1. Surat hibah tanpa ketetapan dari Notaris apakah sah ?
- Pemberian hibah menurut hukum islam di Indonesia harus dilakukan secara
otentik dengan akte notaris. Pasal 1682 KUHP. “ Tidak ada suatu penghibahan pun kecuali termaksud dalam pasal 1687 dapat dilakukan tanpa Notaris, Demikian maka penghibahan itu tidak sah 2. Hukum hibah kepada anak kandung ? - Dasar hukumnya adalah pasal 211 KHI. Kompilasi Hukum Islam, yang berbunyi “ Hibah dari orangtua kepada anaknya dapat diperhitungkan sebagai Waris “ 3. Apakah hibah boleh dibatalkan oleh ahli waris ? - Hibah Orangtua kepada anak dalam perpektif hukum perdata, dapat ditarik kembali dalam hal si pemberi hibah telah meninggal dan warisannya tidak cukup untuk memenuhi bagian mutlak yang seharusnya didapat oelh para ahli warisnya ( pasal 924 KUHP ). - Pasal 1086 KUHP. Hobah yang diberikan kepada pewaris kepada anaknya atau ahli waris, garis kebawah, wajib dimasukan kembali ke dalam perhitungan harta peninggalan pewaris. - Hibah dapat dibatalkan oleh ahli waris, dengan mengajukan suatu pembatalan hibah melalui permohonan di Pengadilan Agama dan dengan adanya putusan pembatalan hibah yang telah memiliki kekuattan hukum tetap, maka berakibat hukum dengan segala macam barang yang telah dihibahkan dikembalikan kepada si penghibah atau ahli warisnya. 4. Hibah bisa digugat oleh ahli waris. Berdasarkan pasal 920 KUHP. Ahli waris dapat melakukan tuntutan pengurangan terhadap hibah dalam hal pembagian mutlak yang seharusnya para ahli waris terima tidak terpenuhi, hak untuk mengajukan tuntutan ini akan gugur setelah melewati 3 tahun sejak para ahli waris menerima warisan. ( Pasal 929 ayat (4) KUHP ). - Hibah didalam hukum Islam terdapat batasan sesuai dengan pasal 210 ayat (1) KHI yaitu maksimal 1/3 sepertiga bagian dari harta yang dimiliki si penghibah, baik Hukum Adat atau Hukum Islam. - Pasal 209 KHI pemberian hibah harus ta’at pada ketentuan batas maksimum yaitu sepertiga dari harta si pemberi hibah, menurut hadist Ibnu Abbas Rasululloh melarang berwasiat melebihi sepertiga harta, sebab hibah ini sama dengan wasiat dalam hal merugikan. 1. Seorang ibu mempunya anak perempuan saja, lalu ibu meninggal, bagaimanakah pembagian warisnya ? - Bagian anak perempuan 50 - Ahli waris 50 siapa sajakah ? Kakak / Adik Almarhumah yang se Ayah ( Laki-laki saja ) 2. Bagaimana kalau sertifikatnya sudah namanya anak perempuan tersebut ? tetap harus dibagi ( Siapapun namanya ) 3. Bagaimana kalau hibah ? Boleh tapi harus ada saksinya, itupun hibah tidak boleh lebih dari 1/3 (sepertiga) kekayaan. 4. Bagaimana kalau wasiat ? Hukumnya sama, tidak boleh lebih dari 1/3 (sepertiga), dan harus ada saksinya, apalagi kalau yang berhak menerimanya tidak mengetahui, maka harus diwaris, karena hibah atau wasiat tidak sah, maka tetap harus di waris 5. Bagaimana untuk yang adik perempuan se ayah ? Tidak berhak mendapat hak waris untuk saudara perempuan, cuman ada kebaikan dari saudara laki-laki yaitu diberi dari saudara laki-laki dan tidak ditentukan besarnya itu karena kebaikan dari saudara laki-laki saja.