2. Seorang bapak telah memberikan hibah kepada salah seorang anaknya (laki-laki)
berupa tanah dan rumah. Seiring berjalannya waktu, tanah tersebut sudah dikelola
menjadi kebun produktif. Anak tersebut sudah menikah dengan seorang istri dan telah
dikaruniai keturunan. Beberapa waktu yang lalu, anak penerima hibah tersebut
meninggal dunia dengan meninggalkan istri, anak dan ayah (pemberi hibah). Dengan
berbagai alasan, saat ini ayah pemberi hibah mengajukan gugatan pembatalan hibah
kepada istri dari anak penerima hibah yang sudah meninggal itu Pertanyaannya:
Bisakah pembatalan atau pencabutan hibah dari orang tua terhadap anaknya yang
sudah meninggal dunia? Apakah gugatan tersebut menjadi kurang pihak karena tidak
melibatkan ahli waris lain (anak kandung penerima hibah dan tergugat)?