Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MANAJEMEN BERBASISI SEKOLAH


( PRINSIP DAN KARAKTERSTIK MBS)

Oleh :
Nama Indrawati Hasan
Uchi Larsika Honuwu
NIM G8220045
Dosen Riyanti Ismail.,S.Pd,M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNINIVERSITAS POHUWATO
2022-2023

1
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulilah adalah kalimat pertama yang pantas saya ucapkan. Nikmat yang diberikan-
Nya, tak pernah berhenti dan terus mengalir layaknya sumber mata air. Termasuk kita bisa
berkumpul di tempat ini merupakan bentuk salah satu nikmat yang nyata. “Bersyukurlah
maka akan aku tambahkan, dan apabila kalian kufur maka adzabku sangat pedih.” Itulah
kalimat-Nya. Tuhan pemilik Arsy, siapa lagi kalua bukan Allah SWT. Bagi saya kalimat itu
menjadi mizan demi meningkatkan ketakwan.

Dan tak lupa pula sholawat beriring salam tercurah limpahkan kepada sang proklamator
Islam, yang membawa panji kedamaian, yang syafaatnya sangat dinantikan di hari kemudian,
tak lain dan tak bukan ialah Nabi Muhammad Saw. Berkatnyalah kita bisa merasakan bahwa
lampu itu terang.

Selanjutnya saya sampaikan terimakasih yang tiada terhingga kepada para guru, dosen
dan teman-teman. Tanpa kalian sadari sudah banyak ilmu yang saya dapatkan dari kalian.
Saya pernah mendengar pepatah seperti ini,:

“Sedia payung sebelum hujan.”

Nah, pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan menyiapkan payung untuk
selanjutnya saya gunakan. Tanpa tahu kapan hujan itu akan turun. Menurut saya, bersiap-siap
itu merupakan salah satu bentuk pendidikan. Yang mana keduanya terdapat suatu aktifitas-
sesuatu- yang sebelumnya diam menjadi bergerak, dan saya mengartikannya sebuah proses.

Untuk itu, pada intinya saya akan mengatakan terimakasih dan selanjutnya mohon maaf
apabila dalam penulisan banyak kekeliruan dan kekurangan. Saran, masukan serta keritikan
saya harapkan.

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah do’a disampaikan. Semoga penulisan ini bisa
menjadi sebuah hal yang bermanfaat bagi saya khususnya, dan umumnya kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pohuwato,19 Sep.2022

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR .........................................................................................................2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................4
C. Tujuan Masalah ...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) .................................................5
B. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ………………………………....8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................9
B. Daftar Pustaka ............................................................................................................10

3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat kedua dari proses pendidikan seseorang. Dalam
menjalankan proses pendidikan, tentunya sekolah memerlukan pengelolahan yang baik. Di
mana diperlukannya, suatu system penataan yang baik juga. Dari pengelolahan yang baik
serta penataan yang baik juga akan melahirkan suatu lulusan yang siap guna.
Munculnya Undang Undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, serta
UU. No. 25 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang membawa konsekuensi
terhadap bidang-bidang kewenangan daerah sehingga lebih otonom tidak terkecuali dalam
bidang pendidikan. Otonomi daerah sebagai kebijakan politik makro akan memberi imbas
terhadap otonomi sekolah sebagai sub sistem pendidikan. Dengan adanya kebijakan
tersebut maka pengelolaan pendidikan dilakukan secara otonom yaitu dengan model
manajemen berbasis sekolah atau school based management.
Manajemen berbasis sekolah sendiri merupakan suatu konsep yang menawarkan
otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan
mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan
masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat dan
pemerintah.
Penerapan Manajemen berbasis sekolah (MBS) diyakini sebagai suatu model
implementasi kebijakan desentralisi pendidikan. Mulyasa (2007:46) mengatakan bahwa:
”Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau Scholl Basic Management merupakan strategi
untuk mewujudkan sekolah yang efektif dan produktif”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil beberapa masalah:

1. Apa saja Prinsip-Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?


2. Bagaimana Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
C. Tujuan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan bertujuan untuk :

1. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).


2. Untuk Mengetahui Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

4
3.

