Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 4 2015

Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk

BENTUK ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA ROB DI DESA SRIWULAN KECAMATAN


SAYUNG KABUPATEN DEMAK

Aditya Listiyan Sutigno1, Bitta Pigawati2


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Email: adityals1808@gmail.com

Abstrak : Kawasan pesisir pantai mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian masyarakat dan
pembangunan karena merupakan ruang yang menjembatani antara wilayah daratan dengan wilayah
perairan/lautan (Rahardjo Adisasmita,2006:45). Permasalahan yang timbul dari perubahan iklim tersebut adalah
rusaknya kondisi fisik yang ada di kawasan pesisir Kecamatan Sayung seperti terendamnya permukiman, rusaknya
jalan, air bersih yang sudah terkontaminasi, dan percepatan korosi. Sebagian besar kerusakan tersebut disebabkan
oleh rob atau kenaikan muka air laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bentuk adaptasi
masyarakat di Desa Sriwulan Kecamatan Sayung terhadap bencana rob. Sasaran yang dilakukan yaitu identifikasi
dan analisis untuk adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam menghadapi bencana rob. Identifikasi kondisi
wilayah, identifikasi aspek fisik dan sosial ekonomi digunakan untuk menganalisis adaptasi masyarakat terhadap
rob dan kondisi lingkungan permukiman di Desa Sriwulan sehingga nantinya dapat diketahui bentuk adaptasi yang
dilakukan masyarakat di Desa Sriwulan dalam menangani rob.Pendekatan penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif. Sifat dari penelitian ini adalah penelitian ilmiah dimana penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta
yang terjadi di lapangan didukung dengan kajian teori tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat, pesisir,
perumahan permukiman di pesisir, teori pasang surut, bencana pesisir, adaptasi, dan mitigasi bencana sebagai
bahan acuan untuk mengetahui bentuk adaptasi masyarakat terhadap rob di Desa Sriwulan Kecamatan Sayung.
Output yang dihasilkan dari penelitian ini adalah macam bentuk adaptasi masyarakat terhadap bencana rob di
Desa Sriwulan. Kata Kunci : Masyarakat, Rob, Adaptasi

Abstract : The coastal area has an important role in the economy and the society as it is a development that
bridges the space between the mainland with the territorial waters / sea (Rahardjo Adisasmita, 2006: 45). The
problems arising from climate change is the destruction of the physical conditions that exist in coastal areas such as
terendamnya Sayung settlements, the destruction of roads, clean water that has been contaminated, and
accelerated corrosion. Most of the damage was caused by tidal or sea level rise. The aim of this study is to analyze
the forms of adaptation in the village communities to disasters Sriwulan Sayung rob. Target is committed to the
identification and analysis of adaptations made by the community in the face of disasters rob. Identify the condition
of the area, identification of the physical and socio-economic aspects used to analyze the adaptation of society to
rob and environmental conditions in the village settlement Sriwulan so that later it can be seen form the
adaptations made in the village community in addressing rob.Pendekatan Sriwulan this research using quantitative
methods. The nature of this research is scientific research where research is done based on the facts that occurred in
the field is supported by the study of the theory of socio-economic conditions of society, coastal, housing
settlements on the coast, the theory of the tides, the disaster coast, adaptation, and mitigation as a reference to
determine the form of adaptation to rob people in the village Sriwulan Sayung. The output generated from this
study are forms of adaptation of communities to disasters in the village Sriwulan rob.
Keywords: People, Rob, Adaptation

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 499


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

PENDAHULUAN Hal tersebut membuat permukiman


Adanya pertumbuhan penduduk dari menjadi kumuh.
tahun ke tahun dan kebutuhan akan perumahan 4. Karakteristik masyarakat di kawasan
dan permukiman yang meningkat serta pesisir, tepatnya di Desa Sriwulan ada
ketersedian dan harga lahan yang semakin yang kurang tanggap dan tanggap
mahal telah membut masyarakat sulit untuk dalam menangani permasalahan
menempati permukiman yang layak. Hal lingkungan yang ada terutama bencana
tersebut yang mengacu masyarakat mengambil rob.
alternatif dengan memanfaatkan lahan di 5. Ada berbagai macam adaptasi yang
kawasan pinggiran kota, dan dalam hal ini dilakukan di kawasan pesisir di Desa
masyarakat lebih memilih bermukim di kawasan Sriwulan dalam menangani bencana
pesisir, dimana kawasan pesisir di Kabupaten rob.
Demak tepatnya di Desa Sriwulan dijadikan Dari permasalahan-permasalahan yang
tempat untuk bermukim. ada di kawasan pesisir Desa Sriwulan, dapat
Permukiman di kawasan pesisir tidak ditarik suatu pertanyaan penelitian yaitu
terlepas dari masalah yang akan dihadapi. Salah “Bagaimana bentuk adaptasi masyarakat
satu permasalahan tersebut disebabkan oleh terhadap bencana rob di Desa Sriwulan
perubahan iklim yaitu berupa kenaikan muka air Kabupaten Demak?”
laut dan pasang surut yang mempengaruhi
kondisi fisik permukiman.Permasalahan- METODE PENELITIAN
permasalahan lain yang dihadapi yaitu: Metode penelitian yang digunakan
1. Lokasi permukiman yang kurang baik, dalam studi ini yaitu dengan pendekatan
dimana kawasan permukiman di Desa kuantitatif. Sifat dari penelitian ini adalah
Sriwulan berdekatan langsung dengan penelitian ilmiah dimana penelitian yang
pesisir dan areal pertambakan yang dilakukan berdasarkan fakta dan realita yang
cukup luas, terjadi di lapangan serta didukung dengan
2. Tidak adanya perencanaan jangka kajian teori mengenai adaptasi bencana rob
panjang dalam menangani yang ada di lingkungan permukiman pesisir yang
pembangunan permukiman di kawasan ditinjau dari aspek fisik dan sosial ekonomi serta
pesisir sehingga menyebabkan kondisi permukiman yang ada. Untuk teknik
permukiman di kawasan permukiman analisisnya menggunakan teknik analisis
kurang layak huni. deskriptif, dengan teknik deskriptif kuantitatif
3. Fenomena perubahan iklim akibat dan deskriptif kualitatif. Penelitian ini juga
pemanasan global telah menimbulkan menggunakan sampel sebagai salah satu
kenaikan muka air laut dan pasang surut sumber data primer yaitu dengan menggunakan
yang tidak menentu di kawasan pesisir kuesioner dan wawancara selain pengumpulan
yang menyebabkan terjadinya bencana data sekunder.
rob yang sangat merugikan kawasan Teknik sampling adalah merupakan
permukiman pesisir tepatnya di teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
kecamatan Sayung, dimana rob tersebut sampel yang akan digunakan dalam penelitian,
membuat rusak kondisi fisik dan sarana terdapat berbagai teknik sampling yang
prasarana permukiman seperti banjir digunakan.Teknik sampling pada dasarnya dapat
yang menggenangi permukiman, air dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability
bersih yang terkontaminasi menjadi air Sampling dan Nonprobability Sampling
payau, kerusakan jalan dan drainase. (Sugiyono, 2011; 82).Dalam suatu penelitian,
sampel yang diambil harus memiliki

