Untitled
Untitled
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
anugerah-nyalah kami dapat menyelesaikan tugas/ makalah yang berjudul “Ketimpangan
soial akibat globalisasi” tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
menyelesaikan tugas akhir yang diberikan sekolah. Isi dari makalah ini adalah pemaparan
pengetahuan tentang ketimpangan social yang sedang terjadi di Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang berperan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi banyak orang dan berguna untuk para kalangan muda
khususnya pelajar.
I
kata pengantar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN 1
DAFTAR PUSTAKA 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan ekonomi global, berlaku hukum the survival of the fittest sehingga
siapa yang memiliki modal yang besar akan semakin kuat dan yang lemah akan
tersingkir. Pemerintah hanya sebagai regulator dalam pengaturan ekonomi yang
mekanismenya akan ditentukan oleh pasar. Sektor-sektor ekonomi rakyat yang
diberikan subsidi semakin berkurang (dalam pandangan ekonomi kapitalis, subsidi
adalah inefisiensi), koperasi semakin sulit berkembang, penyerapan tenaga kerja
dengan pola padat karya sudah semakin ditinggalkan.
Sebagai sebuah sistem yang berlaku dan berjalan tanpa batas teritorial negara yang
implementasinya dapat berupa ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya.
Permasalahan di sebuah negara, misalnya pengangguran, bukanlah sekedar merupakan
dampak dari minimnya keterampilan seorang individu, melainkan dampak sistemik
dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan akibat globalisasi, seperti,
1.Perubahan teknologi (mesin-mesin baru). Perubahan teknologi atau digunakannya
mesin-mesin baru dalam proses produksi, mengakibatkan hanya orang-orang yang
memikiki pengetahuan atau keterampilan yang memadai yang dapat terlibat dalam
proses produksi.
2.Perubahan cara kerja (efisiensi). Perubahan cara kerja dapat dilakukan dengan
perampingan birokrasi atau struktur organisasi perusahaan.
3.Pekerjaan dilakukan di tempat/negara lain (globalisasi). Apabila sebuah perusahaan
merasakan ancaman atau ketidaknyamanan, maka dapat jadi pengusaha akan
memindahkan perusahaannya di negara lain.
4.Perubahan politik (kebijakan pemerintah), misalnya dihilangkannnya proteksi dan
subsidi. Sesuai dengan perjanjian WTO, negara-negara tidak boleh melakukan
proteksi terhadap produksi dalam negerinya, misalnya dengan melakukan larangan
import produk tertentu yang mengancam produksi dalam negeri.
5.Perubahan budaya (dibutuhkan produk yang berbeda). Perkembangan Teknologi
Informasi yang sangat cepat memudahkan orang-orang dari negara atau bangsa
manapun dapat mengakses informasi dengan mudah dan bebas.
(1)
BAB I pendahuluan latar belakang
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Defiisi Ketimpagan Sosial
Ketimpangan sosial sama artinya dengan kesenjangan sosial yaitu diartikan sebagai
kesenjangan (ketimpangan) atau ketidaksamaan akses untuk mendapatkan atau
memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya bisa berupa kebutuhan
primer, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, peluang berusaha dan kerja, dapat
berupa kebutuhan sekunder, seperti sarana pengembangan usaha, sarana perjuangan
hak azasi, sarana saluran politik, pemenuhan pengembangan karir, dan lain-lain
Berikut ada beberapa pengertian ketimpangan sosial menurut beberapa pakar
Nama Pakar
Andrinof A. Chaniago
Pendapat Pakar
Ketimpangan adalah buah dari pembangunan yang hanya berfokus pada aspek
ekonomi dan melupakan aspek sosial.
Budi Winarno
Ketimpangan merupakan akibat dari kegagalan pembangunan di era globalisasi untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga masyarakat.
Jonathan Haughton & Shahidur R. Khandker
Ketimpangan sosial adalah bentuk-bentuk ketidak-adilan yang terjadi dalam proses
pembangunan.
Roichatul Aswidah
Ketimpangan sosial sering dipandang sebagai dampak residual dari proses
pertumbuhan ekonomi
2.2. faktor yang mempengaruhi / penyebab ketimpngan sosial
Pertanyaannya kenapa kesenjangan sosial itu harus terjadi dalam kehidupan sosial
masyarakat?
Kesenjangan sosial dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat sehingga
mencegah dan menghalangi seseorang untuk memanfaatkan akses atau
kesempatankesempatan yang tersedia. Secara teoritis sekurang kurangnya ada dua
faktor yang dapat menghambat[3].
