Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PENULISAN EJAAN DAN TANDA BACA“

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Ajeng Fajarwati Sumarna, S.I.Kom,M.A

Disusun oleh:

Kelompok 4

Sesi Nuriya Khasanah 1860304222168

Rian Ajis Pngestu 1860304222137

Kamal Syah Al Mufid 1860304222164

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

MARET 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.


Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia dari-Nya sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Penulisa Ejaan dan Tanda Baca ” ini
dengan tepat waktu.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Beberapa pihak telah membantu dan mendukung dalam Menyusun makalah ini. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Rasa terima kasih disampaikan pada pihak-pihak berikut
ini.

1. Ibu Ajeng Fajarwati Sumarna, S.I.Kom, M.A selaku Dosen Pengampu yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun makalah ini hingga selesai.
2. Serta teman-teman Kelompok 4 yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk menjelaskan mengenai Penulisan Ejaan dan Tanda Baca,
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dengan baik bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari sejawat atau
para pembaca mengenai isi makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tulungagung, 27 Maret 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

A. Sejarah Ejaan Yang Disempurnakan................................................................2


B. Ejaan Yang Disempurnakan.............................................................................2
a. Pemakaian Huruf........................................................................................2
b. Pemenggalan kata.......................................................................................3
c. Penggunaan Huruf Kapital dan Miring......................................................3
d. Penulisan Kata............................................................................................4
e. Penulisan Unsur Serapan............................................................................6
f. Penulisan Tanda Baca.................................................................................7

BAB III PENUTUP .....................................................................................................8

A. Kesimpulan.......................................................................................................9
B. Saran.................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Ejaan Yang Disempurnakan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca. Di Indonesia, ejaan yang digunakan dalam bahasa Indonesia diubah, dikembangkan,
dan disempurnakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Usaha tersebut menghasilkan Peraturan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Perubahan, pengembangan, dan penyempurnaan ejaan dalam bahasa Indonesia telah terjadi selama
114 tahun, dimuali dari tahun 1901 sampai dengan tahun 2015 saat lalu. Selama perubahan itu,
berbagai julukan disematkan pada pedoman ejaan bahasa Indonesia untuk memberikan gambaran
berdasarkan tahun perubahannya.
Berikut perubahan pedoman ejaan yang dipakai di Indonesia dari masa ke masa, yaitu:
1. Pada 1901 Ejaan bahasa Melayu dibuat dengan huruf latin berdasarkan rancangan Ch. A. van
Ophuijsen
2. Pada 1938 Ejaan Indonesia diinternasionalkan berdasarkan keputusan dalam Konggres
Bahasa Indonesia pertama
3. Pada 1947 Ejaan Republik sesuai SK Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan
tanggal 19 Maret nomor 264/Bhg.A
4. Pada 1956 patokan baru peraturan ejaan praktis sesuai SK Menteri Pengajaran, Pendidikan,
dan Kebudayaan tanggal 19 Juli 1956 nomor 4487/S Konsep Ejaan yang disempurnakan
sesuai SK Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan tanggal 19 September 1967
nomor 062/1967
5. Pada 1972 pengesahan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dengan SK Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972 nomor 03/A.I/72 lalu didukung oleh Kepres No. 57
tahun 1972 Dilanjutkan dengan pengesahan Pedoman umum Ejaan yang Disempurnakan
dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Oktober 1972 nomor 156/P/1972
6. Pada 1988 Pedoman Umum EYD edisi kedua sesuai Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia nomor 0543a/U/1987 tanggal 9 September 1987
7. Pada 2009 Pedoman Umum EYD edisi ketiga sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 46 tahun 2009
8. Pada 2015 Pedoman Umum EYD diganti dengan PUEBI sesuai dengan Permendikbud No. 50
tahun 2015.
Adapun tujuh nama ejaan bahasa Indonesia yang pernah berlaku yaitu Ejaan van Ophuijsen,
Ejaan Republik, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, Ejaan Baru, EYD, dan PUEBI.

