Anda di halaman 1dari 5

Essay Agenda 1, PKN II Angkatan VI Tahun 2023 LAN RI

PERAN INTEGRITAS DAN ENERGI KEPEMIMPINAN DALAM IMPLEMENTASI


PROGRAM AKSELERASI PENURUNAN KEMISKINAN DI INDONESIA

09_Ahmadriswan Nasution_BPS

1. Pendahuluan

Dalam perspektif normatif, Pemerintah Pusat maupun daerah—sebagai penyelenggara


administrasi urusan publik, berkurangnya jumlah penduduk miskin merupakan sebuah ukuran bagi
keberhasilan kinerja Pemerintah dalam mewujudkan sasaran pembangunan. Hingga saat ini,
pengurangan jumlah penduduk miskin tetap menjadi salah satu agenda penyelenggaraan
pembangunan oleh Pemerintah. Hal ini juga sejalan dengan program reformasi birokrasi (RB)
tematik pengentasan kemiskinan sebagai dukungan penguatan tata kelola birokrasi untuk
mencapai target penurunan kemiskinan menjadi 7 persen pada 2024.

Pada September 2022, berdasarkan data BPS, kemiskinan Indonesia sebesar 9,57 persen, menurun
dibandingkan dengan tingkat kemiskinan pada September 2021 sebesar 9,71% persen. Adapun
target Pemerintah kemiskinan pada 2024 turun menjadi 7 persen. Dengan memperhatikan
perkembangan data tersebut dalam dua tahun ke depan minimal harus turunkan kemiskinan kira-
kira 1,2 persen per tahun sehingga bisa mencapai 7 persen pada 2024.

Dalam upaya mencapai target kemiskinan di atas, disamping terkonsolidasi, terintegrasi dan tepat
sasaran melalui kolaborasi intervensi, juga harus didukung program-program yang berdampak
langsung ke masyarakat. Banyak dijumpai program-program kemiskinan di daerah seperti studi
banding, rapat kemiskinan di hotel, atau perjalanan dinas belum berdampak optimal dalam
pengentasan kemiskinan. Perencanaan, implementasi, dan evaluasi program-program
pengentasan kemiskinan tidak terlepas dari Integritas Kepemimpinan dan Energi Kepemimpinan
baik di pusat maupun daerah juga berbagai pihak terkait. Untuk itu, dalam essay ini akan
menganalisis Peran Integritas dan Energi Kepemimpinan dalam Implementasi Program Akselerasi
Penurunan Kemiskinan.

1
Essay Agenda 1, PKN II Angkatan VI Tahun 2023 LAN RI

2. Analisis Masalah

Dalam praktik penyelenggaraan pembangunan, Statistik Kemiskinan digunakan Pemerintah Pusat,


Pemerintah Daerah, termasuk non Pemerintah untuk mendapatkan gambaran kuantitatif tentang
kelompok penduduk miskin. Dalam upaya pengurangan kemiskinan, pemerintah mengandalkan
indikator makro statistik kemiskinan yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). BPS
mengartikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan
dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan. Dengan pendekatan ini
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, baik
kebutuhan dasar makanan maupun non makanan. Dengan demikian, penduduk miskin adalah
penduduk yang berada di bawah suatu batas, yang disebut garis kemiskinan. Sebagai contoh garis
kemiskinan Propinsi Aceh pada September 2022 sebesar Rp.617.293 per orang per bulan, sehingga
apabila ada penduduk di wilayah Propinsi yang pengeluarannya di bawah angka ini, maka
dikategorikan sebagai penduduk ‘miskin’.

Berdasarkan hasil rilis BPS, tingkat kemiskinan September 2012 sebesar 11,66 persen turun
menjadi 9,57 persen pada September 2022. Memperhatikan pencapaian tersebut tercatat
penurunan kemiskinan per tahun sekitar 0,21%. Padahal untuk mencapai target penurunan
kemiskinan sebesar 7 persen pada tahun 2024 memerlukan penurunan 1,2 persen per tahun. Untuk
mewujudkan target kemiskinan pada tahun 2024 tersebut tidak bisa lagi mengandalkan cara-cara
konvensional seperti sebelumnya, sehingga memerlukan pendekatan non konvensional yang
transformatif yang menginspirasi (energi kepemimpinan) para pemangku kepentingan dan
menjalankannya dengan konsisten (integritas kepemimpinan).