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 500


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

kemampuan untuk gigeneralisasikan pada tahun 2014 yang berjumlah 12.598 orang.
keseluruhan populasi. Sampel dalam penelitian Sampel dari jumlah populasi yang ada adalah:
ini sangat diperlukan, hal ini dikarenakan jumlah
12.598
responden sebagai suatu populasi sangat
banyak, sehingga sulit diteliti satu persatu, dan n=
adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. 1+12.598(10%)²
Teknik sampling yang digunakan dalam studi ini
ada dua, yaitu random sampling dan purpose n= 99,2
sampling. Random sampling digunakan untuk
menentukan sampel yang akan menjadi
responden, sedangkan purpose sampling
digunakan untuk menarik sampel penentuan
n= 99
responden dalam kegiatan wawancara. Penyebaran kuesioner dilakukan pada
Random sampling adalah teknik hari biasa dan hari libur dalam jangka waktu
sampling yang dilakukan yang dilakukan secara satu minggu pada waktu pagi (08.00-10.00
acak tanpa memperhatikan strata yang ada WIB), siang (12.00-14.00 WIB), dan sore (15.00-
dalam populasi itu.Dalam studi, random 17.00). Dengan perhitungan di atas maka
sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang akan diwawancarai pada
responden dalam hal ini masyarakat pesisir lokasi permukiman pesisir Desa sriwulan adalah
Desa Sriwulan Kecamatan Sayung. Pengambilan sebanyak. 99 orang.
sampel dilakukan secara acak yaitu kepala
keluarga dari masing-masing rumah di Desa KAJIAN LITERATUR
Sriwulan Kecamatan Sayung. Peneliti Konsep Kondisi Sosial Masyarakat
memberikan hak yang sama terhadap setiap Menurut Kamus Bahasa Indonesia
subjek. kondisi diartikan sebagai suatu keadaan atau
Menurut Slovin (1990) dalam situasi. Sedangkan kondisi sosial masyarakat
Kusmayadi (2000:74), penentuan jumlah sampel diartikan sebagai keadaan masyarakat suatu
dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Negara pada saat tertentu (Kamus Umum
Bahasa Indonesia, 2000: 502). Jadi kondisi sosial
adalah suatu keadaan yangberkaitan dengan
Keterangan: keadaan atau situasi dalam masyarakat tertentu
: jumlah sampel yang yang berhubungan dengan keadaan sosial.
dikehendaki Menurut Dalyono (2005: 133), “Kondisi sosial
adalah semua orang atau manusia lain yang
: jumlah anggota populasi mempengaruhi kita”. Hal ini berarti bahwa
: margin eror (5 - 10%), margin eror lingkungan sosial juga mempengaruhi
ini merupakan derajat kesalahan dari suatu pencapaian pendidikan anak. Kondisi sosial
penelitian yang dilakukan. masyarakat mempengaruhi proses dan hasil
Dalam suatu penelitian hasil yang pendidikan (Ihsan, 2003: 10). Kondisi sosial yang
diperoleh tidak akan valid 100% namun ada mempengaruhi individu dijelaskan Dalyono
beberapa kesalahan seperti kesalahan dalam (2005: 133) melalui dua cara yaitu langsung dan
memilih responden. Margin eror yang tidak langsung. Secara langsung yaitu seperti
digunakan dalam hal ini adalah 10%. dalam pergaulan sehari-hari baik dari keluarga,
Populasi dalam penelitian ini adalah teman dan pekerjaan. Secara tidak langsung
jumlah penduduk pesisir di Desa sriwulan pada melalui media masa baik cetak, audio maupun
audio visual.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 501


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

Selanjutnya juga dijelaskan lingkungan a. lebih berpendidikan;


sosial yang sangat berpengaruh pada proses dan b. mempunyai status sosial yang ditandai
hasil pendidikan adalah teman bergaul, dengan tingkat kehidupan, kesehatan,
lingkungan tetangga dan aktivitas dalam prestise, pekerjaan, dan pengenalan diri
masyarakat (Dalyono, 2005: 246). Menurut terhadap lingkungan;
Ihsan (2003: 10), “Kondisi masyarakat di mana c. mempunyai tingkat mobilitas ke atas
memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, lebih besar;
terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan d. mempunyai ladang luas;
sumber belajar didalamnya akan memberikan e. lebih berorientasi pada ekonomi
pengaruh positif terhadap semangat dan komersial produk;
perkembangan belajar generasimuda”. Dalam f. mempunyai sikap yang lebih berkenaan
hal ini di mana kondisi sosial ini berpengaruh dengan kredit; dan
secara negatif terhadap pendidikan, maka g. pekerjaan lebih spesifik.
kondisi ini menjadi pembatas pendidikan. Orang Aspek ekonomi Desa dan peluang kerja
tua sebagai pendidik secara kodrati harus berkaitan erat dengan masalah kesejahteraan
mampu mengantisipasi pengaruh yang ada masyarakat Desa. Kecukupan pangan dan
karena tidak semua pengaruh kondisi sosial keperluan ekonomi bagi masyarakat baru
merupakan pengaruh yang baik. Menurut Linton terjangkau bila pendapatan rumah tangga
(2000: 42) kondisi sosial masyarakat mempunyai cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga
lima indikator yaitu: umur dan kelamin, dan pengembangan usaha-usahanya.
pekerjaan, prestise, famili atau kelompok rumah
tangga, dan keanggotaan dalam Pengertian Pesisir
kelompokperserikatan. Dari kelima indikator Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun
tersebut, hanya indikator umur dan kelamin 2007 pengertian wilayah pesisir adalah daerah
yang tidak terpengaruh oleh proses pendidikan, peralihan antara Ekosistem darat dan laut yang
sehingga tinggal empat indikator yang perlu dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
diukur tingkat perbaikannya, guna mengetahui Sedangkan pengelolaan wilayah pesisir adalah
tingginya manfaat sosial bagi masyarakat. suatu proses perencanaan, pemanfaatan,
Menurut Ahmed (2001: 41) manfaat dalam pengawasan, dan pengendalian sumberdaya
konteks sosial ekonomi bagi masyarakat dari pesisir antar sektor, antara pemerintah dan
suatu program pendidikan adalah berupa pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan
perbaikan dalam hal penghasilan, produktivitas, laut, serta antara ilmu pengetahuan dan
kesehatan, nutrisi, kehidupan keluarga, manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan
kebudayaan, rekreasi, dan partisipasi masyarakat.
masyarakat. Wilayah pesisir merupakan tempat
bertemunya daratan dan lautan.Wilayah pesisir
Konsep Kondisi Ekonomi Mayarakat telah membentuk ekosistem yang beragam dan
Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans sangat produktif yang memberikan nilai
Dieter Evers (2001: 21) keadaan ekonomi adalah ekonomi yang tinggi bagi manusia. Menurut
suatu kedudukan yang secara rasional dan Adisasmita (2006;46) Kawasan pesisir meliputi
menetapkan seseorang pada posisi tertentu wilayah daratan yang terkait pada wilayah
dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai perairan maupun wilayah laut yang
pula dengan seperangkat hak dan kewajiban berpengaruh terhadap wilayah daratan dan tata
yang harus dimainkan oleh si pembawa status. guna lahan. Pada kawasan pesisir tedapat
Menurutnya pula ada ciri-ciri keadaan sosial banyak penduduk dan pusat-pusat transportasi,
ekonomi yaitu: tempat pendaratan ikan, kegiatan pertanian

