Anda di halaman 1dari 6

MENGIMPLEMENTASIKAN MEKANISME SISTEM LIMBIK

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Biosikologi


Dosen Pengampu: Dr. dr. Hj. Ambar Sulianti, M.Kes

Disusun oleh Kelompok 7 (2A)


Meisya Nur Basrani 1226000103
Putriana Dahliani 1226000152
Suci Marlianti Gunawan 1226000200
Zahra Elok Fadhilah 1226000224

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
2023
A. MENGANALISIS SISTEM LIMBIK DAN KAITANNYA DENGAN EOSI
APA ITU SISTEM LIMBIK?

Sistem limbik adalah suatu rangkaian struktur otak yang terlibat dalam pengaturan
emosi, motivasi, dan perilaku. Sistem ini terdiri dari beberapa bagian otak yang terhubung erat
satu sama lain, antara lain amigdala, hipotalamus, septum, dan area tegmentalis ventralis.
Beberapa penelitian juga mengaitkan sistem limbik dengan fungsi kognitif seperti belajar dan
memori.

Struktur bagian sistem limbik:


1. Amigdala: Struktur otak berbentuk kacang yang terletak di lobus temporal, terlibat
dalam pengolahan emosi dan membentuk memori emosional.
2. Hipotalamus: Terletak di bawah talamus dan berfungsi sebagai pusat pengaturan untuk
berbagai fungsi fisiologis seperti regulasi suhu tubuh, rasa lapar dan kenyang, dan
respons stres.
3. Hipokampus: Struktur otak berbentuk seperti singkong yang terletak di lobus temporal,
berperan dalam membentuk dan mengambil memori jangka pendek dan jangka
panjang.
4. Girus cingulate: Terletak di atas korpus kalosum dan terlibat dalam pengolahan emosi,
motivasi, dan regulasi perilaku. Fungsinya membantu mengatur emosi, perilaku, dan
rasa sakit, serta bertanggung jawab untuk mengendalikan fungsi motorik otonom.
5. Basal ganglia : Sekelompok struktur otak yang berada di dasar otak depan dan di atas
otak tengah. Kelompok struktur ini terdiri dari nukleus kaudatus, putamen, globus
pallidus, dan substansia nigra. Fungsi utamanya adalah untuk mengatur gerakan
volunter, termasuk gerakan mata, serta membantu menjaga keseimbangan dan postur
tubuh.
6. Korteks prefrontal adalah bagian dari lobus frontal (bagian dari korteks serebral) yang
juga terkait dengan sistem limbik. Bagian otak ini terlibat dalam pembuatan
perencanaan dan pengambilan tindakan yang terkait dengan masa depan.

APA ITU ADD?

Attention Deficit Disorder (ADD) adalah suatu bentuk kelainan yang membuat
seseorang sulit mengontrol tindakannya dan/atau mengalami kesulitan untuk fokus pada
sesuatu atau sulit memperhatikan suatu kondisi atau wacana.
ADD juga dikenal dengan istilah lain, yaitu Attention Deficit atau Hyperactivity
Disorder (ADHD). Istilah ini merupakan istilah resmi untuk menggambarkan gangguan ini.
Kondisi ini biasanya dapat mulai disadari sejak masa kanak-kanak. Istilah ADD digunakan
sampai tahun 1994, saat ini istilah ADD tidak lagi digunakan. ADD telah diidentifikasi sebagai
subtipe dari ADHD. Berbeda dengan kondisi ADHD, ADD tidak ditandai oleh hiperaktif

Attention Deficit Disorder (ADD) muncul akibat adanya perbedaan respons kimiawi,
struktural, dan jaringan pada otak. Sering kali, hal ini timbul akibat adanya permasalahan
genetik. Penelitian membuktikan adanya abnormalitas pada kerja neurotrasmiter otak pada
penderita ADD, terutama dopamin dan norepinefrin. Neurotransmiter merupakan bagian otak
yang berfungsi membantu komunikasi antar sel saraf dan mengaktivasi berbagai fungsi otak.

Studi menggunakan pencitraan membuktikan perbedaan antara aktivitas otak penderita


ADD dengan mereka yang tidak menderita ADD. Penderita ADD ditemukan memiliki
penurunan aktivitas otak, terutama pada area premotor cortex dan prefrontal cortex. Kedua
area tersebut dianggap penting untuk aktivitas motorik dan kemampuan memberi perhatian.
Ditemukan pula perbedaan pada struktur otak penderita ADD, misalnya pada volume otak,
juga pada pemetaan gray dan white matter otak.

Selain itu, pada penderita ADD diperkirakan adanya pola jaringan yang buruk antar
bagian otak dan juga terjadinya rute komunikasi yang berbeda dalam otak. Kelainan ini
menyebabkan seorang dengan ADD sulit memberikan kinerja seperti orang tanpa ADD dan
karena itu bisa jadi membutuhkan usaha lebih besar untuk terlibat dalam berbagai aktivitas
normal sehari-hari.

