Anda di halaman 1dari 56

1.

David Bibaborbir

2. Fendi

3. Rusli Wangse

4. Adelheldy Soumokil

5. Rahma Ely

6. Masita Tamher
DAFTAR ISI
Daftar Istilah dan Singkatan

Daftar Istilah
1. Aktivasi adalah mengaktifkan dokumen (rencana kontingensi) sebagai pedoman/acuan
dalam penanganan darurat.
2. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.
3. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
4. Kapasitas adalah kombinasi semua kekuatan, atribut, dan sumber daya yang tersedia
dalam organisasi, komunitas atau masyarakat untuk mengelola dan mengurangi risiko
bencana dan memperkuat ketahanan (UNISDR, 2017).
5. Kerentanan adalah kondisi yang ditentukan oleh faktor fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan atau proses yang meningkatkan risiko individu, komunitas, aset atau sistem
terhadap dampak bahaya (UNISDR, 2017).
6. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
7. Komando adalah kewenangan untuk memberikan perintah, mengoordinasikan,
mengendalikan, memantau dan mengevaluasi upaya penanganan darurat bencana.
8. Penanggulangan bencana adalah upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat, dan rehabilitasi.
9. Perencanaan kontingensi adalah proses manajemen yang menganalisis risiko bencana
dan menetapkan pengaturan di muka untuk memungkinkan respons yang cepat, tepat dan
efektif (UNISDR, 2017).
10. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin
kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
11. Pos Komando Penanganan Darurat Bencana (Posko) adalah institusi yang
berfungsi sebagai pusat komando operasi penanganan darurat bencana yang merupakan
posko utama di dalam Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana, untuk
mengoordinasikan, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penanganan
darurat bencana.
12. Pos Lapangan Penanganan Darurat Bencana adalah institusi yang berfungsi secara langsung
sebagai pelaksana operasi penanganan darurat bencana baik di lokasi bencana, sekitar lokasi
bencana maupun lokasi pengungsian.
13. Pos Pendamping Penanganan Darurat Bencana adalah penanganan darurat
bencana melalui pos pendamping nasional penanganan darurat bencana, pos
pendamping penanganan darurat bencana provinsi, dan pos pendamping
penanganan darurat bencana wilayah.
14. Pos Pendukung Penanganan Darurat Bencana adalah institusi yang berfungsi
membantu kelancaran akses masuk, keluar, dan mobilisasi/distribusi bantuan penanganan
darurat bencana dari luar wilayah terdampak.
15. Prosedur tetap adalah dokumen memuat rincian tugas/peran para pemangku
kepentingan dalam penanganan situasi darurat bencana. Bentuk dokumen ini meliputi;
siapa, melakukan apa, kapan dan bagaimana cara melakukannya beserta alur aktivitasnya.
16. Rencana Kontingensi (Renkon) adalah dokumen yang disusun melalui suatu proses
perencanaan penanganan situasi darurat bencana pada jenis bahaya tertentu, dalam
keadaan yang tidak menentu, dengan skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan
manajerial ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengerahan potensi disetujui bersama
untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat dan
ditetapkan secara formal.
17. Rencana Operasi Darurat Bencana adalah suatu proses perencanaan tindakan operasi
darurat bencana dengan menyepakati tujuan operasi dan ketetapan tindakan teknis dan
manajerial untuk penanganan darurat bencana dan disusun berdasarkan berbagai masukan
penanganan bencana termasuk rencana kontingensi dan informasi bencana untuk mencapai
tujuan penanganan darurat bencana secara aman, efektif dan akuntabel.
18. Risiko Bencana adalah potensi kehilangan nyawa, cedera, atau kerusakan atau kerusakan
aset yang dapat terjadi pada suatu sistem, masyarakat atau komunitas dalam periode waktu
tertentu, ditentukan secara probabilistik sebagai fungsi dari bahaya, paparan, kerentanan
dan kapasitas (UNISDR, 2017).
19. Simulasi adalah kegiatan latihan dimana pengetahuan maupun keterampilan peserta latih
ditingkatkan melalui latihan yang menggunakan berbagai macam peragaan – dengan situasi
dan kondisi yang mendekati sebenarnya.
20. Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana adalah satu kesatuan upaya
terstruktur dalam satu komando yang digunakan untuk mengintegrasikan kegiatan
penanganan darurat secara efektif dan efisien dalam mengendalikan ancaman/penyebab
bencana dan menanggulangi dampak pada saat keadaan darurat bencana.
21. Skenario adalah gambaran kejadian secara jelas dan rinci tentang bencana yang
diperkirakan akan terjadi meliputi lokasi, waktu dan dampak bencana.
22. Sumber daya adalah segala sesuatu baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud,
yang digunakan untuk mencapai hasil, misalnya peralatan, sediaan, waktu, tenaga, uang,
metode.
23. Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Daftar Singkatan

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
ARV : Anti Retroviral
B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun
BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencan
BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah
BTS : Base Transceiver Station
BTT : Biaya Tak Terduga
COVID-19 : Coronavirus Disease 2019
DSP : Dana Siap Pakai
IRBI : Indeks Risiko Bencana Indonesia
MMI : Modified Mercalli Intensity
ODGJ : Orang Dengan Gangguan Jiwa
ODHA : Orang Dengan HIV/AIDS
PDB : Penanganan Darurat Bencana
PGA : Peak Ground Acceleration
PKB : Penanggulangan Kedaruratan Bencana
PLTD : Pusat Listrik Tenaga Diesel
PLTU : Pusat Listrik Tenaga Uap
Posko : Pos Komando
Puspenas : Pusat Pendamping Nasional
PVMBG : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
RHA : Rapid Health Assessment
Sarpras : Sarana dan Prasarana
SKPDB : Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana
SNI : Standar Nasional Indonesia
SPM : Standar Pelayanan Minimal
SR : Skala Richter
TTX : Tabel Top Exercise
UNDP : United Nations Development Programme
UNISDR : United Nations Office for Disaster Risk Reduction
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Letak Geografis
Kabupaten Seram Bagian Barat secarageografisterletakdiantara1˚19’ - 7˚16’ Lintang
Selatan dan 127˚20’ - 129˚1’ Bujur Timur, denganbatas wilayah sebagaiberikut:

 Sebelah Utara : Laut Seram


 Sebelah Selatan : Laut Banda
 Sebelah Timur : Kabupaten Maluku Tengah
 Sebelah Barat : Laut Buru

Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Seram Bagian Baratadalah 85.953,40 Km 2 yangterdiri Luas
Laut 79.005 Km2dan Luas Daratan 6.948,40 Km2.
Jumlahpulausebanyak 78 buahpulau, yang dihuni 11 buahpulau, yang tidakdihuni 67
buahpulau. Panjang garis pantai 719,20 Km

Wilayah Administrasi dan Demografi

Kabupaten Seram Bagian Barat secaraAdministrasiterlihat pada Table 1dan 2 .

Tabel 1. Wilayah AdministrasiKabupaten Seram Bagian Barat


Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Dusun Luas Wilayah (Km2) Ibukota
Kairatu 7 8 329,65 Kairatu
Inamosol 5 6 504,61 Hunitetu
Amalatu 7 2 665,35 Latu
Kairatu Barat 6 132,25 Kamal
Elpaputih 7 3 1.165,74 Elpaputih
Seram Barat 7 13 503,33 Piru
Huamual 5 39 1.162,99 Luhu
Taniwel 19 3 1.181,32 Taniwel
Taniwel Timur 15 733,80 Uwen Pantai
Huamual Belakang 7 25 409,65 Waesala
Kepulauan Manipa 7 13 159,71 Tomalehu
Jumlah 92 112 6.948,40
Sumber : SBB Dalam Angka Tahun 2021
Tabel 2. Luas Wilayah dan JumlahPendudukKabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2021

Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk


(jiwa)
Kairatu 329,65 26 315

Inamosol 504,61 5 516

Amalatu 665,35 11 541

Kairatu Barat 132,25 11 631

Elpaputih 1.165,74 5 111

Seram Barat 503,33 28 465

Huamual 1.162,99 40 930

Taniwel 1.181,32 12 651

Taniwel Timur 733,80 5 583

Huamual Belakang 409,65 26 580

Kepulauan Manipa 159,71 6 075

Jumlah 6.948,40 180 398


Sumber : SBB Dalam Angka Tahun 2021

Ibukota Kabupaten Seram Bagian Barat berada di Piru – Kecamatan Seram Barat. Peta wilayah
administrasiKabupaten Seram Bagian Barat terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta AdministrasiKabupaten Seram Bagian

Provinsi Maluku merupakan wilayah Kepulauan, terletak di Indonesia bagian

Berdasarkan Kajian Resiko Bencana Kabupaten Seram Bagian Barat Dari sejarah kejadian
bencana di Kabupaten Seram Bagian Barat ada 9 (sembilan) Jenis Bencana yaitu :
1. Gempa bumi
2. Tanah longsor
3. Banjir
4. Banjir Bandang
5. Tsunami
6. Kekeringan

7. Cuaca ekstrim
8. Gelombang ekstrim dan Abrasi Pantai
9. Kebakaran hutan dan lahan

Berdasarkan PP Nomor 21 Tahun 2008, tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana ,


Pasal 17 ayat 3 dan sejarah kejadian bencana yang terjadi di Kabupaten Seram Bagian Barat
maka Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat berinisiasi
untuk membuat Dokumen Rencana Kontingensi sebagai upaya untuk meningkatkan
kesiapsagaan serta membangun komitmen antar lembaga pelaku penanggulangan bencana di
daerah Kabupaten Seram Bagian Barat

1.2. LANDASAN HUKUM

Penyusunan Pedoman Perencanaan Kontingensi ini dibuat berdasarkan landasan idiologil


Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan landasan konstitusional,
yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan landasan operasional hukum dan standar yang
dirujuk dalam pedoman iniadalah:

