Anda di halaman 1dari 1

1. Saat ini saya memiliki SHM yang merupakan hibah dari orang tua.

SHM tersebut atas


nama dua orang yaitu saya dan adik saya. Apabila saya hendak memiliki SHM tersebut
secara utuh yaitu dengan membeli sebagian hak hibah yang dimiliki oleh adik saya
sehingga SHM menjadi milik saya saja, apakah prosesnya sama dengan proses jual beli
seperti biasa? Biaya-biaya apa saja yang akan muncul?

2. Seorang bapak telah memberikan hibah kepada salah seorang anaknya (laki-laki)
berupa tanah dan rumah. Seiring berjalannya waktu, tanah tersebut sudah dikelola
menjadi kebun produktif. Anak tersebut sudah menikah dengan seorang istri dan telah
dikaruniai keturunan. Beberapa waktu yang lalu, anak penerima hibah tersebut
meninggal dunia dengan meninggalkan istri, anak dan ayah (pemberi hibah). Dengan
berbagai alasan, saat ini ayah pemberi hibah mengajukan gugatan pembatalan hibah
kepada istri dari anak penerima hibah yang sudah meninggal itu Pertanyaannya:
Bisakah pembatalan atau pencabutan hibah dari orang tua terhadap anaknya yang
sudah meninggal dunia? Apakah gugatan tersebut menjadi kurang pihak karena tidak
melibatkan ahli waris lain (anak kandung penerima hibah dan tergugat)?

3. Bagaimana jika suami bermaksud menghibahkan harta bersama kepada saudara


kandungnya (keponakannya)? Hal ini dimaksudkan agar pada saat bercerai nanti sang
istri tidak mendapatkan harta bersama. Padahal selama masa pernikahan suami dan
istri dikaruniai lima orang anak yang semuanya sudah dewasa (>18 tahun), namun istri
tidak bekerja (Ibu rumah tangga)

Anda mungkin juga menyukai