianggap tunduk pada pelaku. Padahal kejadian yang
sesungguhnya karena adanya perasaan lemah, tidak mampu, tidak berdaya dari pelaku.
Misalnya kasus seorang perempuan yang menolak cinta seorang pemuda, kemudian pemuda
tersebut memperkosanya agar mau dijadikan istri.
c. Sebagai cara meluapkan rasa marah, penghinaan, balas dendam, menghancurkan lawan baik
masalah individu maupun masalah kelompok tertentu, sedangkan unsur rasa cinta ataupun
kepuasaan seksual tidak penting.
d. Luapan perilaku sadis, perilaku merasa puas telah membuat penderitaan bagi orang lain.

2.3 JENIS-JENIS PERKOSAAN


a. Perkosaan oleh orang yang dikenal
1. Perkosaan oleh suami/bekas suami
2. Perkosaan oleh pacar/dating rape
3. Perkosaan oleh teman kerja/atasan.
4. Pelecehan seksual pada anak
b. Perkosaan oleh orang yang tidak dikenal.
1. Perkosaan korban perang. Korban wilayah konflik atau korban masa krisis politik/keamanan
suatu negara, yangmana wanita sangat rentan terhadap tindak perkosaan oleh kelompok
pengacau keamanan maupun oleh oknum petugas. Wanita diperkosa dihadapan keluarganya
supaya mereka merasa tertekan, malu dan menunjukkan kepada lawan siapa yang lebih
berkuasa diantara keduanya. Dapat juga terjadi wanita disekap di dalam barak pengungsian
atau di markas mereka dan dipaksa melayani hasrat seksual mereka agar terus bisa hidup atau
agar anak-anak wanita tersebut tidak disakiti atau sekedar memperoleh makanan.
2. Perkosaan berkelompok. Perkosaan terhadap wanita yangmana pelakunya lebih dari satu
laki-laki. Pada awalnya, pelaku mungkin hanya satu laki-laki, kemudian laki-laki lain
mengikuti memperkosa atau telah dirancang sebelumnya secara beramai-ramai.

2.4 PEREMPUAN YANG RENTAN TERHADAP PERKOSAAN


a. Kekurangan pada fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau permasalahan yang berkaitan
dengan fisik sehingga perempuan duduk diatas kursi roda, bisu, tuli, buta atau keterlambatan
mental. Mereka tidak mampu mengadakan perlawanan.
b. Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah, anak jalanan/ gelandangan, didaerah
peperangan.
c. Korban tindak kekerasan suami/pacar.

2.5 PENCEGAHAN PERKOSAAN


a. Berpakaian santun, berprilaku, bersolek tidak mengundang perhatian pria.
b. Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam berkelompok dengan banyak teman, tidak
berduaan.
c. Di tempat kerja bersama teman/berkelompok,tidak berduaan dengan sesama pegawai atau
atasan.
d. Tidak menerima tamu laki-laki kerumah,bila dirumah seorang diri.
e. Berjalan-jalan bersama banyak teman,terlebih diwaktu malam hari.
f. Bila merasa diikuti orang, ambil jalan kearah yang berlainan, atau berbalik dan bertanya ke
orang tersebut dengan nada yang keras dan tegas, apa maksud dia.
g. Membawa alat yang bersuara keras seperti peluit,atau alat bela diri seperti parfum spray,
bubuk cabe/merica yang bisa ditiupkan ke mata.
h. Berteriak sekencang mungkin bila diserang.
i. Jangan ragu mencegah dengan mengatakan “tidak”, walaupun pada atasan yang punya
kekuasaan atau pacar yang sangat dicintai.
j. Ketika bepergian, hindari sendirian, tidak menginap, bila orang tersebut merayu tegaskan
bahwa perkataan dan sentuhannya membuat anda merasa risih, tidak nyaman, dan cepatlah
meninggalkannya.
k. Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan suatu tindakan yang mengarah seperti
dipegang, diraba, dicium, di ajak ketempat sepi.
l. Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti : hipnotis, obat-obatan dalam
minuman, permen, snack atau hidangan makanan.
m. Saat ditempat baru, jangan terlihat bingung. Bertanya pada polisi, hansip atau instansi.
n. Menjaga jarak / space interpersonal dengan lawan jenis. Di eropa space interpersonal dengan
jarak 1 meter.

Cara menghindari perkosaan dari orang yang dikenal dengan belajar percaya pada
perasaan/insting, meningkatkan kewaspadaan bila :
a. Mempunyai perasaan tidak enak bahwa ada sesuatu yang tidak wajar.
b. Merasa takut/khawatir atau ingin segera meninggalkannya.
c. Merasa tidak nyaman dengan kata-kata yang diucapkan oleh orang itu.
d. Merasa risih kontak fisik dengan orang tersebut.
e. Lebih baik menyakiti hati laki-laki daripada menjadi korban perkosaan.

Cara membantu anak-anak terhindar dari bahaya perkosaan :


a. Mengajari bila seseorang akan menyentuhnya yang mengarah seksual.
b. Tidak mencampur anak gadis dengan anak laki-laki.
c. Memastikan anak-anak tahu bagaimana cara mencari bantuan.
d. Mempercayai bila anak mengatakan takut dengan seseorang atau yang lebih dewasa.