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 502


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

yang penting, industry di bidang perikanan dan gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal
pariwisata, serta menempatkan kawasan adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
tersebut merupakan struktur lahan yang Gravitasi bervariasi secara langsung dengan
penting untuk lokasi berbagai sarana dan massa tetapi berbanding terbalik terhadap
prasarana serta fasilitas umum dan fasilitas jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
sosial. matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali
lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam
Karakteristik Permukiman di Kawasan Pesisir membangkitkan pasang surut laut karena jarak
Masyarakat pesisir dalam kehidupan bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke
sehari hari tidak lepas dari ketergantungannya bumi.
akan sumberdaya pesisir karena mata Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke
pencaharian penduduknya yang bergantung arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
pada laut. Karena mata pencahariannya yang tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di
bergantung pada laut, maka masyarakat laut. Lintang dari tonjolan pasang surut
nelayan memilih untuk bertempat tinggal di ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu
wilayah pesisir. Hal ini merupakan salah satu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
faktor timbulnya permukiman yang berada di matahari.
wilayah pesisir yang membedakannya dengan
permukiman yang ada di wilayah perkotaan. Bencana Pesisir
Potensi dan sumber daya alam di kawasan Bencana pesisir berdasarkan UU No. 27
pesisir yang beraneka ragam menjadi daya tarik Tahun 2007 adalah kejadian karena peristiwa
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan alam atau karena perbuatan orang yang
hidupnya, sehingga terbentuklah permukiman menimbulkan perubahan sifat fisik dan/atau
pesisir yang bervariasi sesuai dengan tingkat hayati pesisir dan mengakibatkan korban jiwa,
penghidupan masyarakatnya (Hariyanto, 2006). harta, dan/atau kerusakan di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Di antara jenis bencana
Definisi Pasang Surut pesisir adalah banjir pasang surut (rob), yaitu
Menurut Pariwono (1989), fenomena masuknya air laut ke daratan sebagai akibat dari
pasang surut diartikan sebagai naik turunnya pasang surut air laut yang tinggi (Marfai, 2004
muka laut secara berkala akibat adanya gaya dalam Ritohardoyo, 2011). Terdapat 6 faktor
tarik benda-benda angkasa terutama matahari menurut Diposaptono dkk. (2009) dalam Timang
dan bulan terhadap massa air di bumi. (2011) yang menyebabkan banjir pasang surut
Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang air laut terjadi, yaitu:
surut laut merupakan suatu fenomena a. Kenaikan eustatis muka air laut di dunia;
pergerakan naik turunnya permukaan air laut b. Penurunan kerak bumi (crustal
secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi subsidence);
gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari c. Penurunan seismik permukaan tanah
benda-benda astronomi terutama oleh akibat adanya gempa bumi;
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda d. Penurunan yang terjadi secara alami
angkasa lainnya dapat diabaikan karena akibat adanya konsolidasi atau
jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. pemampatan tanah yang masih labil
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis atau sedimen lunak di bawah
yaitu: pasang surut atmosfer (atmospheric tide), permukaan;
pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang e. Penurunan akibat aktivitas manusia
surut bumi padat (tide of the solid earth) Pasang karena adanya pembuatan struktur
surut laut merupakan hasil dari gaya tarik

