Anda di halaman 1dari 68

Laporan Penelitian:

Kajian Terhadap Dukungan


Bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas
di Masa Pandemi COVID-19
2020

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 a
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik Penyandang
Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19

© Yayasan Wahana Inklusif Indonesia

Agustus 2020

Dokumen ini dapat dibaca, diabstraksi direproduksi, diterjemahkan sebagian atau


seluruhnya, namun tidak digunakan untuk kepentingan komersil.

Direktur Eksekutif:

Tolhas Damanik M.Ed

Peneliti dan Penulis:

Yani Fathur Rohman M.Si


Vitriani Sumarlis M.Psi

Asisten Peneliti:

Vincent Reginald Wijaya

b
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Laporan Penelitian:

Kajian Terhadap Dukungan


Bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas
di Masa Pandemi COVID-19
2020

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 i
Daftar Isi

Daftar Gambar............................................................................................................. iii


Daftar Tabel ����������������������������������������������������������������������������������������������������������������iv
Daftar Singkatan ..........................................................................................................iv
Ringkasan Eksekutif ......................................................................................................v

Latar Belakang ........................................................................................................... 1


Metodologi dan Metode Penelitian ............................................................................ 4
Wilayah dan Responden Penelitian ............................................................................. 7
Kerangka Konseptual ................................................................................................ 11
Model Sosial Disabilitas..................................................................................... 11
Kesehatan Mental.............................................................................................. 13
Kerangka Berpikir ...................................................................................................... 13
Limitasi dan Delimitasi .............................................................................................. 14
Proses Penelitian ....................................................................................................... 15
Metode Pengumpulan Data.............................................................................. 15

Profil Responden....................................................................................................... 17
Persebaran Responden, Kategori Sekolah, Tingkat Pendidikan, Usia Anak ............. 17
Peran Responden, Jenis Disabilitas Peserta Didik Penyandang Disabilitas,
Jenis Kelamin Responden, dan Jenis Kelamin Anak ................................................. 19
Pekerjaan Orang Tua/Caregivers Peserta Didik Penyandang Disabilitas.................. 20
Penghasilan Orang Tua/Caregivers Peserta Didik Penyandang Disabilitas .............. 21

Data dan Temuan Penelitian..................................................................................... 23


Gambaran Pembelajaran Daring bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas .......... 23
Dukungan Sarana dan Prasarana bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas.......... 28
Dukungan Sosial Bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas ................................... 31
Dukungan Kebijakan Peserta Didik Penyandang Disabilitas..................................... 33
Kesehatan Mental...................................................................................................... 36
Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal) ................................................................... 42

Temuan Penting......................................................................................................... 45
Diskusi dan Praktik Baik............................................................................................. 46
Rekomendasi ............................................................................................................. 51
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 56

ii
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Daftar Gambar

Gambar 1 : Kerangka Berpikir


Gambar 2 : Asal Responden
Gambar 3 : Persebaran Responden, Kategori Sekolah, Tingkat Pendidikan
Peserta Didik Penyandang Disabilitas, Usia Peserta Didik Penyandang
Disabilitas
Gambar 4 : Peran Responden, Jenis Disabilitas Peserta Didik Penyandang
Disabilitas, Jenis Kelamin Responden, Jenis Kelamin Anak
Gambar 5 : Pekerjaan Responden
Gambar 6 : Penghasilan Responden
Gambar 7 : Media Pembelajaran yang Diakses Peserta Didik Penyandang
Disabilitas Selama Pembelajaran Daring
Gambar 8 : Media Pembelajaran Jarak Jauh yang Digunakan Sekolah

Gambar 9 : Kesulitan Mengakses Pembelajaran Daring


Gambar 10 : Tantangan Terbesar Pembelajaran Daring Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas
Gambar 11 : Memperoleh Alat Bantu Pembelajaran Sebelum dan Selama COVID-19
Gambar 12 : Layanan Pendukung Pendidikan Sebelum dan COVID-19
Gambar 13 : Persepsi Orang Tua Terhadap Kepuasan dengan Pembelajaran
Sebelum dan Selama COVID-19
Gambar 14 : Dukungan Sosial Sebelum dan Selama COVID-19
Gambar 15 : Bantuan dari Pemerintah Terkait Pendidikan Sebelum dan Selama
COVID-19
Gambar 16 : Prioritas Kebutuhan Keluarga Sebelum dan Selama COVID-19
Gambar 17 : Persepsi Orang Tua Terhadap Kesehatan Mental Anak Sebelum, dam
Selama COVID-19
Gambar 18 : Persepsi Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan
Mencari Jalan Keluar Penyandang Disabilitas Fisik
Gambar 19 : Persepsi Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan
Mencari Jalan Keluar Penyandang Disabilitas Non-Fisik
Gambar 20 : Persepsi Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan
Mencari Jalan Keluar Penyandang Disabilitas Ganda
Gambar 21 : Kesiapan Orang Tua Untuk Melepaskan Anak Kembali ke Sekolah
Gambar 22 : Persepsi Orang Tua Terhadap Kesiapan Adaptasi Kebiasaan Baru

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 iii
Daftar Tabel

Tabel 1 : Media Pembelajaran Jarak Jauh (Media Sosial dan Buku) Berdasarkan
Karakteristik Wilayah
Tabel 2 : Tantangan Terbesar Pembelajaran Daring Bagi Peserta Didik Penyandang
Disabilitas Berdasarkan Jenis Disabilitas dan Wilayah
Tabel 3 : Layanan Pendukung Pendidikan Berdasarkan Jenis Disabilitas
Tabel 4 : Perubahan Emosi Berdasarkan Jenis Disabilitas

Daftar Singkatan

BOP : Bantuan Operasional Pendidikan


BOS : Bantuan Operasional Sekolah
FGD : Fokus Grup Diskusi
KEMENDIKBUD : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
PJJ : Pembelajaran Jarak Jauh
PSBB : Pembatasan Sosial Berskala Besar
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SD : Sekolah Dasar
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPPPI : Satuan Pendidikan Penyelenggara Pendidikan Inklusif
SUPAS : Survei Penduduk Antar Sensus
UNESCO : United Nation Educational Scientific and Cultural Organization
UNICEF : United Nations Children’s Fund
WHO : World Health Organization
YWII : Yayasan Wahana Inklusif Indonesia

iv
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Ringkasan Eksekutif
Penelitian ini berhasil mengidentifikasi enam aspek perubahan kebutuhan yang
berkaitan dengan pembelajaran inklusif peserta didik penyandang disabilitas di
masa pandemi, yaitu dalam aspek pembelajaran daring, sarana dan prasarana,
dukungan sosial, dukungan kebijakan atau struktural, kesehatan mental, dan
adaptasi kebiasaan baru.

Pada aspek gambaran pembelajaran daring, ditemukan bahwa media sosial sangat
mendukung terselenggaranya pembelajaran inklusif dari rumah dan menjadi salah
satu media yang paling banyak digunakan untuk mengakses pembelajaran. Akan
tetapi, ditemukan berbagai kendala terkait pembelajaran menggunakan media
sosial seperti ketersediaan gawai yang masih minim, paket data atau kuota yang
mahal, dan juga jaringan yang tidak menjangkau daerah tertentu.

Terkait dukungan sarana dan prasarana ditemukan bahwa orang tua dari peserta
didik penyandang disabilitas cenderung berusaha memenuhi kebutuhan belajar
anaknya secara mandiri, agar anaknya nyaman saat mengikuti pembelajaran
dari rumah. Pada aspek dukungan sosial, pembelajaran daring selama pandemi
memunculkan berbagai bentuk tantangan diantaranya mengenai keterlibatan
penuh penyandang disabilitas dalam pembelajaran. Namun yang perlu digaris
bawahi adalah keluarga berperan aktif dalam membantu dan mendampingi
peserta didik penyandang disabilitas dalam mengikuti pembelajaran dari rumah.
Selain itu, keluarga pun berusaha memenuhi kebutuhan belajar peserta didik
dengan disabilitas dan berusaha mengoptimalkan perkembangan diri mereka,
misalnya dengan menemani hobi mereka di waktu luang. Ditemukan juga bahwa
peserta didik penyandang disabilitas membutuhkan interaksi dengan teman-teman
sebayanya untuk meningkatkan kesehatan mental mereka. Interaksi dengan teman
dapat membantu mereka menjaga kesehatan mentalnya.

Berkaitan dengan kebijakan dari pemerintah, orang tua dari peserta didik
penyandang disabilitas masih berharap mendapatkan skema bantuan dari
pemerintah untuk mendukung pendidikan anak. Mereka juga membutuhkan adanya
layanan yang mampu mendukung pembelajaran anak dari rumah. Hal penting
yang menjadi temuan adalah adanya relaksasi Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
yang dapat disubsidi untuk kebutuhan kuota, serta adanya program pembelajaran
TVRI yang turut membantu menyediakan layanan belajar dari rumah. Terkait
layanan konseling dan terapi, ditemukan bahwa konseling dan terapi secara daring
dapat menjadi opsi layanan yang dapat diberikan bagi peserta didik penyandang
disabilitas selama pandemi.

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 v
Millah, 12 tahun, peserta didik dengan disabilitas non-fisik dari Ungaran, Jawa Tengah,
belajar dari rumah bersama ibunya.

© UNICEF/2020/Fauzan

Pada aspek kesehatan mental, penelitian ini menemukan bahwa tantangan terkait
perubahan emosi paling dirasakan oleh orang tua dari peserta didik penyandang
disabilitas ganda, terutama ketika mereka mengikuti pembelajaran, menerima
tugas, dan menyelesaikan tugas. Terkait kepercayaan diri, tantangan terbesar ada
pada peserta didik penyandang disabilitas non-fisik, terutama anak yang kesulitan
belajar dan memiliki spektrum autisme.

Terkait adaptasi kebiasaan baru, hampir seluruh orang tua menyatakan bahwa
mereka siap apabila anak mereka kembali ke sekolah. Akan tetapi, orang tua
menyebutkan perlu ada protokol yang jelas terkait keamanan dan kebersihan dalam
lingkungan sekolah. Kemudian ditemukan juga bahwa orang tua mengharapkan
adanya modifikasi kurikulum dengan mempertimbangkan waktu belajar yang lebih
pendek di sekolah. Orang tua juga mengharapkan kolaborasi dengan sekolah,
terutama guru dalam mempersiapkan peserta didik penyandang disabilitas untuk
kembali ke sekolah nantinya.

vi
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Latar Belakang
Pada akhir tahun 2019, seluruh dunia digemparkan dengan kemunculan virus
yang berbahaya, yang dikenal dengan COVID-19. Virus ini menyebar dari negara
asalnya, Tiongkok dengan cepat ke negara lain. Pada tanggal 11 Maret 2020,
badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) menyatakan penyakit
ini sebagai pandemi global. WHO mengarahkan semua negara yang terdampak
virus ini untuk membatasi interaksi manusia dan kegiatan di luar ruangan untuk
menghambat penyebaran virus ini, termasuk negara Indonesia. Untuk menyikapi
pandemi ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB). Dampak dari implementasi kebijakan ini adalah dibatasinya interaksi
manusia dan kegiatan-kegiatan yang mengumpulkan banyak orang dalam satu
tempat. Beberapa aktivitas manusia berubah dari bentuk konvensional menjadi
bentuk daring, termasuk kegiatan belajar mengajar. Perkembangan teknologi
menawarkan berbagai solusi yang bisa dilakukan untuk menghadapi situasi darurat
pandemi ini. Pembelajaran kini dimungkinkan dengan penggunaan media digital.
Di sisi lain, perkembangan teknologi yang begitu cepat tidak hanya membawa
peluang, namun juga kendala bagi beberapa kelompok yang rentan, termasuk
peserta didik penyandang disabilitas. Peserta didik penyandang disabilitas di sini
merujuk kepada penyandang disabilitas yang sedang menempuh pendidikan di
sekolah dan madrasah inklusi. Ibarat dua sisi mata uang, perkembangan teknologi
dalam pembelajaran dapat memberdayakan peserta didik penyandang disabilitas
dan menyediakan kesempatan bagi mereka untuk terlibat dalam kehidupan
bermasyarakat lebih luas, akan tetapi di sisi lain kemajuan tersebut belum tentu
aksesibel bagi mereka dan dapat menciptakan tantangan dan rintangan yang
mengeksklusi mereka lebih jauh.1

Peserta didik penyandang disabilitas merupakan salah satu kelompok masyarakat


rentan di Indonesia. Eksklusi sosial dan ketidaksetaraan masih terjadi dalam
kehidupan mereka. Menurut data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015,
sejumlah 8,56 % populasi anak diatas 10 tahun di Indonesia memiliki hambatan
fungsional.2 Lucas dan Irwin dalam studinya menyebut ketidaksetaraan dapat terjadi
lintas kelas, ras, jender, dan status disabilitas.3 Berdasarkan Statistik Pendidikan
BPS 2018, penyandang disabilitas memiliki partisipasi sekolah yang lebih rendah
dibandingkan non-penyandang disabilitas. 23,91% penyandang disabilitas tidak
bersekolah atau belum sekolah; 5,8% penyandang disabilitas masih bersekolah;

1 UNESCO. (2006). ICT’s in Education for People with Special Needs. UNESCO Institute for Information
Technologies of Education
2 BPS. (2015). Profil Penduduk Indonesia Hasil SUPAS 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik
3 Lucas. S.R., Irwin V. (2018). Race Class, and Theories of Inequality in the Sociology of Education. In Scheider
Barbara. Handbook of the sociology of Education in the 21st Century.

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 1
70,62% penyandang disabilitas putus sekolah4. Angka ini menunjukkan banyaknya
penyandang disabilitas yang tidak sekolah. Pada dasarnya pendidikan merupakan
hal yang penting bagi anak-anak, termasuk peserta didik penyandang disabilitas.
Melalui pendidikan, peserta didik penyandang disabilitas belajar beradaptasi
dengan lingkungannya dan membuat mereka lebih mandiri5. Pada masa ini,
pandemi COVID-19 memaksa semua anak termasuk peserta didik penyandang
disabilitas untuk belajar dari rumah, sebagian dari mereka belajar menggunakan
media daring. Kondisi ini mengubah proses pembelajaran konvensional menjadi
daring. Purwanto et al dalam studinya menyebut beberapa masalah yang muncul
sebagai akibat dari proses pembelajaran secara daring dalam masa pandemi
COVID-19 ini. Pada masa ini juga bukan hanya siswa yang mengalami kesulitan
beradaptasi dengan perubahan proses pembelajaran menjadi daring, namun
orang tua dan guru juga mengalami kendala yang sama dalam beradaptasi. Literasi
teknologi, penambahan biaya internet, miskomunikasi, dan jam belajar yang tidak
pasti adalah beberapa kendala yang ditemukan dalam pembelajaran seperti ini.6
Beberapa siswa juga mengeluhkan banyaknya tugas yang mereka terima dalam
pembelajaran daring.

Secara global, badan dunia seperti WHO, United Nations Children Fund (UNICEF),
dan United Nation Educational Scientific and Cultural Organisation (UNESCO)
memberikan perhatian kepada penyandang disabilitas dalam masa pandemi. WHO
memberi perhatian kepada penyandang disabilitas dalam situasi pandemi ini. WHO
menyebut bahwa pada masa pandemi COVID-19, penyandang disabilitas lebih
sulit menerapkan jarak sosial dan fisik karena kebutuhan dukungan tambahan dari
orang-orang terdekatnya.7 Dukungan dari orang tua, pendamping, guru dan pihak
lainnya sangat penting bagi peserta didik penyandang disabilitas untuk beradaptasi
dengan pembelajaran daring di masa pandemi. Di sisi lain, dukungan dari orang
terdekat dapat meningkatkan kesehatan mental mereka dalam situasi ini. UNESCO
bersama UNICEF dan World Bank membuat artikel kerangka untuk pembukaan
kembali sekolah setelah masa pandemi. Dalam artikel kerangka pembukaan
sekolah, disebutkan bahwa pembukaan sekolah harus aman bagi semua sivitas
akademi, termasuk peserta didik penyandang disabilitas. Disebutkan pula dalam
artikel bahwa materi dan media pembelajaran, informasi, layanan dan fasilitas harus
aksesibel bagi penyandang disabilitas.8

Sebagai salah satu upaya regional untuk memahami keadaan penyelenggaraan


pendidikan bagi penyandang disabilitas selama dan akibat pandemi COVID-19
maka UNICEF Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Wahana Inklusif Indonesia

4 BPS. (2018). Potret Pendidikan Indonesia: Statistik Pendidikan 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik
5 Effendi, Mohammad. (2018). The Implementation of Inclusive Education in Indonesia forChildren with
SpecialNeeds: Expectation and Reality.
6 Purwanto, Agus et al., (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran
Daring di Sekolah Dasar. Volume 2 Nomor 1 (2020) ISSN Daring : 2716-4446.
7 WHO. (2020). Disability Considerations during the COVID-19 Outbreak.
8 UNESCO, UNICEF, World Bank. (2020). Framework for Reopening Schools.