Percepatan pengurangan dapat dilakukan melalui perbaikan proses bisnis, perbaikan data,
perbaikan regulasi/kebijakan, reformulasi program/kegiatan, agar lebih tepat sasaran, penyediaan
dukungan teknologi informasi (TI) Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik/SPBE, dan
sebagainya. Semua program terkait kemiskinan ini harus selaras, dari pusat sampai daerah, agar
anggaran terkait kemiskinan sekitar Rp.500 triliun diharapkan menghasilkan dampak penurunan
kemiskinan yang lebih signifikan dalam mencapai target penurunan per tahun sekitar 1,2 persen.

2
Essay Agenda 1, PKN II Angkatan VI Tahun 2023 LAN RI

Pada setiap tahapan proses bisnis dalam akselerasi program pengurangan kemiskinan seluruh
daerah di Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang kuat agar arah perubahan pengurangan
kemiskinan sesuai dengan target. Seluruh kepala pemerintahan pusat dan daerah juga pimpinan
pemangku kepentingan terkait harus mempunyai kepemimpinan yang kuat agar implementasi
setiap program berdampak kepada masyarakat dalam percepatan pengurangan kemiskinan.

3. Peran Kepemimpinan dalam Akselerasi Pengurangan Kemiskinan

Berangkat dari identifikasi dan analisis masalah yang disampaikan pada bagian sebelumnya,
menunjukkan bahwa akselerasi pengurangan kemiskinan memerlukan cara-cara non konvensional
yaitu terkonsolidasi, terintegrasi dan tepat sasaran melalui kolaborasi intervensi, juga harus
didukung program-program yang berdampak langsung ke masyarakat. Cara-cara atau pendekatan
non konvesional ini juga perlu didukung oleh pemimpin perubahan yang kuat agar dapat
memastikan penurunan kemiskinan yang lebih signifikan dalam mencapai target. Pemimpin
perubahan tersebut dapat dilihat integritas dan energi kepemimpinan dalam mengawal
implementasi strategi/program pengentasan kemiskinan. Pada bagian ini dibahas peran
Kepemimpinan dalam akselerasi pengurangan kemiskinan, terutama kepemimpinan yang
berkaitan dengan integritas dan energi kepemipinan.

a. Integritas Kepemipinan

Integritas kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk bertindak secara konsisten
dengan nilai-nilai etika dan moral yang dipegangnya. Seorang pemimpin yang memiliki integritas
dianggap dapat dipercaya dan dihormati oleh para bawahannya karena ia selalu melakukan
tindakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral yang dianutnya.

Integritas kepemimpinan melibatkan pengambilan keputusan yang jujur dan adil, berkomunikasi
dengan transparan dan terbuka, memimpin dengan contoh yang baik, dan memegang diri sendiri
dan orang lain bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Selain itu, integritas
kepemimpinan juga mencakup kesediaan untuk mengakui kesalahan dan memperbaiki kesalahan,
serta memberikan umpan balik yang jujur dan konstruktif kepada bawahan.

Ketika seorang pemimpin memperlihatkan integritas kepemimpinan, ia memperoleh kepercayaan


dan kredibilitas dari bawahan dan mampu memotivasi mereka untuk mengikuti visi dan tujuan

3
Essay Agenda 1, PKN II Angkatan VI Tahun 2023 LAN RI

organisasi dengan penuh semangat dan dedikasi. Hal ini juga dapat membantu membangun budaya
kerja yang positif dan memperkuat hubungan antara pemimpin dan bawahan.

Seorang pemimpin yang memiliki integritas cenderung memiliki karakter yang kuat dan konsisten,
sehingga ia dapat diandalkan oleh bawahannya dan memiliki otoritas moral yang tinggi. Selain itu,
integritas kepemimpinan juga berhubungan dengan kemampuan seorang pemimpin untuk
mengambil keputusan yang tepat dan menjalankan tindakan yang konsisten dengan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang ia pegang.