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 503


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

(beban bangunan), pengambilan air apapun yang terjadi secara alamiah di dalam
tanah, serta ekstraksi minyak dan gas; ekosistem atau dalam sistem manusia sebagai
f. Variasi yang disebabkan oleh fluktuasi reaksi terhadap perubahan lingkungan, baik
iklim sebagai konsekuensi faktor yang memperingan perusakan maupun
samudera seperti La Nina mengeksploitasi peluang-peluang yang
menguntungkan sebagai reaksi terhadap
Adaptasi perubahan-perubahan lingkungan yang sedang
Konsep adaptasi manusia sering terjadi atau yang akan terjadi. Adapun UNFCC
digunakan dalam penelitian-penelitian ekologi mendefinisikan adaptasi sebagai suatu hal yang
maupun antropologi untuk melukiskan menyangkut menemukan dan menerapkan
hubungan timbal balik antara manusia dengan cara-cara penyesuaian terhadap perubahan
ekosistem dalam proses evolusi sosio-budaya lingkungan (perubahan iklim) (Corpuz dkk.,
(Ritohardoyo, 2005). Adaptasi manusia sendiri 2009). Berdasarkan pemaparan teori di atas,
diartikan sebagai aktivitas-aktivitas manusia dapat ditarik kesimpulan bahwa titik tekan
dalam mencampurtangani lingkungan dalam batasan adaptasi manusia adalah proses
rangka mempertahankan kehidupannya dengan penyesuaian diri terhadap keadaan lingkungan
tingkat budaya yang dimiliki (Steward, 1955 yang berubah di sekitarnya, dengan tidak
dalam Ritohardoyo, 2005). bermaksud untuk menghilangkan perubahan
Pengertian lain tentang adaptasi lingkungan yang sedang terjadi.
(Rapaport, 1971 dalam Ritohardoyo, 2005) Lebih lanjut menurut Soeparman dalam
adalah suatu proses dari makhluk hidup atau Soeparwoto (2005:151-153) memperkuat
kelompok makhluk hidup dalam mengubah pendapat dari Julian H. Steward bahwa terdapat
keadaan-keadaan, struktur, atau susunan- empat prinsip yang terkait dengan penyesuaian
susunan mereka secara responsif, memelihara diri atau proses adaptasi yaitu:
keseimbangan (homeostatis) di dalam dan di 1. Penyesuaian diri adalah proses
antara mereka sendiri pada fluktuasi lingkungan penyelarasan antara kondisi diri atau
jangka pendek dan perubahan susunan atau individu sendiri dengan sesuatu objek
struktur lingkungan mereka dalam jangka atau perangsang melalui kegiatan
panjang. belajar.
Pengertian tentang adaptasi diatas 2. Proses penyesuaian diri selalu terjadi
belum dapat membedakan secara tegas antara interaksi antara dorongan dorongan
adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan dari dalam diri individu dengan
lingkungan. Dalam kaitannya dengan perubahan perangsang atau tuntutan lingkungan
lingkungan, atau sebagai misal dalam hal ini sosial.
adalah perubahan iklim, Corpuz dkk. (2009) 3. Melakukan penyesuaian diri diperlukan
membedakan antara adaptasi perubahan iklim adanya proses pemahaman diri dengan
dan mitigasi perubahan iklim. Adaptasi lingkungannya sehingga terwujud
perubahan iklim adalah proses penyesuaian keselarasan, kesesuaian, kecocokan,
sistem ekologi, sosial, atau ekonomi terhadap atau keharmonisan interaksi diri dan
stimuli iklim yang sebenarnya atau yang lingkungan.
diharapkan dan efek atau dampaknya. 4. Penyesuaian diri selalu berproses dan
Sedangkan mitigasi perubahan iklim adalah berkembang secara dinamis, sesuai
proses pengurangan emisi gas rumah kaca. dengan dinamika lingkungan hidup dan
Lebih lanjut, berdasarkan Pedoman Kelompok perkembangan dorongan keinginan
Badan PBB untuk Pembangunan, adaptasi individu.
didefinisikan sebagai proses penyesuaian

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 504


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

Untuk menjelaskan kehidupan sosial sebagai Utara mempunyai bentuk tubuh pendek
suatu sistem adaptasi, dibedakan menjadi tiga dan kekar. Dengan bentuk seperti itu,
aspek dalam keseluruhan sistem yaitu adaptasi pelepasan panas badan lebih kecil
ekologi, adaptasi sosial, dan adaptasi budaya. Sebaliknya, orang-orang Masai di
Adaptasi ekologi merupakan usaha kehidupan gurun-gurun Afrika bentuk tubuhnya
sosial menyesuaikan diri terhadap lingkungan tinggi langsing. Dengan bentuk tubuh
fisiknya. Adaptasi sosial berkaitan dengan demikian, pelepasan panas badan lebih
kelembagaan sosial yang diciptakan oleh suatu banyak sehingga mereka tidak
kehidupan sosial untuk mengendalikan atau kepanasan.
meredam konflik. Adaptasi budaya berkaitan 3. Adaptasi Budaya
dengan proses sosial, suatu individu akan Adaptasi budaya diartikan sebagai
berusaha membiasakan diri pada suatu tempat kebiasaan-kebiasaan penduduk dalam
dalam kehidupan social untuk dapat menyikapi keadaan alamnya sehingga
berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitasnya. terbentuk berbagai kebudayaan.
Adaptasi melalui perilaku menurut Misalnya, bentuk rumah orang Eskimo
Ritohardoyo (2005) adalah yang paling sesuai yang kecil, pendek, tanpa jendela, dan
untuk kajian ekologi manusia, karena beratap bulat berguna untuk
merupakan tanggapan yang paling cepat yang menanggulangi udara dingin dan
dilakukan manusia dan dapat diamati secara beratnya salju yang menempel di bagian
mudah dan jelas. Adaptasi manusia terhadap luar. Rumah orang-orang Saudi Arabia
keadaan geografinya dapat dibedakan menjadi ukurannya sempit, bertingkat, tanpa
adaptasi fisiologi, morfologi, budaya, bahan kanopi (atap), lantai paling atas
makanan, dan psikologis. digunakan sebagai tempat jemuran,
1. Adaptasi Fisiologis antene, dan air condition (AC). Hal itu
Adaptasi fisiologis diartikan sebagai sifat disebabkan kondisi geografisnya berupa
fisik manusia yang mampu tanah yang berbatu-batu dan hampir
menyesuaikan dengan keadaan alam tidak pernah mendapat hujan,
sekitarnya. Penduduk pegunungan 4. Adaptasi Bahan Makanan
biasanya mempunyai paru-paru yang Adaptasi bahan makanan diartikan
lebih besar dibandingkan dengan paru- bahwa makanan di berbagai daerah
paru penduduk pantai atau perkotaan. berbeda-beda sesuai dengan bahan
Hal ini dikarenakan dr daerah yang tersedia di alam sekitar. Penduduk
pegunungan kadar oksigen di udara daerah pegunungan lebih banyak
rendah. Akibatnya, paru-paru makan tumbuh-tumbuhan, penduduk
membesar sehingga dapat pantai makan ikan, dan penduduk
mendapatkan oksigen yang cukup. daerah padang rumput makan d a g i n g
Penduduk di daerah hulu sungai 5. Adaptasi Psikologi
terbiasa minum air mentah karena Adaptasi psikoiogis diartikan sebagai
sungai-sungainya masih bersih, oleh psikis atau sifat kejiwaan seseorang
karena itu mereka kebal terhadap terhadap kondisi geografis
penyakit flu dan batuk. lingkungannya. Daerah yang datar,
2. Adaptasi Morfologis tanahnya subur, iklimnya baik,
Adaptasi morfologis diartikan sebagai penduduknya berwatak halus lemah
penyesuaian bentuk tubuh terhadap lembut, santai, tidak terbiasa bekerja
kondisi geografisnya. Orang-orang keras, dan lebih mengutamakan harga
Eskimo yang hidup di sekitar Kutub diri. Sebaliknya, daerah yang berbukit-