2
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Adelia, 9, peserta didik dengan disabilitas non-fisik, Pasuruan, Jawa Timur, belajar bersama ibunya.
Adelia masih berinteraksi dengan gurunya melalui WhatsApp dan SMS dan berkunjung ke rumahnya sesekali.

© UNICEF/2020/Spin Pro

(YWII) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia serta


didukung oleh ROTA Foundation dan Barcelona Foundation mengadakan survei
dan Fokus Grup Diskusi (FGD). Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
mengumpulkan data dan bukti terkait perubahan dan kebutuhan yang muncul bagi
peserta didik penyandang disabilitas dalam masa pandemi COVID-19, terutama
dalam ranah pembelajaran yang inklusif dan kesehatan mental dan mengidentifikasi
program dan layanan yang potensial bagi peserta didik penyandang disabilitas
terkait pembelajaran yang inklusif dan kesehatan mental. Secara khusus, penelitian
ini bertujuan untuk melihat perubahan dan kebutuhan yang muncul pada anak
penyandang disabilitas di masa pandemi COVID-19. Rekomendasi dari hasil temuan
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan pengembangan program
dan layanan bagi pemerintah, UNICEF, jaringan disabilitas, institusi pendidikan,
penyedia layanan, dan pihak lainnya untuk mendukung kebutuhan peserta didik
penyandang disabilitas.

Laporan penelitian ini akan menjawab dua pertanyaan penelitian yang merupakan
bingkai dari analisa dan pembahasan yang ada. Adapun pertanyaan penelitian
tersebut adalah (1) Bagaimana kondisi proses pembelajaran peserta didik
penyandang disabilitas selama pandemi COVID-19? (a) Bagaimana proses
pembelajaran peserta didik penyandang disabilitas sebelum dan selama pandemi
COVID-19? (b) Apa saja kebutuhan yang muncul bagi peserta didik penyandang
disabilitas selama masa pandemi terkait dengan pembelajaran yang inklusif
dan kesehatan mental? (2) Apa saja program dan layanan yang potensial terkait
pembelajaran yang inklusif dan kesehatan mental bagi peserta didik penyandang
disabilitas selama pandemi COVID-19?

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 3
Metodologi dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang mempergunakan


metodologi mix-method atau pendekatan gabungan kuantitatif dan kualitatif
berbasis digital. Penggunaan metode gabungan ini dimaksudkan untuk
memverifikasi data menggunakan berbagai bukti temuan. Penggunaan metode
gabungan akan meminimalisir keterbatasan dari satu sumber data dan menambah
reliabilitas dan validitas temuan.

Secara garis besar, tim peneliti membagi proses ke dalam lima langkah.

Langkah : Memulai penelitian

Mempersiapkan rencana kerja dan


Memberikan laporan awal
memastikan metodologi yang digunakan

Langkah 1: Merancang dan mempersiapkan penelitian

Merancang alat / instumen survei, FGD, dan Finalisasi study dan instrumen penelitian.
wawancara mendalam; mengurus perijinan Mengurus protokol dan perijinan penelitian

Langkah 2: Pengumpulan data

Melaksanakan survei, FGD, dan wawancara


Data terkumpul dan siap dianalisis
mendalam secara daring

Langkah 3: Analisis data dan pelaporan

Melakukan analisis data kuantitatif dan


Membuat draft laporan dan laporan final
kualitatif yang sudah dikumpulkan

Langkah 4: Presentasi hasil penelitian kepada UNICEF, Pemeritah, Jaringan


Disabilitas, Penyedia Layanan, dan pihak terkait lainnya.
Membagikan hasil penelitian ke khalayak luas

4
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan metode survei secara
daring. Instrumen survei dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu kepada
sejumlah literatur dan studi sebelumnya dengan menggunakan konsep model sosial
disabilitas dan kesehatan mental. Konsep model sosial disabilitas dan kesehatan
mental kemudian diturunkan ke dalam beberapa dimensi, dan dari masing-masing
dimensi kemudian dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan dalam bentuk
kuesioner.

Instrumen survei yang sudah dikembangkan kemudian dikonversi ke dalam


bentuk digital melalui Google Form. Setelah itu, tautan Google Form disebarkan
ke jaringan disabilitas dan sekolah inklusi untuk diisi oleh orang tua / caregivers
dari peserta didik penyandang disabilitas di sekolah dan madrasah inklusi dengan
target minimal 500 responden di Jakarta Raya dan area kerja UNICEF. Caregivers
menurut Barthe dibagi menjadi dua kategori yaitu caregivers primer dan sekunder.
Caregivers primer adalah kerabat seperti kakek, paman atau bibi yang dekat
dengan anak penyandang disabilitas, sedangkan caregivers sekunder adalah
praktisi pendidikan ataupun rehabilitasi.9 Pada studi ini caregivers merujuk kepada
kategori caregivers primer, yaitu kerabat dekat dari anak penyandang disabilitas.
Guru pendamping ataupun terapis tidak termasuk caregivers dalam studi ini. Karena
survei ini pada dasarnya berbasis daring, maka survei ini dilakukan secara snowball,
artinya responden dapat menyebarkan survei ini kepada orang tua atau caregivers
dari peserta didik penyandang disabilitas lain yang bersekolah di sekolah atau
madrasah inklusi. Pada prosesnya juga survei dilakukan secara turun lapangan. Hal
ini terjadi karena proses survei daring terkendala beberapa hal, seperti banyaknya
orang tua di daerah area kerja UNICEF yang memiliki kendala jaringan dan banyak
juga yang tidak memiliki perangkat gawai yang terkoneksi dengan internet,
sehingga mereka tidak bisa mengisi survei daring. Oleh sebab itu, peneliti merekrut
enumerator untuk mengadakan survei lapangan. Enumerator berasal dari daerah
Brebes, Banyumas, Kebumen, Kabupaten Semarang, Pangkep, Bone, Pasuruan,
dan Bondowoso sebagai representasi area kerja UNICEF. Enumerator yang dipilih
merupakan rekomendasi dari Mitra UNICEF, seperti LPKIPI, LP Maarif, dan Hellen
Keller International.

Data survei yang terkirim dalam Google Form secara otomatis tersimpan dalam
database Google Drive. Data survei yang sudah masuk kemudian dibersihkan dan
dicek oleh data entri untuk menghilangkan data ganda atau data yang bermasalah.
Data kemudian diinput dalam program pengolahan data kuantitatif SPSS dan
dilakukan uji signifikansi dan uji beda Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil dari
pengolahan data SPSS yang kemudian menjadi analisis dalam pelaporan penelitian
ini.

9 Barthe et al (2019). Child Developmental Disabilities, Caregivers’ Role in Kenya and Its Implications on Global
Migration. International Journal of Environmental Research and Public Health.

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 5
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini menggunakan metode FGD dan
wawancara mendalam secara daring. FGD dan wawancara mendalam dilakukan
untuk mencari data pelengkap hasil survei sekaligus verifikasi hasil survei. Dengan
melakukan FGD dan wawancara mendalam, data yang dikumpulkan dapat lebih
bersifat komprehensif dan terperinci.

Dalam prosesnya, tim peneliti mengembangkan instrumen berupa panduan


wawancara beserta pertanyaannya. Pertanyaan yang dikembangkan juga berasal
dari penurunan konsep model sosial disabilitas dan kesehatan mental. FGD
dilakukan dalam 5 sesi dengan menyasar beberapa peserta, yaitu peserta didik
penyandang disabilitas fisik, peserta didik penyandang disabilitas non-fisik, orang
tua / caregivers dari peserta didik penyandang disabilitas, guru dan kepala sekolah
di sekolah inklusi, serta penyedia layanan. Pada perencanaan awal, FGD peserta
didik penyandang disabilitas akan dibuat dalam satu sesi, namun atas diskusi dan
pertimbangan dengan fasilitator sesi ini dibagi menjadi dua sesi, berdasarkan
jenis disabilitas fisik dan non-fisik. Pembagian sesi FGD peserta didik penyandang
disabilitas menjadi dua cukup efektif dari sisi waktu dan membantu fasilitator
memandu diskusi. Pertimbangan lainnya membagi sesi diskusi peserta didik
penyandang disabilitas berdasarkan jenis disabilitasnya adalah untuk menghindari
adanya anak yang terlalu aktif atau terlalu pasif pada saat diskusi berlangsung.

Wawancara mendalam dilakukan untuk melengkapi informasi yang dirasa belum


cukup terkumpul selama FGD. Awalnya, wawancara mendalam juga tidak
direncanakan, namun karena data yang dikumpulkan melalui FGD belum cukup,
akhirnya peneliti melakukan wawancara mendalam untuk melengkapi data FGD.
Wawancara mendalam dilakukan kepada dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
selaku penyedia layanan kesehatan, guru dan kepala sekolah, institusi penyedia
layanan belajar daring, serta perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia dari Pusat Data dan Informasi yang menyediakan materi terkait
layanan program belajar dari rumah.

Dalam setiap FGD dan wawancara yang berlangsung secara daring, peneliti
merekam jalannya diskusi dengan persetujuan dan sepengetahuan peserta dan
informan. Rekaman FGD dan wawancara kemudian dibuat dalam bentuk transkrip
Data berupa transkrip kemudian dikumpulkan dan diolah ke dalam program
pengolahan data kualitatif NVIVO. Dalam proses pengolahan data kualitatif, peneliti
merekrut data entri melakukan koding pada transkrip sesuai arahan peneliti.
Awalnya peneliti tidak merencanakan perekrutan data entri kualitatif, namun karena
kebutuhan Analisa data FGD dan wawancara, peneliti memutuskan merekrut data
entri. Data entri membantu juga membuat mind map dan Wordcloud untuk melihat
kata-kata penting yang sering muncul berdasarkan dimensi-dimensi yang ditentukan
untuk analisis dalam proses laporan penelitian. Mind map dan Wordcloud sendiri
merupakan salah satu fitur penyajian data kualitatif di NVIVO.

6
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Wilayah dan Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini berjumlah 533 responden. Responden dalam


penelitian ini merupakan orang tua/ caregivers dari peserta didik penyandang
disabilitas yang bersekolah di sekolah atau madrasah inklusi pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.

Responden dalam penelitian ini tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan yang
terbanyak berasal dari Jakarta Raya. Responden dalam penelitian ini juga berasal
dari daerah kerja UNICEF, yaitu Pangkep, Bone, Brebes, Banyumas, Kebumen,
Bondowoso, Pasuruan, dan Kabupaten Semarang. Dalam prosesnya, karena survei
ini disebar melalui sosial media, banyak pula responden yang mengisi survei yang
berasal dari luar Jakarta Raya dan wilayah kerja UNICEF.

Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan membagi wilayah menjadi urban dan
rural. Urban merujuk kepada ibukota provinsi di Indonesia dan kota besar seperti
Bekasi. Di luar Bekasi dan ibukota provinsi ini, daerah lain terhitung sebagai wilayah
rural. Jika dibagi berdasarkan wilayah, maka responden yang berasal dari wilayah
urban berjumlah 163 responden dan wilayah rural berjumlah 370 responden.

Sesi FGD Peserta Detail Peserta Asal Lokasi

FGD Orang Orang tua Orang tua anak disabilitas Banyuwangi


Tua Peserta anak dengan tuli dari rural area di SD/SMP
Didik disabilitas fisik negeri/swasta inklusif
Penyandang dari area sasaran
Disabilitas kerja UNICEF Orang tua anak disabilitas Makassar
(rural area) yang pakai kursi roda /
tongkat / kesulitan gerak dari
rural area di MI/MTS inklusif
negeri/swasta

Orang tua Orang tua anak disabilitas Kabupaten


anak dengan intelektual dari rural area yang Sukabumi
disabilitas non- bersekolah di SD/SMP negeri/
fisik dari area swasta inklusif
sasaran kerja
UNICEF (rural Orang tua anak disabilitas Madiun
area) intelektual dari rural area yang
bersekolah di SD/SMP negeri/
swasta inklusif

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 7
FGD Orang Orang tua Orang tua anak disabilitas Jakarta Raya
Tua Peserta anak dengan netra di SD/SMP negeri/swasa
Didik disabilitas fisik inklusif
Penyandang dari Jakarta Raya
Disabilitas Orang tua anak disabilitas Jakarta Raya
netra di SD/SMP negeri/swasa
inklusif

Orang tua anak disabilitas fisik Jakarta Raya


dengan kursi roda / tongkat/
hambatan gerak di SD/SMP
negeri/swasta inklusif

Orang tua Orang tua anak disabilitas Jakarta Raya


anak dengan mental (autis, Attention Deficit
disabilitas fisik Hyperactive Disorder/ADHD)
dari Jakarta Raya di SD/SMP negeri/swasta

FGD Peserta Anak usia 7-10 Anak usia 7-10 tahun dengan Kabupaten
Didik tahun dengan disabilitas netra di SD negeri/ Bondowoso
Penyandang disabilitas fisik negeri inklusif rural area
Disabilitas dari area sasaran
kerja UNICEF Anak usia 7-10 tahun dengan Banyuwangi
(rural area) disabilitas tuli di SD Swasta/
negeri inklusif rural area

Anak usia 7-10 tahun dengan Kabupaten


disabilitas gerak di MI negeri/ Banyumas
swasta inklusif rural area

Anak usia 7-10 tahun dengan Kabupaten


disabilitas netra di MI negeri/ Banyumas
swasta inklusif rural area

Anak usia 7-10 Anak usia 7-10 tahun dengan Kabupaten


tahun dengan disabilitas intelektual di SD Sukabumi
disabilitas non- negeri/swasta inklusif rural
fisik dari area area
sasaran kerja
UNICEF (rural Anak usia 7-10 tahun dengan Kabupaten
area) disabilitas intelektual di SD Semarang
negeri/swasta inklusif rural
area

8
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Anak usia 11-15 Anak usia 11-15 tahun dengan Jakarta Raya
tahun dengan disabilitas netra di MI/MTS
disabilitas fisik inklusif negeri/swasta
dari Jakarta Raya
(Kota Pasuruan) Anak usia 11-15 tahun dengan Jakarta Raya
disabilitas tuli di SD/SMP
negeri/swasta inklusif

Anak usia 11-15 tahun dengan Pasuruan


disabilitas fisik (netra / tuli/
hambatan gerak) di MI/MTS
negeri/swasta inklusif

Anak usia 11-15 Anak usia 11-15 tahun dengan Jakarta Raya
tahun dengan disabilitas intelektual di SD/
disabilitas non- SMP negeri/swasta inklusif
fisikdari Jakarta
Raya (Kota Anak usia 11-15 tahun dengan Jakarta Raya
Pasuruan) disabilitas Mental (autis,
ADHD) di SD/SMP swasta/
negeri inklusif

Anak usia 11-15 tahun dengan Jakarta Raya


disabilitas Mental (autis,
ADHD) di SD/SMP swasta/
negeri inklusif

Anak usia 11-15 tahun dengan Jakarta Raya


disabilitas intelektual di MI/
MTS inklusif negeri/swasta

FGD Guru Guru SD (satudari Guru SD negeri inklusif di Pangkep


dan Kepala area sasarankerja sasaran area kerja UNICEF
Sekolah UNICEF)
di Sekolah Guru SD swasta inklusif Jakarta Raya
Inklusi Guru SD swasta inklusif Bogor

Guru SD negeri inklusif Jakarta Raya

Guru MI (satu Guru MI inklusif di sasaran Kabupaten


dari area sasaran area kerja UNICEF Sukabumi
kerja UNICEF)

Guru MTS (satu Guru MTS inklusif di Jakarta Jakarta Raya


dari area kerja raya
sasaran UNICEF)

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 9
Kepala Sekolah Kepala sekolah SD Negeri Jakarta Raya
SD Inklusif di Jakarta Raya

Kepala sekolah SD Swasta Jakarta Raya


Inklusif di Jakarta Raya

Kepala Sekolah Kepala sekolah MI Inklusif di Kebumen


MI (dari area area sasaran kerja UNICEF
sasaran kerja
UNICEF)

Pengawas Pengawas Madrasah Bogor


Madrasah
Kemenag

FGD Provider Terapis Terapis Okupasi Jakarta Raya


Service
Fisioterapis Yogyakarta

Terapis di Sekolah Jakarta Raya

Terapis Okupasi Jakarta Raya

Konselor/ Hipnoterapis Jakarta Raya

Terapis Okupasi Depok

Psikolog Psikolog / Konselor Sekolah Jakarta Raya

Psikolog Anak Jakarta Raya

10
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Kerangka Konseptual

Penelitian ini menggunakan kerangka model sosial disabilitas dan kesehatan


mental. Penggunaan model sosial disabilitas dalam penelitian ini adalah untuk
melakukan pemetaan terhadap jenis-jenis rintangan atau kendala yang dihadapi
peserta didik penyandang disabilitas dalam mengakses pembelajaran yang inklusif
di masa pandemi. Definisi kesehatan mental merujuk kepada WHO10, dan studi ini
akan berfokus kepada aspek sosial dari kesehatan mental, di mana lingkungan dan
komunitas yang mampu mendukung kesehatan mental seseorang, dalam hal ini
peserta didik penyandang disabilitas.