Tindakan perempuan pada saat tindak perkosaan :


a. Perempuan harus mempunyai keberanian, ketegasan untuk berkata, dan keyakinan dalam
mengadakan perlawanan.
b. Berteriak sekencang mungkin agar orang lain mengetahui kejadian dan bisa memberi
bantuan dan menjadi saksi bila mengadukan masalah pada polisi.
c. Berusaha melawan pelaku dengan bela diri semampunya.
d. Berdoa.

Cara bela diri untuk melemahkan lawan :


a. Bila pelaku dari arah belakang, gunakan siku anda dan sodokkan ke perutnya.
b. Colokkan jari-jari anda kedalam matanya.
c. Kepalkan tangan untuk memukul kepalanya.
d. Pegang dan remas skrotumnya sekuat tenaga.
e. Hidungnya dipukul sekeras mungkin.
f. Gigit telinganya sekeras mungkin.
g. Tendang kuat-kuat tungkai kaki bagian depan.
h. Gunakan lutut bila pelaku dari arah depan atau tungkai bila pelaku dari arah belakang untuk
membuat luka, memar pada kemaluannya.

Sikap terhadap korban perkosaan :


a. Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa hal ini terjadi bukan kesalahannya.
b. Menumbuhkan gairah hidup.
c. Menghargai kemauannya untuk menjaga privasi dan keamanannya.
d. Mendampingi untuk periksa atau lapor pada polisi.

Resiko kesehatan pada korban perkosaan :


a. Kehamilan. Dapat dicegah dengan minum kontrasepsi darurat pada 24 jam pertama.
b. Terjangkit infeksi menular seksual.
c. Cidera robek dan sayatan, cekikan, memar bahkan sampai ancaman jiwa.
d. Hubungan seksual dengan suami mengalami gangguan, memerlukan waktu terbebas dari
trauma ataupun merasa diri telah ternoda.
e. Gejala psikologis ringan hingga gangguan psikologis berat. Pada waktu singkat perempuan
korban perkosaan menyalahkan diri sendiri, sebab merasa dirinya yang menyebabkan
perkosaan terjadi, terlebih pandangan budaya biasanya selalu menyalahkan perempuan.
Selain itu juga terjadi insomnia/gangguan tidur, aneroksia/tidak nafsu makan. Kecemasan
mendalam, perasaan malu untuk bersosialisasi. Gejala psikologi tersebut dapat berkembang
bila penanganan tidak adekuat seiring dengan makin bertambah waktu yaitu perasaan tidak
punya daya upaya, marah yang membara, merasa diri tidak berharga,timbul gejala
psikosomatis seperti : mual, muntah, sakit kepala, badan sakit. Selain itu dapat timbul
ketakutan yang luar biasa / fobia, mengurung diri. Gejala psikologi ini tiap perempuan
berbeda tergantung dari tipe kepribadian terbuka atau tertutup, dukungan dari keluarga dan
lingkungan, persepsi diri dengan apa yang dialami, pengalaman dalam menghadapi stress,
koping mekanisme/teknik mengatasi masalah sebelumnya.
Tindakan pada saat serangan seksual :
a. Hindari menangis atau minta belas kasihan.
b. Hindari kepanikan, tetap waspada, bertindak saat pelaku lengah.
c. Berjuang untuk pembelaan diri seperti : menendang, teriak, menawar, melakukan strategi
perlawanan.
d. Amati ciri khusus pelaku.
e. Manfaatkan evaluasi situasi terbaik.

2.6 TINDAKAN SETELAH TINDAK PERKOSAAN


Respons pihak kepolisian terhadap perkosaan dan kekerasan dalam rumah tangga sangat
penting. Perlu diupayakan agar korban merasa dipercaya. Mereka sama sekali tidak ingin
merasa lebih tidak nyaman lagi. sikap ini mendorong korban lain membuka suara dan barang
kali akan membantu mengurangi angka kejadian penganiayaan semacam ini. Bila berniat
melaporkan perkara pada polisi, jangan menunda waktu. Hindari tindakan-tindakan yang
dapat dijadikan barang bukti, sehingga tidak perlu mandi terlebih dahulu dan membawa
semua pakaian yang dipakai pada saat tindak perkosaan sebagai bukti. Bila belum lapor
polisi, datang pada tenaga kesehatan, walaupun tidak ada cidera. Petugas kesehatan akan
memeriksa tanda-tanda cidera sayatan, robekan, memberi therapi pencegah
kehamilan/kontrasepsi darurat dan pencegahan PMS.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat lapor polisi :
a. Mendiskripsikan urutan kejadian.
b. Menunjukkan pelaku bila mengenal atau ciri-ciri orang tersebut bila tidak kenal.
c. Korban perkosaan akan dilakukan visum atas permintaan polisi.
d. Kesaksian pada saat pelaku diperiksa di kantor polisi atau dalam persidangan.
e. Meminta penasehat hukum.