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 505


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

bukit, kurang subur, kurang air, dan


gersang maka penduduknya berwatak
keras, kurang sopan santun, terbiasa
bekerja keras, dan lebih mengutamakan
terpenuhinya kebutuhan pokok.
Adaptasi manusia dapat dilakukan secara
spontan atau terencana, untuk merespon atau
mengantisipasi perubahan lingkungan (IPCC,
1996 dalam UNEP, 1998). Gambar 1
Kondisi Tambak Yang Terkena Rob di Desa
ANALISIS FISIK DI DESA SRIWULAN Sriwulan
Perubahan Penggunaan Lahan di Desa Sriwulan
Rob yang datang dari tahun ke tahun Tinggi Genangan Rob di Desa Sriwulan
menyebabkan perubahan lahan yang ada di Kondisi ketinggian genangan pasang
Desa Sriwulan. Perubahan tersebut berupa (Rob) diukur pada lokasi penelitian untuk
perubahan tata guna lahan permukiman mengetahui berapa besar nilai perubahan
menjadi lahan tambak dan pesisir laut. Hal ketinggian muka air laut dan durasi terjadinya
tersebut karena adanya rub yang membuat genangan. Lokasi penempatan tiang skala
perubahan garis pantai, dimulai pada tahun berada pada tempat terjadinya pasang surut
1990an yaitu perubahan lahan sawah menjadi yang bergerak secara bebas. Pengukuran
permukiman dan pertambakan, lalu awal tahun dilakukan di RT 8 RW 6 yang memiliki areal
1997 rob merusak lahan tambak dan pertambakan yang luas.
permukiman. Hal ini diungkapkan oleh Dari pengamatan, terlihat bahwa
Sekretaris Desa yaitu bapak Sri Martoyo, dimana genangan pasang (Rob) mulai terjadi bersamaan
beliau menyatakan: dengan pergerakan pasang air laut pada Pkl.
“ Dahulu di Desa Sriwulan masih banyak 02.00 dini hari hingga Pkl. 15.00. Ketinggian
areal persawahan sekitar tahun 80an sampai genangan mulai turun sekitar Pkl. 16.00. Surut
dengan tahun 1997 masih banyak sawah, akan terendah dimana tidak ada genangan air terjadi
tetapi menuju tahun 2000an banyak yang sudah pada Pkl. 21.00 hingga Pkl. 01.00. Kenaikan
menjadi permukiman dan tambak” tertinggi genangan pasang 65 cm. Sedangkan
Selain itu, munculnya rob juga ketinggian air mengalami kondisi stagnan
diungkapkan oleh bapak Siswoyo yang hampir selama 3- 4 jam.
mengatakan: Pengaruh ketinggian genangan terlihat
“Rob datang pada awal tahun 1997 hampir seragam pada seluruh area di Desa
pada saat munculnya krisis moneter, munculnya Sriwulan, hal ini disebabkan karena topografi di
rob pertama hanya lahan tambak saja, tetapi Desa Sriwulan datar. Walaupun pada saat
pada tahun 2000an rob sudah masuk ke dalam pengamatan tidak semua daerah mengalami
rumah dan merusak lahan permukiman warga” genangan pasang namun dapat terlihat dampak
Gambar di bawah ini adalah kondisi yang ditimbulkan oleh genangan pasang pada
tambak yang mulai rusak akibat bencana rob daerah yang lebih jauh dari pesisir. Hal yang
yang melanda. sangat jelas terlihat sebagai akibat pengaruh
genangan pasang adalah penurunan tanah dan
adanya timbunan tanah untuk menaikan fondasi
rumah.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 506


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

Kualitas Air Tanah Di desa Sriwulan Menurut Badan Lingkungan Hidup


Air tanah di Desa Sriwulan diperoleh Kabupaten Demak, hampir sebagian tanah di
dengan teknik pengeboran dengan rata-rata Desa Sriwulan bersifat basa dan lunak. hal ini
kedalaman 100-120 m. Air tersebut dijadikan mengindikasikan bahwa tanah tersebut
sebagai bahan baku air minum (Golongan A). cenderung bersifat basa karena adanya
Pembuatan sumur artesis relatif mahal sehingga endapan garam yang berasal dari genangan
sumur artesis tersebut digunakan secara pasang. Tanah di Desa Sriwulan sebagian besar
komunal. Lokasi pengeboran sumur artesis pada bukan merupakan tanah asli, tanah tersebut
umumnya berada dekat dengan Masjid atau merupakan tanah urugan. Berdasarkan hasil
Mushola, dan didistribusikan ke rumah warga wawancara, masyarakat mengakui bahwa dalam
melalui pipa paralon. Ada juga beberapa warga kurun waktu 3-4 tahun mereka harus menimbun
dengan kemampuan ekonomi baik yang tanah dengan jumlah timbunan sebanyak 2-3
memiliki sumur artesis di rumahnya. Mereka dam dengan harga timbunan Rp. 250.000/dam.
kemudian menjual air bersih tersebut kepada Penimbunan dimaksudkan untuk menambah
warga dengan menggunakan meteren dengan ketinggian fondasi dan halaman rumah sehingga
harga Rp. 2.500/m3. Air tersebut dialirkan ke terhindar dari genangan pasang (Rob). Dari hasil
rumah wargamelalui pipa. interview dengan warga , sebelum terjadi
genangan pasang, lahan di Desa Sriwulan
diperuntukkan sebagai lahan pertanian (sawah).
Namun, dengan adanya genangan pasang yang
intens dalam kurun waktu lama ± 19 tahun
lahan tersebut beralih fungsi menjadi tambak.
Hal ini menunjukkan adanya upaya adaptasi
warga terhadap rob dimana terjadi perubahan
mata pencaharian dari petani sawah menjadi
Gambar 2 petani tambak.
Meteran Sumur Artesis di Desa Sriwulan
ANALISIS SOSIAL EKONOMI DI DESA SRIWULAN
Berdasarkan hasil wawancara, beberapa Persepsi dan Kondisi Banjir Rob di Desa
warga mengaku bahwa mereka telah dilarang Sriwulan
oleh Dokter untuk tidak mengkonsumsi airtanah Masyarakat Desa Sriwulan mengartikan
yang berasal dari sumur artesis tersebut. Oleh rob sebagai kenaikan muka air laut yang terjadi
sebab itu, beberapa warga yang memiliki secara alami. Namun ada pula masyarakat yang
kemampuan ekonomi lebih, memilih untuk berpendapat bahwa rob terjadi akibat turunnya
memperoleh air bersih dengan cara membeli muka bumi karena banyak galian sumur artesis
“air gunung”. Air tersebut dibeli dengan harga yang tak terkendali dan beban bangunan di
Rp. 3.000/jerigen. Selain itu, terdapat beberapa sekitar pesisir pantai. Daerah yang terkena rob
warga yang memiliki sumur artesis pribadi, dan terpengaruh oleh pasang surut air laut. Rob
menjualnya kepada tetangga sekitar dengan terjadi lebih dari 20 tahun yang lalu, sekitar
harga Rp. 2.500/m3, akan tetapi akses jalan 1995. Semakin lama ketinggian rob semakin
yang buruk di Dusun Nyangkringan bertambah dan semakin luas. Dalam satu tahun
mengakibatkan sulitnya distribusi “air gunung”. terakhir ini banjir rob semakin parah memasuki
Sehingga hanya 4 dusun yang pendistribusian rumah bahkan merusak benda–benda di rumah
air gunungnya bagus. dan menyebabkan kerugian yang sangat besar.
Genangan pasang rob masuk lewat sungai-
Kualitas Tanah di Desa Sriwulan sungai di Semarang -Demak yang bermuara di