1. Undang-UndangNomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional;
2. Undang-UndangNomor 24 Tahun 2007 tentangPenanggulanganBencana;
3. Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah;
4. Undang-UndangNomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
5. Undang-UndangNomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
PenanggulanganBencana;
8. Peraturan PemerintahNomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Bantuan Bencana;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Lembaga Asing dalam
Penanggulangan Bencana
10. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2020 tentang Aksesibilitas Terhadap
Permukiman, Pelayanan Publik, dan Perlindungan dari Bencana Bagi Penyandang
Disabilitas
12. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2020 tentang Rencana Induk Penanggulangan
Bencana 2020-2044;
13. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi
dan Tata Kerja Badan PenanggulanganBencana Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 101 Tahun 2018 Standard Pelayanan
Minimum Sub UrusanPenanggulanganBencana.
15. SNI 7937:2013 tentang Layanan Kemanusiaan dalam Bencana
16. SNI 8751:2019 tentang Perencanaan Kontingensi
17. Perda No. 4 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di
Kabupaten Seram Bagian Barat

1.3 Kebijakan dan Strategi


Kebijakan penanganan darurat bencana adalah arahan/pedoman umum yang bersifat
mengikat bagi para pihak yang terlibat sesuai dengan tugas dan fungsinya serta Struktur
Komando Penanganan Darurat Bencana dalam melaksanakan tugas pokok dan operasinya.
Kebijakan-kebijakan tersebut adalah sebagai berikut;
a. Menetapkan koordinasi pelaksanaan Penanggulangan Bencana (PB) secara
terencana, terpadu dan menyeluruh
b. Memberikan perlindungan pada masyarakat terdampak
c. Optimalisasi pos anggaran Biaya Tidak Terduga (BTT) APBD tahun berjalan untuk
penanggulangan kedaruratan bencana (PKB)
d. Mengajukan pendampingan dan fasilitas Dana Siap Pakai (DSP) kepada Pemerintah
Pusat melalui BNPB
e. Membuka jejaring bantuan dari masyarakat, swasta, lembaga non pemerintah, dan
luar negeri
f. Melibatkan masyarakat, relawan dan pemberi bantuan dalam pencarian dan
pertolongan.
g. Membebaskan seluruh biaya pelayanan kesehatan untuk masyarakat terdampak
bencana.
h. Melaksanakan sosialisasi dan pendampingan pemenuhan kebutuhan masyarakat
pasca bencana
i. Melakukan monitoring dan evaluasi penanganan penanggulangan bencana.

Strategi penanganan kedaruratan bencana adalah pedoman pelaksanaan umum bagaimana


kebijakan diimplementasikan selama operasi guna mencapai efektifitas kebijakan. Strategi-
strategi tersebut adalah;
a. Mengaktifkan Sistem Komando Penanggulangan Darurat Bencana (SKPDB),
b. Meningkatkan akses informasi satu data dalam penanganan penanggulangan
bencana
c. Melaksanakan pencarian dan pertolongan jiwa yang terdampak,
d. Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat terdampak
e. Perbaikan sarpras vital serta pemulihan fungsi layanan umum dan layanan
pemerintahan diwilayah terdampak bencana
f. Pembuatan pos bantuan
g. Pengerahan personil pencarian dan pertolongan yang terlatih, sarana pencarian dan
evakuasi yang mencukupi dengan melibatkan masyarakat, relawan dan pemberi
bantuan
h. Pemanfaatan semua fasilitas umum yang aman milik pemerintah atau masyarakat
sebagai tempat evakuasi
i. Pengobatan gratis bagi korban bencana dan Psychological First Aid
j. Mendistribusikan cadangan logistik untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
terdampak bencana
k. Monitoring dan evaluasi penanganan penanggulangan bencana disemua sektor.
1.4. MAKSUD DAN TUJUAN

Dokumen rencana kontingensi ini disusun sebagai landasan strategi, operasional, dan
pedoman dalam penanganan darurat bencana banjir bandang di Kabupaten Seram
Bagian Barat dan sebagai dasar untuk pengerahan sumber daya dari seluruh pemangku
kepentingan yang terlibat dalam penanganan darurat bencana di wilayah Kabupaten
Seram Bagian Barat.

1.5. Ruang Lingkup


Ruang lingkup penyusunan dokumen rencana kontingensi ini mencakuphal-hal yang perlu
dilaksanakan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya peristiwa dan situasi darurat
akibat banjir bandang yang dipicu oleh penebangan pohon secara liar dan juga intensitas
curahhujan yang tinggi di Wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat. Mengingat luasnya
daerah Kabupaten Seram Bagian Barat, maka penyusunan dokumen rencana kontingensi
ini dibatasi untuk wilayah KecamatanHuamual, Kecamatan Seram Barat,
KecamatanKairatu dan KecamatanKairatu Barat,. Selain itu perlu dijelaskan lingkup
pelaksanaan aksi dari para pihak yang terlibat dalam penyusunan Rencana Kontingensi ini,
yaitu:

a. Pengumpulan data dan informasi dari berbagai unsur baik Pemerintah, Swasta,
Lembaga Non Pemerintah, dan Masyarakat
b. Pembagianperan dan tanggungjawab antar sektor
c. Proyeksi kebutuhan lintas sektor

1.6 Pendekatan Metode dan TahapanProses


Pendekatan partisipatif dilakukan untuk memastikan bahwa penyusunan rencana
kontingensi ini disepakati para pihak yang terlibat dalam penangganan darurat bencana
banjir bandang di Kabupaten Seram Bagian Barat. Kegiatan penyusunan rencana
kontingensi ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Penyamaan persepsi terhadap semua pelaku penanggulangan bencana tentang
pentingnya rencana kontingensi banjir bandang
2. Pengumpulan data dan pembaruan: Pengumpulan data dilakukan pada semua
sektor penangananbencana dan lintasadministratif.
3. Verifikasi data: Analisa data sumberdaya yang ada dibandingkan proyeksi
kebutuhan penanganan bencana saat tanggap darurat.
4. Penyusunan dokumen rencana kontingensi, pembahasan dan perumusan
dokumen rencana kontingensi disepakati dalam wokshop yang meliputi penilaian
karakteristik bahaya dan penentuan kejadian, pengembangan skenario,
penyusunan kebijakan dan strategi, perencanaan sektoral dan rencana
tindaklanjut.
5. Penandatanganan komitmen, public hearing/konsultasipublik hasil rumusan
rencana kontingensi: Penyebaran/ diseminasi dokumen rencana kontingensi
kepada pelaku penanggulangan bencana (multi stake holder).

1.7 Umpan Balik


Untuk memastikan rencana kontingensi sesuai dengan situasi dan kondisi yang
terbarukan maka diperlukan masukan-masukan terutama terkait data-data, sehingga
perlu dilakukan dengan lokakarya atau rapat konsultasi. Inisiatif reviu dan pemutakhiran
perencanaan kontingensi dapat dikoordinasikan melalui BPBD Kabupaten Seram Bagian
Barat.

1.8 Masa Berlaku dan Pemutakhiran


Dokumen rencana kontingensi Banjir Bandang berlaku selama 3 (tiga) tahun. Agar
rencana kontingensi sesuai dengan situasi terbaru seperti misalnya: perubahan dinamika
skala bencana, perubahan besaran dan bentuk atau jenis kerentanan, perubahan
kapasitas atau kemampuan sumber daya maka dapat dilakukan kaji ulang atau update
sesuai kebutuhan.

1.9 Konversi Rencana Kontingensi menjadi Rencana Operasi


Rencana kontingensi ini menjadi dasar dalam menyusun rencana operasi penanganan
Kedaruratan Banjir Bandang. Aktivasi rencana kontingensi dilakukan setelah
mendapatkan data dan analisis kaji cepat bencana
BAB II

SITUASI

2.1. Karakteristik Bahaya

Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan salah satu wilayah berpotensi Rawan Banjir tinggi
yang dapat disertai dengan banjir bandang sehingga Banjir bandang yang terjadi disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya :
- Tingginya curah hujan akan meningkatkan debit dan volume air di daratan,
- Daerah yang tidak memiliki tanah resapan yang luas dimana tanah resapan adalah salah
satu faktor utama terjadinya banjir dan banjir bandang. Namun sayangnya, banyak pihak
yang membangun bangunan di daerah resapan. Ini akan menyebabkan air tidak masuk ke
dalam tanah dan mengalir menuju ke sungai
- Daerah aliran sungai tidak terlalu luas sehingga secara tiba-tiba dan masif bisa
menyebabkan air meluap dengan kencang karena melebihi kapasitas sungai. Risikonya
adalah air akan membawa lumpur, bebatuan, dan batang pohon yang tercabut.
- Membuang sampah sembarangan yang merupakan kebiasaan buruk masyarakat
membuang sampah ke sungai bisa menimbulkan berbagai masalah lingkungan
- Rusaknya tanggul bisa bermacam-macam. Beberapa diantaranya adalah tanggul yang
dibangun dari awal kurang kokoh, atau karena aliran arus sungai yang terlampau besar.
Tanda-tanda akan terjadinya banjir bandang
1. Saat terjadi hujan deras, Aliran sungai akan terlihat menyurut karena tertahan material
longsor di daerah hulu atau sepanjang aliran sungai. Lalu kemudian air akan meluap naik
dengan cepat dan mengalir cepat menghantam apapun yang diterjangnya.
2. Air sungai akan berubah warna menjadi keruh karena tercampur dengan tanah dan
lumpur, Kemudian ada suara gemuruh dari arah aliran sungai, itu pertanda air dan lumpur
serta batu atau batang pohon sedang bergerak mengalir
3. Gejala banjir bandang bisa di deteksi dari Alat peringatan dini berupa alat takaran hujan
wire extensometer, juga kamera pengawas (CCTV) di daerah hulu dan sepanjang aliran
sungai, sebelum aliran sungai masuk ke daerah permukiman.
4. Waspadai jika hujan deras dengan waktu yang cukup lama, sebab hal ini akan memicu
terjadinya bandang. Curah hujan yang tinggi membuat sungai sudah tidak membendung
sehingga air akan meluap.

