Berbahasa Autisme
ELSA RAKHMANITA
Universitas Sebelas Maret
elsarakhma12@gmail.com
ABSTRACT
This journal article aims to provide data related to autism language disorders and their
relationship with psycholinguistics. The method used is based on a qualitative description method, which
is a research method by providing an explanation in the form of a description based on data from various
scientific references. Based on data and scientific references collected, analyzed, and studied, the results
show that autism is a behavior disorder due to nerve development that affects a person's ability to
communicate and interact. The main symptom caused by people with autism is a language disorder.
People with autism experience interference and difficulty in speaking and other language activities.
Disorders in language can occur due to the inhibition of autistic children in obtaining and absorbing the
languages that exist in the surrounding environment. Autism disorder is one of the studies in
psycholinguistics. Psycholinguistics applies the basic pattern in the acquisition of one's language. In the
process of language acquisition, mental or psychological symptoms can be found that affect one's ability
to speak. One of them is mental or psychological symptoms in people with autism.
Keywords: psycholinguistics, language disorders, speech therapy autism, applied behavior analysis
ABSTRAK
Gangguan berbahasa merupakan salah satu kajian yang dibahas dalam psikolinguistik
Gangguan berbahasa dapat menghambat seseorang dalam berbahasa. Artikel jurnal ini bertujuan
untuk memberikan data terkait gangguan berbahasa autisme dan hubungannya dengan psikolinguistik.
Metode yang digunakan berdasarkan metode deskripsi kualitatif, yaitu metode riset dengan memberikan
penjelasan berupa deskripsi berdasarkan data dari berbagai referensi ilmiah. Berdasarkan data dan
referensi ilmiah yang dikumpulkan, dianalisis, dan dikaji, didapatkan hasil bahwa autisme merupakan
suatu gangguan perilaku akibat perkembangan syaraf yang berpengaruh pada kemampuan seseorang
untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Gejala utama yang ditimbulkan oleh pengidap autisme adalah
gangguan dalam berbahasa. Pengidap autisme mengalami gangguan dan kesulitan dalam berbicara
maupun kegiatan berbahasa yang lain. Gangguan dalam berbahasa tersebut dapat terjadi karena adanya
keterhambatan anak autis dalam memperoleh dan menyerap bahasa-bahasa yang ada di lingkungan
sekitar. Gangguan berbahasa autisme merupakan salah satu kajian dalam psikolinguistik. Psikolinguistik
menerapkan pola dasar dalam pemerolehan bahasa seseorang. Dalam proses pemerolehan bahasa dapat
ditemukan gejala-gejala mental atau psikologi yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
berbahasa. Salah satunya adalah gejala mental atau psikologi pada pengidap autisme.
Kata kunci: psikolinguistik, gangguan berbahasa, terapi berbicara, autisme, applied behavior analysis
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan komponen utama dalam komunikasi seelain gerak tubuh, nada, dan
sebagainya. Bahasa dalam ranah linguistik dikatakan sebagai sebuah sistem bunyi yang
arbriter, konvensional, dan digunakan manusia untuk komunikasi 10(Muradi, 2018). Bahasa
berperan sebagai media untuk menyampaikan gagasan, berinteraksi dan berkomunikasi.
Bahasa merujuk pada istilah untuk menjelaskan makna dan pikiran ke dalam sistem linguistic
yang digunakan sebagai dasar mengangkut pikiran. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi
antar anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Dapat dikatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan digunakan oleh
para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri
18
(Tarigan, 2019). Bahasa memiliki sifat universal sehingga bahasa manapun dapat diperoleh
oleh seseorang 1(Adi, 2018). Pentingnya faktor bahasa sebagai alat komunikasi inilah yang
menjadikan beberapa linguis menyatakan bahwa berbahasa sama pentingnya dengan bernapas.
Noam Chomsky, bapak Linguistik dunia, mengatakan, jika kita mempelajari bahasa maka pada
hakikatnya kita sedang mempelajari esensi manusia, yang menjadikan keunikan manusia itu
sendiri 11(Muzaiyanah,2015).