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 507


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

Laut Jawa. Lantaran sungai itu tak mampu


menampung luapan, rob masuk ke saluran- Perubahan Mata Pencaharian di Desa Sriwulan
saluran yang menuju sungai itu. Tak selamanya Dampak sosial dari munculnya rob di
saluran itu mampu menampung luapan. Sudah Desa Sriwulan adalah adanya perubahan mata
menjadi sifat air yang mencari daerah cekungan, pencaharian. Perubahan ini diakibatkan
maka begitu air tidak tertampung di saluran hilangnya lahan tambak oleh rob. Akibat
yang ada, lalu mencari wilayah-wilayah di hilangnya lahan tambak yang dahulu menjadi
sekitar saluran yang merupakan daerah sumber mata pencaharian masyarakat Desa
cekungan. Di Desa Sriwulan ada dua sungai yang Sriwulan menjadi permasalahan bagi
mengalir menuju ke laut. Apabila banjir sungai masyarakat yang dahulu mengandalkan mata
meluap, bahkan sampai merusak talud pencaharian dengan bertambak.
pembatasnya. Akibatnya, air meluap ke Akibat hilangnya tambak maka
cekungan di sekitar Perumahan Raden Patah. penduduk yang bermata pencaharian dari
Bagi sebagian besar masyarakat Sriwulan, rob tambak sebagian besar memilih untuk tidak
sudah merupakan hal biasa, sehingga rasa bekerja dan mengandalkan penghasilan rumah
kekhawatiran mulai hilang. Karena pengalaman, tangga dari anak atau keluarga yang bekerja
kebiasaan, serta ilmu titen dari nenek moyang, sebagai buruh pabrik. Kemudian sebagian
mereka dapat memprediksi kapan air pasang. petambak mencari pekerjaan alternatif untuk
Ilmu titen ini merupakan kearifan lokal yang memenuhi kebutuhan sehari hari. Pekerjaan
dimiliki masyarakat nelayan untuk mencari ikan. alternatif yang dijalani biasanya adalah menjadi
Dari hasil wawancara dengan warga yang buruh bangunan ataupun buruh industri.
bermata pencaharian dari hasil tambak,
diperoleh prediksi atau ilmu titen bahwa Perubahan Perilaku Kesehatan di Desa
mongso ketigo merupakan saat tenang, banjir Sriwulan
rob tidak tinggi. Mongso kepapat sampai Permasalahan kesehatan di Desa
mongso kelimo mulai ada udang dan ikan kecil, Sriwulan dapat dikatakan relatif rumit, karena
banjir rob mulai sedang. Mongso keenam mulai sangat terkait dengan lingkungan dan ekonomi.
ada udang besar dan banjir rob besar. Mongso Dalam menjaga kesehatan masyarakat Desa
kepitu campuran udang kecil dan besar. Mongso Sriwulan tidak melakukan kegiatan khusus,
kedelapan udang besar semua, banjir rob sangat karena kehidupan mereka cukup keras, artinya
besar. Mongso kesongo banjir rob mencapai setiap langkah kehidupan mereka adalah hanya
puncaknya. untuk memperoleh penghasilan. Warga
masyarakat dalam mengatasi sakit yang
dideritanya berbeda sesuai dengan karakteristik
desa. Warga desa sriwulan memiliki fasilitas
kesehatan lebih baik dan cenderung
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Genangan rob Dengan berbagai alasan ekonomi,
mereka menganggap dirinya tidak mampu,
maka mereka melakukan pengobatan sendiri
dengan obat obat yang dijual bebas sampai
batas tertentu kemudian dilakukan perawatan
yang lebih baik dan memadai jika dirasa
sakitnya sudah parah. Terlebih akibat
Gambar 3
penurunan pendapatannya, para masyarakat
Rumah Warga Terendam Rob di Desa Sriwulan
yang bermata pencaharian dari tambak lebih

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 508


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

memprioritaskan konsumsi pangan, sehingga


sakit yang tidak parah akan dilakukan
pengobatan sendiri menggunakan obat bebas
tanpa resep dokter.

ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN DI DESA


SRIWULAN
Kondisi Rumah di Desa Sriwulan
Berdasarkan pengamatan di lapangan,
sebagian besar kondisi rumah di Desa Sriwulan
sudah permanen. Di Desa Sriwulan tepatnya di
dusun Pondok Raden Patah semua bangunan
rumah sudah permanen, dikarenakan Pondok Gambar 4
Raden Patah adalah kawasan perumahan yang Kondisi Jalan Dusun Pondok Raden Patah,
ada di Desa Sriwulan. Walaupun sudah banyak Kondisi Jalan Dusun Nyangkringan dan Kondisi
rumah yang permanen, tidak dipungkiri ada Masjid di Dusun Pondok Raden Patah
beberapa rumah yang masih belum permanen.
Rumah yang belum permanen tersebut
berlokasi di Dusun Nyangkringan. ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA
ROB DI DESA SRIWULAN
Jaringan Jalan dan Fasilitas Umum di Desa Adaptasi di Sekitar Tempat Tinggal
Sriwulan Masyarakat melakukan adaptasi di
Jaringan jalan yang ada di Desa Sriwulan sekitar tempat tinggal dengan meninggikan
sudah ada yang memadai dan ada yang belum lantai rumah dan atapnya, menambah lantai
memadai. Jaringan jalan yang sudah memadai rumah (rumah dua lantai), mengurug tanah dan
berada di Pondok Raden Patah, dikarenakan jalan di sekitar rumah, meninggikan barang -
dusun tersebut terakses langsung dengan jalan barang perabot rumah tangga serta
pantura Semarang-Demak. Sedangkan jaringan meninggikan pipa distribusi air bersih. Beberapa
jalan yang belum memadai berada di Dusun Kepala Keluarga (KK) meninggikan rumah dan
Nyangkringan dan perumahan Pondok Raden atapnya tidak hanya sekali, rata – rata mencapai
Patah tahap 3. Belum memadainya jalan tiga kali. Bagi warga yang tidak memiliki dana
tersebut dikarenakan kedua wilayah tersebut untuk meninggikan rumah, maka resikonya
berbatasan dengan laut sehingga jalan sering ketika banjir rob datang, rumah mereka akan
tergenang rob. terendam air sangat tinggi, barang – barang juga
rusak, bahkan hampir tidak layak dipakai. Ada
warga yang meninggikan rumahnya dengan
model rumah panggung, namun ada juga yang
biasa. Model rumah panggung lebih tahan lama
daripada model rumah biasa, namun
membutuhkan biaya yang besar. Beberapa
warga yang mendapat bantuan dari pemerintah,
mulai merenovasi rumahnya dengan model
rumah panggung.
Rumah di sekitar perkampungan
Sriwulan ada yang ditambah menjadidua lantai.
Lantai ke-dua berfungsi untuk ruangan evakuasi,