Model Sosial Disabilitas

Kerangka berpikir model sosial disabilitas berfokus bagaimana disabilitas dilihat


tidak sebagai sebuah keterbatasan individual, tetapi lebih melihat bagaimana
lingkungan mengkondisikan disabilitas menjadi tidak dapat berpartisipasi dalam
berbagai aspek kehidupan mereka oleh karena rintangan yang ada, termasuk dalam
bidang pendidikan, kecuali rintangan tersebut dapat dihapuskan atau diminimalisir
.11 Model sosial disabilitas mendapat perhatian dari berbagai akademisi dan masih
terus dikembangkan menjadi konsep yang komprehensif menjadi model sosial
disabilitas berbasis hak. Analisis dari model sosial disabilitas lebih bertujuan untuk
mengambil tindakan prioritas seperti menghilangkan rintangan, pemenuhan hak-
hak warga negara, serta kampanye anti diskriminasi.12

Bagian utama dari model sosial adalah pemetaan tiga tipe rintangan sosial, yaitu
rintangan struktural, rintangan lingkungan, dan rintangan sikap.

Rintangan struktural merujuk kepada norma, aturan, dan ideologi yang mendasari
organisasi dan institusi berdasarkan penilaian ‘normalitas’ dan hal ini didukung oleh
hirarki kekuasaan. Rintangan sosial menggarisbawahi pengalaman yang dirasakan
oleh peserta didik penyandang disabilitas terkait aturan atau kebijakan. Rintangan
lingkungan merujuk kepada rintangan fisik dalam sebuah lingkungan, misalnya
tidak ada jalan bagi pengguna kursi roda atau tongkat, teknologi adaptif seperti
braille dan komputer bicara, dan tidak adanya penerjemah bahasa isyarat. Hal ini
juga merujuk kepada hal yang sudah dilakukan yang mengeksklusi orang dengan
disabilitas, misal mengadakan pertemuan yang tidak aksesibel bagi mereka yang
disabilitas dan pemberian tugas yang tidak sesuai kemampuan mereka. Yang
terakhir, rintangan sikap yang merujuk kepada sikap dan perilaku masyarakat
yang dapat merugikan orang dengan disabilitas. Rintangan ini termasuk tindak
perundungan ataupun tidak menyertakan penyandang disabilitas dalam proses
pembelajaran.

10 World Health Organization. 2018. Mental Health: Strengthening Our Response.


11 Oliver, M. (1990) The Politics of Disablement. London: Macmillan.
12 Shakespeare. (2004). Social models of disability and other life strategies. Scandinavian Journal of Disability
Research. Vol. 6 No. 1.

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 11
Evan, 10, peserta didik dengan disabilitas non-fisik, Ungaran, Jawa Tengah, belajar dari rumah
dengan orangtua yang keduanya harus bekerja serta memiliki tingkat literasi rendah.
Evan menghabiskan waktunya membantu ayahnya memperbaiki sepeda dari masyarakat sekitar.
Evan kerap mendampingi ayahnya bekerja sebagai pengemudi truk.

© UNICEF/2020/Fauzan

Kerangka berpikir ini memberikan pemahaman yang menyeluruh sebagai acuan


analisis terhadap dukungan yang dibutuhkan peserta didik penyandang disabilitas
dalam mengakses Pendidikan inklusi selama masa pandemi. Perubahan proses
belajar yang tiba-tiba dari luring menjadi daring membawa konsekuensi tersendiri
kepada peserta didik penyandang disabilitas. Pemetaan berbagai rintangan
yang dihadapi peserta didik penyandang disabilitas akan dijadikan landasan
pengembangan layanan atau program jangka pendek atau jangka panjang dalam
mendukung pembelajaran yang efektif dan inklusif bagi anak disabilitas dalam masa
pandemi ini.

12
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Kesehatan Mental

WHO mendefinisikan kesehatan mental sebagai suatu kondisi sejahtera saat


individu mampu menyadari kemampuan yang dimilikinya, dapat mengatasi
tekanan-tekanan kehidupan normal, dapat bekerja secara produktif, dan dapat
memberikan kontribusi bagi komunitasnya. Kesehatan mental bersifat fundamental
bagi kemampuan kolektif atau individu sebagai manusia untuk berpikir, beremosi,
berinteraksi satu sama lain, dapat memenuhi kehidupannya, serta dapat menikmati
kehidupannya. Berdasarkan hal ini, peningkatan, perlindungan, dan pemulihan
kesehatan mental merupakan perhatian bersama yang vital bagi individu,
komunitas, dan masyarakat.

Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, seperti sosial,


psikologis, dan biologis. Misalnya kekerasan dan tekanan sosial ekonomi dapat
menyebabkan kesehatan seseorang menjadi rentan. Kesehatan mental yang buruk
dapat juga berkaitan dengan perubahan sosial yang begitu cepat, kondisi kerja
penuh tekanan, diskriminasi gender, eksklusi sosial, gaya hidup yang tidak sehat,
pelanggaran hak asasi manusia. Selain itu, faktor psikologis dan biologis pun dapat
mempengaruhi kesehatan mental seseorang.13 Dalam penelitian ini, peneliti lebih
berfokus melihat kesehatan mental yang dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti
lingkungan atau komunitas yang berada di sekitar individu, dalam hal ini peserta
didik penyandang disabilitas.

Kerangka Berpikir

Dukungan Pemerintah Dukungan Guru

Rintangan yang Muncul


Kondisi dari Masyarakat
Sosial
Sikap Eksklusi Pembelajaran
Disabilitas Sosial selama Inklusif bagi Peserta
Pembelajaran Didik Penyandang
Individu Daring Disabilitas
Kondisi
Kesehatan
Sosial

Dukungan Sosial dan Komunitas Dukungan Orang Tua/Guru

Gambar 1: Kerangka Berpikir

13 World Health Organization. (2018). Mental Health: Strengthening Our Response.

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 13
Limitasi dan Delimitasi

Proses penelitian ini mengalami beberapa keterbatasan. Keterbatasan pertama


adalah sampling dari survei ini tidak bisa dilakukan secara proporsional karena
tautan survei disebar di media sosial dan jaringan disabilitas sehingga sulit untuk
menentukan jumlah proporsional setiap daerahnya. Oleh sebab itu, survei ini
dilakukan secara snowball, artinya responden dalam survei ini, yaitu orang tua dan
caregivers dari peserta didik penyandang disabilitas dapat membantu menyebarkan
kuesioner kepada orang tua atau caregivers dari peserta didik penyandang
disabilitas lainnya.14

Kemudian, dalam praktiknya penelitian secara daring ini membutuhkan proses


yang lebih lambat dalam mencapai target. Hal ini terjadi karena banyak sasaran
responden yang tidak memiliki jaringan atau perangkat yang didukung oleh internet
untuk mengisi survei ini. Oleh sebab itu, di tanggal 10 Juli -13 Juli 2020, peneliti
merekrut enumerator lapangan, untuk melakukan survei lapangan di delapan
daerah, yaitu Pangkep, Bone, Brebes, Banyumas, Bondowoso, Kebumen, Pasuruan,
dan Kabupaten Semarang. Cara ini cukup efektif, sehingga responden yang mengisi
survei ini telah melebihi target 500 responden.

Keterbatasan lainnya dalam pengumpulan data adalah adanya pandemi COVID-19


dan tidak lengkapnya ketersediaan data orang tua dari peserta didik penyandang
disabilitas. Wilayah dengan zona merah COVID-19 seperti Kabupaten Semarang
dan Bondowoso tidak maksimal dalam menjangkau responden. Karena berada di
zona merah, enumerator tidak leluasa mencari responden karena besarnya resiko
yang dihadapi. Selanjutnya, wilayah Pangkep dan Bone memiliki keterbatasan
informasi data orang tua dari peserta didik penyandang disabilitas. Mereka sulit
mencari nomor telepon atau alamat dari para orang tua peserta didik penyandang
disabilitas, karena ketersediaan data yang terbatas. Kesulitan jaringan di Pangkep
dan Bone juga menjadi keterbatasan lain bagi enumerator untuk mengumpulkan
responden. Untuk mengatasi kedua hal ini, peneliti memaksimalkan upaya
pencarian responden dari daerah lainnya seperti Brebes, Banyumas, dan Kebumen,
ataupun wilayah Jakarta Raya, sehingga target 500 responden bisa terlampaui.
Di Brebes, Banyumas dan Kebumen bukan merupakan daerah merah COVID-19,
sehingga para enumerator dapat lebih mudah melakukan survei turun lapangan
dengan mengunjungi para responden. Terkait sinyal, ketiga daerah ini tidak
memiliki kendala yang ketiadaan jaringan internet. Jika responden tidak memiliki
gawai, maka responden dapat mengisi survei menggunakan gawai atau perangkat
enumerator. Untuk wilayah Jakarta Raya, survei dimaksimalkan dengan melakukan
survei telepon oleh YWII. Data orang tua dan caregivers di dapat dari jaringan YWII
di Jakarta Raya.

14 Caregivers merupakan kerabat terdekat dari anak penyandang disabilitas seperti kakek, bibi, atau paman yang
berperan sebagai wali. Barthe (2019) membagi caregivers menjadi dua kategori yaitu primer dan sekunder.
Caregivers primer adalah kerabat terdekat, dan caregivers sekunder adalah praktisi pendidikan atau layanan
rehabilitasi. Pada studi ini caregivers hanya merujuk kepada caregivers primer yaitu kerabat terdekat dari
peserta didik penyandang disabilitas, dan praktisi pendidikan dan layanan rehabilitasi seperti guru dan terapis
tidak termasuk sebagai caregivers.

14
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Syaiful, 13, peserta didik dengan disabilitas fisik, Banyumas, Jawa Tengah, dibantu orangtuanya agar
dapat mengikuti pengajian bersama teman-temannya. Syaiful bercita-cita ingin menjadi Guru Ngaji.

© UNICEF/2020/Fauzan

Proses Penelitian

Proses penelitian ini berlangsung selama tiga bulan terhitung 15 Mei 20020 – 14
Agustus 2020. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan rancangan penelitian oleh
YWII, kemudian rancangan penelitian dipresentasikan kepada pihak UNICEF pada
tanggal 27 Mei 2020. Setelah presentasi ini, tim peneliti mulai mengembangkan
berbagai instrument penelitian, termasuk mengembnagkan kuesioner dan
panduan FGD. Dalam prosesnya, penelitian ini bersifat partisipatif, konsultatif, dan
kolaboratif, artinya dalam semua proses sudah melewati tahap diskusi antara YWII
dan UNICEF.

Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang pertama adalah dengan survei daring berbasis
media sosial. Instrumen yang sudah dikembangkan peneliti dikonversi ke bentuk
digital melalui Google Form dan disebarkan menggunakan tautan, beserta narasi
pendek dan poster.

Responden dalam survei ini merupakan 533 orang tua / caregivers dari peserta
didik penyandang disabilitas yang bersekolah di sekolah dan madrasah inklusi
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Survei juga dilakukan secara
turun lapangan dengan merekrut enumerator di delapan daerah kerja UNICEF,

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 15
yaitu Pangkep, Bone, Brebes, Kebumen, Banyumas, Bondowoso, Pasuruan, dan
Kabupaten Semarang. Survei berlangsung dari tanggal 21 Juni – 13 Juli 2020.

Proses pengumpulan data berikutnya adalah melalui FGD yang dilakukan secara
daring. FGD dibuat dalam 5 sesi dan berlangsung dalam 3 hari, dengan rincian FGD
peserta didik penyandang disabilitas non-fisik dan FGD peserta didik penyandang
disabilitas fisik pada hari Kamis, 2 Juli 2020; FGD orang tua / caregivers dari peserta
didik penyandang disabilitas di sekolah dan madrasah inklusi pada Sabtu, 4 Juli
2020; FGD guru dan kepala sekolah di sekolah dan madrasah inklusi serta FGD
penyedia layanan bagi peserta didik penyandang disabilitas Senin, 6 Juli 2020. Pada
awalnya, FGD peserta didik penyandang disabilitas dijadwalkan dibuat dalam satu
sesi, namun setelah berdiskusi dengan fasilitator yang sudah terbiasa memandu
diskusi anak penyandang disabilitas, peneliti memutuskan untuk membagi
sesi ini menjadi dua sesi, berdasarkan jenis disabilitas fisik dan non-fisik. Hal ini
dimaksudkan agar FGD berjalan efektif dan meminimalisir adanya anak yang terlalu
aktif atau terlalu pasif dalam jalannya diskusi.

Dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara mendalam untuk menggali informasi
yang belum didapatkan secara lengkap di FGD. Wawancara mendalam awalnya
tidak direncanakan, namun melihat kebutuhan data yang masih belum lengkap,
maka peneliti memutuskan untuk melakukan wawancara mendalam kepada
beberapa pihak. Wawancara mendalam dilakukan kepada dokter rumah sakit selaku
penyedia layanan kesehatan, guru dan kepala sekolah, dan juga penyedia layanan
pembelajaran daring, serta perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia bagian Pusat Data dan Informasi yang mengelola materi layanan
pembelajaran dari rumah.

Data yang sudah dikumpulkan kemudian dirapikan dan dimasukan ke dalam


program pengolahan data. Data kuantitatif dari survei diolah dalam program
pengolah data SPSS, sedangkan data kualitatif yang sudah dibuat dalam bentuk
transkrip diolah di program pengolah data NVIVO. Pada prosesnya kami juga
merekrut data entri kualitatif. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh dari FGD
dan wawancara mendalam mampu disajikan secara maksimal, baik dari sisi substansi
ataupun tampilan. Data entri juga bertugas memilah data dan memetakan data
berdasarkan potensi, harapan, dan kendala. Hasil dari pengolahan data ini yang
selanjutnya menjadi bahan analisis dan pengembangan layanan atau program yang
potensial jangka pendek dan jangka panjang untuk mendukung kebutuhan peserta
didik penyandang disabilitas dalam mengakses pembelajaran yang inklusif.

16
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Profil Responden
1. Persebaran Responden, Kategori Sekolah, Tingkat Pendidikan, dan Usia Anak

Responden tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Tercatat responden survei ini


berasal dari 85 kabupaten/kota di Indonesia, responden terbanyak berasal dari DKI
Jakarta dengan 18,6% (99 responden), disusul Depok dengan 7,9% (42 responden),
dan Brebes dengan 6,6% (35 responden), dan sisanya tersebar di wilayah lain.
Berikut adalah bagan persebaran responden dalam survei ini.

Gambar 2: Asal Responden (n=533)

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 17
80% 74.70%
69%
70%

60% 50%
50% 45.60%
50% 44.10%

40%
31%
30%
18.60%
20%
10.30%
6.80%
10%

0%
Persebaran Responden Kategori Sekolah Tingkat Pendidikan Usia Anak

Rural Urban Negeri Swasta SD SMP SMA/SMK Usia 5 - 10 Tahun Usia 11-15 tahun Usia 16-19 tahun

Gambar 3: Persebaran Responden, Kategori Sekolah, Tingkat Pendidikan Peserta Didik Penyandang
Disabilitas, Usia Peserta Didik Penyandang Disabilitas (n=533)

Berdasarkan wilayah persebaran responden, sebagian besar responden (69%)


berasal dari wilayah rural, yaitu daerah selain ibu kota provinsi dan kota Bekasi.
Hanya sebagian kecil responden (31%) yang berasal dari wilayah urban, yang
merujuk kepada kota seperti Bekasi dan ibukota provinsi seperti Jakarta, Bandung,
Surabaya, dsb. Perbedaan karakteristik wilayah urban dan rural akan berimplikasi
juga terhadap kebutuhan yang muncul bagi anak disabilitas nantinya. Responden di
daerah rural lebih banyak yang mengisi survei dibandingkan dengan daerah urban.
Hal ini terjadi karena survei disebarkan melalui media sosial dan jaringan disabilitas
di berbagai daerah, Banyak dari jaringan disabilitas ini yang bekerja sama dengan
sekolah dan madrasah inklusi di rural sehingga lebih banyak orang tua/caregivers
disabilitas dari daerah rural yang mengisi survei ini.

Kategori sekolah dibagi menjadi negeri dan swasta. Secara persentase, jumlah
peserta didik penyandang disabilitas dalam survei ini yang bersekolah di negeri
dan swasta memiliki persentase yang sama, yaitu masing-masing 50%. Jika
melihat berdasarkan jumlah, peserta didik penyandang disabilitas yang bersekolah
di sekolah atau madrasah negeri sedikit lebih banyak dengan jumlah 269
dibandingkan dengan anak di sekolah swasta dengan jumlah 264 orang.

Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden memiliki atau


mendampingi peserta didik penyandang disabilitas pada tingkat SD/MI dengan
persentase 74,70%. Responden yang memiliki atau mendampingi anak di tingkat
SMP/MTS sebanyak 18,60%. Selanjutnya, di tingkat SMA/MA dan SMK masing-
masing berjumlah 4,70% dan 2,10%. Tingkat pendidikan di sebagian besar anak di
tingkat SD/MI ini juga berkaitan dengan usia anak, di mana pada survei ini usia anak
paling banyak berada di rentang 7-11 tahun, yang mana pada usia tersebut anak
masih berada di SD/MI.

18
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Berdasarkan usia, paling banyak peserta didik penyandang disabilitas dalam survei
ini berusia 10 tahun dengan persentase 13,9%. Berikutnya persentase usia peserta
didik penyandang disabilitas terbanyak kedua pada usia 9 tahun dengan persentase
11,8% dan yang terbanyak ketiga pada usia 11 tahun dengan persentase 11,4%.
Mayoritas peserta didik penyandang disabilitas di survei ini berada pada usia
setingkat SD/MI.

2. Peran Responden, Jenis Disabilitas Peserta Didik Penyandang Disabilitas,


Jenis Kelamin Responden, dan Jenis Kelamin Peserta Didik Penyandang
Disabilitas

100%
91%
90%

80% 77%

68%
70%
63%
60%

50%
3…
40%

30% 23%
21%
20%
9% 11%
10%

0%
Peran Responden Jenis Disabilitas Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Anak

Orang Tua Caregivers Disabilitas Non Fisik Disabilitas Fisik Disabilitas Ganda Laki-Laki Perempuan

Gambar 4: Peran Responden, Jenis Disabilitas Peserta Didik Penyandang Disabilitas, Jenis Kelamin
Responden, Jenis Kelamin Anak (n=533)

Berdasarkan peran responden, mayoritas responden (91%) yang mengisi adalah


orang tua dari peserta didik penyandang disabilitas yang bersekolah di sekolah
dan madrasah inklusi. Lainnya merupakan caregivers dari peserta didik penyandang
disabilitas dengan yang bersekolah di sekolah dan madrasah inklusi dengan
persentase sangat kecil (9%). Responden ini didapatkan dari jaringan organisasi
disabilitas di berbagai daerah dan melalui sekolah-sekolah inklusi yang menjadi
dampingan dari mitra UNICEF. Survei disebarkan secara daring, dan lembaga
atau organisasi terkait meneruskan survei ini kepada orang tua dan caregivers dari
peserta didik penyandang disabilitas di sekolah dan madrasah inklusi.

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 19
Jenis disabilitas dibagi menjadi 3, yaitu disabilitas fisik, disabilitas non-fisik,
dan disabilitas ganda. Disabilitas fisik terdiri dari disabilitas sensorik dan fisik,
termasuk tunadaksa. Disabilitas non-fisik termasuk disabilitas mental dan disabilitas
intelektual. Disabilitas ganda merupakan mereka yang memiliki lebih dari satu jenis
disabilitas.

Berdasarkan jenis disabilitas, sebagian besar anak merupakan peserta didik


penyandang disabilitas non-fisik (68%). Sebagian kecil merupakan peserta didik
penyandang disabilitas fisik (21%) dan lainnya adalah disabilitas ganda (11%).

Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar (77%) responden yang mengisi survei
ini adalah perempuan dan sebagian kecil (23%) responden yang mengisi survei ini
adalah laki-laki. Berdasarkan jenis kelamin peserta didik penyandang disabilitas,
sebagian besar (63%) responden adalah perempuan dan sisanya merupakan anak
laki-laki (37%).

3. Pekerjaan Orang Tua/ Caregivers Peserta Didik Penyandang Disabilitas 

Gambar 5: Pekerjaan Responden (n=533)

Berdasarkan jenis pekerjaan, responden terbanyak yang mengisi survei merupakan


ibu rumah tangga (37,5%) Hal ini sejalan data jenis kelamin responden yang mengisi
survei, dimana lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki yang mengisi
survei ini, sehingga ibu rumah tangga menjadi pekerjaan yang paling banyak dari
responden. Selanjutnya pekerjaan yang terbanyak setelah ibu rumah tangga adalah
pedagang dengan persentase 14,4% dan berikutnya adalah pegawai swasta dengan
persentase 12,6%.

20
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Syaiful dan ayah.

© UNICEF/2020/Fauzan

4. Penghasilan Orang Tua/ Caregivers Peserta Didik Penyandang Disabilitas

Peng ha si l a n R esp o nd en
70.00%
58.90%
60.00%

50.00%

40.00%
30.20%
30.00%

20.00%
8.60%
10.00%
2.30%
0.00%
Kurang dari Rp2.000.000 – Rp5. 000.001 – Lebih dari
Rp2.000.000 5.000.000 10.000.000 Rp10.000.000

Gambar 6: Penghasilan Responden (n=533)

Berdasarkan penghasilan bulanan, sebagian responden dengan persentase


58,90% memiliki penghasilan kurang dari Rp 2.000.000. Selanjutnya sebanyak
30,20% responden memiliki penghasilan di rentang Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000.
Responden yang memiliki penghasilan dalam rentang Rp 5.000.001 – Rp 10.000.000
sebanyak 8,60% dan responden yang memiliki penghasilan di atas Rp 10.000.000
sebanyak 2,30%. Dari data ini kita melihat bahwa sebagian responden yang mengisi
merupakan orang kurang mampu atau memiliki status sosial menengah ke bawah.

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 21
Syaiful (12) sedang belajar bersama guru MI Cibere, Jawa Tengah. Syaiful menggunakan tangan
kirinya untukLaporan
aktifitas sehari-hari karena tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh.
22 Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik

© UNICEF/2020/Fauzan
Data dan Temuan Penelitian
1. Gambaran Pembelajaran Daring (Online learning) bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas

Media Pembelajaran yang Diakses Peserta Didik Penyandang Disabilitas


Selama Pembelajaran Daring
80.00% 71.80%
70.00%
60.00%
50.00% 46.50%

40.00%
28.50%
30.00%
20.00% 12.10%
7.50%
10.00% 3.50%
0.00%
Media sosial Buku (cetak Televisi Aplikasi Media online Media cetak
dan elektronik) pembelajaran
online

Media Pembelajaran di rumah

Gambar 7: Media Pembelajaran yang Diakses Peserta Didik Penyandang Disabilitas Selama
Pembelajaran Daring (n=533)

Media Pembelajaran Jarak Jauh yang Digunakan Sekolah


90.00% 83.90%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.30% 18.90%
20.00%
9.60%
10.00% 3.90%
0.00%
Media Sosial Platform Televisi / Radio Tidak SMS
(Whatsapp, Pertemuan Daring Menggunakan
Facebook) (Zoom, Google Satupun Media
Meet)

Gambar 8: Media Pembelajaran Jarak Jauh yang Digunakan Sekolah (n=533)

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 23
Bagian ini mengidentifikasi berbagai media belajar peserta didik penyandang
disabilitas selama pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dari data di samping dapat dilihat
bahwa media belajar utama bagi peserta didik penyandang disabilitas selama
pembelajaran jarak jauh adalah daring melalui media sosial (71,8%), kemudian buku
(46,5%), dan televisi (28,5%). Sedangkan aplikasi pembelajaran online seperti Ruang
Guru dan Quipper baru dapat diakses oleh 12,1% peserta didik dengan disabilitas.

Jenis Media Urban Rural


Media Sosial 80,4% 68,4%
Buku 39,9% 50%

Tabel 1: Media Pembelajaran Jarak Jauh (Media Sosial dan Buku) Berdasarkan Karakteristik Wilayah)
(n rural=370; n urban=163)

Jika dilihat dari asal daerah, media sosial diakses peserta didik penyandang
disabilitas di daerah urban lebih tinggi (80,4%) dibanding di daerah rural (68,4%).
Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan dalam mengakses teknologi informasi juga
akses jaringan yang belum memadai di beberapa daerah, terutama pedesaan.
Tidak hanya itu, ditemukan pula kendala sinyal di daerah Jakarta, sehingga sinyal
merupakan aspek penting yang menunjang pembelajaran dari rumah.

Temuan lain memperlihatkan pemanfaatan buku sebagai media belajar terbanyak


kedua bagi peserta didik penyandang disabilitas di rural area (50%) disamping
media sosial. Berbeda dengan di daerah urban yang mana pemanfaatan buku dan
televisi sebagai media belajar digunakan sebagian kecil peserta didik penyandang
disabilitas (39,9%).

Tingginya penggunaan media sosial seperti Whatsapp sebagai media belajar


utama peserta didik dengan disabilitas tidak terlepas karena media sosial sendiri
merupakan media yang digunakan hampir seluruh sekolah. Sebanyak 83,8%
dari 533 responden mengaku sekolahnya menggunakan media sosial dalam
mengadakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Dari hasil FGD, sekolah-sekolah banyak
memanfaatkan fitur Whatsapp untuk mengirim berbagai instruksi tugas kepada
peserta didik penyandang disabilitas, juga sebagai sarana tempat pengumpulan
tugas yang telah diselesaikan peserta didik tersebut. Meskipun demikian, terdapat
beberapa sekolah yang sudah menggunakan fitur video call Whatsapp untuk
pembelajaran. Sejalan dengan data sebelumnya, media sosial juga lebih banyak
digunakan sekolah di wilayah urban (88,3%) daripada daerah rural (81%). Selain
itu, kami menemukan bahwa sebagian besar (73,5%) peserta didik penyandang
disabilitas mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran daring. Beberapa faktor
yang menyebabkan kesulitan tersebut diantaranya anak tidak dapat fokus belajar
(46,3%), biaya paket data (38,6%), dan jaringan internet (27,5%).

24
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Peserta didik penyandang disabilitas tidak dapat fokus ketika belajar di rumah
diantaranya disebabkan oleh distraksi dari adik atau kakaknya ketika belajar. Hal
ini membuat mereka terganggu dan akhirnya tidak fokus dalam mengikuti proses
pembelajaran. Nampaknya persoalan akses terhadap gadget juga masih menjadi
kendala dasar bagi sebagian peserta didik penyandang disabilitas. Beberapa
siswa tidak memiliki perangkat sendiri yang akses terhadap internet. Temuan lain
menunjukkan bahwa gawai atau perangkat hanya dimiliki oleh orang tua, namun
orang tua membawanya saat bekerja sehingga anak sulit menggunakan gawai atau
perangkat tersebut di jam pembelajaran dari rumah. Persoalan paket data juga
menjadi kendala dalam pembelajaran daring di masa pandemi. Orang tua harus
mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli paket data atau kuota internet untuk
menunjang pembelajaran daring anak.
Apakah Peserta Didik Mengalami Kesulitan dalam Mengakses
Pembelajaran Daring?

26.50%

Tidak
Ya

73.50%

Gambar 9: Kesulitan Mengakses Pembelajaran Daring (n=533)

Tantangan Terbesar Pembelajaran Daring Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas

46.30%
38.60%

27.50%

Anak tidak dapat fok us Biaya paket data Minimnya jaringan internet
belajar

Gambar 10: Tantangan Terbesar Pembelajaran Daring Bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas
(n=533)

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 25
Anak Tidak Dapat Biaya Paket Minimnya
Kategori
Fokus Belajar Data Jaringan Internet
Disabilitas FIsik 41,81% 36,36% 20%
Disabilitas Non-Fisik 46,81% 39,61% 29,08%
Disabilitas Ganda 51,61% 37,09% 32,25%
Urban 41,71% 30,67% 15,95%
Rural 48,37% 42,16% 32,70%

Tabel 2: Tantangan Terbesar Pembelajaran Daring Bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas
Berdasarkan Jenis Disabilitas dan Wilayah. (n Disabilitas Fisik: 110; n Disabilitas Non-Fisik: 361;
n Disabilitas Ganda: 62; n Rural=370; n urban=163)

Secara keseluruhan, sebanyak 73,50% peserta didik penyandang disabilitas masih


mengalami kesulitan dalam mengakses pembelajaran daring. Tantangan terbesar
datang dari sulitnya berkonsentrasi, karena kondisi lingkungan rumah yang kurang
memadai dan gangguan dari anggota keluarga lain. Keterbatasan fasilitas dan
aksesibilitas juga menjadi kendala lain.

Jika dilihat dari ragam disabilitas, kondisi kesulitan fokus belajar ketika
pembelajaran daring terutama dialami peserta didik penyandang disabilitas ganda.
Dari kategori wilayah, wilayah rural memiliki tantangan lebih besar daripada wilayah
urban baik terkait anak tidak dapat fokus belajar, biaya paket data, dan minimnya
jaringan internet.

Kendala Sinyal

“Karena kesulitan tidak ada alat hubung, Mas. Jadi, kami tidak menggunakan
handphone, orang tua tidak punya, gitu.” (Guru, 40, Bondowoso).

“Saya kesulitan dalam hal ini mengajarkan R selama masa pandemi ini pertama
sinyal dan kemudian internet kan susah juga.” (Orang tua peserta didik
penyandang disabilitas, 50, Jakarta).

Kepemilikan Gawai

“Karena dia katanya hapenya mamaknya cuma hape yang biasa bukan yang
android, kita sempat cuma berikan buku saja kepada siswanya sebelum dia
libur jadi tugas di rumah saja.” (Guru, 51, Kabupaten Pangkajene Kepulauan).

26
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Penggunaan Media Sosial dalam Pembelajaran

“Kita lebih lebih sering seperti itu, mereka mengerjakan di rumah, nanti ketika
tugas itu yang memang berhubungan yang mau divideokan yang harus di
fotokan lalu setorkan.’’ Guru, 38, Sukabumi).

‘’Dikasih tugas lewat guru di WA, yaa dikirim tugas lewat grup WA kelas.’’
(Orang tua peserta didik penyandang disabilitas non-fisik, 46 tahun, Jakarta).

“Kita lebih lebih sering seperti itu, mereka mengerjakan di rumah, nanti ketika
tugas itu yang memang berhubungan yang mau divideokan yang harus di
fotokan lalu setorkan.’’ (Guru, 38, Sukabumi).

“Seperti tugas portofolio ya misalnya tugas video senam mereka cuma


ngumpulin video-video klip yang berkaitan dengan senam tersebut seperti
itu, kurang lebih teorinya seperti apa, ya itu paling memungkinkan.’’ (Kepala
sekolah, 36, Jakarta).

“Iya, kadang kalo video call, kadang juga chattingan.’’ (Peserta didik
penyandang disabilitas, 14, Jakarta).

Kendala Mengikuti Pembelajaran Daring

“Karena kadang suka diganggu adek gitu pak.” (Peserta didik disabilitas
nonfisik, 11, Sukabumi).

“Gak senengnya belajar di rumah karena di rumah duduk di karpet.” (Peserta


didik disabilitas fisik, 12, Bondowoso).

“Masih ada sebagian siswa yang masih terkendala oleh fasilitas, jadi ada hape
tidak ada pulsa, ada pulsa tidak ada hape, ada dua-duanya tapi tidak bisa
menggunakannya gitu, terus ada dua-duanya juga hpnya dibawa oleh orang
tuanya bekerja.” (Guru, 51, Kabupaten Pangkajene Kepulauan).

“Kalau tugas lama ‘kok ga dikirim kirim kenapa nak, paketanamu gak ada yaa?‘
‘Iya bu,’ itu baliknya lagi kepada kalau saya pribadi guru mapelnya ataupun
wali kelasnya.’’ (Guru, 50, Jakarta).

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 27
2. Dukungan Sarana dan Prasarana bagi Peserta Ddidik Penyandang Disabilitas

Memperoleh Alat Bantu

80.00%
71.60%
70.00%
60.00%
50.10%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Sebelum COVID-19 Selama COVID-19

Gambar 11: Memperoleh Alat Bantu Pembelajaran Sebelum dan Selama COVID-19 (n=533)

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perubahan yang signifikan dalam konteks
dukungan fisik bagi peserta didik penyandang disabilitas sebelum pandemi dan
selama pandemi COVID-19 diantaranya terkait diperoleh tidaknya pembelajaran,
media dan alat bantu/sumber belajar yang aksesibel. Dari beberapa perubahan
tersebut, terdapat perubahan yang menonjol terkait ketersediaan alat bantu.
Sebagian besar (71,60%) peserta didik dengan disabilitas memperoleh alat bantu
pembelajaran sebelum terjadinya pandemi COVID-19. Kondisi tersebut mengalami
perubahan signifikan selama pandemi COVID-19, hanya 50,1% peserta didik
yang memperoleh alat bantu pembelajaran/sumber belajar yang aksesibel. Hal ini
membuat orang tua harus memenuhi kebutuhan alat bantu secara mandiri di masa
pandemi ini.