Penjelasan di atas menguatkan bahwa integritas kepemimpinan sangat penting dalam pengentasan
kemiskinan karena kepemimpinan yang berkualitas dapat memberikan arahan yang tepat,
mendorong partisipasi masyarakat, dan memastikan penggunaan sumberdaya (misal bantuan
sosial) yang efektif dan efisien.

Seorang pemimpin yang memiliki integritas akan memprioritaskan kepentingan masyarakat


miskin dan mengambil tindakan yang adil dan bertanggung jawab dalam mengentaskan
kemiskinan. Pemimpin yang berintegritas akan memastikan bahwa program pengentasan
kemiskinan yang diterapkan dijalankan dengan transparan dan akuntabel, sehingga masyarakat
dapat memantau dan menilai keberhasilan program.

Selain itu, pemimpin yang berintegritas juga akan memastikan bahwa sumber daya yang
digunakan dalam program pengentasan kemiskinan digunakan secara efektif dan efisien, dengan
menghindari praktik-praktik korupsi dan penyelewengan sumber daya. Pemimpin yang
berintegritas juga akan memperhatikan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan
menyediakan ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan keluhan mereka.

b. Energi Kepemipinan

Energi kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk memotivasi dan menginspirasi
orang-orang di sekitarnya untuk mencapai tujuan bersama. Energi kepemimpinan mencakup
keterampilan untuk memimpin, mengambil keputusan, mengelola sumber daya, dan membangun
hubungan interpersonal yang kuat.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi energi kepemimpinan antara lain, (1) Keterampilan
komunikasi yang kuat; (2) Sifat kepribadian yang kuat (3) Kemampuan untuk memberi inspirasi;

4
Essay Agenda 1, PKN II Angkatan VI Tahun 2023 LAN RI

(4) Kemampuan untuk membangun hubungan; dan (5) Kemampuan untuk beradaptasi. Secara
keseluruhan, energi kepemimpinan adalah kombinasi dari berbagai faktor yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk memimpin dan memotivasi orang-orang di sekitarnya.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa Energi kepemimpinan sangat penting dalam pengentasan
kemiskinan karena kepemimpinan yang energik dapat memotivasi dan menggerakkan partisipasi
masyarakat dalam program-program pengentasan kemiskinan. Seorang pemimpin yang energik
akan memotivasi timnya untuk bekerja dengan semangat yang tinggi dan memastikan bahwa
program-program pengentasan kemiskinan dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pemimpin
yang energik juga akan memastikan bahwa program-program tersebut terus berjalan meskipun
menghadapi tantangan dan hambatan.

Selain itu, pemimpin yang energik akan memperhatikan partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan dan memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam
program pengentasan kemiskinan. Pemimpin yang energik juga akan berupaya untuk
menginspirasi masyarakat dan memotivasi mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam program
pengentasan kemiskinan.

4. Penutup
Dengan memperhatikan integritas kepemimpinan dalam pengentasan kemiskinan, diharapkan
program-program tersebut dapat terimplementasi dengan baik dan memberikan dampak yang
langsung bagi masyarakat miskin. Hal ini juga dapat membantu memperkuat kepercayaan
masyarakat terhadap program pengentasan kemiskinan dan memotivasi partisipasi mereka dalam
program tersebut. Juga, Energi kepemimpinan dalam pengentasan kemiskinan, diharapkan
program-program tersebut dapat dijalankan dengan semangat yang tinggi dan dapat menggerakkan
partisipasi masyarakat secara aktif. Hal ini juga dapat membantu mempercepat proses pengentasan
kemiskinan dan mencapai hasil yang diharapkan sesuai target.

5. Sumber Bacaan
1. Ramah H., Integritas Kempimpinan, Modul PKN Tingkat II, LAN RI, 2021
2. Catur S.S.S. dan Makhdum P., Energi Kepemimpinan, Modul PKN Tingkat II, LAN RI, 2021
3. BPS Aceh, Profil Kemiskinan Penduduk di Provinsi Aceh September 2022, BRS 2023
4. Menpan RB: https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/menteri-panrb-reformasi-birokrasi-
tematik-targetkan-anggaran-kemiskinan-berdampak-optimal

Anda mungkin juga menyukai