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 509


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

ketika banjir rob datang cukup besar di lantai dianggap perlu oleh masyarakat karena selama
pertama. Pada akhirnya, akan terlihat ini belum ada kesulitan distribusi air bersih.
perbedaan yang jelas antara rumah satu dengan Masyarakat yakin bahwa sumur artesis ini akan
lainnya. Warga yang memiliki dana untuk bertahan lama dan aman.
renovasi rumahnya, dan warga yang tidak
memiliki dana untuk renovasi rumah. Walau
pun bertetangga, kadang terlihat jelas
perbedaannya ada yang rumahnya sangat tinggi,
dan ada yang rumahnya sangat pendek sehingga
bisa menimbulkan kesenjangan sosial.
Jalan di sekitar rumah pun diperbaiki dengan
cara mengurung tanah untuk meninggikannya.
Di samping jalan juga dibangun talud – talud
sebagai pencegah air mengalir menuju rumah –
rumah. Dana pembangunan jalan masih
swadana dari masyarakat sendiri. Ada beberapa
kelompok yang melakukan jimpitan atau pun Gambar 5
lelang sumbangan bantuan dana. Peninggian Rumah Tinggal Yang Ditinggikan di Desa
jalan dilakukan secara bertahap, sehingga jalan Sriwulan
di sekitar perkampungan masih terlihat rusak
dan sangat susah dilalui. Barang dan perabot Adaptasi Pada Lahan Tambak
rumah tangga ditinggikan agar tidak terendam Adaptasi pada lahan tambak untuk
air sehingga mudah rusak. Barang – barang yang menghadapi rob dengan meninggikan tanggul
rentan dan cepat sekali rusak adalah yang tambak dam memasang jaring waring di
terbuat dari besi. Oleh karena itu, beberapa sekeliling tambak. Tanggul tambak dibuat agar
warga mengganjal meja, lemari, kursinya air dari tambak tidak meluap ke jalan – jalan dan
dengan batu bata, atau benda lain yang cukup sekitar perumahan warga. Pembuatan tanggul
kuat.Perabot rumah tangga yang tidak tambak masih menggunakan dana swadana dari
diperlukan dibungkus plastic dan disimpan (di masyarakat. Dana diperolah dari jimpitan per
tempat yang aman). Hampir tidak ada sama RW atau pun dari organisasi sosial. Beberapa
sekali perabot kecil yang ada di bawah lantai. nelayan mengeluh karena pendapatan mereka
Pipa distribusi air bersih yang mengalir menuju berkurang, karena ikan dan udang sulit
rumah tangga ditinggikan pula. Pipa distribusi ditangkap ketika pasang tinggi. Tambak pun
air bersih selalu dicek oleh petugasnya, sehingga seolah – olah telah menjadi lautan. Para nelayan
apabila terjadi kebocoran bisa segera ditangani. dan petambak pun berinisiatif memasang
Biaya operasional distribusi air untuk setiap jaring/waring yang tinggi di sekeliling tambak
warga berbeda – beda tergantung pemakaian. untuk mempermudah menangkap ikan atau pun
Pemakaian permeter kubik dikenakan biaya Rp udang ketika air pasang tinggi.
2.500,00. Sumber air bersih warga sebagian
besar dari sumur artesis yang kedalamannya
mencapai 150 m. Penggunaan sumur artesis
justru akan memperberat muka bumi, sehingga
menyebabkan turunnya muka tanah, namun
masyarakat belum menyadari sepenuhnya.
Penggunaan Penampung Air Hujan, sebagaia
alternatif mendapatkan air bersih belum

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 510


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

mudah berkarat. Masjid dan sekolah pun


ditinggikan lantainya.

Gambar 6 Gambar 7
Aktivitas Petani Tambak Memperbaiki Waring Tiang Listrik Dengan Pipa PVC dan Beton di
di Desa Sriwulan Desa Sriwulan

Bentuk Adaptasi Masyarakat di Desa Sriwulan


Adaptasi Aktivitas Sosial Ekonomi
Rob sangat mengganggu aktivitas
Tabel 1
masyarakat terutama pada saat pertemuan
Bentuk Adaptasi Masyarakat Berdasarkan
organisasi sosial. Pengajian dilaksanakan pada
Kepentingan di Desa Sriwulan
saat tidak rob. Apabila dilaksanakan pada saat
rob, pelaksanaanya dengan berdiri. Kondisi ini
No Jenis Bentuk Adaptasi
menyebabkan berkurangnya anggota pengajian Adaptasi
sampai. Pelaksanaan sholat jumat pun
terganggu, sehingga warga melaksanakan sholat
jumat di serambi – serambi masjid. Oleh karena 1 Adaptasi Meninggikan lantai
itu, warga berinisiatif meninggikan fasilitas Individu rumah
umum seperti masjid. Meningkat bangunan
Mata pencaharian sebagian besar rumah menjadi dua
masyarakat berubah. Banyak warga yang lantai
kehilangan sawah/ bengkoknya. Tambak pun Pembuatan tanggul
sudah berubah menjadi laut. Mata pencaharian penahan pada pintu
masuk rumah
sebagian besar masyarakat awalnya petani dan
Pengurukan lahan
nelayan, sekarang mayoritas menjadi buruh
sisa yang terkena rob
pabrik di sekitar Semarang – Demak. Pabrik untuk menanambah
terdekat di sekitar perkampungan masyarakat perekonomian
yaitu pabrik pakan ternak, batubara dan keluarga dengan
tas/sepatu. Oleh karena itu, sekarang dibangun warung
masyarakat banyak menjadi buruh. Membayar iuran
bulanan untuk air
Adaptasi Fasilitas Umum artesis
Beberapa fasilitas umum diperbaiki oleh Pendalaman tandon
masyarakat untuk menjalankan aktifitas sosial sumur artesis di
dengan lancar. Di perkampungan tiang listrik depan rumah
Mengganti dan
menggunakan beton, sedangkan di perumahan
meninggikan waring
menggunakan pipa PVC yang bagian bawahnya
atau jaring pada
dilapisi beton. Penggunaan beton sebagai tiang lahan tambak yang
listrik untuk mencegah agar tiang listrik tidak terkena rob