2.2. Penetapan Skenario Kejadian


Diasumsikan scenario kejadian terburuk pada malam hari yang dikembangkan di empat
wilayah kecamatan yang berdampak banjir bandang dijelaskan pada tabel 4.

Tabel. 4 Skenario Kejadian


Waktu Kejadian Rabu, 5 Oktober XXXX
Pukul : 20.46 WIT
- Lokasi - Kec. Huamual (Wae Loki & Wae La Ala
- Kec. Seram Barat (Wae Eti)
- Kec. Kairatu Barat (Wae Kamal & Wae Nuruwe
- Kec. Kairatu (Wae Riuapa)
Cakupan Wilayah - Desa Loki dan Dusun La Ala
Terdampak - Desa Eti
- Desa Kamal & Desa Nuruwe
- Desa Kairatu & Dusun Air Buaya
Bahaya Primer Kerusakan akibat banjir bandang yang membawa material
lumpur, kayu, pohon, batu dll masuk ke kawasan pemukiman
Bahaya Sekunder - Rumah Terendam, hanyut dan tertimbun material
- Akses jalan terputus
- Longsor
- Menimbulkan penyakit
- Ekonomi terganggu
- Pelayanan masyarakat terganggu
- Pendidikan terganggu
2.3. Asumsi Dampak
Asumsi jumlah penduduk yang akan terdampak langsung di empat Kecamatan pada
Kabupaten Seram Bagian Barat dapat dilihat pada tabel.5

Tabel. 5 Asumsi Dampak


Aspek Kependudukan - Korban Meninggal : 7 Orang
- Korban Luka- Luka:
Luka Berat : 32 Orang
Luka Sedang : 30 Orang
Luka ringan : 30 Orang
- Korban Mengungsi : 14.700 Jiwa
Aspek Fisik - Jalan : 1 Km Rusak Berat , 12 Km Rusak Sedang
- Jembatan : 6 bh Rusak Berat
- Tempat Ibadah : 3 Unit Rusak Berat
- Fasilitas Kesehatan : 4 Puskesmas Rusak sedang
- Fasilitas Pendidikan :
Rusak Berat : 4 Unit
Rusak Sedang : 2 Unit
Rusak Ringan : 15 Unit
- Jaringan Air Bersih : Pipa air rusak
Aspek Ekonomi - Sektor Pertanian : Gagal Panen
- Sektor Peternakan : Putusnya rantai pasokan
makanan
- Sektor Perbankan : Lumpuh
- Sektor Perdagangan : Aktifitas pasar terganggu
- Sektor Perhubungan : Moda angkutan darat terganggu
-
BAB III
TUGAS POKOK DAN FUNGSI POKOK ORGANISASI KOMANDO
PENANGGULANGAN DARURAT BENCANA

3.1. TUGAS POKOK

Organisasi Komando Penanganan Darurat Bencana Banjir Bandang melaksanakan operasi


pendukungan, pendampingan, dan penguatan kepada Sistem Komando Penanganan Darurat
Bencana (SKPDB) Kabupaten Seram Bagian Barat, SKPDB dalam melaksanakan operasi
pencarian, pertolongan, penyelamatan dan pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak
bencana Banjir Bandang, serta kesiapan pelayanan penanganan warga , mulai hari “H” jam “J”
selama 14 hari, di Kecamatan Huamual, Kecamatan Seram Barat, Kecamatan Kairatu dan
Kecamatan Kairatu Barat. dengan pengerahansumber daya personil, peralatan, logistik, dan
anggaran, serta memfasilitasi bantuan parapihakditingkatKabupaten dan Provinsi.

3.2. SASARAN

SKPDB Kabupaten Seram Bagian Barat menjalankan fungsi pendukungan dan


pendampinganpenanganan darurat sejak penetapan status darurat bencana (Tanggap Darurat-
TransisiDarurat ke pemulihan) selama 14 hari atau dapat lebih singkat atau diperpanjang sesuai
dengan kondisi yang ada, dengan memprioritaskan efektivitas dan keterpaduan kebijakan dan
strategi penanganan, pengendalian, koordinasi, penguatan kapasitas, mobilisasi sumberdaya,
sesuai dengan asas dan prinsip penanggulangan bencana yang memiliki kelompok rentan dengan
melakukan data terpilah (berdasarkan jenis kelamin, umur, dan ragam disabilitas,), mengakomodasi
aksesibilitas fisik dan aksesibilitas informasibagi kelompok rentan, dan meningkatkan kapasitas
mereka agar risiko dari bencana dapatdiminimalisir karena mereka adalah kelompok yang paling
rentan ketika terjadi bencana.Dengan demikian, perlindungan terhadap kelompok rentan juga
dapat diwujudkan dalam penanggulangan kebencanaan, termasuk dalam fase tanggap darurat
bencana.
BAB IV
PELAKSANAAN

4.1. Konsep Operasi (Rencana Tindakan)

Satuan Komando Penanganan Darurat Bencana (SKPDB) Banjir Bandang didi


Kabupaten Seram Bagian Barat melaksanakan operasi pendukungan, pendampingan, dan
penguatan kepada SKPDB Kecamatan Huamual, Kecamatan Seram Barat, Kecamatan
Kairatu dan Kecamatan Kairatu Barat dalam melaksanakan operasi pencarian, pertolongan,
penyelamatan, pemenuhan dasar yang inklusif bagi warga terdampak bencana
termasukkelompokrentan,mulaihari “H” jam “J” selama 14 hari, di wilayah Kecamatan
Huamual, Kecamatan Seram Barat, Kecamatan Kairatu dan Kecamatan Kairatu Barat dengan
pengerahan sumber daya personil, peralatan, logistik, dan anggaran, serta memfasilitasi
bantuan para pihak ditingkat Kabupaten dan Provinsi.

Operasi pendukungan dan pendampingan dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap/fase,


yaitu fase tanggap darurat bencana dan fase transisi menuju pemulihan darurat bencana.
Rencana tindakan utama disetiap fase diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Konsep Operasi pada MasaTanggap Darurat

Konsep Operasi pada Masa Tanggap Darurat


1. Aktivasi satuan tugas penanganan darurat bencana Banjir Bandang.
2. Mobilisasi sumber daya personil, peralatan, dan logistik untuk upaya pendukungan.
3. Pembentukan Pos Lapangan di 4 (empat) Kecamatan yaitu Kecamatan Huamual,
Kecamatan Seram Barat, Kecamatan Kairatu dan Kecamatan Kairatu Barat.
4. Mendorong aktivasi Satuan Komando Penanganan Darurat Bencana Banjir
Bandangdi Kabupaten Seram Bagian Barat terutama di 4 (empat) Kecamatan yaitu
Kecamatan Huamual, Kecamatan Seram Barat, Kecamatan Kairatu dan Kecamatan
Kairatu Barat.
5. MendorongaktivasidanpembentukanPosKomando(Posko)PenangananDaruratBenc
anaBanjir Bandangdi 4 (empat) Kecamatan yaitu Kecamatan Huamual, Kecamatan
Seram Barat, Kecamatan Kairatu dan Kecamatan Kairatu Barat.
6. Mendukungoperasi pencarian, penyelamatan, dan evakuasi korban dan harta
benda.
7. Mendukung operasi pemenuhan kebutuhan dasar menurut Standar Pelayanan
Minimal (SPM) dalam masa kebencanaan
Konsep Operasi pada Masa Tanggap Darurat
8. Mendukung upaya perlindungan kepada kelompok rentan (wanita, ibu hamil,
anak,lansia,danpenyandangdisabilitas).
9. Memastikan upaya pemenuhan kebutuhan khusus kelompok rentan yang
didahuluidengan melakukan pengumpulan data secara terpilah (berdasarkan
umur, jeniskelamin, dan ragam disabilitas) agar kebutuhan yang diberikan sesuai
dengan kondisi khusus kelompok rentan.
10. Memastikan aksesibilitas informasi bagi semua orang, termasuk kelompok rentan;
penyampaian informasi yang aksesibel dengan pesan yang sederhana, mudah
dimengerti, bila perlu disampaikan dengan bahasa daerah dan menggunakan kanal
informasi yang dapat menjangkau semua orang, baik kanal informasi yang main
stream (televisi, radio, smartphone, sms, dan lain-lain) dan juga yang tidak
mainstream(pengumuman ditempat-tempatumum,dan lain-lain)
11. Memastikan adanya layanan yang aksesibel secara fisik, layanan yang
berperspektif genderdan inklusif, termasuk area pengungsian, pusat-pusat layanan
kesehatan, tempat-tempat distribusi bantuan, dan lain-lain.
12. Memastikan pemberian layanan dilakukan secara bermartabat bagi semua orang,
termasuk kelompok rentan; sehingga, perlu adanya kapasitas yang memadai
terkait bagi relawan, pekerja kemanusiaan, dan penyedialayanan/bantuan tentang
bagaimana berinteraksi dengan kelompok rentan.
13. Memastikan pencarian terhadap kelompok rentan dan memastikan tidak ada
kelompok rentan (anak-anak,lansia dan penyandang disabilitas) yang masih berada
di wilayah bencana dan/atau ditinggalkan oleh keluarga atau kerabatnya. Hal ini
kadang terjadi terhadap Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), yaitu mereka dalam
keadaan dipasung dan ditinggalkan oleh keluarga atau kerabatnya.
14. Memastikan pelayanan kesehatan bagi pengungsi di area pengungsian (tempat
penampungan, tenaga kesehatan, dan logistik) yang aman, aksesibel (dengan
menerapkan prinsip-prinsip universal design), dan inklusif bagi penyandang
disabilitas dan kelompokrentanlain dan denganperspektifgender.
15. Memastikan penyelenggaraan layanan kesehatan yang memadai, bermartabat,
dan memadai; termasuk layanan kesehatan reproduksi.
16. Penetapan status: perpanjangan tanggap darurat atau peralihan tahap tanggap
darurat dan meneruskan ke tahap transisi darurat kepemulihan.
Tabel 4.2 Konsep Operasi pada Masa Transisi Darurat