Layanan Pendukung Pendidikan


70.00%
59.00%
60.00%
50.00% 44.40%
40.90%
40.00%
29.00%
30.00% 25.80%
20.63% 20.80% 20.40%
20.00%
10.00% 6.10% 5.25%
0.00%
Konsultasi dengan Layanan Terapi Guru Pendamping Program Layanan
Guru BK Khusus Pembelajaran Kesehatan
Individual

Sebelum COVID-19 Selama COVID-19

Gambar 12: Layanan Pendukung Pendidikan Sebelum dan COVID-19 (n=533)

28
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Disabilitas Non-fisik Disabilitas Ganda
Disabilitas Fisik (N= 110)
Jenis Layanan (N= 361) (N=62)
Pendukung Sebelum Selama Sebelum Selama Sebelum Selama
COVID-19 COVID-19 COVID-19 COVID-19 COVID-19 COVID-19
Konsultasi
dengan Guru BK 35,45% 23,63% 41,55% 27,14% 53,22% 22,58%

Layanan Terapi 24,54% 8,18% 22,71% 5,54% 19,35% 6,64%


Guru
Pendamping 44,54% 15,45% 46,26% 23,26% 33,87% 14,51%
Khusus
Program
Pembelajaran 27,27% 16,36% 28,80% 21,05% 33,87% 27,41%
Individual

Layanan
19,09% 5,45% 19,66% 6,09% 27,41% 0%
Kesehatan

Tabel 3: Layanan Pendukung Pendidikan Berdasarkan Jenis Disabilitas (n Disabilitas Fisik: 110;
n Disabilitas Non-Fisik: 361; n Disabilitas Ganda: 62)

Terkait layanan pendukung, semua layanan pendukung pendidikan mengalami


perubahan selama pandemi. Dari data tersebut dapat melihat mulai dari layanan
konseling dengan guru BK yang sebelumnya dapat diperoleh sebagian peserta
didik dengan disabilitas (59%), selama pandemi hanya diterima sebagian kecil
peserta didik penyandang disabilitas (25,8%). Selain layanan guru BK, layanan guru
pembimbing khusus sebelumnya diterima sebagian peserta didik penyandang
disabilitas (44,9%), selama pandemi hanya diterima sebagian kecil peserta didik
penyandang disabilitas (20,6%). Perubahan ini juga terjadi pada layanan terapi.
Layanan terapi sebelumnya diterima 40,9% peserta didik penyandang, selama
pandemi persentase peserta didik penyandang disabilitas yang menerima layanan
terapi sangat kecil (6,1%). Kondisi ini tidak terlepas dari penutupan berbagai
layanan sebagai bagian dari penerapan PSBB.

Gambar 13: Persepsi Orang Tua Terhadap Kepuasan dengan Pembelajaran Sebelum dan Selama COVID-19
(n=533)

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 29
Berbagai perubahan layanan pendukung pendidikan selama pandemi juga
sejalan dengan perubahan tingkat kepuasan orang tua terhadap pembelajaran
yang dilakukan sekolah. Sebelum pandemi, terdapat 84% responden merasa
puas dengan pembelajaran yang dilakukan sekolah, namun kepuasan terhadap
pembelajaran tersebut berubah menjadi 52% selama pandemi.

Orang Tua Memenuhi Kebutuhan Anak Secara Mandiri

“Selama pandemi ini kebutuhannya alhamdulillah saya penuhi secara pribadi,


bukan dari pihak sekolah.” (Orang tua peserta didik penyandang disabilitas,
52, Jakarta).

“Kebutuhan alat maupun aksesibilitas untuk anak berkebutuhan khusus selama


pandemi belum sepenuhnya terpenuhi dari sekolah.” (Orang tua peserta didik
penyandang disabilitas, 37, Banyuwangi).

Ketiadaan Layanan Konsultasi Orang Tua

“Secara manajemen di kesiswaan itu konsultasi orang tua itu gak ada, gak ada,
iya gak ada.” (Guru, 38, Sukabumi)

Tutupnya Layanan Terapi

“Terapi Pun ditutupkan jadi otomatis ya ini tadi belajar untuk melatih bicaranya
ini.” (Orang tua peserta didik penyandang disabilitas, 37, Banyuwangi).

“Nah, terkait dengan hal itu, memang jadinya karena Covid, terus ada social
distancing, terus harus stay at home, jadi memang jadwal praktek sangat
dikurangi kan, karena kalo misalnya sama mungkin serupa dengan terapis,
kalo misalnya psikolog kita assessment kan itu juga aktivitasnya one on one, di
mana jaraknya, apalagi sama anak-anak kan, jaraknya deket, ada lagi biasanya
aktivitasnya melalui bermain, apalagi untuk anak berkebutuhan khusus juga
kadang-kadang mau gak mau kita tadi, antara jaraknya supaya suaranya
kedengaran, atau gak jenis aktivitas yang dimainkan, kadang- kadang juga
mungkin dengan kebutuhannya mungkin kadang-kadang ngomongnya masih
ngeces, muncrat, dan hal-hal sebagainya yang meningkatkan resiko mungkin
terpaparnya Covid. Jadi, memang dari segi klinik kan memang biasanya
jadinya banyak yang tutup.” (Psikolog, 33, Jakarta).

30
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
3. Dukungan Sosial bagi Peserta Didik Penyandang Disabilitas

Dukungan Sosial
120.00%
94.70% 97.70%
100.00% 88.60% 86.30%
81.20% 82.60%
80.00% 71.50%
58.90%
60.00% 51.60%

40.00% 34.00%

20.00%
0.00%
Kerjasama dengan Keterlibatan Guru dan Teman Kesempatan Guru Mengajar
Guru Penuh dalam Senang akan Menyampaikan Sesuai
Pembelajaran Keberadaan Anak Ide Kemampuan dan
Gaya Belajar Anak

Sebelum COVID-19 Selama COVID-19

Gambar 14: Dukungan Sosial Sebelum dan Selama COVID-19 (n=533)

Dari data di samping menunjukkan bahwa perubahan yang signifikan terjadi pada
dukungan sosial peserta didik penyandang disabilitas antara sebelum dan selama
pandemi COVID-19 meliputi kerjasama orang tua dengan guru, keterlibatan penuh
dalam proses pembelajaran, penerimaan oleh guru dan teman, partisipasi dalam
diskusi dan kerja kelompok, dan asesmen identifikasi.

Sebelum pandemi, mayoritas orang tua (94,70%) mampu bekerja sama dengan
gurunya dalam membantu proses pembelajaran anak. Di masa pandemi terjadi
penurunan, walaupun hampir seluruh orang tua (81,20%) masih tetap bekerja sama
dengan guru.

Sebagian besar (88,6%) peserta didik penyandang disabilitas memiliki keterlibatan


aktif dalam kegiatan belajar mengajar sebelum pandemi COVID-19. Namun
kondisi ini berubah selama pandemi yang mana hanya sebagian kecil (34%)
peserta didik penyandang disabilitas yang dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Hal ini diantaranya disebabkan karena persepsi guru yang menilai ketika
pembelajaran berbasis daring peserta didik penyandang disabilitas tidak perlu
mendapatkan media belajar seperti teman-teman yang lain. Jika ditinjau dari
jenjang pendidikannya, peserta didik penyandang disabilitas di sekolah dasar (SD)
menjadi kelompok yang paling minim dilibatkan dalam proses pembelajaran selama
pandemi (30,9%).

Jika ditinjau dari sisi penerimaan peserta didik penyandang disabilitas, mayoritas
(97.7%) peserta didik disabilitas merasa guru dan teman-teman sekelasnya senang
dengan keberadaan mereka sebelum pandemi. Meskipun terdapat perubahan,
tetapi sebagian besar (71,5%) peserta didik penyandang disabilitas masih merasa
bahwa guru dan teman-teman sekelasnya senang dengan keberadaannya di
kelas selama pandemi. Kondisi ini cukup berbeda jika melihat pada kesempatan

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 31
menyampaikan ide dalam diskusi dan kerja kelompok para peserta didik
penyandang disabilitas sebelum pandemi dan selama pandemi. Hampir seluruh
peserta didik (82,6%) memiliki kesempatan dalam menyampaikan ide sebelum
pandemi. Tetapi selama pandemi, hanya sebagian peserta didik penyandang
disabilitas (51,6%) yang memiliki kesempatan menyampaikan ide dalam diskusi atau
kerja kelompok.

Selain itu, hampir seluruh responden (86,3%) merasa guru mengajarkan pelajaran
sesuai dengan kemampuan dan gaya belajar peserta didik penyandang disabilitas
sebelum pandemi. Namun hal ini mengalami perubahan selama pandemi yang
mana hanya sebagian responden (58,9%) yang merasa guru telah mengajarkan
pelajaran sesuai dengan kemampuan dan gaya belajar peserta didik penyandang
disabilitas.

Kerjasama dengan Guru

“Jadi saya bisa memantau, bisa kontak gurunya. Saya gak terbayang kalau
saya tenaga kesehatan, yang misalnya pada saat itu harus ada di rumah sakit
untuk pelayanan jadi gak bisa memantau anak saya dan komunikasi dengan
gurunya. Itu sih yang saya lakukan.” (Orang tua peserta didik penyandang
disabilitas, 48, Jakarta)

Tidak Mendapatkan Buku Seperti Peserta Didik Lain

“Pas pembagian buku kemarin, itu teman-temannya dikasih tapi karena anak
saya dianggap tidak butuh itu kali ya, jadi gak dikasih. Akhirnya saya belikan
sendiri.’’ (Orang tua peserta didik penyandang disabilitas, 46, Jakarta)

Keterbatasan Menyampaikan Ide

“Ya karena gurunya bilang jangan tanya-tanya terus, katanya.” (Peserta didik
penyandang disabilitas, 13, Pasuruan)

Pembelajaran yang Tidak Menyesuaikan Kemampuan Peserta Didik


Penyandang Disabilitas

“Jadi kalau matematika itu, dia sampai mengeluh gitu pas tugas-tugas online,
‘Aku gak mau diajar sama guru ini soalnya dia hanya mementingkan anak yang
bisa aja’ dia bilang gitu, sedangkan Aku diajarkan aja engga.” (Orang tua
peserta didik penyandang disabilitas, 50, Jakarta)

32
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
4. Dukungan kebijakan terkait Pembelajaran Inklusif bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas
Bantuan (Langsung) Pemerintah yang Mendukung Pembelajaran
25.00%
20.80% 21.20% 20.80%
20.00%

15.00%
9.90%
10.00% 8.44% 7.70% 7.60%6.75%
6.00%
5.00% 2.62%
0.93% 1.63%
0.00%
Bantuan Tunai KIS Kesehatan Bantuan Keringanan Subsidi Paket Bantuan
Sembako Biaya Sekolah Internet Vitamin

Sebelum COVID-19 Selama COVID-19

Gambar 15: Bantuan dari Pemerintah Terkait Pendidikan Sebelum dan Selama COVID-19 (n=533)

Data hasil survei belum menunjukkan adanya perubahan signifikan terkait jumlah
bantuan terkait pembelajaran yang inklusif bagi penyandang disabilitas secara
keseluruhan. Namun demikian bila kita cermati terdapat dua komponen yang
mengalami peningkatan yaitu bantuan tunai (sebelum pandemi sebesar 20,80 %,
selama pandemi sebesar 21,20%) dan subsidi paket internet (sebelum pandemi
0,93% dan selama pandemi menjadi sebesar 2,62%). Ditemukan pula dalam
penelitian ini bahwa terdapat sekolah yang memberikan bantuan afirmatif,15
misalnya mengurangi biaya sekolah.
Prioritas Kebutuhan Keluarga
90.00%
76.90%
80.00%
70.00% 65.80%
57.90%
60.00%
50.00% 44.60% 45.90% 44.20%
38.60%
40.00% 32.40% 30.20%
30.00% 24.20%
20.00% 16.30%
11.60%
10.00%
0.00%
Sembako Biaya Sekolah Terapi & Layanan Kebutuhan Biaya Listrik
& Penunjang Konsultasi Kesehatan Internet
Pendidikan
Anak

Sebelum COVID-19 Selama COVID-19

Gambar 16: Prioritas Kebutuhan Keluarga Sebelum dan Selama COVID-19 (n=533)

15 Kebijakan afirmatif merupakan kebijakan-kebijakan yang diambil agar kelompok tertentu memperoleh
peluang yang sama dengan kelompok lain dalam bidang tertentu untuk mendorong kesetaraan dan mereduksi
ketimpangan sosial di berbagai bidang termasuk akses pendidikan

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 33
Dari data di samping, dapat diketahui bahwa tidak banyak perubahan yang
terjadi dalam konteks jaring pengaman pada saat sebelum dan selama pandemi
bagi keluarga dan peserta didik penyandang disabilitas. Perubahan yang cukup
menonjol hanya tampak pada bantuan sembako yang mana sebelum pandemi
responden yang menerima bantuan sembako persentasenya sangat kecil (7,7%).
Selama pandemi, bantuan sembako ini diterima sebagian kecil (20,8%) responden.
Meskipun terdapat perubahan, tetapi sasaran penerima bantuan sembako dari
keluarga peserta didik penyandang disabilitas belum berjalan optimal. Selebihnya,
dukungan dalam bentuk lain tidak banyak terdapat perubahan jika melihat sebelum
dan selama terjadinya pandemi. Namun, yang menjadi catatan adalah semua
bentuk dukungan yang bersumber dari pemerintah ini diterima tidak lebih dari
25% keluarga peserta didik penyandang disabilitas. Bahkan sebagian responden
(59%) menyatakan mereka tidak mendapat satupun dukungan yang ada di samping
sejak sebelum pandemi. Kondisi tersebut tidak banyak berubah selama pandemi
yang mana sebagian responden menyatakan (53%) tetap tidak mendapat satupun
dukungan disamping.

Terkait dengan kebutuhan prioritas, kita mengidentifikasi tiga kebutuhan yang


sebagian besar dibutuhkan responden baik sebelum pandemi maupun selama
pandemi antara lain biaya sekolah dan penunjang pendidikan, terapi dan konsultasi
anak, serta sembako. Dilihat dari bentuk kebutuhannya, tidak ada perubahan
kebutuhan prioritas dari sebelum pandemi dan selama pandemi. Namun yang
perlu diperhatikan adalah terdapat pergeseran yang mana sebelum pandemi
layanan terapi dibutuhkan sebagian responden (57,9%) dan berada pada kebutuhan
tertinggi kedua setelah biaya sekolah & penunjang pendidikan. Selama pandemi,
kebutuhan terapi justru mengalami penurunan menjadi 44,2% dan menjadi
kebutuhan tertinggi ketiga setelah sembako. Kondisi ini karena memang semenjak
diberlakukannya kebijakan PSBB, layanan-layanan terapi banyak tutup. Kondisi ini
kemungkinan yang membuat orang tua tidak berharap banyak untuk mendapatkan
layanan terapi. Tetapi disisi lain, terdapat jenis disabilitas tertentu yang memerlukan
program fisioterapi dan terapinya harus tetap berjalan.

34
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Dukungan Bantuan Pembelajaran dari Rumah

“Ketika masa PJJ ini memang pihak sekolah sudah memastikan anak-anak
yang tidak mempunyai hape android gitu ya, itu pimpinan kami sudah banget
mempedulikan sampe situ, kemudian anak-anak yang tidak mempunyai
maksudnya dalam kategori kekurangan dalam biaya paketan atau kuota yaa,
itu sudah di kalkulasi siapa-siapa saja anak-anak tersebut, ditugaskan wali kelas
untuk hal mendata seperti itu, jadi ketika wali kelas sudah mendata seperti apa
adanya, alhamdulillah anak-anak kami sudah semuanya mayoritas lah sudah
punya hape android, seperti itu, insya allah ketika paketannnya itu mungkin
kendala cuma satu kalau tugas lama ‘kok ga dikirim kirim ‘kenapa nak,
paketanmu gak ada yaa?’ ‘iya bu,’ itu baliknya lagi kepada kalau saya pribadi
guru mapelnya atupun wali kelasnya bisa bekerja sama untuk orang tua untuk
berbagi rejeki lah.” (Guru, 50, Jakarta).

“Pertama kebijakannya, dalam hal penilaian, kemudian juga waktu


pembelajaran, kemudian secara finansial juga untuk beberapa siswa kita tidak
membebankan mereka dengan pembiayaan yang harus mereka bayar ke
sekolah.” (Guru, 38, Sukabumi).

Fleksibilitas Dana BOS dan BOP

‘’Sama dengan sekolah-sekolah pada umumnya gitu bahwa sumbernya


adalah BOS sama BOP, dan perencanaan atau RAB mengakomodir siswa-
siswa berkebutuhan khusus, jadi secara umum penganggaran dirancang untuk
memenuhi Standar Pendidikan, termasuk bagi yang berkebutuhan khusus,
bagi grup PDBK. Dibutuhkan apa untuk fasilitas belajar, sudah dianggarkan
dari awal secara bertahap untuk mengakomodir semua siswa berkebutuhan
khusus, jadi pas pandemi ini ada anggaran untuk fasilitas mereka.’’ (Kepala
Sekolah, 56, DKI Jakarta).

Bantuan yang Belum Merata

“Jadi banyak kendala-kendala ya dari RT, RW, untuk sembako seringkali juga
belum merata.” (Orang tua peserta didik penyandang disabilitas, 50, Jakarta).