Pertama, faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang (faktor internal). a.
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia karena tingkat pendidikan
(keterampilan) atau kesehatan rendah atau ada hambatan budaya (budaya kemiskinan).
b. Kesenjangan sosial dapat muncul sebagai akibat dari nilai-nilai kebudayaan yang
dianut oleh sekelompok orang itu sendiri. Akibatnya, nilai-nilai luas, seperti apatis,
cenderung menyerah pada nasib, tidak mempunyai daya juang, dan tidak mempunyai
orientasi kehidupan masa depan. Dalam penjelasan Lewis (1969), kesenjangan sosial
tipe ini muncul karena masyarakat itu terkungkung dalam kebudayaan kemiskinan.
(4)
BAB II Faktor penyebab Ketimpangan Sosial akibat globalisasi
Masyarakat kemudian membangun pembagian sosial, secara hierarki dan membangun
kesenjangan sosil yang terstruktur. Semua itu selalu akan terlihat, kaya dan miskin,
pemilik budak dan budak, hitam dan putih, migrant dan tuan rumahnya, orang
berpendidikan dan orang bodoh, orang sakit dan sehat, pria dan wanita, yang banci
dan normal, yang mampu dan tidak mampu, teroris dan yang diteror, yang patologi
dan normal, kami dan mereka-pembangian ini memang baik, yang buruk dan yang
jelek.
Dalam masyarakat, perbedaan digunakan sebagai penanda moral untuk menetapkan
bagaimana seseorang lebih baik daripa yang lainnya. Sebuah nilai moral sering
melekat dalam pelabelan ini sebagai batas-batas yang ditetapkan secara normal
maupun patologis. Para elit menempati posisi yang lebih unggul, massa menjadi
orang susah dan putus asa. Perbatasan terjadi secara hierarki yang mengatur tatanan
peringkat sehingga manusia saling memakan yang lain, seperti kelas bawah, orang
berbahaya, marginal-diusir sebagai kambing hitam yang sengaja diciptakan.
Kesenjangan selalu terjadi. Selalu ada beberapa orang di bagian atas dan sebagian
besar di bawah. Seperti, kasta, perbudakan, kelas sosial, kemiskinan global.
Berikut ada beberapa bentuk ketimpangan dalam kehidupan sosian masyarakat a.
Ketimpangan sosial di bidang ekonomi
Adanya globalisasi menyebabkan perekonomian hanya tumbuh di beberapa wilayah,
ditambah dengan praktik ekonomi kaptalisme yang menyebabkan si kaya menjadi
semakin miskin. Hal tersebut membawa dampak negatif karena memunculkan
ketimpangan sosial.
Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107) adalah sebagai berikut
1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang,
penduduk miskin anya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan
kualitasnya rendah
2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena
kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah,
upahnya pun rendah
3. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.
Pada masyarakat modern yang rumit kemiskinan menjadi suatu masalah sosial karena
sikap mereka yang membenci kemiskinan tadi, seseorang bukan merasa dirinya
miskin karena kurang makan, pakaian atau perumahan, tetapi karena harta miliknya
dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf kehidupan yang ada. Persoalan menjadi
lain bagi mereka yang turut dalam arus urbanisasi tetapi gagal mencari pekerjaan bagi
mereka. Pokok persoalan kemiskinan disebabkan tidak mampu memenuhi
kebutuhankebutuhan primer sehingga timbul tuna karya, tuna susila, tuna wisma, dan
sebagainya. Secara sosiologis sebab-sebab timbulnya masalah ini adalah karena salah
satu lembaga kemasyarakatan tidak berfungsi dengan baik yaitu lembaga
kemasyarakatan di bidang ekonomi (Soekanto, 2009:320). Kemiskinan juga
merupakan masalah sosial yang ada dalam setiap masyarakat di negara manapun,
termasuk Jepang. Kemiskinan umumnya ditandai dengan ketimpangan suatu
kesenjangan, antara lain kepemilikan sumber daya, kesempatan berusaha, ketrampilan,
dan faktor lain yang menyebabkan perolehan pendapatan tidak seimbang dan
mengakibatkan struktur sosial yang timpang.