5
BAB II
Pembahasan
A. Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 48 Ayat (1) menyatakan bahwa, “Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik”. Sejalan dengan amanat
tersebut, Peratuan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas PP Nomor
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 49 Ayat (1) menyatakan:
“Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”.
Berdasarkan kedua isi kebijakan tersebut, prinsip MBS meliputi: (1) kemandirian, (2)
keadilan, (3) keterbukaan, (4) kemitraan, (5) partisipatif, (6) efisiensi, dan (7)
akuntabilitas. Ketujuh prinsip tersebut disingkat dengan K4 PEA.
1. Kemandirian
Kemandirian berarti kewenangan sekolah untuk mengelola sumberdaya dan
mengatur kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
seluruh warga sekolah sesuai peraturan perundangan. Kemandirian sekolah
hendaknya didukung oleh kemampuan sekolah dalam mengambil keputusan terbaik,
demokratis, mobilisasi sumberdaya, berkomunikasi yang efektif, memecahkan
masalah, antisipatif dan adaptif terhadap inovasi pendidikan, bersinergi, kolaborasi,
dan memenuhi kebutuhan sekolah sendiri.
2. Keadilan
Keadilan berarti sekolah tidak memihak terhadap salah satu sumber daya manusia
yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya sekolah, dan dalam pembagian sumber
daya untuk kepentingan peningkatan mutu sekolah. Sumber daya manusia yang
terlibat, baik warga sekolah maupun pemangku kepentingan lainnya diberikan
kesempatan yang sama untuk ikut serta memberikan dukungan guna peningkatan
mutu sekolah sesuai dengan kapasitas mereka. Pembagian sumber daya untuk
pengelolaan semua substansi manajemen sekolah dilakukan secara bijaksana untuk
mempercepat dan keberlanjutan upaya peningkatan mutu sekolah. Dengan
diperlakukan secara adil, maka semua pemangku kepentingan akan memberikan
dukungan terhadap sekolah seoptimal mungkin.
3. Keterbukaan

6
Manajemen dalam konteks MBS dilakukan secara terbuka atau transparan,
sehingga seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan dapat mengetahui
mekanisme pengelolaan sumber daya sekolah. Selanjutnya sekolah memperoleh
kepercayaan dan dukungan dari pemangku kepentingan. Keterbukaan dapat dilakukan
melalui penyebarluasan informasi di sekolah dan pemberian informasi kepada
masyarakat tentang pengelolaan sumber daya sekolah, untuk memperoleh
kepercayaan publik terhadap sekolah. Tumbuhnya kepercayaan publik merupakan
langkah awal dalam meningkatkan peran serta masyarakat terhadap sekolah.
4. Kemitraan
Kemitraan yaitu jalinan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, baik
individu, kelompok/organisasi, maupun Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Dalam prinsip kemitraan antara sekolah dengan masyarakat dalam posisi sejajar, yang
melaksanakan kerjasama saling menguntungkan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah. Keuntungan yang diterima sekolah antara lain meningkatnya
kemampuan dan ketrampilan peseta didik, meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana sekolah, diperolehnya sumbangan ide untuk pengembangan sekolah,
diperolehnya sumbangan dana untuk peningkatan mutu sekolah, dan terbantunya
tugas kepala sekolah dan guru. Keuntungan bagi masyarakat biasanya dirasakan
secara tidak langsung, misalnya tersedianya tenaga kerja terdidik, terbinanya anggota
masyarakat yang berakhlakul karimah, dan terciptanya tertib sosial. Sekolah bisa
menjalin kemitraan, antara lain dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat,
dunia usaha, dunia industri, lembaga pemerintah, organisasi profesi, organisasi
pemuda, dan organisasi wanita.
5. Partisipatif
Partisipatif dimaksudkan sebagai keikutsertaan semua pemangku kepentingan
yang terkait dengan sekolah dalam mengelola sekolah dan pembuatan keputusan.
Keikutsertaan mereka dapat dilakukan melalui prosedur formal yaitu komite sekolah,
atau keterlibatan pada kegiatan sekolah secara insidental, seperti peringatan hari besar
nasional, mendukung keberhasilan lomba antar sekolah, atau pengembangan
pembelajaran. Bentuk partisipasi dapat berupa sumbangan tenaga, dana, dan sarana
prasarana, serta bantuan teknis antara lain gagasan tentang pengembangan sekolah.
6. Efisiensi
Efisiensi dapat diartikan sebagai penggunaan sumberdaya (dana, sarana prasarana
dan tenaga) sesedikit mungkin dengan harapan memperoleh hasil seoptimal mungkin.