Faktor genetik memiliki peran penting dalam munculnya ADD. Diperkirakan 40–60 %
anak dari orang tua dengan ADD akan memiliki ADD pula. Studi menunjukkan beberapa profil
gen yang sudah ditemukan memiliki kaitan dengan ADD, antara lain adalah gen DRD4, D2,
dan DAT 1.

Pengobatan ADHD

Pengobatan ADHD biasanya melibatkan terapi perilaku, obat-obatan stimulan, serta


pendekatan alternatif seperti terapi keluarga dan terapi kognitif.

 Terapi Perilaku
Terapi perilaku ADHD adalah intervensi yang fokus pada pengajaran
keterampilan sosial dan mengelola perilaku impulsif, serta membantu individu dengan
ADHD mengatasi kesulitan akademik dan interpersonal. Terapi perilaku untuk anak-
anak dan orang dewasa dengan ADHD terbukti sangat efektif dalam meningkatkan
keterampilan akademik dan sosial, serta memperbaiki perilaku dan penyesuaian
psikologis secara keseluruhan.

 Obat-obatan Stimulan
Obat-obatan stimulan adalah pengobatan paling umum untuk ADHD, termasuk
methylphenidate (Ritalin, Concerta), dextroamphetamine (Dexedrine), dan
amphetamine (Adderall). Obat-obatan ini bekerja dengan meningkatkan kadar
dopamine dan norepinefrin di otak, yang dapat membantu mengurangi gejala ADHD.
 Terapi Kognitif
Terapi kognitif melibatkan pengajaran individu dengan ADHD untuk
mengenali dan mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak sehat. Terapi ini dapat
membantu individu dengan ADHD memperbaiki kemampuan perhatian dan
pengendalian impuls, serta meningkatkan keterampilan sosial dan akademik.

KAITAN SISTEM LIMBIK DENGAN EMOSI


Sistem limbik merupakan kumpulan struktur otak yang bertanggung jawab untuk
mengendalikan berbagai fungsi, termasuk pengaturan emosi, motivasi, dan perilaku. Beberapa
struktur yang terlibat dalam sistem limbik antara lain amigdala, hipotalamus, dan hipokampus.

Emosi adalah suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berperan sebagai
inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan
dan keselamatan individu.

Sistem limbik sangat penting dalam mengatur emosi karena struktur tersebut terhubung
dengan korteks primitif otak yang terkait dengan persepsi dan pengolahan informasi emosional.
Dalam keseluruhan, sistem limbik memainkan peran yang penting dalam mengatur respons
emosional dan perilaku, serta dalam mengintegrasikan input sensorik dan pengalaman yang
membentuk ingatan dan belajar.

Studi pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa amigdala merupakan struktur
utama dalam sistem limbik yang terlibat dalam pengolahan emosi. Penelitian neurologis telah
menunjukkan bahwa amigdala merespons stimulasi emosional dan bertanggung jawab untuk
mengirimkan sinyal emosional ke korteks prefrontal, yang kemudian mengontrol reaksi
emosional dan perilaku.

B. MENGIMPLEMENTASIKAN SISTEM LIMBIK KE DALAM KELAINAN


ADD
IMPLEMENTASI SISTEM LIMBIK TERHADAP ADD
Sistem limbik adalah bagian dari otak yang terlibat dalam pengaturan emosi, motivasi,
serta belajar dan memori. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kondisi
neurobiologis yang ditandai dengan kesulitan dalam memperhatikan, hiperaktif, dan impulsif.
Implementasi sistem limbik terhadap ADHD terkait dengan bagaimana peran dan fungsi sistem
limbik mempengaruhi terjadinya gejala ADHD.

Beberapa penelitian telah mengidentifikasi hubungan antara sistem limbik dengan


ADHD. Salah satu studi menemukan bahwa anak-anak dengan ADHD memiliki volume yang
lebih kecil di beberapa daerah di sistem limbik, seperti amigdala, hipokampus, dan striatum,
yang merupakan daerah yang terlibat dalam pengaturan emosi dan belajar. Kondisi ini
kemudian dapat memengaruhi fungsi sistem limbik secara keseluruhan dan memperburuk
gejala ADHD.

Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa latihan meditasi dan teknik pernapasan
yang dapat mempengaruhi aktivitas sistem limbik, dapat membantu mengurangi gejala ADHD
pada anak-anak. Terapi perilaku juga telah terbukti efektif dalam membantu anak-anak dengan
ADHD memperbaiki fungsi eksekutif, yang terkait dengan fungsi sistem limbik.