Salah satu kajian dalam ilmu linguistik adalah Psikolinguistik. Psikolinguistik dapat
dikatakan sebagai interdisiplin antara Linguistik dan Psikologi. Psikolinguistik merupakan
pengembangan dari dua bidang ilmu tersebut. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah
laku manusia, yaitu interaksinya dengan dunia sekitar, seperti dengan sesame manusia, hewan,
lingkungan, kebudayaan, dll 17(Suroso, 2014). Linguistik merupakan telaah ilmiah mengenai
bahasa manusia. Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari
perilaku berbahasa, baik itu perilaku berbahasa yang tampak ataupun yang tidak tampak
12
(Natsir, 2017). Dalam kajiannya, psikolinguistik juga membahas hubungan antara otak
manusia dengan bahasa. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum,
psikolinguistik merupakan salah satu bidang kajian dari linguistik makro yang mempelajari
proses-proses mental yang dilalui manusia dalam berbahasa.
Menurut KBBI, gangguan adalah halangan, rintangan, godaan, sesuatu yang
menyusahkan. Mengganggu juga diartikan sebagai hal yang menyebabkan ketidakwarasan
atau ketidaknormalan (tentang jiwa, kesehatan, pikiran), hal yang menyebabkan
ketidaklancaran. Berbahasa memiliki arti berkomunikasi menggunakan suatu bahasa.
Kemampuan berbahasa meliputi berbicara, menulis, membasa, dan menyimak. Salah satu
keterampilan yang produktif adalah keterampilan berbicara, yaitu kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi, atau lata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan, serta
menyampaikan pikiran , gagasan, dan perasaan. Gangguan berbahasa berarti halangan,
rintangan, dan sesuatu yang menyusahkan seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi, atau lata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan, serta menyampaikan pikiran ,
gagasan, dan perasaan. Anak yang normal memperoleh bahasa secara alami dan mampu
mendapatkan pembelajaran bahasa.Namun, sebagian anak lainnya mengalami kesulitan
karena beberapa sebab dalam kaitannya untuk memperoleh bahasa dan pembelajaran bahasa
7
(Hikmawati, 2018).
Terdapat beberapa penyakit atau gangguan yang dapat mempengaruhi kemampuan
berbahasa seseorang. Gangguan tersebut banyak terjadi akibat akibat beberapa penyakit atau
gangguan pada perkembangan syaraf yang memberi dampat pada cara dan kemampuan
seseorang dalam berbahasa. Perlu diketahui, bahwa otak merupaka pusat dari berbagai
aktivitas manusia, termasuk dalam berbicara atau berbahasa. gangguan dalam berbahasa
merupakan kajian dalam salah satu cabang linguistic makro, yaitu psikolinguistik. Gangguan
berbahasa merupakan salah satu fokus pembahasan dalam psikolinguistik. Psikolinguistik
merupakan studi proses mental dalam pemakaian bahasa. Psikolinguistik menguraikan proses-
proses psikologi ketika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya ketika
berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia 3(Chaer,
2015). Psikolinguistik mendiskusikan tentang berbagai macam gangguan bahasa, yakni dyslexia,
anomia aphasia, apraxia, alexia, dan autis. Anak autis merupakan seseorang yang tidak bisa
berkomunikasi dengan baik karena memiliki kesulitan untuk memahami suatu pembicaraan
6
(Fimawati, 2017).
Salah satu gangguan berbahasa adalah gangguan berbahasa pada autisme. Autisme atau
yang disebut pula Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah suatu gangguan perkembangan
syaraf yang terus terhadap kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang-orang di sekitarnya (American Psychiatric Association 1994). Gangguan ini dapat
berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam berbahasa, karena pengidap autisme bahkan
tidak dapat mengucap satu kata pun pada usia satu tahun. Gangguan berbahasa pada autisme
dapat ditangani dengan berbagai terapi komunikasi dan terapi penunjang lainnya sehingga
dapat memperbaiki kemampuan berbahasa bagi pengidapnya. Melalui kajian psikolinguistik,
dapat diketahui berbagai gejala mental dan psikologi yang dialami oleh pengidap autisme
terkait gangguan dalam berbahasa serta berbagai penanganan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi dengan lingkungan.