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 35
Kebutuhan Terapi

“Ya betul, betul. Karena terus terang, anak saya memang selama sejak dari
2017 sampai sekarang, harus selalu di fisioterapi. Karena kan dia mengalami
masalah pada otot dan tulang jadi memang sangat-sangat dibutuhkan
fisioterapi. Nah saat masa pandemi ini, kita sangat khawatir dan tidak yakin
untuk melakukan hal itu walaupun pada akhirnya sudah normal katanya
tapi saya sudah berkomunikasi dengan terapis di rumah sakit, karena saya
masih khawatir saya jadinya terapi fisik saja, tapi tidak memungkinkan
juga. Kemudian terapis yang kedua, yang sampai saat ini diakan harus rutin
berenang untuk menguatkan otot-ototnya, nah inikan tidak sama sekali
semenjak bulan kedua ada terjadi perubahan pada tulang dan pada saat
sekarang.” (Orang tua peserta didik penyandang disabilitas, 47, Makassar).

Kesehatan Mental

Dalam penelitian survei ini, kesehatan mental digambarkan sebagai kondisi emosi
peserta didik penyandang disabilitas dalam berbagai situasi yaitu saat mengikuti
pembelajaran, menerima dan menyelesaikan tugas-tugas, mengembangkan
interaksi dengan teman-teman, dan mengerjakan hobi di waktu luang. Kesehatan
mental juga dilihat dari kepercayaan diri, serta kemampuan peserta didik
penyandang disabilitas untuk mencari jalan keluar ketika mengalami kesulitan
belajar, pada saat sebelum dan selama pandemi COVID-19. Gambaran dari hasil
survei terhadap 533 orang tua peserta didik penyandang disabilitas tentang
perubahan kondisi emosi anak-anak mereka sebelum dan selama pandemi
COVID-19 sebagai berikut.

Persepsi Orang Tua Terhadap Kesehatan Mental Anak


120.00%

97.60%
100.00% 94.30%
83.80%
80.00% 71.80% 73.70% 72.00%
64.60%
60.00% 53.80% 51.60% 50.80%

37.40% 39.00%
40.00%
28.20% 25.70%
21.40% 20.00%
20.00%

0.00%
Ceria Marah Cemas Menangis / Senang Bersemangat Percaya Diri Mencari Jalan
Tantrum Keluar Sendiri
Sebelum COVID-19 Selama COVID-19

Gambar 17: Persepsi Orang Tua Terhadap Kesehatan Mental Anak Sebelum, dam Selama COVID-19
(n=533)

36
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Secara keseluruhan terlihat terjadi perubahan kondisi kesehatan mental
secara signifikan sebelum dan selama pandemi COVID-19. Sebelum pandemi
COVID-19 terdapat sebagian besar (71,80%) peserta didik penyandang disabilitas
dipersepsikan para orang tua menunjukkan keceriaan mengikuti pembelajaran.
Selama pandemi COVID-19 ini sebagian orang tua (53,80%) menyetujui anak-anak
mereka menunjukkan keceriaan saat mengikuti pembelajaran. 

Beberapa kondisi dipersepsikan oleh orang tua dapat membuat peserta didik
penyandang disabilitas ceria, diantaranya adalah berkurangnya stressor eksternal,
seperti: 
• Tekanan kurikulum, dalam batasan waktu penyelesaian tugas.
• Tekanan sosial.
• Berkurangnya distraksi saat mengerjakan tugas, yang dapat bersumber dari
kondisi fisik kelas maupun teman-teman.
• Dukungan kebersamaan dalam keluarga.

Salah satu peserta melihat keceriaan anak selama mengikuti pembelajaran selama
pandemi COVID-19 ini adalah ketika guru atau orang tua mampu memahami
kemampuan peserta didik penyandang disabilitas dan membuat Program
Pembelajaran Individu (PPI) yang sesuai. Selain itu, orang tua juga mencoba untuk
membuat anak-anak mereka penyandang disabilitas untuk tetap ceria selama
pandemi COVID-19, dengan beberapa cara. Beberapa cara yang dilakukan orang
tua untuk membuat para peserta penyandang disabilitas ini untuk tetap ceria
mengikuti pembelajaran selama pandemi COVID-19 ini diantaranya:
• Memberikan konsekuensi yang disukai peserta didik penyandang disabilitas
setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Beberapa konsekuensi yang dipilih
orang tua diantaranya: 
ÌÌ Melakukan kegiatan waktu luang bersama, seperti membuat alat bantu
pembelajaran seperti yang disebut orang tua dari Jakarta.
ÌÌ Memberikan motivasi kepada peserta didik penyandang disabilitas.
ÌÌ Memberikan target kepada peserta didik penyandang disabilitas, seperti
yang dilakukan orang tua dari Jakarta.

Beberapa alternatif yang dilakukan orang tua untuk membuat peserta didik
penyandang disabilitas untuk tetap ceria terlihat sejalan dengan semangat peserta
didik penyandang disabilitas saat melakukan kegiatan hobi mereka di waktu luang.
Hampir seluruh orang tua (83,8%) melihat anak-anak mereka menemukan semangat
ketika melakukan hobi di waktu luang. 

Bila melihat kondisi emosi yang paling besar perubahannya sebelum dan selama
pandemi COVID-19 adalah emosi marah, meskipun hanya sebagian kecil (37%)
orang tua yang mengatakannya. Para orang tua melihat anak-anak mereka
marah saat mengikuti pembelajaran. Sebagian kecil orang tua (25,7%) pula yang
menyatakan anak-anak mereka menunjukkan perilaku menangis atau tantrum saat

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 37
mengerjakan tugas-tugasnya. Perilaku menangis atau tantrum saat mengerjakan
tugas-tugas ini digambarkan lebih banyak terjadi perubahannya pada peserta didik
penyandang disabilitas di tingkat Sekolah Dasar. Gambar terlampir.

Kondisi emosi negatif tersebut juga terlihat perubahan paling signifikan  pada
peserta didik penyandang disabilitas ganda. Sebagian orang tua (48,4%) peserta
didik penyandang disabilitas ganda mengatakan anak-anak mereka marah saat
mengikuti pembelajaran selama pandemi COVID-19.

Perilaku menangis atau tantrum saat menyelesaikan tugas juga terlihat paling
signifikan pada peserta didik penyandang disabilitas ganda. Sebagian kecil (35,5%)
orang tua peserta didik penyandang disabilitas ganda menyatakan perubahan
emosi anak-anak mereka. Sebagian orang tua (51,60%) menyatakan anak-anak
mereka penyandang disabilitas ganda mengalami kecemasan saat menerima tugas-
tugas baru. Gambaran perubahannya dapat dilihat pada tabel berikut. 

Emosi Jenis Disabilitas Sebelum COVID-19 Selama COVID-19


Fisik 18,20% 30%
Marah saat
mengikuti Non-Fisik 22,40% 37,70%
pembelajaran Ganda 21,00% 48,40%
Menangis atau Fisik 15,50% 17,30%
menangis saat Non-Fisik 21,10 26,60%
menyelesaikan
tugas Ganda 22,60% 35,50%

Fisik 17,30% 25,50%


Cemas saat
menerima tugas- Non-Fisik 30,50% 41,00%
tugas baru Ganda 33,90% 51,60%

Tabel 4: Perubahan Emosi Berdasarkan Jenis Disabilitas (n Disabilitas Fisik: 110; n Disabilitas Non-
Fisik: 361; n Disabilitas Ganda: 62)

Dengan kondisi pembelajaran yang dialami selama pandemi Covid 19, sebagian
orang tua (60%) masih melihat adanya kepercayaan diri anak-anak mereka untuk
belajar secara mandiri. Sebagian orang tua juga melihat para peserta didik
penyandang disabilitas ini masih mencari jalan keluar ketika mengalami kesulitan
belajar (50,80%).

Gambaran kepercayaan diri peserta didik dengan disabilitas selama pandemi


COVID-19 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis
disabilitasnya. Peserta didik dengan disabilitas fisik terlihat paling percaya diri
(63,60%), daripada peserta didik dengan disabilitas non-fisik (47,40%) dan ganda
(54,80%). Peserta didik dengan disabilitas fisik juga lebih mampu mencari jalan
keluar saat mengalami kesulitan belajar, daripada peserta didik dengan disabilitas
non-fisik dan ganda.

38
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Persepsi Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan
Mencari Jalan Keluar Penyandang Disabilitas Fisik
90.00% 85.50% 84.50%
80.00%
71.80%
70.00% 63.60%
60.00%
50.00%

40.00%

30.00%
20.00%
10.00%

0.00%
Anak Percaya Diri Anak Mencari Jalan Keluar Sendiri

Sebelum COVID-19 Selama COVID-19

Gambar 18: Persepsi Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan Mencari Jalan Keluar Penyandang
Disabilitas FIsik (n=110)

Persepsi Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan


Mencari Jalan Keluar Penyandang Disabilitas Non- Fisik
80.00%

70.00% 67.30%

58.20%
60.00%

50.00% 47.40%
44.30%
40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
Anak Percaya Diri Anak Mencari Jalan Keluar Sendiri

Sebelum COVID-19 Selama COVID-19

Gambar 19: Persepsi Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan Mencari Jalan Keluar Penyandang
Disabilitas Non-FIsik (N=361)

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 39
Persepsi Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan
Mencari Jalan Keluar Penyandang Disabilitas Ganda

80.00% 75.70%

70.00% 66.10%

60.00% 54.80%
51.60%
50.00%

40.00%

30.00%

20.00%

10.00%

0.00%
Anak Percaya Diri Anak Mencari Jalan Keluar Sendiri

Sebelum COVID-19 Selama COVID-19


Gambar 20: Persepsi Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri dan Kemampuan Mencari Jalan Keluar Penyandang
Disabilitas Ganda (n=62)

Bila ditinjau kebutuhan sosialisasi para peserta didik penyandang disabilitas terlihat
mereka senang untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Selama pandemi
COVID-19 ini terlihat perubahan kondisi emosi senang mereka. Pembatasan sosial
yang terjadi selama pandemi COVID-19 ini turut mengubah kondisi emosi mereka.
Selain itu, bersama teman, peserta didik penyandang disabilitas dapat memperoleh
dukungan dalam pembelajaran.

Persepsi Orang Tua agar Peserta Didik Penyandang Disabilitas Ceria

“Bicara mengenai dalam segi waktu, kan anak saya sekolah di SD percontohan
jadi tepat waktu. Namun pada waktu pandemi ini dia jadi lebih rileks dalam
mengerjakan tugas-tugas yang ada. Jadi secara mental ini dia merasa tidak
tertekan.” (Orang tua peserta didik penyandang disabilitas, 47, Makassar)

“Mereka bahagia itu betul karena sudah terhindar dari sebuah ketertekanan
gitu loh. Karena yang pasti dia merasa berbeda di sekolah. Tetap aja ada SMP
SMA itu bullying itu ada. Anak saya mengalami bullying fisik.” (Orang tua
peserta didik penyandang disabilitas, 48, Jakarta)

“Suara kemudian yang temen-temennya yang biasa mendistraksi itu minim.”


(Orang tua peserta didik penyandang disabilitas, 48, Jakarta)

“Selama di rumah hanya dia sama kakaknya. Jadi ya, itu mungkin dia merasa
nyaman.” (Orang tua peserta didik penyandang disabilitas, 37, Banyuwangi)

“Sehingga intinya adalah kalau program individual menyesuaikan dengan


kondisi anak, sehingga anak, bisa menyelesaikan seara tuntas dan otomatis
hatinya akan senang untuk belajar, apakah itu juga daring maupun luring.”
(Caregivers peserta didik penyandang disabilitas, 45, Madiun)

40
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Cara yang Dilakukan Orang Tua untuk Membuat Peserta Didik
Penyandang Disabilitas Ceria

“Setelah beberapa menit, setelah belajar, kebetulan B suka main musik, ya


udah dia punya kesempatan untuk mengeksplor sendiri dengan keyboardnya
atau dia minta makan ini makan itu.” (Orang tua peserta didik penyandang
disabilitas, 52, Jakarta)

“Gadget akhirnya rules yang saya terapkan ke anak-anak jadi longgar gitu.
Tapi untuk TV masih saya batasi karena memang belum semua tontonan TV
buat layak ditonton oleh anak-anak terutama untuk ABK ya.” (Orang tua
peserta didik penyandang disabilitas, 52, Jakarta)

“Ya dengan ini mbak men-support ya memberi hadiah kalau dia menyelesaikan
tugas walaupun itu tidak seberapa nilainya.” (Orang tua peserta didik
penyandang disabilitas, 50, Jakarta)

“Atau gak saya akali ya itu tadi membuat aktivitas bersama anak-anak seperti
bikin alat bantu, seperti ada pembelajaran waktu itu ada pembelajaran alat
musik yang menggunakan bahan yang ada di rumah, ya waktu itu kita bikin
waktu itu dari botol bekas air mineral, kita isi dengan beberapa jenis media,
batu, kacang, gabus, agar nanti kalau dibunyikan kan akan mengeluarkan
suara-suara yang berbeda-beda.” (Orang tua peserta didik penyandang
disabilitas, 52, Jakarta)

“Saya memberikan dukungan moril maksudnya memberikan semangat, kamu


pasti bisa.” (Orang tua peserta didik penyandang disabilitas, 50, Jakarta)

“Dengan bikin target-target pendek seperti itu ternyata membantu dia juga
untuk jadi lebih semangat belajarnya.” (Orang tua peserta didik penyandang
disabilitas, 48, Jakarta)

Perubahan Emosi Akibat PJJ

“Kalau saya kembar malah mau sekolahnya secara offline Mbak. Kalau di
rumah katanya jenuh. Tapi awal-awal itu dia seneng merasa di rumah terus
kayaknya ya. Tapi lama kelamaan makin kesini makin bosen.” (Orang tua
peserta didik penyandang disabilitas, 50, Jakarta)

“Perasaan aku ya kangen sih, gitu, gak ketemu temen.” (Peserta didik
penyandang disabilitas, 14, Jakarta)

“Kalo mau ngerjain tugas sering dibantu temen-temennya juga kalo gak bisa.”
(Peserta didik penyandang disabilitas, 14, Jakarta)

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 41
Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal)

Dalam kondisi anak-anak sudah diperbolehkan kembali ke sekolah, survei juga


dilakukan untuk mengetahui kesiapan orang tua untuk melepaskan kembali
anak-anak mereka ke sekolah. Hampir seluruh orang tua (81,20%) menyatakan
kesiapannya untuk melepaskan anak kembali ke sekolah. Grafik di bawah ini
menunjukkan angka kesiapan orang tua.

Orang Tua Siap Ketika Anak Kembali Bersekolah

18.80%

81.20%

Ya Tidak

Gambar 21: Kesiapan Orang Tua Untuk Melepaskan Anak Kembali ke Sekolah (n=533)

Sebagian besar orang tua (lebih dari 50%) melihat anak-anak mereka sudah
mengetahui protokol kesehatan yang terkait dengan tatanan kehidupan baru,
seperti cara mencuci tangan dengan benar, mengetahui cara menjaga jarak fisik
yang aman, dan pentingnya memakai masker. Gambarannya dapat dilihat pada
grafik-grafik di bawah ini.

Persepsi Orang Tua Terhadap Kesiapan Adaptasi


Kebiasaan Baru
100.00% 90.50%
90.00% 81.10%
80.00%
70.00% 63.70%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Anak Mengetahui Cara Anak Mengetahui Cara Anak Mengetahui
Membersihkan Tangan Menjaga J arak Fisik Pentingnya Memakai
dengan Benar Masker

Gambar 22: Persepsi Orang Tua Terhadap Kesiapan Adaptasi Kebiasaan Baru (n=433)

42
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Dari data FGD diketahui para orang tua berharap ketika anak-anak mereka kembali
belajar di sekolah, mereka membutuhkan:
• Kebijakan yang jelas, seperti protokol yang mengatur pelaksanaan tatanan baru
dengan memadai.
• Jaminan keamanan dan keselamatan dari risiko penularan.
• Jaminan kebersihan.
• Modifikasi kurikulum.