Konsep Operasi pada Masa Transisi Darurat


1. Memastikan pemenuhan kebutuhan dasar dan perlindungan kelompok rentan
yang dapat diperoleh dengan melakukan dataterpilah (berdasarkan umur, jenis
kelamin, dan ragam disabilitas).
2. Memastikan aksesibilitas informasi bagi semua orang, termasuk kelompok
rentan;penyampaian informasi yang aksesibel dengan pesan yang sederhana,
mudahdimengerti, bila perlu disampaikan dengan bahasa daerah dan
menggunakankanal informasi yang dapat menjangkau semua orang, baik kanal
informasi yang mainstream (televisi, radio, smartphone, sms, dan lain-lain) dan
juga yang tidak mainstream (pengumuman ditempat-tempatumum,dan lain-lain)
3. Memastikan adanya layanan yang aksesibel secara
fisik,berperspektifgenderdanyanginklusif, termasuk area pengungsian, pusat-
pusat layanan kesehatan, tempat-tempat distribusi bantuan, dan lain-lain.
4. Memastikan pemberian layanan dilakukan secara bermartabat bagi semua
orang,termasuk kelompok rentan; sehingga, perlu adanya kapasitas yang
memadai terkait bagaimana berinteraksi dengan kelompok rentan.
5. Memastikan penyelenggaraan layanan kesehatan yang memadai, bermartabat,
dan memadai; termasuk layanan kesehatan reproduksi.
6. Mendukung operasi pemulihan objek dan sarana-prasarana vital.
7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi tanggap darurat bencana
secaraperiodik dan berjenjang.
8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi transisi menuju pemulihan
darurat bencana secara periodik dan berjenjang.
9. Penilaian pelaksanaan tanggap bencana sebagai basis penetapan status darurat.
10. Menetapkan status pengakhiran atau perpanjangan operasi.
11. Demobilisasi/menarik kembali sumber daya penanganan darurat bencana
jika operasi telah berakhir.
4.2. STRUKTUR ORGANISASI KOMANDO PENANGANAN DARURAT BENCANA

KomandanPDB

WakilKomandanPDB

Sekretariat PerwakilanLembaga/
Instansi
Humas

Bidang
KeselamatandanKeamana
n

BidangPerencanaan BidangOperasi/ AdministrasidanKeu


BidangLogistik
PosLapangan angan

SAR &
UnitPeralatan
Evakuasi

Kesehatan UnitTransportasi

Pendidikan
UnitPergudangan

Pengungsian
Unit
AirBersihdanSanitasi PangandanNutrisi

UnitKesehatan
Sarana
danPrasarana Unit Huniandan
Non-Pangan
4.3. Fungsi dan Kegiatan Pokok

Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat membentuk Satuan Komando sebagai


sebuah system yang terdiri dari bidang-bidang yang memiliki fungsi spesifik untuk
penanganan daruratbencana Banjir Bandang dalam rangka menjalankan tugas
pokok pendukungan danpendampingan terhadap SKPDB Kecamatan Huamual,
Kecamatan Seram Barat, Kecamatan Kairatu dan Kecamatan Kairatu Barat. Lima
bidang fungsi pokok itu diantaranya adalah (a) fungsi komando, kendali,
koordinasi, komunikasi dan informasi; (b) fungsi perencanaan; (c) fungsi operasi ;
(d) fungsi logistik; dan (e) fungsi administrasi dan keuangan. Penjabaran fungsi
masing-masing bidang adalah sebagai berikut:
4.3.1 Bidang Pengendali, Koordinasi, Komunikasi, dan Informasi
a. Memastikan adanya kesatuan komando, terarah, terpadu, terukur dan
terbangun kerjasama antar pihak terkait operasi penanganan darurat
bencana Banjir Bandang.
b. Memastikan terbangunnya pola koordinasi dan rentang kendali multi-pihak
yang terlibat dalam operasi penanganan darurat bencana bencana Banjir
Bandang.
c. Memastikan terbangunnya pola komunikasi dan informasi yang terpadu.
d. Memastikan seluruh informasi dapat diperoleh oleh semua orang, termasuk
kelompok rentan, dan memastikan bahwa informasi tersebut aksesibel;
penyampaian informasi yang akses ibel dengan pesan yang sederhana,
mudah dimengerti, bila perlu disampaikan dengan bahasa daerah dan
menggunakan kanal informasi yang dapa tmenjangkau semua orang, baik
kanal informasi yang mainstream (televisi, radio,smartphone, sms, dan lain-
lain) dan juga yang tidak mainstream (pengumuman ditempat-tempat
umum,dan lain-lain.

4.3.2 Bidang Perencanaan

Menjalankan mekanisme dan proses perencanaan kegiatan dan kebutuhan


anggaran operasi untuk mendukung penanggulangan darurat bencana
Banjir Bandang secara terpadu serta memastikan komando dan komunlkasi
terkait operasi pelaksanaan darurat bencana.Proses perencanaan kegiatan
melibatkan semua pihak, termasuk perwakilan dari kelompokperempuan,
dari kelompok disabilitas, dan kelompok rentan lainnya, karena mereka
yang paling memahami kebutuhan dan kondisi mereka sendiri.
4.3.3 Bidang Operasi
Mendukung dan melaksanakan penanganan darurat bencana secara
terpadu, secepat mungkin, dan tepat dengan tetap melibatkan perempuan
dan kelompok rentan.

4.3.4 Bidang Logistik


Memobilisasi, menyediakan dan memastikan dukungan logistik (fasilitas,
peralatan, sumberdaya, sarana, transportasi, layanan medis, dsb) yang
diperlukan untuk penanggulanganbencana sesuai kebutuhan dengan
memastikan kebutuhan khusus dari kelompok rentan melalui data terpilah
(berdasarkan jenis kelamin, umur, dan ragam disabilitas) dan terjadinya
proses pelibatan mereka.

4.3.5 Bidang Administrasi dan Keuangan


a. Melaksanakan pengelolaan administrasi penanganan kedaruratan.
b. Melaksanakan pengelolaan keuangan untuk penanganan
kedaruratan yang transparan dan akuntabel.
c. Memfasilitasi mekanisme pendukungan dan penerimaan bantuan sesuai
peraturan yang ada.
d. Memberikan pendampingan pengadministrasian dan pengelolaan
(perencanaan, penggunaan, pencatatan dan pelaporan) keuangan SKPDB
Kabupaten/Kota.
e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pengadministrasian dan
pengelolaankeuangansecara berkala.
4.4. Tugas-tugas Bidang
Pelaksana
Fungsi Penjabaran Tugas Penjabaran Tugas
Sub-Bidang/ Unit/ Seksi

1. Komando, Kendali, Koordinasi, 1) Memastikan adanya kesatuan komando, Unit Pengendalian dan  Memimpin dan mengendalikan operasi
Komunikasi dan Informasi Koordinasi
terarah, terpadu, terukur dan terbangun i penanganan darurat bencana
nteroperabilitas antar pihak terkait opera  Memberi arahan, petunjuk dan perintah yang
si PDB. harus segera dikeluarkan
2) Memastikan terbangunnya pola koordina  Merumuskan dan menetapkan kebijakan strategi
si dan rentang kendali multi-pihak yang t penanganan bencana
erlibat dalam operasi PDB.  Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor dan
3) Memastikan terbangunnya pola komunik lintas tingkatan secara terpadu, terarah dan
asi dan informasi yangterpadu. terukur.
 Melaksanakan kerjasama lintas program dengan
sumber daya yang berbeda di daerah rawan
bencana.
 Melaksanakan evaluasi kegiatan
 Membentuk Pos Lapangan sesuai kebutuhan

Unit Data, Informasi dan  Menyampaikan update/pemutakhiran data dan


Komunikasi
informasi kebencanaan secara berkala.
 Mengembangkan dan menjalankan sistem “Desk
Relawan”
 Menyiapkan peralatan komunikasi,
 Membangun sistem jaringan komunikasi terbuka
dan tertutup
 Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak
Pelaksana
Fungsi Penjabaran Tugas Penjabaran Tugas
Sub-Bidang/ Unit/ Seksi

terkait dalam rangka menanggapi masalah


kedaruratan bencana secara harmonis
 Menyelenggarakan press release secara berkala

Unit Pengamanan (Wilayah,  Menegakkan ketertiban, hukum dan disiplin


Pengungsi dan Personil PDB)
terhadap seluruh anggota (personil) Satgas dan
masyarakat di daerah bencana.
 Melakukan pengawasan dan pengendalian dalam
setiap kegiatan di daerah bencana.
 Menyiapkan sarana dan prasarana pengamanan
lingkungan di daerah operasi penanganan darurat
bencana
 Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait
dalam rangka dukungan giat pengamanan.
 Melaksanakan evaluasi setiap selesai kegiatan
dalam pelaksanaan tugas.
 Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan
kepada komando.
BAB V
ADMINISTRASI DAN LOGISTIK

Komando Organisasi PDB membangun tata kelola administrasi pemenuhan kebutuhan logistik di
Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai berikut:

5.1. Administrasi

a. Saat terjadi bencana, setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) menjalankan tugas
fungsinya terkait penanganan darurat bencana, menggunakan dana rutin yang ada pada
instansinya masing-masing.

b. Setelah ditetapkan status Penanganan Darurat Bencana maka Pemerintah Daerah Yaitu
Kabupaten Seram Bagian Barat dapat mengajukan Dana Siap Pakai ke Pemerintah
Daerah.

c. Meminta bantuan BNPB untuk dukungan dana dan logistic.

d. Pemerintah Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat menyiapkan mekanisme (regulasi)


untuk kemudahan akses mobilisasi sumberdaya yang diperlukan dalam menunjang
kelancaran operasi penanganan darurat bencana.

e. Pemerintah Daerah Seram Bagian Barat hadir pada saat penetapan status darurat
bencana untuk memberikan pendampingan terbentuknya Sistem Komando PDB di
Kabupaten/Kota. Jenis pendampingan yang diberikan antara lain meliputi:

 Kebijakan dan arahan-arahan strategis

 Pendampingan teknis berupa personel, data dan informasi

 Pendampingan Akses Dana Siap Pakai (DSP)

 Pendampingan Akses Belanja Tak Terduga (BTT)

 Pendampingan tata kelola Administrasi Umum dan Keuangan

 Pendampingan mobilisasi logistik, peralatan, dan dukungan komunikasi yang


dibutuhkan.
5.2 Logistik
a. Seluruh sumber daya lokal (SDM, peralatan, transportasi, pangan dll) yang ada di
Kabupaten Seram Bagian Barat dioptimalkan untuk mendukung penanganan bencana
baik dari sektor pemerintah, dunia usaha dan juga masyarakat
b. Bantuan dapat didukung dari kabupaten/kota terdekat dan Provinsi.
c. Bantuan dapat diminta ke Pemerintah Pusat terkait sumber daya, fasilitas, personil, DSP,
BTT, logistik dan peralatan
d. Panduan distribusi logistik berada dibawah komando Kepala BPBD (Perka No. 4 Tahun
2009)
BAB VI
PENGENDALIAN

6.1 Komando

Komando Operasi Penanganan Darurat Bencana Banjir Bandang Kabupaten Seram bagian Barat
dipimpin Sekretaris Daerah atau Komandan yang ditunjuk oleh Bupati.