Istilah autism berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme yang berarti suatu
aliran. Autism diartikan sebagai suatu aliran dimana seseorang hanya tertarik pada dunianya
sendiri 16(Subyantoro, 2013). Autisme juga dapat diartikan sebagai cacat pada perkembangan
syaraf dan psikis manusia yang terjadi sejak janin dan seterusnya sehingga menyebabkan
kelemahan atau perbedaan dalam berinteraksi sosial, kemampuan berkomunikasi, pola minat,
dan tingkah laku (Subyantoro, 2013).
METODE
Metode yang dilakukan dalam penyusunan artikel jurnal ini adalah metode deskripsi kualitatif,
yaitu metode riset dengan memberikan penjelasan berupa deskripsi berdasarkan data dan
berbagai referensi ilmiah. Data dan referensi ilmiah tersebut dikumpulkan, dianalisis, dan dikaji
hingga menghasilkan suatu kesimpulan. Kesimpulan inilah yang menjadi hasil dan
pembahasan pada artikel jurnal ini. Pada jurnal ini data dan referensi berupa teori-teori dari
berbagai sumber terkait psikolinguistik dan gangguan berbahasa autisme.
SIMPULAN
Gangguan berbahasa pada autisme sebenarnya dapat diatasi melalui terapi komunikasi atau
terapi wicara. Terapi ini merupakan metode pembelajaran bahasa yang tidak hanya mengenai
belajar bahasa lisan, tetapi juga bahasa tulis. Keberhasilan terapi komunikasi atau terapi wicara
dapat dilihat dari kemampuan penderita autis dalam mengemukakan pengetahuan yang telah
diserapnya melalui bahasa lisan dan bahasa tulis.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu diperhatikan bahwa dalam mengasah dan melatih
kemampuan berbahasa dan komunikasi bagi penderita autisme adalah dengan melakukan
penanganan yang tepat dan pengenalan gejala autisme sejak dini sheingga penderita autisme
dapat menemukan bakat dan kemampuannya. Selain itu, untuk mengembangkan kemampuan
dalam berinteraksi sosial, diperlukan jalinan komunikasi dan interaksi dengan penderita autis
secara terus-menerus dan berkelanjutan.
Gangguan berbahasa autisme memang belum dapat disembuhkan secara langsung. Perlu
dilakukan berbagai terapi dan pengobatan penunjang lainnya guna mendukung pengidap
autisme untuk bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Dukungan dari
orangtua, keluarga, dan orang-orang terdekat merupakan faktor yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan dalam terapi autisme, khususnya dalam kaitannya dengan gangguan
berbahasa. penderita autisme bukan anak idiot, mereka hanya memusatkan perhatian pada diri
sendiri sehingga tidak dapat fokus dan sulit berbaur dengan sekitar. Ilmu psikolinguistik
mencoba menelusuri, mengidentifikasi, dan memberikan kajian terkait gangguan berbahasa
pada penderita autisme dilihat dari segi ilmu kebahasaan atau linguistik, bukan secara medis
atau psikologi yang berkaitan langsung dengan gejala, penyebab, dan pengobatannya secara
umum. Namun, psikolinguistik lebih menitikberatkan dari bagaimana penderita autisme
memperoleh bahasa pertamanya dan seperti apa mereka memperoleh bahasa berikutnya atau
disebut dengan pembelajaran bahasa.
REFERENSI
1
Adi, Afry; Riskiana WA., Oktaviana A P., & Sumarlam.2018. Peranan Pola Pengasuhan
terhadap Pemerolehan Bahasa pada Anak: Sebuah Kajian Psikolinguistik. Jurnal Literasi.