Kebijakan yang Jelas

“Kami membutuhkan kebijakan yang jelas dan kami mohon untuk walaupun
new normal tapi kami tidak tenang untuk melepas anak. Anak saya itu
sekolahnya lantai empat mbak, jadi ya bagaimana dia bisa mencuci tangan,
itu kalau tanpa bantuan dari guru atau teman.” (Orang tua peserta didik
penyandang disabilitas, 48, Jakarta)

“Jadi lebih baik diterapkan saja tidak berpatokan pada zona tapi pada
protokol apa yang harus diberikan pada peserta didik… roadmap, apa
protokolnya yang bisa lebih ada kepastian kepada orang tua peserta didik.”
(Caregivers peserta didik penyandang disabilitas, 45, Madiun)

Jaminan Keamanan

“Selama ini mungkin prioritasnya itu saya banyak baca diberita itu, lebih ke
ya dunia usaha, mall, gimana dengan dunia pendidikan? Itu yang sangat
penting untuk perlindungan. Saya tadi bilang juga gimana dengan APD, juga
bisa mengetahui status dirinya dan keluarganya itu gimana selama ini. Jadi ya
misalnya bisa dengan swab test mungkin. Untuk para pendidik mungkin juga
untuk anak-anak didik yang perlu kembali bersekolah secara offline, yang
selama ini berada di lingkungan yang beresiko tinggi tertular mungkin akibat
orang tuanya ada gangguan kesehatan atau harus selalu kerja keluar rumah
ketemu banyak orang. Itu sih yang paling saya rasakan.” (Orang tua peserta
didik penyandang disabilitas, 48, Jakarta)

“Anak tetap di dalam kelas, walaupun jam istirahat tetap di kelas, makan di
kelas tidak keluar. Terus fasilitas kelengkapannya harus dipenuhi. Masker, face
shield itu juga ya. Terus juga gurunya juga harus selalu, memeriksa muridnya.
Karena kan anak-anak kalau berlari bermain itu kan suka dilepas, itu harus
inilah harus ekstra gurunya.” (Orang tua peserta didik penyandang disabilitas,
37, Banyuwangi)

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 43
“Jaminan keamanan bahwa kita sudah bebas dari COVID sehingga anak-anak
bisa belajar dengan nyaman dan orang tuapun tidak mengkhawatirkan potensi
penularan terlebih mengingat anak-anak dengan ABK ini termasuk dalam
kategori comorbid ya. Potensi untuk tertularnya itu sangat tinggi.” (Orang tua
peserta didik penyandang disabilitas, 52, Jakarta).

Jaminan Kebersihan

“Mungkin meja, dan lain lainnya dalam keadaan steril.” (Orang tua peserta
didik penyandang disabilitas, 37, Banyuwangi).

Modifikasi Kurikulum

“modifikasi dari materi, karena dari protokol yang kesahatan di new normal
pasti ada durasi pembelajaran yang berkurang.” (Caregivers peserta didik
penyandang disabilitas, 45, Madiun).

Syaiful (12) dibantu ibunya, Nurhidayah, makan siang.

44
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
© UNICEF/2020/Fauzan
Temuan Penting
Pandemi COVID-19 membuat berbagai aktivitas berubah dari konvensional menjadi
daring untuk mencegah penyebaran COVID-19. Pandemi COVID-19 memunculkan
perubahan kebutuhan yang cukup signifikan bagi peserta didik penyandang
disabilitas dari sebelum masa pandemi COVID-19 dengan selama masa pandemi,
dalam hal tantangan pembelajaran, dukungan yang tersedia baik berupa fisik
maupun sosial, dan kondisi kesehatan mental.

Pembelajaran jarak jauh menjadi opsi agar pembelajaran siswa dapat tetap
berlangsung tanpa harus pergi ke sekolah untuk menghindari berkumpulnya massa.
Akan tetapi, pembelajaran daring ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi
peserta didik penyandang disabilitas. Peserta didik dengan disabilitas mengalami
kesulitan mengikuti pembelajaran jarak jauh yang muncul terutama karena kesulitan
berfokus pada pembelajaran di lingkungan rumah, dan terbatasnya akses pada
dukungan teknologi. Ini berkaitan dengan berkurangnya dukungan fisik seperti
akses pada alat bantu belajar, dan dukungan sosial, seperti persepsi guru bahwa
peserta didik dengan disabilitas tidak dapat mengikuti pembelajaran daring
sehingga tidak perlu mendapat fasilitas yang sama dengan peserta didik lainnya.

Pada pembelajaran jarak jauh, media sosial dan buku cetak/elektronik adalah
dua media utama yang diakses oleh peserta didik penyandang disabilitas untuk
mengikuti pembelajaran selama pandemik. Sekolah umumnya menggunakan media
sosial sebagai sarana untuk memberi instruksi tugas dan untuk berinteraksi sosial
(chatting).

Pemanfaatan media sosial sangat sesuai dengan aspek fleksibilitas dan kreatifitas
dari penyelenggaraan pendidikan inklusif seperti yang tercantum dalam PP No.
39 Tahun 2020 tentang akomodasi yang layak bagi peserta didik penyandang
disabilitas. Pada ragam disabilitas non-fisik, terutama disabilitas intelektual
pemberian instruksi tugas melalui media sosial berpotensi membantu peserta didik
penyandang disabilitas non-fisik dan keluarga dalam menuntaskan pembelajaran
karena waktu dan durasi sangat fleksibel. Pembelajaran juga dapat diterapkan
sesuai kemampuan dan kecepatan belajar peserta didik penyandang disabilitas.
Perhatian yang diberikan sekolah terhadap kemampuan dan kebutuhan peserta
didik penyandang disabilitas ini berpotensi dapat mendukung perkembangan
kesehatan mental mereka. Bagi penyandang disabilitas fisik, model pembelajaran
dengan memberikan instruksi tugas tanpa disertai dengan pemanfaatan media
sosial sebagai media yang interaktif membuat proses pembelajaran rentan
mengarah pada proses pembelajaran yang bersifat satu arah. Oleh sebab itu,
interaksi menjadi penting dalam proses pembelajaran daring.

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 45
Peserta didik dengan disabilitas ganda paling banyak menghadapi tantangan
selama pembelajaran jarak jauh, khususnya dalam hal memelihara kondisi kesehatan
mental. Peserta didik dengan disabilitas fisik secara relatif lebih dapat mengikuti
pembelajaran jarak jauh, namun tantangan utama muncul dari berkurangnya
penyediaan layanan terapi fisik. Dukungan sosial, konseling dan terapi sangat
dibutuhkan terutama konseling/terapi berbasis daring (teleterapi/telekonseling)
untuk memelihara kondisi kesehatan mental mereka.

Peserta didik penyandang disabilitas lebih ingin menjalankan pembelajaran


langsung di sekolah. Keinginan para peserta didik penyandang disabilitas untuk
kembali ke sekolah lebih banyak ditujukan untuk mengembangkan sosialisasi
dengan teman-teman sebayanya. Hal ini membuat mereka lebih ceria juga.

Untuk mendukung pembelajaran peserta didik penyandang disabilitas selama


pandemi, diperlukan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, termasuk
pemerintah dan sekolah. Adanya relaksasi penggunaan BOS (Bantuan Operasional
Sekolah) oleh beberapa sekolah untuk pengadaan kuota menjadi satu solusi
yang dapat diterapkan untuk mendukung kebutuhan peserta didik penyandang
disabilitas dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh. Dukungan dan bantuan seperti
ini perlu dioptimalkan agar pembelajaran pun menjadi efektif.

Mayoritas orang tua menyatakan siap melepas anaknya kembali ke sekolah,


sebagian besar mengaku anaknya sudah mengetahui cara membersihkan tangan
dengan benar dan pentingnya menggunakan masker. Namun baru sebagian orang
tua yang mempersepsikan bahwa anak mengetahui cara menjaga jarak fisik. Orang
tua berharap sekolah dapat menjaga dan memastikan protokol kesehatan dipenuhi
ketika anak kembali bersekolah.

Diskusi dan Praktik Baik

Sejak pandemi COVID-19 melanda Indonesia, tepatnya di bulan Maret 2019, peta
layanan pendidikan berubah secara signifikan. Keputusan untuk melaksanakan
pembelajaran dari rumah bagi seluruh peserta didik, termasuk peserta didik
penyandang disabilitas yang bersekolah di satuan pendidikan khusus maupun
satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif (SPPPI) merupakan keputusan
pemerintah yang tepat, namun juga memberikan tantangan di sisi lain. Penelitian
ini menunjukkan adanya perubahan kebutuhan, tantangan, dan penyesuaian yang
terjadi pada dimensi fisik, sosial, struktural, dan kesehatan mental.

Penyelenggaraan pendidikan inklusif merupakan alternatif pembelajaran bagi


penyandang disabilitas yang merupakan salah satu prioritas pemerintah Indonesia
dalam memastikan terjadinya penjaminan pemenuhan hak pendidikan bagi
penyandang disabilitas. Ketika pendidikan umum bagi seluruh peserta didik
diselenggarakan dari rumah, maka pendidikan inklusif pun diharapkan terjadi
selama belajar dari rumah.

46
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Keempat prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif yaitu penerimaan,
pengakuan, partisipasi, dan pencapaian perlu diperhatikan. Tinjauan studi literatur
penelitian menyebutkan, lingkungan sekolah yang memberikan kesempatan
para peserta didik penyandang disabilitas untuk berpartisipasi dan mencapai
pembelajaran sesuai kemampuannya dapat meminimalkan risiko mengalami
permasalahan kesehatan mental.16

Dengan mendasarkan pada ke-empat prinsip tersebut, penelitian ini


mengidentifikasikan bahwa layanan pendidikan inklusif bagi penyandang disabilitas
sebelum dan selama pandemi sangat erat kaitannya dengan: (1) jenis disabilitas; (2)
pemilihan dan pemenuhan media pembelajaran yang digunakan; serta (3) dukungan
sosial dan kebijakan.

Kaitannya dengan jenis disabilitas, penyelenggaraan pembelajaran yang inklusif


akan menghadapi tantangan yang tidak terlalu berarti manakala penyandang
disabilitas hanya memiliki satu jenis disabilitas. Temuan ini sejalan dengan tinjauan
studi literatur penelitian yang menyatakan peserta didik penyandang disabilitas
lebih dari satu disabilitas memiliki peningkatan risiko 1 hingga 2 kali, mengalami
permasalahan kesehatan mental.17 Dari hasil penelitian survei yang dilakukan terlihat
keluarga (orangtua/caregivers) lebih memiliki kemudahan pada saat mendampingi
penyandang disabilitas dengan satu jenis disabilitas, terutama pada jenis disabilitas
fisik. Sedangkan orang tua/caregivers yang mendampingi peserta didik penyandang
disabilitas ganda mengalami tantangan terbesar pada perubahan emosi saat
mengikuti pembelajaran, menerima tugas, maupun menyelesaikannya. Para orang
tua/caregivers penyandang disabilitas non-fisik mengalami tantangan paling besar
terkait kepercayaan diri saat menyelesaikan tugas, selama pandemi COVID-19 ini.
Kondisi ini dapat dijelaskan dari hasil penelitian Wei dan Marder yang menyatakan
pula bahwa para peserta didik penyandang disabilitas non-fisik (seperti kesulitan
belajar dan gangguan spektrum autism) mengalami tantangan akademik maupun
sosial yang mempengaruhi perkembangan kepercayaan diri mereka.18

Salah satu praktik baik yang ditemukan dari penelitian ini adalah adanya
penerimaan dan dukungan dari keluarga membuat para peserta didik penyandang
disabilitas mampu berpartisipasi, dan berkembang sesuai dengan potensi mereka
meskipun proses pembelajaran dilakukan dari rumah. Keluarga pun mengupayakan
kondisi kesehatan mental para peserta didik penyandang disabilitas berada
dalam kondisi yang adaptif. Mereka melakukan berbagai cara untuk mendukung
pembelajaran (seperti menyediakan sarana pendukung pembelajaran), maupun
mencari cara agar anak-anak mereka tetap ceria mengikuti pembelajaran (seperti
memberikan konsekuensi yang disukai anak, memberikan motivasi, target), dan
senang melakukan hobi mereka di waktu luang.

16 McMillan, J., Jarvis, J.M., (2013), Mental Health and Students with Disabilities: a Review of Literature.
17 McMillan, J., Jarvis, J.M., (2013), Mental Health and Students with Disabilities: a Review of Literature.
18 Wei, Xin., Marder, Camille. (2020). Self-Concept Development of Students with Disabilities: Disabilities
Category, Gender, and Racial Differences From Early Elementary to High School.

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 47
Media sosial ternyata sangat mendukung terselenggaranya penyelenggaraan
pendidikan inklusif di rumah manakala digunakan dengan bijaksana. Meskipun
demikian, berbagai kendala dihadapi oleh para peserta didik penyandang
disabilitas dan keluarga untuk dapat mengikuti pembelajaran daring (tatap
muka dan tidak tatap muka) secara optimal, diantaranya ketersediaan gawai,
keterbatasan atau tidak memiliki pulsa/paket data, maupun kelancaran jaringan
internet. Tantangan lain yang menjadi temuan baru dalam penelitian ini adalah
peserta didik tidak dapat fokus belajar, karena lingkungan di sekitar rumah
yang tidak mendukung. Berbagai tantangan ini sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya terkait kesulitan mengikuti pembelajaran daring yang dialami para
peserta didik penyandang disabilitas.19 Temuan ini juga melengkapi penelitian
sebelumnya yaitu peserta didik penyandang disabilitas beresiko tidak dapat
mengakses pendidikan yang berkualitas, karena kebutuhan belajar mereka yang
belum tentu dapat difasilitasi dengan baik lewat pembelajaran jarak jauh,20 maupun
metode pembelajaran jarak jauh masih menyulitkan, fasilitas pembelajaran kurang
mendukung, dan kehilangan momen-momen penting.21

Penting untuk digarisbawahi dalam penelitian ini adalah pemanfaatan media sosial
sangat sesuai dengan aspek fleksibilitas dan kreatifitas dari penyelenggaraan
pendidikan inklusif.22 Berbagai fitur yang dimiliki oleh media sosial membuat
sekolah memiliki pilihan dalam memberikan layanan bagi penyandang disabilitas
selama pandemi. Beberapa sekolah sudah menggunakan cara daring dengan
tatap muka melalui fitur video call. Sebagian besar sekolah masih lebih nyaman
menggunakan metode daring tanpa tatap muka dengan memanfaatkan fitur
mengobrol (chat) untuk pemberian instruksi tugas. Tipe layanan pembelajaran yang
diberikan oleh sekolah juga dapat bersifat sinkronus dan asinkronus,23 serta sangat
menyesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik penyandang
disabilitas. Melalui Whatsapp, guru di beberapa daerah (terutama di daerah
bukan urban) memberikan instruksi pembelajaran kepada penyandang disabilitas
maupun keluarganya. Setelah itu mereka diminta untuk mengunggah video hasil
dari pengerjaan tugas tersebut. Pada jenis disabilitas non-fisik terutama disabilitas
intelektual cara tersebut cukup membantu peserta didik disabilitas dan keluarga
dalam menuntaskan pembelajaran karena waktu dan durasi sangat fleksibel.
Pembelajaran juga dapat diterapkan sesuai kemampuan dan kecepatan belajar
peserta didik penyandang disabilitas.

19 Jaringan DPO’s Respon Covid Inklusif (2020). Laporan Assesmen cepat Dampak Covid-19 Bagi Disabilitas. Di
publikasikan oleh Jaringan DPO’s Respon Covid Inklusif.
20 Save the Children (2020). Hasil Survei Penilaian Cepat Dampak COVID-19. Laporan Hasil Penilaian cepat Save
The Children.
21 Wahana Visi Indonesia (2020). Makalah Kebijakan: Merdeka belajar: Merdeka bagi anak-anak paling rentan
(Dari temuan Aktivitas Mendengarkan Suara Anak atas Masa Tanggap Darurat Covid-19). Jakarta:WVI
22 Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak bagi penyandang disabilitas.
23 Pembelajaran sinkronus merujuk kepada dinamika interaksi pada saat waktu yang bersamaan dalam
pembelajaran daring. Pembelajaran asinkronus merujuk kepada dinamika interaksi dalam pembelajaran
daring, hanya tidak di waktu yang bersamaan (Hakki, 2020).

48
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Perhatian yang diberikan sekolah terhadap kemampuan dan kebutuhan peserta
didik penyandang disabilitas ini dapat mendukung perkembangan kesehatan
mental mereka pula. Yang perlu diperhatikan bagi penyandang disabilitas fisik,
model pembelajaran dengan memberikan instruksi tugas tanpa disertai dengan
pemanfaatan media sosial sebagai media yang interaktif membuat pembelajaran
rentan mengarah pada pembelajaran yang bersifat satu arah. Media sosial
kemudian akan menjadi media pembelajaran yang pasif.

Peserta didik penyandang disabilitas yang berada di urban memiliki akses layanan
pendidikan yang lebih luas sebelum dan selama pandemi. Memang terjadi
pengurangan akses layanan pendidikan bagi penyandang disabilitas, sebagai
akibat dari diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun hal
tersebut tidak terlalu berdampak bagi peserta didik penyandang disabilitas yang
tinggal di urban. Penelitian ini menemukan terdapatnya kendala dalam ketersediaan
layanan pendukung pendidikan terutama layanan konseling dan terapi. Layanan
ini berkurang, karena program terapi bagi peserta didik penyandang disabilitas
dengan berbagai aktivitas secara tatap muka dinilai dapat meningkatkan risiko
terpaparnya COVID-19. Dari penelitian ini, sejumlah praktisi terapi dan konseling
mulai berpikir mengembangkan layanan terapi dan konseling secara daring, seperti
teleterapi atau telekonseling. Hal ini dapat menjadi pilihan layanan yang dapat
diberikan bagi peserta didik penyandang disabilitas di masa pandemi.