2. Ejaan Yang Disempurnakan


Dalam KBBI ejaan yaitu kaidah dalam menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan lain
sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. 1
Ejaan sering disebut juga dengan istilah ortografi. Ejaan yang Disempurnakan adalah aturan atau
kaidah yan berlaku dalam hal tulis menulis. Dalam ejaan ini terdapat lima hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:

A. Pemakaian Huruf
1
Winci Firdaus, dkk. Bahasa Indonesia, (Banda Aceh: CV Hasanah Banda Aceh, 2009),
hal.39
2
Pemakaian atau penggunaan huruf dalam alfabet latin adalah 26 buah, sedangkan jumlah
fonem dalam bahasa Indonesia adalah 28 buah. Alfabet mempunyai dua jenis huruf yaitu huruf
konsonan dan huruf vokal. Adapun huruf vocal adalah (a, i, u, e, o), sedangkan huruf konsonan
adalah huruf yang selain huruf vokal. Kemudian ada juga yang di sebut dengan huruf diftong,
dimana dalam Bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan (ai, au, dan oi).
Contohnya : aula, saudara, dan pandai. Yang terakhir ada gabungan huruf konsonan, dimana
dalam Bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu (kh,
ng, ny, dan sy) masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan. Contohnya : khusus, hanyut,
dan senang.

B. Pemenggalan Kata
1) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada vocal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua
huruf vokal itu. Misalnya : ma-in, bu-ah, sa-at.
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah dipisahkan sehingga pemenggalan kata tidak
dilakukan di antara kedua huruf itu. Misalnya :
Au-la bukan a-u-la
Sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
Am-boi bukan am-bo-i
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua
buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya :
Ba-pak, ba-rang, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir.
c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, penggelan dilakukan di antara
kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah dipisahkan. Misalnya :
Man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di
antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya :
In-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ikh-las.
2) Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada
pergantian baris. Misalnya : makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah.
3) Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat dilakukan (1) di
antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan
1d di atas. Misalnya : bio-grafi, bi-o-gra-fi, foto-grafi, fo-to-gra-fi, kilo-gram, ki-lo-gram.

C. Penggunaan Huruf Kapital dan Huruf Miring

1. Huruf Kapital
Huruf kapital merupakan huruf yang ditulis dengan menggunakan huruf besar. Huruf kapital
mempunyai aturan tersendiri dalam hal tulis menulis, karena tidak semua tulisan dapat ditulis
menggunakan huruf kapital.
Huruf kapital memiliki beberapa fungsi, diantaranya yaitu:
a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung
c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang

3
e) . Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan
j) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi
k) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti
di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal
l) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan
m) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan
n) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda2

2. Huruf Miring
Huruf yang tercetak miring dalam terminologi tipografi disebut italic. Huruf italic ini biasanya
digunakan untuk memberikan penekanan pada sebuah kata. Sedangkan penggunaan huruf miring
adalah sebagai berikut:
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya : Saya sudah membaca buku Salah Asuhan
karangan Abdoel Moeis.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya : Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya : Nama ilmiah buah manggis
ialah Garcinia mangostana.

D. Penulisan Kata
Kata atau morfem adalah gabungan atau kumpulan dari beberapa huruf, baik itu huruf
konsonan maupun horof vokal. Kata merupakan bentuk huruf-huruf bebas yang biasa disatukan
dengan huruf yang lainnya. Kata juga merupakan bentuk bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri.
Sebuah kata dapat terbentuk dari satu kata atau lebih. Misalnya: dan, di, ke, yang, dengan, maka,
lalu, berjalan, menulis, berlari-lari, menyebarluas, disebarluaskan, mempertanggungjawabkan, dan
lain sebagainya.3

1. Kata Dasar
Kata dasar merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna, kata tersebut
belum mengalami penambahan atau perubahan bentuk yang mengakibatkan perubahan
makna. Dengan pengertian lain bahawa kata dasar ialah kata yang belum di beri imbuhan
dan kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar. Kata dasar ditulis
sebagai satu kesatuan. Misalnya : Saya pergi ke sekolah, buku itu sangat tebal

2
Buku eyd dek awmu
3
Ibid

4
2. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang sudah mendapatkan imbuhan atau tambahan
afiks sehingga membentuk kata baru. Proses penambahan afiks ini disebut dengan afiksasi.
Tambahan afiks dalam kata dasar bisa di bagian depan (prefiks), akhir (sufiks), tengah
(infiks), maupun campuran (konfiks). Misalnya : berjalan, menjadi, seniman.