Teori sistem limbik dapat diimplementasikan atau dikaitkan ke dalam kelainan


psikologis ADHD karena sistem limbik memainkan peran penting dalam mengatur emosi dan
motivasi, serta beberapa area di sistem limbik seperti hipokampus, amigdala, dan nukleus
caudate telah terbukti terlibat dalam pengaturan perhatian dan impuls.
Misalnya, salah satu gejala utama ADHD adalah kesulitan dalam mempertahankan
perhatian dan mengendalikan impuls. Hal ini dapat terkait dengan perubahan pada sistem
limbik, khususnya di area prefrontal cortex yang terlibat dalam pengaturan fungsi eksekutif.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan ADHD memiliki perubahan struktural
dan fungsional di area prefrontal cortex dan basal ganglia, yang merupakan bagian dari sistem
limbik.

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar dopamin, sebuah


neurotransmitter yang terlibat dalam regulasi fungsi sistem limbik, lebih rendah pada orang
dengan ADHD. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merespon hadiah
dan memotivasi diri sendiri, yang merupakan aspek penting dalam pengaturan perilaku.

Dengan demikian, memahami hubungan antara sistem limbik dan ADHD dapat
membantu dalam pengembangan intervensi dan terapi yang lebih efektif untuk mengatasi
gejala-gejala ADHD, seperti penggunaan obat-obatan stimulan yang bekerja meningkatkan
kadar dopamin atau teknik meditasi yang dapat membantu dalam mengatur emosi dan
meningkatkan konsentrasi.

CONTOH KASUS
Salah satu penelitian yang mengaitkan teori sistem limbik dengan kelainan psikologis
ADHD adalah penelitian yang dilakukan oleh Posner et al. (2014) yang menemukan bahwa
anak-anak dengan ADHD memiliki perubahan struktural di area prefrontal cortex dan basal
ganglia, yang merupakan bagian dari sistem limbik. Studi ini juga menunjukkan bahwa obat-
obatan stimulan yang digunakan untuk mengobati ADHD bekerja dengan meningkatkan kadar
dopamin di sistem limbik, sehingga membantu meningkatkan kemampuan mempertahankan
perhatian dan mengendalikan impuls.

Penelitian lain yang mengimplementasikan teori sistem limbik ke dalam ADHD adalah
studi yang dilakukan oleh Volkow et al. (2009) yang menunjukkan bahwa orang dengan
ADHD memiliki kadar dopamin yang lebih rendah di area prefrontal cortex dan striatum, yang
merupakan bagian dari sistem limbik. Studi ini juga menunjukkan bahwa obat-obatan stimulan
yang digunakan untuk mengobati ADHD bekerja dengan meningkatkan kadar dopamin di
sistem limbik, sehingga membantu meningkatkan kemampuan mempertahankan perhatian dan
mengendalikan impuls.
DAFTAR PUSTAKA

Posner, J., Park, C., & Wang, Z. (2014). Connecting the dots: a review of resting connectivity
MRI studies in attention-deficit/hyperactivity disorder. Neuropsychology Review, 24(1), 3-15.
Zarei, M., Fadardi, J. S., & Rasoulzadeh Tabatabaei, S. K. (2019). The effectiveness of
mindfulness training on reducing symptoms of attention deficit hyperactivity disorder in
children. International Journal of Pediatrics, 7(3), 9253-9263.

Safren, S. A., Sprich, S., Mimiaga, M. J., Surman, C., Knouse, L., Groves, M., & Otto, M. W.
(2010). Cognitive behavioral therapy vs. relaxation with educational support for medication-
treated adults with ADHD and persistent symptoms: a randomized controlled trial. JAMA,
304(8), 875-880.

LeDoux, J. E. (2000). Emotion circuits in the brain. Annual review of neuroscience, 23(1),
155-184.

Pessoa, L. (2008). On the relationship between emotion and cognition. Nature reviews
neuroscience, 9(2), 148-158.

Rolls, E. T. (2015). Limbic systems for emotion and for memory, but no single limbic system.
Cortex, 62, 119-157.

Posner, J., Siciliano, F., & Wang, Z. (2014). A computational model of the integration of
sensory input by the superior colliculus and the basal ganglia in the control of saccadic eye
movements. Frontiers in Computational Neuroscience, 8, 73. doi: 10.3389/fncom.2014.00073.

Volkow, N. D., Wang, G. J., Newcorn, J. H., Kollins, S. H., Wigal, T. L., Telang, F., … Fowler,
J. S. (2009). Brain dopamine transporter levels in treatment and drug naïve adults with ADHD.
NeuroImage, 47(2), 1090-1096. doi: 10.1016/j.neuroimage.2009.05.043.

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental


disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing.
National Institute of Mental Health. (2019). Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
https://www.nimh.nih.gov/health/topics/attention-deficit-hyperactivity-disorder-
adhd/index.shtml

Anda mungkin juga menyukai