2.7 PENANGANAN
Saat korban perkosaan membuka rahasia mengenai apa yang menimpa mereka,
dibutuhkan penanganan yang hati-hati dan dukungan yang besar untuk membantu mereka
menghadapi masalah yang dihadapi. Penting bagi korban perkosaan dan kekerasan untuk bisa
mengendalikan diri mereka sendiri dan sebaiknya mereka tidak di dorong untuk menjelaskan
detail hal tersebut, yang memang tidak relevan dalam waktu dekat.
Wanita korban perkosaan dan kekerasan seksual biasanya datang keAccident dan Emergency
Department (Departemen kecelakaan dan Kedaruratan), tempat praktik dokter, atau klinik
keluarga berencana dengan berbagai keluhan. Mereka datang sesaat setelah penyerangan atau
agak lama setelah peristiwa itu. Ada yang meminta kontrasepsi darurat, apusan serviks, atau
dirujuk ke klinik kemih kelamin. Perkosaan dapat menimbulkan dampak jangka panjang
bukan hanya pada wanita yang terlibat, tetapi juga pasangannya dan hubungan yang mereka
bina. Korban perkosaan membutuhkan layanan tim pendukung, dan konseling serta
psikoterapi dapat membantu. Seiring waktu, dengan penanganan baik, korban secara perlahan
akan mulai menata kembali kehidupan mereka.

Tugas tenaga kesehatan dalam kasus tindak perkosaan :


a. Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati.
b. Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya, misalnya mengobati cidera,
pemberian kontrasepsi darurat.
c. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi.
d. Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis.
e. Memberikan konseling dalam membuat keputusan.
f. Membantu memberitahukan pada keluarga.
Upaya promotif :
a. Meningkatkan keterampilan bagi tenaga kesehatan pada pertolongan tindak perkosaan untuk
mengatasi masalah kesehatan dan dalam memberi dukungan bila ingin melapor kepolisi.
b. Penguasaan seni atau keterampilan bela diri bagi para wanita.
c. Penyelenggaraan pendidikan seksual untuk remaja
d. Sosialisasi hukum yang terkait.

Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindak perkosaan :


a. Pasal 281-283 KUHP tentang Kejahatan terhadap Kesopanan
b. Pasal 289-298 KUHP tentang Pencabulan
c. Pasal 506 KUHP tentang Mucikari.
d. Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA) no 23 tahun 2003.
e. Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT).

2.8 DAMPAK PERKOSAAN


Reaksi yang terjadi setelah kejadian perkosaan :
a. Fase akut (segera setelah serangan terjadi)
Korban mengalami syok dan rasa takut yang sangat kuat, kebingungan, disorganisasi, lemah,
lelah tidak dapat dijelaskan secara rinci/tepat apa yang terjadi (apa,siapa, dan bagaimana ciri
penyerang)
b. Fase kedua (adaptasi awal)
Individu menghayati berbagai emosi negatif seperti pemberontakan, ketakutan, terhina, malu,
mual dan jijik yang pada berikutnya dapat ditanggapi dengan represi dan pengingkaran
sebagai upaya untuk mencoba menutup pengalaman yang menyakitkan.
c. Bertahun-tahun ditandai dengan upaya individu untuk keluar dari trauma yang dialami dan
sungguh-sungguh menerima apa yang terjadi sebagai sesuatu fakta yang memang terjadi.
Pada fase ini tidak jarang individu menampilkan ciri-ciri depresi, mengalami mimpi-mimpi
buruk atau kilas balik kejadian.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Perkosaan adalah hubungan seksual tanpa kehendak bersama, yang dipaksakan oleh satu
pihak kepada pihak lain,yang juga dapat merupakan tindak pseudo seksual yaitu perilaku
seksual yang tidak selalu di motivasi dorongan seksual sebagai motivasi primer, melainkan
berhubungan dengan penguasaan dan dominan, agresi dan perendahan pada satu pihak
(korban) oleh pihak lainnya(pelaku).
2. Jenis perkosaan ada 2 yaitu :
 Perkosaan oleh orang yang dikenal
 Perkosaan oleh orang yang tidak dikenal
3. Wanita yang rentan terhadap tindak perkosaan adalah wanita yang memiliki Kekurangan
pada fisik dan mental, Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah, anak jalanan/
gelandangan, didaerah peperangan dan Korban tindak kekerasan suami/pacar.
4. Tugas tenaga kesehatan dalam kasus tindak perkosaan :
a. Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati.
b. Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya, misalnya mengobati cidera,
pemberian kontrasepsi darurat.
c. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi.
d. Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis.
e. Memberikan konseling dalam membuat keputusan.
f. Membantu memberitahukan pada keluarga.
3.2 SARAN
Dari hasil pembuatan makalah kami, mungkin masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca demi tercapainya
pembuatan makalah yang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Andrews,Gilly (2009). Kesehatan Reproduksi Wanita edisi 2. jakarta : EGC


Widyastuti,yani, Dkk (2009).Kesehatan Reproduksi.Fitramaya
Yanti (2011). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama

http://mikafriani.blogspot.co.id/2015/08/makalah-perkosaan-kespro-akbid-mitra.html

Anda mungkin juga menyukai