8(2): 75-83 http://dx.doi.org/10.23969/literasi.v8i2.1288
2
Ali. 2017. Ekspresi Verbal Bunyi Konsonan Bahasa Indonesia Penderitaautistic Spectrum
Disorder Dewasa. Jurnal Bahastra. 1(2): 1-7.
http://www.jurnal.unma.ac.id/index.php/CP/article/download/1353/1235
3
Chaer, Abdul. 2015. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta
4
Dardjowidjojo. 2012. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia
5
Ezmar&Ramli. 2014. Bahasa Anak Autis Pada Slb Cinta Mandiri Lhoksumawe. Jurnal
Metamorfosa. 2(2):1-18. http://metamorfosa.stkipgetsempena.ac.id/?
journal=home&page=article&op=view&path%5B%5D=18
6
Fimawati, Yuli., Ni Made Dhanawaty & Ni Wayan Sukarini. 2017. Kemampuan Berbahasa
Anak Autis Tipe Pddnos di SLB Muhammadiyah Sidayu Gresik: Kajian Psikolinguistik.
Jurnal Linguistika. 24(47) : 203-220.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/linguistika/article/view/38182/23152
7
Hikmawati, Yaumil. 2018. Pemerolehan Bahasa Pada Anak Autis: Kajian Psikolinguistik.
Artikel Penelitian. Universitas Tanjungpura Pontianak.
8
Indah, Rohmani Nur. 2011. Gangguan Berbahasa: Kajian Pengantar. Malang: UIN-Maliki Press.
9
Mareyke, Jessy., & Noviana, D. 2019. Efektivitas Terapi Applied Behavior Analysis (Aba) terhadap
Perkembangan Bahasa Anak Berkebutuhan Khusus Autisme. Jurnal Cakrawala Pendas. 5(2):
105-109. http://dx.doi.org/10.31949/jcp.v5i2.1353
10
Muradi, Ahmad. 2018. Pemerolehan Bahasa dalam Perspektif Psikolinguistik dan Alquran.
Jurnal Tarbiyah. 7(2) :145-162. http://dx.doi.org/10.18592/tarbiyah.v7i2.2245
11
Muzaiyanah, M. (2015). Proses Pemerolehan Bahasa Anak. Jurnal Wardah, 16(1), 113-124.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/warda/article/view/364
12
Natsir, Nurasia. (2017). Hubungan Psikolinguistik dalam Pemerolehan dan Pembelajaran
Bahasa. Jurnal Retorika. 10(1), 20-29. http://dx.doi.org/10.17977/um031v4i12018p017
13
Nurjanah, S., Millatuddiiniyyah., & Nofianty. 2018. Pemerolehan Bahasa Anak Akibat
Pengaruh Film Kartun ( Suatu Tinjauan Psikolinguistik). Jurnal Parole. 1(3): 386-390.
http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i3p%25p.732
14
Pandudinata, Reza., Sumarlam., dan Kundharu S. 2018. Pemerolehan Bahasa Siswa
Tunagrahita Kelas VI SD. Jurnal Retorika. 1(1) :48–56. DOI: 10.26858/retorika.v11i1.4988
15
Rahmawati, S.,&Asim. 2018. Penerapan Media Interaktif “KNS” untuk Siswa Autis. Jurnal
Ortopedagogia,4(1): 17- 21. http://dx.doi.org/10.17977/um031v4i12018p017
16
Subyantoro. 2013. Gangguan Berbahasa: Mengenali untuk Mengantisipasi Sejak Dini.
Yogyakarta:Penerbit Ombak.
17
Suroso, Eko. 2014. Psikolinguistik. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
18
Tarigan, Risma M. (2019). Pemerolehan Sintaksis pada Anak Autisme. Jurnal Bahasastra, 3(2),
151-156. https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/Bahastra/article/download/1154/918
19
Winarno. 2013. Autisme dan Peran Pangan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
20
Yani, Nurul F. Kemampuan Anak Penderita Autis dalam Memahami Tindak Tutur Direktif:
Tinjauan Pragmatik Klinis. 2017. Jurnal Retorika. 10(1): 1—71
https://doi.org/10.26858/retorika.v10i1.4614