Terkait dengan dukungan kebijakan dan sosial, penelitian ini juga melihat sejauh
mana akses orang tua pada skema berbagai bentuk bantuan pemerintah sebelum
dan selama pandemi, tetapi ditemukan tidak banyak perubahan. Keluarga
peserta didik penyandang disabilitas berharap agar mereka mendapat berbagai
skema bantuan untuk mendukung pendidikan anak. Temuan penting lainnya dari
penelitian ini terkait kebijakan adalah adanya keterlibatan pemerintah nasional
dalam memastikan pemenuhan hak pendidikan penyandang disabilitas tidak
terkurangi selama pandemi. Kebijakan penting yang perlu dicatat adalah adanya
relaksasi penggunaan BOS (Bantuan Operasional Sekolah) sehingga pengadaan
kuota untuk pembelajaran dapat disubsidi melalui BOS. Tidak hanya relaksasi
BOS, Kemendikbud juga bekerjasama dengan TVRI untuk menghadirkan program
pendidikan bagi seluruh peserta didik termasuk peserta didik penyandang
disabilitas yang menjalani belajar dari rumah. Meskipun program TV tersebut dinilai
beberapa pihak masih kurang aksesibel bagi penyandang disabilitas sensorik netra,
namun kebijakan tersebut patut diapresiasi.

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 49
Keunikan lain temuan dalam penelitian ini terkait dukungan sosial adalah, sebelum
pandemi peran keluarga (orangtua/caregivers) tidak terlalu terlihat dalam proses
belajar peserta didik penyandang disabilitas. Sejak pandemi keterlibatan keluarga
(orangtua/caregivers) menjadi sangat terlihat dalam proses pembelajaran peserta
didik penyandang disabilitas. Keterlibatan keluarga (orangtua/caregivers) dalam
pemberian layanan pendidikan menyebabkan para peserta didik penyandang
disabilitas masih merasa nyaman meskipun mereka harus belajar dari rumah.
Keinginan para peserta didik penyandang disabilitas untuk kembali ke sekolah
lebih banyak ditujukan untuk mengembangkan sosialisasi dengan teman-teman
sebayanya. Ketika mereka mengikuti pembelajaran di sekolah, penelitian ini
menemukan teman-teman turut membantu pembelajaran mereka ketika di kelas.
Sedangkan dukungan yang diberikan teman-teman sebayanya dalam proses
pembelajaran jarak jauh selama pandemi ini masih kurang terlihat. Dari temuan
ini terlihat sebaiknya, keluarga (orangtua/caregivers) perlu diberikan pembekalan
agar mereka mampu mendampingi penyandang disabilitas dengan lebih optimal
ketika pembelajaran daring masih terus diberlakukan. Kolaborasi antara orang
tua, guru, bahkan terapis (bila dibutuhkan) dapat dikembangkan menjadi
kolaborasi yang berupa teknik pembelajaran. Di sisi lain, pihak sekolah juga perlu
mempertimbangkan prinsip pendidikan inklusif dalam pembuatan program
pembelajaran daring.

Hampir seluruh orang tua yang terlibat dalam penelitian survei ini menyatakan
kesiapan melepaskan anak-anak mereka peserta didik penyandang disabilitas
kembali ke sekolah. Beberapa kebutuhan yang dipertimbangkan oleh orang tua
terkait dengan kebijakan protokol kesehatan, jaminan keamanan dan keselamatan,
jaminan kebersihan, dan tak kalah menariknya adalah modifikasi kurikulum.
Orang tua melihat modifikasi kurikulum diperlukan mempertimbangkan waktu
belajar yang lebih pendek untuk belajar di sekolah. Oleh karena itu, penerapan
prinsip pendidikan inklusif perlu diperhatikan. Selain itu, diperlukan keterbukaan,
fleksibilitas, dan kreativitas guru dalam melakukan modifikasi kurikulum.
Mempertimbangkan peranan keluarga dalam proses belajar selama pandemi
COVID-19 ini, kolaborasi guru dan orang tua diharapkan dapat mempermudah
proses belajar kembali ke sekolah dan mencapai optimalisasi potensi peserta didik
penyandang disabilitas. Modifikasi kurikulum yang dilakukan diharapkan juga akan
memberikan kontribusi terhadap kestabilan kondisi kesehatan mental para peserta
didik penyandang disabilitas ketika mereka kembali ke sekolah.

50
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Annex 1.
Pemetaan Penyedia Layanan dan Adaptasi yang Perlu Dilakukan untuk Mendukung
Pembelajaran selama Pandemi

Jenis Ketersediaan layanan Dukungan yang


kebutuhan Dukungan yang Dibutuhkan Penyedia
Penyedia
No. Peserta Didik dapat Diberikan Layanan (dari
Layanan
Penyandang Penyedia Layanan pemerintah, orangtua,
Sebelum Selama
Disabilitas dan lainnya)
pandemi pandemi

1. Kebutuhan Guru kelas Tersedia Tersedia 1. Adaptasi 1. Dukungan kebijakan


untuk & BK pembelajaran ditingkat sekolah
membantu sesuai kebutuhan yang dapat
peserta didik memfasilitasi adanya
2. Membuat jadwal
berfokus jadwal diskusi
pembelajaran
selama
2. Dukungan
pembelajaran 3. Jadwal diskusi
anggota keluarga
jarak jauh (PJJ) berkala bersama
untuk membuat
orang tua
lingkungan sekitar
rumah sekondusif
mungkin untuk
belajar
3. Penerapan
konsekuensi dan
penetapan jadwal
belajar, penyesuaian
target belajar

2. Ketersediaan Penyedia Tersedia Tersedia 1. Subsidi paket 1. Dukungan subsidi/


dukungan layanan untuk pelajar dana stimulus
untuk internet/ dari pemerintah
2. Menambah
mengakses operator terkait perluasan
jangkauan
teknologi seluler keterjangkauan dan
jaringan ke
informasi jaringan bagi pelajar
berbagai daerah
termasuk
terpencil 2. Pendataan
kepemilikan
sekolah/peserta
gawai dan
didik disabilitas
jaringan
yang memiliki
internet (Paket
keterbatasan akses
data/wifi) untuk
terhadap dukungan
menunjang
teknologi seperti
pembelajaran
kepemilikan gawai

3. Aksesibilitas Perusahaan Belum Belum Menjamin semua 1. Pemerintah


& Kemudahan penyedia fitur dapat digunakan memberikan
penggunaan layanan dengan mudah dan panduan
media sosial sosial akses bagi peserta aksesibilitas sosial
selama PJJ media, didik penyandang media
bagi orang seperti disabilitas
2. Mengawasi dan
tua dan facebook,
memberikan
peserta didik dan
masukan tentang
penyandang platform
aksesibilitas
disabilitas pertemuan
layanan yang ramah
daring
disabilitas
3. Dukungan berupa
masukan-masukan
dari organisasi
disabilitas terait
aksesibilitas fitur
media sosial &
pertemuan daring

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 51
Sekolah Belum Belum Sekolah dapat Pelatihan bagi
membuat kanal staff sekolah untuk
media seperti mengelola media sosial.
akun resmi (official
account) di Facebook
atau saluran Youtube
(Youtube Channel)
untuk membagikan
materi-materi
pembelajaran
ataupun layanan
pendidikan lainnya
melalui kanal media
tersebut.

Guru Belum Belum 1. Dukungan 1. Pelatihan


dari para guru penggunaan sosial
untuk berbagai media dan platform
pembelajaran pertemuan dari
daring yang yang inklusif selama
inovatif, efisien, PJJ.
dan mudah
2. Pelatihan membuat
diakses untuk
materi atau konten
semua peserta
pembelajaran yang
didik termasuk
menarik.
peserta didik
penyandang 3. Subsidi internet bagi
disabilitas para guru
2. Guru dapat
membagikan
materi belajar
melalui
tangkapan layar
(screenshots)
atau foto kepada
anak melalui
media sosial.
3. Guru dapat
membuat konten
pelajaran yang
menarik misal
dengan video
mengajar atau
animasi terkait
pembelajaran
dan
membagikannya
melalui media
social (Whatsapp,
Facebook).

4. Buku/materi Pemerintah Tersedia Tersedia 1. Memperbanyak 1. Penerbit


pembelajaran ketersediaan menyerahkan buku-
yang akses buku elektronik buku elektronik
dan sesuai kepada pemerintah
2. Mensosialisasikan
kebutuhan
keberadaan 2. Lembaga/penyedia
peserta dididk
buku/materi layanan buku
penyandang
pembelajaran yang akses dapat
disabilitas
elektronik meningkatkan
produksi buku yang
akses bagi peserta
didik penyandang
disabilitas dalam
bentuk digital/
elektronik

52
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Guru Tersedia Tersedia Mensosialisasikan
kepada orang
tua dan peserta
didik penyandang
disabilitas tentang
buku-buku yang
akses dan yang
tersedia

5. Penyediaan Sekolah Tersedia Tersedia 1. Pemanfaatan 1. Dukungan dari


alat bantu fleksibilitas dalam wali kelas/guru/
pengalokasian guru pembimbing
Dana BOS untuk khusus untuk
pengadaan alat mengidentifikasi
bantu kebutuhan alat
bantu yang
2. Meminjamkan
dibutuhkan selama
alat bantu untuk
pandemi
digunakan
peserta didik 2. Dukungan dari
penyandang pemerintah untuk
disabilitas di memberikan
rumah selama stimulus dana/
PJJ kebutuhan alat
bantu
3. Dukungan dari
SLB terdekat untuk
dapat bekerjasama
meminjamkan
alat bantu yang
dibutuhkan
4. Dukungan dari pihak
swasta, elmbaga
kemasayarakatan
dan donatur
untuk membantu
penngadaan alat
bantu bagi peserta
didik penyandang
disabilitas
5. Dukungan dari
Univeristas untuk
melakukan kajian
dan inovasi untuk
kebutuhan produksi
alat bantu yang
sesuai kebutuhan
peserta didik
penyandang
disabilitas yang
terjangkau

6. Layanan Guru BK Tersedia Belum Memberikan layanan 1. Dukungan Pelatihan


konseling konsultasi secara pemanfaatan
sekolah daring teknologi informasi
secara daring sebagai media
(telekonseling) konsultasi online
untuk guru BK
2. Kebijakan kepala
sekolah yang
memungkinkan
terselenggaranya
layanan konsultasi
secara daring

Organisasi Tersedia Belum Memberikan layanan Dukungan Pelatihan


profesi konsultasi secara pemanfaatan teknologi
(konselor) daring informasi sebagai media
konsultasi online untuk
guru BK

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 53
7. Layanan Organisasi Tersedia Belum Menyediakan 1. Pelatihan
terapi untuk profesi terapi sesuai pemanfaatan
mendukung terapi kebutuhan peserta teknologi informasi
pendidikan (fisioterapi, didik penyandang sebagai media
anak terapi disabilitas secara terapi online untuk
prilaku, daring dan para terapis
terapi secara luring jika
2. Pemerintah
wicara, dst) memungkinan
memberikan
dengan menerapkan
kebijakan afirmatif
protokol kesehatan
kepada pelaksana
terapi agar dapat
melaksanakan
layanannya pada
saat pemberlakuan
PSBB.
3. Terapis dimasukan
dalam katagori
profesi yang
diizinkan untuk
memberikan
layanan selama
pemberlakuan
PSBB dengan
memperhatikan
protokol kesehatan,
terutama yang
melaksanakan
layanan terapi diluar
rumah sakit

8. Terlibat Guru Tersedia Belum 1. Melakukan 1. Pelatihan


penuh dalam asesmen pembelajaran jarak
pembelajaran terhadap jauh yang inklusif
serta sosialisasi kebutuhan
2. Kerjasama dan
dengan teman pembelajaran
komitmen orang tua
sekelas bagi peserta
untuk bersama-sama
didik penyandang
menentukan pola
disabilitas selama
komunikasi
PJJ
3. Dukungan kebijakan
2. Melakukan
dari sekolah
adaptasi
mengenai panduan
kurikulum kepada
pembelajaran
peserta didik
daring yang tetap
penyandang
memperhatikan
disabilitas selama
prinsip-prinsip
pembelajaran
pendidikan inklusif
jarak jauh
3. Melakukan
pembelajaran
daring tatap
muka yang
inklusif bagi
peserta didik
penyandang
disabilitas dan
peserta didik
pada umumnya
4. Membentuk
kelompok belajar
5. Melakukan Home
visit/ berkunjung
ke rumah
peserta didik
penyandang
disabilitas
minimal
seminggu sekali

54
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
9. Menjaga Organisasi Tersedia Belum Membuat Dukungan dari orang
Kesehatan profesi standarisasi/SOP tua sebagai fasilitator
Mental terapi berbasis untuk membantu
peserta didik daring program terapi dari
penyandang rumah
disabilitas

Sekolah Tersedia Belum Review kembali Dukungan dari para


program guru untuk memberikan
pembelajaran tugas sesuai dengan
individual ketika kebutuhan peserta didik
pembelajaran penyandang disabilitas
dilakukan secara
daring

10. Menyiapkan Sekolah Belum Sedang 1. Sosialisasi Dukungan dari semua


peserta didik berlangsung tentang pihak terutama dinas
mengahadapi penerapan kesehatan setempat
penerapan kebiasaan baru untuk mensosialisasikan
kebiasaan baru pentingnya penerapan
2. Persiapan sarana
(New normal) protokol kesehatan
prasarana
penunjang
protokol
kesehatan
3. Pembuatan
SOP tentang
penerapan
kebiasaan baru

Pemerintah Belum Belum Pembuatan roadmap Organisasi penyandang


dan SOP tentang disabilitas &
pembelajaran pada kemasyarakatan,
saat pandemi dan sekolah, dan orang tua
bencana lainnya memberikan masukan
bagi peserta terhadap perancangan
didik penyandang roadmap & SOP
disabilitas

Dokter Tersedia Belum 1. Bertanggung Kebijakan dari


Puskesmas jawab untuk pemerintah yang dapat
melakukan mendukung terciptanya
asesmen dan kerjasama antara dokter
memberikan puskesmas dan sekolah
saran kesiapan
penerapan
kebiasaan baru di
sekolah
2. Menyiapkan
langkah-langkah
kedaruratan
terkait penularan
pandemi
COVID-19
3. Melakukan
penyuluhan
tentang pandemi
dan dampaknya
kepada warga
sekolah

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 55
Daftar Pustaka

Barthe et al (2019). Child Developmental Disabilities, Caregivers’ Role in Kenya and


Its Implications on Global Migration. International Journal of Environmental
Research and Public Health.

BPS. (2015). Profil Penduduk Indonesia Hasil SUPAS 2015. Jakarta: Badan Pusat
Statistik

BPS. (2018). Potret Pendidikan Indonesia: Statistik Pendidikan 2018. Jakarta: Badan
Pusat Statistik

Effendi, Mohammad. (2018). The Implementation of Inclusive Education in


Indonesia for Children with Special Needs: Expectation and Reality.

Hakki, I. D., Alstad, Z., Banerjee, M. (2020). Comparing Synchronous and


Asynchronous Online Discussions for Students with Disabilities: The Impact of
Social Presence.

Jaringan DPO’s Respon Covid Inklusif (2020). Laporan Assesmen cepat Dampak
Covid-19 Bagi Disabilitas. Di publikasikan oleh Jaringan DPO’s Respon COVID
Inklusif

Lucas. S.R., Irwin V. (2018). Race Class, and Theories of Inequality in the Sociology of
Education. In Scheider Barbara. Handbook of the sociology of Education in the
21st Century.
McMillan, J., Jarvis, J.M., (2013), Mental Health and Students with Disabilities: a
Review of Literature.

Oliver, M. (1990) The Politics of Disablement. London: Macmillan

Purwanto, Agus et al., (2020). Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19


Terhadap Proses Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. Volume 2 Nomor 1
(2020) ISSN Daring : 2716-4446.
Save the Children (2020). Hasil Survei Penilaian Cepat Dampak COVID-19. Laporan
Hasil Penilaian cepat Save The Children

Shakespeare. 2004. Social models of disability and other life strategies.


Scandinavian Journal of Disability Research. Vol.6 No. 1

UNESCO. (2006). ICT’s in Education for People with Special Needs. UNESCO
Institute for Information Technologies of Education

UNESCO, UNICEF, World Bank. (2020). Framework for Reopening Schools.

56
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Wahana Visi Indonesia (2020). Makalah Kebijakan: Merdeka belajar: Merdeka bagi
anak-anak paling rentan (Dari temuan Aktivitas Mendengarkan Suara Anak atas
Masa Tanggap Darurat Covid-19). Jakarta:WVI
Wei, Xin., Marder, Camille. (2020). Self-Concept Development of Students with
Disabilities: Disabilities Category, Gender, and Racial Differences From Early
Elementary to High School.

World Health Organization. 2018. Mental Health: Strengthening Our Response.

World Health Organization. (2020). Disability Considerations during the COVID-19


Outbreak.

Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik


Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 57
58
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020 59
60
Laporan Penelitian: Kajian Terhadap Dukungan Bagi Peserta Didik
Penyandang Disabilitas di Masa Pandemi COVID-19 2020

Anda mungkin juga menyukai