6.1.1 Pos Komando


Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Kabupaten Seram Bagian Barat, selanjutnya disebut Pos
Komando (Posko) berfungsi sebagai pusat komando operasi darurat bencana untuk
mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan penanganan
darurat bencana yang berkedudukan di xxxxx Kabupaten Seram Bagian Barat.

6.1.2 Pos Lapangan


Pos Lapangan Penanganan Darurat Bencana Kabupaten Seram Bagian Barat, selanjutnya disebut Pos
Lapangan PDB, berfungsi sebagai pelaksana operasi pendukungan penanganan darurat bencana
kepada SKPDB Kecamatan, berkedudukan dan lebur dalam Komando SKPDB di masing-masing Pos
Komando Kecamatan Huamual, Pos Komando Kecamatan Seram Barat, Pos Komando Kecamatan
Kairatu, dan Pos Komando Kecamatan Kairatu Barat.

Tabel 6.1 Koordinat Pos Lapangan di Kecamatan Huamual, Kecamatan Seram Barat, Kecamatan Kairatu,
dan Kecamatan Kairatu Barat

Kecamatan Pos Lapangan Koordinat

Kecamatan Huamual Kantor Desa Loki dan Kantor Desa Ariate

Kantor BPBD Kab. SBB


Kecamatan Seram Barat
SKB Kairatu
Kecamatan Kairatu
Kantor Desa Kamal
Kecamatan Kairatu Barat
6.1.3 Pos Pendukung
Pos Pendukung Kabupaten Seram Bagian Barat yang selanjutnya disebut sebagai Pos
Pendukung berfungsi memperlancar akses masuk, keluar, dan mobilisasi/distribusi bantuan
penanganan darurat bencana, baik bantuan dari Kabupaten maupun Provinsi. Pos
Pendukung berkedudukan di :

Tabel 6.2 Lokasi dan Koordinat Pos Pendukung

Pos Pendukung Lokasi Koordinat

Pos Pendukung 1 Desa Ariate

Pos Pendukung 2 Desa Kairatu

Pos Pendukung 3 Desa Kamal

6.1.4 Pos Pendamping


Pos Pendamping Nasional, selanjutnya disebut Pospenas atau Pos BNPB berfungsi untuk
mempermudah akses dan efektivitas terhadap sumber daya untuk penanganan tanggap
darurat, berkedudukan di xxxxxxxxxxx.

6.2. Kendali

Komandan PDB melaksanakan fungsi pengendalian untuk pengerahan sumber daya berupa
sumber daya manusia, sumber daya peralatan, sumber daya logistik dan operasi penanganan
darurat bencana.

6.3. Koordinasi

Koordinasi melibatkan perwakilan seluruh SKPDB yang bersifat wajib. Pertemuan koordinasi ini
dipimpin oleh seorang komandan dan dilaksanakan di Pos Komando Tanggap Darurat 1 (satu)
kali setiap hari selama masa darurat dan diselenggarakan pada waktu yang disepakati.
Pertemuan koordinasi membahas laporan perkembangan dari setiap bidang operasi dan
mendiskusikan alternatif-alternatif solusi.
6.4. Komunikasi

a. Radio
1. Frekuensi Radio HF/SSB
Frekuensi Radio HF yang dialokasikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika
untuk BNPB adalah 11.473.5 MHz. Penggunaan frekuensi ini diperuntukan bagi
BNPB dan BPBD.
2. Frekuensi Radio VHF
Frekuensi Radio VHF yang dialokasikan oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika untuk BNPB adalah 171.300 MHz, dengan frekuensi repeater
170.300 MHz untuk RX dan 165.300 MHz untuk TX dengan Tone TX 123. Penggunaan
frekuensi diperuntukan bagi BNPB dan BPBD.

b. Telepon : XXXXXXXXX
c. Email : XXXXXXXXX
d. Faksimile : XXXXXXXXX

6.5. Informasi
Informasi dapat diperoleh dan dianalisis dari berbagai sumber termasuk dari laporan dari aparat
desa dan kecamatan dan juga laporan dari berbagai media social real-time. Informasi tersebut
dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan oleh Komandan Operasi dan yang tidak
terlibat di dalam Struktur Komando Penanggulangan Darurat Bencana. Pengelolaan informasi
tidak hanya mencakup pengolahan data saja, tetapi juga sistem dan aplikasi yang digunakan.
BAB VII
RENCANA TINDAK LANJUT

7.1 Komitmen Para Pihak dalam Penanganan Kedaruratan

Agar dokumen rencana kontingensi dapat dijaga kekiniannya, maka diperlukan komitmen dari
semua pihak, baik dari Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, BUMN, Media, dan Organisasi Non
Pemerintah, untuk dapat berperan, mengampu tugas dan fungsinya dalam sistem komando
penanganan darurat bencana. Dalam rangka memperkuat dan mengikat partisipasi semua
pihak yang terlibat, dokumen rencana kontingensi ditandatangani dalam lembar komitmen
dan selanjutnya disahkan oleh Bupati Seram Bagian Barat.

7.2 Latihan Kesiapsiagaan

Setelah disusun dan dikaji ulang, rencana kontingensi perlu diuji dengan berbagai cara di
bawah ini. Uji Gladi ruang ini bertujuan memastikan bahwa rencana kontingensi sesuai untuk
dilaksanakan. Dengan demikian, para pemangku kepentingan memahami apa saja peran
mereka dan mengetahui kapan dan bagaimana mereka menjalankan peran tersebut.

7.2.1 Simulasi Rapat Koordinasi


Simulasi Rapat Koordinasi ini merupakan agenda finalisasi Rencana Kontingensi di tingkat
daerah yang memiliki ketentuan sebagai berikut:

a. Dipimpin oleh Kepala Daerah/Sekretaris Daerah.


b. Situasi yang akan dihadapi sesuai skenario dalam rencana kontingensi.
c. Kesiapan masing-masing bidang terhadap situasi tersebut.
d. Menyiasati kemunculannya kesenjangan sumber daya
e. Sebagai catatan untuk menyesuaikan rencana kontingensi.

7.2.2 Kegiatan Gladi Ruang


Kegiatan geladi ruang diikuti oleh setiap unsur pemangku kepentingan yang terlibat
dalam Rencana Kontingensi dalam bentuk diskusi untuk memberikan wadah bagi para
pemangku kepentingan maupun aktor penanggulangan bencana untuk menggali
pengalaman pembelajaran juga mendapatkan masukkan, review penyempurnaan
pemahaman rencana kontingensi yang melibatkan multi sektoral.
7.2.3 Kegiatan Uji Posko/Geladi Posko
Kegiatan uji posko atau geladi posko diikuti oleh setiap unsur pemangku kepentingan
yang terlibat dalam Rencana Kontingensi sesuai dengan bidang masing-masing. Uji
posko/geladi posko ini bertujuan memastikan:

 Jalur komunikasi sesuai dengan yang tercantum dalam rencana kontingensi, baik
perangkat, lebar pita, maupun frekuensi radio yang digunakan. Lihat lampiran C -
Jaring Komunikasi.
 Jalur transportasi untuk mobilitas dan evakuasi sesuai dengan situasi sebenarnya,
untuk menghitung waktu tempuh dan jenis rekayasa lalu lintas apa yang harus
diterapkan, jika diperlukan.

