DISUSUN OLEH:
QISTHI IHSANULHAQ
DAFTAR ISI
Daftar Isi .......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN
Fenomena merokok di kalangan remaja usia sekolah mungkin bukan pemandangan asing
lagi. Banyaknya perokok yang merokok sejak usia remaja seharusnya sudah menjadi masalah
yang serius yang harus diperhatikan dan melakukan upaya pencegahan perilaku merokok,
narkoba, bolos sekolah dan tawuran antar pelajar.
Perilaku merokok pada remaja biasanya akan menjadi pintu gerbang untuk permasalahan –
permasalahan remaja yang lainnya Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan
akibat merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku
yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat, bahkan kebiasaan merokok ini dari tahun ke
tahun semakin meningkat dan lebih parahnya lagi merokok seakan akan sudah menjadi trend
di kalangan remaja. Mayoritas perokok Indonesia pertama kali merokok pada usia 15-19
tahun. Menurut data Riset Kesehatan Dasar, ada 52,1% perokok yang pertama kali merokok
pada umur 15-19 tahun
Berdasarkan Riskesdas 2018, perokok laki-laki usia di atas 15 tahun sejumlah 62,9% dan ini
merupakan prevalensi perokok laki-laki tertinggi di dunia Selain itu terjadi peningkatan
perokok anak dibawah 18 tahun dari 7,2% pada tahun 2013, meningkat menjadi 9,2% pada
tahun 2018. Bisa dikatakan, Indonesia memang top dalam urusan konsumsi rokok.
Maka dari itu saya ingin mengetahui berapa banyak perokok di kalangan remaja dan apa
faktor penyebabnya.
Meningkat dan Semakin umumnya ativitas merokok di kalangan remaja. Yang disertai latar
belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Apakah alasan
mereka menjadi perokok?”
1.3 Tujuan Penelitian
Dari Latar Belakang dan Rumusan Masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagi Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang
ketergantungan merokok di kalangan remaja sehingga dapat dijadikan pedoman.
2. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan peneliti dalam memahami permasalahan sosial di bidang
Kenakalan Remaja
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Kata remaja berasal dari bahasa latin yaiutu adolescenen yang berarti grow (tumbuh)
atau to grow maturity. Menurut Papalia dan Olds masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai
pada usia 12-13 tahun dan berakhir pada akhir belasan tahun atau awal duapuluhan.
Kartini Kartono, masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanak-
kanak dengan masa dewasa. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa
dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama.
Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai
kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual.
Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat
dewasa, suatu usia dimana anak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang
yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki
masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek agfektif, lebih atau kurang dari usia
pubertas.
Menurut Piaget (dalam Hurlock,1999) secara psikologis masa remaja adalah usia
dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang dewasa melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam
masyarakat, mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan
masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi yang
khas dari cara berfikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam
hubungan social orang dewasa.
Monks membagi batasan masa remaja adalah antara 12-21 tahun dengan rincian
remaja awal 12-15, remaja pertengahan 15-18, dan remaja akhir 18-21 tahun.
Sedangkan Hurlock memberikan batasan tersendiri tentang masa remaja menjadi dua
bagian, yaitu remaja awal 13-16 dan remaja akhir 17-18 tahun.
Banyak sekali masalah-masalah yang akan dihadapi seseorang pada sat usia remaja.
Seorang remaja bisa saja mengalami masalah yang sangat berat dan memerlukan
waktu lama untuk menyelesaikannya (Santrock. 2007). Misalnya saja pada saat ia
berusia 13 tahun ia mulai menunjukkan perilaku mengganggu orang lain, pada usisa
14 tahun ia sudah melakukan kenakalan-kenakalan yang nyata, dan pada usia 16
tahun masalahnya akan bertambah parah, karena ia semakin sering melakukan
kenakalan. Hal ini terjadi karena masa remaja adalah masa pembuktian diri kepada
orang lain, maka remaja akan melakukan apa saja agar dirinya diakui walaupun apa
yang ia lakukan sebenarnya salah. Berikut adalah masalah-masalah yang sering terjadi
pada remaja (Santrock.2007):
3) Gangguan depresif dan bunuh diri Dimasa remaja, gejala-gejala depresif dapat
dilihat dalam berbagai cara, seperti kecenderungan untuk mengenakan pakaian hitam,
menulis kata-kata yang mengerikan, atau senang mendengarkan lagulagu yang
bertema sedih. Gangguan tidur juga dapat muncul seperti sulit bangun di pagi hari
maupun sulit tidur saat malam hari. Dengan timbulnya perasaan depresi akan
membuat remaja menjadi bosan dan 20 enggan untuk melanjutkan hidupnya, sehingga
muncul ide-ide untuk bunuh diri dan usaha bunuh diri dimasa remaja.