(5)
BAB II Faktor penyebab Ketimpangan Sosial akibat globalisasi
Di pedesaan terjadi kesenjangan antara petani pemilik dan penggarap dengan burh
tani. Fasilitas yang diberikan pemerintah yang dikemas dalam bentuk
bermacammacam program sesungguhnya lebih banyak mengalir pada kalangan para
petani pemilik dan penggarap. Kredit usaha tani misalnya terutama diberikan kepada
petani pemilik dan penggarap, dan bukan kepada buruh tani, keran menurut ketentuan
yang berlaku dana itu dikucurkan dengan sistim agunan. Fasilitas-fasilitas lain seperti
subsidi pupuk dan obat-obatan serta penyuluhan peningkatan usaha tani juga lebih
ditunjukan kepada petani pemilik dan penggarap, dan bukan kepada buruh tani. Di
samping itu, keanggotaan kelompok tani dan koperasi pertanian juga lebih
diprioritaskan untuk para petani pemilik dan penggarap daripada buruh tani. Karena
itu, mereka hanya memperoleh fasilitas yang disubsidi pemerintah, tetapi juga
mendapatkan lebih banyak informasi mengenai inovasi pertanian.
Fasilitas dari pemerintah (modal, pupuk, obat-obatan dan penyuluhan) terutama
disalurkan melalui pemimpin formal pedesaan. Dalam konteks ini, mereka diperankan
sebagai agen utama pembanguna pertanian di tingkat desa, terutama berfungsi sebagai
pembawa pesan dan penterjemah kemauan pemerintah. Karena itu posisi mereka
benar-benar berada pada puncak strata, dan sangat dominan dan determinan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang terkait dengan introduksi
program-program pembangunan pertanian. Kesenjangan sosial lain terjadi antara
petani pemilik atau penggarap yang mempunyai yang mempunyai akses dengan
pemimpin formal pedesaan dan petani pemilik atau penggarap yang tidak mempunyai
akses. Mereka yang mempunyai akses kerapkali justru menjadi biang keladi pelbagai
bentuk manipulasi dan keterpurukan usahatani akibat dari kolusi yang mereka lakukan
dengan pemimpin formal pedesaan. Mereka mampu menuai keuntungan besar
meskipun dengan cara menekan dan merugikan pihak lain.
Sementara itu, di kalangan petani pemilik dan penggarap yang tidak mempunyai akses
dengan pemimpin formal pedesaan sedikitnya berkembang tiga macam strategi
survival, yaitu:
1. Melakukan perlawanan dengan cara menentang (baik secara terbuka maupun
tersembunyi) pelbagai bentuk program pembangunan pertanian yang diintroduksi
pemerintah. Tidak sedikit di antara mereka yang kemudian dikucilkan atau
memperoleh predikat sebagai kelompok radikal yang harus diawasi,bahkan kemudian
ditekan dengan berbagai macam cara.
2. Mengikuti saja arus pembangunan pertanian, meskipun dilakukan hanya
dengan setengah hati. Mereka sangat sadar bahwa mengikuti kemauan pemerintah dan
tetap bertahan berkecimpung pada sektor pertanian akan terus menerus merugi. Tetapi
mereka tidak memiliki alternatif lain, karena itu kerugian yang diderita dipahami
sebagai pengorbanan yang harus dibayar demi pembangunan.
3. Mengadu nasib ke daerah lain, terutama mengisi sektor informal di perkotaan
sebagai pedagang kaki lima atau buruh bangunan. Mereka memilih sebagai commuter
(setiap hari pulang-balik) atau boro (beberapa bulan meninggalkan desa dan pulang
setelah mempunyai tabungan). Beban sosial ekonomi yang mereka hadapi di
perkotaan ketika berkecimpung dalam sektor in-formal sesunggguhnya tidak ringan
karena menghadapi pungutan preman dan penggusuran. Tetapi bagi mereka pilihan itu
masih dianggap lebih baik dibandingkan tetap bertahan di sektor pertanian.
(6)
BAB II Faktor penyebab Ketimpangan Sosial akibat globalisasi
Rezim penguasa di negeri ini telah berganti beberapa kali, namun satu hal yang tetap
lestari adalah harga produksi pertanian (terutama pangan) terus ditekan. Bukankan itu
berarti bahwa semakin menciptakan ketergantungan petani? Boleh jadi begitu, tetapi
sesungguhnya ada keuntungan politik apabila pangan dapat dicukupi dan dengan
harga yang murah (terjangkau). Pertama, kepercayaan rakyat kepada pemerintah
menguat. Bagi masyarakat kita yang sebagian besar tergolong miskin, kecukupan dan
keterjangkauan pangan dianggap sebagai indikasi bahwa pemerintah mampu
mencukupi kebutuhan dasar mereka. Kepercayaan semacam itu akan membuat situasi
politik lebih stabil, dan akan mengurangi tekanan keinginan mengganti
pemerintah.kedua, harga pangan adalah komponen penting bagi penentuan upah.