3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-). Misalnya : anak-
anak, kuda-kuda, kura-kura, masing-masing.

4. Gabungan Kata
a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah. Misalnya: duta besar, model linea, kambing hitam, persegi panjang., orang tua,
rumah sakit jiwa
b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan
tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya :
anak-istri pejabat anak istri-pejabat
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru
c. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan
atau akhiran. Misalnya: bertepuk tangan, menganak sungai, garis bawahi, sebar luaskan.
d. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Misalnya:
dilipatgandakan, menggarisbawahi, menyebarluaskan
e. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, hulubalang,
radioaktif, adakalanya, kacamata, saptamarga.

5. Kata Depan
Kata depan (Preposisi) merupakan kata secara sintaksis (tata atau susunan kalimat) terletak
tepat didepan kata benda, sifat, atau keterangan. Sedangkan secara makna, dapat menandakan
segala hubungan makna antar konstituen yang terletak tepat di depan ataupun di belakangnya. Kata
depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya ; Di mana dia
sekarang?, Mari kita berangkat ke kantor, Ia berasal dari Pulau Penyengat.

6. Singkatan dan Akronim


a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada
setiap unsur singkatan itu. Misalnya: A.H. Nasution (Abdul Haris Nasution), H. Hamid (Haji
Hamid), Suman Hs. (Suman Hasibuan).
b. a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya: NKRI ( Negara Kesatuan Republik
Indonesia)
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik. Misalnya: PT (perseroan terbatas)
c. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik. Misalnya: hlm.
(Halaman), dll. (dan lain-lain), dsb. (dan sebagainya).
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik. Misalnya: Cu (kuprum), cm (sentimeter), kVA (kilovolt-ampere).

5
e. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa
tanda titik. Misalnya: BIG (Badan Informasi Geospasial), BIN (Badan Intelijen Negara), LIPI
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesi).
f. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya: Bulog (Badan Urusan Logistik),
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Kowani (Kongres Wanita
Indonesia).
g. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-
masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya: a.n. (atas nama), d.a. (dengan alamat), u.b. (untuk
beliau).
h. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau gabungan
suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi),
pemilu (pemilihan umum), puskesmas (pusat kesehatan masyarakat).

7. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya


Kata ganti adalah kata yang digunakan sebagai pengganti subyek atau obyek yang berupa
orang dan benda. Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
Rumah itu telah kujual. Majalah ini boleh kau baca. Rumahnya sedang diperbaiki.

8. Kata Sandang si dan sang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Surat itu
dikembalikan kepada si pengirim. Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli. Ibu itu
menghadiahi sang suami kemeja batik.

E. Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari
bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa
Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur
serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing
yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti force majeur, de facto, de
jure, dan l’exploitation de l’homme par l’homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur
asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal
ini, penyerapan diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.4
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.

aa (Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf oktaf

a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o)