7.2.4 Kegiatan Uji Lapang/Geladi Lapang

Kegiatan uji lapang atau geladi lapang adalah Latihan di lapangan yang bertujuan untuk
menguji atau mengevaluasi perencanaan bidang operasi. Geladi lapang ini dilaksanakan
dengan melibatkan masyarakat serta sumber daya lokal yang ada di Kabupaten Seram
Bagian Barat. Tujuannya, agar masyarakat mengetahui bahwa di wilayahnya sudah ada
rencana kontingensi, serta masyarakat juga tahu jika terjadi kedaruratan, mereka harus
kemana dan siapa yang dapat dihubungi.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Mekanisme Konversi Rencana Kontingensi menjadi Rencana


Operasi: Penyusunan Rencana Operasi Penanganan Darurat

Berdasarkan Formulir 8. Perka No 24 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Operasi Darurat
Bencana. Disesuaikan

RENCANA OPERASI DARURAT BENCANA

Lembar No. dari lembaran

Nama Lokasi (koordinat peta) :

Tanggal waktu pembuatan Rencana Operasi :

RENCANA OPERASI:
PENANGANGAN KEDARURATAN BANJIR BANDANG DI KECAMATAN HUAMUAL, KECAMATAN
SERAM BARAT, KECAMATAN KAIRATU DAN KECAMATAN KAIRATU BARAT , KABUPATEN
SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU

Nomor :

PENUNJUKAN:

1. Peta : Nasional/Wilayah/Daerah
2. Skala : (skala peta)
3. Tahun : (tahun pengeluaran peta)
4. Daerah Waktu : WIT
5. Landasan Hukum : (landasan hukum
pembuatan Rencana Operasi)

6. Dokumen : Rencana Kontingensi Banjir Bandang di Kabupaten Seram Bagian


Barat Provinsi Maluku

DAERAH WAKTU : WIT

SANDI OPERASI : BANJIR BANDANG 01


SUSUNAN TUGAS :

1. Situasi
A. Macam/ jenis bencana yang telah terjadi terdiri dari: (Banjir Bandang yang terjadi Tahun
2022
1) Banjir Bandang, tanggal xx Bulan xx 2016, lokasi/ daerah bencana di Dusun
Jawasakti , Desa Sole Kecamatan Huamual Belakang, korban manusia, ,
kerusakan bangunan yaitu, 67 Rumah dan 1 unit Sekolah dasar, sarana,
prasarana umum, ekonomi dan dampak sosial.
2) Banjir Bandang, tanggal xx Bulan xx 2022, lokasi/ daerah bencana Banjir
Bandang di Dusun Uhe Desa Iha Kecamatan Huamual, korban manusia sebanyak
6 Orang, kerusakan bangunan 2 unit rumah, sarana, prasarana umum, ekonomi
dan dampak sosial.
B. Kebijakan Pemerintah Daerah.

2. Tugas Pokok
Organisasi Komando Penanganan Darurat Bencana Banjir Bandang di Kabupate Seram
Bagian Barat yaitu Kecamatan Huamual, Kecamatan Seram Barat, Kecamatan Kairatu dan
Kecamatan Kairatu Barat melaksanakan operasi pendukungan, pendampingan, dan
penguatan kepada Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana (SKPDB) Kabupaten
Seram Bagian Barat dalam melaksanakan operasi pencarian, pertolongan, penyelamatan
dan pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak bencana banjir bandang yang, mulai hari
“H” jam “J” selama 14 hari, di Kecamatan Huamual, Kecamatan Seram Barat, Kecamatan
Kairatu dan Kecamatan Kairatu Barat dengan pengerahan sumber daya personil, peralatan,
logistik, dan anggaran.

SKPDB Kabupaten Seram Bagian Barat menjalankan fungsi pendukungan dan pendampingan
penanganan darurat sejak penetapan status darurat bencana (Tanggap Darurat-Transisi
Darurat ke pemulihan) selama 14 hari atau dapat lebih singkat atau diperpanjang sesuai
dengan kondisi yang ada, dengan memprioritaskan efektivitas dan keterpaduan kebijakan
dan strategi penanganan, pengendalian, koordinasi, penguatan kapasitas, mobilisasi sumber
daya, dan upaya pencegahan, sesuai dengan asas dan prinsip penanggulangan bencana yang
memiliki perspektif gender dan inklusif bagi kelompok rentan. Inklusivitas adalah melibatkan
secara bermakna partisipasi kelompok rentan dengan melakukan data terpilah (berdasarkan
jenis kelamin, umur, dan ragam disabilitas,), mengakomodasi aksesibilitas fisik dan
aksesibilitas informasi bagi kelompok rentan, dan meningkatkan kapasitas mereka agar risiko
dari bencana dapat diminimalisir karena mereka adalah kelompok yang paling rentan ketika
terjadi bencana. Dengan demikian, perlindungan terhadap kelompok rentan juga dapat
diwujudkan dalam penanggulangan kebencanaan, termasuk dalam fase tanggap darurat
bencana.
3. Pelaksanaan
A. Konsep Operasi dan Sasaran Operasi

Konsep Operasi pada Masa Tanggap Darurat


1. Aktivasi satuan tugas penanganan darurat bencana Banjir Bandang.
2. Mobilisasi sumber daya personil, peralatan, dan logistik untuk upaya pendukungan.
3. Pembentukan Pos Lapangan di 4 (empat) Kecamatan yaitu Kecamatan Huamual,
Kecamatan Seram Barat, Kecamatan Kairatu dan Kecamatan Kairatu Barat.
4. Mendorong aktivasi Satuan Komando Penanganan Darurat Bencana Banjir
Bandangdi Kabupaten Seram Bagian Barat terutama di 4 (empat) Kecamatan yaitu
Kecamatan Huamual, Kecamatan Seram Barat, Kecamatan Kairatu dan Kecamatan
Kairatu Barat.
5. MendorongaktivasidanpembentukanPosKomando(Posko)PenangananDaruratBenc
anaBanjir Bandangdi 4 (empat) Kecamatan yaitu Kecamatan Huamual, Kecamatan
Seram Barat, Kecamatan Kairatu dan Kecamatan Kairatu Barat.
6. Mendukungoperasi pencarian,penyelamatan,danevakuasi korbandanhartabenda.
7. Mendukung operasi pemenuhan kebutuhan dasar menurut Standar Pelayanan
Minimal (SPM) dalam masa kebencanaan
8. Mendukung upaya perlindungan kepada kelompok rentan (wanita, ibu hamil,
anak,lansia,danpenyandangdisabilitas).
9. Memastikan upaya pemenuhan kebutuhan khusus kelompok rentan yang
didahuluidengan melakukan pengumpulan data secara terpilah (berdasarkan
umur, jeniskelamin, dan ragam disabilitas) agar kebutuhanyangdiberikan sesuai
dengankondisikhususkelompok rentan.
10. Memastikan aksesibilitas informasi bagi semua orang, termasuk kelompok rentan;
penyampaian informasi yang aksesibel dengan pesan yang sederhana, mudah
dimengerti, bila perlu disampaikan dengan bahasa daerah dan menggunakan kanal
informasi yang dapat menjangkau semua orang, baik kanal informasi yang main
stream (televisi, radio, smartphone, sms, dan lain-lain) dan juga yang
tidakmainstream(pengumuman ditempat-tempatumum,dan lain-lain)
11. Memastikan adanya layanan yang aksesibel secara fisik, layanan yang
berperspektif genderdan inklusif, termasuk area pengungsian, pusat-pusat layanan
kesehatan, tempat-tempat distribusi bantuan, dan lain-lain.
12. Memastikan pemberian layanan dilakukan secara bermartabat bagi semua orang,
termasuk kelompok rentan; sehingga, perlu adanya kapasitas yang memadai
terkait bagi relawan, pekerja kemanusiaan, dan penyedialayanan/bantuan tentang
bagaimana berinteraksi dengan kelompok rentan.
13. Memastikan pencarian terhadap kelompok rentan dan memastikan tidak ada
kelompok rentan (anak-anak,lansia dan penyandang disabilitas) yang masih berada
di wilayah bencana dan/atau ditinggalkan oleh keluarga atau kerabatnya. Hal ini
kadang terjadi terhadap Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), yaitu mereka dalam
keadaan dipasung dan ditinggalkan oleh keluarga atau kerabatnya.
14. Memastikan pelayanan kesehatan bagi pengungsi di area pengungsian (tempat
penampungan, tenaga kesehatan, dan logistik) yang aman, aksesibel (dengan
menerapkan prinsip-prinsip universal design), dan inklusif bagi penyandang
disabilitas dan kelompokrentanlain dan denganperspektifgender.
15. Memastikan penyelenggaraan layanan kesehatan yang memadai, bermartabat,
dan memadai; termasuk layanan kesehatan reproduksi.
16. Penetapan status: perpanjangan tanggap darurat atau peralihan tahap tanggap
darurat dan meneruskan ke tahap transisi darurat kepemulihan.
Konsep Operasi pada Masa Transisi Darurat
1. Memastikan pemenuhan kebutuhan dasar dan perlindungan kelompok rentan
yang dapat diperoleh dengan melakukan dataterpilah (berdasarkan umur, jenis
kelamin, dan ragam disabilitas).
2. Memastikan aksesibilitas informasi bagi semua orang, termasuk kelompok
rentan;penyampaian informasi yang aksesibel dengan pesan yang sederhana,
mudahdimengerti, bila perlu disampaikan dengan bahasa daerah dan
menggunakankanal informasi yang dapat menjangkau semua orang, baik kanal
informasi yang mainstream (televisi, radio, smartphone, sms, dan lain-lain) dan
juga yang tidak mainstream (pengumuman ditempat-tempatumum,dan lain-lain)
3. Memastikan adanya layanan yang aksesibel secara
fisik,berperspektifgenderdanyanginklusif, termasuk area pengungsian, pusat-
pusat layanan kesehatan, tempat-tempat distribusi bantuan, dan lain-lain.
4. Memastikan pemberian layanan dilakukan secara bermartabat bagi semua
orang,termasuk kelompok rentan; sehingga, perlu adanya kapasitas yang
memadai terkait bagaimana berinteraksi dengan kelompok rentan.
5. Memastikan penyelenggaraan layanan kesehatan yang memadai, bermartabat,
dan memadai; termasuk layanan kesehatan reproduksi.
6. Mendukung operasi pemulihan objek dan sarana-prasarana vital.
7. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi tanggap darurat bencana
secaraperiodik dan berjenjang.
8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan operasi transisi menuju pemulihan
darurat bencana secara periodik dan berjenjang.
9. Penilaian pelaksanaan tanggap bencana sebagai basis penetapan status darurat.
10. Menetapkan status pengakhiran atau perpanjangan operasi.
11. Demobilisasi/menarik kembali sumber daya penanganan darurat bencana
jika operasi telah berakhir.
.
4.2. STRUKTUR ORGANISASI KOMANDO PENANGANAN DARURAT BENCANA

KomandanPDB

WakilKomandanPDB

Sekretariat PerwakilanLembaga/
Instansi
Humas

Bidang
KeselamatandanKeamana
n

BidangPerencanaan BidangOperasi/ AdministrasidanKeu


BidangLogistik
PosLapangan angan

SAR &
UnitPeralatan
4. Evakuasi

Kesehatan UnitTransportasi

Pendidikan
UnitPergudangan

Pengungsian
Unit
AirBersihdanSanitasi PangandanNutrisi

UnitKesehatan
Sarana
danPrasarana Unit Huniandan
Non-Pangan
4.3 Fungsi dan Kegiatan Pokok

Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat membentuk Satuan Komando sebagai sebuah
system yang terdiri dari bidang-bidang yang memiliki fungsi spesifik untuk penanganan
daruratbencana Banjir Bandang dalam rangka menjalankan tugas pokok pendukungan
danpendampingan terhadap SKPDB Kecamatan Huamual, Kecamatan Seram Barat,
Kecamatan Kairatu dan Kecamatan Kairatu Barat. Lima bidang fungsi pokok itu diantaranya
adalah (a) fungsi komando, kendali, koordinasi, komunikasi dan informasi; (b) fungsi
perencanaan; (c) fungsi operasi ; (d) fungsi logistik; dan (e) fungsi administrasi dan
keuangan. Penjabaran fungsi masing-masing bidang adalah sebagai berikut:

4.3.6 Bidang Pengendali, Koordinasi, Komunikasi, dan Informasi

a. Memastikan adanya kesatuan komando, terarah, terpadu, terukur dan terbangun


kerjasama antar pihak terkait operasi penanganan darurat bencana Banjir Bandang.
b. Memastikanterbangunnyapolakoordinasidanrentangkendalimulti-pihakyangterlibat
dalam operasi penanganan darurat bencana bencana Banjir Bandang.
c. Memastikanterbangunnyapolakomunikasidaninformasiyangterpadu.
d. Memastikan seluruh informasi dapat diperoleh oleh semua orang, termasuk
kelompok rentan, dan memastikan bahwa informasi tersebut aksesibel;
penyampaian informasi yang akses ibel dengan pesan yang sederhana, mudah
dimengerti, bila perlu disampaikan dengan bahasa daerah dan menggunakan kanal
informasi yang dapa tmenjangkau semua orang, baik kanal informasi yang
mainstream (televisi, radio,smartphone, sms, dan lain-lain) dan juga yang tidak
mainstream (pengumuman ditempat-tempat umum,dan lain-lain.

4.3.7 Bidang Perencanaan

Menjalankan mekanisme dan proses perencanaan kegiatan dan kebutuhan anggaran


operasi untuk mendukung penanggulangan darurat bencana Banjir Bandang secara terpadu
serta memastikan komando dan komunlkasi terkait operasi pelaksanaan darurat
bencana.Proses perencanaan kegiatan melibatkan semua pihak, termasuk perwakilan dari
kelompokperempuan, dari kelompok disabilitas, dan kelompok rentan lainnya, karena
mereka yang paling memahami kebutuhan dan kondisi mereka sendiri.
4.3.8 Bidang Operasi
Mendukung dan melaksanakan penanganan darurat bencana secara terpadu,
secepat mungkin, dan tepat dengan tetap melibatkan perempuan dan kelompok
rentan.

4.3.9 Bidang Logistik


Memobilisasi, menyediakan dan memastikan dukungan logistik (fasilitas, peralatan,
sumberdaya, sarana, transportasi, layanan medis, dsb) yang diperlukan untuk
penanggulanganbencana sesuai kebutuhan dengan memastikan kebutuhan khusus
dari kelompok rentan melalui data terpilah (berdasarkan jenis kelamin, umur, dan
ragam disabilitas) dan terjadinya proses pelibatan mereka.

4.3.10 Bidang Administrasi dan Keuangan


a. Melaksanakan pengelolaan administrasi penanganan kedaruratan.
b. Melaksanakan pengelolaan keuangan untuk penanganan kedaruratan yang
transparan dan akuntabel.
c. Memfasilitasi mekanisme pendukungan dan penerimaan bantuan sesuai peraturan
yang ada.
d. Memberikan pendampingan pengadministrasian dan pengelolaan (perencanaan,
penggunaan, pencatatan dan pelaporan) keuangan SKPDB Kabupaten/Kota.
e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pengadministrasian dan
pengelolaankeuangansecara berkala.
4.4. TUGAS-TUGAS BIDANG

Pelaksana
Fungsi Penjabaran Tugas Penjabaran Tugas
Sub-Bidang/ Unit/ Seksi

1. Komando, Kendali, Koordinasi, 4) Memastikan adanya kesatuan komando, Unit Pengendalian dan  Memimpin dan mengendalikan operasi
Komunikasi dan Informasi Koordinasi
terarah, terpadu, terukur dan terbangun i penanganan darurat bencana
nteroperabilitas antar pihak terkait opera  Memberi arahan, petunjuk dan perintah yang
si PDB. harus segera dikeluarkan

5) Memastikan terbangunnya pola koordina  Merumuskan dan menetapkan kebijakan strategi


penanganan bencana
si dan rentang kendali multi-pihak yang t
 Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor dan
erlibat dalam operasi PDB.
lintas tingkatan secara terpadu, terarah dan
6) Memastikan terbangunnya pola komunik
terukur.
asi dan informasi yangterpadu.
 Melaksanakan kerjasama lintas program dengan
sumber daya yang berbeda di daerah rawan
bencana.
 Melaksanakan evaluasi kegiatan
 Membentuk Pos Lapangan sesuai kebutuhan

Unit Data, Informasi dan  Menyampaikan update/pemutakhiran data dan


Komunikasi
informasi kebencanaan secara berkala.
 Mengembangkan dan menjalankan sistem “Desk
Relawan”
 Menyiapkan peralatan komunikasi,
 Membangun sistem jaringan komunikasi terbuka
Pelaksana
Fungsi Penjabaran Tugas Penjabaran Tugas
Sub-Bidang/ Unit/ Seksi

dan tertutup
 Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak
terkait dalam rangka menanggapi masalah
kedaruratan bencana secara harmonis
 Menyelenggarakan press release secara berkala

Unit Pengamanan (Wilayah,  Menegakkan ketertiban, hukum dan disiplin


Pengungsi dan Personil PDB)
terhadap seluruh anggota (personil) Satgas dan
masyarakat di daerah bencana.
 Melakukan pengawasan dan pengendalian dalam
setiap kegiatan di daerah bencana.
 Menyiapkan sarana dan prasarana pengamanan
lingkungan di daerah operasi penanganan darurat
bencana
 Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait
dalam rangka dukungan giat pengamanan.
 Melaksanakan evaluasi setiap selesai kegiatan
dalam pelaksanaan tugas.
 Melaporkan semua kegiatan yang dilaksanakan
kepada komando.
A. Instruksi dan Koordinasi.
Lihat BAB IV SUB BAB 4.5

B. Administrasi dan Logistik

Komando Organisasi PDB membangun tata kelola administrasi pemenuhan


kebutuhan logistik di Kabupaten Seram Bagian Barat sebagai berikut:

5.1. Administrasi

a. Saat terjadi bencana, setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD)


menjalankan tugas fungsinya terkait penanganan darurat bencana,
menggunakan dana rutin yang ada pada instansinya masing-masing.
b. Setelah ditetapkan status Penanganan Darurat Bencana maka
Pemerintah Daerah Yaitu Kabupaten Seram Bagian Barat dapat
mengajukan Dana Siap Pakai ke Pemerintah Daerah.
c. Meminta bantuan BNPB untuk dukungan dana dan logistic.
d. Pemerintah Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat menyiapkan
mekanisme (regulasi) untuk kemudahan akses mobilisasi sumberdaya
yang diperlukan dalam menunjang kelancaran operasi penanganan
darurat bencana.
e. Pemerintah Daerah Seram Bagian Barat hadir pada saat penetapan
status darurat bencana untuk memberikan pendampingan terbentuknya
Sistem Komando PDB di Kabupaten/Kota. Jenis pendampingan yang
diberikan antara lain meliputi:
 Kebijakan dan arahan-arahan strategis
 Pendampingan teknis berupa personel, data dan informasi
 Pendampingan Akses Dana Siap Pakai (DSP)
 Pendampingan Akses Belanja Tak Terduga (BTT)
 Pendampingan tata kelola Administrasi Umum dan Keuangan
 Pendampingan mobilisasi logistik, peralatan, dan dukungan
komunikasi yang dibutuhkan.
5.2 Logistik
a. Seluruh sumber daya lokal (SDM, peralatan, transportasi, pangan dll) yang
ada di Kabupaten Seram Bagian Barat dioptimalkan untuk mendukung
penanganan bencana baik dari sektor pemerintah, dunia usaha dan juga
masyarakat
b. Bantuan dapat didukung dari kabupaten/kota terdekat dan Provinsi.
c. Bantuan dapat diminta ke Pemerintah Pusat terkait sumber daya,
fasilitas, personil, DSP, BTT, logistik dan peralatan
d. Panduan distribusi logistik berada dibawah komando Kepala BPBD (Perka
No. 4 Tahun 2009)

C. Pengendalian
6. Komando

Komando Operasi Penanganan Darurat Bencana Banjir Bandang Kabupaten Seram


bagian Barat dipimpin Sekretaris Daerah atau Komandan yang ditunjuk oleh Bupati.

6.1.5 Pos Komando


Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Kabupaten Seram Bagian Barat,
selanjutnya disebut Pos Komando (Posko) berfungsi sebagai pusat komando
operasi darurat bencana untuk mengkoordinasikan, mengendalikan, memantau,
dan mengevaluasi pelaksanaan penanganan darurat bencana yang berkedudukan
di xxxxx Kabupaten Seram Bagian Barat.