Apabila harga pangan mahal, maka mudah diperkirakan upaya akan tinggi , dan itu
berarti perkembangan industri dan usaha jasa kurang kompetitif. Itulah sebabnya tidak
berlebihan jika dinyatakan bahwa kecukupan dan keterjangkauan pangan
sesungguhnya lebih banyak dinikmati oleh kelas menengah atas (terutama perkotaan)
serta kalangan pemilik modal atau pengusaha berskala nasional maupun internasional.
Karena harga pangan murah, maka para pengusaha dapat menekan ongkos produksi,
sehingga mereka dapat menikmati keuntungan lebih besar. b. Ketimpangan sosial
di bidang politik
Dengan adanya dominasi ekonomi negara dunia ke satu terhadap negara lainnya,
menyebabkan dominasi di bidang politik. c. Ketimpangan di bidang
pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan bermasyarakat,
karena lewat pendidikan suatu perubahan bisa di mulai. Kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi membawa
dampak tersendiri bagi dunia pendidikan karena pendidikan sebagai bagian dari
kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh globalisasi.
Arus globalisasi menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam bidang pendidikan
karena ketidakmampuan seseorang dalam dunia pendidikan akan mengakibatkannya
tersisih dalam hal pendidikan.
Randall Collins dalam The Credential Society: An Historical Sociology of Education
and Stratification, mengemukakan bahwa justru pendidikan formal merupakan awal
dari proses stratifikasi sosial itu sendiri.
Ada tiga macam masalah mendasar berupa kesenjangan dalam system pendidikan
nasional di Indonesia, yaitu kesenjangan dalam politik pendidikan, kesenjangan antara
wacana dan praksis pendidikan, dan kesenjangan diantara pilar-pilar demokrasi.
(8) BAB II Faktor penyebab Ketimpangan Sosial akibat
globalisasi
Akhirnya kesenjangan juga sering terjadi seiring proses globalisasi. Dalam dunia
pendidikan, tarik ulur antara keunggulan dan keterjangkauan selalu menjadi isu
menarik untuk dikaji. Ketika ada banyak gedung sekolah ambruk dan siswanya masih
berkutat dengan kemiskinan yang bersifat structural, segelintir anak justru menikmati
proses belajar dengan sarana-prasarana kelas dunia.
Terobosan
Untuk mereformasi pendidikan perlu dilakukan beberapa terobosan, perlu ada
kesepakatan dan komitmen bersama dari para pemimpin bangsa dan partai politik
untuk menghentikan tendensi instrumentalisasi.
Birokrasi pendidikan di tingkat nasional perlu focus pada kebijakan strategis
dan visioner serta tidak terjebak untuk melakukan tindakan instrumental dan teknis
seperti ujian nasional, pengadaan program sertifikasi guru, ujian sertifikasi guru serta
manipulative seperti dalam proses penerimaan pegawai negeri sipil.
Sebelum anggaran 20% bisa direalisasikan mekanisme monitoring dan
evaluasi perlu dibuat dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Negosiasi
pusatdaerah dalam era desentralisasi pendidikan seyogyanya tidak berpusat pada siapa
yang lebih berkuasa, melainkan pembagian peran antar pusat dan daerah. Dengan
kebijakan otonomi daerah setiap kabupaten perlu difasilitasi untuk mengembangkan
pendidikan berbasis masyarakat, tetapi tetap mengacu pada standar mutu yang
ditetapkan secara nasional.
Pendidikan berbasis masyarakat ini diharapkan bisa menjadi lahan persemaian
bagi anak-anak dari berbagai latar belakang untuk mengenali berbagai persoalan dan
sumber daya dalam masyarakat serta terus mencari upaya untuk mengubah
masyarakat menjadi lebih baik.
(10)
BAB II Faktor penyebab Ketimpangan Sosial akibat globalisasi
Dunia yang mereka alami dan kehidupan mereka cenderung tidak aman dan tidak
stabil. Pekerjaan dan kesejahteraan tidak pernah dijamin; setiap hari mereka berjuang
untuk bertahan hidup. Jantung kehidupan mereka merupakan kurangnya kebutuhan
dasar apapun untuk hidup. Ada sedikit uang, sedikit pekerjaan, kelangkaan pangan,
perumahan minimal dan setiap hari mereka hidup dengan kondisi ini. Pekerjaan
utama mereka adalah berjuang untuk bertahan hidup di dunia yang sangat tidak stabil.
Mereka menjadi hidup dalam kondisi tidak aman.
Dunia ini berhubungan erat dengan bahaya ada bahaya serta ancaan kekerasan.
