Anda di halaman 1dari 5

Masalah Kebijakan

Masalah Kebijakan

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola hidup masyarakat, kecepatan teknologi


dalam menyediakan barang secara melimpah ternyata telah menimbulkan masalah-masalah baru
yang sangat serius yaitu adanya barang yang sudah terpakai dan sudah tidak digunakan lagi
oleh pemiliknya yang mengakibatkan timbulnya sampah. Persoalan Sampah
saat ini adalah persoalan yang paling global. Sampah yang dibuang sembarangan dan menumpuk
akan menimbulkan permasalahan baru bagi lingkungan. Sesuai ketentuan Pasal 6 dan Pasal 20
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pemerintah wajib
memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan untuk mengurangi dan
menangani sampah.

Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di berbagai sektor. Sampah
merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses karena
masyarakat masih beranggapan bahwa sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, sehingga
banyak masyarakat yang membuang sampah ataupun mengkonsumsi sampah tanpa dikelola
dengan baik yang mengakibatkan timbulnya pencemaran. Besar kecilnya setiap kegiatan
masyarakat pasti akan berdampak pada kualitas lingkungan. Oleh karena itu, masyarakat harus
bisa menjaga serta mengendalikan sampah agar tidak melakukan pencemaran yang akan
berdampak pada kerusakan lingkungan itu sendiri

Namun World Bank (2012) menyatakan bahwa pertambahan jumlah timbulan sampah
sangat cepat, pada tahun 2002 dengan 2,9 miliar penduduk perkotaan menghasilkan sekitar 0,64
kg per orang per hari (0,68 miliar ton per tahun) dan pada tahun 2012 jumlah ini telah meningkat
menjadi sekitar 3 miliar penduduk yang menghasilkan 1,2 kg per orang per hari (1,3 miliar ton
per tahun). Diperkirakan sampah ini akan terus bertambah dan diprediksikan pada tahun 2025
akan mencapai 4,3 miliar penduduk perkotaan yang menghasilkan sekitar 1,42 kg per orang per
hari sampah kota (2,2 miliar ton per tahun)1.Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik
terbesar kedua didunia yaitu 64 juta ton per-tahun dengan 3,2 juta ton per-tahun yang dibuang ke
laut2

1
https://www.bps.go.id/
Menurut Jambeck et al, tahun 20153 Indonesia ditetapkan sebagai penyumbang sampah
plastik terbesar kedua di dunia. Hal ini disebabkan karena kurang kepekaan masyarakat terhadap
penggunaan kantong plastik. Kantong Plastik memiliki beberapa efek berbahaya seperti memicu
perubahan iklim, mencemari lingkungan, berbahaya bagi manusia, dan terurai sangat lama.4

Karakteristik

Menurut masalah tentang sampah di Indonesia menurut kelompok kami masuk kedalam
karakteristik Artificial. Karena masalah sampah ini harus melakukan pendekatan yang sangat
intensif dan pemerintah dinilai belum serius untuk mengatasi sampah. Terbukti pada tahun 2015
Indonesia menjadi peringkat kedua setelah China untuk permasalahan sampah plastik yang
dimana warga Indonesia masih belum sadar akan bahayanya sampah ini. Sampah seringkali
mengalami perubahan pendekatan, dari mulai reuse, reduce, recycle selanjutnya menjadi
memisahkan organik dan an organik , sekarang ditambahkan menjadi 3 yaitu organik, anorganik
dan b3. Pada dasarnya kebijakan pemerintah tentang sampah haruslah substansial seperti negara
negara maju lainnya yang fokus dalam menangani sampah. Indonesia masih belum tegas terkait
sanksi bagi yang para pengguna sampah plastik.

Tipe Masalah

Kebijakan ini masuk dalam tipe Moderately Structured.