6.1.6 Pos Lapangan


Pos Lapangan Penanganan Darurat Bencana Kabupaten Seram Bagian Barat,
selanjutnya disebut Pos Lapangan PDB, berfungsi sebagai pelaksana operasi
pendukungan penanganan darurat bencana kepada SKPDB Kecamatan,
berkedudukan dan lebur dalam Komando SKPDB di masing-masing Pos
Komando Kecamatan Huamual, Pos Komando Kecamatan Seram Barat, Pos
Komando Kecamatan Kairatu, dan Pos Komando Kecamatan Kairatu Barat.
Tabel 6.1 Koordinat Pos Lapangan di Kecamatan Huamual, Kecamatan Seram Barat, Kecamatan Kairatu,
dan Kecamatan Kairatu Barat

Kecamatan Pos Lapangan Koordinat

Kecamatan Huamual

Kecamatan Seram Barat

Kecamatan Kairatu

Kecamatan Kairatu Barat

6.1.7 Pos Pendukung

Pos Pendukung Kabupaten Seram Bagian Barat yang selanjutnya disebut


sebagai Pos Pendukung berfungsi memperlancar akses masuk, keluar, dan
mobilisasi/distribusi bantuan penanganan darurat bencana, baik bantuan dari
Kabupaten maupun Provinsi. Pos Pendukung berkedudukan di :

Tabel 6.2 Lokasi dan Koordinat Pos Pendukung

Pos Pendukung Lokasi Koordinat

Pos Pendukung 1

Pos Pendukung 2

Pos Pendukung 3

Pos Pendukung 4

Pos Pendukung 5

Pos Pendukung 6

dst
6.1.8 Pos Pendamping
Pos Pendamping Nasional, selanjutnya disebut Pospenas atau Pos BNPB berfungsi
untuk mempermudah akses dan efektivitas terhadap sumber daya untuk
penanganan tanggap darurat, berkedudukan di xxxxxxxxxxx.

6.2. Kendali

Komandan PDB melaksanakan fungsi pengendalian untuk pengerahan sumber


daya berupa sumber daya manusia, sumber daya peralatan, sumber daya logistik
dan operasi penanganan darurat bencana.

6.3. Koordinasi

Koordinasi melibatkan perwakilan seluruh SKPDB yang bersifat wajib. Pertemuan


koordinasi ini dipimpin oleh seorang komandan dan dilaksanakan di Pos Komando
Tanggap Darurat 1 (satu) kali setiap hari selama masa darurat dan
diselenggarakan pada waktu yang disepakati. Pertemuan koordinasi membahas
laporan perkembangan dari setiap bidang operasi dan mendiskusikan alternatif-
alternatif solusi.

6.4. Komunikasi

a. Radio
1. Frekuensi Radio HF/SSB
Frekuensi Radio HF yang dialokasikan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika untuk BNPB adalah 11.473.5 MHz.
Penggunaan frekuensi ini diperuntukan bagi BNPB dan BPBD.
2. Frekuensi Radio VHF
Frekuensi Radio VHF yang dialokasikan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika untuk BNPB adalah 171.300
MHz, dengan frekuensi repeater 170.300 MHz untuk RX dan
165.300 MHz untuk TX dengan Tone TX 123. Penggunaan
frekuensi diperuntukan bagi BNPB dan BPBD.

b. Telepon : XXXXXXXXX
c. Email : XXXXXXXXX
d. Faksimile : XXXXXXXXX
6.4. Informasi
Informasi dapat diperoleh dan dianalisis dari berbagai sumber termasuk dari laporan dari aparat
desa dan kecamatan dan juga laporan dari berbagai media social real-time. Informasi tersebut
dapat dijadikan acuan untuk pengambilan keputusan oleh Komandan Operasi dan yang tidak
terlibat di dalam Struktur Komando Penanggulangan Darurat Bencana. Pengelolaan informasi
tidak hanya mencakup pengolahan data saja, tetapi juga system dan aplikasi yang digunakan.

D. Penutup

Tanggal (penetapan)

Ditetapkan oleh: Komandan Darurat Bencana

Lampiran :
A. Surat Penetapan Status Darurat Bupati
B. Struktur Organisasi dan Susunan Pejabat Operasi
C. Penjabaran tugas pejabat operasi
D. Jaring Komunikasi
E. Rencana Dukungan Anggaran
Lampiran 3. Susunan Pelaksana Tugas

No Tugas/Posisi Institusi/Lembaga

1 Komandan PDB

2 Wakil Komandan PDB

Pemimpin
3 Humas
Pendukung

Pemimpin
4 Sekretariat
Pendukung

Pemimpin
Humas, Informasi dan
5
Koordinasi
Pendukung

Pemimpin
Keamanan dan
6
Keselamatan
Pendukung

Pemimpin
Perwakilan Lembaga
7
dan Instansi
Pendukung

Pemimpin
8 Sekretariat
Pendukung

Pemimpin
9 Perencanaan
Pendukung

Pemimpin
Operasi
Pendukung

Kota Palu

Kabupaten
Donggala
10
Pos Lapangan
Kota/Kabupaten Kabupaten Sigi

Kabupaten
Parigi
Moutong

Pemimpin
SAR dan Evakuasi
Pendukung
No Tugas/Posisi Institusi/Lembaga

Pemimpin
Kesehatan
Pendukung

Pemimpin
Layanan Dukungan
Psikososial
Pendukung

Pemimpin
Pendidikan
Pendukung

Pemimpin
Pengungsian
Pendukung

Pemimpin
Air Bersih dan Sanitasi
Pendukung

Pemimpin
Sarana dan Prasarana
yang Inklusif
Pendukung

Pemimpin
Logistik
Pendukung

Pemimpin
Administrasi dan
Keuangan
Pendukung

Pemimpin
Pos Pendukung
Pendukung

Pemimpin
Pos Pendamping
Pendukung
No Tugas/Posisi Institusi/Lembaga

Pemimpin
Logistik
Pendukung

Pemimpin
9 Peralatan
Pendukung

Pemimpin
Transportasi
Pendukung

Pergudangan Pemimpin

Pendukung

Kesehatan Pemimpin

Pendukung

Hunian dan Bantuan Pemimpin


Non Pangan
Pendukung

10 Administrasi & keuangan Pemimpin

Pendukung
Lampiran 5. Estimasi Ketersediaan dan Kebutuhan Sumberdaya

JENIS JANGKA KETERANGAN


NO KEBUTUHAN KETERSEDIAN KESENJANGAN HARGA JUMLAH
KEBUTUHAN WAKTU (dimiliki)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

BPBD, Dinsos,
1 Spead Boat 7 hari 3 3 0    
Perhubungan

2 Perahu Karet 7 hari 3 3 0     BPBD

BPBD, Dinsos,
3 Pelampung 7 hari 60 60 0    
Perhubungan, TNI, POLRI

4 Tandu 7 hari 3 3 0     Dinkes

Kantung
5 7 hari 33 33 0     BPBD, SAR
Mayat

BPBD, Perhubungan,
6 Life Jeket 7 hari 60 60 0    
Brimob, TNI

7 Senter 7 hari 15 15 0     BPBD

Tali
8 Carmanterl / 7 hari 6 3 3 BPBD, TNI, POLRI
Penyelamat

Peralatan
9 7 hari 3 2 1 SAR
Selam

10 Lampu Sorot 7 hari 3 3 0     PLN, BPBD

11 Ambulance 7 hari 3 3 0     Dinkes

12 HT 7 hari 20 20 0     BPBD, TNI, POLRI

13 Genset 7 hari 3 3 0     BPBD, Kecamatan, PU

Mesin BPBD, PU, Masyarakat


14 7 hari 3 3 0    
Potong Kayu (sewa)

15 Toa 7 hari 3 3 0     BPBD, Kecamatan

16 Sepatu Lars 7 hari 30 30 0     BPBD, Koramil, Polsek

17 Mobl Pick Up 7 hari 2 2 0 Masyarakat (Sewa)

BPBD, Kecamatan,
18 Motor 7 hari 6 6 0
Koramil, Polsek

19 BBM 7 hari 2000 2000 0 BPBD

  JUMLAH 0  
Lampiran 10. Lembar Komitmen

LEMBAR KOMITMEN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan akan melaksanakan langkah - langkah
sebagai tindak lanjut dari Kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana Kontingensi Banjir Bandang
yang dilaksanakan di Piru Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, pada tanggal 01, 02,
dan 03 Bulan xxx Tahun 2022 dengan kegiatan sebagaimana dimaksud pada tabel di bawah ini:

NO KEGIATAN
1. Diseminasi Rencana Kontingensi Ancaman Bencana Banjir - Bandang
2. Uji coba Rencana Kontingensi melalui simulasi dan gladi
3. Pemutakhiran data secara berkala Rencana Kontingensi setidak-tidaknya Tiga tahun sekali
4. Perpanjangan masa berlaku suatu Rencana Kontingensi apabila sampai pada akhir masa
berlakunya bencana yang direncanakan tanggapan daruratnya tidak terjadi
5. Aktivasi dengan penyesuaian Rencana Kontingensi menjadi Rencana Operasi Penanganan
Darurat Bencana pada saat terjadi bencana
6. De-aktivasi Rencana Kontingensi dengan menyatakannya tidak berlaku jika sampai pada
akhir masa berlakunya tidak terjadi bencana
7. Aktivasi kembali Rencana Kontingensi yang telah dinyatakan tidak berlaku untuk dapat
dijadikan Rencana Operasi dengan pemutakhiran seperlunya jika sewaktu- waktu
diperlukan

ttd ttd ttd

ttd ttd
ttd

Lampiran 11. Berita Acara Penyusunan Rencana Kontingensi


BERITA ACARA PENYUSUNAN RENCANA KONTINGENSI

MENGHADAPI BENCANA BANJIR BANDANG

Telah dilaksanakan lokakarya penyusunan dokumen Rencana Kontingensi Menghadapi Bencana


Banjir Bandang pada tanggal 01, 02 dan 03 Bulan xxx Tahun 2022 di Piru Kabupaten Seram
Bagian Barat Provinsi Maluku. Lokakarya telah dilaksanakan secara partisipatif dengan
melibatkan perwakilan dari Organisasi Pemerintah, TNI/Polri, dan perwakilan masyarakat serta
tokoh agama. Proses penyusunan dokumen telah menggunakan Data dan Informasi dari
Lembaga yang berpartisipasi.

ttd ttd ttd

ttd ttd ttd

ttd ttd ttd

ttd ttd ttd

Anda mungkin juga menyukai