7
Efisiensi juga berarti hemat terhadap pemakaian sumberdaya namun tetap dapat
mencapai sasaran peningkatan mutu sekolah.
7. Akuntabilitas
Akuntabilitas menekankan pada pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan di sekolah utamanya pencapaian sasaran peningkatan mutu sekolah.
Sekolah dalam mengelola sumberdaya berdasar pada peraturan perundangan dan
dapat mempertangungjawabkan kepada pemerintah, seluruh warga sekolah dan
pemangku kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban meliputi implementasi proses
dan komponen manajemen sekolah.
Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara tertulis dan tidak tertulis disertai
bukti-bukti administratif yang sah dan/atau bukti fisik (seperti bangunan gedung,
bangku, dan alat-alat laboratorium).
Sejalan dengan adanya pemberian otonomi yang lebih besar terhadap sekolah
untuk mengambil keputusan, maka implementasi ketujuh prinsip MBS di sekolah
pada dasarnya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. Sekolah boleh
menambah prinsip implementasi MBS yang sesuai dengan karakteristik sekolah, guna
mempercepat upaya peningkatan mutu sekolah baik secara akademis maupun non
akademis.

8
B. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Mengacu pada penjelasan yang dikemukakan Nurkholis (2003:56). Dalam uraiannya
disebutkan bahwa ada 8 karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang
diuraikan kembali berikut ini.
1. Sekolah dengan Manajamen Berbasis Sekolah memiliki misi atau cita-cita
menjalankan sekolah untuk mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan
dan nilai-nilai sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan
dan memberi arah kerja. Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap fungsi
dan efektivitas sekolah, karena dengan misi ini warga sekola h dapat
mengembangkan budaya organisasi sekolah yang tepat, membangun komitmen
yang tinggi terhadap sekolah, dan mempunyai insiatif untuk memberikan tingkat
layanan pendidikan yang lebih baik.
2. Kedua, aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan
situasi sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, karena secara tidak langsung memperkenalkan perubahan
manajemen sekolah dari manajemen kontrol eksternal menjadi model berbasis
sekolah.
3. Ketiga, terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat
manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan,
penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen. Karena itu
dalam konteks pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, perubahan strategi
manajemen lebih memandang pada aspek pengembangan yang tepat dan relevan
dengan kebutuhan sekolah.
4. Keempat, keleluasaan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang
efektif untuk mencapai tujuan pendidi kan, guna memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan lain-lain.
5. Kelima, Manajemen Berbasis Sekolah menuntut peran aktif sekolah,
adiministrator sekolah, guru, orang tua, dan pihak-pihak yang terkait dengan pendi
dikan di sekolah. Dengan MBS sekolah dapat mengembangkan siswa dan guru
sesu ai dengan karakteristik sekolah Dalam konteks ini, sekolah berperan
mengembangkan insiatif, memecahkan masalah, dan mengeksplorasi semua
kemungkinan untuk menfasilitasi efektivitas pembelajaran. Demikian pula unsur-
unsur lain seperti guru, orang tua, komite sekolah, administrator sekolah, di nas
pendidikan, dan sebagainya sesuai dengan perannya masing-masing.
9
6. Keenam, manajemen berbasis sekolah menekankan hubungan antar manusia yang
cenderung terbuka, bekerjasama, semangat tim, dan komitmen saling
menguntungkan. Sehingga iklim orgnanisasi cenderung mengarah ke tipe
komitmen dan efektivitas sekolah dapat tercapai.
7. Ketujuh, peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di
dalamnya kualitas yang dimiliki administrator.
8. Kedelapan, dalam manajemen berbasis sekolah, efektivitas sekolah dinilai
menurut indikator multitingkat dan multisegi. Penilaian tentang efektivitas
sekolah harus menca kup proses pembelajaran dan metode untuk membantu
kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah harus
memperhatikan multitingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, dan individu,
serta indikator multisegi yaitu input, proses dan output sekolah serta
perkembangan akademik siswa.

10
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
1. Prinsip MBS meliputi: (1) kemandirian, (2) keadilan, (3) keterbukaan, (4) kemitraan,
(5) partisipatif, (6) efisiensi, dan (7) akuntabilitas. Ketujuh prinsip tersebut disingkat
dengan K4 PEA.
2. Mengacu pada penjelasan yang dikemukakan Nurkholis (2003:56). Dalam uraiannya
disebutkan bahwa ada 8 karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

11
Daftar Pustaka
1. https://rocketmanajemen.com/pengertian-manajemen/#a
2. https://www.academia.edu/33311155/manajemen_Berbasis_Sekolah.pdf
3. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=272320&val=6817&title=Manajemen
%20Berbasis%20Sekolah%20Dalam%20Pengelolaan%20Pembiayaan%20Sekolah%20di%20SD
%20Negeri%204%20Kota%20Banda%20Aceh

12

Anda mungkin juga menyukai