Masa remaja adalah masa pembuktian diri kepada orang lain, dimana remaja akan
melakukan apa saja agar dirinya diakui walaupun apa yang ia lakukan sebenarnya
salah. Sehingga membuat persepsi orang lain bahwa remaja ini bermasalah. Adapun
permasalah yang sering dihadapi pada masa remaja ini adalah penggunaannobat
terlarang, alcohol, merokok, kenakalan remaja, dan gangguan depresif atau bunuh
diri.
Menurut Perry dkk (Andarini) perilaku merokok adalah suatu aktivitas yang
berkembang menjadi penggunaan secara tetap dalam kurun waktu beberapa tahun.
Seperti halnya perilaku lain, perilaku merokok muncul karena adanya faktor internal
(faktor biologis dan faktor psikologis seperti perilaku merokok dilakukan untuk
mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial seperti terpengaruh
oleh teman sebaya).
merokok karena iseng, diberi oleh temannya atau dipaksa oleh temannya. Hal tersebut
dilakukan agar terlihat dewasa, ingin menyesuaikan diri dengan teman atau supaya
diterima dalam kelompok dan supaya tidak di cemooh.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Bogor
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kualitatif. Penelitian
kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan
pada kondisi alamiah (Sugiyono, 2010). Menurut Herdiansyah (2010), penelitian kualitatif
adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam
konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang
mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Alasan peneliti menggunakan
metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah karena peneliti ingin menjelaskan
dengan mengeksplorasi fenomena yang terjadi pada siswa dalam perilaku merokok untuk
mendapatkan gambaran dan pemahamannya. Data yang didapatkan dari metode kualitatif
bersifat deskriptif sehingga memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian
dan mencapai tujuan penelitian.
Jenis data penelitian ini adalah data primer, yaitu jenis data utama atau pokok di dalam suatu
penelitian. Proses pemerolehan data ini didapatkan langsung dari tangan pertama, atau
sumber utama dari fenomena yang sedang dikaji.
Teknik yang saya gunakan dalam penelitian kali ini adalah dengan menyebarkan
angket/kuisioner Google Forms. Angket merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang diri pribadi atau
hal-hal yang ia ketahui. Selain itu stekni yang saya gunakan juga yaitu dokumen untuk
melengkapi laporan penelitian ini. Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yang telah
lalu.Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya menumental dari seseorang
lainnya.Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya
foto, gambar hidup, sketsa, film, video, CD, DVD, cassete, dan lain-lain.Dokumen yang
berbentuk karya misalnya karya seni, karya lukis, patung naskah, tulisan, prasasti dan lain
sebagainya.
Dari angket/kuisioner yang saya sebarkan, saya mendapatkan berbagai jawaban yang
berbeda-beda dari berbagai pertanyaan dalam angket tersebut. Saya menyebarkan angket
dengan menggunakan tautan yang diisi oleh usia remaja.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sebagian besar responden menganggap merokok di usia remaja adalah hal yang tidak wajar
dan menjadi permasalahan serius, beragam pendapat dikemukakan agar jumlah perokok di
kalangan remaja menurun
4.2 Karakteristik Responden
BAB 5
Disimpulkan bahwa lebih dari setengah remaja adalah perokok dan umumnya disebabkan
oleh pengaruh pergaulan, ironinya para remaja tersebut amat mengtahui bahaya dan dampak
dari merokok
5.2 Saran
A. Bagi Pemerintah
Diiharapkan dapat meninjau ulang kembali terkait peraturan media promosi kesehatan berupa
peringatan bergambar pada bungkus rokok yang kurang efektif, dengan menambahkan
persentase gambar pada bungkus rokok tersebut. Pemerintah juga dapat menerapkan denda
bagi pelajar yang kedapatan merokok di tempat-tempat umum.
b. Bagi Remaja Bagi remaja perokok diharapkan dapat rajin membaca referensi terkait
bahaya dari merokok sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan mengubah pola pikirnya
menjadi lebih baik. Selain itu mengubah kebiasaan merokok berkumpul bersama teman
dengan kegiatan positif seperti olahraga dan bakti sosial. Bagi yang tidak merokok untuk
tetap menjauhi rokok dan dapat mengajak orang sekitarnya untuk menjauhi rokok.