1. Decision maker(s) : one or few


Pemerintah dan masyarakat
2. Alternative:
3. Utilities: consensus
Ingin membuat lingkungan menjadi terawat,bersih dan sehat
4. Outcomes: uncertainly

2
http://documents.worldbank.org/curated/en/642751527664372193/pdf/126686-INDONESIA-29-5-2018-
14-34-5-SynthesisFullReportAPRILIND.pdf
3
https://www.iswa.org/fileadmin/user_upload/Calendar_2011_03_AMERICANA/Science-2015-Jambeck-768-
71__2_.pdf hal 769
4
http://dietkantongplastik.info/bahaya-kantong-plastik/
Hasil dari kebijakan ini tetap tidak sempurna karena ketika masalah sampah selesai akan
memunculkan masalah baru yang melibatkan banyak komponen, diantaranya masalah
pendaur ulangan sampah yang memerlukan adanya teknologi
Probabilities: incalculable
kemungkinan dampak dari kebijakan ini dimasa depan masih tidak dapat dipastikan
karena belum tentu jumlah tempat pembuangan sampah bisa memenuhi kebutuhan
masyarakatnya, mengingat semakin bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan
lingkungan menjadi semakin padat, sehingga jumlah sampah akan semakin bertambah

Alternatif Kebijakan

Bank Sampah

Bank sampah adalah pelasanaan dari peraturan pemerintah nomor 81 tahun 2012
tentang pengelolaan sampah. Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk
mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang
sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat
pengepul sampah. Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankkan yang
dilakukan oleh petugas sukarelawan .Penyetor adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi
bank serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank.5

Kantong Plastik Berbayar

Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)


mengeluarkan kebijakan Kantong Plastik Berbayar, KLHK mengeluarkan kebijakan
kantong plastik berbayar karena kebimbangan akan sampah kantong plastik dan karena
adanya survei dari Jambeck yang menetapkan posisi kedua di dunia. Kantong plastik
sendiri diharapkan menumbuhkan rasa untuk membawa tas belanja sendiri daripada
membayar kantong plastik.6

Substitusi Sedotan Plastik


5
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_sampah
6
https://www.watyutink.com/opini/Kebijakan-Kantong-Plastik-Berbayar-Menyimpan-Masalah
Pada Peraturan Walikota Denpasar No.36/2018 tentang Pengurangan Penggunaan
Kantong Plastik dan Peraturan Gubernur Bali No.97/2018 tentang Pembatasan Timbulan
Sampah Plastik Sekali Pakai. Namun hanya tiga jenis PSP yang dilarang dalam Pergub
ini yakni kantong plastik, polysterina (styrofoam), dan sedotan plastik. Aturan ini
mewajibkan setiap orang dan lembaga baik pemasok, distributor, produsen, penjual
menyediakan pengganti atau substitusi PSP. Juga melarang peredaran, distribusi, dan
penyediaan PSP baik oleh masyarakat, pelaku usaha, desa adat, dan lainnya.7

Penilaian Alternatif Kebijakan

Dimensi Kriteria Bank Sampah Kantong Substitusi


Plastik Sedotan Plastik
Berbayar

Technical Efektifitas 3 2 3
Feasibilty
Kecukupan 3 2 3

Economic and Efisiensi 4 1 2


Financal Ekonomi
Possibility
Perbandingan 4 3 2
Input : Output

Efisiensi Biaya 2 2 1

Political Tingkat 2 2 3
Viability Penerimaan

Kepantasan 4 3 4

Daya Tanggap 2 1 2

Tidak 4 4 4
Bertentangan
Dengan
7
https://www.mongabay.co.id/2018/12/29/bali-larang-plastik-sekali-pakai-mulai-2019/
Peraturan

Pemerataan dan 3 3 2
Keadilan

Administrative Organisasi 3 2 2
Operability Memiliki
Otoritas

Komitmen 4 2 1
Institusi

Kemampuan 3 2 2
Aparatur

Dukungan 2 2 2
Organisasi

  TOTAL 43 31 33

Total Benefit IDR600.000.000


Societal Savings IDR40.000.000
Tangible Costs IDR150.000.000  
Intangible Costs (risk of Homicide) IDR50.000.000  
Net Effects (Difference) 100 ton
Outcome- intervention group/area 1500 ton  
outcome-control group/area 1600 ton  
Total Cost (sum) IDR350.000.000
Administrative costs IDR200.000.000  

capital costs IDR100.000.000  

indirect costs IDR50.000.000  


Benefit Cost Ratio 1,71

Anda mungkin juga menyukai