mażhab (‫)مذهب‬ mazhab
qadr (‫)قدر‬ kadar
ṣaḥābat (‫)صحابة‬ sahabat

c di depan a, u, o, dan konsonan menjadi k


4
Buku eyd

6
calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik

c di depan e, i, oe, dan y menjadi s


central sentral
cent sen
circulation sirkulasi

kha (‫ خ‬Arab) menjadi kh


khuṣūṣ (‫) خصوص‬ khusus
makhlūq (‫) مخلوق‬ makhluk
tārīkh (‫) تاريخ‬ tarikh

i (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi i


ʼi‘tiqād (‫) إعتقاد‬ iktikad
Muslim (‫) مسلم‬ muslim
naṣīḥah (‫) نصيحة‬ nasihat

cc di depan o, u, dan konsonan menjadi k


accommodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi

F. Penulisan Tanda Baca


Tanda baca adalah tanda-tanda yang harus digunakan dalam sebuah tulisan atau hasil
karya ilmiah. Tanda baca yang sering kita jumpai dalam tulisan adalah tanda titik, tanda
koma, tanda tanya, tanda titik dua, dan tanda-tanda baca lainnya. Dengan adanya tanda baca,
lebih memudahkan orang yang membaca tulisan tersebut untuk mengatur jeda ketika sedang
membaca.5
1) Tanda Titik (.)
a. Tanda tiitk digunakan pada kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya:
Temanku tinggal di Bandung.
b. Tanda tititk digunakan pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Pada singkatan terdiri atas dua huruf atau lebih hanya digunakan satu tanda titik.
Contohnya: a.n. (atas nama), d.a. (dengan alamat)
c. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan nama orang. Contoh: Muh. Yamin, W.R.
Soepratman
d. Tanda titik digunakan pada akhir singkatan gelar atau jabatan, pangkat, dan sapaan,
Contohnya: S. Sos. , S. Ag. , Dr
e. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan perputaran waktu. Misalnya: 1. 25.30 jam (1 jam, 25 menit, 30 detik)
2) Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma digunakan antara unsur-unsur dalam suatu pembicaraan atau
pembilangan. Misalnya: Adik saya menyukai kucing, anjing, dan kelinci.
b. Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat tersebut
mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

5
Asma Yanti, dkk. “Analisis Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Dalam Tulisan
Artikel Di Media Sosial”
7
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: saya tidak akan datang
kalau hari hujan.
c. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan. Misalnya:
Kemarin saya kerumah kamu, tetapi rumah kamu kosong.
d. Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya,oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, akan tetapi. Misalnya: oleh karena itu, kita harus hati-hati.
e. Tanda koma digunkan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat. Misalnya: kata ibu, “Saya gembira sekali”
f. Tanda koma digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan,dan
yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: o, begitu ya.
g. Tanda koma digunakan untuk menceraikan nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka. Misalnya: Chaer, Abdul. 1994. Linguistik umum. Jakarta: Rineka
Cipta.
h. Tanda koma digunakan diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya,
untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga, marga. Misalnya: T. Meldi
Kesumah, M.E.
i. Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. Misalnya: Guru saya, pak Idom Jumaeni, pandai sekali.
j. Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru, dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu. Misalnya: “Dimana
saudara tinggal?” tanya Sinta.

3) Tanda Titik Koma

a. Tanda titik koma dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara. Misalnya: malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya: ayah mengurus
tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; Adi menghapal nama-nama
pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “pilihan pendengar”.

4) Tanda Titik Dua


a. Tanda titik dua digunakan padaa akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian. Misalnya: yang kita perlukan sekarang ialah barang-barang
berikut: kursi, meja, dan lemari.
b. Tanda titik dua digunakan sesudah kata-kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian. Misalnya: Ketua: Tia Darmawati
c. Tanda titik dua digunakan dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan. Misalnya:
Ibu:”Bawa keper ini, Mir!”
Amir : “Baik bu “ (mengangkt koper dan masuk).
Ibu:”Jangan lupa letakkan baik-baik!”.

8
d. Tanda titik dua tidak digunakan jika rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: kita memerlukan bangku, meja,
dan lemari.6

KESIMPULAN

6
Asma Yanti, dkk. “Analisis Penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Dalam Tulisan
Artikel Di Media Sosial”
9
DAFTAR PUSTAKA
Azwardi. 2008. Menulis ilmiah: Materi Kuliah Bahasa Indonesia Umum untuk Mahasiswa. Banda
Aceh: Unsyiah.

Badudu, J.S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar IV. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Depdiknas. 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Bandung: Yrana Widya

Dita Pertiwi. 2018. “Perubahan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) Menjadi PUEBI (Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia). https://medium.com/@TERRAI TB/perubahan-eyd-ejaan-
yangdisempurnakan- menjadi-puebipedoman-umum-ejaan-bahasaindonesia-a51c121f3329
(diakses pada tanggal 15 Juni 2022) Echo Pramono. 2020. “Ingat! Sekarang PUEBI bukan lagi
EYD”.

Gantametrika dkk. (2016). Kesalahan Berbahasa Penggunaan EYD. Solo:Genta Smart Publisher.

10
11

Anda mungkin juga menyukai