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 511


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

Bentuk adaptasi pasif di sini adalah


2 Adaptasi Pengurukan jalan berupa pemahaman masyarakat dari
Kelompok dengan pengalaman turun temurun tentang
pembangunan kapan rob bisa terjadi. Dalam hal ini
bergotong royong masyarakat menggunakan ilmu titen
Pavingisasi jalan
atau prediksi.
dengan
3. Adaptasi sosial
pembangunan
bergotong royong Adaptasi Sosial di sini adalah berupa
Pembuatan instalasi wujud kegotong royongan dan
pompa penyedot air kekompakan masyarakat dalam
rob dengan menghadapi rob, seperti bekerja sama
pembangunan dalam peninggian jalan, pembuatan
bergotong royong instalasi pompa penyedot rob, dan
Pembuatan tanggul perbaikan fasilitas umum yang ada demi
sebagai penahan rob kepentingan bersama.
Peninggian fasilitas 4. Adaptasi ekonomi
umum seperti masjid Masyarakat beradaptasi untuk
dengan
memenuhi kehidupan mereka dengan
pembangunan
bergotong royong meninggalkan mata pencaharian di Desa
Modifikasi lampu Sriwulan, yang dulunya petani tambak,
penerangan jalan sekarang bekerja menjadi buruh untuk
dengan pipa pvc yang mampu beradaptasi.
dicor secara 5. Adaptasi Budaya
bergotong royong Dalam hal ini, budaya kegotong
royongan dan keagamaan senantiasa
dipertahankan dan diperkuat
KESIMPULAN dikarenakan semua hal tersebut mampu
Berdasarkan analisis yang sudah menjadi kekuatan dalam bertahan di
dijabarkan, dapat diambil kesimpulan termasuk lingkungan yang saling membutuhkan
dalam bentuk adaptasi yang seperti apakah untuk menghadapi bencana rob secara
yang dilakukan oleh masyarakat di Desa bersama sama.
Sriwulan dalam menghadapi bencana rob.
Bentuk adaptasi tersebut antara lain: Rekomendasi
1. Adaptasi aktif Rekomendasi yang diajukan oleh
Dalam adaptasi aktif tindakan yang peneliti sebagai hasil dan tindak lanjut dari
dilakukan masyarakat antara lain penelitian ini adalah:
dengan mengubah atau memodifikasi 1. Agar adaptasi dapat bertahan lama,
tempat tinggal, lahan mata sebaiknya masyarakat lebih
pencaharian, dan fasilitas umum yang memperkuat persepsi mereka tentang
ada seperti peninggian dan peningkatan bentuk adaptasi yang sudah mereka
rumah menjadi dua lantai, pengurukan lakukan. Dalam hal ini, masyarakat
jalan, penggantian waring atau jaring harus mampu mempertahankan
pada areal tambak, dan mengubah adaptasi yang mereka lakukan, yaitu
material fasilitas umum yang ada dengan cara mempelajari bagaimana
dengan bahan yang tahan terhadap rob. karakteristik rob dari tahun ke tahun.
2. Adaptasi pasif Sehingga nantinya adaptasi yang

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 512


Bentuk Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Rob Aditya Listiyan Sutigno dan Bitta Pigawati

dilakukan bisa lebih termodifikasi Corpuz, V., Chavez, Soriano. 2008. Panduan
mejadi lebih baik. tentang Perubahan Iklim dan
2. Untuk dapat menghadapi bencana rob Masyarakat Adat. Tebtebba,
secara maksimal melalui adaptasi
Indegenous Peoples’ International
masyarakat sebaiknya kita memperbaiki
masyarakat yang ada, dalam hal ini Centre for Policy Research and
ditujukan untuk masyarakat kelas sosial Education.
ekonomi rendah dengan memberikan
pendidikan yang layak berupa beasiswa Departemen Kelautan dan Perikanan. Panduan
sehingga nantinya masyarakat kalangan Penyusunan RencanaKawasan
tersebut mampu menjadi cerdas dan Permukiman Pesisir.
mampu meningkatkan perekonomian
mereka sehingga mereka tanggap Dahuri, Rokhimin. 1996.Pengelolaan Sumber
terhadap bencana rob dan tidak pasrah Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan
begitu saja dikarenakan alasan Secara Terpadu. Jakarta: PT Prandya
ekonomi. Pramita
3. Perlu adanya perhatian penuh untuk
daerah yang terkena bencana rob untuk Dalyono, 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta.
melakukan tindakan antisipasi yang Rineka Cipta
terencana yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjarief. 2010.
Kabupaten Demak serta Lembaga Sosial Tata Ruang Air. Yogyakarta: ANDI
Masyarakat yang peduli terhadap
lingkungan. Sehingga lingkup Mubyarto. 2001. Profil Kehidupan Sosial
masyarakat di sekitar bencana rob bisa
Ekonomi Masyarakat Petani Tebu.
lebih tanggap dalam menghadapinya.
Sukadana Udik. Lampung Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Soeparwoto, dkk. 2005. Psikologi
Anonim. 2011. UU No. 1 Tahun 2011 Tentang
Perkembangan. Semarang: Upt Mkk
Perumahan dan Kawasan Permukiman.
UNNES.
Anonim. 2007. UU No. 27 Tahun 2007 Tentang
Sukadana, A.A. 1983. Antropologi Ekologi.
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Surabaya: Airlangga University Press.
Pulau Kecil.
Sugiyono.1998. Metode Penelitian Kuantitatif,
Balai Besar Meteorologi dan Geofisika. 2005.
Tinjauan Umum Bencana Alam dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Mitigasinya. Disampaikan pada Seminar Bandung
Bencana Alam HAGI di Makassar 24
Februari 2005. www.demakkab.go.id

Bappeda Kabupaten Demak, 2014 www.kemenpera.go.id

Coburn, A.W., Spence, Pomonis. 1994. Mitigasi www.p2kp.org


Bencana. Cambridge Architectural
Research Limited.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 499-513 | 513

Anda mungkin juga menyukai