Kebrutalan dibangun ke dalam struktur kehidupan sehari-hari. Perang sering menjadi
dasar, kekerasan domestic seperti pemotonngan kelamin, anak mungkin menjadi
pembunuh. Homoseksual akan ditembak. Disini, kehidupan menjadi brutal.
(11)
BAB II Dampak yang ditimbulkan oleh ketimpangan sosial akibat globalisasi
Jika mereka dilihat, mereka seringkali diatasi melalui lensa amal dan perlindungan,
dan sering terkunci dalam bahasa yang buruk. Mereka menjadi “orang miskin yang
jelek”, orang yang “pantas miskin”, “imigran yang kotor”, berada “di kelas bawah”,
“menyimpang”. Tampak atau tidak tampak, kehidupan mereka diletakkan di bawah :
mereka direndahkan dan hidup mereka tidak manusiawi.
Beberapa yang lain menyetujui dan mengasingkan diri dari kesedihan mereka, mereka
kembali berjuang dan memberontak. Mereka mencari cara untuk menghadapi
penderitaan mereka secara aktif. Mereka melawan kehidupan mereka.
Selain itu, dampak sosial kehidupan juga dapat ditinjau dari konsekuensi subjektif dan
objektif dari ketidaksetaraan manusia.
A. Upaya Umum
3.1. Kesimpulan
Masalah ketimpangan sosial sangat sulit dipecahkan. Bukan hanya di Indonesia, tetapi
negara-negara berkembang pun menghadapi masalah serupa. Masalah ini ada yang
berdampak positif dan negatif. Dampak positif ketimpangan sosial adalah mendorong
adanya persaingan antar individu, sedangkan dampak negatifnya adalah dapat
membuat kemiskinan serta kriminalitas.
3.2. Saran
Selain itu, diperlukan kesadaran masyarakat unuk berubah dan dukungan atau bantuan
pemerintah kepada masyarakat yang kurang mampu melalui pendidikan dan progam
padat karya. Dengan adanya program padat karya, pemerintah bisa memberikan
pelatihan dan pengajaran serta pekerjaan untuk masyarakat yang kurang mampu, ini
merupakan salah satu cara yang dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia
dan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat (SDM) dalam pengetahuan,
wawasan, skill, dan moralitas
(15)
BAB III saran dan kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
• http://catatankuliahfethamrin.blogspot.co.id/2013/01/makalah-tentang-
kemiskinandan.html
• https://materiips.com/faktor-ketimpangan-sosial
• Mulyadi, Yad dkk. 2014. Sosiologi SMA Kelas XII. Yudhistira. Jakarta.
Santoso, Agus.2015. Perubahan Sosial, Globalisasi dan Pemberdayaan Komunitas
Lokal, Ketimpangan Sosial Akibat Perubahan Sosial dan Globalisasi,
Badruddin, Syamsiah. 2009. Kemiskinan Dan Kesenjangan Sosial Di Indonesia Pra
Dan Pasca Runtuhnya Orde Baru.
https://profsyamsiah.wordpress.com/category/tulisan-jurnal/. Diakses 26 Mei 2016
• Horton, Paul.B dan Chester L. Hunt. 2010. Sosiologi Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta :
PT Gelora Aksara Pratam.
Irwan. ..... Dinamika dan perubahan sosial pada komunitas lokal. Sumbar: Deepublish
kerjasama dengan STKIP PGRI Press.
• Mubyarto. 1994. Keswadayaan masyarakat desa tertinggal. Yogyakarta: Adidya
Media.
Nasution, Adnan Buyung, dkk. 2007. Membongkar Budaya Visi Indonesia 2030 dan
Tantangan Menuju Raksasa Dunia.
• Panzuri, amin dkk. 2013. Strategi penguatan dan pemberdayaan UMKM. Yogyakarta:
LOS DIY.
• Plummer, Ken. 2011. Sosiologi the Basics. Jakarta :Rajawali Pers.
• Usman, Suntoyo. 2004. Jalan Terjal perubahan sosial. Yogyakarta: CIReD.
• https://sosiologi-sman-1-cibeber-cikotok.blogspot.co.id/2015/10/materi-kelas-xii-
bab3-ketimpangan.html
• Horton, Paul.B dan Chester L. Hunt. 2010. Sosiologi Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta :
PT Gelora Aksara Pratama
• Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2013. Sosiologi : untuk SMA dan MA Kelas X
Kurikulum 2013. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.
• Mulyadi, Yad dkk. 2014. Sosiologi SMA Kelas XII. Jakarta : Yudhistira.
(16)
daftar pustaka